Laporan Apel

November 15, 2017 | Author: Dwi Cahyono | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

apel...

Description

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di sekitar garis khatulistiwa sehingga memiliki iklim tropis. Kondisi iklim dan keragaman agroklimat inilah yang mendukung dalam pembudidayaan tanaman baik tanaman pangan, tanaman perkebunan, dan hortikultura. Selain didukung dari iklim yang sesuai, tersedianya lahan yang cukup serta didukung oleh tingkat kesuburan

tanah

dan

kemampuan

sumber

daya

manusia

dalam

mengembangkan dan mengolah hasil pertanian menyebabkan sektor pertanian menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Pertanian tidak lagi dipandang dalam ruang lingkup sempit dan penanaman saja, namun sekluruh aspek yang menunjang pertanian, seperti pemanfaatan pengolahan dan pemasaran. Persaingan yang tinggi saat ini, mendorong pertanian untuk memiliki daya saing, baik dari segi kualitas maupun inovasi yang baik. Kondisi topografi wilayah Indonesia yang didominasi oleh daerah dataran tinggi sangat cocok untuk budidaya apel. Salah satu daerah yang cocok digunakan sebagai tempat budidaya apel adalah Kota Batu, Jawa Timur. Kota Batu dikelilingi oleh rangkaian pegunungan seperti Gunung Panderman, Gunung Arjuno, Gunung Welirang, dan Gunung Kawi. Dengan kondisi iklim dan ketinggian tempat yang cukup maka banyak ditemukan daerah yang menjadi sentra-sentra budidaya pertanian dan juga beberapa tempat agrowisata. Salah satunya adalah PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Menurut Notodimedjo (1996), apel dapat tumbuh di Malang karena wilayah ini mempunyai kemiripan dengan kawasan temperate. Kawasan Batu pertama kali dipilih sebagai uji coba penanaman apel karena wilayah ini mempunyai karakter yang hampir mirip dengan habitat asli tumbuhan apel. Batu memiliki suhu udara tahunan berkisar antara 18-30˚ C, curah hujan ratarata 875 - 3000 mm per tahun dan kelembaban udara berkisar antara 75 - 98%. Notodimedjo mencatat apel telah dibudidayakan secara intesif di Batu sejak

1

2

tahun 1960 dengan beberapa kultivar yang dibudidayakan yaitu Rome Beauty, Anna, Manalagi dan Princes Noble. Sentra-sentra apel di Batu saat ini adalah Desa Bumiaji, Bulukerto, Tulungrejo, Sumbergondo, Gunungsari, Giripurno, dan Punten. Apel selanjutnya menyebar ke daerah Malang timur dan sekitarnya, meliputi Nongkojajar dan Poncokusumo. Apel cepat tersebar di kawasan Malang karena selain iklim yang sesuai, perbanyakannya dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. B. Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi permasalahan di dalam penulisan laporan ini adalah bagaimana budidaya apel yang dilakukan oleh Departemen Budidaya Tanaman Tahunan PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya? C. Tujuan Berdasarkan rumusan permasalahan, maka yang menjadi tujuan di dalam penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui budidaya apel yang dilakukan oleh Departemen Budidaya Tanaman Tahunan PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya.

3

II. TATA LAKSANA KEGIATAN

A. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan Magang Kegiatan magang ini dilaksanakan dari tanggal 4 Juli 2011 sampai dengan 31 Juli 2011 di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dengan alamat Jl. Abdul Ghani Atas, PO BOX 36, Kota Batu, Jawa Timur. B. Metode Pelaksanaan 1. Pengamatan Lapang Pengamatan dilakukan secara langsung dengan ikut bekerja di Departemen Budidaya Tanaman Tahunan PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya. Hal tersebut untuk mengidentifikasi permasalahan di dalam budidaya dan untuk memperoleh gambaran secara lebih jelas mengenai aspek yang dikaji. 2. Wawancara Wawancara dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab secara langsung yang berkaitan dengan materi magang dan kegiatan yang dipelajari di lapangan kepada pembimbing lapang dan dengan pihak-pihak yang ditugaskan di setiap bagian (divisi). 3. Dokumentasi Pengambilan gambar meliputi komoditas dan kegiatan yang dilakukan di instansi tempat magang. 4. Analisis data Mencatat data-data yang telah ada, meliputi data iklim, topografi, keadaan tanah luas areal, sejarah singkat perusahaan dan struktur organisasi. 5. Kegiatan Magang Kegiatan magang yang dilakukan adalah sebagaimana kegiatan pemasaran yang dilakukan di Departemen Budidaya Tanaman Tahunan PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yang meliputi pengolaha tanah, penyiraman, pemupukan, sanitasi, perompesan, pewiwilan, dan beberapa kegiatan lain.

3

4

6. Studi Pustaka Studi pustaka dilakukan dengan mencari referensi sebagai data pelengkap, pendukung dan pembanding serta konsep dalam alternatif pemecahan masalah. Referensi tersebut antara lain diperoleh dari bukubuku, jurnal, majalah, koran, dan internet.

5

III. PEMBAHASAN

A. Profil PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya 1. Letak dan Kondisi Wilayah PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya berlokasi di Kota Batu, Jawa Timur yang terletak 90 km dari Surabaya dan 19 km dari kota Malang. Kota Batu juga dikelilingi oleh rangkaian pegunungan seperti Gunung Panderman (2040 m), Gunung Arjuno (3339 m), Gunung Welirang (2277 m) dan Gunung Kawi (2651 m). Batas-batas lokasi PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya meliputi sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sisir, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sanggrahan, sebelah Selatan berbatasan dengan Gunung Panderman, dan sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ngaglik. 2. Sejarah PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan bagian dari Kusuma Group. Kusuma Agrowisata didirikan oleh Ir. Eddy Antoro pada tahun 1989 dan merupakan perusahaan milik perorangan. Pada awalnya Kusuma Agrowisata hanya ditanami apel seluas 4 Ha. Pada tanggal 29 Mei 1990 tempat tersebut diresmikan dengan nama PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dan peletakan batu pertama pada tanggal 20 Desember 1990 oleh pemiliknya dan penyandang dana tunggal yaitu Bapak Jacob Djojosubagjo. Selanjutnya pada tahun 1992 mulai membangun cottage. Pada tahun 1997 membuka usaha estat dan travel dan antara tahun 1998 - 2000 dibangun home industry dengan bahan baku apel. Pada tahun 2002 didirikan pula klinik agrobisnis. Semua usaha dan aktivitas yang dirintis oleh Ir. Edy Antoro diwadahi dalam sebuah badan hukum yang legal, yaitu PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya yang sekarang merupakan “holding” dari beberapa divisi, antara lain: divisi hotel, divisi agrowisata, divisi estate (villa Kusuma Agro) dan divisi industri.

5

6

3. Visi dan Misi Perusahaan Visi dan Misi yang diterapkan oleh PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya adalah: a. Visi Kusuma

Agrowisata

menjadi

obyek

wisata

bertaraf

internasional yang dapat dibanggakan bangsa Indonesia dan mengangkat nilai jual apel. b. Misi 1) Mengembangkan wisata agro dengan melibatkan seluruh kelompok bangsa terutama masyarakat disekitar lokasi wisata, 2) Memberikan hiburan wisata agro yang kreatif dan edukatif, 3) Menyediakan jasa pendidikan, pelatihan kepada masyarakat yang membutuhkan, 4) Membuka peluang kerja pada masyarakat sekitar perusahaan. 4. Struktur Organisasi Perusahaan Adapun struktur organisasi Kusuma Agrowisata dapat dilihat pada gambar di bawah ini: OPERATIONAL MANAGER

KA. DEPT. BTT

KA. DEPT. BTS

KA. DEPT. KUA

KA. DEPT. FOOD & BEVERAGE, ENG. PUBLIC AREA

ASST. KA. DEPT. FOOD & BEVERAGE

KA. DEPT. PEMASARAN WISATA

KA. DEPT. TRADING

KA. DEPT. ADVENTUR E

ASST. KA. DEPT. ENG. PUBLIC AREA

Gambar 1. Struktur Organisasi PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya

7

B. Budidaya Apel Apel atau dalam bahasa latin dikenal dengan Malus sylvestris telah menjadi buah favorit sejak berabad-abad yang yang lalu. Para arkeolog yang menyelidiki bekas-bekas reruntuhan sebuah desa di Eropa pada jaman batu menemukan bukti bahwa pada waktu itu apel sudah dikonsumsi orang, tidak seorang pun tahu dengan tepat kapan oarng mulai mengkonsumsi apel. Apel kemudian berkembang dari Eropa hingga masuk ke Amerika. Terdapat dugaan bahwa apel pertama kali ditanam di sebelah selatan Kaukasius, ini dikarenakan ditemukannya hutan-hutan purba di daerah tersebut yang ditumbuhi banyak pohon apel liar (Malus pumilla). Kemudian apel berkembang dan tersebar sampai ke seluruh penjuru dunia. Apel pada dasarnya dapat beradaptasi pada bermacam-macam iklim, tetapi pertumbuhan yang baik adalah pada daerah temperate yang dingin pada latitude 35-50°. Pada kawasan dengan empat musim, pembungaan serentak (blossom) secara simultan terjadi pada terjadi pada musim semi. Apel diketahui sangat dipengaruhi musim. Saat musim dingin, apple akan dorman dan baru melakukan pembungaan besar-besaran (blossom) pada musim semi. Apel mencapai kematangan buah sekitar 120-150 hari setelah pembungaan, dan beberapa jenis dapat mencapai kematangan pada umur 180 hari. Temperatur diketahui sangat berperan dalam produksi apel. Apel merupakan tanaman yang membutuhkan perhatian yang ekstra agar dapat diperoleh buah dengan kualitas tinggi. Oleh sebab itu diperlukan berbagai

tindakan

perawatan

diantaranya

penyulaman,

pemupukan,

penyiraman dan pengendalian gulma (penyiangan). Selain itu tindakan lain yang sangat penting antara lain pembentukan tanaman yang terdiri dari tindakan pelengkungan dan pemangkasan. Kedua perompesan daun, tindakan ini dilakukan dengan tujuan agar penguapan berkurang, sedangkan suplai bahan makanan tetap berlangsung, sehingga terjadi kelebihan zat makanan dalam tanaman dan pada kondisi ini tunas-tunas lateral akan muncul lebih cepat (Untung, 1994).

8

1. Syarat Tumbuh Tanaman Apel PT.

Kusuma Satria

Dinasasri

Wisatajaya

adalah

sebuah

perusahaan agrowisata yang menetapkan syarat tumbuh tanaman apel yang sesuai dengan syarat tumbuh tanaman apel pada umumnya. Beberapa persyaratan tumbuh tanaman apel agar berproduksi tinggi adalah: a. Iklim 1) Curah hujan di daerah Batu, tepatnya di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisata Jaya adalah 1.000 - 2.600 mm/tahun yang termasuk curah hujan sedang, dengan hari hujan 110-150 hari/tahun. Dalam setahun banyaknya bulan basah adalah 6-7 bulan dan bulan kering 3-4 bulan. Curah hujan yang tinggi saat berbunga akan menyebabkan bunga gugur sehingga tidak dapat menjadi buah, sedangkan di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisata Jaya memiliki curah hujan yang sedang sehingga produksi apel dapat maksimal. 2) Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60% setiap harinya, terutama pada saat pembungaan. 3) Suhu yang sesuai berkisar antara 16-27 0C. 4) Kelembaban udara yang dikehendaki tanaman apel sekitar 75-85%. b. Media Tanam 1) Tanaman apel tumbuh dengan baik pada tanah yang bersolum dalam, mempunyai lapisan organik tinggi, dan struktur tanahnya remah dan gembur, mempunyai aerasi, penyerapan air, dan porositas baik, sehingga pertukaran oksigen, pergerakan hara dan kemampuan menyimpanan airnya optimal. 2) Tanah yang cocok adalah Latosol, Andosol dan Regosol. 3) Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok untuk tanaman apel adalah 6-7 dan kandungan air tanah yang dibutuhkan adalah air tersedia. 4) Dalam pertumbuhannya tanaman apel membutuhkan kandungan air tanah yang cukup.

9

5) Kelerengan yang terlalu tajam akan menyulitkan perawatan tanaman, sehingga bila masih memungkinkan dibuat terasering maka tanah masih layak ditanami. c. Ketinggian tempat Tanaman apel dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 700-1200 m dpl, dengan ketinggian optimal 1000-1200 m dpl. Di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya tanaman apel dibudidayakan di dua lokasi yaitu di kawasan petik PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya dan di desa Junggo. Ketinggian tempat di kawasan petik PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya 700 m dpl, sedangkan di desa Junggo adalah 800 m dpl. 2. Teknik Budidaya Tanaman Apel a. Persiapan Persiapan yang dilakukan oleh Divisi Agrowisata Apel PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya adalah persiapan pengolahan tanah dan pelaksanaan survai. Tujuannya adalah untuk mengetahui jenis tanaman, kemiringan tanah, keadaan tanah, menentukan kebutuhan tenaga kerja, bahan paralatan, dan biaya yang diperlukan. b. Pemilihan Bibit Pemilihan bibit merupakan dasar yang kuat untuk keberhasilan dari usaha pertanian. Ciri-ciri bibit yang baik antara lain bebas dari penyakit busuk akar, pertumbuhannya baik, batang lurus, umur maksimum 8 bulan dari okulasi. Bibit yang digunakan oleh Divisi Agrowisata Apel PT.Kusuma Dinasasri adalah bibit yang dipesan dari tukang bibit yang terpercaya. c. Penanaman Waktu penanaman yang baik adalah pada awal musim penghujan. Teknik penanaman apel yang telah dilakasanakan oleh Divisi Agrowisata Apel PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya: 1) Penentuan Pola Tanam

10

Tanaman apel dapat ditanam secara monokultur maupun intercroping. Intercroping hanya dapat dilakukan apabila tanah belum tertutup tajuk-tajuk daun atau sebelum 2 tahun. Tapi pada saat ini, setelah melalui beberapa penelitian intercroping pada tanaman apel dapat dilakukan dengan tanaman yang berhabitat rendah, seperti cabai, bawang dan lain-lain. Di PT. Kusuma Satria Dinasasri tanaman apel ditanam secara monokultur yaitu hanya ditanam satu jenis tanaman saja yaitu tanaman apel. Tanaman apel tidak dapat ditanam pada jarak yang terlalu rapat karena akan menjadi sangat rimbun yang akan menyebabkan kelembaban tinggi, sirkulasi udara kurang, sinar matahari terhambat dan meningkatkan pertumbuhan penyakit. Jarak tanam yang ideal untuk tanaman apel tergantung varietas. Untuk varietas Manalagi adalah 3-3.5 x 3.5 m, sedangkan untuk varietas Rome Beauty dan Anna dapat lebih pendek yaitu 2-3 x 2.5-3 m. 2) Pembuatan Lubang Tanam Ukuran lubang tanam antara 60 x 60 cm sampai 1 x 1 m untuk tanah-tanah yang kurang subur. Tanah atas dan tanah bawah dipisahkan, masing-masing dicampur pupuk kandang sekurangkurangnya 20 kg. Lubang tanam yang sudah di beri pupuk dan di campur dengan tanah, kemudian di tutup dan di beri ajir tanam. Setelah itu tanah dibiarkan selama ± 2 minggu, dan menjelang tanam tanah galian dikembalikan sesuai asalnya. 3) Cara Penanaman Lubang yang sudah tertutup di buat tanam selebar akar tanaman. Bibit yang sudah dipersiapkan dimasukkan pada lubang yang sudah dipersiapkan sejajar dengan ajir tanam. Pada bibit cabutan sebelum di tanam, akar yang patah di potong dengan gunting yang tajam dan dicelupkan kedalam larutan fungisida dan zat perangsang akar. Tanah galian lubang dimasukkan ke lubang sedikit demi sedikit agar celah antara akar dapat terisi penuh oleh

11

tanah dan tanah dipadatkan kembali. Setelah penanaman selesai di beri penyangga dari bambu supaya tidak goyang oleh terpaan angin ataupun dari gangguan yang lain. 3. Pemeliharaan Tanaman Kegiatan pemeliharaan tanaman apel di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya meliputi: a. Pemangkasan Setelah satu bulan dari penanaman tanaman mulai tumbuh daun-daun baru yanga akan tumbuh terus dan memanjang (tidak bercabang). pemutusan

Untuk pucuk

membentuk utnuk

cabang

merangsang

baru

perlu

tumbuhnya

dilakukan

tunas

baru.

Pemangkasan atau pemotongan pucuk pada cabang muda cendeerung akan menghasilkan tumbuhnya tunas-tunas baru (vegetative). Setelah tanam, tanaman tumbuh subur dan sudah siap untuk dilakukan pemotongan pucuk untuk mendapatkan cabang-cabang tambahan yang baru sebagai cabang dasar. Selanjutnya cabang yang dipelihara hanya dua tunas tiap cabang. Dalam memperbanyak tunas (potong pucuk) dilakukan pada musim penghujan dimana tanaman dan cabang-cabangnya tumbuh subur. Pada tahun pertama cabang yang dipelihara yakni 4-6 cabang. b. Pembentukan Pohon Remaja Setelah tunas yang dipelihara cukup umur yakni ± 6 bulan, tunas sudah dapat ditelung untuk memperbanyak cabang. Tunas yang tumbuh tegak lurus dan berumur 5 – 6 bulan dirompes dan dipangkas dengan disisakan sepanjang setengah dari panjang tunas kemudian ditelungkan mendatar. Tunas ditelung dengan menggunakan tali rafia. Perompesan dan pelengkungan selanjutnya dilakukan setiap 5 atau 6 bulan sekali sampai tanaman terbentuk sesuai dengan yang dikehendaki an tanaman siap berbuah.

12

c. Penyiangan dan Persiapan Pemupukan Sebelum dilakukan pemupukan perlu dilakukan persiapan pemupukan (persipuk) yaitu menghilangkan gulma yang ada di sekitar pohon supaya pupuk yang diberikan bias efektif. Dalam persiapan pemupukan perlu diperhatikan pula sifat dari pupuk yang akan diberikan untuk menentukan penempatan. Rumput di bawah pohon dibersihkan dengan cangkul sebatas tajuk pohon. Guna menghindari kehilangan tanah akibat pencangkulan, maka dibuat lubang (parit) pada bagian larikan sedalam 30 cm. Tanah galian tersebut dikembalikan ke bagian dalam tajuk pohon. Rumput hasil penyiangan dimasukkan ke larikkan (parit) kemudian dibuat lubang pupuk melingkar di bawah tajuk pohon bagian dalam sedalam 5 – 10 cm, sedangkan pada musim kemarau rumput hasil penyiangan dapat dijadikan mulsa. d. Pemupukan 1) Pemupukan Organik Guna mencapai bahan organik tanah yang baik, tanah perlu

ditambakan

pupuk

organik

(kompos/Bokasi)

yang

peranannya sangat penting dalam memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologis tanah. Sehingga daya ikat hara dan air semakin tinggi, semakin rendah tingkat kesuburan tanah maka akan semakin banyak pupuk organic yang diperlukan. Pemberian pupuk organik dapat dilakukan sepanjang musim penghujan pada saat setelah atau sebelum perompesan dengan jumlah minimal 50 kg/pohon. Cara pemupukannya yakni pertama dibuat lubang sadalam 30 – 40 cm dengan panjang 50 – 100 cm, kemudian pupuk organik (kompos) dimasukkan ke dalam dan di campur dengan tanah dan diratakan kembali. Untuk menghindari kerusakan akar oleh cangkul, pemupukan dapat dilakukan dengan cara ditebar di bawah tajuk pohon dan kemudian ditutup kembali dengan tanah. Cara tersebut biasanya dilakukan

13

pada musim penghujan. Pupuk organik yang diberikan dapat berupa

pupuk

kompos

ataupun

pupuk

kandang.

Apabila

menggunakan pupuk kandang maka dipilih pupuk kandang sapi harus yang sudah matang. 2) Pemupukan Anorganik Dalam penentuan jumlah atau dosis pupuk per pohon yang perlu diperhatikan antara lain adalah unsure yang dikandung oleh pupuk, kesuburan tanah, keasaman tanah (pH tanah), pembuahan sebelumnya, dan fase pertumbuhan. Pemupukan pertama dilakukan 7 – 15 hari sebelum dilakukan perompesan daun dengan dosis ± 0,3 – 0,5 kg/pohon tergantung pada umur tanaman. Pupuk yang diberikan yaitu ZA, TSP, dan ZK dengan perbandingan 1 : 2 : 2. Pemupukan kedua dilakukan 8 – 10 minggu dari perompesan. Pupuk yang diberikan relative sama dengan pupuk yang diberikan pada pemupukan pertama yaitu pupuk ZA, TSP/SP36, ZK dengan perbandingan yang sedikit berbeda dengan pemupukan yang pertama yaitu 1 : 1 : 1. Pupuk yang telah ditentukan jenis dan jumlahnya tersebut dicampur merata (ZA, TSP, ZK) pada tempat yang rata dan tidak basah. Kemudian pupuk yang sudah tercampur rata tersebut dirtaburkan melingkar di dalam lubang pupuk yang tersedia (kedalaman lubang 5 – 10 cm) dan ditutup kembali. Hal tersebut bertujuan untuk efisiensi pemupukan dan agar pupuk yang diberikan dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara optimal. Pada musim penghujan tanaman tumbuh subur, sehingga perlu dipertimbangkan pemberian maupun dosis pupuk nitrogen yang diberikan, mengingat pupuk nitrogen ini sangat mudah untuk leaching dan menguap. Pada musim kemarau, pada tanah yang tidak dilakukan penyiraman kedalaman lubang pupuk perlu ditambah.

14

e. Perompesan Perompesan daun dilakukan pada umur 5 – 6 bulan dari perompesan terdahulu. Penentuan waktu perompesan daun yang tepat dapat dicirikan antara lain: 1) Bila tunas dipijit akan terasa keras dan padat, 2) Pertumbuhan vegetative terhenti, 3) Sebagian besar daun sudah kelihatan tua dan mudah rontok. Cara perompesan yakni dengan merontokkan daun sebatas yang akan dipangkas, pemangkasan ini dilakukan secara manual. Perompesan dapat juga dilakukan bersamaan dengan pemangkasan. Pada saat serangan penyakit daun sudah parah, daun yang terserang marsonina saat perompesan daun harus dikumpulkan dalam suatu wadah atau tempat khusus yang naninya akan dibakar. Pembakaran daun yang terserang penyakit ini dilakukan agar penyakit tidak menyebar kemana-mana. f. Pemangkasan Kegiatan pemangkasan tanaman apel meliputi: 1) Pemangkasan Tunas Lateral Tunas lateral adalah tunas yang tumbuh tegak lurus yang panjangnya antara 50 – 100 cm. Pemangkasan yang dilakukan pada musim penghujan cenderung akan tumbuh tunas-tunas vegetative yang akan mendukung produksi pada masa yang akan datang. Sedangkan pada musim kemarau, akan tumbuh bunga-bunga yang akan menghasilkan buah. Pada musim kemarau, pemangkasan dilakukan dengan menyisakan ½ - ¾ dari panjang cabang tunas dan kemudian dilengkungkan.

Sedangkan

pada

musim

penghujan,

tunas

dipangkas pendek yaitu ¼ - ½ dari panjang cabang. Pada saat pemangkasan perlu diperhatikan letak mata tunas yang dapat menghasilkan buah yang biasanya berada di antara ¼ - ¾ panjang tunas.

15

2) Pemangkasan Tunas Ranting Tunas ranting adalah tunas yang tumbuh pada ujung-ujung cabang yang panjangnya sekitar 30 – 50 cm. Pemangkasan pada tunas ranting hampir sama dengan pemangkasan pada tunas lateral. Pemangkasan dilakukan dengan jarak pendek yakni ± 20 – 30 cm dari pangkal. 3) Pemangkasan Tunas Mampet Tunas mampet adalah tunas yang berhenti tumbuh dengan buku-buku yang rapat yang panjangnya antara 5 – 15 cm. Pemangkasan dilakukan pada tunas yang panjangnya lebih dari 10 cm. sedangkan pada tunas yang kurang dari 10 cm tidak dilakukan pemangkasan. 4) Pemangkasan Tunas yang Telah Berproduksi Tunas yang telah berproduksi yaitu tunas yang telah menghasilkan buah pada musim yang lalu (saat potong panjang). Pada tunas tersebut apabila tidak memungkinkan untuk ditelung maka dapat dilakukan pemangkasan. Pada tunas yang tumbuhnya tinggi dan tidak dapat ditelung, untuk membentuk pohon dapat dipotong penghapusan. Pemangkasan pada tunas yang telah berproduksi dilakukan pada musim penghujan. 5) Pemangkasan Tunas yang Tidak Produktif Tunas yang tidak produktif yaitu tunas yang dapat mangganggu pertumbuhan tanaman. Pemangkasan dilakukan dengan menghilangkan tunas melidi, tunas taji yang kecil, tunas berpenyakit, dan tunas bekas tangkai buah. 6) Pemangkasan Peremajaan atau Penggantian Buah Pada jarak tanam rapat, perlakuan pemangkasan cabang bertujuan untuk menghindari penumpukan cabang yang berakibat pada kurangnya intensitas penyinaran. Peremajaan tunas dapat dilakukan dengan system berkelanjutan. Pemotongan pada cabang

16

yaitu dengan memotong dua cabang tua yang nantinya akan tumbuh cabang-cabang baru sebagai pengganti cabang-cabang tua. g. Penjarangan Buah, Tunas, dan Pembungkusan Buah Penjarangan buah, tunas, dan pembungkusan buah dilakukan untuk memperoleh buah dengan kualitas (ukuran buah, penampilan buah, maupun ras buah) yang bagus, serta kestabilan produksi. Penjarangan buah dilakukan pada umur 2 – 2 ½ bulan dari perompesan (apabila masa panjang buah sudah selesai). Penjarangan buah dilakukan bersamaan dengan penjarangan tunas. Penjarangan buah dilakukan pada dompol yang terdapat 3 – 5 buah yaitu dengan cara membuang buah yang paling kecil diantar yang lain dalam satu dompol, buah nyawo dan buah yang pertumbuhannya tidak normal. Buah yang disisakan rata-rata hanya 1 – 2 buah saja. Bila penjarangan pada buah dengan menyisakan satu buah tiap dompol maka buah yang ditinggal adalah buah yang berada di tengah-tengah dompolan. Penjarangan tunas yaitu menjarangi atau membuang tunas yang tumbuhnya di bawah cabang, tunas penyakit, tunas yang arahnya kedalam, dan tunas yang berdesakan (rapat). Sebelum kegiatan pembungkusan buah, yang perlu dilakukasn yaitu penyemprotan untuk pencegahan busuk buah dan ulat. Pembungkusan buah dapat menggunakan kertas telpon atau kertas bungkus semen. Pembungkusannya dilakukan hanya pada buahnya saja. Pembungkusan buah ini dilakukan pada buah yang sudah berumur 3 ½ bulan dari perompesan atau 1 ½ bulan sebelum buah dipanen. h. Usaha Pembungaan Usaha yang dilakukan untuk tanaman dapat menghasilkan bunga dan buah sangat penting. Terutama untuk mencegah bunga rontok dan buah bajang. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi tanaman untuk berbunga dan menjadi buah antara lain yaitu: 1) Pembuahan yang lebat pada musim sebelumnya,

17

2) Kandungan Nitrogen yang tinggi, 3) Kekurangan sinar matahari (ternaungi), 4) Tidak terdajinya penyerbukan, 5) Kekurangan hormon, 6) Kekurangan unsur hara, 7) Pengaruh alam. Pada saat tanaman belum berbunga sempurna dilakukan pemberian hormon atau Zat Pengatur Tumbuh (ZPT), maupun pupuk daun.

Faktor

cuaca

sangat

dominan

pengaruhnya

terhadap

pembungaan. Pada musim penghujan dapat diberikan tambahan Gibereline (GA3) Untuk merangsang pembungaan dan pembuahan. i. Penyiraman Air merupakan salah satu factor penting bagi tanaman sebagai sarana pengangkut hara. Pemberian air yang sesuai dengan kebutuhan sangat diharapkan terutama pada musim kemarau. Pemberian air yang berlebihan dapat terjadi erosi sehingga hara yang ada dalam tanah hanyut dan tidak dapat dimanfaatkan oleh akar tanaman. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan mesin pompa dan selang. Tanaman disiram satu persatu, ujung selang dengan volume dan tekanan air yang besar diletakkan di bawah pohon sampai air merata. Volume penyiraman kira-kira 40 – 60 liter (2 kaleng minyak) dengan interval 7 hari. Penyiraman ini juga disesuaikan dengan kondisi lingkungan serta cuaca, apabila sering turun hujan dan air yang dibutuhkan oleh tanaman sudah tercukupi dengan air hujan, maka tidak perlu dilakukan penyiraman. j. Pembuatan Gentongan Gentongan bertujuan untuk mengefisiensi penggunaan air siraman pada musim kemarau. Pembuatan gentongan atau tempat penampung air ini dilakukan sehat-hati mungkin untuk menghindari luka akar oleh cangkul. Pembuatan kotak individu dengan parit di

18

bagian bawah terasan sebagai tempat penampungan air atau dapat juga dengan membuat tanggul melingkar di bawah tajuk pohon yaitu dengan mengambil tanah ayng berada pada sela-sela (di luar tajuk) pohon untuk membentuk guludan melingkar. Pembuatan tempat tampungan air ini dapat memanfaatkan kegiatan persiapan pemupukan (persipuka) atau dapat juga disesuaikan dengan kondisi tanah dan tanaman. k. Sengkreng Total Sengkreng total dilakukan untuk memperbaiki terasan akibat dari pengolahan tanah pada musim kemarau (persipuk, gentongan, dll). Kegiatan ini dilakukan pada awal musim penghujan pada blok-blok yang permukaan terasannya tidak rata yang berfungsi untuk menghindari adanya genangan air hujan. Pada tanah gundukan yang disebabkan oleh penggolahan tanah terdahulu diratakan, rumput sengkrengan dapat dipendem atau dikubur pada tanah yang rendah dan ditutup kembali dengan tanah, pada bagian bawah terasan dibuat saluran air. l. Pengendalian Gulma Gulma adalah tanaman yang hidupnya dapat merugikan tanaman yang diusahakan. Pengiangan dilakukan apabila rumput sudah dapat merugikan tanaman yaitu rumput yang sudah setinggi 30 cm. pengendalian gulma dilakukan dengan menggunakan mesin potong rumput, herbisida ataupun potong manual. Biasnya para pekerja juga sering mengambil rumput yang ada di perkebunan apel dengan cara dibabat untuk dibawa pulang dan digunakan sebagai pakan ternak mereka. Penggunan herbisida dilakukan sebagai alternative terakhir dalam pengendaian gulma ini. Biasanya herbisida yang digunakan yaitu Round up. m. Pengendalian Hama dan Penyakit Dasar sebelum dilakukan pengendalian perlu dilakukan monitoring hama penyakit yang terserang dan tingkat serangan yang

19

terjadi. Mengenali dan memahami waktu hama penyakit muncul, gejala yang terjadi, serta faktor pendukung berkembangnya hama penyakit akan memudahkan dalam penentuan strategi pengendalian. Monitoring atau kontrol ada tidaknya hama/penyakit, tingkat serangan, dan apa yang diserang, serta tingkat serangan yang terjadi sebagai dasar penentuan penggunaan pestisida. Monitoring atau kontrol efektifitas dari pengendalian yang telah dilakukan untuk menentukan tindakan berikutnya. Penggunaan pestisida yang bijaksana sesuai dengan hama atau penyakit dan tingkat serangan yang terjadi. Dalam pemilihan pestisida hal yang perlu diperhatikan adalah sasaran dari pengendalian, cara kerja pestisida itu sendiri, konsentrasi larutan, cara aplikasi dan efektif tidaknya pestisida yang digunakan untuk sasaran. Pada musim penghujan dengan kelembaban tinggi tanaman sering terserang penyakit batang (kangker) dan lumut pada batang. Pengobatan atau pengendalian jamur batang (kangker) dilakukan setiap hari bila ditemukan adanya cairan yang keluar dari batang atau bulatan hitam kering pada kulit batang. Tanaman yang terserang penyakit batang, kulit yang terinfeksi dihilangkan dengan pisau sampai batas kulit yang rusak dan diolesi dengan fungisida. Pada tanaman yang batangnya tumbuh lumut dikendalikan dengan cara digosok dengan sikat

(glangsi)

menggunakan

detergen.

Penggunaan

pestisida

merupakan alternatif terakhir dalam pengendalian penyakit ini. Fungisida yang dapat digunakan antara lain Benlete, Dithan, Kobox, dan Sulpur. Untuk menghindari penyakit tersebut perlu dilakukan sanitasi kebun dan menghindarkan tanaman dari gulma yang tinggi. Hama atau penyakit hidup dan berkembang mengikuti fase pertumbuhan tanaman, cuaca (kelembaban). Siklus hidup atau berkembangnya hama dan penyakit akan berhenti apabila tempat hidup dan daya dukung untuk hidup tidak ada. Penyemprotan pengendalian hama atau penyakit dilakukan mulai dari setelah perompesan dengan

20

interval 3 – 7 hari sampai bunga mekar penuh. Pengendalian selanjutnya dilakukan dan disesuaikan dengan tingkat sernagan hama/penyakit yang disasarkan pada hasil monitoring di lapangan. Pada fase tanaman gundul dan tunas pecah, pengendalian penyakit yang biasa dilakukan yakni pengendalian penyakit mildaw dengan pemberian pupuk daun unsure pospat dan kalium tinggi, serta Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). Pada fase bunga kuncup dilakukan penyemprotan pencegahan hama yang sering muncul yaitu hama trips, kutu daun, mildew. Penyemprotan ini biasanya dibarengi dengan penyemprotan ZPT. Pada fase bunga mekar sampai fase bunga sirep diusahakan untuk menghindari penggunaan insektisida agar terjadi penyerbukan oleh serangga. Pada fase bunga nyengkeh dan bunga pentil dilakukan penyemprotan untuk pencegahan penyakit Venturia (sceps), mildew, dan penyemprotan hama ulat. Kemudian paa fase selanjutnya penyemprotan disesuaikan dengan hama/penyakit yang meyerang. Pengendalian hama penyakit sangat efektif dikendalikan pada saat serangan baru terjadi. Tidak semua penyakit tanaman dapat dikendalikan secara penyemprotan. Pengendalian secara manual dengan menghilangkan sumber infeksi adalah langkah yang tepat dalam pengendalian hama/penyakit, disamping itu perkembangan hama/penyakit dapat terpantau sebelum terjadi serangan berat. Dengan menggunakan peralatan gunting pangkas pisau, kuas dan pestisida penyakit dapat diatasi langsung pada saat itu juga. Penyakit embun tepung, kanker batang, carticium bahkan hama ulat dapat dikendalikan dengan pemotongan/pengerikan kemudian diolesi pestisida. 4. Panen Kegiatan pemanenan yang di lakukan di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya antara lain meliputi: a. Ciri dan Umur Panen

21

Pada umumnya buah apel dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah bunga mekar, tergantung pada varietas dan iklim. Rome Beauty dapat dipetik pada umur sekitar 120-141 hari dari bunga mekar, Manalagi dapat dipanen pada umur 114 hari setelah bunga mekar dan Anna sekitar 100 hari. Tetapi, pada musim hujan dan tempat lebih tinggi, umur buah lebih panjang. Pemanenan paling baik dilakukan pada saat tanaman mencapai tingkat masak fisiologis (ripening), yaitu tingkat dimana buah mempunyai kemampuan untuk menjadi masak normal setelah dipanen. Ciri masak fisiologis buah adalah: ukuran buah terlihat maksimal, aroma mulai terasa, warna buah tampak cerah segar dan bila ditekan terasa kres. b. Cara Panen Pemetikan apel dilakukan dengan cara memetik buah dengan tangan secara serempak untuk setiap kebun. c. Periode Panen Periode panen apel adalah enam bulan sekali berdasarkan siklus pemeliharaan yang telah dilakukan. d. Prakiraan Produksi Produksi buah apel sangat tergantung dengan varietas, secara umum produksi apel adalah 6-15 kg/pohon. 5. Pasca Panen Kegiatan pasca panen yang diterapkan di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya antara lain meliputi: a. Pengumpulan Setelah dipetik, apel dikumpulkan pada tempat yang teduh dan tidak terkena sinar matahari langsung agar laju respirasi berkurang sehingga didapatkan apel yang tinggi kualitas dan kuantitasnya. Pengumpulan dilakukan dengan hati-hati dan jangan ditumpuk dan dilempar-lempar, lalu dibawa dengan keranjang ke gudang untuk diseleksi.

22

b. Penyortiran dan Penggolongan Penyortiran dilakukan untuk memisahkan antara buah yang baik dan bebas penyakit dengan buah yang jelek atau berpenyakit, agar penyakit tidak tertular keseluruh buah yang dipanen yang dapat menurunkan

mutu

produk.

Penggolongan

dilakukan

untuk

mengklasifikasikan produk berdasarkan jenis varietas, ukuran dan kualitas buah. c. Penyimpanan Pada dasarnya apel dapat disimpan lebih lama dibanding dengan buah lain. Apel jenis Rome Beauty dapat disimpan selama 2128 hari (umur petik 113-120 hari) atau 7-14 hari (umur petik 127- 141 hari). Untuk penyimpanan lebih lama (4-7 bulan), harus disimpan pada suhu minus 6-0 oC dengan precooling 2,2 oC. d. Pengemasan dan Transportasi Kemasan yang digunakan adalah kardus dengan ukuran 48 x 33 x 37 cm dengan berat 35 kg buah apel. Dasar dan diatas susunan apel perlu diberi potongan kertas dan disusun miring (tangkai sejajar panjang kotak). Dasar kotak diisai 3-3 atau 2-2 atau berselang 3-2 saling menutup ruang antar buah.

23

IV. PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan di atas antara lain: 1. PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya berlokasi di Kota Batu, Jawa Timur yang terletak 90 km dari Surabaya dan 19 km dari kota Malang. PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya merupakan bagian dari Kusuma Group yang didirikan oleh Ir. Eddy Antoro pada tahun 1989 yang kemudian mengalami perkembangan hingga saat ini PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya menjadi “holding” dari beberapa divisi, antara lain: divisi hotel, divisi agrowisata, divisi estate (villa Kusuma Agro) dan divisi industri 2. Apel merupakan tanaman buah tahunan yang tidak mengenal musim. Budidaya apel di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya di Batu, terdapat di dua daerah yaitu daerah wisata Kusuma Agrowisata dan daerah Junggo. Varietas apel yang ditanam meliputi Manalagi, Rome Beauty, dan Anna 3. Kegiatan budidaya apel di Departemen Budidaya Tanaman Tahunan, meliputi pemangkasan tanaman apel, pewiwilan tanaman apel, pengapuran batang tanaman apel, penyaputan (pengendalian hama dan penyakit) tanaman apel, penyiraman tanaman apel, pengompresan tanaman apel, pemanenan apel B. Saran Saran yang dapat diberikan guna menunjang produktivitas apel di PT. Kusuma Satria Dinasasri Wisatajaya antara lain: 1. Budidaya apel dilakukan dengan intensif untuk memperoleh output yang tinggi 2. Budidaya apel dilakukan secara organic atau semi organic, karena selain ramah dengan lingkungan juga sebagai tindakan perlinungan terhaap konsumen 3. Menambah jumlah tenaga kerja, dengan begitu kegiatan lebih cepat selesai

23

24

DAFTAR PUSTAKA Notodimedjo, S. 1996. Tinjauan dan Dilema Batang Bawah Apel di Indonesia. Habitat. Vol. 8 N0. 97.10-12. Untung, Onny. 1994. Jenis dan Budidaya Apel. Penebar Swadaya. Jakarta

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF