Laporan Anfar Pr4

February 24, 2018 | Author: Dika Stiver | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

rt...

Description

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI PENETAPAN KADAR RIVANOL MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Oleh: FAIZATUL LUTVIANI

NIM 14059

HYLDA KUSUMAWARDANI

NIM 14083

PRADIKA HANDIWIANTA

NIM 14149

PUSPITA EKA NURHAYATI

NIM 14153

SUSILASANTI

NIM 14179

AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG DESEMBER 2016

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Istilah

spektrofotometri

menyiratkan

pengukuran

jauhnya

pengabsorbsian energi cahaya oleh suatu sistem kimia itu sebagai fungs dari panjang gelombang radiasi, demikian pula pengukuran pengabsorbsian yang menyendiri pada suatu panjang gelombang tertentu. Spektrofotometri dapat dibayangkan sebagai suatu perpanjangan dari pemilikan visual di mana studi yang lebih rinci mengenai pengabsorbsian energi cahaya oleh spesies kimia memungkinkan kecermatan yang lebih besar daalam pencirian dan pengukuran kuantitatif. Spektrofotometri sesuai dengan namanya dalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotmeter yang menghasilkan sinar spektrum dengan panjang gelombang yaitu dan fotometer adalah alat pengukuran intenstas cahaya ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Untuk memahami spektrofotometri, memperhatikan interaksi radiasi dengan spesies kimia dengan cara yang elementer dan secara umum mengurus apa kerja instrumen โ€“ instrumen. Spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan di sebagai fungsi dari panjang gelombang. Dalam praktikum ini dilakukan penetapan kadar rivanol menggunakan metode spektrofotometri UV-Visibel. 1.2

Tujuan Penelitian Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menetapkan kadar Rivanol

menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi

antara radiasi elektromagnetik dan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik

yang

sering

digunakan

dalam

analisis

farmasi

meliputi

spektrofotometri ultraviolet, cahaya tampak, infra merah dan serapan atom. Jangkauan panjang gelombang untuk daerah ulraviolet adalah 190-380 nm daerah cahaya tampak 380-780 nm, daerah infra merah dekat 780-3000 nm, dan daerah infra merah 2,5-40 ยตm atau 4000-250 cm3 (Dirjen POM, 1995) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri ultraviolet. a. Pemilihan panjang gelombang maksimum Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang dimana terjadi serapan maksimum. Untuk memperoleh panjang gelombang serapan maksimum, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu. b. Pembuatan kurva kalibrasi Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi maka kurva kalibrasi berupa garis lurus. c. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2-0,6. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran

nilai absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal (Gandjar dan Rohman, 2007) Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel yang disinari. Menurut Hukum Beer, yang hanya berlaku untuk cahaya monokromatik dan larutan yang sangat encer, serapan berbanding lurus dengan konsentrasi (banyak molekul zat). ๐ด = ๐‘Ž. ๐‘. ๐‘ ๐‘”/๐‘™๐‘–๐‘ก๐‘’๐‘Ÿ

๐ด = ๐œ€. ๐‘. ๐ถ ๐‘š๐‘œ๐‘™/๐‘™๐‘–๐‘ก๐‘’๐‘Ÿ

atau

Ket: A = serapan (tanpa dimensi) ษ‘ = absorptivitas (g-1 cm-1) b = ketebalan sel (cm) C = konsentrasi (g lt-1) ษ› = absorptivitas molor (M-1 cm-1)

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau serapan suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Alat ini terdiri dari spektrometer yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi (Khopkar, 1990; Day and Underwood, 1981). Spektrofotometri UV-Visibel adalah alat yang digunakan untuk analisa kimia kuantitatif maupun analisa kimia semi kualitatif. Prinsip kerja alat ini didasarkan pada adanya fenomena penyerapan sinar oleh spesi kimia tertentu di daerah ultra lembayung (ultra violet) dan sinar tampak (visible). Alat

yang

digunakan

spektrofotometer

yang

untuk terdiri

analisa dari

spektrofotometri

spektrometer

dan

disebut fotometer.

Spektrometer menghasilkan sinar dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer mengukur intensitas sinar (Huda, 2001). Metode spektofotometri visibel dapat digunakan sebagai alternatif untuk menetapkan kadar yang memiliki warna asli seperti sampel rivanol pada penetapan kadar ini

(Susidarti, 2008). Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet (tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar pembaca (Sastrohamidjojo, 1992). Rivanol

merupakan

senyawa

golongan

diaminoacridine

yang

digunakan untuk menginduksi aborsi terapeutik. Seperti acridines lainnya, rivanol adalah mutagen, menunjukkan bahwa penggunaan rivanol harus dipertimbangkan kemungkinan efek toksisitas genetiknya. Senyawa ini lebih aman dibandingkan saline, suatu larutan garam steril yang digunakan untuk infus, mencuci dan membersihkan luka, karena tidak adanya toksisitas garam potensial dan karena aktivitas antibakteri intrinsik dari infeksi rivanol serta akibatnya lebih sedikit (Wugmeister dan William, 1983).

2.2

Uraian Bahan

1.

Rivanol

Nama resmi

: Aethacridini lactas

Nama lain

: Etakridina laktat, rivanol

Pemerian

: serbuk hablur, kuning, tidak berbau, rasa sepat dan pahit

Kelarutan

: Larut dalam 50 bagian air, dalam 9 bagian air panas dan

dalam 100 ml etanol 95%P mendidih Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik, dan terlindung dari cahaya 2.

Aqua dest

Nama resmi

: aqua destillata

Nama lain

: air suling

Pemerian

: cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau

Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik

BAB III METODOLOGI

3.1

Alat dan Bahan

1.

Alat: - Beaker glass - Erlenmeyer - Spektrofotometer - Kuvet kaca - Neraca analitik - Batang pengaduk - Labu takar - Botol semprot

2.

Bahan: - Aqua destilata - Syrup Rivanol

3.2

Data dan Perhitungan ๏‚ท

Konsentrasi larutan induk rivanol 0,1% 0,1 ๐‘” 100 ๐‘š๐ฟ 1 ๐‘š๐ฟ 50 ๐‘š๐ฟ

๏‚ท

=

100 ๐‘š๐‘” 0,1 ๐ฟ

= 1000 ppm

๐‘ฅ 1000 ๐‘๐‘m = 20 ppm

Range baku kerja Baku kerja mempunyai absorbansi dari 0,2 โ€“ 0,8 Cmin = 0,2 / 0,835 x 20 ppm = 4,7904 ppm Cmax = 0,8 / 0,835 x 20 ppm = 19,1617 ppm Jadi, range baku kerja antara 4,7904 โ€“ 19,1617 ppm

๏‚ท

Pengenceran baku kerja 1 ๐‘š๐ฟ

C1= 50 ๐‘š๐ฟ ๐‘ฅ 20 ๐‘๐‘m = 0,4 ppm

2 ๐‘š๐ฟ

C2= 50 ๐‘š๐ฟ ๐‘ฅ 20 ๐‘๐‘๐‘š = 0,8 ppm 3 ๐‘š๐ฟ

C3= 50 ๐‘š๐ฟ ๐‘ฅ 20 ๐‘๐‘m = 1,2 ppm 4 ๐‘š๐ฟ

C4= 50 ๐‘š๐ฟ ๐‘ฅ 20 ๐‘๐‘๐‘š = 1,6 ppm 5 ๐‘š๐ฟ

C5= 50 ๐‘š๐ฟ ๐‘ฅ 20 ๐‘๐‘๐‘š = 2 ppm 3.3

Prosedur kerja

1.

Preparasi larutan stok ๏‚ท

Ditimbang seksama masing-masing rivanol serbuk sebanyak 50 mg ditambahkan air hingga 100 mL pada labu takar

2.

Pembuatan larutanbaku induk ๏‚ท

Dipipet 1 mL larutan stok ditambahkan aquadest ad 100 mL, kocok hingga homogen di labu takar

๏‚ท 3.

Diamati pada absorbansi 363 nm

Pembuatan larutan baku kerja ๏‚ท

Dipipet larutan induk sebanyak 1 mL kemudian ditambahkan aquadest hingga 50 mL di labu takar

๏‚ท

Dipipet larutan induk sebanyak 2 mL kemudian ditambahkan aquadest hingga 50 mL di labu takar

๏‚ท

Dipipet larutan induk sebanyak 3 mL kemudian ditambahkan aquadest hingga 50 mL di labu takar

๏‚ท

Dipipet larutan induk sebanyak 4 mL kemudian ditambahkan aquadest hingga 50 mL di labu takar

๏‚ท

Dipipet larutan induk sebanyak 5 mL kemudian ditambahkan aquadest hingga 50 mL di labu takar

4.

Penetapan panjang gelombang maksimum ๏‚ท

Diambil 1 mL, 3 mL, 5 mL larutan baku kerja rivanol yang sudah diencerkan dengan aquadest dalam labu takar.

๏‚ท

Dicari absorbansinya pada panjang gelombang 220-400 nm. Hasil yang diperoleh dibandingkan dan ditetapkan panjang gelombang maksimumnya (diketahui rivanol= 363 nm)

5.

Penetapan kadar rivanol ๏‚ท

Larutan baku kerja 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL, 5 mL, masingmasing diukur absorbansinya dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang maks yang sudah ditemukan 363 nm

๏‚ท

Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali, dicatat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Tabel pengamatan Pengamatan I Larutan

ABS (363 nm) C

%T

1 Ml

0,113

0,113

77,0

2 mL

0,445

0,446

35,9

3 mL

0,707

0,707

19,6

4 mL

1,008

1,008

9,8

5 mL

1,236

1,236

5,8

ABS (363 nm)

C

%T

1 mL

0,118

0,118

76,2

2 mL

0,454

0,454

35,1

3 mL

0,710

0,710

19,5

4 mL

1,012

1,012

9,7

5 mL

1,245

1,242

5,7

ABS (363 nm)

C

%T

1 mL

0,120

0,120

75,8

2 mL

0,454

0,455

35,1

3 mL

0,710

0,710

19,5

4 mL

1,013

1,013

9,7

5 mL

1,238

1,239

5,8

Standar

Pengamatan II Larutan Standar

Pengamatan III Larutan Standar

Pengamatan larutan standar rata-rata (๐‘ฅ ) Larutan

ABS (363 nm)

C

%T

1 mL

0,117

0,117

76,3

2 mL

0,451

0,451

35,36

3 mL

0,709

0,709

19,53

4 mL

1,011

1,011

9,73

5 mL

1,239

1,239

5,76

Standar

Grafik Absorbansi Larutan Standar

Absorbansi 1.4

y = 0.2804x - 0.1358 Rยฒ = 0.9964

Absorbansi

1.2 1 0.8 0.6

Absorbansi

0.4

Linear (Absorbansi)

0.2 0 0

2

4

6

Konsentrasi

Pengamatan Larutan Sampel Larutan

ABS

Sampel

nm)

1

0,524

0,525

29,9

2

0,524

0,524

29,9

3

0,525

0,526

29,8

0,524

0,525

29,87

๐‘ฅ

(363 C

%T

Perhitungan kadar Rivanol dalam sampel y = 0,2804x - 0,1358 0,524 = 0,2804x โ€“ 0,1358 0,6598 = 0,2804x X = 2,353 ppm = kadar rivanol absorbansi sampel absorban baku

x konsentrasi baku = konsentrasi sampel

0,524 / 0,117 x 0,5% = 2,239 %

4.2

Pembahasan Rivanol memiliki panjang gelombang maksimum mulai dari 269,5

nm-410 nm. Karena memiliki panjang gelombang dengan range tersebut, maka metode spektrofotometri yang digunakan adalah spektrofotometri UV yang dapat membaca larutan dengan kadar senyawa berkisar 200-400 nm. Setelah larutan diukur absorbansinya, diperoleh panjang gelombang maksimum dan kurva larutan standar terhadap larutan baku. Panjang gelombang maksimum yang diperoleh adalah 363 nm. Setiap larutan standar dengan konsentrasi berbeda dan larutan sampel dihitung daya absorbansinya menggunakan spektrofotometer, dilakukan replikasi sebanyak tiga kali, dicatat hasilnya dan dihitung rata-ratanya. Setelah dilakukan perhitungan kadar sampel, didapatkan absorbansi sebesar 0,524 dan diketahuidari perhitungan menggunakan persamaan yang didapat yaitu y = 0,2804x โ€“ 0,1358 bahwa kadar rivanol dalam larutan sampel adalah 2,353 ppm dengan konsentrasi 2,239%. Dari data yang didapatkan, hasil perhitungan tidak memasuki rentang baku kerja. Hal ini disbabkan karena larutan sampel dalam spektrofotometri dibuat kurang pekat. Selain itu juga disebabkan karena kurang bersihnya pipet yang digunakan pada saat larutan sampel dimasukkan ke dalam kuvet, sehingga menyebabkan kesalahan dalam pembacaan data.

BAB V KESIMPULAN

5.1

Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah kadar

senyawa rivanol sebesar 2,353 ppm dengan konsentrasi sebesar 2,239% 5.2

Saran Saran untuk praktikum berikutnya, menggunakan pipet yang berbeda

untuk mengambil masing-masing larutan yang berbeda konsentrasinya, memastikan kuvet dalam keadaan bersih agar tidak terjadi keselahan dalam pembacaan data.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF