laporan analisis

May 8, 2019 | Author: Risqi Surya | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

wewe lolz...

Description

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS CADANGAN

OLEH : KELOMPOK II

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGA PERTAMBANGAN N JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN UNIVERSITAS PAPUA SORONG 2017

LAPORAN ANALISIS CADANGAN

 Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada mata kuliah teknik pemboran  Pada program studi s1 teknik pertambangan  Jurusan teknik perrtambangan  Fakultas teknik perrtambangan dan peminyakan Tahun akademik 2017

OLEH :

KELOMPOK II

 Program Studi S1 Teknik Pertambangan  Jurusan Teknik Pertambangan  Fakultas Teknik Pertambangan Dan Perminyakan Universitas Papua Tahun Akademik 2017

LEMBAR PENGESAHAN

OLEH : KELOMPOK II

1. SYAHRUL JANUANTO

201563001

2. SRI MULIA ABADI

201563010

3. SAMPARY W. WAKUM

201563015

4. ABRAHAM A. SENGKA

201563050

5. DANIEL PARDAMEAN SITUMEANG

201563052

Disusun dan disahkan pada : Hari

:

Tanggal

:

Mengetahui Dosen Pengampu

Dosen Pengampu I

Dosen Pengampu II

FIRWANSYAH ARAS, ST

ANDI MILWADI, ST

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan limpahan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Analisis Cadangan dengan lancar dan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Penulis pada kesempatan ini mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1. FIRMANSYAH ARAS, ST sebagai dosen pengampu I pada mata kuliah Teknik Pembran. 2. ANDI MILWADI, ST sebagai dosen pengampu ( II ) pada matakuliah Teknik Pemboran. 3. Serta temana-teman dari kelompok lain yang telah bisa bekerja sama dalam proses praktikum pada matakuliah analisis cadangan ini.

Kami sadar bahwa dalam penyusunan laporan praktikum ini terdapat banyak kekurangan yang perlu diperbaiki. Untuk itu kami mohon saran dan kritik dari  pembaca yang bersifat membangun guna perbaikan dikemudian hari agar pembuatan laporan yang akan datang dapat lebih baik lagi. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.

Sorong,

2017.

KELOMPOK II

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

…………………………………………………………………

HALAMAN TUJUAN

………………………………………………………………..

HALAMAN PENGESAHAN

………………………………………………………...

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I

PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 METODOLOGI

BAB II

PENGOLAHAN DATA 2.1 URAIAN SINGKAT TENTANG ASUMSI DAN PROSES PENGERJAAN DAN DATA-DATA YANG DIGUNAKAN 2.2 ANALISIS STATISTIK 2.3 REKAPITULASI DATA

BAB III

PERHITUNGAN SUMBERDAYA DENGAN METODE POLIGON 3.1 KONSTRUKSI POLIGON 3.2 PROSEDUR DAN ASUMSI PERHITUNGAN 3.3 HASIL PERHITUNGAN

BAB IV

PERHITUNGAN SUMBERDAYA DENGAN METODE PENAMPANG 4.1 KONSTRUKSI 4.2 PROSEDUR DAN ASUMSI PERHITUNGAN 4.3 HASIL PERHITUNGAN

BAB V

PENUTUP 5.1 PENJELASAN TENTANG KEDUA METODE 5.2 KESIMPULAN

LAMPIRAN 1. Peta topografi, sebaran titik bor 2. Peta distribusi ketebalan limonit, transisi, dan saprolit 3. Peta distribusi kadar Ni, Fe, dan SiO2 pada masing-masing horison di atas 4. Peta sumberdaya dan penampang 5. Tabel perhitungan sumberdaya

DAFTAR PUSTAKA

I.

1.1

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG Endapan laterit nikel Indonesia telah diketahui sejak tahun 1937.Informasi

mengenai endapan laterit nikel yang tertera pertama kali dalam literatur adalah Pomalaa pada tahun 1916 oleh pemerintah Belanda. Pomalaa adalah sebuah distrik yang terletak diSulawesi Tenggara. Sejak itu, endapan-endapan laterit nikel lainnya  baru disebut-sebut,seperti Gunung Cycloops (1949) dan Pulau Waigeo (1956) di Irian Jaya (Papua Barat),Sorowako di Sulawesi (1968), Pulau Gebe (1969), Maluku (Tanjung Buli) dan Obi diPulau Halmahera (1969) serta Pulau Gag (1982). Pada  pertengahan kedua abad ini,melalui prospeksi yang sistematis telah ditemukan  beberapa endapan lain. Penambangan dan pengolahan laterit nikel di Indonesia didominasi oleh PT INCO Tbk dan PT Aneka Tambang Tbk (PT Antam). Pada saat ini PT INCO mengolah laterit nikel untuk memproduksi nikel dalam bentuk nickel matte (Ni3S2) yang seluruh produksinya diekspor ke Jepang, sedangkan PT Antam mengolah laterit nikel untuk memproduksi nikel dalam bentuk  ferro-nickel   (logam paduan FeNi), selain itu juga mengekspor langsung bijihnya keluar negeri.Beberapa perusahan lain yang memiliki luaspertambangan lebih kecul di Sulawesi dan Maluku hanya melakukan penambangan dan mengekspor langsung bijih laterit nikel ke Cina untuk  pembuatan nickel pig iron. Ekspor langsung bijih mempunyai nilai tambah kecil dan  belum sesuai dengan yang diamanatkan dalam UU nomor 4/2009. Laterit nikel selain sebagai salah satu sumber utama nikel juga mengandung unsur-unsur ikutan (minor) seperti kobal (Co) yang telah diketahui dengan  baikketerdapatannya, dan juga beberapa unsur minor lain yang mempunyai nilai ekonomi.Namun unsur minor yang terkandung dalam bijih laterit belum menjadi  produk yang bernilai ekonomi tinggi disebabkan jalur proses pengolahan laterit nikel yang digunakan oleh PT INCO dan PT Antam menggunakan jalur proses  pirometalurgi dengan produk akhir masing-masing berupa nickel matte  dan  ferro

nickel (FeNi). Melalui jalur proses pengolahan laterit nikel dengan pirometalurgi, unsur minor seperti kobal (Co) dianggap sebagai unsur pengotor yang harus dibuang menjadi terak atau dihitung setara dengan unsur nikel, sehingga unsur-unsur minor yang seharusnya bernilai ekonomi menjadi tidak ekonomis.

1.2

TUJUAN Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini yaitu untuk : 1. Untuk menghitung jumlah cadangan dari data drill hole yang telah diberikan. 2. Untuk melakukan perbandingan antara cara perhitungan cadangan dengan menggunakan metode poligon dengan metode penampang.

1.3

METODOLOGI Adapun metode yang digunakan pada praktum ini yaitu : 1. Metode poligon 2. Metode penampang

1.4

DESKRIPSI UMUM TENTANG ENDAPAN NIKEL LATERIT 1.4.1 Genesa Endapan Nikel Laterit Endapan nikel yang ada di daerah penelitian adalah jenis nikel laterit, yang merupakan hasil pelapukan dari batuan ultra basa. Menurut Vinogradov,  batuan ultra basa pada awalnya mempunyai kandungan nikel rata-rata sebesar 0.2%. Proses terbentuknya nikel laterit dimulai dari peridotit sebagai batuan induk. Batuan induk ini akan berubah menjadi serpentin akibat pengaruh larutan hidrotermal atau larutan residual pada waktu proses pembentukan magma (proses serpentinisasi) dan akan merubah batuan peridotit menjadi  batuan Serpentinit atau batuan Serpentinit Peridotit. Selanjutnya terjadi proses pelapukan dan laterit yang menghasilkan serpentin dan peridotit lapuk. Adanya proses kimia dan fisika dari udara, air, serta pergantian panas dan dingin yang kontinu, akan menyebabkan

disintegrasi dan dekomposisi pada batuan induk. Batuan asal yang mengandung unsur-unsur Ca, Mg, Si, Cr, Mn, Ni, dan Co akan mengalami dekomposisi. Endapan laterit biasanya terbentuk melalui proses pelapukan kimia yang intensif, yaitu di daerah dengan iklim tropis-subtropis. Proses pelindian  batuan lapuk merupakan proses yang terjadi pada pembentukan endapan laterit, dimana proses ini memiliki penyebaran unsur-unsur yang tidak merata dan menghasilkan konsentrasi bijih yang sangat bergantung pada migrasi air tanah.

1.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Endapan Proses dan kondisi yang mengendalikan proses lateritisasi batuan ultramafik sangat beragam dengan ukuran yang berbeda sehingga membentuk sifat profil yang beragam antara satu tempat ke tempat lain, dalam komposisi kimia dan mineral, dan dalam perkembangan relatif tiap zona profil. Faktor yang mempengaruhi efisiensi dan tingkat pelapukan kimia yang pada akhirnya mempengaruhi pembentukan endapan adalah: a.

Iklim Iklim yang sesuai untuk pembentukan endapan laterit adalah iklim tropis

dan sub tropis, di mana curah hujan dan sinar matahari memegang peranan  penting dalam proses pelapukan dan pelarutan unsur-unsur yang terdapat pada  batuan asal. Sinar matahari yang intensif dan curah hujan yang tinggi menimbulkan perubahan besar yang menyebabkan batuan akan terpecah pecah, disebut pelapukan mekanis, terutama dialami oleh batuan yang dekat  permukaan bumi.  b.

Topografi Geometri relief dan lereng akan mempengaruhi proses pengaliran dan

sirkulasi air serta reagen-reagen lain. Secara teoritis, relief yang baik untuk  pengendapan bijih nikel adalah punggung-punggung bukit yang landai dengan kemiringan antara 10   30°. Pada daerah yang curam, air hujan yang jatuh ke  – 

 permukaan lebih banyak yang mengalir (run-off) dari pada yang meresap kedalam tanah, sehingga yang terjadi adalah pelapukan yang kurang intensif. Pada daerah ini sedikit terjadi pelapukan kimia sehingga menghasilkan endapan nikel yang tipis. Sedangkan pada daerah yang landai, air hujan  bergerak perlahan-lahan sehingga mempunyai kesempatan untuk mengadakan  penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori-pori batuan dan mengakibatkan terjadinya pelapukan kimiawi secara intensif. c.

Tipe batuan asal Adanya batuan asal merupakan syarat utama untuk terbentuknya

endapan nikel laterit. Batuan asalnya adalah jenis batuan ultrabasa dengan kadar Ni 0.2-0.3%, merupakan batuan dengan elemen Ni yang paling banyak di antara batuan lainnya, mempunyai mineral-mineral yang paling mudah lapuk atau tidak stabil (seperti Olivin dan Piroksen), mempunyai komponenkomponen

yang

mudah

larut,

serta

akan

memberikan

lingkungan

 pengendapan yang baik untuk nikel. Mineralogi batuan asal akan menentukan tingkat kerapuhan batuan terhadap pelapukan dan elemen yang tersedia untuk  penyusunan ulang mineral baru d.

Sruktur Struktur geologi yang penting dalam pembentukan endapan laterit

adalah rekahan (joint)  dan patahan (fault).  Adanya rekahan dan patahan ini akan mempermudah rembesan air ke dalam tanah dan mempercepat proses  pelapukan terhadap batuan induk. Selain itu rekahan dan patahan akan dapat  pula berfungsi sebagai tempat pengendapan larutan-larutan yang mengandung  Ni sebagai vein-vein. Seperti diketahui bahwa jenis batuan beku mempunyai  porositas dan permeabilitas yang kecil sekali sehingga penetrasi air sangat sulit, maka dengan adanya rekahan-rekahan tersebut lebih memudahkan masuknya air dan proses pelapukan yang terjadi akan lebih intensif e.

Reagen-reagen Kimia dan Vegetasi Reagen-reagen kimia adalah unsur-unsur dan senyawa-senyawa yang

membantu mempercepat proses pelapukan. Air tanah yang mengandung

CO2 memegang peranan paling penting di dalam proses pelapukan secara kimia. Asam-asam humus (asam organik) yang berasal dari pembusukan sisasisa tumbuhan akan menyebabkan dekomposisi batuan, merubah pH larutan, serta membantu proses pelarutan beberapa unsur dari batuan induk. Asamasam humus ini erat kaitannya dengan kondisi vegetasi daerah. f.

Waku Waktu merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pelapukan,

transportasi, dan konsentrasi endapan pada suatu tempat. Untuk terbentuknya endapan nikel laterit membutuhkan waktu yang lama, mungkin ribuan atau  jutaan tahun. Bila waktu pelapukan terlalu muda maka terbentuk endapan yang tipis. Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi. Banyak dari faktor tersebut yang saling berhubungan dan karakteristik profil di satu tempat dapat digambarkan sebagai efek gabungan dari semua faktor terpisah yang terjadi melewati waktu, ketimbang didominasi oleh satu faktor saja.

1.4.3

Profil Endapan Nikel Laterit Profil endapan nikel laterit yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan

ultrabasa secara umum terdiri dari 4 (empat) lapisan, yaitu lapisan tanah  penutup atau top soil, lapisan limonit, lapisan saprolit, dan bedrock. a. Lapisan tanah penutup  b. Lapisan Limonit c. Lapisan Saprolit d.  Bedrock (Batuan Dasar)

II.

2.1

PENGOLAHAN DATA

Uraian Singkat Tentang Asumsi Dan Pengolahan Dan Data Yang Digunakan 2..1.1 proses pengerjaan a.

Rekapitulasi data Adapun dalam pengejaan rekapitulasi data menggunakan data

assay yang telah didapatkan, kemudian memisahkan antara Top soil,limonit, transisi, saprolit, dan bedrock dengan menggunakan  beberapa aturan yaitu: 1. Top Soil 

Kandungan Fe < 30% dan/atau Kandungan Ni <

1,1%

2. Limonit

Kandungan Fe > 30% dan/atau Kandungan Ni 1,1%

s.d. 1,6% 3. Transisi

Kandungan Fe < 40% dan/atau Kandungan Ni 1,6 %

s.d. 2,0 % 4. Saprolit Kandungan Fe < 30% dan/atau Kandungan Ni > 2,0 % 5. Bedrock Kandungan Fe < 30% dan/atau Kandungan Ni < 1,6 % Setelah di kategorikan ke masing-masing lapisan berdasarkan kadar  Nikel dan besi, dipindahkan ke Sheet atau Data Horizon untuk di cari rata-rata setiap lapisan batuan. Dan setelah rata-rata setiap lapisan batuan di dapat, kemudian dipindahkan ke Rekapitulasi data, direkapitulasi data. data-data dari horizon dimasukkan  berdasarkan urutan lapisan, BorID, From-to, ketebalan lapisan, ratarata kadar Nikel, rata-rata kadar Fe, rata-rata kadar SiO2.  b. Pembuatan peta Pada proses pembuatan peta langkah yang pertama kita lakukan yaitu dengan melakukan input data-data drill hole  ke aplikasi  AutoCade  untuk menunjukan seberan lubang bor dan topografi daerah pengamatan.

c. Metode poligon Pada pengerjaan metode ini yang bertujuan unuk menghitung luasan daerah pengaruh, kemudian membuat lingkaran yang  berdiameter 25 m dari masing-masing lubang bor, dan lakukan  perhitungan luasan daerah yang dicakup oleh lingkaran tersebut. d. Metode penampang

2.1.2

Data-Data Yang Digunakan a. Data drill hole Data drill hole ini terdiri dari data easting, northing   dan elevasi yang

didapat

 pengamatan,

berdasarkan yang nantinya

hasil

pemboran

pada

daerah

akan

digunakan

untuk

proses

 pembuatan peta.  b. Data dari masing-masing kadar Data-data seperti top soil,  horizon limonit, horizon transisi, horizon saprolit, dan  bedrock   ini kemudian direkapitulasi yang  bertujuan untuk menentukan jumlah kadar dari disetiap lubang bor nantinya. 2.2

Anallisis Statistik

DAFTAR PUSTAKA

https://supardibarmawimie08.wordpress.com/2013/03/16/genesa-endapan-nikellaterit/ http://mandeleyev-rapuan.blogspot.co.id/2012/06/nikel-laterit.html

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF