Laporan Analisa Lemak atau Minyak dan Sabun.docx
December 20, 2018 | Author: Rida Nadhira D | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Analisa Lemak atau Minyak dan Sabun.docx...
Description
LAPORAN ZAT PEMBANTU TEKSTIL ANALISA LEMAK / MINYAK & ANALISA SABUN
Nama
: Rida Nadhira Daniati
NPM
: 16020108
Grup
: 2K4
Dosen
: Juju J, AT.,M.Si.
Asisten
: 1. Octianne D., M.T. 2. Mia E., S.ST.
POLITEKNIK STTT BANDUNG 2017
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan Tujuan A. Bilangan Asam (BA)
Untuk menentukan banyak asam lemak bebas didalam lemak/minyak. B. Bilangan Ester (BE)
Untuk menentukan banyaknya asam lemak yang teresterkan pada gliserol didalam lemak/minyak. C. Bilangan Penyabunan (BP)
Untuk menentukan banyaknya total asam lemak (yang bebas dan teresterkan didalam lemak/minyak. D. Bilangan Iodium (BI)
Untuk menentukan kadar ikatan tidak jenuh (ikatan rangkap) dalam rantai hidrokarbon pada lemak/minyak. E. OPU (Oil Pick Up)
Untuk menentukan kadar minyak/lemak dalam bahan tekstil dari segala jenis serat/kain. F. Penetapan Kadar Lemak Bebas yang Tidak Tersabunkan
Untuk menentukan banyaknya lemak tak tersabunkan (RCOOH + R’H), apabila hasil analisa lemak tak tersabunkan > 3 %. G. Penetapan Asam Lemak Bebas
Untuk menentukan kadar asam lemak bebas didalam sabun yang tidak tersabunkan pada saat pembuatan sabun. H. Penetapan Alkali Bebas
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan Tujuan A. Bilangan Asam (BA)
Untuk menentukan banyak asam lemak bebas didalam lemak/minyak. B. Bilangan Ester (BE)
Untuk menentukan banyaknya asam lemak yang teresterkan pada gliserol didalam lemak/minyak. C. Bilangan Penyabunan (BP)
Untuk menentukan banyaknya total asam lemak (yang bebas dan teresterkan didalam lemak/minyak. D. Bilangan Iodium (BI)
Untuk menentukan kadar ikatan tidak jenuh (ikatan rangkap) dalam rantai hidrokarbon pada lemak/minyak. E. OPU (Oil Pick Up)
Untuk menentukan kadar minyak/lemak dalam bahan tekstil dari segala jenis serat/kain. F. Penetapan Kadar Lemak Bebas yang Tidak Tersabunkan
Untuk menentukan banyaknya lemak tak tersabunkan (RCOOH + R’H), apabila hasil analisa lemak tak tersabunkan > 3 %. G. Penetapan Asam Lemak Bebas
Untuk menentukan kadar asam lemak bebas didalam sabun yang tidak tersabunkan pada saat pembuatan sabun. H. Penetapan Alkali Bebas
Untuk menentukan kadar alkali bebas didalam sabun yang tidak bereaksi pada pembentukan sabun. I. Penetapan Alkali Total
Untuk menentukan kadar alkali total didalam sabun sebagai jumlah alkali bebas dan alkali terikat. J. Penetapan Kadar Zat Pemberat/Pengisi (Fillers)
Untuk menentukan kadar zat pemberat/pengisi (fillers) pada contoh uji sab un. K. Penetapan Minyak / Logam Pelikan
Untuk menentukan kadar minyak / logam pelikan yang terdapat pada sabun. L.Kadar Air
Untuk mengukur kandungan air dalam sabun.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Dasar Teori A. LEMAK/MINYAK
Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid , yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
pelarut
organik
non-polar,
misalnya
dietil
eter
(C2H5OC2H5),
Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelaut tersebut.
Bahan-bahan dan senyawa kimia akan mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya dengan d engan zat terlarut .Tetapi polaritas bahan dapat berubah karena kar ena adanya proses kimiawi. Misalnya asam lemak dalam larutan KOH berada dalam keadaan terionisasi dan menjadi lebih polar dari aslinya sehingga mudah larut serta dapat diekstraksi dengan air. Ekstraksi asam lemak yang terionisasi ini dapat dinetralkan kembali dengan menambahkan asam sulfat encer (10 N) sehingga kembali menjadi tidak terionisasi dan kembali mudah diekstraksi dengan pelarut non-polar.
Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang berarti “triester dari gliserol” . Jadi lemak dan minyak juga merupakan senyawaan ester. Hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang. Bila R1=R2=R3, maka trigliserida yang terbentuk disebut trigliserida sederhana (simple triglyceride), sedangkan bila R1, R2,R3, berbeda , maka disebut trigliserida campuran (mixed triglyceride).
1. Penamaan lemak dan Minyak
Lemak dan minyak sering kali diberi nama derivat asam-asam lemaknya, yaitu dengan cara menggantikan akhiran at pada asam lemak dengan akhira in , misalnya :
– tristearat tristearat dari gliserol diberi nama tristearin – tripalmitat tripalmitat dari gliserol diberi nama tripalmitin
selain itu , lemak dan minyak juga diberi nama dengan cara yang biasa dipakai untuk penamaan suatu ester, misalnya:
– triestearat triestearat dari gliserol disebut gliseril tristearat
– tripalmitat tripalmitat dari gliserol disebut gliseril tripalmitat
2. Pembentukan Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida dari gliserol. Dalam pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses kondensasi satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak (umumnya ketiga asam lemak tersebut berbeda – beda), yang membentuk satu molekul trigliserida dan satu molekul air.
3. Klasifikasi Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan beberapa penggolongan, yaitu: 3.1 Berdasarkan kejenuhannya kejenuhannya (ikatan rangkap) : 3.1.1. Asam lemak jenuh Tabel 1. Contoh-contoh dari asam lemak jenuh, antara lain:
NAMA
STRUKTUR
SUMBER
Butirat
CH3(CH2)2CO2H
Lemak susu
Palmitat
CH3(CH2)14CO2H
Lemak hewani dan nabati
Stearat
CH3(CH2)16CO2H
Lemak hewani dan nabati
3.1.2 Asam lemak tak jenuh Tabel 2. Contoh-contoh dari asam lemak tak jenuh, antara lain:
NAMA
Palmitoleat
STRUKTUR
SUMBER
CH3(CH2)5CH=CH(CH2)7CO2H
Lemak
hewani
dan
hewani
dan
nabati Oleat
Lemak
CH3(CH2)7CH=CH(CH2) 7CO2H
nabati Linoleat
CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)7CO2H
Minyak nabati
Linolenat
CH3CH2CH=CHCH2CH=CHCH2=CH
Minyak biji rami
(CH2) 7CO2H
Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai rantai zig-zig yang dapat cocok satu sama lain, sehingga gaya tarik vanderwalls tinggi, sehingga biasanya berwujud padat. Sedangkan asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya . asam lemak dengan lebih dari satu ikatan dua tidak lazim,terutama terdapat pada minyak nabati,minyak ini disebut poliunsaturat. Trigliserida tak jenuh ganda (poliunsaturat) cenderung berbentuk minyak.
4. Dasar-dasar analisa lemak dan minyak
Analisa lemak dan minyak yang umum dilakukan dapat dapat dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan tujuan analisa, yaitu; Penentuan kuantitatif, yaitu penentuan kadar lemak dan minyak yang terdapat dalam
bahan makanan atau bahan pertanian. Penentuan kualitas minyak sebagai bahan makanan, yang berkaitan dengan proses
ekstraksinya,
atau
ada
pemurnian
lanjutan,
misalnya
penjernihan
(refining),
penghilangan bau (deodorizing), penghilangan warna (bleaching). Penentuan tingkat kemurnian minyak ini sangat erat kaitannya dengan daya tahannya selama penyimpanan, sifat gorengnya, baunya maupun rasanya. Tolak ukur kualitas ini adalah angka asam lemak bebasnya (free fatty acid atau FFA), angka peroksida, tingkat ketengikan dan kadar air. Penentuan sifat fisika maupun kimia yang khas ataupun mencirikan sifat minyak tertentu. data ini dapat diperoleh dari angka iodinenya, angka Reichert-Meissel, angka
polenske, angka krischner, angka penyabunan, indeks refraksi titik cair, angka kekentalan, titik percik, komposisi asam-asam lemak, dan sebagainya. Uji analisa lemak meliputi:
1. Kadar minyak/lemak dalam tekstil cara soxhlet.
Kadar lemak/ minyak dalam bahan tekstil adalah perbandingan antara berat minyak/lemak dalam bahan tekstil dengan berat kering mutlak bahan tekstil yang telah dihilangkan minyak/lemak. Prinsipnya minyak/lemak dalam contoh uji diekstrak dengan zat pelarut minyak/lemak dengan menggunakan alat pengekstraksi Soxhlet.
2. Bilangan Asam (BA).
Bilangan asam adalah bilangan yang menunjukkan berapa miligram KOH (alkali) yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas didalam lemak. Bilangan asam dilakukan untuk menentukan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak/lemak. Metoda yang dilakukan adalah penetralan asam dengan alkali. Prinsipnya dengan melarutkan lemak/minyak dalam eter alkohol. Cara penetralan dengan titrasi alkalimetri yaitu dititar dengan alkali.
3. Bilangan Ester (BE).
Bilangan ester adalah bilangan yang menyatakan berapa miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan ester yang ada dalam 1 gram minyak/lemak. Metoda yang dilakukan yaitu hidrolisa lemak dan penyabunan asam lemak dengan alkali. Cara penetapannya dengan cara titrasi asidimetri (penitarnya asam) setelah proses penyabunan sempurna.
4. Bilangan Penyabunan (BP).
Bilangan penyabunan adalah bilangan yang menunjukkan berapa miligram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan sempurna 1 gram minyak/lemak. Metoda yang dipakai yaitu hidrolisa lemak dan penyabunan asam lemak dengan alkali. Penetapan dilakukan dengan cara titrasi asidimetri setelah proses penyabunan selesai.
5. Bilangan Iodium (BI). Bilangan iodium adalah bilangan yang menunjukkan berapa miligram halogen (dinyatakan sebagai iodium) yang dapat diikat oleh 100 miligram minyak/lemak. Jadi BI merupakan ukuran bagi banyaknya ikatan rangkap (tidak jenuh) dalam minyak/lemak karena halogenida akan diadisi pada ikatan rangkap tersebut. Metoda yang digunakan yaitu adisi ikatan rangkap dalam hidrokarbon dengan halogen. Penetapannya dilakukan dengan cara titrasi yodometri (dititar dengan tio sulfat) setelah proses adisi selesai.
Standar nilai pada minyak/lemak:
MINYAK/LEMAK
BA
BI
BP
Castor
0,13 – 0,8
86,6 – 88,3
175 – 183
Kelapa
2,5 - 10
8,4 – 8,8
200 – 205
Jagung
1-2
113 - 125
187 – 193
Sawit
10
53
200 - 205
Zaitun
0,3 – 1,6
86 - 90
185 – 194
Kacang
0,8
88 - 98
186 - 194
Wijen
9,8
103 – 117
186 – 194
0,3 – 1,2
122 – 134
189 – 193,5
Kedelai
Lemak dan minyak adalah ester dari gliserol (alkohol trihidrat) dengan asam lemak dengan berat molekul ( C = 11 – 24 ). Contoh minyak atau lemak bisa berasal dari minyak atau lemak hewan atau tumbuh-tumbuhan. Bentuk lemak dari hewan pada umumnya mengandung lemak jenuh lebih banyak dari pada lemak tak jenuh dan umumnya berbentuk fasa padat, misalnya : lemak sapi, berupa gliserol triasetat dengan campuran gliserol oleo-palmito-stearat. Sedangkan lemak dari minyak nabati (tumbuhtumbuhan) mengandung asam lemak tak jenuh lebih banyak dari pada lemak jenuh dan umumnya berbentuk fasa cair, misalnya minyak jagung berupa gliserol trioleat dengan campuran gliserol-oleo-palmoti-linolat, gliserol-dilinolo dan gliserol-trinoleat.
Lemak yang stabil mempunyai kandungan asam lemak dengan jumlah karbon C = 11 – 24. apabila jumlah atom C rendah seperti pada asam Butirat (C4H9COOH) pada mentega asli, tidak tahan panas jadi mudah terbakar. Dalam penyimpanan, asam lemak tak jenuh mudah teroksidasi oleh udara, membentuk keton-keton yang berbau tengik. Asam lemak umumnya rantai hidrokarbon panjang dan tidak bercabang. Lemak dan minyak seringkali diberi nama sebagai derivat asam-asam lemak ini. Misalnya tristerat dan gliserol diberi nama tristerin dan tripalmitat dari gliserol disebut tripalmitin.
Sifat Lemak / minyak:
Penyabunan : lemak / minyak mudah tersabunkan oleh larutan alkali pada suhu
mendidih.
Hidrolisa
lemak : lemak / minyak mudah terhidrolisa oleh larutan asam kuat pada
suhu mendidih terutama asam – asam mineral.
Oksidasi
/ reduksi : lemak jenuh mengandung asam stearat, asam palmitat, dan lain-
lain, asam lemak jenuh tidak mudah teroksidasi maupun tereduksi. Lemak tak jenuh mengandung asam oleat, linolat, linoleat dan lain-lain, asam lemak tak jenuh mudah tereduksi membentuk asam lemak jenuh dan mudah teroksidasi membentuk ketonketon.
Lemak/minyak
yang mengandung asam lemak tak jenuh cenderung menjadi bau
dalam penyimpanan. Pada oksidasi dalam udara lembab dan suhu tinggi, mula-mula asam lemak tak jenuh berubah menjadi hidroksida kemudian membentuk keton yang menimbulkan bau. Gabungan oksidasi dan penyabunan oleh enzim dapat menguraikan lemak menjadi gliserol dan merubahnya menjadi Akrolein CH2 = CH. CHO yang menjadi penyebab utama timbulnya bau tengik.
Oksidasi
udara dalam waktu lama dapat menimbulkan warna kekuningan. Oksigen
mensubstitusi ikatan rangkap membentuk timulnya gugus karbonil men yebabkan warna kekuningan.
Pada
oksidasi dalam udara lembab dan suhu tinggi, dan membiarkan lemak lama
berhubungan dengan udara menyebabkan lemak/minyak tak jenuh menjadi keras sehingga sukar dihilangkan dalam proses pencucian. Hal tersebut timbul karena terjadi polimer lemak.
Oksidasi
udara dalam waktu lama dapat menimbulkan proses polimerisasi antara
ikatan rangkap pada hidrokarbon. Timbulnya gugus karbonil menyebabkan warna kekuningan.
Pengsulfonan
: lemak jenuh mengandung asam stearat, asam palmitat, dan lain-lain,
asam lemak jenuh dapat disulfonkan oleh asam sulfat pekat pada suhu dan tekanan tinggi.
Pengsulfatan
: lemak tak jenuh mengandung asam oleat, linolat, linoleat dan lain-lain,
asam lemak tak jenuh mudah tersulfatkan oleh asam lemak sulfat pekat pada suhu mendidih.
Jenis pelarut : benzena, minyak tanah, eter, hidrokarbon terklorinasi. Terpentin,
karbon disulfida, ligroin, dll. Tisdak larut dalam air, asam, dll.
Titik
leleh : 47 0C – 65 0C.
Cara
menghilangkan:
a. penyabunan atau hidrolisa dengan alkali
b. pengemulsian oleh sabun atau zat aktif permukaan c. ekstraksi dengan pelarut organic
Jenis asam lemak: Asam
Miristat C13H27-COOH
Asam
Laurat C11H23-COOH
Asam
Palmitat C15H31-COOH
Asam
Linoleat C17H29-COOH
Asam
Linolat C17H31-COOH
Asam
Risinolat C17H32-COOH
Asam
Oleat C17H33-COOH
Asam
Stearat C17H35-COOH
Perbedaan Antara Lemak dan Minyak
Perbedaan antara lemak dan minyak antara lain, yaitu:
Pada temoperatur kamar lemak berwujud padat dan minyak berwujud cair.
Gliserrida pada hewan berupa lemak (lemak hewani) dan gliserida pada tumbuhan berupa miyak (minyak nabati)
Komponen minyak terdiri dari gliserrida yang memiliki banyak asam lemak tak jenuh sedangkan komponen lemak memiliki asam lemak jenuh.
Kegunaan Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak merupakan senyawaan organik yang penting bagi kehidupan makhluk hidup.adapun lemak dan minyak ini antara lai n: 1. Memberikan rasa gurih dan aroma yang spesipek 2. Sebagai salah satu penyusun dinding sel dan penyusun bahan-bahan biomolekul 3. Sumber energi yang efektif dibandingkan dengan protein dan karbohidrat,karena lemak dan minyak jika dioksidasi secara sempurna akan menghasilkan 9 kalori/liter gram lemak atau minyak. Sedangkan protein dan karbohidrat hanya menghasilkan 4 kalori tiap 1 gram protein atau karbohidrat. 4. Karena titik didih minyak yang tinggi, maka minyak biasanya digunakan untuk menggoreng makanan di mana bahan yang digoreng akan kehilangan sebagian besar air yang dikandungnya atau menjadi kering. 5. Memberikan konsistensi empuk,halus dan berlapis-lapis dalam pembuatan roti. 6. Memberikan tektur yang lembut dan lunakl dalam pembuatan es krim. 7. Minyak nabati adalah bahan utama pembuatan margarine
8. Lemak hewani adalah bahan utama pembuatan susu dan mentega 9. Mencegah timbulnya penyumbatan pembuluh darah yaitu pada asam lemak esensial. Reaksi a.
Bilangan Asam
RCOOH + KOH
RCOOK + H 2O
b. Bilangan Ester
R(COO)3C3H5 + KOH
RCOOK + C 3H5(OH)3
KOH + HCl c.
KCl + H 2O
Bilangan Penyabunan
R(COO)3C3H5 + 3 KOH
3 RCOOK + C 3H5 (OH)3
d. Bilangan Iodium
CH = CH + Br 1
Br2 + 2 KI I2 + 2Na2S2O3
H
H
C
C
I
Br
2K Br + I2 Na2S4O6 + 2 Na I
B. SABUN Sejarah sabun
Pliny (23 – 79) menyebut sabun dalam Historia Naturalis, sebagai bahan cat rambut dan salep dari lemak dan abu pohon beech yang dipakai mas yarakat di Gaul, Prancis. Tahun 100 masyarakat Gaul sudah memakai sabun keras. Ia juga menyebut pabrik sabun di Pompei yang berusia 2000 tahun, yang belum tergali. Di masa itu sabun lebih sebagai obat. Baru belakangan ia dipakai sebagai pembersih, seperti kata Galen, ilmuwan Yunani, di abad II Tahun 700-an di Italia.membuat sabun mulai dianggap sebagai seni.
Seabad kemudian muncul bangsa Spanyolsebagai pembuat sabun terkemuka di Eropa. Sedangkan Inggris baru memproduksi tahun 1200-an. Secara berbarengan Marseille, Genoa, Venice, dan Savona menjadi pusat perdagangan karena berlimpahnya minyak zaitun setempat serta deposit soda mentah. Akhir tahun 1700-an Nicolas Leblanc, kimiawan Prancis, menemukan, larutan alkali dapat dibuat dari garam meja biasa. Sabun
pun
makin
mudah
dibuat,
alhasil
ia
terjangkau
bagi
semua
orang. Di Amerika Utara industri sabun lahir tahun 1800-an. “Pengusaha-“nya mengumpulkan sisa-sisa lemak yang lalu dimasak dalam panci besi besar. Selanjutnya, adonan dituang dalam cetakan kayu. Setelah mengeras, sabun dipotong-potong, dan dijual dari rumah ke rumah. Begitupun, baru abad XIX sabun menjadi barang biasa, bukan lagi barang mewah.
Lemak dan minyak yang umum digunakan dalam pembuatan sabun adalah trigliserida dengan tiga buah asam lemak yang tidak beraturan diesterifikasi dengan gliserol. Masing – masing lemak mengandung sejumlah molekul asam lemak dengan rantai karbon panjang antara C12 (asam laurik) hingga C18 (asam stearat) pada lemak jenuh dan begitu juga dengan lemak tak jenuh. Campuran trigliserida diolah menjadi sabun melalui proses saponifikasi dengan larutan natrium hidroksida membebaskan gliserol.
Sifat – sifat sabun yang dihasilkan ditentukan oleh jumlah dan komposisi dari komponen asam – asam lemak yang digunakan. Komposisi asam – asam lemak yang sesuai dalam pembuatan sabun dibatasi panjang rantai dan tingkat kejenuhan. Pada umumnya, panjang rantai yang kurang dari 12 atom karbon dihindari penggunaanya karena dapat membuat iritasi pada kulit, sebaliknya panjang rantai yang lebih dari 18 atom karbon membentuk sabun yang sangat sukar larut dan sulit menimbulkan busa. Terlalu besar bagian asam – asam lemak tak jenuh menghasilkan sabun yang mudah teroksidasi bila terkena udara. Alasan – alasan di atas, faktor ekonomis, dan daya jual menyebabkan lemak dan minyak yang dapat dibuat menjadi sabun terbatas. Sabun adalah hasil reaksi dari asam lemak dengan logam alkali. Hasil penyabunan tersebut diperoleh suatu campuran sabun, gliserol, dan sisa alkali atau asam lemak yang berasal dari lemak yang telah terhidrolisa oleh alkali. Campuran tersebut berupa masa yang kental, masa tersebut dapat dipisahkan dari sabun dengan cara penggaraman, bila sabunnya adalah sabun natrium, proses pengggaraman dapat dilakukan dengan menambahkan larutan garam NaCl jenuh. Setelah penggaraman larutan sabun naik ke
permukaan larutan garam NaCl, sehingga dapat dipisahkan dari gliserol dan larutan garam dengan cara menyaring dari larutan garam. Masa sabun yang kental tersebut dicuci dengan air dingin untuk menetralkan alkali berlebih atau memisahkan garam NaCl yang masih tercampur. Sabun kental kemudian dicetak menjadi sabun batangan atau kepingan dan kepingan. Gliserol dapat dipisahkan dari sisa larutan garam NaCl dengan jalan destilasi vakum. Garam NaCl dapat diperoleh kembali dengan jalan pengkistralan dan dapat digunakan lagi.
Penetapan Sabun terdapat 2 macam, yaitu cara kualitatif dan cara kuantitatif.
a. Penetapan Kualitatif
Penetapan secara kualitatif dilakukan untuk mengetahui apakah sabun mengandung alkali bebas atau asam lemak bebas. Cara penetapan :
Contoh sabun diparut/ dipotong halus.
Timbang sabun sebanyak 0,1 gram sabun, masukkan kedalam tabung rekasi yang bersih dan kering.
Larutkan sabun dengan 2 ml Alkohol netral (bila perlu dipanaskan diatas penangas air).
Kemudian dibubuhi 1-2 tetes indicator PP.
b. Penetapan Kwantitatif
Penetapan kuantitatif dilakukan dengan cara mengamati hasil dari uji kualitatif Jika setelah dibubuhi indicator PP larutan sabun tidak berwarna merah berarti sabun mengandung asam lemak bebas atau netral.
Apabila sabun berwarna merah berarti sabun mengandung alkali bebas.
Analisis sabun secara kuantitatif meliputi pemeriksaan :
1. Alkali bebas 2. Asam lemak bebas 3. Alkali total 4. Alkali terikat 5. Asam lemak total 6. Asam lemak terikat 7. Lemak netral yang tidak tersabunkan 8. Zat pemberat/ pengisi 9. Logam minyak/ Minyak Pelikan 10. Kadar air Definisi
Sabun adalah garam logam dari asam lemak.
Pada prinsipnya sabun dibuat dengan cara mereaksikan asam lemak dan alkali sehingga terjadi reaksi penyabunan – Reaksi pertama : Lemak + NaOH Hidrolisa mendidih Gliserol + Asam lemak – Reaksi kedua : 3RCOOH + NaOH Penyabunan RCOONa + H2O Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ujung ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat non-polar, sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles), yakni segerombol (50-150) molekul sabun yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-ujung ionnya menghadap ke air.
Kegunaan sabun ialah kemempuannya mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat sabun. Pertama, rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat-zat non-polar, seperti tetesan-tetesan minyak. Kedua, ujung anion molekul sabun, yang tertarik pada air, ditolak oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Karena tolak-menolak antara tetestetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung tetapi tetap tersuspensi.
Sabun termasuk dalam kelas umum senyawa yang disebut surfaktan, yakni senyawa yang dapat menurunkan tegangan permukaan air. Molekul surfaktan apa saja mengandung suatu ujung hidrofobik (satu rantai molekul atau lebih) dan suatu ujung hidrofilik. Porsi hidrokarbon suatu molekul surfaktan harus mengandung
12
atom
karbon
atau
lebih
agar
efektif.
Larutan encer sabun selalu terionkan membentuk anion dari alkil karboksilat, yang aktif sebagai pencuci sehingga sabun alkil natrium karboksilat disebut azt aktif anion. Gugus RCOO mempunyai sifat ganda, gugus alkil R bersifat hidrofob (menolak air) sedangkan gugus karboksilat – COO bersifat hidrofil (menarik air).
RCOONa RCOO- + Na+ Larutan sabun selalu trhidrolisa di dalam air sehingga bersifat sedikit alkalis. Dengan penambahan indikator PP(fenolftalein) selalu berwarna merah muda. Sehingga dalam waktu bersamaan akan terdapat molekul-moleku RCOONa, RCOOH dan ion-ion RCOO , OH dan Na+.
RCOONa RCOOH + Na+
Sabun dan asam lemak dapat membentuk : X RCOOH + Y RCOONa (RCOOH)X (RCOONa)Y
asam – sabun (tidak aktif)
Suhu titer sabun adalah suhu dimana larutan koloid sabun berubah menjadi kasar dan tidak aktif lagi. Sedangkan titik keruh adalah suhu dimana larutan koloid sabun menjadi keruh karena terbentuknya dispersi kasar dan larutan sabun menjadi kental sehingga dapat dipilin. Titik keruh disebut juga suhu pilin. Suhu titer dan titik keruh tidak jauh berbeda dan merupakan indikasi dimana larutan sabun tidak aktif lagi. Maka untuk penggunaan sebagai detergen,
larutan
sabun
dipanaskan
sampai
mendekati
suhu
titer.
Sabun larut dalam alkohol dan sedikit larut dalam pelarut lemak. Sabun secara koloidal di dalam air dan bersifat sebagi zat aktif permukaan. R – COOL . Gugus R sebagi alkil bersifat menolak air (hidrofob) dan gugus – COOL bersifat menarik air (hidrofil) bila L berupa kation dari Na, K atau NH4. Larutan koloidal akan terbentuk dengan cepat pada suhu makin tinggi. Larutan asam akan segera menghidrolisa sabun menjadi asam lemak kembali. Di dalam air dingin berbentuk gumpalan dan di dalam air panas akan melelh dan membentuk lapisan minyak yang jernih di prmukaan larutan asam. R – COONa + HCl H+ R – COOH + NaCl
Pembuatan sabun
Alkali Jika alkali berlebih maka dihasilkan : campuran sabun, gliserol, sisa alkali dan air. Sabun yang terbentuk bersifat basa. Jika alkali kurang maka akan dihasilkan : campuran sabun, gleserol, asam lemak yang berasal dari lemak yang terhidrolisa alkali. Campuran hasil reaksi tersebut berupa masa yang kental. Reaksi sabun : RCOOH +NaOH RCOONa + H2O Jika NaOH berlebih maka : RCOOH +NaOH RCOONa + NaOH + H2O Jika sabun berlebih maka :
RCOOH +NaOH RCOONa + RCOOH + H2O
Untuk sabun natrium Pemisahan masa dengan penggaraman dengan NaCl jenuh pemisahan gliserol dan larutan garam dengan cara penyaringan. Sabun dicuci untuk memisahkan dengan garam.
Untuk sabun kalium Alkali bebas tidak boleh ada dalam sabun. Untuk sabun mandi harus berlebih asam lemaknya agar empuk.
Zat aditif (zat yang ditambahkan kedalam sabun) ditambahkan sesuai fungsi (pewangi dll) maksimal 10%.
Sifat sabun
Sabun larut dalam alcohol dan sedikit larut dalam pelarut lemak
Sabun + air → larutan koloid. Dalam air terlarut secara kolodial dan bersifat surfaktan yang terdiri dari molekul yang suka air (hidrofil) dan tidak suka air (hidrofob)
Dalam air sadah (mengandung Ca dan Mg berlebih) mengendap sebagai sabun kalsium/ natrium.
Dalam asam, sabun akan terhidrolisa menjadi asam lemak kembali. RCOONa + HCl → RCOOH + NaCl
Larutan encer sabun terionkan membentuk anion dari alkil karboksilat, yang aktif sebagai pencuci (ZAP).
Hidrolisa dalam air bersifat alkali dan terbentuk molekul RCOONa, RCOOH, dan ion-ion RCOO-, OH-, dan Na+
Panjang rantai alkil akan mempengaruhi sifat fisik sabun seperti derajat hidrolisa, suhu titer, dan titik keruh. Untuk sabun jumlah C-nya 14,15, dan 17
Fungsi sabun diantaranya:
a. sabun alkali tanah untuk detergen (zat pencuci) RCOONa, RCOOK, RCOONH4 b. sabun alkali logam mineral untuk zat tahan air yang tidak permananen (RCOO)2Ca, (RCOO)2Mg, (RCOO)3Al Sabun yang digunakan sebagai pencuci pada umumnya dibuat dari basa natrium yang direaksikan dengan asam lemak berantai panjang. Untuk tujuan tertentu sabun dapat dibuat dari garam kalium, misalnya untuk sabun yang lebih lunak dan lebih larut dalam air. Analisa sabun 1. Penetapan Kadar Lemak Bebas yang tidak Tersabunkan
Lemak tak tersabunkan adalah bilangan yang menunjukkan banyaknya NaOH yang diperlukan untuk menyabunkan lemak tak tersabunkan didalam sa bun. 2. Penetapan Kadar Zat Pemberat (Fillers)
Zat pengisi atau zat pemberat pada sabun adalah zat-zat semacam kaolin, batu ambang, asbes, kapur, dll. Zat-zat tersebut ditambahkan pada waktu pembuatan sabun sebagai zat pengisi atau zat pemberat, dengan maksud untuk menambah berat dan mempermudah bentuk sabun bila dicetak. Penetapannya yaitu dengan cara penyaringan secara kualitatif. 3. Penetapan Minyak/Logam Pelikan
Minyak/logam
pelikan
adalah
minyak-minyak
mineral/zat-zat
yang
tidak
bisa
disabunkan, misalnya: minyak tanah, minyak mesin, dll. Ditetapkan secara kwalitatif. 4. Penetapan Alkali Bebas
Kadar alkali bebas adalah yang menunjukkan banyaknya kadar alkali bebas (sebagai NaOH) yang dapat dinetralkan oleh asam). Penetapannya dengan cara titrasi asidimetri.
5. Penetapan Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas adalah bilangan yang menunjukkan banyaknya NaOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas didalam sabun. Maksudnya untuk menentukan kadar asam lemak bebas yang tidak bereaksi dengan alkali menjadi sabun. Penetapannya dilakukan dengan cara titrasi alkalimetri dengan larutan alkohol KOH sebagai penitarnya karena asam lemak dicari jumlahnya dimana jumlahnya ekivalen dengan asam dititar dengan alkali 6. Penetapan Alkali Total
Kadar alkali total adalah bilangan yang menunjukkan banyaknya alkali bebas dan alkali terikat (sebagai NaOH) yang dapat dinetralkan oleh asam. Tujuannya untuk menentukan kadar alkali total didalam sabun sebagai jumlah alkali bebas dan alkali terikat. Cara penetapan dengan hidrolisa sabun dalam air. 8. Kadar air
Sabun merupakan komoditi yang terbentuk dari asam lemak yang bereaksi dengan basa/akali sehingga menghasilkan garam dan air. Kadar air dalam sabun ditetapkan dengan pemanasan langsung pada suhu 105 ⁰C dengan metode penimbangan
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan A. Bilangan Asam (BA)
Alat :
Neraca Analitik
Erlenmeyer
Pipet volume 10 mL
Pipet tetes
Buret
Statif & klem
Gelas kimia
Bahan :
Minyak/lemak contoh uji
Pereaksi : - Eter : Alkohol netral = 1 : 2 - Indikator PP - KOH Alkohol 0,1 N
B. Bilangan Ester (BE)
Alat :
Erlemeyer
Pipet volume 10 mL
Pendingin refluks
Pipet tetes
Buret
Statif & klem
Bahan :
Minyak/lemak contoh uji
Pereaksi : - KOH Alkohol 0,5 N - Indikator PP - HCl 0,5 N
C. Bilangan Penyabunan (BP)
Alat :
Neraca Analitik
Erlenmeyer
Pipet volume 10 mL
Pendingin refluks
Pipet tetes
Buret
Statif & klem
Bahan :
Minyak/lemak contoh uji
Pereaksi : - KOH Alkohol 0,5 N - Indikator PP - HCl 0,5 N
D. Bilangan Iodium (BI)
Alat :
Neraca analitik
Erlenmeyer tutup asah
Pipet volume 10 mL
Pipet tetes
Gelas ukur
Buret
Statif & klem
Bahan :
Minyak/lemak contoh uji
Pereaksi : - Chloroform - Larutan Hanus 0,1 N - Larutan tiosulfat 0,1 N - Indikator kanji 0,5%
E. OPU (Oil Pick Up)
Alat :
Pengekstrak soxhlet lengkap terdiri dari : - Labu lemak / labu esktraksi 250 mL - Tabung / labu soxhlet - Pendingin gondok / pendingin spiral
Penangas listrik / elektrik heating place
Oven / pengering listrik
Eksikator
Kertas saring tabung atau kertas saring biasa bebas lemak
Neraca Analitik Penjepit
Bahan :
Kain contoh uji yang mengandung lemak/minyak
Pelarut : - Alkohol netral
F. Penetapan Kadar Lemak Bebas yang Tidak Tersabunkan
Alat :
Neraca analitik
Erlenmeyer
Gelas ukur
Penangas air
Batang pengaduk
Corong pemisah
Pipet volume 10 mL
Labu lemak
Gelas kimia
Alat Soxhlet
Eksikator
Oven
Penjepit
Bahan :
Sabun contoh uji
Pereaksi : - Larutan NaHCO3 1 % - Larutan Eter
G. Penetapan Asam Lemak Bebas
Alat :
Neraca analitik
Erlenmeyer 250 mL
Pipet volume 10 mL
Pendingin refluks
Pipet tetes
Buret
Statif & klem
Gelas kimia
Bahan :
Sabun contoh uji
Pereaksi : - Alkohol netral
- Indikator PP - KOH Alkohol 0,1 N
H. Penetapan Alkali Bebas
Alat :
Neraca analitik
Erlenmeyer 250 mL
Pipet volume 10 mL
Pendingin refluks
Pipet tetes
Buret
Statif & klem
Gelas kimia
Bahan :
Sabun contoh uji
Pereaksi : - Alkohol netral - Indikator PP - HCl 0,1 N
I. Penetapan Alkali Total
Alat :
Neraca analitik
Erlenmeyer 250 mL
Gelas kimia
Penangas air
Pipet tetes
Buret
Statif & klem
Bahan :
Sabun contoh uji
Pereaksi : - Air suling - Indikator MO - HCl 0,5 N
J. Penetapan Kadar Zat Pemberat/Pengisi (Fillers)
Alat :
Neraca analitik
Erlenmeyer 250 mL
Pipet volume 10 mL
Pendingin refluks
Corong
Gelas kimia
Oven
Eksikator
Penjepit
Bahan :
Sabun contoh uji
Kertas saring
Pereaksi : - Alkohol 95 %
K. Penetapan Minyak / Logam Pelikan
Alat :
Tabung reaksi
Rak tabung reaksi
Spatula
Batang pengaduk
Pipet volume 10 mL
Bahan :
Sabun contoh uji
Pereaksi : - KOH Alkohol 0,5
L.Kadar Air
Alat :
Neraca analitik
Oven
Eksikator
Penjepit
Bahan :
Sabun contoh uji
Kertas timbang
3.2. Cara Kerja A. Bilangan Asam (BA)
1. Ditimbang dengan teliti (empat angka dibelakang koma) 1 – 2 gram lemak/minyak. 2. Dilarutkan dalam 25 ml pelarut eter : alkohol netral = 2 : 1. 3. Dibubuhi 2 tetes indikator PP (harus tidak berwarna). 4. Dititar cepat dengan KOH Alkohol 0,1 N sampai warna merah jambu muda. 5. Sisa larutan jangan dibuang, dilanjutkan untuk pendapatan bilangan ester. 6. Penetapan dilakukan duplo (dua kali percobaan).
B. Bilangan Ester (BE)
1. Pada sisa larutan bekas penetapan bilangan asam (asam lemak yang sudah mengandung asam lemak bebas air), ditambahkan 10 mL tepat KOH Alkohol 0,5 N (gunakan pipet volume). 2. Dibubuhi batu didih, disambungkan dengan pendingin tegak lalu refluks selama 15 – 30 menit, sewaktu – waktu harus dikocok supaya penyabunan sempurna. 3. Pada akhir pendidihan, ditetesi indikator PP maka larutan harus berwarna merah (berarti masih ada kelebihan KOH Alkohol), bila tidak merah berarti perlu penambahan KOH Alkohol 0,5 N, dan refluks kembali selama 15 – 30 menit. 4. Diangkat dan didinginkan sebentar (jangan terlalu dingin bisa membeku dan dititar dengan HCl 0,5 N sampai warna merah jambu muda / tepat warna merah hilang). 5. Dilakukan titrasi blanko untuk 10 mL KOH Alkohol 0,5 N sesuai volume alkohol yang digunakan sesuai prosedur diatas tanpa contoh uji.
C. Bilangan Penyabunan (BP)
1. Ditimbang teliti (empat angka dibelakang koma) 1 – 2 gram contoh minyak/lemak yang sudah bebas air dan asam mineral. 2. Ditambahkan 10 mL tepat (pipet) KOH Alkohol 0,5 N dan batu didih, kemudian direfluks selama 15 – 30 menit. 3. Pada akhir pendidihan, dibubuhi 2 – 3 tetes indikator PP dan harus berwarna merah, berarti penambahan KOH Alkohol 0,5 N sudah cukup / masih berlebih, jika belum / tidak merah ditambahkan lagi 10 mL KOH Alkohol 0,5 N dan direfluks kembali selama 15 – 30 menit. 4. Diangkat dan didinginkan sebentar, lalu dititar dengan HCl 0,5 N sampai tepat warna larutan merah hilang. 5. Dilakukan titrasi blanko terhadap 10 mL KOH Alkohol 0,5 N dengan pelaksanaan yang sama dengan contoh.
D. Bilangan Iodium (BI)
1. Ditimbang teliti ke dalam erlenmeyer bertutup asah contoh minyak/lemak sebanyak 1 - 2 gram. 2. Dilarutkan dengan 5 mL chloroform. 3. Ditambahkan 10 mL tepat larutan hanus 0,1 N. 4. Erlenmeyer tutup asah segera ditutup, digoyangkan dan disimpan pada tempat gelap atau lemari selama kira – kira 15 menit supaya bereaksi sempurna. 5. Kemudian ke dalam larutan yang berlebih (sisa reaksi), ditambahkan 15 mL air. 6. Iodium yang dibebaskan segera dititar dengan larutan tiosulfat 0,1 N sampai warna kuning muda, lalu ditambahkan 1 – 2 mL indikator kanji. 7. Titrasi dilanjutkan sampai larutan menjadi tidak berwarna. 8. Dilakukan titrasi blanko terhadap 10 mL larutan hanus 0,1 N dan 5 ml larutan chloroform, disimpan ditempat gelap / lemari selama 15 menit, dititar dengan larutan tiosulfat 0,1 N.
E. OPU (Oil Pick Up)
1.Kain contoh uji ditimbang teliti (empat angka dibelakang koma), misalnya berat contoh uji = a gram. 2. Dikeringkan labu lemak / labu ekstraksi yang telah diisi batu didih, dalam oven pengering suhu 105 - 110 ⁰C selama 1 jam, kemudian dipindahkan/didinginkan pada eksikator, dan ditimbang teliti (empat angka dibelakang koma). Misalnya berat labu lemak/minyak = b gram. 3. Kain contoh uji dimasukkan ke dalam kertas saring tabung, atau dibungkus dengan kertas saring biasa (yang telah diketahui beratnya), dibungkus sesuai dengan aturan sehingga tinggi kertas saring tabung / kertas saring biasa tidak mengganggu zat pelarut minyak/lemak. 4. Contoh uji tersebut dimasukkan ke dalam labu soxhlet.
5. Dimasukkan zat pelarut minyak/lemak sebanyak 1,5 – 2 kali volume labu soxhlet yang telah dilengkapi labu lemak / labu ekstraksi, kemudian dipegang dan dihubungkan dengan alat pendingin. 6. Diletakkan pengekstrak soxhlet lengkap diatas pemanas listrik, dialirkan air pendingin. 7. Dilakukan ekstraksi selama kurang lebih 2 jam, atau sekurang – kurangnya 6 kali putaran / sirkulasi pelarut. 8. Setelah ekstraksi selesai, dikeluarkan contoh uji dari labu soxhlet, untuk menghilangkan pelarut pada contoh uji tersebut, dikeringkan contoh uji tersebut dalam oven pada suhu 105 – 110⁰C selama 1 – 2 jam, didinginkan desikator, kemudian ditimbang. Misal berat contoh uji = c gram. 9. Dipisahkan minyak/lemak dari pelarut dalam labu ekstraksi dengan cara penyulingan sampai pelarut hampir habis. 10. Dihilangkan sisa pelarut dalam labu lemak / labu ekstraksi pada oven pengering pada suhu 105 – 110 ⁰C selama 30 menit (sampai kering), didinginkan pada eksikator selama 15 – 20 menit dan ditimbang sampai bobot tetap. 11. Diulangi pekerjaan tersebut sampai bobot tetap dan terakhir penimbangan dengan perbedaan maksimal 0,1 mg dengan penimbangan sebelumnya. Misalnya berat labu lemak / labu esktraksi dan minyak/lemak = d gram.
F. Penetapan Kadar Lemak Bebas yang Tidak Tersabunkan
1. Ditimbang teliti (empat angka dibelakang koma) 2 – 3 gram contoh sabun, dilarutkan dengan 100 mL NaHCO 3. 2. Dipanaskan di atas penangas air (jangan dikocok untuk menghindari busa, NaHCO 3 gunanya untuk mengisap alkali bebas yang mungkin ada, hal ini dilakukan agar asam lemak tidak terikat oleh alkali bebas tersebut dan lemak netralnya tidak disabunkan). 3. Didinginkan sampai suhu kamar, dipindahkan seluruh contoh sabun yang sudah larut ke dalam corong pemisah secara kuantitatif, piala dibilas dengan NaHCO 3 1 %.
4. Ke dalam corong pemisah, dimasukkan 10 – 20 mL larutan eter, lalu dikocok/diputar dan dibiarkan beberapa menit sampai terlihat lapisan pemisah (terpisah). 5. Kemudian dipisahkan. 6. Lapisan bawah yang terdiri dari larutan NaHCO 3 1 %, dimasukkan kembali ke dalam piala gelas semula, sedangkan lapisan eter dimasukkan ke dalam labu lemak / labu ekstraksi yang telah diketahui bobotnya. 7. Larutan contoh dan NaHCO 3 1 % dalam piala gelas tersebut dimasukkan kembali dalam corong pemisah, ditambahkan lagi 10 – 20 mL eter, dikocok, dibiarkan dan dipisahkan lagi seperti tadi. Diulangi pekerjaan tersebut 3x berturut – turut. 8.Larutan eter yang sudah terkumpul, disulingkan dengan alat soxhlet. 9. Residu yang tinggal dalam labu lemak kemudian dikeringkan dalam oven suhu 110⁰C selama 30 menit, didinginkan pada eksikator dan ditimbang sampai bobot tetap.
G. Penetapan Asam Lemak Bebas
1. Ditimbang teliti (empat angka dibelakang koma) 2 – 3 gram contoh, dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL (erlenmeyer harus kering). 2. Dilarutkan dengan 25 mL alkohol netral. 3. Ditambahkan 1 – 2 butir batu didih. 4. Dididihkan dengan pendingin refluks selama 15 – 30 menit. 5. Didinginkan sebentar, dibubuhi 1 – 2 tetes indikator PP (larutan tidak berwarna). 6. Dititar dengan KOH Alkohol 0,1000 N sampai warna merah muda.
H. Penetapan Alkali Bebas
1. Ditimbang teliti (empat angka dibelakang koma) 2 – 3 gram contoh, dimasukkan dalam erlenmeyer 250 mL (erlenmeyer harus kering). 2. Dilarutkan dengan 25 mL alkohol netral. 3. Ditambahkan 1 – 2 butir batu didih. 4. Dididihkan dengan pendingin refluks selama 15 – 30 menit. 5. Didinginkan sebentar, dibubuhi 1 – 2 tetes indikator PP (larutan berwarna merah muda). 6. Dititar dengan HCl 0,1000 N sampai warna merah tepat hilang.
I. Penetapan Alkali Total
1. Ditimbang teliti (empat angka dibelakang koma) 0,5 – 1 gram contoh sabun, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL. 2. Dilarutkan dalam 50 mL air suling (air suling panas), sampai seluruh sabun larut (jangan terlalu dikocok busa sabun mengganggu titik akhir). 3. Dibubuhi 2 – 3 tetes indikator MO. 4. Dititar dengan larutan HCl 0,5000 N sampai warna jingga muda.
J. Penetapan Kadar Zat Pemberat/Pengisi (Fillers)
1. Ditimbang dengan teliti (empat angka dibelakang koma) 1 – 2 gram contoh sabun, dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL. 2. Dilarutkan dengan 50 – 100 mL alkohol 95 %. 3. Direfluks dengan menggunakan pendingin tegak diatas penangas air. 4. Sabun dan hidroksida alkali pada sabun akan larut, sedangkan karbonat tidak akan larut.
5. Bagian yang tidak larut disaring dengan kertas saring yang sudah diketahui bobotnya. 6. Kertas saring dan residu dikeringkan pada 105 – 110⁰C selama 30 menit, dimasukkan ke dalam eksikator lalu timbang sampai bobot tetap.
K. Penetapan Minyak / Logam Pelikan
1. Dimasukkan contoh uji sabun menggunakan spatula (kira – kira sejumput) ke dalam tabung reaksi pertama yang bersih dan kering. 2. Kemudian dilarutkan dengan 5 mL KOH Alkohol 0,5 N. 3. Dimasukkan juga 2,5 mL KOH Alkohol 0,5 N pada tabung kedua, ketiga, keempat, kelima dan keenam. 4. Larutan pada tabung reaksi pertama dimasukkan setengah ke tabung reaksi kedua, dari tabung reaksi kedua pun dilakukan hal yang sama ke tabung reaksi ketiga. Dilakukan hal yang sama sampai pada tabung reaksi keenam. 5. Adanya logam pelikan, menunjukkan kekeruhan pada setiap pengenceran dengan air. Tidak adanya kekeruhan (jernih) lpgam pelikan negatif.
L.Kadar Air
1. Ditimbang kertas timbang. 2. Ditimbang contoh uji sabun 1 – 2 gram. 3. Dimasukkan dalam eksikator selama 15 menit. 4. Dimasukkan dalam oven selama 1 jam. 5. Ditimbang kembali sampai berat tetap.
BAB IV HASIL & PENGAMATAN
4.1. Data Pengamatan A. Bilangan Asam (BA) NO. 1. 2.
Berat Minyak/lemak 1,0059 gram 1,0107 gram
Hasil Titrasi 1 mL 1,1 mL
B. Bilangan Ester (BE) NO. Berat Minyak/lemak 1. 1,0059 gram 2. 1,0107 gram Titrasi Blanko : 10,5 mL
Hasil Titrasi 9,2 mL 9,4 mL
C. Bilangan Penyabunan (BP) NO. Berat Minyak/lemak 1. 1,0223 gram 2. 1,0358 gram Titrasi Blanko : 10,4 mL
Hasil Titrasi 1,1 mL 1,3 mL
D. Bilangan Iodium (BI) NO. Berat Minyak/lemak 1. 1,0515 gram 2. 1,1400 gram Titrasi Blanko : 9 mL
Hasil Titrasi 7,5 mL 7,7 mL
E. OPU (Oil Pick Up)
Berat Labu Minyak Berat Contoh Uji
Sebelum Proses 110,2838 gram (b) 1,6978 gram (a)
Sesudah Proses 110,3328 gram (d) 1,6271 gram (c)
F. Penetapan Kadar Lemak Bebas yang Tidak Tersabunkan
Berat Labu Minyak Berat Contoh Uji
Sebelum Proses 101,5097 gram
Sesudah Proses 101,6239 gram
2,3693 gram
G. Penetapan Asam Lemak Bebas NO. 1. 2.
Berat Sabun 2,0277 gram = 2.027,7 mg 2,0584 gram = 2.058,4 mg
Titrasi KOH Alkohol 3,3 mL 3,0 mL
H. Penetapan Alkali Bebas
Contoh uji sabun yang didapatkan tidak mengandung alkali bebas. I. Penetapan Alkali Total NO. 1. 2.
Berat Sabun 0,5007 gram = 500,7 mg 0,5012 gram = 501,2 mg
Titrasi HCl 4,5 mL 4,3 mL
J. Penetapan Kadar Zat Pemberat/Pengisi (Fillers)
Berat Kertas Saring Berat Contoh Uji
Sebelum Proses 0,3242 gram
Sesudah Proses 0,3764 gram
1,0532 gram
K. Penetapan Minyak / Logam Pelikan Larutan dalam Tabung Reaksi
Kekeruhan
Tabung reaksi 1
Keruh
Tabung reaksi 2
Keruh
Tabung reaksi 3
Agak keruh
Tabung reaksi 4
Sedikit keruh
Tabung reaksi 5
Jernih
Tabung reaksi 6
Jernih
L.Kadar Air
Berat Sabun + Kertas Timbang Berat Sabun Contoh Uji
Sebelum Proses Sesudah Proses 1,5143 gram (a) 1,4592 gram (b) 1,0072 gram
4.2. Perhitungan A. Bilangan Asam (BA)
BA1 = BA1 =
mL titrasi x N KOH Alkohol x BE KOH Alkohol Berat contoh uji mL x , N x 6 ,9 gram
BA1 = 5,57
BA2 = BA1 =
mL titrasi x N KOH Alkohol x BE KOH Alkohol Berat contoh uji , mL x , N x 6 ,7 gram
BA1 = 6,09
B. Bilangan Ester (BE)
BE1 =
BE1 =
BE1 =
(mL blanko − mL titrasi) x N HCl x BE KOH Alkohol Berat contoh uji (, mL − 9, mL) x , N x 6, ,9 gram ,3 mL x , N x 6, ,9 gram
BE1 = 36,25
BE2 =
BE2 = BE2 =
(mL blanko − mL titrasi) x N HCl x BE KOH Alkohol Berat contoh uji (, mL − 9,4 mL) x , N x 6, ,7 gram , mL x , N x 6, ,7 gram
BE2 = 30,86
C. Bilangan Penyabunan (BP)
BP1 =
BP1 = BP1 =
(mL blanko − mL titrasi) x N HCl x BE KOH Alkohol Berat contoh uji (gram) (,4 mL − , mL) x , N x 6, ,3 gram 9,3 mL x , N x 6, ,3 gram
BP1 = 255,17
BP2 =
BP2 =
BP2 =
(mL blanko − mL titrasi) x N HCl x BE KOH Alkohol Berat contoh uji (gram) (,4 mL − ,3 mL) x , N x 6, ,3 gram 9, mL x , N x 6, ,3 gram
BP2 = 246,42
D. Bilangan Iodium (BI)
BI1 =
BI1 = BI1 =
(mL blanko − mL titrasi)x N Tiosulfat x BE x Berat contoh uji (mg) (9 mL − 7, mL)x , N x 7x ., mg , mL x , N x 7 x ., mg
BI1 = 1,81
BI2 =
BI2 =
BI2 =
(mL blanko − mL titrasi)x N Tiosulfat x BE x Berat contoh uji (mg) (9 mL − 7,7 mL)x , N x 7x .4 mg ,3 mL x , N x 7 x
BI2 = 1,45
.4 mg
E. OPU (Oil Pick Up)
Kadar minyak/lemak pada bahan = = =
a−c
100 %
a
,697 − ,67 gram ,697 gram ,77 gram ,697 gram
100 %
100 %
= 4,16 %
Kadar minyak/lemak pada labu lemak = = =
d−b a
100 %
,33 − ,3 gram ,697 gram ,49 gram ,697 gram
100 %
100 %
= 2,89 %
F. Penetapan Kadar Lemak Bebas yang Tidak Tersabunkan
Kadar lemak netral yang tidak tersabunkan = = =
Berat residu Bobot contoh
100 %
,639 − ,97 gram ,3693 gram ,4 gram ,3693 gram
100 %
100 %
= 4,82 %
G. Penetapan Asam Lemak Bebas
Kadar asam lemak bebas 1 = Kadar asam lemak bebas 1 =
mL titrasi x N KOH Alkohol x BE Asam Lemak Berat contoh uji (mg) 3,3 mL x , N x .7,7 mg
Kadar asam lemak bebas 1 = 3,25 %
100 %
100 %
mL titrasi x N KOH Alkohol x BE Asam Lemak
Kadar asam lemak bebas 2 =
Berat contoh uji (mg) 3, mL x , N x
Kadar asam lemak bebas 2 =
.,4 mg
100 %
Kadar asam lemak bebas 2 = 2,91 %
H. Penetapan Alkali Bebas
Contoh uji sabun yang didapatkan tidak mengandung alkali bebas.
I. Penetapan Alkali Total
Alkali total 1 =
Alkali total 1 =
mL titrasi x N HCl x BE NaOH Berat contoh uji (mg) 4, mL x , N x 4 ,7 mg
100 %
100 %
Alkali total 1 = 17,97 %
Alkali total 2 =
Alkali total 2 =
mL titrasi x N HCl x BE NaOH Berat contoh uji (mg) 4,3 mL x , N x 4 , mg
100 %
100 %
Alkali total 2 = 17,16 %
J. Penetapan Kadar Zat Pemberat/Pengisi (Fillers)
Kadar zat pengisi (fillers) = = =
Berat residu Bobot contoh
100 %
,3764 − ,34 gram ,3 gram , gram ,3 gram
= 4,96 %
100 %
100 %
100 %
K. Penetapan Minyak / Logam Pelikan
Tidak ada perhitungan.
L.Kadar Air
Kadar air = = =
a−b Bobot contoh
100 %
,43 − ,49 gram ,7 gram , gram ,7 gram
100 %
100 %
= 5,47 %
J. Mutu Sabun Asam Lemak Bebas
Alkali total = alkali terikat 17,16 % = 17,16 % 7,6
Alkali terikat = asam lemak terikat
4
200 = 85,8 %
Asam lemak total = asam lemak terikat + asam lemak bebas = 85,8 % + 2,91 % = 88,72 % *Asam lemak tak tersabunkan = 4,82 % Karena kadar asam lemak total yang didapatkan mencapai diatas 63,00 % dan kadar asam lemak tak tersabunkan lebih dari dari 2,50 %, maka sabun tersebut termasuk T4. Komposisi sabun :
- Alkali total
= 17,16 %
- Asam lemak total
= 85,8 %
- Filler
= 4,96 %
- Kadar air
= 5,47 %
- *Lemak netral tak tersabunkan
= 4,82 %
+
118, 21 % - Logam pelikan
= negatif
4.3. Pembahasan A. Bilangan Asam (BA)
Bilangan asam adalah bilangan yang menunjukkan berapa mg KOH yang diperlukan untuk menetralkan lemak (khususnya asam lemak bebas) dalam 1 mg lemak. Bilangan asam ditentukan dengan cara titrasi alkalimetri, yaitu teknik titrasi dengan pereaksi suatu alkali (KOH). Pada proses bilangan asam ini larutan harus tidak berwarna setelah dititrasi menggunakan KOH Alkohol untuk membuktikan bahwa minyak telah berubah menjadi alkali. Selain itu juga titrasi dilakukan cepat karena penitar dengan larutan contoh yang sudah diproses mudah bereaksi dengan cepat. Pada praktikum ini dilakukan duplo agar hasil lebih akurat, didapatkan hasil yaitu :
BA1 = 5,57
BA2 = 6,09
Hasil ini kurang tepat, seharusnya hasilnya lebih kecil dari hasil ini. Hal ini dapat disebabkan karena kebersihan alat – alat yang kurang bersih dan kurang telitinya praktikkan akan memengaruhi hasil akhir pada percobaan ini.
B. Bilangan Ester (BE)
Bilangan ester adalah bilangan yang menyatakan berapa mg KOH yang diperlukan untuk menyabunkan ester yang terdapat dalam 1 gram lemak/minyak. Jadi, bilangan ester merupakan suatu ukuran kadar ester yang terdapat dalam minyak/lemak. Penetapan bilangan ester dapat terganggu jika dalam lemak terdapat suatu anhidrida
atau suatu lakton. Teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi bilangan ester adalah dengan cara titrasi asidimetri setelah proses penyabunan selesai. Dalam bilangan ester ini larutan contoh uji yang dipakai yakni bebas penetapan bilangan asam ini berfungsi supaya asam lemak/minyak yang sudah mengandung asam lemak yang bebas air. Selanjutnya di refluks, fungsi daroi refluks ini yaitu supaya minyak dalam erlenmeyer bisa larut dengan pelarut yang digunakan tanpa harus dikocok – kocok. Larutan harus berwarna merah ketika dipanaskan dan ditambahkan indikator PP, hal ini menunjukkan adanya kelebihan KOH Alkohol dalam larutan, jika belum berwarna merah maka perlu dilakukan penambahan KOH Alkohol. Didapatkan hasil yaitu :
BE1 = 36,25
BE2 = 30,86
Hasil ini salah. Hal ini dapat disebabkan karena kebersihan alat – alat yang kurang bersih dan kurang telitinya praktikkan akan memengaruhi hasil akhir pada percobaan ini.
C. Bilangan Penyabunan (BP)
Bilangan penyabunan (BP) adalah bilangan yang menunjukkan berapa mgram KOH yang diperlukan untuk menyabunkan sempurna 1 gram minyak/lemak. Angka penyabunan dapat digunakan untuk menentukan berat molekul minak dan lemak secara kasar. Cara menentukan angka penyabunan adalah sebagai berikut : minyak/lemak yang sudah bebas air dan asam mineral ditimbang, kemudian ditambahkan 10 mL KOH Alkohol 0,5 N dan batu didih, dan direfluks selama 15 – 30 menit. Pada akhir pendidihan, dibubuhi 2 – 3 tetes indikator PP dan harus berwarna merah. Jika tidak ditambahkan kembali KOH Alkohol 10 mL dan direfluks kembali 15 – 30 menit. Setelah itu didinginkan kemudian dititrasi dengan HCl 0,5 N. Titik akhir titrasi ditandai dengan tepat hilangnya warna merah. Alkohol yang terdapat dalam KOH berfungsi untuk melarutkan asam lemak hasil hidrolisa agar mempermudah reaksi dengan basa sehingga terbentuk sabun. Penetapan bilangan penyabunan cara ini dilakukan dengan cara asidimetri, yaitu titrasi dilakukan dengan asam. Pada bilangan penyabunan ini kita melakukan titrasi blanko dimana titrasi
blanko ini digunakan tanpa memakai larutan contoh uji. Titrasi blanko ini berguna sebagai literatur untuk menyeleraskan larutan contoh yang dicampur dengan pelarut yang sudah disediakan dengan larutan yang dibuat tanpa memakai larutan contoh asli. didapatkan hasil yaitu :
BP1 = 255,17
BP2 = 246,42
D. Bilangan Iodium (BI)
Bilangan iodium adalah bilangan yang menunjukkan berapa mgram halogen (dinyatakan sebagai iodium) yang dapat di ikat oleh 100 mgram lemak/minyak atau berapa % halogen yang dapat diikat oleh minyak/lemak. Bilangan iod adalah sifat kimia minyak yang dipakai untuk mengetahui banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh dalam minyak. Jadi, bilangan iodium merupakan ukuran bagi banyaknya ikatan rangkap (tidak jenuh) dalam minyak/lemak, karena halogenida akan di adisi pada ikatan rangkap tersebut. Penentuan bilangan iodium dilakukan dengan cara titrasi yodometri setelah proses adisi selesai atau sempurna. Dalam praktikum bilangan iodium memakai erlenmeyer tutup asah supaya larutan tidak mudah terhidrolisa dan erlenmeyer tutup asah ini harus dalam keadaan kering karena apabila terdapat air maka akan mengganggu proses sebab minyak ini tidak larut dalam air. Selain itu juga dalam proses ini harus dilakukan proses penggelapan atau disimpan ditempat gelap karena supaya reaksi yang terjadi tidak mudah menguap akibat sinar matahari. Didapatkan hasil yaitu :
BI1 = 1,81
BI2 = 1,45
Hasil tersebut tidak tepat. Hal ini bisa disebabkan karena kebersihan alat – alat yang digunakan karena ini akan sangat mempengaruhi hasil akhir pada percobaan, kurang teliti saat praktikum, karena bila tidak demikian maka hasil dari percobaan tidak akan akurat, misalnya saja pada saat melakukan penitaran, zat dapat berubah warna dengan cepat, bila tidak teliti kemungkinan gagal akan lebih besar.
E. OPU (Oil Pick Up)
Pada praktikum kali ini digunakan prinsip minyak/lemak dalam contoh uji diesktrak dengan zat pelarut minyak/lemak, dengan menggunakan alat pengekstraksi soxhlet. Pelarut minyak yang digunakan yaitu alkohol netral. Pada penentuan kadar minyak/lemak menggunakan alat soxhlet yang digunakan sebagai alat bantu ekstraksi. Pada percobaan ini dilakukan dua aktivitas yaitu proses ekstraksi dan destilasi. Ekstraksi dilakukan karena bertujuan untuk menghilangkan lemak pada bahan dan memisahkan lemak dari pelarutnya. Sedangkan destilasi bertujuan untuk mengubah uap air yang dikeluarkan pada saat proses ekstraksi menjadi air. didapatkan hasil yaitu :
Berat kadar minyak/lemak pada bahan = 4,16 %
Berat kadar minyak/lemak pada labu lemak = 2,89 %
F. Penetapan Kadar Lemak Bebas yang Tidak Tersabunkan
Dalam pembuatan sabun ada juga lemak yang tidak tersabunkan oleh alkali dan juga oleh lemak – lemak yang sedikit tercampur dengan lilin atau minyak lain yang tidak tersabunkan. Lemak tak tersabunkan adalah bilangan yang menunjukkan banyaknya NaOH yang diperlukan untuk menyabunkan lemak tak tersabunkan didalam sabun. Prinsip yang dilakukan hampir sama dengan penetapan kadar fillers, yaitu menimbang berat awal dan menimbang berat residu. Pada proses ini jangan sampai terjadi busa karena busa ini dapat mengganggu setiap proses oleh karena itu digunakan NaHCO3. Fungsi zat ini yaitu untuk menghisap alkali bebas yang mungkin ada, hal ini dilakukan agar asam lemak tidak terikat oleh alkali bebas tersebut dan lemak netralnya tidak disabunkan. Hanya beberapa sabun yang bisa dilakukan penetapan kadar asam lemak bebas yang tak tersabunkan, maka dari itu sabun yang dipakai untuk contoh uji ini berbeda dari sabun contoh uji untuk uji penetapan lainnya. Pada praktikum kali ini, banyaknya lemak tak tersabunkan pada contoh uji sabun (16020119) adalah 4,82 %. Penetapan ini harus dilakukan denga hati – hati pada waktu memisahkan antara lapisan eter dengan NaHCO 3 1 % jangan sampai ada lapisan yang terbawa.
Penambahan eter dilakukan pada saat contoh uji
dingin agar eter tidak cepat
menguap.
G. Penetapan Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas adalah bilangan yang menunjukkan banyaknya NaOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas didalam sabun. Asam lemak bebas merupakan hasil degradasi dari trigliserida sebagai akibat dari kerusakan minyak. Selain itu, asam lemak bebas juga merupakan asam yang dibebaskan dari proses hidrolisis dari lemak. Fungsi penambahan alkohol adalah untuk melarutkan lemak/minyak pada s ampel agar dapat bereaksi dengan basa alkali. Karena alkohol yang digunakan adalah untuk melarutkan minyak, sehingga alkohol yang digunakan adalah alkohol netral. Fungsi pemanasan (refluks) saat percobaan adalah agar reaksi antara alkohol dan minyak tersebut bereaksi dengan cepat, sehingga pada saat titrasi diharapkan alkohol larut. Alkohol dalam kondisi yang panas akan lebih baik dan cepat melarutkan sampel yang juga nonpolar dan kondisi netral dilakukan agar data akhir yang diperoleh benar – benar tepat. Jika kondisi alkohol yang dipergunakan tidak netral, maka hasil titrasi asam-basa menjadi tidak sesuai atau salah. Dalam memanaskan alkohol, dilakukan dengan menggunakan penangas air, hal ini dilakukan karena titik didih alkohol lebih rendah daripada air. Titrasinya menggunakan indikator PP dan dititar dengan KOH Alkohol 0,1000 N sampai warna merah muda. didapatkan hasil yaitu :
Asam lemak bebas 1 = 3,25 %
Asam lemak bebas 2 = 2,91 %
H. Penetapan Alkali Bebas
Contoh uji sabun yang didapatkan tidak mengandung alkali bebas karena pada saagt proses penambahan indikator PP larutan tidak berwarna. Ini berarti sabun tersebut mengandung asam lemak bebas bukan alkali bebas.
I. Penetapan Alkali Total
Pada penetapan alkali total merupakan penggabungan dari alkali terikat dengan alkali bebas. Dimana alkali total ini berguna untuk mengetahui banyaknya alkali bebas dan alkali terikat dalam sabun yang telah di uji coba. Alkali bebas ini yang sukar untuk dinetralkan dengan asam sehingga mengganggu dalam proses pembuatan sabun. Sebab alkali bebas ini tidak bisa terikat dengan pereaksi dalam pembentukan menjadi sabun. Kadar alkali total adalah bilangan yang menunjukkan banyaknya alkali bebas dan alkali terikat (sebagai NaOH) yang dapat dinetralkan oleh asam. Car anya adalah dengan melarutkan sejumlah sabun yang telah disisir dengan menggunakan 50 mL air suling panas kemudian ditambahkan 2 -3 indikator MO dan kemudian dititar dengan larutan HCl 0,5000 N sampai berwarna jingga muda. didapatkan hasil yaitu :
Alkali total 1 = 17,97 %
Alkali total 2 = 17,16 %
J. Penetapan Kadar Zat Pemberat/Pengisi (Fillers)
Zat pengisi / zat pemberat pada sabun adalah zat – zat semacam kaolin, batu ambang, asbe, kapur dan lain – lain. Zat – zat tersebut ditambahkan pada waktu pembuatan sabun sehingga zat pengisi atau zat pemberat, dengan maksud untuk menambah berat dan mempermudah bentuk sabun bila dicetak. Penetapannya yaitu dengan cara penyaringan secara kuantitatif. Fillers berfungsi untuk menambah berat sabun dan mempermudah sabun untuk dicetak. Setelah direfluks sebaiknya jangan dibiarkan dingin terlalu lama supaya sabun tetap dalam keadaan koloid. Karena apabila sabun telah membeku maka akan mempersulit dalam mencetak sabun sebab sabun tersebut sudah kaku dan bentuknya pun tetap atau absolut. Pada praktikum kali ini, pelarutan yang dilakukan harus sempurna karena bila tidak larut sempurna akan menghambat penyaringan. Penetapan kadar fillers juga dapat digunakan cara penyabunan, sehingga akan didapat zat – zat fillers yang benar – benar murni.
Pada saat melakukan praktikum ketelitian dalam penimbangan sangat dibutuhkan, karena pada ;percobaan ini berat kertas awal dan berat kertas akhir (berat kertas + berat residu) perbedaan beratnya tidak berbeda jauh. Pada praktikum kali ini, didapatkan kadar zat pengisi (fillers) yaitu 4,96 %.
K. Penetapan Minyak / Logam Pelikan
Logam pelikan ini merupakan zat – zat yang tidak bisa disabunkan. Pada proses ini bertujuan agar sabun yang diuji coba jangan sampai mengandung logam pelikan. Walaupun terkadang sabun masih masih banyak yang dipengaruhi oleh kadar pelikan tersebut. Akan tetapi kadar pelikan tersebut tidak boleh lebih dari 2,50%. Pada praktikum kali ini, dilihat dari tabung reaksi yang terakhir (tabung reaksi 6) tidak adanya kekeruhan (jernih), hal ini menunjukkan bahwa pada sabun contoh uji logam pelikannya negatif.
L.Kadar Air
Di dalam sabun tentu terdapat air walaupun tidak banyak. Air diperuntukkan agar sabun dapat larut. Kadar air di dalam contoh uji sebesar 5,47 %.
Pengujian kadar air ini dengan cara penimbangan/gravimetri. Contoh uji ditimbang sebagai berat awal kemudian di tetapkan beratnya dengan cara dikeringkan dan dieksikator, lalu menimbang berat akhir.
Dalam pengujian ini kadarr air benar-benar diserap dan dihiangkan dari sabun contoh uji. Sehingga kadar air didapatkan dari berat awal-berat akhir, dinyatakan dalam %.
J. Mutu Sabun
Kadar asam lemak total yang didapatkan pada contoh uji sabun mencapai diatas 63 % yaitu hasilnya 85,8 % dan kadar asam lemak tak tersabunkan lebih dari 2,50 %, maka contoh uji sabun yang awalnya adalah golongan T3 diturunkan menjadi golongan T4.
Pada perhitungan komposisi sabun hasil praktikum didapatkan melebihi 100 %. Ini berarti terdapat kesalahan pada salah uji analisa sabun yang disebabkan karena kurang hati – hati dan telitinya praktikkan dalam praktikum karena seharusnya mutu sabun ini adalah sabun mandi.
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan A. Bilangan Asam (BA)
Pada uji praktikum uji Bilangan Asam (BA), didapatkan hasil yaitu :
BA1 = 5,57
BA2 = 6,09
B. Bilangan Ester (BE)
Pada uji praktikum uji Bilangan Ester (BE), didapatkan hasil yaitu :
BE1 = 36,25
BE2 = 30,86
C. Bilangan Penyabunan (BP)
Pada uji praktikum uji Bilangan Penyabunan (BP), didapatkan hasil yaitu :
BP1 = 255,17
BP2 = 246,42
D. Bilangan Iodium (BI)
Pada uji praktikum uji Bilangan Iodium (BI), didapatkan hasil yaitu :
BI1 = 1,81
BI2 = 1,45
E. OPU (Oil Pick Up)
Pada uji praktikum uji OPU (Oil Pick Up), didapatkan hasil yaitu :
Berat kadar minyak/lemak pada bahan = 4,16 %
Berat kadar minyak/lemak pada labu lemak = 2,89 %
F. Penetapan Kadar Lemak Bebas yang Tidak Tersabunkan
Pada praktikum kali ini, banyaknya lemak tak tersabunkan pada contoh uji sabun (16020119) adalah 4,82 %.
G. Penetapan Asam Lemak Bebas
Pada uji praktikum penetapan asam lemak bebas, didapatkan hasil yaitu :
Asam lemak bebas 1 = 3,25 %
Asam lemak bebas 2 = 2,91 %
H. Penetapan Alkali Bebas
Contoh uji sabun yang didapatkan tidak mengandung alkali bebas.
I. Penetapan Alkali Total
Pada uji praktikum penetapan alkali total, didapatkan hasil yaitu :
Alkali total 1 = 17,97 %
Alkali total 2 = 17,16 %
J. Penetapan Kadar Zat Pemberat/Pengisi (Fillers)
Pada praktikum kali ini, didapatkan kadar zat pengisi (fillers) yaitu 4,96 %.
K. Penetapan Minyak / Logam Pelikan
Pada praktikum kali ini, dilihat dari tabung reaksi yang terakhir (tabung reaksi 6) tidak adanya kekeruhan (jernih), hal ini menunjukkan bahwa pada sabun contoh uji logam pelikannya negatif.
L.Kadar Air
Pada praktikum kali ini, didapatkan kadar air pada contoh uji sabun yaitu 5,47 %.
5.2. Saran
Dalam melakukan praktikum, harus lebih teliti dan berhati – hati agar kesalahan – kesalahan pada praktikum dapat diminimalisir.
View more...
Comments