Laporan Akhir Perencanaan Dan Nota Perhitungan Penyusunan Detail Engineering Design (Ded) Infrastruktur Desa Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Desa Pantoen Makmur)
February 12, 2021 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Akhir Perencanaan Dan Nota Perhitungan Penyusunan Detail Engineering Design (Ded) Infrastruktur Desa Di...
Description
SATUAN KERJA PERENCANAAN UMUM, PERENCANAAN TEKNIS DAN MANAJEMEN RANTAI PENGADAAN BAPPEDA PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Jalan Tgk. H.M. Daud Beureu-eh No. 26 Banda Aceh Telp. (0651) 21440
LAPORAN AKHIR LAPORAN PERENCANAAN DAN NOTA PERHITUNGAN DESA : PANTOEN MAKMUR KECAMATAN : JAYA KABUPATEN : ACEH JAYA
JALAN PEN D ID IKAN
PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED) INFRASTRUKTUR DESA DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM SURAT PERJANJIAN KERJA NOMOR : 074/20/III/2006 TANGGAL : 01 Maret 2006 PT. WASTUWIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
SATUAN KERJA PERENCANAAN UMUM, PERENCANAAN TEKNIS DAN MANAJEMEN RANTAI PENGADAAN BAPPEDA PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Jalan Tgk. H.M. Daud Beureu-eh No. 26 Banda Aceh Telp. (0651) 21440
LAPORAN AKHIR LAPORAN PERENCANAAN DAN NOTA PERHITUNGAN
PEKERJAAN
: PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN INFRASTRUKTUR DESA DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
NOMOR KONTRAK
: 074/20/III/2006
TANGGAL
: 1 MARET 2006
NOMOR DIPA
: 0001.0.l/094-01.0/I/2006 31 Desember 2005
TAHUN ANGGARAN
: 2006
DESA
: PANTOEN MAKMUR
KECAMATAN : JAYA KABUPATEN
: ACEH JAYA
PT. WASTUWIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Kata Pengantar
Sesuai dengan kontrak kerja Nomor : 074/20/III/2006, tanggal 1 Maret 2006 antara Satuan Kerja Sementara BRR Perencanaan Umum, Perencanaan Teknis dan Manajemen Rantai Pengadaan, Bappeda Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan PT. Wastuwidyawan tentang Pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Detail Engineering Design (DED) Infrastruktur Desa di Provinsi NAD, maka bersama ini kami sampaikan buku Laporan Akhir tentang :
Perencanaan dan Nota Perhitungan ( Desa Pantoen Makmur – Kabupaten Aceh Jaya) Laporan Perencanaan dan Nota Perhitungan ini berisi tentang Kondisi Eksisting Desa, Survey Topografi, Review Perencanaan Desa sebelumnya, Kriteria Perencanaan dan Analisa Perhitungan. Demikian Laporan Perencanaan dan Nota Perhitungan ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasama yang baik kami ucapkan terima kasih.
Banda Aceh,
April 2006
PT. Wastuwidyawan
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
i
DED Inrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Bab I Pendahuluan 1.1.
Latar Belakang Bencana Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004, telah menyebabkan beberapa wilayah Kota/Kabupaten di Provinsi NAD telah mengalami kerusakan berat yang diakibatkan oleh bencana tersebut. Kerusakan berat ini terjadi hampir di seluruh sektor kegiatan perkotaan, pedesaan termasuk sarana dan prasarana (infrastruktur) di tempat tersebut. Untuk mempercepat/menanggulangi kesulitan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan dari sarana dan prasarana yang hancur maka Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Propinsi Aceh-Nias telah membuat program kegiatan guna mempercepat pemulihan atau merehabilitasi dan merekonstruksi kembali sarana dan prasarana yang hancur tersebut. Untuk merealisasikan percepatan pemulihan kondisi pedesaan tersebut, diperlukan adanya tahapan-tahapan yang jelas dari Tahapan awal dengan perencanaan masterplannya sampai dengan pelaksanaan fisiknya. Untuk mendukung tahapan tersebut diperlukan adanya tindak lanjut melalui rencana Detail Engineering Design (DED) yang sifatnya mendesak. Dengan penyusunan DED ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi sarana dan prasarana yang hancur, sehingga masyarakat pedesaan tersebut dapat menikmati kembali dan beraktifitas seperti semula.
1.2.
Maksud dan Tujuan Maksud penyusunan DED adalah untuk menyusun program penanganan Infrastruktur Perdesaan yang meliputi ; 1) Menyusun perencanaan teknis Desa untuk komponen Jalan, Drainase, Air Bersih, Air kotor, Persampahan, Listrik, Telepon dan Lansekap. 2) Membuat Design Note untuk sistim terpilih 3) Mengukur topografi dan lainnya untuk seluruh komponen 4) Membuat gambar perencanaan untuk seluruh infrastruktur desa 5) Menyusun Rencana Anggaran Biaya 6) Menyusun Dokumen Tender
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp (0651) 23808
I-1
DED Inrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Adapun Tujuannya adalah mempercepat pemulihan kawasan pedesaan akibat gempa bumi dan tsunami agar kondisi desa dapat berfungsi kembali seperti sedia kala dan memacu terciptanya desa yang lebih baik dan lebih aman dari sebelumnya. 1.3.
Sasaran Sasaran dari pekerjaan ini adalah tersusunnya suatu dokumen Detail Engineering Design (DED) Infrastruktur Desa untuk Jalan, Drainase, Air Bersih, Air Kotor, Persampahan, Listrik, Telepon dan Lansekap sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan.
1.4.
Lingkup Pekerjaan Lingkup Pekerjaan Penyusunan DED Infrastruktur Desa ini meliputi 32 Lokasi desa yang termasuk dalam penyusunan DED ini yang tersebar di beberapa kecamatan dan berada di 3 Daerah Tingkat II yaitu Kota Banda Aceh , Kabupaten Aceh Besar dan Kabupaten Aceh Jaya. Adapun tahapan pekerjaan adalah sebagai berikut : i)
Survey Teknis
ii) Pengumpulan data pendukung iii) Pemilihan Teknologi iv) Analisa Perencanaan v) Perhitungan Dimensi vi) Perhitungan Estimasi Biaya 1.5.
Kebijakan dan Strategi Penanganan Hampir 1/3 wilayah Propinsi Aceh mengalami bencana gempa bumi dan tsunami, maka melalui program rehabilitasi dan rekonstruksi pemerintah dalam hal ini Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias melaksanakan pembangunan penyediaan prasarana dan sarana yang hancur akibat bencana gempa dan tsunami. Kebijaksanaan dalam rangka mendukung program tersebut diutamakan pada pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana dasar. Adapun strategi penanganan yaitu dalam proses penyusunan program kegiatan ini dilaksanakan oleh Konsultan bersama masyarakat setempat, sedangkan peranan Pemerintah hanya berupa bimbingan dan pembinaan teknis serta pengawasan dan pengendalian program.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp (0651) 23808
I-2
DED Inrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Setelah program kegiatan berupa usulan kegiatan tersusun, maka tindak lanjut dari usulan program kegiatan tersebut di sempurnakan oleh Konsultan untuk dibuat Detail Engineering Design (DED). Dari DED itulah yang nantinya digunakan sebagai pedoman pelaksanaan teknis dalam kegiatan fisik/konstruksi. 1.6.
Sumber Dana Sumber dana kegiatan penyusunan Detail Engineering Design (DED) Infrastruktur Desa di Propinsi NAD ini berasal dari APBN - P tahun 2006 yang dikoordinasikan dibawah Satuan Kerja (Satker) Perencanaan Umum, Perencanaan Teknis dan Manajemen Rantai Pengadaan, Bappeda Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp (0651) 23808
I-3
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
BAB II KONDISI EKSISTING 2.1. Jaringan Jalan Kondisi Jalan di Pantun makmur 85% mengalami rusak terutama jalan utama Gampong dan jalan lingkungan ke permukiman masyarakat, masih ada area permukiman yang belum terakses jalan dan dijumpai lorong masih buntu, jalan di sekitar permukiman penduduk banyak yang menyempit/ botltle neck. Jalan utama yang ada di Desa Panton Makmur merupakan jalan kolektor dengan lebar 5-6 m yang menghubungkan Desa Panton Makmur dengan desa-desa sekitar serta merupakan akses utama desa dari jalan arteri. Jalan lingkungan yang berada di dalam desa memiliki lebar 3 m yang membentuk pola jaringan internal pergerakan Desa Panton Makmur. Jalan lorong yang berada pada area permukiman memiliki lebar 2 -3 m. Sebelum terjadi bencana konstruksi perkerasan jalan kolektor menggunakan konstruksi perkerasan aspal (penetrasi makadam). Setelah bencana mengalami kerusakan, dimana konstruksi lapis perkerasannya terkelupas dan kontruksi pondasi jalannya terangkat .Sedangkan jalan lingkungan dan jalan lorong masih berupa jalan tanah. Tabel Kondisi Eksisting Jaringan Jalan Desa Pantoen Makmur No
Nama Jalan
Klasifik asi
Leba r (m)
RO W (m)
Konstru ksi
Kondisi Pasca Tsunami
1
Jalan Utama Desa
Utama
6
6
Aspal
Terkelupas
2
Jalan A
Lorong
3
3
Tanah
Bergelombang
3
Jalan B
Lorong
2,5
2,5
Tanah
Bergelombang
4
Jalan C
Lorong
3
3
Tanah
Bergelombang
5
Jalan D
Lorong
3
3
Tanah
Bergelombang
6
Jalan F
Lorong
3
3
Tanah
Bergelombang
7
Jalan G
Lorong
4,5
4,5
Tanah
Bergelombang
8
Jalan H
Lorong
3
3
Tanah
Bergelombang
2.2. Drainase Sistem drainase yang ada di Desa Panton Makmur menggunakan sistem gravitasi, dimana pola pengaliran air hujan dan air limbah (buangan) rumah tangga dari area tangkapan dialirkan
II-1 PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
secara gravitasi ke tempat yang lebih rendah menuju ke saluran pembuang primer desa yang ada di sekitar kawasan menuju ke areal persawahan. Jaringan drainase yang ada di Panton Makmur berupa saluran sekunder di sisi jalan dengan lebar 0,5 m dengan konstruksi batu kali yang berfungsi sebagai pengumpul air dari blok-blok kawasan untuk dialirkan menuju ke sungai dan areal persawahan. Setelah terjadi bencana kondisi konstruksi saluran drainase mengalami kerusakan dan tertimbun lumpur. 2.3. Air Bersih Sumber air bersih berasal dari sumur dangkal. Sebelum bencana kualitas air sumur masih cukup baik. Oleh karena itu dapat digunakan sebagai sumber air minum dan kegiatan yang membutuhkan air bersih lainnya. Setelah bencana kualitas air sumur mengalami penurunan, yaitu air berasa asin. 2.4. Persampahan Sistem persampahan sebelum tsunami secara on site dengan cara yang masih tradisional yaitu dibakar atau ditanam dipekarangan dan di belakang halaman rumah. Sebelum bencana penanganan sampah tiap rumah dibuang sendiri dengan ditimbun dan dibakar di halaman atau tanah kosong. Setelah bencana tsunami sistem persampahan on site dan masih seperti dahulu sebelum bencana tsunami. Sampah di Desa Panton Makmur berasal dari masing-masing rumah penduduk dan kantor atau fasilitas umum. Sampah ini berupa sampah domestik yang bersifat organik dan mudah membusuk. 2.5. Air Limbah Sarana sanitasi warga selama ini sudah menggunakan jamban umum dengan tangki septic. Jamban umum yang ada dibedakan antara pria dan wanita. Kondisi eksisting sistem pembuangan air kotor Desa Pantoen Makmur Prasarana Pembuangan Limbah
No
Jumlah (unit)
Kondisi Fisik
1.
Jamban Umum Pria
1
Jarak dengan sumur < 10 m
2.
Jamban Umum Wanita
1
Atap belum permanen
2.6. Listrik Untuk infrastruktur listrik baik sebelum bencana disediakan oleh PLN. Sebelum tsunami jumlah rumah yang menggunakan fasilitas PLN mencapai 42 rumah tangga (64%). Setelah
II-2 PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
bencana kebutuhan listrik di supplay dengan tenaga genset dan listrik dapat dinikmati pada malam hari saja. 2.7. Telepon Sebelum terjadi tsunami maupun setelah terjadi tsunami, kebutuhan telekomunikasi warga Desa Panton Makmur belum terlayani oleh jaringan telepon dari TELKOM. Kebutuhan telekomunikasi warga menggunakan telpon flexy.
II-3 PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Bab III Survey Topografi 3.1.
Umum
Yang dimaksudkan Survey Topografi disini adalah kegiatan di lapangan berupa pekerjaan pengukuran trace jalan dan saluran drainase pada lokasi pekerjaan yang meliputi pengukuran poligon dan sipat datar di seluruh lokasi pekerjaan. Adapun tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran umum secara lengkap tentang kondisi lapangan baik kondisi prasarana maupun teffrainnya. Data topografi yang tersedia untuk lokasi rencana didapatkan dari peta masterplan hasil perencanaan Desa (Village Planning). Pekerjaan survey topografi ini meliputi pekerjaan pemasangan Benchmark (BM) sebagai titik tetap, pengukuran titik kontrol vertikal dan horisontal, pembuatan tampang memanjang dan melintang jalan dan saluran.
3.2.
Pemasangan Benchmark (BM) Benchmark dibuat dari patok beton ukuran 20 cm x 20 cm x 100 cm yang terdiri dari campuran semen, pasir dan batu split/kerikil dengan perbandingan 1 : 2 : 3. Benchmark dipasang di lokasi pekerjaan pada tempat yang mudah dijangkau untuk keperluan pengukuran dan aman dari kemungkinan kerusakan akibat pelaksanaan pada masa konstruksi ataupun paska konstruksi. Setelah selesai pemasangan, patok BM tersebut diikatkan ke referensi BM yang sudah ada. Jika di lokasi perencanaan tidak terdapat patok BM yang dapat digunakan sebagai referensi, maka untuk menentukan elevasi patok BM digunakan koordinat lokal.
3.3.
Pengukuran Kerangka Horisontal (Poligon) Pengukuran kerangka horisontal / Poligon ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan titik kontrol Horizontal (X ; Y) dari semua titik tetap (Bench Mark) dan titik-titik poligon lainnya serta sebagai pengikat titik horizontal untuk keperluan pengukuran situasi dan potongan melintang atau cross section.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp (0651) 23808
III - 1
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Pengukuran situasi dilakukan dengan metode Tachimetri dengan tujuan untuk mendapatkan detail - detail permukaan tanah, bangunan, tumbuh-tumbuhan dan bendabenda lain di lokasi pekerjaan di sekitar jalan. Sebagai titik referensi pada pengukuran situasi dipakai titik-titik poligon dari patok kayu dan untuk pelaksanaan digunakan alat ukur theodolite dengan pengukuran jarak secara optis. 3.4.
Pengukuran Kerangka Vertikal Pengukuran Waterpass (Sipat datar) dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan titik kontrol vertikal (Z) dari semua titik tetap (Bench Mark) dan titik-titik poligon lainnya serta sebagai pengikat titik tinggi untuk keperluan pengukuran situasi detail. Pengukuran dilakukan dengan metode sipat datar menggunakan alat ukur waterpass. Jalur pengukuran sipat datar utama mengikuti jalur pengukuran poligon sehingga dengan demikian juga merupakan jaringan tertutup (kring). Pengukuran sipat datar dibuat perseksi dimana tiap seksi dilakukan pengukuran pergi pulang dalam kurun waktu 1 (satu) hari.
3.5.
Potongan Melintang Pembuatan potongan melintang jalan dan drainase dilakukan lebih utama untuk keperluan perencanaan. Potongan melintang dilakukan tiap jarak 50 m dan untuk tikungan/belokan tiap jarak 25 meter atau disesuaikan dengan kebutuhan. Oleh karena itu data yang ditampilkan harus lengkap. Untuk potongan melintang jalan, data yang ditampilkan adalah : 1. Elevasi as jalan 2. Elevasi tepi jalan 3. Elevasi dasar saluran tepi kiri 4. Elevasi dasar saluran tepi kanan 5. Jarak antar titik.
Gbr 3.1. Potongan melintang jalan PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp (0651) 23808
III - 2
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
3.6.
Laporan Perencanaan
Penggambaran dan Buku Ukur 3.6.1.
Pengambaran Penggambaran hasil pengukuran yang dilakukan adalah : • Pengambaran potongan memanjang jalan • Penggambaran Potongan melintang jalan skala 1 : 100
3.6.2.
Pembuatan buku ukur Sebagai bentuk laporan akhir dari pekerjaan pengukuran ini, maka konsultan menyusun Laporan hasil pengukuran berupa Laporan Penunjang (Pekerjaan Pengukuran) yang berisi data-data asli dari pengukuran di lapangan maupun hasil perhitungan di kantor dan gambar-gambar hasil perhitungan tersebut.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp (0651) 23808
III - 3
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
BAB IV REVIEW PERENCANAAN DESA 4.1. Jalan dan Transportasi
Perbaikan jalan (Overlay) yang mengalami kerusakan dengan aspal penetrasi ↑
Jl. Utama lebar 6 m, ROW 6 m sepanjang 755 m.
Peningkatan jalan lokal dan peningkatan jalan lingkungan dari lapisan tanah/makadam dengan aspal penetrasi.
↑
Jl. Lingkungan B, lebar 2,5 m, ROW 2,5 m sepanjang 65 m
↑
Jl. Lokal G, lebar 3 m, ROW 3 m sepanjang 65 m
↑
Jl. Utama I, lebar 6 m, ROW 6 m sepanjang 1.300 m
↑
Jl. Lokal C, lebar 3 m, ROW 3 m sepanjang 61 m
↑
Jl. Lokal D, lebar 3 m, ROW 3 m sepanjang 118 m
↑
Jl. Lokal E, lebar 3 m, ROW 3 m sepanjang 130 m
↑
Jl. Lokal F, lebar 4,5 m, ROW 4,5 m sepanjang 100 m
Pelengkap jalan meliputi: ↑
Saluran tepi jalan, yang difungsikan juga sebagai saluran drainase kawasan.
↑
Lampu jalan, yang disesuaikan dengan penerangan kawasan.
4.2. Drainase Pembangunan saluran drainase ↑
Jl. Utama lebar 0,5 m sepanjang 755 m, sisi kanan-kiri jalan
↑
Jl. Lingkungan B, lebar 0,5 sepanjang 65 m, sisi kanan-kiri jalan
↑
Jl. Lokal G, lebar 0,5 m sepanjang 65 m, sisi kanan-kiri jalan
↑
Jl. Utama I, lebar 0,5 m sepanjang 1.300 m, sisi kanan-kiri jalan
↑
Jl. Lokal C, lebar 0,5 m sepanjang 61 m, sisi kanan-kiri jalan
↑
Jl. Lokal D, lebar 0,5 m sepanjang 118 m, sisi kanan-kiri jalan
↑
Jl. Lokal E, lebar 0,5 m sepanjang 130 m, sisi kanan-kiri jalan
↑
Jl. Lokal F, lebar 0,5 m sepanjang 100 m, sisi kanan-kiri jalan.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
IV - 1
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
4.3. Air Bersih
Jangka Pendek Sumber air minum desa Panton Makmur untuk jangka pendek berasal dari pembuatan sumur bor yang dialirkan ke kran umum, Kebutuhan air desa Panton Makmur untuk jangka pendek sampai tahun 2007 adalah 6780 l/hr, dengan rencana : a. Rata-rata jumlah air yang digunakan untuk minum, memasak dan kebersihan pribadi masing-masing rumah tangga setidaknya adalah 15 liter per orang per hari (untuk desa Meunasah Baru dipakai standar 30 liter per orang per hari) b. Pembangunan sumur bor sebagai sumber air bersih sebanyak 2 buah c. Pembangunan 3 kran umum yang terletak di Dusun Ulee Gle, Dusun Ulee Bate dan Dusun Alue Meriya d. Jarak terjauh antara rumah tangga dan titik air terdekat adalah 500 meter e. Lamanya antrian di sumber air tidak melebihi 15 menit f.
Waktu yang diperlukan untuk memenuhi tempat air dengan volume air 20 liter tidak melebihi 3 menit
g. Sumber dan sistem air dipelihara sedemikian rupa sehingga volume air yang tepat secara konsisten atau secara berkala.
Jangka Panjang Proyeksi kebutuhan air bersih warga Desa Panton Makmur pada tahun 2016 adalah 0,47 l/dt. Untuk jangka panjang direncanakan adanya pembuatan sambungan rumah sesuai dengan kemampuan dan keinginan warga setempat, dengan rencana: 1. Pembangunan jaringan perpipaan untuk sambung rumah dan 3 kran umum. 2. Perlu bangunan reservoir sebelum air didistribusikan ke warga dengan dimensi panjang 2 m, lebar 2 m, tinggi 1 m dan free board 0,2 m.
4.4. Air Limbah Untuk jangka pendek diterapkan rencana sebagai berikut:
Tahap awal bisa 1:50 dan ditingkatkan maksimum 20 orang pengguna untuk 1 jamban
Penggunaan jamban diatur oleh rumah-rumah tangga dan atau terpisahkan menurut jenis kelamin
Jamban kolektif/umum dibersihkan atau dipelihara sedemikian rupa sehingga mereka tetap digunakan oleh sasaran pengguna
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
IV - 2
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Jamban berjarak tidak lebih dari 50 meter dari tempat tinggal
Pembangunan 3 jamban umum yang terletak di di Dusun Ulee Gle, Dusun Ulee Bate dan Dusun Alue Meriya
Sedangkan untuk jangka panjang diterapkan skenario setiap rumah mempunyai 1 WC. Pembangunan jamban di masing-masing rumah harus memenuhi standar yang berlaku. 4.5. Persampahan Dari proyeksi timbulan sampah dan pelayanan prasarana persampahan, maka program pengelolaan persampahan sampai akhir tahun 2016 adalah:
Pengelolaan persampahan di Desa Panton Makmur tidak bergabung dalam sistem pengelolaan sampah kota karena lokasinya yang jauh dari pusat kota.
Pengadaan 4 unit tong/bin sampah kapasitas 120 liter pada tahun 2006 dan meningkat menjadi 5 buah sampai pada tahun 2016.
Pengadaan 2 unit TPS kapasitas 1,5 m3 sampai dengan tahun 2016.
TPS di Desa Panton Makmur tidak berfungsi sebagai tempat penampungan sampah sementara, tetapi berfungsi sebagai tempat pembakaran sampah. 4.6. Listrik Jangka Pendek ↑
Penyediaan genset untuk suply tenaga listrik sesuai kebutuhan
↑
Tingkat kebutuhan daya listrik masing-masing rumah diasumsikan 100 watt (3 titik lampu @ 25 watt = cadangan)
↑
Kebutuhan daya listrik = jumlah Sambungan rumah (224 x 100 watt = 22400 watt)
↑
Jumlah genset yang diperlukan adalah 2 unit (@ genset 20.000 watt),
Jangka Panjang ↑
Penyediaan tenaga listrik melalui jaringan listrik PLN
↑
Idealnya jaringan kabel listrik sistem jaringan distribusinya melalui jaringan bawah tanah untuk menghindari kesan semrawut/tidak rapi dan pemasangan trafo pada setiap jarak 50 s/d 100 m.
↑
Kondisi jaringan direncanakan sedemikian rupa supaya teratur dan aman terutama di pemukiman padat,
↑
Lampu penerangan jalan ditempatkan pada beberapa ruas jalan, dimana ditempatkan untuk tiang listrik dengan jarak diatur sedemikian dengan jalur lalu-lintas (jarak lampu penerangan jalan tiap 20 m dan jarak lampu pedestrian tiap titik titik 10 m). Penempatan jaringan direncanakan mengikuti jaringan jalan yang ada, dan ditanam di
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
IV - 3
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
bawah tanah, dengan pembagian klasifikasi dalam jaringan primer, sekunder dan tersier. 7.7. Telepon Untuk memenuhi kebutuhan telepon, jaringan yang melalui kawasan perencanaan agar ditingkatkan baik jumlah maupun penyebarannya
sehingga dapat lebih merata dan
menjangkau seluruh kawasan. Kebutuhan akan prasarana telepon berdasarkan perkiraan kebutuhan fasilitas telepon digunakan asumsi:
1 sambungan telepon dengan penduduk pendukung 10 jiwa
1 sambungan pelayanan umum dengan penduduk pendukung 100 jiwa
Sambungan telepon didasarkan pada standar yang berlaku. Penyediaan sambungan telepon melalui jaringan PT. TELKOM. Jaringan kabel telepon menggunakan jaringan kabel yang ditanam dalam tanah mengikuti rute sisi jalan guna mencapai pelanggan. Jaringan tanpa kabel yaitu telepon tetap tanpa kabel (fixed wireless) atau juga disebut telepon seluler, menggunakan satu menara pemancar / BTS (Base Transceiver System) yang bisa mencakup area seluas 30 Km Tabel 6.4 Rencana Penanganan Telepon No
Pekerjaan
Jenis
Type
1
Memakai Jaringan kabel dibawah tanah
-
-
2
Memakai jaringan tanpa kabel (fixed wireless)
Telepon selular
CDMA
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
Ukura n -
Ket Disesuaikan dengan standar Telkom Disesuaikan operator telepon yang masuk
IV - 4
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Bab V Kriteria Perencanaan 5.1.
Perencanaan Jalan Jalan yang dimaksudkan dalam perencanaan ini adalah Jalan desa yaitu jalan yang dapat dikategorikan sebagai jalan dengan fungsi lokal di daerah pedesaan. Artinya sebagai penghubung antar desa atau ke lokasi pemasaran, sebagai penghubung antar hunian/ perumahan, juga sebagai penghubung desa ke pusat kegiatan yang lebih tinggi tingkatnya (kecamatan). Jalan Desa dibangun atau ditingkatkan untuk membangkitkan manfaat-manfaat untuk masyarakat yang lebih tinggi tingkatnya seperti yang di bawah ini :
Memperlancar hubungan dan komunikasi dengan tempat lain,
Mempermudah pengiriman sarana produksi ke desa,
Mempermudah pengiriman hasil produksi ke pasar, baik yang di desa maupun yang diluar dan,
Meningkatkan jasa pelayanan sosial, termasuk kesehatan, pendidikan dan penyuluhan.
Untuk pembuatan jalan desa dilakukan dengan meningkatkan jalan lama yang sudah ada. Hal ini untuk menghindari banyaknya volume pekerjaan dan kesulitan pembebasan tanah. Akan tetapi kadang-kadang tidak dapat dihindarkan untuk membuat jalan baru atau peningkatan jalan setapak. Yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jalan baru antara lain :
Trase jalan mudah untuk dibuat.
Pekerjaan tanahnya relatif cepat dan murah
Tidak banyak bangunan tambahan (jembatan, gorong-gorong dan lain-lain)
Pembebasan tanah tidak sulit.
Tidak akan merusak lingkungan.
Yang perlu diperhatikan dalam peningkatan jalan lama antara lain :
Memungkinkan untuk pelebaran jalan.
Geometri jalan harus disesuaikan dengan syarat teknis.
Tanjakan yang melewati batas harus diubah sesuai syarat teknis.
System drainase dan pekerjaan tanah tidak akan merusak lingkungan.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V- 1
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
5.1.1.
Laporan Perencanaan
Standar Teknis Jalan Desa Standar – standar di bawah ini disusun khusus untuk jalan desa, dengan keadaan tanah, topografi, dan iklim yang sering menghambat pembuatan jalan yang baik. Standar ini tidak dimaksud sebagai “peraturan mati”, tetapi diharapkan bermanfaat bagi para perancang dan pengawas. Pengalaman dan penilaian mereka selalu harus diterapkan pada setiap desain yang dibuatnya, karena setiap jalan mempunyai keadaan yang unik. Pembangunan jalan di daerah pedesaan, selain perlu memperhatikan aspek teknis konstruksi jalan, juga perlu mempertimbangkan aspek konservasi tanah mengingat kondisi wilayah dengan topografi yang sering berbukit dan dengan tanah yang peka erosi. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa tidak sedikit erosi tanah yang berasal dari jalan, khususnya berupa longsoran dari tampingan dan tebing jalan. Tujuan pengendalian erosi pada jalan adalah utuk mengamankan jalan dan membangun jalan yang tidak menjadi sumber erosi. Pengendalian erosi dapat dilakukan secara sipil teknis atau secara vegetatif, dan masing-masing mempunyai kelebihan. Seorang perencana harus memilih perlakuan pengendalian erosi dengan mempertimbangkan konservasi dan biaya yang tidak terbatas pada waktu penyelesaian kontsruksi jalan, tetapi harus dipikirkan sampai masa pemeliharaan. Kegiatan pengendalian erosi tidak dibatasi pada Daerah Milik Jalan (Damija). Perencana wajib mempertimbangkan akibat konstruksi jalan di luar Daerah Milik Jalan (misalnya, pembuangan dari saluran merusak lahan produktif) dan boleh merencanakan perlakuan walaupun perlakuan tersebut agak jauh dari badan jalan (misalnya untuk mengamankan jalan dengan ditanam pohon-pohon pada mini - catchment yang terletak di atas jalan). Tingginya curah hujan, lereng-lereng curam dan tanah rapuh menimbulkan banyak kesulitan dalam perencanaan dan pembangunan jalan berkualitas tinggi, terutama bila dimaksudkan untuk membangun jalan dengan biaya rendah dan tidak membahayakan lingkungan. Dalam konteks seperti ini kita harus menyadari bahwa masalah erosi akan terus muncul walaupun dapat dikurangi dan diatasi ketika terjadi. Trase jalan harus dipilih untuk mengurangi masalah lingkungan misalnya dengan mengurangi galian dan timbunan bilamana mungkin. Karena tidak mungkin di kawasan perbukitan untuk menghilangkan masalah dengan pemilihan trase (dengan pemindahan trase atau mengurangi tanjakan), maka perlu diusahakan teknik-teknik pengendalian erosi termasuk pembangunan tembok Penahan Tanah dan bronjong atau penanaman bahanbahan vegetatif untuk menstabilkan lereng atau mengurangi erosi percik atau erosi alur kecil.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V- 2
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
5.1.2. 5.1.2.1.
Laporan Perencanaan
Definisi, Singkatan dan Istilah Jalur rencana adalah salah satu jalur lalu lintas dari suatu system jalan raya, yang menampung lalu lintas terbesar. Umumnya jalur rencana adalah salah satu jalur dari jalan raya dua jalur tepi luar dari jalan raya berjalur banyak.
5.1.2.2.
Umur Rencana (UR) adalah jumlah waktu dalam tahun dihitung sejak jalan tersebut mulai dibuka sampai saat diperlukan perbaikan berat atau dianggap perlu untuk di beri lapis permukaan yang baru.
5.1.2.3.
Indeks Permukaan (IP) adalah suatu angka yang dipergunakan untuk menyatakan kerataan/kehalusan serta kekokohan permukaan jalan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat.
5.1.2.4.
Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) adalah jumlah rata-rata lalu lintas kendaraan bermotor beroda 4 atau lebih yang dicatat selama 24 jam sehari untuk kedua jurusan.
5.1.2.5.
Angka Ekivalen (E) dari suatu beban sumbu kendaraan adalah angka yang menyatakan perbandingan tingkat kerusakan yamg ditimbulkan oleh suatu lintasan beban sumbu tunggal kendaraan terhadap tingkat kerusakaan yang ditimbulkan oleh suatu lintasan beban standar sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb).
5.1.2.6.
Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) adalah jumlah lintasan ekivalen harian rata-rata dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur yang diduga terjadi pada permulaan umur rencana.
5.1.2.7.
Lintas Ekivalen Akhir (LEA) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur rencana yamg diduga terjadi pada akhir umur rencana.
5.1.2.8.
Lintas Ekivalen Tengah (LET) adalah jumlah lintas ekivalen harian rata-rata dari sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur rencana pada pertengahan umur rencana.
5.1.2.9.
Lintas Ekivalen Rencana (LER) adalah suatu besaran yang dipakai dalam penetapan tebal perkerasan untuk menyatakan jumlah lintas ekivalen sumbu tunggal seberat 8,16 ton (18.000 lb) pada jalur rencana.
5.1.2.10. Tanah Dasar adalah permukaan tanah semula atau permukaan galian atau permukaan tanah timbunan, yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya. 5.1.2.11. Lapis Pondasi Bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan tanah dasar. 5.1.2.12. Lapis Pondasi adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis permukaan dengan lapis pondasi bawah (atau dengan tanah dasar bila tidak menggunakan lapis pondasi bawah).
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V- 3
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
5.1.2.13. Lapis Permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas. 5.1.2.14. Daya Dukung Tanah (DDT) adalah suatu skala yang dipakai dalam nomogram penetapan tebal perkerasan untuk menyatakan kekuatan tanah dasar. 5.1.2.15. Faktor Regional (FR) adalah faktor setempat, menyangkut keadaan lapangan dan iklim, yang dapat mempengaruhi keadaan pembebanan, daya dukung tanah dasar dan perkerasan. 5.1.2.16. Indeks Tebal Perkerasan (ITP) adalah suatu angka yang berhubungan dengan penentuan tebal perkerasan. 5.1.2.17. Lapis Aspal Beton (LASTON) adalah merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, filler dan aspal keras, yang dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. 5.1.2.18. Lapis Penetrasi Macadam (LAPEN) adalah merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dengan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yamg diikat oleh aspal keras dengan cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis dan apabila akan digunakan sebagai lapis permukaan perlu diberi laburan aspal dengan batu penutup. 5.1.2.19. Lapis Asbuton Campuran Dingin (LASBUTAG) adalah campuran yang terdiri dari agregat kasar, agregat halus, asbuton, bahan peremaja dan filler (bila diperlukan) yang dicampur, dihampar dan dipadatkan secara dingin. 5.1.2.20. Hot Rolled Asphalt (HRA) merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat bergradasi timpang, filler dan asphalt keras dengan perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. 5.1.2.21. Laburan Aspal (BURAS) adalah merupakan lapis penutup terdiri dari lapisan aspal taburan pasir dengan ukuran butir maksimum 9,6 mm atau 3/8 inch. 5.1.2.22. Laburan Batu Satu Lapis (BURTU) adalah merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam. Tebal maksimum 20 mm. 5.1.2.23. Laburan Batu Dua Lapis (BURDA) adalah lapis penutup yang terdiri dari lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan. Tebal maksimum 35 mm. 5.1.2.24. Lapis Aspal Pondasi Atas (LASTON ATAS) adalah pondasi perkerasan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas. 5.1.2.25. Lapis Aspal Beton Pondasi bawah (LASTON BAWAH) adalah pada umumnya merupakan lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi dan tanah dasar jalan yang
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V- 4
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
terdiri dari campuran agregat dan aspal dengan perbandingan tertentu dicampur dan dipadatkan pada temperatur tertentu. 5.1.2.26. Lapis Tipis Aspal Beton (LATASTON) adalah lapis penutup yang terdiridari campuran antara agregat bergradasi timpang, filler dan aspal keras dengan perbandingan tertentu yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panaspada suhu tertentu. Tebal padat antara 25 sampai 30 mm. 5.1.2.27. Lapis Tipis Aspal Pasir (LATASIR) adalah lapis penutup yang terdiri dari campuran pasir dan aspal keras dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas pada suhu tertentu. 5.1.2.28. Aspal Makadam adalah lapis perkerasan yang terdiri dari agregat pokok dan/atau agregat pengunci bergradasi terbuka atau seragam yamg dicampur dengan aspal cair, diperam dan dipadatkan secara dingin. 5.1.3.
Batas-Batas Penggunaan Penentuan tebal perkerasan dengan cara yang akan diuraikan hanya berlaku untuk konstruksi perkerasan yang menggunakan material berbutir (granular material, batu pecah) dan tidak berlaku untuk konstruksi yang menggunakan batu-batu besar (cara Telford atau Pak laag) Cara-cara perhitungan jalan, selain yang diuraikan disini dapat juga digunakan, asal saja dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan hasil test oleh seorang ahli.
5.1.4.
Penggunaan Petunjuk perencanaan ini dapat digunakan untuk : -
Perencanaan perkerasan jalan baru (New Construction/Full Depth Pavement)
-
Perkuatan perkerasan jalan lama (Overlay)
-
Konstruksi bertahap (Stage Construction)
Khusus untuk penentuan tebal perkuatan perkerasan jalan lama, penggunaan nomogram 1 sampai dengan 9 (lampiran 1) hanya dapat dipergunakan untuk cara “Analisa Lendutan” dibahas dalam “Manual Pemeriksaan Perkerasan Jalan dengan Alat Benkelman Beam” No.01/mn/b/1983. Perkuatan perkerasan lama harus terlebih dahulu dilakukan untuk meneliti dan mempelajari hasil-hasil laboratorium. Penilaian ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab perencana sesuai dengan kondisi setempat dan pengalamannya.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V- 5
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
5.1.5.
Laporan Perencanaan
Perkerasan Jalan Bagian Perkerasan Jalan umumnya meliputi : Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course), Lapis Pondasi (Base Course) dan Lapis Permukaan (Surface Course). la p is p e rm u k a an
D1
la p is p o n d a si
D2
la p is p o n d a si b aw a h
D3
Gambar 5.1.1. Susunan Lapis Perkerasan Jalan 5.1.5.1. Tanah Dasar Kekuatan dan ketahanan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai berikut: a) Perubahan bentuk tetap (Deformasi Permanen) dari macam-macam tanah tertentu akibat beban lalu lintas, b) Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar air, c) Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti daerah dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukan atau akibat pelaksanaan, d) Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalu lintas dari macam tanah tertentu. e) Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu lintas dan penurunan yang diakibatkannya, yaitu pada tanah berbutir kasar (granular soil) yang tidak dipadatkan secara baik pada saat pelaksanaan. Untuk sedapat mungkin mencegah timbulnya persoalan diatas maka tanah dasar harus dikerjakan sesuai dengan Peraturan Pelaksanaan Pembangunan Jalan Raya. 5.1.5.2. Lapis Pondasi Bawah Fungsi lapis pondasi bawah antara lain ; a) Sebagai bagian dari konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan beban roda,
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V- 6
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
b) Mencapai efisiensi penggunaan material yang relative murah agar lapisan-lapisan selebihnya dapat dikurangi tebalnya, c) Untuk mencegah tanah dasar masuk kedalam lapis pondasi, d) Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar. Hal ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap roda-roda alat-alat besar atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar dari pengaruh cuaca. Bermacam-macam tipe tanah setempat (CBR ≥ 20%, PI ≤ 10%) yang relative lebih baik dari tanah dasar digunakan sebagai bahan pondasi bawah. Campuran-campuran tanah setempat dengan kapur atau semen Portland dalam beberapa hal sangat dianjurkan, agar dapat bantuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi perkerasan. 5.1.5.3. Lapis Pondasi Fungsi Lapis Pondasi antara lain : a. Sebagai bahan perkerasan yang menahan beban roda b. Sebagai perletakan terhadap lapis permukaan Bahan-bahan untuk lapis pondasi harus cukup kuat dan awet sehingga dapat menahan beban-beban roda melalui lapis penutup. Sebelum menentukan suatu bahan untuk digunakan sebagai bahan pondasi hendaknya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan sebaik-baiknya sehubungan dengan persyaratan teknik. Bermacam-macam bahan alam/bahan setempat (CBR ≥ 50%, PI ≤ 4%) dapat digunakan sebagai bahan lapis pondasi, antara lain : batu pecah, kerikil pecah dan stabilitas tanah dengan semen atau kapur. 5.1.5.4. Lapis Permukaan Fungsi lapis permukaan antara lain : a. Sebagai bahan perkerasan untuk menahan beban roda b. Sebagai lapisan kedap air untuk melindungi pondasi atas, bawah dan badan jalan dari kerusakan akibat air c. Sebagai lapisan aus (wearing course) Bahan untuk lapis permukaan sama dengan bahan untuk lapis pondasi dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan dapat bersifat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan tegangan tarik yang mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu lintas.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V- 7
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Pemilihan bahan untuk lapis permukaan harus dipertimbangkan ketahanan kegunaan, umur rencana serta pentahapan konstruksi, agar dicapai menfaat yang sebesar-besarnya dari biaya yang dikeluarkan. 5.1.6.
Parameter Perencanaan
5.1.6.1.
Jumlah Jalur dan Koefisien Distribusi Kendaraan (C) Jalur rencana merupakan salah satu jalur lalu lintas dari suatu ruas jalan raya yang menampung lalu lintas terbesar. Jika jalan tidak memiliki tanda batas jalur maka jumlah jalur ditentukan dari lebar perkerasan menurut daftar dibawah ini : Tabel 5.1.1. Jumlah Jalur berdasarkan lebar perkerasan Lebar Perkerasan ( L )
Jumlah Jalur ( n )
L < 5,50 m
1 jalur
5,50 m ≤ L < 8,25 m
2 jalur
8,25 m ≤ L < 11,25 m
3 jalur
11,25 m ≤ L < 15,00 m
4 jalur
15,00 m ≤ L < 18,75 m
5 jalur
18,75 m ≤ L < 22,00 m
6 jalur
Koefisien distribusi kendaraan ( C ) untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat pada jalur rencana ditentukan menurut daftar dibawah ini : Tabel 5.1.2. Koefisien Distribusi Kendaraan Ringan *) Jumlah Jalur
Kendaraan Berat **)
1 arah
2 arah
1 arah
2 arah
1 jalur
1,00
1,00
1,00
1,00
2 jalur
0,60
0,50
0,70
0,50
3 jalur
0,40
0,40
0,50
0,475
4 jalur
-
0,30
-
0,45
5 jalur
-
0,25
-
0,425
6 jalur
-
0,20
-
0,40
*)
berat total < 5 ton, misalnya : mobil penumpang, pick up, mobil hantaran.
**)
berat total ≥ 5 ton, misalnya : bus, truk, traktor, semi trailler, trailler.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V- 8
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
5.1.6.2.
Laporan Perencanaan
Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan. Angaka ekivalen (E) masing-masing golongan beban sumbu (setiap kendaraan) ditentukan menurut rumus daftar dibawah ini :
⎛ beban satu sumbu ⎞ ⎜ ⎟ tunggal dalam kg ⎟ ⎜ Angka ekivalen sumbu tunggal = ⎜ ⎟ 8160 ⎜⎜ ⎟⎟ ⎝ ⎠
4
⎛ ganda dalam kg ⎞ Angka ekivalen sumbu tunggal = 0,086 ⎜ ⎟ 8160 ⎠ ⎝
4
Tabel 5.1.3. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan Beban Sumbu Kg
Angka Ekivalen Lb
Sumbu
Sumbu
Tunggal
Ganda
1000
2205
0,0002
-
2000
4409
0,0036
0,0003
3000
6614
0,0183
0,0016
4000
8818
0,0577
0,0050
5000
11023
0,1410
0,0121
6000
13228
0, 2923
0,0251
7000
15432
0, 5415
0,0466
8000
17637
0,9238
0,0794
8160
18000
1,0000
0,0860
9000
19841
1,4798
0,1273
10000
22046
2,2555
0,1940
11000
24251
3,3022
0,2840
12000
26455
4,6770
0,4022
13000
28660
6,4419
0,5540
14000
30864
8,6647
0,7542
15000
33069
11,4148
0,9820
16000
35276
14,7815
1,2712
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V- 9
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
5.1.6.3.
Laporan Perencanaan
Lalu Lintas Harian Rata-rata dan Rumus-rumus Lintas Ekivalen. a. Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) setiap jenis kendaraan ditentukan pada awal umur rencana, yang dihitung untuk dua arah pada jalan tanpa median atau masingmasing arah dengan median. b. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) dihitung dengan rumus sebagai berikut : n
LEP = ∑ LHR j x C j x E j j =1
Catatan : j = jenis kendaraan c. Lintas Ekivalen Akhir (LEA) dihitung dengan rumus : n
LEA = ∑ LHR j (1 + i )
UR
j =1
xC j x E j
Catatan : i = perkembangan lalu lintas j = jenis kendaraan d. Lintas Ekivalen Tengah (LET) dihitung dengan rumus sebagai berikut :
⎛ LEP + LEA ⎞ LET = ⎜ ⎟ 2 ⎝ ⎠ e. Lintas Ekivalen Rencana (LER) dihitung dengan rumus sebagai berikut :
LER = LET x FP Faktor Penyesuaian (FP) tersebut diatas ditentukan dengan rumus :
FP =
5.1.7.
UR 10
Daya Dukung Tanah Dasar (DDT) dan CBR. Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi (gambar 5.1.2). Yang dimaksud dengan harga CBR disini adalah harga CBR lapangan atau CBR laboratorium. Jika digunakan CBR lapangan maka pengambilan contoh tanah dasar dilakukan dengan tabung (undisturb), kemudian direndam dan diperiksa harga CBR-nya. Dapat juga diukur langsung di lapangan (musim hujan/direndam). CBR lapangan biasanya digunakan untuk perencanaan lapis tambahan (overlay).
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 10
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Jika dilakukan menurut Pengujian Kepadatan Ringan (SKBI 3.3.30.1987/UDC. 624.131.43 (02) atau Pengujian Kepadatan Berat (SKBI 3.3.30.1987/UDC. 624.131.53 (02) sesuai dengan kebutuhan. CBR laboratorium biasanya dipakai untuk perencanaan pembangunan jalan baru. Sementara ini dianjurkan untuk mendasarkan daya dukung tanah dasar hanya kepada pengukuran nilai CBR. Cara-cara lain hanya digunakan bila telah disertai data-data yang dapat dipertanggung jawabkan. Cara-cara lain tersebut dapat berupa : Group Index, Plate Bearing Test atau R-value. Harga yang mewakili dari sejumlah harga CBR yang dilaporkan, ditentukan sebagai berikut : a. Tentukan harga CBR terendah. b. Tentukan berapa banyak harga CBR yang sama dan lebih besar dari masing-masing nilai CBR. c. Angka jumlah terbanyak ditentukan sebagai 100%. Jumlah lainnya merupakan persentase dari 100%. d. Dibuat grafik hubungan antara harga CBR dan persentase jumlah tadi. e. Nilai CBR yang mewakili adalah yang didapat dari angka persentase 90%.
Gambar 5.1.2. Korelasi DDT dan CBR Catatan : Hubungkan nilai CBR dengan garis mendatar kesebelah kiri diperoleh nilai DDT.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 11
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
5.1.7.1. Faktor Regional (FR). Keadaan lapangan termasuk mencakup permeabilitas tanah, perlengkapan drainase, bentuk alignment serta persentase kendaraan dengan berat ≥ 13 ton, dan kendaraan yang berhenti, sedangkan keadaan iklim mencakup curah hujan rata-rata per tahun. Mengingat
persyaratan
penggunaan
disesuaikan
dengan
“Peraturan
Pelaksanaan
Pembangunan Jalan Raya” edisi terakhir, maka pengaruh keadaan lapangan yang menyangkut permeabilitas tanah dan perlengkapan drainase dapat dianggap sama. Dengan demikian dalam penentuan tebal perkerasan ini, Faktor Regional hanya dipengaruhi oleh bentuk alignemen (kelandaian dan tikungan), persentase kendaraan berat dan yang berhenti serta iklim (curah hujan) sebagai berikut : Tabel 5.1.4. Faktor Regional (FR) Kelandaian I ( < 65% ) % kendaraan berat ≤ 30%
Kelandaian II ( 6 – 10 % ) % kendaraan berat ≤ 30% > 30%
Kelandaian III ( > 10 % ) % kendaraan berat ≤ 30% > 30%
Iklim I 0,5 1,0 – 1,5 1,0 1,5 – 2,0 1,5 2,0 – 2,5 < 900 mm/th Iklim II 1,5 2,0 – 2,5 2,0 2,5 – 3,0 2,5 3,0 – 3,5 > 900 mm/th Catatan : Pada bagian-bagian jalan tertentu, seperti persimpangan, pemberhentian atau tikungan tajam (jari-jari 30 m) FR ditambah dengan 0,5. Pada daerah rawarawa FR ditambah dengan 1,0. 5.1.7.2. Indeks Permukaan (IP). Indeks Permukaan ini menyatakan nilai daripada kerataan/kehalusan serta kekokohan permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalulintas yang lewat. Adapun beberapa nilai IP beserta artinya adalah seperti yang tersebut dibawah ini : IP = 1,0 : adalah menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak berat sehingga Sangat menggangu lalu lintas kendaraan. IP = 1,5 : adalah tingkat pelayanan terendah yg masih mungkin (jalan tidak terputus). IP = 2,0 : adalah tingkat pelayanan rendah bagi jalan yang masih mantap. IP = 2,5 : adalah menyatakan permukaa jalan masih cukup stabil dan baik.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 12
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Dalam menentukan indeks permukaan atau IP pada akhir umur rencana perlu dipertimbangkan factor-faktor klasifikasi fungsional jalan dan jumlah lintas ekivalen rencana (LER), menurut data dibawah ini : Tabel 5.1.5. Indeks Permukaan Pada Akhir, Umur Rencana (IP) LER = Lintas Ekivalen Rencana*) < 10 10 – 100 100 – 1000 >1000
Klasifikasi Jalan Lokal
Kolektor
Arteri
Tol
1,0 – 1,5 1,5 1,5 – 2,0 -
1,5 1,5 – 2,0 2,0 2,0 – 2,5
1,5 – 2,0 2,0 2,0 – 2,5 2,5
2,5
*) LER dalam satuan angka ekivalen 8,16 ton beban sumbu tunggal. Catatan : Pada proyek-proyek penunjang jalan, JAPAT/Jalan Murah atau jalan darurat maka IP dapat diambil 1,0 Dalam menentukan indeks permukaan pada awal umur rencana (IPo) perlu diperhatikan jenis lapis permukaan jalan (kerataan/kehalusan serta kekokohan) pada awal umur rencana menurut daftar dibawah ini : Tabel 5.1.6. Indeks Permukaan Pada Awal Umur Rencana (IPo) Jenis Lapis Perkerasan
IPo
LASTON
≥4 3,9 – 3,5 3,9 – 3,5 3,4 – 3,0 3,9 – 3,5 3,4 – 3,0 3,9 – 3,5 3,4 – 3,0 3,4 – 3,0 2,9 – 2,5 2,9 – 2,5 2,9 – 2,5 2,9 – 2,5 ≤ 2,4 ≤ 2,4
LASBUTAG HRA BURDA BURTU LAPEN LATASBUM BURAS LATASIR JALAN TANAH KERIKIL
Roughness *) (mm/km) ≤ 1000 > 1000 ≤ 2000 > 2000 ≤ 2000 > 2000 < 2000 < 2000 ≤ 3000 > 3000
*) Alat pengukur Roughness yang dipakai adalah roughometer NAASRA, yang dipasang pada kendaraan standar Datsun 1500 stasiun wagon, dengan kecepatan kendaraan ± 32 km/jam.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 13
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Gerakan sumbu belakang dalam arah vertikal dipindahkan pada alat roughometer melalui kabel yang dipasang ditengah-tengah sumbu belakang kendaraan, yang selanjutnya dipindahakan kepada counter melalui “Flexible drive”. Setiap putaran counter adalah sama dengan 15,2 mm gerakan vertikal antara sumbu belakang dan body kendaraan. Alat pengukur Roughness tipe lain dapat digunakan dengan mengkalibrasikan hasil yang diperoleh terhadap roughometer NAASRA. 5.1.7.3. Koefisien Kekuatan Relatif ( a ) Koefisien Kekuatan Relatif (a) masing-masing bahan dan kegunaannya sebagai lapis permukaan, pondasi, pondasi bawah, ditentukan secara korelasi sesuai nilai Marshall Test (untukbahan dengan aspal), kuat tekan (untuk bahan yang distabilisasi dengan semen atau kapur), atau CBR (untuk bahan lapis pondasi bawah). Jika alat Marshall Test tidak tersedia, maka kekuatan (stabilisasi) bahan beraspal bias diukur dengan cara lain seperti Hveem Test, Hubbard Field dan Smith Triaxial. Tabel 5.1.7. Koefisien Kekuatan Relatif (a) Koefisie Kekuatan Relatif a1
a2
a3
Koefisien Kekuatan Bahan MS
Kt
CBR
(kg)
(kg/cm)
(%)
Jenis Bahan
0,40
-
-
744
-
-
0,35
-
-
590
-
-
0,32
-
-
454
-
-
0,30
-
-
340
-
-
0,35
-
-
744
-
-
0,31
-
-
590
-
-
0,28
-
-
454
-
-
0,26
-
-
340
-
-
0,30
-
-
340
-
-
HRA
0,26
-
-
340
-
-
Aspal Macadam
0,25
-
-
-
-
-
Lapen (mekanis)
0,020
-
-
-
-
-
Lapen (manual)
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
Laston
Lasbutag
V - 14
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
-
0,28
-
590
-
-
-
0,26
-
454
-
-
-
0,24
-
340
-
-
-
0,23
-
-
-
-
Lapen (mekanis)
-
0,19
-
-
-
-
Lapen (manual)
-
0,15
-
-
22
-
Stab. Tanah dgn semen
-
0,13
-
-
18
-
-
0,15
-
-
22
-
-
0,13
-
-
18
-
-
0,14
-
-
-
100
Batu pecah (kelas A)
-
0,13
-
-
-
80
Batu pecah (kelas B)
-
0,12
-
-
-
60
Batu pecah (kelas C)
-
-
0,13
-
-
70
Sirtu/pitrun (kelas A)
-
-
0,12
-
-
50
Sirtu/pitrun (kelas B)
-
-
0,11
-
-
30
Sirtu/pitrun (kelas C)
-
-
0,10
-
-
20
Tanah/lempung
Laston Atas
Stab. Tanah dgn kapur
kepasiran Catatan :
Kuat tekan stabilisasi tanah dengan semen; diperiksa pada hari ke 7. Kuat tekan stabilisasi tanah dengan kapur diperiksa pada hari ke 21.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 15
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
5.1.7.4. Batas-batas Minimum Tebal Lapis Perkerasan. Tabel 5.1.8. Batas-batas Minimum Tebal Lapis Perkerasan 1. Lapis Permukaan. ITP
Tebal
Bahan
Minimum (cm) < 3,00
5
Lapis pelindung : (Buras/Burtu/Burda)
3,00 – 6,70
5
Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag, Laston
6,71 – 7,49
7,5
Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lasbutag, Laston
7,50 – 9 99
7,5
Lasbutag
≥ 10,00
5
Laston
2. Lapis Pondasi : ITP
Tebal
Bahan
Minimum (cm) < 3,00
15
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah denan kapur
3,00 – 7,49
20*)
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah denan kapur
7,50 – 9,99
10
Laston Atas
20
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen, stabilisasi tanah denan kapur, pobdasi macadam Laston Atas
10 – 12,14
15
Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
20
stabilisasi tanah denan kapur, pobdasi macadam, Lapen, Laston Atas Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
≥ 12,25
25
stabilisasi tanah denan kapur, pobdasi macadam, Lapen, Laston Atas.
*) batas 20 cm tersebut dapat diturunkan menjadi 15 cm bila untuk pondasi bawah digunakan material berbutir kasar. 3. Lapis Pondasi Bawah. Untuk setiap nilai ITP bila digunakan pondasi bawah, tebal minimum adalah 10 cm
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 16
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
5.1.8.
Laporan Perencanaan
Pelapisan Tambahan. Untuk perhitungan pelapisan tambahan (overlay), kondisi perkerasan jalan lama (existing pavement) dinilai sesuai daftar dibawah ini : Tabel 5.1.9. Nilai Kondisi Perkerasan Jalan
1. Lapis Permukaan : Umumnya tidak retak, hanya sedikit deformasi pada jalur roda ………………………………………………………………… Terlihat retak halus, sedikit deformasi pada jalur roda Namun masih tetap stabil……………………………………………..…. Retak sedang, beberapa deformasi pada jalur roda, Pada dasarnya masih menunjukkan kestabilan……………………..…… Retak banyak, demikian juga deformasi pada jalur roda, Menunjukkan gejala ketidak stabilan…………………………………...
90 - 100 % 70 - 90 % 50 - 70 % 30 - 50 %
2. Lapis Pondasi : a. Pondasi Aspal beton atau Penetrasi Macadam Umumnya tidak retak, hanya sedikit deformasi pada jalur roda ………………………………………………………….…… Terlihat retak halus, sedikit deformasi pada jalur roda Namun masih tetap stabil………………………………………………. Retak sedang, beberapa deformasi pada jalur roda, Pada dasarnya masih menunjukkan kestabilan………………………… Retak banyak, demikian juga deformasi pada jalur roda, Menunjukkan gejala ketidak stabilan…………………………………... b. Stabilisasi Tanah dengan Semen atau Kapur : Indek Plastisitas (Plasticity Index = PI) ≤ 10 ………………………….. c. Pondasi Macadam atau Batu Pecah : Indek Plastisitas (Plasticity Index = PI) ≤ 6 ……………………………
80 – 100 %
3. Lapis Pondasi Bawah : Indek Plastisitas (Plasticity Index = PI) ≤ 6 …………………………… Indek Plastisitas (Plasticity Index = PI) > 6 ……………………………
90 – 100 % 70 – 100 %
5.1.9.
90 - 100 % 70 - 90 % 50 - 70 % 30 - 50 % 70 - 100 %
Konstruksi Bertahap. Konstruksi bertahap digunakan pada keadaan tertentu, antara lain : 1. Keterbatasan biaya untuk pembuatan tebal perkerasan sesuai rencana (misalnya : 20 tahun). Perkerasan dapat direncanakan dalam dua tahap, misalnya tahap pertama untuk 5 tahun, dan tahap berikutnya untuk 15 tahun. 2. Kesulitan dalam memperkirakan perkembangan lalu lintas untuk jangka panjang (misalnya : 20 sampai 25 tahun). Dengan adanya pentahapan, perkiraan lalu lintas diharapkan tidak jauh meleset.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 17
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
3. Kerusakan setempat (weak spot) selama tahap pertama dapat diperbaiki dan direncanakan sesuai data lalu lintas yang ada. 5.1.10. Pertimbangan Drainase Air adalah musuh jalan yang paling kuat. Jalan menjadi jelek jika badan jalan tidak cepat kering sehabis hujan. Jalan menjadi terputus apabila air dibiarkan merintangi permukaan jalan. Jalan menjadi rusak apabila air dibiarkan mengalir ditengah jalan. Jalan menjadi bergelombang apabila pondasi jalan tidak kering. Perbaikan masalah di atas cukup mahal dan sulit, tetapi masalah seperti ini dapat dihindari apabila masalah drainase dipertimbangkan pada waktu pra survey. Di tempat tertentu, tidak akan ada masalah drainase. Ditempat lain, jalan hamper pasti mengalami masalah berat. Pertimbangan yang paling sederhana adalah sebagai berikut : Jalan yang dapat mengikuti punggung bukit tidak akan mengalami drainase, karena air tidak perlu melintang jalan. Jalan yang dibuat pada lereng bukit, terpaksa harus ada galian dan timbunan tanah, selokan pinggir
jalan,
talud,
gorong-gorong
dan
sebagainya, dengan biaya konstruksi yang lebih besar. Kemungkinan terkena erosi dan longsor yang lebih besar. Keadaan seperti ini harus dihindari karena masalah drainase (pembuangan) air. Kemungkinannya jalan tidak bisa dikeringkan.
5.1.11. Geometri Jalan Jalan direncanakan untuk kecepatan 15 s/d 20 Km/jam. Pandangan bebas harus diperhatikan demi keselamatan pemakai jalan, baik kendaraan maupun pejalan kaki. Tikungan vertical dengan pandangan bebas 30 meter.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 18
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Tikungan horizontal dibuat dengan pandangan bebas 30 meter.
B U K IT
1 0 M e te r
Jari – jari tikungan minimal 10 meter. Tikungan tajam dibuat dengan pelebaran perkerasan dan kemiringan melintang miring ke dalam. 5.1.12. Tempat Persimpangan Perkerasan yang hanya selebar tiga meter kurang lebar untuk dua kendaraan saling melewati, maka harus disediakan tempat sebuah kendaraan dapat menunggu kendaraan berjalan dari lain arah. Setiap tempat ini harus kelihatan dari tempat yang sebelumnya.
B U K IT D a p a t d ilih a t Tem pat 2
D a p a t d ilih a t Tem pat 1
3 ,0 0 m
JA LA N 1 ,5 0 m in im a l
3 6
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 19
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
5.1.13. Tanjakan Jalan Tanjakan membatasi muatan yang dapat diangkut pada suatu jalan, serta membuat jalan lebih berbahaya. Jalan yang sangat curam juga lebih sulit untuk dipadatkan dengan mesin gilas, dan permukaan jalan dan saluran air lebih sering harus dipelihara dan diperbaiki. Pengukuran tanjakan adalah dengan rumus “jumlah meter naik per setiap seratus meter horizontal” (10 meter naik per 100 meter horizontal sama dengan tanjakan 10 %).
7 100 Panjang tidak dibatasi
•
Untuk meningkatkan penggunaan jalan serta keselamatan, pilih trase jalan supaya tanjakkan tidak terlalu curam. Jika jalan menanjak terus, tanjakan maksimal dibatasi 7 %.
•
Pada bagian pendek, tanjakkan dibatasi 20 %. Setelah 150 meter, harus disediakan bagian datar atau bagian menurun.
Apabila trase jalan belum memenuhi persyaratan ini, seharusnya dipindahkan supaya trasenya lebih ringan.
20 100 Panjang maksimal 150 meter
5.1.14. Tikungan pada Tanjakan Curam Di daerah perbukitan sering dijumpai jalan yang menanjak dengan kemiringan yang cukup berat diatas 10%. Apabila terdapat tikungan tajam di daerah tersebut, jalan harus dibuat seperti tercantum dalam gambar di bawah ini:
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 20
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
P e rke ra sa n d ip e rle b a r p ad a tiku n g a n , m e n ja d i 4 + m e ter SALU R
AN DAR I ATAS
AWAH SALURAN KE B
T iku n g a n d ib u a t p a d a b ag ia n d ata r u n tu k m e m p e rm u d a h p e rja la n a n b a g i ya n g n a ik a ta u tu ru n
D a ta r
Pembangunan air dari saluran pinggir jalan supaya air tidak melintangi jalan dan mengganggu kendaraan : •
Saluran dari atas diteruskan lurus ke depan dan airnya dibuang jauh dari jalan.
•
Saluran pada jalan bagian bawah dimulai di luar bagian datar (sesudah tikungan).
5.1.15. Bentuk Badan Jalan Jalan harus dibuat dengan bentuk yang tepat. Pada keadaan biasa, bentuk jalan dibuat seperti gambar yang ada di bawah ini. Pada daerah yang relative datar, badan jalan dibuat dengan bentuk “punggung sapi”.
U k u ra n M in im a l 4 ,0 0 3 ,0 0
1
0 ,5 0
1 K e m irin g a n 4 -5 %
S a lu ra n P in g g ir
Perkerasan dengan lebar 3 meter adalah perkerasan standar pada proyek ini. Tetapi dapat dibuat perkerasan yang lebih sempit (2,50 m) jika kebutuhan tersebut hanya untuk melewatkan kendaraan-kendaraan kecil, sedangkan kebutuhan panjang jalannya lebih diutamakan.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 21
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Jika situasi mengijinkan, jalan dibuat dengan ukuran lebih besar daripada ukuran minimal. Perkerasan dipasang selebar 4,00 meter untuk memudahkan arus lalu lintas dua arah. Bahu jalan dibuat selebar 1,00 meter kiri kanan jalan, maka lebar badan jalan menjadi 6,00 meter. Permukaan jalan dan bahu dibuat miring ke saluran pingir jalan. Di daerah yang relatif datar, dibentuk seperti punggung sapi (lebih tinggi ± 6-8 cm di tengah; jika punggung sapi kelihatan dengan mata telanjang berarti sudah cukup miring untuk drainase). Pada tikungan, jalan dibuat miring ke dalam demi kenyamanan dan keselamatan. Pada jurang, permukaan dibuat miring ke arah bukit dan saluran, demi keselamatan dan drainase. Ukuran saluran dan perlindungan saluran akan dibahas pada Sub bab 5.3. Ukuran minimal adalah 50 (dalam) x 30 (lebar dasar) dengan bentuk trapezium atau persegi panjang. Saluran tidak diperlukan apabila terdapat kemiringan asli lebih dari 1% yang membawa air ke arah luar dari jalan. Disarankan kemiringan tebing 1:1 karena semakin landai tanah semakin stabil dan tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik pada tebing yang hampir vertikal. Tebing gundul perlu dilindungi dengan salah satu cara efektif dan efesien, antara lain : pembuatan teras, saluran diversi, penanaman rumput atau perdu, lapisan batu kosong, pemasangan batu, dan bronjong kawat. 5.1.16. Bentuk Badan Jalan di Daerah Curam Konstruksi jalan di daerah perbukitan perlu perhatian khusus untuk menjamin stabilitas, untuk mengurangi longsor dan erosi, dan demi keselamatan.
1 1,5
4 m eter m aksim al
1 2 4,00
1,50 m eter m aksim al 1 2
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 22
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Ukuran saluran minimal 50 cm dalam x 30 cm lebar dasar, bentuk trapezium. Badan jalan di daerah curam miring ke arah bukit dan saluran pinggir jalan. Kemiringan tebing maksimal 2:1, dan dilindungi dengan cara yang efektif. Galian atau keprasan maksimal disarankan 4,00 meter. Tanah yang digali harus dibuang secara aman untuk mencegah erosi dan longsor. Karena timbunan sulit dipadatkan secara padat karya, disarankan perkerasan tidak dibuat di atas timbunan baru. Karena masalah stabilitas, timbunan maksimal dibatasi 1,50 meter. Timbunan tinggi sering mangalami longsor dan erosi berat. Lereng asli dengan kemiringan lebih dari 1:1,5 (33,7°, atau 67%) tidak dapat dibuat sesuai dua standar yang terakhir (seperti yang digambar di atas: lebar badan jalan 3 meter, dua bahu, satu saluran, galian maksimal 4 meter dengan tebing 1:1 dan timbunan 1,5 meter dengan tebing 2:1). 5.1.17. Permukaan Jalan Tebalnya lapisan batu belah ditentukan sesuai dengan kebutuhan setempat (tergantung jenis dan frekuensi lalu lintas) dan kesediaan batu. Biasanya batu belah dipasang dengan ukuran 8/15 cm untuk lapisan 15 cm atau ukuran 15/20 untuk lapisan 20 cm. Lapisan batu dapat diganti dengan lapisan sirtu (pasir campur batu, tebal 20 cm), terutama di daerah yang kesulitan batu dan mempunyai tanah dasar yang tidak stabil. Lapis pondasi dibuat dari batu belah/pecah hitam atau batu belah/pecah putih yang bersifat keras serta mempunyai minimal tiga bidang pecah.
0,50
1,50
Tanah+pasir Batu kunci 0,015 minimal
Rumput Kemiringan 4-5%
Pasir
Batu pinggir ditanam Tanah asli dipadatkan belah Batu belah
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
0,05 minimal As Jalan
V - 23
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Tanah asli di bawah permukaan (pondasi) dipadatkan oleh mesin gilas, stemper, atau timbres dengan kemiringan yang direncanakan untuk permukaan. Lapisan paling bawah adalah lapisan pasir yang menjadi alas batu, untuk memudahkan pemasangan batu permukaan dengan rata dan rapi. Batu harus dipasang dan ditanam dengan teliti supaya permukaan rata dan rapi. Batu harus berdiri tegak lurus dengan as jalan (melintang), ujung yang lebih runcing ke atas (kalau runcing kebawah, batu yang dibebani akan tembus lapisan pasir dasar ).Disisipkan batu kecil sebagai pengunci pada permukaan. Lapisan paling atas terdiri dari campuran pasir dengan tanah yang terpilih. Tanah liat tidak boleh dipergunakan. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai pasir urug. Sebagai alternatif, lapisan atas dapat dibuat dari sirtu atau krosok dengan tebalnya 2 cm. Sebagai langkah terakhir, dipadatkan dengan mesin gilas roda besi sambil permukaan disempurnakan. Khusus untuk tikungan tajam, permukan dibuat miring ke dalam, dengan kemiringan maksimal 10 %. Hal ini untuk membuat tingkat pelayanan jalan selalu sama baik di jalan lurus maupun di tikungan. Perkerasan diperlebar 50 cm pada bagian dalam tikungan. 5.1.18. Bahu Jalan Bahu jalan berfungsi sebagai pelindung permukaan jalan dan sebagai perantara aliran air hujan yang ada dipermukaan jalan menuju saluran pinggir dengan lancar. Bahu jalan juga berfungsi sebagai tempat pemberhentian sementara bagian kendaraan. Bahu jalan tidak boleh dilupakan dalam pelaksanaan jalan desa. Adapun persyaratan teknis untuk bahu jalan adalah sebagai berikut : •
Bahu jalan dibuat di sebelah kiri dan sebelah kanan sepanjang jalan, dengan lebar minimal 50 cm.
•
Bahu harus dibuat dengan kemiringan sedikit lebih miring dari pada kemiringan permukaan jalan, biasanya 6 – 8 % (sama dengan turun 3-4 cm persetiap 50 cm lari), demi kelancaran pembuangan air hujan.
•
Bahan untuk bahu sebaiknya terdiri dari tanah yang dapat ditembusi air, sehingga pondasi jalan dapat dikeringkan melalui proses rembesan.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 24
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
•
Laporan Perencanaan
Tanah pada bahu harus dipadatkan (lihat penjelasannya dalam sub bab pemadatan tanah)
•
Ada baiknya kalau rumput ditanam disebelah luar bahu, dimulai sekitar 20 cm dari pinggir. Rumput tersebut akan membantu stabilisasi pinggir jalan, tetapi harus dipangkas secara rutin supaya tidak terlalu tinggi.
•
Penanaman perdu atau pohon diharapkan diluar bahu (dan saluran, bila ada). Tanaman tersebut akan membantu stabilitas timbunan baru, tetapi tidak boleh terlalu dekat dengan jalan.
5.1.19. Pemadatan Tanah Tanah pada bagian galian tidak perlu dipadatkan lagi kecuali pernah mengalami gangguan yang mengakibatkan tanah menjadi kurang padat. Sebelum kegiatan pemasangan perkerasan jalan, semua daerah timbunan harus dipadatkan dengan mesin gilas, stemper, atau timbrisan. Pemadatan ini sangat membantu menjaga stabilitas dan daya tahan badan jalan. Jalan yang tidak dipadatkan juga lebih mudah terkikis oleh pengaliran air, dan mudah terkena air dan longsor. Kadar air harus optimal sebelum dipadatkan. Kadar optimal adalah sedikit basah, tetapi kalau digenggam tidak ada air mengalir ke luar. Tanah biasa yang terlalu basah tidak dapat dipadatkan. Tanah yang terlalu kering memerlukan tenaga jauh lebih banyak untuk dipadatkan. Pemadatan harus secara lapis demi lapis, dengan setiap lapis maksimal 20 cm. Bila dipadatkan dengan lapisan yang lebih tebal, bagian dalam kurang padat. Pemadatan secara mesin dapat dilaksanakan dengan stemper atau dengan mesin gilas yang berukuran 4-6 ton. Mesin gilas 2 ton bergetaran dianggap sama dengan mesin biasa berukuran 4-6 ton. Mesin gilas 6-8 ton dapat digunakan apabila dapat masuk lokasi. Pemadatan secara padat karya dilaksanakan dengan timbris. Untuk daerah dimana tempat tanah dasarnya jelek, maka badan jalan harus diadakan perkuatan, misalnya cerucuk atau stabilizer.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 25
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
5.1.20. Perlindungan Tebing Tebing jalan merupakan bagian jalan yang sering menjadi masalah karena longsoran atau erosi tanah. Ada beberapa jalan yang sering menjadi masalah karena longsoran atau erosi tanah. Ada beberapa cara yang dapat digunakan demi stabilitas tebing. Cara tersebut dapat digunakan secara tunggal atau misalnya dibuat saluran diversi, diteras dan ditanami rumput. Dibawah ini dibahas jenis-jenis perlindungan yang dapat diterapkan pada tebing jalan. 1. Saluran diversi digunakan untuk menangkap air yang mengalir dari lereng di atas menuju tebing, supaya air tidak terbuang melalui tebing. Isi saluran diversi harus dibuang ke tempat yang lebih aman. Apabila air mengalir dengan cepat, saluran diversi harus dilindungi dengan pasangan batu, batu kosong, rumput atau terjunan seperti saluran-saluran yang lain. Saluran diversi digunakan terutama untuk tebing tempat puncak lereng masih jauh di atas tebing jalan. 2. Teras bangku
sangat layak untuk tebing, asal lahan dapat dikorbankan untuk
membentuk teras dan jenis tanah dapat dibentuk dengan stabil. Teras dibuat sejajar dengan kontur ( hampir datar, dengan kemiringan maksimal 2 % ). Setiap 10 meter lari, air diterjunkan dari saluran teras ke bawah, dan penerjunan harus diperkuat seperti bangunan terjun yamg lain. Teras dibuat dengan lebar minimal 50 cm dan tinggi maksimal 1,00 meter. 3. Talud pasangan batu relative kuat, tetapi relatif mahal. Pasangan batu harus diberikan suling untuk membuang air tanah dari belakang tembok. Ujung suling haruis diberi saringan kecil dari ijuk. Pasangan batu harus dibuat dengan pondasi yang tidak akan bergerak, karena pasangan batu tidak fleksibel sama sekali. Ukuran bawah pasangan batu harus disesuaikan dengan Standar Bina Marga, maka perlu nasehat teknis.
SALURAN DRAINASE
IJUK SULING
JA LAN
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 26
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
4. Bronjong adalah cara yang kuat dan cukup fleksibel, tetapi relative mahal. Supaya posisi bronjong stabil dan tidak lari, pancangan diberikan pada tingkat bronjong yang paling bawah, dengan jarak setiap 1-1,5 m dan ukuran pancangan 12-15 cm. Dipancang sampai lapisan tanah atau batu yang keras. Bronjong dibuat lapis demi lapis dan disambung, tetapi setiap lapis (baris) harus dibuat datar ( sama tingginya ). Bronjong digunakan untuk menahan timbunan baru atau melindungi tebing dari arus air. Ukuran bronjong harus sesuai dengan Standar Bina Marga, maka perlu nasehat teknis.
Gbr. Pengaman tebing dari bronjong. 5. Saluran air yang ada di kaki perlakuan batu kosong, pemasangan batu, atau bronjong sebaiknya dilindungi talud pasangan batu, terutama pada tanah yang peka erosi. 6. Cara perlindungan yang relative efektif dan murah adalah cara vegetatif. Dengan cara vegetatif, berbagai jenis tanaman digunakan untuk menambah stabilisasi tebing dan untuk mencegah erosi. 5.1.21. Saluran Pinggir Jalan Saluran pinggir jalan yang berdekatan dengan bahu jalan diperlukan di sebelah kiri dan kanan jalan, kecuali : a. Jalan yang dibuat di punggung bukit, tidak perlu saluran sama sekali. b. Jalan yang dibuat di lereng bukit, tidak perlu saluran di sebelah luarnya. c. Badan jalan diurug lebih dari 50 cm
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 27
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Pada keadaan biasa, setiap saluran harus berukuran 50 cm (dalam) x 30 cm (lebar dasar) seperti yang diatas, dengan bentuk trapezium (lebar atas 50 cm). Saluran dibuat lebih besar apabila diperkirakan debit air yang harus dibuang sangat besar. Saluran dibuat sejajar dengan jalan, dan dasar saluran harus dibuat dengan kemiringan sangat rendah untuk mengendalikan kecepatan aliran. Kecepatan tinggi menyebabkan erosi tanah, maka perlu terjunan atau pasangan apabila kecepatan aliran air terlalu cepat. Tidak benar jika dasar saluran datar, karena air tidak akan mengalir sama sekali. Ketinggian dasar saluran harus lebih rendah daripada lapisan pasir yang ada di bawah batu perkerasan, demi kelancaran proses perembesan dan pengeringan. Saluran yang peka erosi perlu dilindungi. Perlindungan terdiri dari penguatan talud dan dasar saluran serta pemberian bangunan drop struktur. Tujuan perlindungan saluran adalah untuk mengurangi erosi tanah pada saluran supaya saluran tetap berfungsi dan jalan tidak terkikis. Jenis perlindungan terdiri dari rumput (gebalan), turab, batu kosong, atau pasangan. Bronjong dapat digunakan terutama pada tikungan di tanah yang sangat peka erosi. Jenis perlindungan dipilih setelah dipertimbangkan : 1. Kemiringan saluran dan kecepatan air 2. jenis tanah (harus yang peka erosi) 3. perubahan arah pengaliran pada belokan 4. debit air 5.1.22. Gorong-Gorong Gorong-gorong adalah jenis bangunan yang berfungsi untuk mengalirkan air yang harus melewati di bawah permukaan jalan. Gorong-gorong diperlukan jika : o
Terdapat sungai kecil atau saluran irigasi melewati jalan.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 28
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
o
Laporan Perencanaan
Kapasitas saluran pinggir kurang mengalirkan volume air yang diperkirakan, dan air harus melewati jalan untuk dibuang.
o
Saluran pinggir jalan memotong jalan lain pada persimpangan. Gorong
JALAN
o
Di daerah perbukitan, setiap tempat terendah pada profil jalan. Kebutuhan ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
X = Lokasi yang salah O = Lokasi yang betul Tiap gorong-gorong dilengkapi bak penampungan air dan bak pembuang di ujungnya, demi kelancaran pengaliran air dan untuk mencegah erosi. Untuk mengurangi erosi, aliran alamiah tidak digangu. Baik di denah maupun di profil kedua ujung gorong-gorong mengikuti garis aliran yang alamiah. Jika garis alamiah tidak diikuti, saluran dan bak harus dilindungi. Garis Aliran
Gorong gorong
J AL A N
Garis Aliran
Badan Jalan
Jenis gorong-gorong yang layak untuk jalan desa adalah gorong-gorong : 1. Buis beton (bulat), dengan ukuran garis tengah 40 cm sampai dengan 100 cm.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 29
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
2. Plat beton yang dibuat dengan pondasi dari pasangan batu dan lantai dari beton bertulang, berukuran sisi layak di mana buis beton tidak ditanam cukup dalam. 3. Boog duiker, yang dibuat dari batu belah dan berukuran 40 s.d 60 cm. 4. Gorong-gorong kayu, dengan dimensi lebar minimal 0,60 m, lebar maksimal 1,00 m, dan tinggi minimal 0,60 m (untuk pemeliharaan). Gorong-gorong buis beton, boog duiker, atau kayu harus ditanam supaya ada lapisan tanah diatasnya minimal 30 cm atau setengah ukuran garis tengahnya, seperti gambar di bawah ini : ARUS LALU LINTAS
BUIS BETON
Keterangan gambar : -
Lapisan batu permukaan jalan
-
Lapisan pasir di bawah batu
-
Jarak antara buis beton dan batu minimal setengah ukuran buis beton
-
Lapisan tanah yang dipadatkan lapis demi lapis. Tanah ini tidak boleh mengandung batu.
-
Lapisan pasir di bawah buis beton.
-
Lapisan batu sebagai pondasi gorong-gorong buis bneton.
Dasar gorong-gorong dibuat dengan kemiringan 2% untuk memperlancar aliran air. Ukuran gorong-gorong tergantung debit air yang akan mengalir.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 30
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
a. Luas lahan yang dapat dikeringkan gorong-gorong buis beton dan plat beton diperkirakan sebagai berikut : Luas lahan yang dapat dikeringkan di daerah pegunungan (kemiringan di atas 12 %) : Buis beton : 40 cm - 0,5 ha 50 - 1,0 50 - 1,5 80 - 3,5 100 - 7,5
Plat beton : 60 X 60 cm - 2,5 ha 60 X 75 cm - 3,0 ha 75 X 75 cm - 4,5 ha 75 X 100 cm - 6,5 ha 100 X 100 cm - 7,5 ha
Luas lahan yang dapat dikeringkan di daerah berbukit (kemiringan 5 – 12 %): Buis beton : 40 cm - 1,0 ha 50 - 2,5 60 - 4,0 80 - 9,5 100 - 17
Plat beton : 60 X 60 cm - 6 ha 60 X 75 cm - 8 ha 75 X 75 cm - 11 ha 75 X 100 cm - 16 ha 100 X 100 cm - 23 ha
Luas lahan yang dapat dikeringkan di daerah datar (kemiringan dibawah 5 %): Buis beton : 40 cm - 5,0 ha 50 - 9,5 60 - 15 80 - 33 100 - 60
Plat beton : 60 X 60 cm - 21 ha 60 X 75 cm - 28 ha 75 X 75 cm - 38 ha 75 X 100 cm - 56 ha 100 X 100 cm - 82 ha
b. Luas lahan yang dapat dikeringkan gorong-gorong boog duiker dan kayu diperkirakan sebagai berikut : Luas lahan yang dapat dikeringkan di daerah pegunungan (kemiringan diatas 12 %): Boog duiker 40 cm - 0,5 ha 50 cm - 2,0 ha 60 cm - 3,5 ha
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
60 60 75 75
Kayu X 60 cm - 2,5 ha X 75 cm - 3,0 ha X 75 cm - 4,5 ha X 100 cm - 6,5 ha
V - 31
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Luas lahan yang dapat dikeringkan di daerah berbukit (kemiringan 5 – 12 %): Boog duiker 40 cm - 0,5 ha 50 - 5,5 60 - 9,5
60 60 75 75
Kayu X 60 cm - 6 ha X 75 cm - 8 ha X 75 cm - 11 ha X 100 cm - 16 ha
Luas lahan yang dapat dikeringkan di daerah datar (kemiringan dibawah 5 %): Boog duiker 40 cm - 7,0 ha 50 - 20 60 - 32
60 60 75 75
Kayu X 60 cm - 21 ha X 75 cm - 28 ha X 75 cm - 38 ha X 100 cm - 56 ha
5.1.23. Pembuangan dari Saluran dan Gorong-Gorong Pembuangan dari saluran dan gorong-gorong harus diperkirakan untuk mencegah kerusakan akibat pengaliran air yang tidak terkendali. Pembuangan air dengan aman tetap menjadi tanggung jawab perencana jalan. Pembuangan yang aman adalah pembuangan yang mengantarkan aliran air ke sungai atau ke saluran yang mampu mengalirkan volume air tanpa merusak lingkungannya, terutama lahan petani atau rumah penduduk. Pembuangan tersebut dapat melalui sebuah saluran baru khusus pembuangan. Saluran pembuangan dimulai dari gorong-gorong, saluran pinggir jalan yang sudah melebihi kapasitasnya, atau saluran pinggir jalan yang tidak dapat diteruskan. Saluran tersebut berhenti pada sungai atau saluran besar yang sudah ada. Tidak dibatasi panjang saluran pembuangan; panjangnya menurut kebutuhan setempat. Ukuran saluran pembuangan disesuaikan dengan debit air yang terbesar, dengan ukuran minimal sama dengan ukuran saluran pinggir jalan yang standar (50 x 30 cm). Saluran pembuangan harus dilindungi seperti saluran-saluran yang lain, dengan diberi pasangan batu, rumput, terjunan, dan sebagainya untuk mencegah erosi dasar dan talud saluran. 5.1.24. Stabilization Dalam hal penggunaan tanah asli di lapangan, konsultan menghadapi tiga pilihan, yaitu: 1. Manfaatkan tanah yang ada di tempat. 2. Membuang tanah asli dan menggantinya dengan tanah daru dari luar.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 32
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
3. Memperbaiki tanah yang ada, barangkali dengan perlakuan mekanis (pemadatan) atau perlakuan stabilisasi. Ternyata dengan menambah sedikit bahan tertentu pada tanah asli, sifat tanah tersebut dapat diperbaiki. Perlakuan tersebut sudah lama dipakai, dengan nama stabilisasi. Teknik stabilisasi dengan semen atau kapur (hidrasi) dapat digunakan bila dinilai alternative tersebut merupakan yang terbaik. Hal ini dapat dipertimbangkan terutama untuk lokasi yang tidak mempunyai bahan yang layak untuk subgrade. Tiap jenis tanah dapat diperbaiki dengan bahan tambahan seperti semen, kapur, bahan kimia (polymer) atau bitumen, dan masing-masing mempunyai zona efesiensi yang berbeda : PASIR KASAR
PASIR HALUS
LANAU KASAR
LANAU HALUS
LEMPUNG LEMPUNG KASAR HALUS KAPUR
SEMEN BITUMEN
POLYMER
Stabilisasi tidak berlaku untuk tanah dengan kadar organik tinggi. Untuk menentukan jumlah semen atau kapur yang dibutuhkan untuk memperbaiki struktur tanah, perlu diadakan ujian tanah di laboratorium. Kadar air di lapangan juga harus dikendalikan dengan ketat, berdasarkan kadar air optimal menurut hasil loboratorium. Hasil stabilisasi ditutup plastik untuk menjaga tingkat kelembaban dan ditutup untuk lalu lintas selama satu minggu. Untuk mendapatkan peningkatan struktur yang baik, hasil stabilisasi harus segera dipadatkan dengan mesin. Batas waktu adalah 2 jam untuk semen, 1 hari untuk kapur (tetapi lebih baik 6 jam). Tebal lapisan stabilisasi adalah antara 15 s.d. 25 cm. 5.1.25. Pembangunan Jalan di Daerah Rawa Jalan sulit dibangun secara padat karya di daerah rawa, tetapi terdapat beberapa teknologi yang dapat diterapkan untuk jalan setapak dan jalan lokal. Terdapat pula tempat yang memerlukan teknologi pembangunan jalan di daerah tanah lembek untuk bagian pendek, misalnya hanya 100 meter dari jalan 2.500 meter.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 33
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Standar teknis untuk pembangunan jalan dan jembatan di daerah rawa dari dua buku manual, yaitu manual pembangunan jalan dari “Integrated Swamp Development Project” dan buku Teknologi Tepat Guna untuk Pembukaan Lahan Rawa di Kalimantan Tengah, hasil produksi Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum. Cara membangun jalan di daerah rawa biasanya menyangkut penggantian material dengan volume yang cukup besar, kemudian dipasang perlakuan untuk meningkatkan daya tahan tanah dasar. Untuk rawa harus dibatasi pilihan teknologi, karena sebagian dari teknologi yang diusulkan terlalu mahal untuk diterapkan dengan biaya porsi padat karya sangat minimal. Misalnya, penggunaan Geotextile yang sangat baik untuk daerah rawa ternyata terlalu mahal dan relative sulit dicari. Teknologi yang dianjurkan termasuk penggantian dari lapisan atas agar tanah yang sangat lembek diganti dengan yang lebih baik sebagai subbase. Kemudian dipasang matras galar kayu, terucuk kayu, terucuk dengan papan atas (jamur kayu), atau yang lain, dengan memperhatikan ketinggian air minimum agar kayu selalu dalam keadaan terendam. Kemudian untuk lapisan atas dan perkerasan dibuat seperti biasa, dengan memperhatikan ketinggian air maksimum agar base tidak terkena air tanah. Timbunan di daerah rawa boleh terdiri atas timbunan tanah biasa atau timbunan terpilih. Timbunan biasa tidak termasuk tanah lempung dengan plastisasi tinggi, tidak termasuk bahan organic, dan mempunyai CBR di atas 6%. Tanah terpilih CBR di atas 10% dan PI di atas 6%, dan dapat dipadatkan dengan baik. Pekerjaan jalan di daerah rawa ini juga termasuk kegiatan drainase sementara di tempat kerja, serta pembuatan saluran diversi. Teknologi lain yang dapat dimanfaatkan yaitu Tiang Turap Kayu, atau Stabilisasi dengan terucuk.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 34
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
5.2.
Laporan Perencanaan
Drainase
5.2.1.
Maksud dan Tujuan
5.2.1.1.
Maksud Tata cara perhitungan ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam merencanakan struktur drainase permukaan jalan. Adapun yang dimaksud dengan saluran drainase disini adalah : a.
Saluran samping jalan Yaitu saluran drainase yang terletak di sebelah kiri dan kanan jalan, karena saluran juga difungsikan sebagai penampung limbah rumah tangga yang biasanya menghadap ke arah jalan.
b.
Saluran drainase yang berdiri sendiri.
Kedua jenis saluran tersebut merupakan satu sistim pembuangan yang saling terkait. 5.2.1.2.
Tujuan Tujuan tata cara ini adalah untuk mendapatkan keseragaman dalam cara merencanakan drainase permukaan jalan yang sesuai dengan persyaratan teknis.
5.2.2.
Ruang Lingkup Tata cara ini meliputi persyaratan-persyaratan, kemiringan melintang perkerasan dan bahu jalan serta dimensi, kemiringan, jenis bahan, tipe saluran samping jalan dan goronggorong.
5.2.3.
Pengertian Yang dimaksud dengan : 1) Drainase permukaan adalah sistim drainase yang berkaitan dengan pengendalian air permukaan; 2) Intensitas hujan ( I ) adalah besarnya curah hujan maksimum yamg akan diperhitungkan dalam desain drainase; 3) Waktu konsentrasi ( Tc ) adalah waktu yang diperlukan oleh butiran air untuk bergerak dari titik terjauh pada daerah pengaliran sampai ke titik pembuangan; 4) Debit ( Q ) adalah volume air yang mengalir melewati suatu penampang melintang saluran atau jalur air persatuan waktu;
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 35
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
5) Koefisien pengaliran ( C ) adalah suatu koefisien yang menunjukkan perbandingan antara besarnya jumlah air yang dialirkan oleh suatu jenis permukaan terhadap jumlah air yamg ada; 6) Gorong-gorong adalah saluran tertutup yang berfungsi mengalirkan air, dan biasanya melintang jalan; 7) Saluran samping jalan adalah saluran yang dibuat di sisi kiri dan kanan badan jalan. 5.2.4.
Pesyaratan-persyaratan Hal yang disyaratkan dalam perencanaan sistem drainase, adalah sebagai berikut : 1) Perencanaan drainase harus sedemikian rupa sehingga fungsi fasilitas drainase sebagai penampung, pembagi dan pembuang air dapat sepenuhnya berdaya guna; 2) Pemilihan dimensi dari fasilitas drainase harus mempertimbangkan faktor ekonomi dan faktor keamanan; 3) Perencanaan drainase harus mempertimbangkan pula segi kemudahan dan nilai ekonomis terhadap pemeliharaan sistem drainase tersebut; 4) Sebagai bagian sistem drainase yang lebih besar atau sungai-sungai pengumpul drainase; 5) Perencanaan drainase ini tidak termasuk untuk sistem drainase areal, tetapi harus diperhatikan dalam perencanaan terutama untuk air keluar.
5.2.5.
Ketentuan-Ketentuan
5.2.5.1.
Umum Sistem drainase permukaan jalan terdiri dari : kemiringan melintang perkerasan dan bahu jalan, saluran samping, gorong-gorong dan saluran penangkap (lihat gambar).
Saluran Penangkap Perkerasan Jalan
Bahu Jalan
ib%
i%
i = Kemiringan Perkerasan Jalan ib = Kemiringan Bahu Jalan
i%
Bahu Jalan
ib%
Gorong - gorong
Gambar 5.2.1. Sistem Drainase Permukaan
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 36
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
5.2.5.2.
Laporan Perencanaan
Saluran samping jalan Hal yang perlu diperhatikan pada perencanaan saluran adalah sebagai berikut : 1) Bahan bangunan saluran samping jalan ditentukan oleh besarnya kecepatan rencana aliran air yang akan melewati saluran samping jalan ( lihat tabel 5.2.1.). Tabel 5.2.1. Kecepatan aliran air yang diijinkan berdasarkan jenis material Kecepatan AliranAir Jenis Bahan
Yang diizinkan (m/detik)
Pasir Halus
0.45
Lempung kepasiran
0.50
Lanau aluvial
0.60
Kerikil halus
0.75
Lempung kokoh
0.75
Lempung padat
1.10
Kerikil kasar
1.20
Batu-batu besar
1.50
Pasangan batu
1.50
Beton
1.50
Beton bertulang
1.50
2) Kemiringan saluran samping ditentukan berdasarkan bahan yang digunakan; hubungan antara bahan yang digunakan dengan kemiringan saluran samping arah memanjang yang dikaitkan dengan erosi aliran ( tabel berikut ) Tabel 5.2.2. Hubungan kemiringan saluran samping jalan ( i ) dan jenis material
Jenis material Tanah Asli Kerikil Pasangan
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
Kemiringan saluran samping i(%) 0–5 5 – 7.5 7.5
V - 37
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
3) Pematah arus untuk mengurangi kecepatan aliran diperlukan bagi saluran samping jalan yang panjang dan mempunyai kemiringan cukup besar, ( lihat gambar pematah arus ).
i%
L
Gambar 5.2.2. Pematah Arus
Tabel 5.2.3. Hubungan kemiringan saluran samping jalan ( i ) dan jarak pematah arus ( L ) i(%)
6%
6%
7%
9%
10 %
L(m)
16 m
10 m
8m
7m
6m
4) Tipe dan jenis bahan saluran samping didasarkan kondisi tanah dasar, kedudukan muka air tanah dan kecepatan abrasi air 5) Penampang minimum saluran samping 0.5 m2. 5.2.6.
Gorong-gorong Pembuang Air Gorong-gorong pembuang air meliputi hal-hal sebagai berikut : 1) Ditempatkan melintang jalan yang berfungsi untuk menampung air dari saluran samping dan membuangnya. 2) Harus cukup besar untuk melewatkan debit air maksimum dari daerah pengaliran secara efisien. 3) Harus dibuat dengan tipe yang permanen ( lihat gambar bagian gorong-gorong ). Bagian gorong-gorong terdiri dari tiga bagian konstruksi utama, yaitu : -
Pipa kanal air utama yang berfungsi untuk mengalirkan air dari bagian hulu ke bagian hilir secara langsung.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 38
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
-
Laporan Perencanaan
Tembok kepala yang menopang ujung dan lereng jalan ; tembok penahan yang dipasang bersudut dengan tembok kepala, untuk menahan bahu dan kemiringan jalan.
-
Apron ( dasar ) dibuat pada tempat masuk untuk mencegah terjadinya erosi dan dapat berfungsi sebagai dinding penyekat lumpur ; bentuk goronggorong tergantung pada tempat yang ada dan tingginya timbunan.
-
Bak penampung diperlukan pada kondisi : Pertemuan antara gorong-gorong dan saluran tepi. Pertemuan lebih dari dua arah aliran.
4) Kemiringan gorong-gorong 0.5 – 2 %.
Tembok Kepala
0.5 - 2 %
Pipa kanal air utama
A pron ( dasar )
Bak penampung
Gambar 5.2.3. Bagian gorong-gorong. 5) Jarak gorong-gorong pada daerah datar maksimum 100 meter, di daerah pegunungan dua kali lebih banyak. 6) Kemiringan gorong-gorong antara 0.5 – 2 % dengan pertimbangan faktor-faktor lain yang dapat mengakibatkan terjadinya pengendapan erosi di tempat air masuk dan pada bagian pengeluaran. 7) Tipe dan bahan gorong-gorong yang permanen ( lihat gambar tipe ) dengan desain umur rencana : - Jalan tol
: 25 tahun
- Jalan arteri
: 10 tahun
- Jalan lokal
: 5 tahun
8) Untuk daerah-daerah yang berpasir, bak pengontrol dibuat / direncanakan sesuai kondisi setempat. 9) Dimensi gorong – gorong minimum dengan diameter 80 cm, kedalaman gorong – gorong yang aman terhadap permukaan jalan, tergantung tipe :
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 39
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
No
Tipe gorong-gorong
Laporan Perencanaan
Potongan melintang
Material yang dipakai Metal gelombang,
1
Pipa tunggal atau lebih
beton
bertulang
atau beton tumbuk, besi cor dll.
2
Pipa lengkung tunggal atau lebih
Metal gelombang
Gorong – gorong 3
persegi ( Box culvert )
Beton bertulang
Gambar 5.2.4. Tipe Penampang Gorong – Gorong.
5.2.7.
Menentukan Debit Aliran Faktor – faktor untuk menentukan debit aliran, yaitu : 1) Intensitas curah hujan (I) dihitung berdasarkan data – data sebagai berikut : a) Data curah hujan : Merupakan data curah hujan harian maksimum dalam setahun yang dinyatakan dalam mm/ hari, data curah hujan ini diperoleh dari Lembaga Meteorologi dan Geofisika, untuk stasiun curah hujan yang terdekat dengan lokasi sistem drainase, jumlah data curah hujan paling sedikit dalam jangka waktu 10 tahun. b) Periode ulang : Karekteristik hujan menunjukkan bahwa hujan yang besar tertentu mempunyai periode ulang tertentu, periode ulang rencana untuk saluran samping ditentukan 5 tahun. c) Lamanya waktu curah hujan : Ditentukan berdasarkan hasil penyelidikan Van Breen, bahwa hujan harian terkonsentrasi selama 4 jam dengan jumlah hujan sebesar 90 % dari jumlah hujan 24 jam.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 40
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
d) Rumus menghitung intensitas curah hujan ( I ) menggunakan analisa distribusi frekuensi menurut rumus sebagai berikut : XT = x +
I
=
SX (YT − Yn ) ) Sn
90%. X T 4
Keterangan :
XT =
X
=
besarnya curah hujan untuk periode ulang T tahun ( mm ) / 24 jam. nilai rata – rata aritmatik, hujan komulatif.
SX =
standart deviasi
YT =
variasi yang merupakan fungsi periode ulang
Yn =
nilai yang tergantung pada n ( Lihat Tabel 6 )
Sn =
standart deviasi merupakan fungsi dari n ( Lihat Tabel 7 )
I
=
intensitas curah hujan mm/jam.
Tabel 5.2.4. Variasi Fungsi Periode Ulang (Yt)
T (thn)
Yt
2
0.3665
5
1.4999
10
2.2502
25
3.1985
50
3.9019
100
4.6001
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 41
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Tabel 5.2.5. Nilai Yang Tergantung Pada n ( Yn )
n
Yn
n
Yn
n
Yn
n
Yn
10
0.4592
33
0.5388
56
0.5508
79
0.5567
11
0.4996
34
0.5396
57
0.5511
80
0.5569
12
0.5053
35
0.5402
58
0.5518
81
0.5570
13
0.5070
36
0.5410
59
0.5518
82
0.5572
14
0.5100
37
0.5418
60
0.5521
83
0.5574
15
0.5128
38
0.5424
61
0.5524
84
0.5576
16
0.5157
39
0.5430
62
0.5527
85
0.5578
17
0.5181
40
0.5436
63
0.5530
86
0.5580
18
0.5202
41
0.5442
64
0.5533
87
0.5581
19
0.5220
42
0.5448
65
0.5535
88
0.5583
20
0.5236
43
0.5453
66
0.5538
89
0.5585
21
0.5252
44
0.5458
67
0.5540
90
0.5586
22
0.5268
45
0.5463
68
0.5543
91
0.5587
23
0.5283
46
0.5468
69
0.5545
92
0.5589
24
0.5296
47
0.5473
70
0.5548
93
0.5591
25
0.5309
48
0.5477
71
0.5550
94
0.5592
26
0.5320
49
0.5481
72
0.5552
95
0.5593
27
0.5332
50
0.5485
73
0.5555
96
0.5595
28
0.5343
51
0.5489
74
0.5557
97
0.5596
29
0.5353
52
0.5493
75
0.5559
98
0.5598
30
0.5362
53
0.5497
76
0.5561
99
0.5599
31
0.5371
54
0.5501
77
0.5563
100
0.5600
32
0.5380
55
0.5504
78
0.5565
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 42
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Tabel 5.2.6. Hubungan Deviasi Standar (Sn) dengan Jumlah Data (n)
n
Sn
n
Sn
n
Sn
n
Sn
10
0.9496
33
1.1226
56
1.1696
79
1.1930
11
0.9676
34
1.1255
57
1.1708
80
1.1938
12
0.9933
35
1.1285
58
1.1721
81
1.1945
13
0.9971
36
1.1313
59
1.1734
82
1.1953
14
1.0095
37
1.1339
60
1.1747
83
1.1959
15
1.0206
38
1.1363
61
1.1759
84
1.1967
16
1.0316
39
1.1388
62
1.1770
85
1.1973
17
1.0411
40
1.1413
63
1.1782
86
1.1980
18
1.0493
41
1.1436
64
1.1793
87
1.1987
19
1.0565
42
1.1458
65
1.1803
88
1.1994
20
1.0628
43
1.1480
66
1.1814
89
1.2001
21
1.0696
44
1.1499
67
1.1824
90
1.2007
22
1.0754
45
1.1519
68
1.1834
91
1.2013
23
1.0811
46
1.1538
69
1.1844
92
1.2020
24
1.0864
47
1.1557
70
1.1854
93
1.2026
25
1.0915
48
1.1574
71
1.1863
94
1.2032
26
1.1961
49
1.1590
72
1.1873
95
1.2038
27
1.1004
50
1.1607
73
1.1881
96
1.2044
28
1.1047
51
1.1623
74
1.1890
97
1.2049
29
1.1086
52
1.1638
75
1.1898
98
1.2055
30
1.1124
53
1.1658
76
1.1906
99
1.2060
31
1.1159
54
1.1667
77
1.1915
100
1.2065
32
1.1193
55
1.1681
78
1.1923
e) Kurva basis. Kurva Basis digunakan untuk menentukan kurva lamanya intensitas hujan, yang dapat diturunkan dari kurva basis ( lengkung intensitas standart ) seperti contoh pada gambar 5.2.5a. dan gambar 5.2.5b.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 43
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
190 180 170 160
Intensitas hujan ( mm / jam )
150 140 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240
waktu konsentrasi ( menit )
KURVA BASIS
190 180 170 160
Intensitas hujan ( mm / jam )
150 140 120 110 100 90 I rencana
80 Lengkung basis 70 60 50 40 30
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240
waktu konsentrasi ( menit )
KURVA BASIS
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 44
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
f) Waktu konsentrasi ( TC ) , dihitung dengan rumus : TC
=
t1 + t2
t1
=
( 2 / 3 x 3.28 x Lo.
t2
=
L 60V
nd 0,167 ) s
Keterangan :
TC
= waktu kosentrasi ( menit )
t1
= waktu inlet ( menit )
t1
= waktu aliran ( menit )
LO
= jarak dari titik terjauh ke fasilitas drainase ( m )
L
= panjang saluran ( m )
nd
= koefisien hambatan ( tabel 8 )
s
= kemiringan daerah pengaliran
v
= kecepatan air rata - rata disaluran ( m / dt )
Tabel 5.2.7. Hubungan kondisi permukaan dengan koefisien hambatan
Kondisi Lapis Permukaan
nd
1. Lapisan semen dan aspal beton
0.013
2. Permukaan licin dan kedap air
0.020
3. Permukaan licin dan kotor
0.10
4. Tanah dengan rumput tipis dan gundul dengan permukaan sedikit kasar
0.20
5. Padang rumput dan rerumputan
0.40
6. Hutan gundul
0.60
7. Hutan rimbun dan hutan gundul rapat dengan hamparan rumput jarang sampai rapat
0.80
2) Luas daerah pengaliran batas – batasnya tergantung dari daerah pembebasan dan derah sekelilingnya ditetapkan seperti pada gambar berikut.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 45
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
CL L1( m) L2( m)
L3( m)
= Batas daerah pengaliran yang diperhitungkan = ( L1 + L2 + L3 )
L
Keterangan : L
=
ditetapkan dari as jalan sampai bagian tepi perkerasan
L2
=
ditetapkan dari tepi perkerasan yang ada sampai tepi bahu jalan
L3
=
tergantung dari keadaan daerah setempat dan panjang maksimum 100 meter
3) Harga Koefisien pengaliran ( C ) untuk berbagai kondisi ditentukan berdasarkan Tabel di bawah ini : Tabel 5.2.8 Hubungan kondisi permukaan tanah dan koefisien pengaliran (C) Kondisi Permukaan Tanah 1. Jalan beton dan jalan aspal 2. Jalan kerikil dan jalan tanah 3. Bahu jalan : - Tanah berbutir halus - Tanah berbutir Kasar - Batuan masif keras - Batuan masif lunak 4. Daerah perkotaan 5. Daerah Pinggir Kota 6. Daerah industri 7. Pemukiman padat 8. Pemukiman tidak padat 9. Taman dan kebun 10. Persawahan 11. Perbukitan 12. Pegunungan
Koefisien Pengaliran ( C )* 0.70 - 0.95 0.40 - 0.70 0.40 0.10 0.70 0.60 0.70 0.60 0.60 0.40 0.40 0.20 0.45 0.70 0.75
-
0.65 0.20 0.85 0.75 0.95 0.70 0.90 0.60 0.60 0.40 0.60 0.80 0.90
Keterangan : *)
Untuk daerah datar diambil nilai C yang terkecil dan untuk daerah lereng diambil nilai C yang besar.
Bila daerah pengaliran terdiri dari beberapa tipe kondisi permukaan yang mempunyai nilai C yang berbeda, harga C rata – rata ditentukan dengan persamaan:
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 46
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
C =
Laporan Perencanaan
C1. A1 + C2 . A2 + C3. A3 + .... A1 + A2 + A3 + ....
Keterangan : C1 ,C2 , C3 =
koefisien pengaliran yang sesuai dengan tipe kondisi permukaan.
A1 ,A2 , A3 =
luas daerah pengaliran yang sesuai dengan tipe kondisi permukaan.
4) Untuk menghitung debit air ( Q ) menggunakan rumus yaitu : Q =
1 xC.I . A Keterangan : 3.6
Q =
debit air ( m3/ detik )
C =
koefisien pengaliran
I
intensitas hujan ( mm / jam )
=
A =
luas daerah pengaliran ( km2 )
5) Debit Air Kotor Debit air kotor secara umum diperoleh dari hasil perkalian antara luas daerah pelayanan (ha) dikalikan dengan angka kepadatan penduduk (orang/ha). Dan dari jumlah penduduk tersebut dapat dihitung berapa besar penggunaan air bersih, sedangkan banyaknya air kotor yang dibuang sama dengan jumlah air bersih yang digunakan dikalikan denga faktor tertentu. Besarnya kebutuhan air bersih yang dikonsumsi oleh masing-masing orang menurut WHO adalah 170 l/orang/hari. Dan menurut Linsey, 1986 jumlah air limbah rumah tangga adalah sebesar 65 – 75 % dari jumlah air yang disalurkan atau ditetapkan dengan faktor pengali sebesar 0.7 kali kebutuhan air bersih. Rumus yang diberikan linsley untuk menghitung besarnya air limbah adalah :
Qrt = p x Qab x 0.7 x (24 x 60 x 60/1000)
m3/det
Dengan : Qrt
= debit air buangan rata-rata (m3/dt)
p
= jumlah penduduk daerah layanan (orang)
Qab
= kebutuhan air bersih (l/hari/orang)
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 47
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Qp = f x Qrt
Laporan Perencanaan
m3/det
Dengan : Qp
= debit puncak pembuangan pada jam-jam maksimum
f
= faktor puncak ditentukan = 3
Bahwa berdasarkan perhitungan dan pengalaman ternyata debit air kotor hasil buangan dari rumah tangga nilainya relatif kecil dibandingkan dengan debit air yang dihasilkan dari air hujan. Sehingga dalam perencanaan saluran drainase ini debit air dari rumah tangga diabaikan. 5.2.8.
Penampang Basah Saluran Drainase dan Gorong - gorong Penampang Basah Saluran drainase dan Gorong – gorong dihitung berdasarkan : 1) Penampang basah yang paling ekonomis untuk menampung debit maksimum (Ae) yaitu : a) Saluran bentuk trapesium :
h
1 m
b
Ae
= (b + m.h) h
P
= b + 2h
R=
Ae P
(1 + m 2 )
Tabel 5.2.9. Hubungan Kemiringan talud dan besarnya debit. Debit air Q ( m3/ detik )
Kemiringan Talud
0.00 - 0.75
1 : 1
0.75 - 15
1 : 1.5
15 - 80
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
1 : 2
V - 48
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Keterangan : b
= lebar saluran ( m )
h
= dalamnya saluran yang tergenang air ( m )
m = perbandingan kemiringan talud R = jari – jari hidrolis ( m ) P
= Keliling basah saluran (m)
Ae = Luas Penampang basah (m2) b) Saluran bentuk segi empat
h
b
Ae = b h
R=
Ae P
P = b + 2h Keterangan : b
= lebar saluran ( m )
h
= dalamnya saluran yang tergenang air ( m )
R = jari – jari hidrolis ( m ) P
= Keliling basah saluran (m)
Ae = Luas Penampang basah (m2) 2) Penampang basah berdasarkan debit air dan kecepatan (V) rumus :
Ad =
Q V
keterangan : Ad
= Luas penampang ( m2 )
Q
= Debit air ( m3/dtk )
V
= Kecepatan aliran ( m/dtk )
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 49
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
3) Selanjutnya dimensi saluran ditentukan atas dasar : Ae = Ad Keterangan : Ae = Luas penampang ekonomis ( m2 ) Ad = Luas penampang berdasarkan debit air yang ada ( m2 ) 4) Untuk gorong-gorong yang berbentuk metal gelombang, hanya diperhitungkan debit air dan penentuan penampang basah disesuaikan dengan spesifikasi yang telah ditentukan. 5.2.9.
Tinggi Jagaan Saluran Samping Tinggi jagaan ( w ) untuk saluran samping bentuk trapesium dan segi empat ditentukan berdasarkan rumus : w=
0.5h
Keterangan : h = tinggi saluran yang terendam air
w h
1 m b
5.2.10.
Kemiringan Saluran Samping dan Gorong-gorong Pembuang Air Untuk menghitung kemiringan saluran samping dan gorong-gorong pembuang air digunakan rumus :
V=
( ) (i )
1 R n
⎛ V .n ⎞ i =⎜ 2 / 3 ⎟ ⎝R ⎠
2/3
1/ 2
2
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 50
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Keterangan :
5.2.11.
V
= Kecepatan aliran ( m/dtk )
n
= Koefisien kekasaran manning
R
= A/P = jari-jari hidrolis
A
= Luas penampang basah ( m2 )
P
= Keliling basah ( m )
i
= Kemiringan saluran yang diijinkan
Kemiringan Tanah Kemiringan tanah di tempat dibuatnya fasilitas saluran gorong-gorong ditentukan dari hasil pengukuran di lapangan, dihitung dengan rumus :
i%
t1 ( m ) t2 ( m )
L(m)
sta 1
Gambar 5.3.6 Kemiringan tanah
i=
t1 − t2 L
x 100%
Keterangan : t1
= tinggi tanah di bagian tertinggi ( m )
t2
= tinggi tanah di bagian terendah ( m )
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 51
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
5.3.
Laporan Perencanaan
Perencanaan Sistim Air Bersih Secara umum pembangunan sarana air bersih bertujuan untuk menjamin tersedianya air bersih yang layak di masyarakat ( baik dalam segi jumlah maupun kuantitasnya ) dan mendorong penggunaan sarana air bersih yang sesuai dengan standar kesehatan di Indonesia. Sedangkan tujuan khusus adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dengan melalui program pembangunan sarana air bersih dan sarana lain, seperti sanitasi ( air limbah ), persampahan dan sarana-sarana yang lain. Untuk proyek sarana air bersih, sanitasi dan pelayanan kesehatan harus direncanakan
untuk
meningkatkan kepedulian / kesadaran masyarakat terhadap lingkungan disekitarnya, sehingga sumber air tetap terpelihara dengan baik, limbah domestik dikelola dengan baik. 5.3.1.
Ruang Lingkup Standar ini memuat tentang ketentuan yang berlaku dalam pemasangan pipa distribusi, pemasangan alat ukur dan peralatan pelengkap yang digunakan pada pemasangan pipa.
5.3.2.
Pengertian Yang Dimaksud dengan : 1. Pekerjaan galian adalah pekerjaan yang meliputi semua pemindahan bahan-bahan dari dalam tanah, ataupun yang dijumpai termasuk rintangan alam yang terdapat dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan tersebut. 2. Pekerjaan pengurugan adalah pekerjaan perbaikan lapisan tanah galian yang didapatkan setelah selesai pekerjaan pemasangan pipa. 3. Bahan pilihan adalah merupakan tanah hasil penggalian yang tidak mengandung batuan atau bahan padat lainnya yang berukuran lebih besar dari 5 mm, mempunyai gradasi yang baik dan tidak mengandung bahan organic seperti rumput, akar tanaman atau bagian tumbuh-tumbuhan lainnya yang bersifat mengembang. 4. Pipa baja adalah pipa yang terbuat dari bahan baja. 5. Pipa PVC adalah pipa yang terbuat dari bahan polyvinyl chloride. 6. Pipa DCIP adalah pipa yang terbuat dari ductile cast iron. 7. Pipa GSP adalah pipa yang terbuat dari besi galvanis. 8. Pekerjaan Perbaikan adalah pekerjaan perbaikan kembali sarana yang dirusak ketika dilakukan pekerjaan galian menjadi keadaan semula. 9. Jalan aspal adalah jalan yang lapisan atasnya adalah kerikil yang dipadatkan. 10. Jalan gravel adalah jalan yang lapisan atasnya adalah kerikil yang dipadatkan. 11. Jalan beton adalah jalan yang lapisan permukaan jalannya terbuat dari beton.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 52
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
12. Trotoar adalah lokasi disisi jalan raya yang diperuntukkan bagi pejalan kaki. 13. Pengangkatan adalah pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke dalam kendaraan pengangkut, maupun dari kendaraan pengangkut ke lokasi pemasangan pipa. 14. Sambungan push-on adalah proses penyambungan pipa pada pipa dengan tekanan air yang tinggi. 15. Test radiographic adalah tes yang dilakukan terhadap pipa yang penyambungannya dengan pengelasan. 16. Defleksi adalah besar sudut pembelokan yang diizinkan pada pipa. 17. Sambungan mechanical joint adalah proses penyambungan pipa pada pipa yang tidak mendapatkan tekanan tinggi. 18. Testing pekerjaan pipa adalah uji coba yang dilakukan pada pipa, setelah pipa yang terpasang. 19. Pekerjaan penggelontoran adalah pekerjaan pembersihan pipa yang telah dipasang. 20. Pipa existing adalah pipa yang telah terpasang dan telah digunakan untuk distribusi air minum. 21. Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampur pasir, kerikil, air dan semen Portland atau bahan penguat hidrolis lain yang sejenis, dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya. 22. Bahan tambahan adalah bahan lain yang ditambahkan ke dalam pembuatan beton, selain semen, pasir, kerikil dan air yang tidak memberi pengaruh yang kurang baik pada beton. 23. Pengujian beton adalah proses yang dilakukan terhadap beton untuk mengetahui kekuatan karakteristik beton. 24. Bekisting adalah cetakan beton. 25. Lantai kerja adalah lantai yang terbuat dari beton dan terletak paling bawah dari lapisan struktur pondasi. 26. Pengelasan adalah merupakan proses penyambungan pipa dengan dilakukan pemanasan dan penambahan bahan penyambungan.
5.3.3.
Ketentuan-ketentuan 5.3.3.1.
Fungsi Standar ini berfungsi sebagai acuan dalam pelaksanaan dan pengawasan pekerjaan pemasangan pipa distribusi, alat ukur dan peralatan perlengkapan yang digunakan dalam pemasangan pipa air minum.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 53
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
5.3.3.2.
Laporan Perencanaan
Pemasangan pipa distribusi Pemasangan pipa distribusi ini dapat bervariasi karena bahan pipa yang digunakan juga beragam yaitu : pipa PVC, Steel, DIP dan GIP.
5.3.3.3.
Pekerjaan Galian Galian untuk jalur pipa harus merupakan galian terbuka dengan lebar galian sedemikian rupa agar pipa dapat diletakkan dan dapat disambung dengan baik, lebar galian yang dianjurkan dapat dilihat pada Tabel 5.3.1 : Tabel 5.3.1. Lebar Galian Yang Dianjurkan Diameter W = Lebar Galian (mm) (mm) 80 680 100 700 150 750 200 800 250 850 300 900 350 950 400 1050 450 1100 600 1200 700 1300 800 1400 900 1500 1000 1600 1200 1800 1400 2000 1500 2100 1600 2200 2000 2600 Minimum kedalaman pipa yang dianjurkan adalah : •
1200 mm untuk pipa yang tertanam di sisi jalan dan di bawah permukaan jalan;
•
900 mm untuk pipa yang tertanam jauh dari jalan;
•
Pada tanah yang lembek kedalaman galian harus 75 cm di bawah elevasi dasar pipa;
•
Panjang maksimum jalur penggalian yang diijinkan pada suatu lokasi pengalian adalah 100 m.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 54
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
5.3.3.4.
Laporan Perencanaan
Pekerjaan Pengurugan. 1. Tambahan yang diperlukan adalah : •
Bahan pilihan;
•
Pasir alam yang tersusun dari butiran halus sampai kasar, tidak menggumpal, bebas dari kotoran, sampah, abu dan bahan-bahan organik serta tidak boleh mengandung tanah liat dan lempung lebih dari 5% berat seluruhnya dan tidak boleh ada butir-butir yang lebih besar dari 2 mm;
•
Kerikil alam mulai dari yang berbutiran halus sampai yang berbutiran kasar dengan ukuran tidak lebih dari 3 cm, mempunyai kekerasan yang cukup dan bergradasi kompak untuk memperoleh kepadatan yang cukup.
2. Urugan dibawah pipa Urugan dibawah pipa mulai dari pasir atas sampai dengan baris tengah pipa dan diletakkan secara berlapis dengan ketebalan lebih dari 15 cm, dan dipadatkan hingga mencapai kepadatan 95 % standar proctor dan mempunyai nilai indeks plastisitas sebesar 6 sampai 50 persen. 3. Urugan di atas pipa •
Pipa baja : Ketebalan pengurugan kurang dari 20 cm dan dipadatkan dengan kepadatan kering maksimum 95 persen.
•
Pipa-pipa PVC : Pengurugan pada kedalaman 30 cm di atas puncak pipa PVC.
4. Urugan sampai ke permukaan •
Pipa Baja : Dari kedalaman 10 cm di atas pipa sampai permukaan dengan ketebalan tidak melebihi 20 cm.
•
Pipa PVC Diuruk dengan kedalamn 30 cm di atas pipa sampai ke permukaan;
5. Perbaikan bekas galian a. Jalan beraspal •
Lapisan tanah dasar harus mencapai kepadatan 90 persen modified proctor;
•
Lapisan sub pasir harus mencapai kepadatan 95 persen kepadatan modified proctor;
•
Ketebalan minimum lapisan macadam adalah 60 mm, dan dipadatkan;
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 55
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
•
Laporan Perencanaan
Lapisan penetrasi dari tipe RC-2 bitumen disebabkan setelah lapisan macadam dipadatkan;
b. Jalan gravel Perbaikannya adalah 100 mm subgrade dan 100 mm bahan gravel dengan gradasi lebih besar dari 10 dipadatkan sampai 95 persen modified proctor; c. Jalan beton •
Beton yang digunakan harus kelas K-225;
•
Agregat kasar dengan ukuran 20 mm dan 38 mm boleh digunakan;
•
Lalu lintas diijinkan untuk lewat di atas cor-coran 7 hari dengan menggunakan semen yang cepat mengering dan 10 hari jika digunakan semen biasa;
6. Trotoar beton •
Ketebalan lapisan beton minimum 60 mm;
•
Beton harus sekelas K-125
7. Perbaikan kembali saluran dan pinggir jalan Pekerjaan perbaikan kembali harus termasuk beton dasar, bekisting pemasangannya pada posisi lurus atau berbelok; 8. Perbaikan jalan umum Untuk lebih jelasnya perbaikan lapisan kembali dapat dilihat pada gambar rencana. 5.3.3.5.
Pekerjaan Pemasangan Pipa. 1. Pengangkatan Peralatan pengangkatan ini harus mmpunyai kemampuan minimum satu ton atau berat satu batang pipa dengan diameter terbesar yang diperlukan. 2. Pengangkutan Peralatan ini harus dapat mengangkut pipa sesuai dengan diameter terbesar yang dipasang dan peralatan yang dianjurkan adalah crane. 3. Perletakkan Pipa yang akan dipasang harus diberi dasar material padat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar. 4. Penyambungan pipa a. Semua diameter luar pipa eksisting harus sesuai dengan diameter dalam; b. Pipa PVC
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 56
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Penyambungan pipa PVC tidak boleh dipanaskan dan tidak boleh di cor di dalam dinding beton; c. Pipa DCIP, GIP dan steele ●
Penyambungan dengan tipe flens dan mur diputar dengan ukuran kunci putar sesuai dengan table 5.3.2. Tabel 5.3.2. Standar Untir Mur Pada Sambungan Pipa Flens Ukuran Baut (mm) 16 20 22 24 30 36 42 48
Diameter Nominal Pipa (mm) 75 – 200 250 – 300 350 – 400 450 – 600 700 – 1200 1350 – 1800 2000 – 2400 2600
Standar ulir (kg/m) 6 9 12 18 33 50 58 70
●
Penyambungan dengan las
-
Setelah penyambungan harus dilakukan tes radiographic;
-
Tukang las harus memiliki pengalaman dan kualifikasi yang cukup dan harus mempunyai sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.
-
Batang las tidak boleh menyerap air dan rata-rata kelembaban tidak boleh lebih dari 2,5 persen untuk iliminated rod dan 0,5 persen untuk flow hydrogenious rod;
-
Mesin las harus dari jenis AC arc welding machine atau DC arc welding machine.
5. Pemotongan ujung pipa untuk jembatan pipa harus dibuat miring dan kemiringan ujung pipa tersebut harus dipotong dengan sudut 30 derajat diukur dari garis yang sejajar dengan sumbu pipa dengan toleransi 50 – 100 dengan lebar permukaannya lebih luring 1/16 inch – 1/32 inch; 6. Perlindungan terhadap karat sambungan flens, kopling dan flens adaptor diluar bak kontriol dengan menggunakan pita, mastic pasta tanpa harus dipanaskan; 7. Pada proses penyambungan pada pipa, besarnya defleksi yang diperbolehkan dapat dilihat pada tabel berikut. 8. Sambungan dengan angkur tidak diperbolehkan ada defleksi;
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 57
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Tabel 5.3.3. Defleksi pada Tanah yang Lembek Diameter Nominal
Push on joint
Mechanical Joint
sudut
Defleksi yang diijinkan
sudut
Defleksi yang diijinkan
defleksi
perpanjang pipa (cm)
defleksi
perpanjang pipa (cm)
yang
4
(mm)
diijinkan
m
5m
m
80
5o 00”
35
-
100
5o 00”
35
150
5o 00”
200
5o 00”
250 300
o
4 00” o
4 00” o
6
yang
4
9m
diijinkan
m
5m
m
9m
-
-
5o 00”
35
-
-
-
44
52
-
5o 00”
35
44
52
-
-
44
52
-
5o 00”
-
44
52
-
-
44
52
-
5o 00”
-
35 -
41 41
-
6
-
44
52
-
o
-
44
52
-
o
-
-
52
-
o
5 00” 5 00”
350
4 00”
-
-
41
-
4 50”
-
-
51
-
400
3o 30”
-
-
37
-
4o 10”
-
-
44
-
450
3o 30”
-
-
31
-
3o 50”
-
-
40
-
500
3o 30”
-
-
31
-
3o 20”
-
-
35
-
600
3o 30”
-
-
31
47
2o 50”
-
-
30
45
700
2o 30”
-
-
26
39
2o 30”
800 900
o
2 30” o
2 30” o
-
-
26 21
39 31
-
-
25
39
o
-
-
23
34
o
-
-
21
31
o
2 10” 2 00”
1000
2 00”
-
-
21
31
1 50”
-
-
19
29
1100
2o 00”
-
-
21
31
1o 40”
-
-
17
24
1200
2o 00”
-
-
21
31
1o 30”
-
-
16
21
1400
2o 00”
-
-
21
31
1o 20”
-
-
14
10
1500
2o 00”
-
-
21
31
1o 10”
-
-
12
24
1600
2o 00”
-
-
21
31
1o 30”
1800 2000
o
2 00” o
2 00”
-
17 17
21 21
-
-
-
16
-
o
-
13
16
-
o
-
13
16
-
o
1 30” 1 30”
2100
-
-
-
-
-
1 30”
10
13
-
-
2200
-
-
-
-
-
1o 30”
10
13
-
-
2400
-
-
-
-
-
1o 30”
10
-
-
-
2600
-
-
-
-
-
1o 30”
10
-
-
-
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 58
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Tabel 5.3.4. Besar Sudut Defleksi Yang Diijinkan Untuk Sambungan Push Joint Pada Tanah Keras Diameter Nominal
Besar sudut defleksi yang diizinkan (derajat)
80 - 300
5
250 - 350
4
400
3 – 30
450 - 600
3
700 - 900
2 – 30
1000 - 2000
2
Tabel 5.3.5. Besar Sudut Defleksi Yang Diijinkan Untuk Sambungan Mechanical Joint Pada Tanah Keras Diameter Nominal
Besar sudut defleksi yang diizinkan (derajat)
80 – 300
5
350
4 - 50
400
4 - 10
450
3 - 50
500
3-2
600
2 - 30
700
2 - 30
800
2 - 10
900
2 - 10
1000
1 - 50
1100
1 - 40
1200
1 - 30
1400
1 - 20
1500
1 - 10
1600 - 2600
1 - 30
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 59
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
5.3.4.
Laporan Perencanaan
Testing Pekerjaan Pipa 1. Uji coba secara hidrolis harus dilakukan selama pelaksanaan pembangunan jalur-jalur pipa. Peralatan pembantu yang digunakan adalah pompa, alat ukur dongkrak dan strust; 2. Pengujian pipa harus sesuai dengan tata cara pengujian pipa; 3. Kebocoran yang dapat diterima saat pengujian pipa; Tabel 5.3.6. Kebocoran Yang Diijinkan/km saat Pengujian Pipa Diameter (mm)
Jumlah Kebocoran (l / jam) 2.55 3.04 3.80 4.56 6.08 7.60
75 100 125 150 200 250 5.3.5.
Diameter (mm)
Jumlah Kebocoran (l/jam) 9.12 10.64 12.16 13.68 15.20 18.24
300 350 400 450 500 600
Pekerjaan Penggelontoran atau Flushing 1. Dilaksanakan dengan menggunakan air bersih dari pipa eksisting; 2. Sumber air dari pipa eksisting hanya dari satu sumber saja; 3. Waktu penggelontoran adalah 3 menit untuk 100 m panjang pipa; 4. Jaringan pipa dapat diterima bila air hasil penggelontoran setelah melewati waktu yang ditetapkan dalam keadaan bersih dengan membuktikan parameter warna, kekeruhan dan pH.
5.3.6.
Lapisan perlindungan pipa 1. Lapisan pelindung bagian luar : ●
Pipa baja yang terekspos, lapisan pipa harus terdiri dari : Tabel 5.3.7. Bahan Pelapisan Pipa Baja dan Fitting
●
No 1.
Lapisan Pertama
Bahan Meni besi
2.
Kedua
Cat dasar
3.
Ketiga
Dua lapis cat terakhir
Ketebalan Min dalam keadaan kering = 50 mikron Dalam keadaan kering = 50 mikron Dalam keadaan kering = 25 mikron
Pipa baja yang terpendam dilapis dengan menggunakan epoxy;
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 60
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
2. Lapisan pelindung bagian dalam adalah cement mortar lining dan diberi semprotan furnace cement ; 3. Sleeving yang terbuat dari bahan polyethylene yang berbentuk lembaran film yang berwarna hitam. 5.3.7.
Trust block 1. Trust block diberikan pada semua percabangan pipa, bend, reducer dan tee, serta harus diletakkan sedemikian rupa untuk memudahkan pemindahannya; 2. Bahan harus dari beton kelas D = 200 kg / cm2 diletakkan pada tanah dengan pondasi agregat stabil minimum 20 cm.
5.3.8.
Pipa driving 1. Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan driving sleeve dari beton bertulang, concrete dan diikuti dengan pemasukan pipa 2. Dalam bagian atas pipa sleeve yang di pancang minimal 200 m; 3. Pada permukaan dasar ruang yang menembus di pasang pondasi bantuan dengan ketebalan 15 cm pada seluruh permukaannya; 4. Pada pondasi batuan diberi lantai kerja dengan mutu beton kelas E dan ketebalan 15 cm; Untuk lebih jelasnya pipa driving dengan metode pipa jacking dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.3.8. Spesifikasi Lebar Jacking Pit dan Lubang Penerima Diameter Nominal (DN mm) 700 800 900 1000 1100 1200 1350 1500 1600 1800 2000 2200 2400 2600
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
A1 8.00 8.00 8.00 8.00 8.00 8.00 8.00 8.00 8.00 8.00 8.00 8.00 8.00 8.00
Ukuran lubang (meter) A2 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.50 3.50 3.50 3.50 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00
B 3.00 3.00 3.00 3.00 3.10 3.20 3.40 3.50 3.60 3.80 4.00 4.20 4.40 4.60
V - 61
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
5. Untuk pipa tembus dengan diameter 800 mm atau lebih dengan bahan dari pipa baja, pipa tembus digunakan sebagai selubung untuk pipa jalur utama 6. Rongga-rongga yang terbentuk antara pipa selubung dengan pipa yang dimasukkan kedalamannya harus di isi dengan beton tumpuk kelas E dengan menggunakan pompa beton. 5.3.9.
Jembatan pipa Batas kontruksi jembatan pipa adalah kedua ujung sambungan flexible. 1. Konstruksi bangunan bawah : a. Pembuatan lantai kerja dengan beton K-100; b. Tanah yang tidak sesuai untuk lapisan pondasi harus diganti; c. Untuk pondasi pancang harus disiapkan ke dalam bangunan bawah sedalam 10 cm; 2. Perpipaan: Cincin pendukung harus terbuat dari besi baja dengan baja tahan karat; 3. Pengelasan: Pengelasan harus diuji test radiographic;
5.3.10. Alat Ukur Alat ukur yang biasa digunakan di dalam system distribusi air bersih adalah meter air dengan ketentuan yang berlaku untuk meter air. 1. Mempunyai kesalahan pengukuran maksimum adalah 5 persen dalam plus dan minus; 2. Harus mampu menahan tekanan 1600 kPa 16 bar selama 5 menit tidak bocor atau basah; 3. Pada rumah meter air, bagian aliran masuk harus dilengkapi saringan yang mudah dibuka dan dipasang; 4. Harus dilengkapi dengan alat penyetel untuk memperbaiki hubungan antara debit yang ditujukan dan debit yang sebenarnya 5. Dimensi rumah meter air dapat dilihat pada tabel berikut.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 62
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Tabel 5.3.9. Dimensi Rumah Meter Air No.
Uraian
Ukuran Rumah Meter air 13
20
25
30
40
1
Panjang (L)
170
190
260
260
300
2
Lebar
90.0
90.0
105
105
130
3
Tinggi tanpa katup
85.0
85.0
100
100
115
4
Diameter luar ulir
80.0
80.0
95.0
95.0
125
5
Diameter dalam ulir
26.5
33.2
41.9
47.8
59.6
Pemasangan meter air : 1. Sebelum meter air dipasang, pipa harus dilakukan penggelontoran; 2. pada pipa yang akan dipasang meter air harus diberi pengganjal yang dapat berupa pipa pada tempat dimana akan dipasang meter air; 3. Meter air harus dipasang pada posisi horizontal dan dilindungi dari udara dingin, kerusakan dan benturan; 4. Sisi inlet dan outlet dari meter, harus dipasang persis pada suhu memanjang pipa pelayanan; 5. Jalur pipa antara katup inlet , outlet dan perlengkapan lainnya harus cukup luas untuk memungkinkan pemasangan meter, coupling gasket, strainer bila diperlukan dan pemasangan pipa; 6. Meter air tidak boleh dipasang pada pipa yang bengkok karena akan menyebabkan kerusakan pada meter air, terutama pada meter air dengan gelang plastik dan dipasang terbuka; 7. Pada system ulir dari plastic, rubber gasket-gasket harus dari bahan karet, dan jangan bahan dari fiber atau kulit. 5.3.11. Pekerjaan Pemasangan Alat Pelengkap; 1. Katup udara Harus dipasang semua titik tinggi 2. Katup Pemasangan pipa, katup dan accesoriesnya dilakukan setelah pengecoran beton lantai bak kontrol, dan sebagian pipa tertanam dalam dinding bak control;
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 63
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
3. Washout a. Harus dipasang pada semua titik rendah atau ujung pipa. b. Tidak boleh dihubungkan kesuatu roil atau saluran benam yang menyebabkan aliran kembali ke system distribusi; 4. Bend Digunakan untuk perubahan arah vertical dan horizontal yang mendadak dan tidak dapat dihindari; 5. Penutup ujung pipa; a. Harus menggunakan fitting yang sesuai dengan jenis pipa yang digunakan misal :
Pipa DCIP, menggunakan balank flange untuk flange socket, untuk rubbering joint atau bind flange dengan konstruksi penguat sementara;
Pipa PVC menggunakan cap flange socket, untuk rubbering joint atau blind flange dengan konstruksi penguat sementara;
b. Jika pekerjaan tidak diteruskan harus bersih konstruksi penguat yang permanent atau trust block dengan adukan 1 : 2 : 3 c. Material yang digunakan, harus bersih dan bebas dari minyak, oli, ter, aspal atau bahan minyak pelumas lainnya; d. jika air masuk ke dalam parit galian, sebelum pemasangan pipa dilanjutkan maka tutup kedua ujung pipa jangan dibuka sebelum parit galian dipompa sampai kering; 6. Bak Katup 1. Konstruksi dari beton bertulang; 2. Dinding luar di cat dengan aspal cair; 3. Untuk dibawah trotoar, tutup manhole harus terbuat dari beton pra cetak; 4. Pemutar katup harus dapat dioperasikan melalui satr pot yang dicor dalam beton; 5. Untuk lokasi dibawah jalan digunakan tutup manhole dari ductile cast iron; 6. Tutup manhole harus dapat menahan beban test di atas 40 ton; 7. Tutup manhole harus dipasang dengan menggunakan baut dan mur stainless; 8. Jika tutup manhole tidak dari bahan ductile cast iron, maka dapat digunakan bahan pengganti berupa beton bertulang pra cetak dengan mutu beton K-500; 7. Surface box Body harus dari cast iron dan dapat menahan beban test 40 ton;
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 64
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
5.3.12. Kriteria Perencanaan. Dalam membangun suatu penyediaan air bersih sistem perpipaan diper1ukan suatu kriteria perencanaan untuk mempermudah menghitung besaran sistem jaringan transmisi, jaringan distribusi maupun bangunan penunjang. Kriteria perencanaan untuk sistem perpipaan adalah sebagai berikut : •
Sistim pelayanan Kran Umum/Hydran Umum dan Sambungan rumah ( SR ).
•
Cakupan pelayanan 60 - 100 % daerah pelayanan
•
Jarak minimum antara kran umum/hydran umum 200 meter
•
Kebutuhan air : 30-120 lt/orang/hari
•
Kebutuhan non domestik : 5-10 % dari kebutuhan domestik
•
Faktor kehilangan air : 20 % dari total kebutuhan.
•
Faktor hari maksimum : 1,1.
•
Faktor jam puncak : 15-20 %.
•
Kapasitas reservoir : 2 x hari maksimum.
•
Periode Design : 10 Tahun
•
Koefisien Kekasaran Pipa GI 110 dan PVC : 130
1. Bak Pelepas Tekanan ( BPT ) a. Fungsi dari bak pelepas tekanan ini adalah untuk menurunkan tekanan hidrostatis menjadi nol pada lokasi dimana bak ini dipasang pada jalur pelayanan. Bak ini diperlukan bilamana beda tinggi antara sumber air dengan daerah pelayanan lebih besar dari 80 m. b. Jumlah bak ini pada suatu sistim perpipaan bisa lebih dari satu, yang mana jumlah tersebut tergantung pada beda tinggi seperti yang disebutkan diatas. Sebagai standar dari bak ini, dengan ukuran sebagai berikut : -
Panjang bersih 1,6 m
-
Lebar bersih 1 m
-
Kedalaman 1 rn
c. Bak pelepas tekanan harus dilengkapi dengan pipa penguras, pipa masuk, pipa keluar dan pipa peluap. d. Konstruksi dari bak pelepas tekanan ini adalah sebagaimana yang diperlihatkan pada gambar.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 65
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
2. Valve Valve berfungsi menghentikan aliran dan mengatur aliran. Valve harus ditempatkan pada tempat-tempat tertentu sehingga jika ada kebocoran pipa, tidak semua sistim terganggu tetapi dengan menutup satu atau beberapa valve, daerah yang terganggu akibat kebocoran tersebut dapat diperkecil. Jika terdapat perbedaan ketinggian yang cukup besar antara jalur-jalur pipa/perbedaan sisa tekanan yang cukup besar, valve perlu ditempatkan pada persimpangan jalur pipa tersebut. 3. Air Release Valve. Air release valve berfungsi untuk mengeluarkan udara yang terperangkap dalam pipa sehingga aliran air tidak terganggu. Air release valve harus ditempatkan pada tempattempat tertinggi dari jalur pipa. Pada jaringan distribusi, tidak perlu digunakan air release valve karena kran umum sudah berfungsi sebagai air release valve setiap saat kran dibuka. 4. Wash out. Wash out berfungsi untuk mengeluarkan kotoran-kotoran endapan yang ada di dalam pipa. Pada umumuya endapan akan terkumpul pada tempat-tempat terendah dan jalurjalur pipa sehingga wash out harus ditempatkan pada tempat-tempat terendah dari jalur pipa. 5. Reservoir (Bak Penampung) a. Bak penampung berfungsi sebagai penampung / penyimpanan air untuk mengatasi problem naik turunnya kebutuhan air dan kecilnya sumber, juga dapat memperbaiki mutu air melalui pengendapan. Bak ini dapat pula berfungsi sebagai pelepas tekanan. b. Semua sudut dinding harus dibuat lengkung untuk memudahkan pembersihan. c. Pipa keluar harus dipasang kira-k.ira 5 - 20 cm diatas bak. d. Pipa lubang peluap harus dipasang sedikit lebih tinggi dari pada pipa masukan. Pipa peluap sekaligus bisa berfungsi sebagai lubang hawa. e. Pipa peluap harus berdiameter cukup besar untuk melayani aliran maksimum yang sudah diperhitungkan. f.
Pipa peluap dan pipa keluaran ke jaringan distribusi harus memakai saringan.
g. Pada bak penampung harus ada lubang (manhole) yang besarnya cukup untuk dilewati orang masuk ke dalam bak.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 66
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
h. Atap/plafon bak penampung harus mempunyai kemiringan yang cukup sehingga air hujan tidak tergenang di atasnya. 6. Sambungan Rurnah. Pelayanan dengan cara ini hanya mungkin dilakukan apabila debit air dapat mencukupi kebutuhan seluruh penduduk yang dilayani, serta tingkat penghasilan masyarakat yang sudah cukup tinggi bagi pembayaran retribusi sambungan rumah. Dalam merencanakan penggunaan sambungan langsung sebagai sistim pelayanan hal utama yang perlu diperhitungkan selain masalah tingkat pendapatan penduduk adalah kapasitas debit sumber diproyeksikan terhadap jumlah penduduk yang dilayani. 7. Hydran Umum/Kran Umum. Kran umum / Hidran umum terdiri dari suatu peralatan yang dilengkapi dengan saluran drainase. Sebuah bangunan dibuat sebagai penyangga untuk pipa dan kran dimana biasanya bangunan ini dilengkapi pula dengan stop kran sebagai pengatur aliran atau penggunaan air. Bangunan penyangga dapat dibuat dari pasangan bata, batu kali bahkan apabila keadaan memaksa, dapat menggunakan balok kayu. Umumnya kran umum/hidran umum ditempatkan pada lokasi yang dekat dengan sebanyak mungkin rumah, mudah dicapai oleh pemakai, namun aman dari lalu lintas kendaraan. Jarak dari rumah pemakai yang terjauh tidak lebih dari 200 meter. Jarak yang paling baik adalah 100 meter dari pemakai terjauh. 8. Menghitung Kebutuhan Air dan Proyeksi Penduduk Kebutuhan air dihitung berdasarkan jumlah pemakai air yang telah diproyeksikan untuk sepuluh tahun yang akan datang dan kebutuhan rata-rata setiap pemakai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam table 9. Menentukan Jenis Pipa Untuk sistim penyediaan air bersih pedesaan, jenis pipa yang digunakan adalah pipa PVC dan GI. Pada prinsipnya pada semua sistim perpipaan, pipa PVC harus digunakan, Pipa GI hanya bisa digunakan apabila : Pipa tidak bisa ditanam karena dipasang pada daerah berbatu keras, pada jembatan pipa dan kran umum 10. Menentukan Diameter Pipa dan perhitungan Hydraulik Untuk memudahkan perhitungan dan pemeriksaan disain, harus dibuat gambar skema distribusi dan skema hydraulis, kemudian ditentukan node pada jalur pipa dan diberi
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 67
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
nomor. Gambar skema distribusi menggambarkan seluruh jaringan pipa dengan semua node, elevasi node, panjang pipa dan kran umum yang akan dipasang dalam daerah tersebut. Untuk lebih memepercepat perhitungan maka dapat menggunakan program Epanet. 11. Menghitung kecepatan aliran dalarn pipa. V = Q/A Dimana: V = Kecepatan aliran dalam pipa. Q = Debit air yang mengalir A = Luas penampang pipa 12. Hitung kehilangan tekanan per 1000 m (hf/1000) dengan menggunakan rumus Hazen William atau tabel Hazen William. Q = 0,282 x C x D2,63x S0,54 Dimana : Q = debit dalam m/s C = koefesien kekasaran pipa ( 130 ) D = diameter pipa dalam m. S = slope 13. Detail Sambungan Dalam membuat detail sambungan antara jalur-jalur pipa diperlukan accessories / perlengkapan pipa. Jenis dan ukuran accesories yang disediakan dapat dilihat dalam lampiran. Standard sambungan dan kebutuhan accesories untuk bronkaptering, pelepas tekanan, dan taping untuk kran umum. 14. Jembatan Pipa a. Merupakan bagian dari pipa distribusi yang menyeberang sungai/saluran atau sejenis, di atas permukaan tanah/sungai. b. Pipa yang digunakan untuk jembatan pipa disarankan menggunakan pipa L c. Jika diijinkan oleh instansi yang berwenang, jembatan pipa ditempatkan pada jembatan yang ada dengan ketentuan mengikuti peraturan yang dikeluarkan oleh instansi tersebut.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 68
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
5.4.
Perencanaan Sanitasi/Sistim Air kotor
5.4.1.
Umum
Laporan Perencanaan
Air limbah yang berasal dari rumah tangga harus diolah atau dialirkan ke tempat pengolahan agar tidak menimbulkan pencemaran yang membahayakan kehidupan manusia dan lingkungan permukiman. Untuk itu harus ditangani dengan benar dan tuntas. Air limbah yang dibuang sembarangan akan mengakibatkan : •
Penyebaran penyakit, seperti diare, gatal-gatal, dan sebagainya.
•
Pencemaran lingkungan yang dapat menimbulkan kerugian berupa : -
Pengotoran terhadap sumber air bersih
-
Timbulnya bau yang tidak sedap
-
Keadaan lingkungan yang tidak nyaman/kotor.
Untuk menanggulangi air limbah diperlukan kesadaran tinggi dari masyarakat tentang arti kebersihan dan kesehatan sehingga diperlukan sarana dan prasarana yang memadai, yang tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tetapi menjadi kewajiban bersama oleh masyarakat. Untuk menangani pembuangan air limbah terdapat beberapa sistem yaitu : •
Sistim Sanitasi pembuangan setempat, yang biasa dikerjakan sendiri oleh masyarakat, yaitu dengan membuat cubluk atau tangki septic di halaman rumah sesuai dengan persayarat teknis yang berlaku.
•
Sistem Sanitasi pembuangan terpusat yaitu dengan membangun jaringan saluran air limbah yang akan mengalirkan limbahnya ke suatu tempat pengolahan.
Sedangkan dengan kondisi dan master plan desa, maka untuk penanganan sarana sanitasi yaitu dengan system
sanitasi setempat. Adapun sarana yang akan dibangun yaitu
Bangunan atas dan bangunan bawah yaitu untuk bangunan atas berupa jamban dan bangunan bawah berupa septic tank beserta bidang resapan. 5.4.2.
Kriteria Teknis
5.4.2.1. Bangunan Atas ( Jamban ) 1. Lokasi a. Dapat ditempatkan diluar rumah atau didalam rumah b. Dapat merupakan bangunan ynag berdiri sendiri atau bagian dari rumah induk.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 69
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
c. Jamban harus mudah dicapai dengan aman dan mudah bila hari hujan atau malam hari. d. Dapat dibangun dekat sumur gali (sumber air) dengan memperhatikan jarak bangunan bawah terhadap sumur (10-15) meter. 2. Penyediaan Air Bersih a. Sumber Air Sumber air yang akan dipergunakan untuk keperluan jamban keluarga (JAGA) atau jamban sekolah (JAMLAH) diambil dari sumber air yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga (mandi, cuci, masak) b. Kuantitas Air Kuantitas air bersih yang dibutuhkan sekurang-kurangnya 10 l/org/hr yang akan digunakan untuk membilas c. Kualitas Air Kualitas air bersih yang dipergunakan disarankan memenuhi persyaratan air minum /air bersih. 3. Bahan Bangunan a. Kriteria Bahan Bangunan i. Kemudahan penyediaan ii. Kemudahan pelaksanaan iii. Kekuatan dan keandalan konstruksi iv. Dapat diterima oleh masyarakat pemakai. b. Persyaratan Bahan Bangunan Bahan bangunan yang digunakan harus memenuhi persyaratan seperti tercantum dalam buku SK SNI. 4. Teknis a. Standard Bangunan Atas (Rumah Jamban) Rumah jamban dapat dibuat dari beberapa bentuk sesuai jenis bahan yang dapat di pakai, untuk itu secara umum rumah jamban di bagi 3 kategori, yaitu: 1) Sederhana, yaitu dibuat dari bahan yang sangat sederhana dan paling murah, alang - alang, daun pohon kelapa, gedeg dan lain - lain. 2) Semi permanent, yang dibuat dari bahan bambu (gedeg) untuk dinding atau kayu dan atap dari seng gelombang. 3) Permanen, yaitu dibuat dari pasangan bata dengan atap seng gelombang.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 70
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Untuk jamban sekolah juga perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) Memerlukan pemisahan kelompok ruangan bagi wanita dan pria. 2) Memerlukan urinoir / tempat pembuangan air kecil yang terpisah dari jamban pria. 3) Jumlah / ukuran jamban dan urinoir tergantung pada kapasitas pelayanaan yang telah ditentukan berdasarkan jumlah pelajar dan pengurus sekolah b. Tata cara pembuatan. 1) Membuat Pondasi i. Buatlah patok batas pondasi dan buat parit pondasi dengan lebar 20-30 cm dan dalam 40 cm. ii. Dasar pondasi harus rata. iii. Temboklah barisan batu kali bata pertama dengan lebar sambungan sekitar 1-5 cm iv. Penembokan harus rata, uji dengan waterpass dan gunakan alat siku untuk menyiku sudut-sudut. v. Pasangan bata / batu kali menggunakan adukan semen : pasir = 1 : 4 atau kapur : pasir = 1 : 3 vi. Pasangan harus rapi dan baik, sediakan lubang pipa masuk dari jamban atau bak kontrol dan juga lubang pembuangan air basuhan. vii. Pasangan batu kali / bata yang paling atas sekurang-kurangnya terletak 15 cm di atas permukaan tanah. 2) Memasang Plat Jongkok dan Leher Angsa i. Sambungan plat jongkok ke leher angsa (bersifat sementara), sambungan agak longgar dan permukaan plat jongkok rata dengan pondasi. ii. Uji kelandaian pipa dan kelancaran aliran air dengan menuang air ke dalam plat jongkok, kemudian lepaskan lagi plat jongkok. iii. Urug tanah setebal 10 cm, padatkan. iv. Tuangkan lapisan beton pertama setebal 7,5 cm, semen : pasir : kerikil = 1 : 6 : 12. v. Tuangkan lapisan beton kedua setebal 2 cm, semen : pasir : kerikil = 1 : 6 : 12. vi. Lapisi bagian dalam leher angsa dengan adukan semen : pasir = 1 : 1 dan pasang plat jongkok ditempatnya dengan kokoh dan rata dengan lantai
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 71
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Pastikan permukaan pelat jongkok rata dengan lantai jamban. Pulas lantai dengan papan atau sikat sehingga permukaan agar kasar. 3) Menyiapkan Kusen i. Buatlah kusen dengan ukuran 65 cm – 70 cm (lebar) dan 1,80 cm (tinggi). ii. Pasang kusen (harus tegak lurus) dengan memasang penyokong pada sisi-sisinya. iii. Pasang angker pada kusen sehingga pertemuan dengan dinding menjadi kokoh. 4) Mendirikan Dinding i. Dinding Bawah ii. Pasang tiang-tiang penyongkong agar pasangan bata tetap tegak lurus. a. Pasanglah lapisan pertama, mulai dari sudut-sudut dan berakhir di tengah-tengah. b. Tancap batang pengukur di sudut pertemuan bata, rentangkan tali pengikat datar pada setiap pemasangan lapisan bata. c. Pasang dinding bata d. Plesterlah dengan adukan semen : pasir = 1 : 2 setebal 0,5 cm dengan rata bagian-bagian :
Dinding luar, agar terlindung percikan air hujan;
Lantai jamban dibuat miring agar air mudah mengalir;
Dinding dalam, supaya mudah dibersihkan.
e. Ratakan permukaan plesteran sampai rata dan halus. iii. Dinding Atas a. Dapat dibuat dari batako, batu merah, kayu, bambu dengan dinding papan kayu atau anyaman bambu. b. Tiga sisi dinding dibuat setinggi 1,80 – 2, 0 meter dari lantai dinding yang ke empat 20 cm hingga 40 cm lebih tinggi agar diperoleh atap yang landai (miring) c. Dinding dapat pula dibuat setinggi 1,5 meter (dari lantai), bagian atas dibiarkan terbuka atau dinding setinggi 1 meter di atasnya rangka kayu atau bambu dan dinding papan atau anyaman bambu.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 72
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
5) Membuat Bak i.
Bak air diperlukan untuk menyimpan air penggelontoran, yang dapat menampung air sebanyak 100 liter. Ukuran minimum tinggi dan lebar 40 cm dan panjang 60 cm, dengan bahan menggunakan batako atau bata.
ii. Lantai bak harus cukup miring ke arah lubang penguras bak. 6) Memasang Atap i. Bahan yang dapat digunakan : seng gelombang, atap plastik, daun kelapa, daun bambu, ijuk ii. Atap sebaiknya menurun 20 cm (atau lebih) melebihi dinding untuk mencegah air hujan masuk melalui lubang angin. iii. Atap genting. a. Menggunakan gording 6/10, dengan, jarak antara gording 1,5 – 2 m. b. Di atas gording dipasang kaso 5/7, jarak antara kaso 40 cm c. Di atas kaso dipasang reng 2/3, jarak antara 25 cm dipaku dengan kuat d. Setelah selesai genting dapat dipasang dengan rapi dan baik agar tidak terdapat celah-celah atau bocoran iv. Atap plastik atau seng gelombang tidak membutuhkan reng. 7) Menyelesaikan Dinding i.
Dinding Dalam Dinding terbuat dari batako atau batu bata a. Plester dinding dengan adukan semen : pasir = 1 : 4 setebal 0,5 cm b. Ratakan permukaan sampai rata dan halus c. Bila sudah kering labur dengan cat tembok atau kapur
ii
Dinding Luar Pengerjaannya sama dengan dinding dalam
8) Menyelesaikan Pintu i.
Ukuran pintu tinggi 1,8 cm lebar 0,65 – 0,7 m
ii. Rangka pintu dapat dibuat dari kayu dan dilapisi seng atau alumunium. 9) Membenahi Sekitar Jamban i.
Jagalah kebersihan sekitar jamban
ii. Pasang lampu agar jamban tidak gelap di malam hari iii. Tempatkan keset di depan pintu agar sepatu atau sandal yang kotor dapat di bersihkan sebelum masuk jamban dan sewaktu keluar dari jamban.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 73
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
5.4.2.2. Septic Tank ( tangki septik ) 1. Umum Rencana pembangunan tangki septik baru dapat dilakukan setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan. a. Bahan Bangunan 1) Persyaratan Bahan Bangunan Pemakaian bahan bangunan untuk tangki septik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a). Bahan bangunan harus terhadap gaya yang mungkin timbul dan memenuhi ketentuan SK-SNI mengenai spesifikasi bahan bangunan; b). Bahan bangunan harus lebih tahan terhadap keasaman dan kedap air. 2) Alternatif Pemakaian Bahan Bangunan Bahan bangunan yang dapat digunakan untuk tangki septik dapat dipilih dari daftar bahan bangunan seperti tercantum dalam table 5.4.1 sesuai dengan komponen bangunan tangki septik. TABEL 5.4.1 Alternatif Pemakaian Bahan Bangunan Untuk Tanki Septic Komponen Bangunan Bahan Bangunan Batu kali Bata merah Batako Beton biasa Beton bertulang Asbes Semen PVC Keramik Plat besi Catatan : * dianjurkan
Dasar Bangunan * * * * * *
Penutup
* * *
Pipa Penyaluran Air Limbah
* * * *
*
b. Bentuk dan Ukuran Bentuk dan ukuran tanki septik adalah sebagai berikut: 1). Tangki septik empat persegi panjang dengan perbandingan panjang dan lebar 2 : 1 sampai 3 : 1. lebar tangki sekurang-kurangnya 0,75 m dan panjang tangki sekurang-kurangnya 1,50 m.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 74
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Tinggi air dalam tangki sekurang-kurangnya 1,00 meter dan kedalaman maksimum 2,10 m. tinggi septik adalah tinggi air dalam tangki, ditambah dengan ruang bebas air sebesar (0,20 – 0,40)m dan ruang penyimpanan Lumpur. Dasar tangki dapat dibuat horizontal atau dengan kemiringan tertentu untuk memudahkan pengurasan Lumpur. Dinding tangki septik harus dibuat tegak; 2). Tangki septik ukuran kecil yang hanya melayani satu keluarga dapat berbentuk bulat dengan diameter sekurang-kurangnya 1,20 m dan tinggi sekurangkurangnya 1,00m; 3). Penutup tangki septik maksimum terbenam ke dalam tanah 0,40 m Bentuk tangki septik ditentukan seperti dalam gambar rencana sedangkan ukuran tangki septik berdasarkan jumlah pemakai dapat dilihat pada berikut. 2. Lokasi a. Dapat ditempatkan di luar atau di dalam rumah b. Dapat merupakan bangunan yang berdiri sendiri atau bagian dari rumah induk c. Jamban harus mudah dicapai dengan aman dan mudah bila hari hujan atau malam hari d. Dapat dibangun dekat dengan sumur gali (sumber air) dengan memperhatikan jarak 3. Penyediaan Air Bersih a. Sumber Air Sumber air yang akan dipergunakan untuk keperluan jamban keluarga (JAGA) diambil dari sumber air yang akan dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga (mandi, cuci, masak) b. Kuantitas Air Kuantitas air bersih yang dibutuhkan untuk JAGA sekurang-kurangnya 10 l/org/hari yang akan digunakan untuk membilas. c. Kualitas Air Kualitas air bersih yang akan dipergunakan disarankan memenuhi persyaratan air minum / air bersih 4. Sistem Pembuangan Air Kotor a. Pipa Air Kotor Ketentuan pipa air kotor :
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 75
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
1. Diameter minimum 15 cm untuk pipa yang terbuat dari tanah liat atau beton dan minimal 10 cm untuk pipa PVC. 2. Kemiringan minimum 2% - 3% 3. Di setiap belokan melebihi 45o dan perubahan kemiringan 22,5o harus dipasang Clean Out untuk pembersihan pipa/pengontrol. b. Drainase (system pengeringan) Perlengkapan drainase dimaksudkan untuk menyalurkan air hujan atau air bekas siraman yang tersisa kesaluran pengeringan umum (parit jalan) diameter minimal 10 cm 5.4.2.3. Kriteria Perencanaan 1. Standard dan Kriteria Teknis Bangunan Atas (Rumah Jamban) Dapat dilihat pada tata cara pembuatan bangunan atas. Type Rumah Jamban. Type jamban ditentukan oleh luas lantai yang akan dibangun: •
Type A
Luas lantai 1,20 m2
•
Type B
Luas lantai 1,30 m2
•
Type C
Luas lantai 3,00 m2
Tabel 5.4.2. Type Jamban Luas lantai
Pondasi
Luas Dinding
Luas Atap
(m2)
(m2)
(m2)
(m2)
A
1,20
3,4
7,2
2,8
B
1,30
3,6
9,0
3,1
C
2,00
5,2
16,6
4,1
Type
2. Standard dan Kriteria teknis Bangunan Bawah a. Kriteria Teknis Tangki Septik •
Berbentuk empat persegi panjang dengan perbandingan panjang : lebar adalah 2:1 s/d 3:1. Lebar tangki minimum 0,75 m dan panjang tangki minimum 1,50 m dengan konstruksi yang kedap air
•
Tinggi tangki septik adalah tinggi air dalam tangki ditambah dengan ruang bebas sebesar (0,2 - 0,4 m).
•
Pipa outlet dan inlet berupa pipa T
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 76
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
•
Laporan Perencanaan
Pipa penyalur air limbah dari bangunan atas maupun pipa peresapan mempunyai diameter minimum 7,5 cm untuk pipa PVC dan 15 cm untuk pipa tanah liat dengan kemiringan minimum (2-3%)
•
Dasar tangki dapat dibuat horizontal atau dengan kemiringan tertentu untuk kemudahan pengurasan Lumpur
•
Dinding tangki septik harus dibuat tegak
•
Tutup tangki septik terbuat dari beton dengan kedalaman maksimum terbenam dalam tanah 0,40 m untuk memudahkan inspeksi
•
Harus dilengkapi dengan resapan yang berbentuk sumur/parit/bidang resapan yang berjarak terdekat 10 s/d 15 meter dari sumur gali atau SPT yang menjadi sumber air bersih masyarakat (tergantung kondisi tanah setempat).
•
Waktu pengurasan Lumpur 2 s/d 3 tahun
b. Standar Tangki Septik Bila daya resap tanah < 10 l/m2/hr dan tinggi muka air tanah < 1,5 m maka dipakai system tangki septik standard hanya untuk bangunan jamban saja ( tinja dan urine dapat dilihat dalam tabel berikut). Tabel 5.4.3. Ukuran Septik Tank berdasarkan pemakai Banyaknya Pemakai (orang) 5 10 15 20 25 30 35
Ukuran (meter) Lebar 0,6 0,7 0,8 1,0 1,0 1,0 1,0
Panjang 1,2 1,4 1,5 1,8 2,0 2,0 2,2
Dalam 0,8 1,2 1,2 1,2 1,2 1,4 1,4
Tabel 5.4.4. Bidang Resapan Jumlah Pemakai (orang) 5 10-15 20-25 30 35
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
Panjang Bidang Resapan Daya Resap Tanah (lt/m2/hr) 10
15
20
25
6 11-17 22-28 33 39
4 7-11 14-18 21 25
3 6-9 12-15 18 21
2 4-6 8-10 12 14
V - 77
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
5.5.
Perencanaan Persampahan
5.5.1.
Pewadahan sampah
Laporan Perencanaan
Pewadahan sampah secara lebih spesifik dapat diartikan sebagai penanganan sampah pada sumber sebelum pengumpulan, termasuk di dalamnya adalah pemisahan, penyimpanan dan pemrosesan. Element ini dapat memiliki efek yang signifikan terhadap karakteristik sampah, keseluruhan sistem serta kesehatan dan perilaku masyarakat. Skenario yang ditawarkan merupakan solusi yang dapat mengakomodasi berbagai permasalahan yang timbul. a. Material wadah sampah Wadah sampah yang baik adalah wadah sampah yang memiliki kapasitas yang cukup, tahan lama (durable), seragam, dan mudah dalam proses pengumpulannya. o
Wadah yang terbuat dari plastik atau fiber yang berpenutup (volume 0.3-0.5 m3) merupakan opsi yang terbaik. Selain ringan bahan tersebut juga relatif tahan terhadap perubahan cuaca.
o
Stainless steel merupakan bahan logam yang bisa digunakan. Keuntungannya secara estetika memiliki kelebihan dibanding bahan plastik dan fiber, tetapi lebih mahal dan berat.
o
Kombinasi stainless steel sebagai outer casing dan fiber atau plastik sebagai inner casing yang dapat diangkat untuk pengumpulan. Kombinasi ini secara estetis baik, tahan, dan mudah dalam proses pengumpulan namun memiliki konsekuensi mahal dalam pembuatannya.
Gambar 5.5.1. Bin atau tempat sampah yang terbuat dari plastik
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 78
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
b. Perletakan wadah sampah Beberapa opsi dapat diambil dalam meletakkan wadah sampah. Opsi ini berkaitan dengan kebiasaan masyarakat dan sistem pengelolaan sampah secara keseluruhan. o
Perletakan permanen pada trotoar Keuntungan yang didapat adalah sistem yang sederhana dan tidak mengharuskan pengelolaan yang komplek, tepat bagi masyarakat dengan peran serta rendah, mempermudah pengguna jalan untuk membuang sampah. Kerugiannya kurang baik secara estetis jika tidak dikelola dengan baik.
o
Perletakan tidak permanen. Wadah sampah dikelola sepenuhnya oleh penghasil sampah. Wadah sampah bersifat fleksibel (beroda). Pada waktu tertentu (waktu pengumpulan sampah) produsen sampah mengeluarkan wadah sampah di pinggir jalan untuk diangkut armada pengumpul (curb-side collection), dan mengambil kembali untuk disimpan setelah sampah diambil. Keuntungan yang didapat adalah secara estetis wadah sampah tidak akan terlihat, dan tidak mengganggu pejalan kaki. Kerugian sistem ini menuntut partisipasi tinggi masyarakat dan sulitnya pemakai jalan untuk membuang sampah.
o
Kombinasi permanen dan non-permanen. Merupakan kombinasi dari dua sistem di atas. Merupakan opsi yang terbaik, karena akan mengurangi jumlah wadah sampah permanen yang ada di jalan. Kerugiannya membutuhkan pengelolaan yang lebih komplek dan biaya yang lebih besar.
Gambar 5.5.2. Perletakan wadah sampah non-permanen
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 79
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Tabel 5.5.1. Jenis Peralatan dan Sumber Sampahnya Sumber sampah Daerah perumahan teratur/belum teratur
Jenis Peralatan sudah - kantong plastik/kertas volume sesuai yang ada - Bin plastik/tong volume 40-60 liter, dengan tutup. Pasar - Bin/tong sampah, volume 50-60 liter yang dipasang secara permanen - Bin plastik, volume 120-240 liter ada tutupnya dan memakai roda. - Gerobak sampah, volume 1 m3 - Container dari arm roll volume 6-10 m3. - Bak sampah isi variable. Pertokoan - Kantong plastik, volume bervariasi - Bin plastik/tong, volume 50-60 liter. - Bin plastik, volume 120-240 liter dengan roda. Perkantoran / hotel - Container volume 1 m3 beroda. - Container besar volume 6-10 m3. Tempat umum, jalan dan taman - Bin plastik/tong volume 50-60 liter, yang dipasang secara permanen. - Bin plastik, volume 120-140 liter dengan roda. yang
Sumber : DPU Dirjen Cipta Karya,1992.
5.5.2.
Pengumpulan sampah. Pengumpulan sampah merupakan proses pengambilan sampah dari sumber sampah untuk di bawa ke Tempat Penampungan Sementara (TPS). Alternatif proses pengumpulan sampah yang bisa di lakukan adalah: a. Individual Tak Langsung Proses pengumpulan merupakan tanggung jawab dari masyarakat sekitar dengan alat pengumpul berupa becak sampah ataupun truk sampah yang mengumpulkan sampah dari rumah penduduk untuk di bawa ke TPS. Pada sistem ini keberadaan TPS yang diletakkan di lingkungan perumahan masih dibutuhkan. b. Individual Langsung Proses pengumpulan dimana produsen sampah mengumpulkan sampah di rumah masing-masing untuk dikumpulkan oleh armada pengumpul menuju TPS terpusat atau langsung menuju TPA. Dalam sistem ini kebutuhan TPS yang diletakkan di sekitar lingkungan perumahan sudah tidak diperlukan. Armada pengumpul yang bisa digunakan adalah truk sampah mengingat luasnya wilayah pelayanan.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 80
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Alternatif pewadahan dalam kaitannya dengan sistem pengumpulan ini adalah : o
Pewadahan permanen : produsen sampah memiliki wadah permanen yang diletakkan di depan rumah masing-masing.
o
Pewadahan tidak permanen : produsen sampah menyiapkan wadah sampah pada jam pengumpulan dan menyimpannya kembali setelah sampah dikumpulkan oleh armada pengumpul.
Gambar 5.5.3. Armada pengumpul sampah dengan ukuran kecil
Gambar 5.5.4. Truk pengangkut sampah 5.5.3.
Pemindahan sampah. Pemindahan sampah merupakan proses penempatan sampah sementara dari sumber sampah pada tempat pembuangan sementara (TPS) sebelum dibawa menuju TPS terpusat ataupun TPA. TPS ini menampung sampah yang berasal dari perumahan.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 81
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Rekomendasi yang bisa ditawarkan adalah : a. Penggantian, perbaikan dan perawatan kontainer (eksisiting). Kontainer yang digunakan terbuat dari kayu yang kurang tahan terhadap pelapukan, sehingga dalam waktu tertentu akan mengalami kerusakan. Pemilihan material yang lebih tahan seperti plastik, fiber, ataupun logam yang tahan karat dapat dipertimbangkan untuk memperbaiki kualitas pengangkutan, memperpanjang usia kontainer dan mengurangi biaya perawatan. Penggunaan kontainer yang tertutup akan memperbaiki estetika dan mengurangi bau, mencegah ceceran lindi dan sampah. Perawatan kontainer (pencucian, pengecatan, dll) secara berkala akan memperpanjang masa pakai dan lebih baik secara estetika.
Gambar 5.5.5. Kontainer yang terbuat dari plastik/fiber dan logam b. Perletakan kontainer Kontainer hanya diletakkan pada tempat-tempat yang memiliki volume timbulan sampah yang tinggi. Di samping itu kontainer tidak direkomendasikan diletakkan pada pemukiman penduduk. Jika harus diletakkan pada permukiman penduduk maka harus ditempatkan pada tempat tertutup sehingga tidak menggangu kesehatan dan estetika lingkungan.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 82
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Gambar 5.5.6. Perletakkan kontainer pada tempat tertutup
Sumber sampah
Armada pengangkut
TPS
TPS terpusat/TPA
Gambar 5.5.7. Skema pengelolaan sampah pada kawasan perumahan Tabel 5.5.2. Jenis Peralatan No
Jenis peralatan Vol
1 2 3 4 5
6 7 8
5.5.4.
Wadah individual - kantong plastik - bin/tong Wadah komunal Gerobak sampah/sejenisnya Container armroll truk Transfer depo Tipe I Tipe II Tipe III Truk kecil (truk mini) Truk sampah 3.5 ton Armroll truk
Kapasitas Peralatan KK
10 - 40 liter 40 liter 0,5 - 1,0 m3 1 m3 6 m3 8 m3 10 m3 (>200 m2) (60 - 200 m2) (10 - 20 m2) 2 m3 7-10 m3 6 m3 8 m3 10 m3
1 1 40 - 50 140 825 1.100 1.375
s/d 500 1000
Jiwa 6 6 240 - 300 800 4.950 6.600 8250
s/d 3000 10.000
Umur teknis (tahun) Sekali 2-3 1-2 2-3 2-3 20 20 20 5 5 5 5 5
Optimalisasi peran serta masyarakat Optimasi peran serta masyarakat bertujuan untuk meningkatkan peran aktif masyarakat dalam menjaga lingkungannya. Secara khusus dalam hal ini adalah pengelolaan sampah. Sebaik apapun sistem yang digunakan dalam pengelolaan sampah, jika tidak ditunjang dan didukung oleh peran dan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan lingkungan maka sistem tersebut tidak akan berhasil. Sasaran yang dituju adalah menumbuhkan kesadaran bahwa masyarakat berhak mendapatkan lingkungan yang bersih dan sehat, disamping itu masyarakat juga mempunyai kewajiban utuk memelihara lingkungannya sendiri. Beberapa opsi yang bisa digunakan untuk mendorong kesadaran dan partisipasi publik adalah :
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 83
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
a. Sosialisasi dan Informasi Sosialisasi yang bisa dilakukan oleh pemerintah daerah melalui instansi yang bertanggung jawab dalam hal ini adalah dinas Kebersihan adalah penyebaran informasi melalui media cetak (koran, majalah, dll), media elektronik (televisi, radio), maupun sarana promosi yang lain, seperti leaflet, brosur, poster-poster, baliho dan lain-lain. Media-media tersebut bisa disebarluaskan dan ditempatkan pada fasilitas-fasilitas publik seperti mall, perkantoran, instansi pemerintah, pusat-pusat hiburan dll, sehingga masyarakat selalu mendapatkan informasi tentang hak dan kewajiban mereka dalam pengelolaan lingkungan. b. Sistem Insentif Sistem insentif merupakan sistem yang digunakan untuk merangsang produsen sampah (polluter) untuk mengurangi jumlah timbulan sampahnya. Mekanisme yang digunakan misalnya dengan membebankan biaya retribusi berdasarkan jumlah/volume timbulan sampah. Polluter dengan jumlah sampah yang besar akan mendapatkan jumlah retribusi yang lebih besar di bandingkan polluter dengan kuantitas limbah yang kecil. Pilihan yang lain yaitu dengan sistem pengurangan pajak yang dibebankan pada mereka jika polluter dapat mengelola atau mengurangi timbulan sampahnya. Tentu saja ini membutuhkan koordinasi yang intensif antar berbagai instansi yang terkait.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 84
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
5.6.
Kriteria Perencanaan Listrik
5.6.1.
Umum
Laporan Perencanaan
Perencanaan listrik disini mengacu pada Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000), dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 04-0225-2000) dari Badan Standarisasi Nasional. Namun tetap mengikuti Sistem jaringan yang sudah ada di Propinsi Nangroe Aceh Darussalam yang di keluarkan oleh PLN wilayah Propinsi Nangroe Aceh Darussalam. 5.6.2.
Instalasi Listrik Desa 1. Umum. 1.1. Yang dimaksud dengan instalasi listrik desa adalah instalasi listrik untuk pembangkitan, distribusi, pelayanan, dan pemakaian tenaga listrik di desa dengan konstruksi yang disederhanakan. 1.2. Instalasi listrik desa hanya berlaku bagi daerah pedesaan (di desa), dan diterapkan pada satu lokasi atau kasus berdasarkan kondisi yang masih memerlukannya dengan memperhatikan persyaratan-persyaratannya. 2. Instalasi rumah sederhana di desa. 2.1. Ketentuan Umum Ketentuan dalam pasal ini diperuntukkan bagi instalasi rumah sederhana di desa dengan batas alat pembatas arus maksimum 10 A dengan tegangan nominal maksimum 230 volt fase tungggal. 2.2. Ketetuan Khusus 2.2.1.
Instalasi rumah sederhana tidak memerlukan gambar instalasi.
2.2.2.
Instalasi rumah sederhana boleh dipasang oleh pelaksana instalasi listrik desa yang telah disahkan oleh instansi yang berwenang.
2.2.3.
Instalasi dipasang terbuka, kabelnya dipasang pada permukaan dinding, tiang rumah dan bagian dari bangunan lainnya yang terbuat dari atau dialasi dengan kayu/papan dan bahan lainnya yang tidak mudah tersulut api.
2.2.4.
Instalasi hanya terdiri atas satu sirkit yang dilengkapi dengan gawai proteksi arus lebih maksimum 10 A.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 85
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
2.2.5.
Laporan Perencanaan
PHB yang digunakan harus dari jenis tertutup dengan kotak dari bahan yang tidak mudah terbakar. PHB dipasang pada dinding tembok atau papan.
2.3. Penghantar 2.3.1.
Sebagai penghantar digunakan kabel berisolasi ganda (misalnya NYM) yang terdiri atas dua atau tiga inti tembaga pejal dengan penampang tiap intinya minimum 1.5 mm2.
2.3.2.
Kabel dicabangkan dalam kotak percabangan dengan penyambungan yang baik.
3. Titik beban 3.1. Jumlah titik beban maksimum sembilan buah, termasuk kotak kontak sejumlah maksimum tiga buah. 3.2. Kotak kontak yang digunakan harus dari jenis yang dilengkapi kontak proyeksi, dan dipasang setinggi minimum 1,25 m dari lantai. 3.3. Pembumian untuk instalasi rumah sederhana dilaksanakan dengan memasang elektrode bumi yang dihubungkan dengan terminal pembumian pengamanan pada PHB secara langsung atau melalui meter KWh. 4. Sambungan Rumah Desa (SRD) 4.1. Ketentuan ini berlaku bagi sambungan rumah untuk instalasi sebagaimana dimaksud dalam Instalasi Rumah sederhana di desa. 4.2. SRD terdiri dari kabel instalasi berinti dua dengan penampang setiap intinya minimum 4 mm2 Cu atau yang setaraf. 4.3. Selain yang tersebut di atas, SRD dapat menggunakan dua penghantar yang terdiri atas satu penghantar fase berisolasi dengan penampang minimum 4 mm2 Cu, atau yang setaraf, dan satu penghantar netral atau penghantar proteksi yang mempunyai KHA sekurang-kurangnya sama dengan penghantar fasenya. 4.4. Bahan isolasi untuk SRD harus tahan cuaca dan sinar matahari daerah tropis. 4.4.1.
Panjang rentang SRD maksimum 45 meter dengan memperhitungkan kekuatan tarik SRD-nya.
4.4.2.
Jumlah rumah/sambungan per SRD maksimum tujuh buah, atau panjang SRD maksimum (seri) 200 meter.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 86
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
4.4.3.
Laporan Perencanaan
SRD harus dilengkapi dengan pengaman lebur atau MCB dengan nilai nominal maksimum 10 A dan bila diperlukan sebuah meter KWh yang dipasang di bagian luar rumah.
5.6.3.
Persyaratan Dasar 1. Proteksi untuk keselamatan Persyaratan dalam hal ini dimaksudkan untuk menjamin keselamatan manusia, dan ternak, juga keamanan harta benda dari biaya dan kerusakan yang bisa ditimbulkan oleh penggunaan instalasi listrik secara wajar. CATATAN : Pada instalasi listrik terdapat dua jenis resiko utama, yaitu : a) Arus kejut listrik b) Suhu berlebihan yang sangat mungkin mengakibatkan kebakaran, luka bakar atau efek cedera lain. 2. Proteksi dari kejut listrik 3.1. Proteksi dari sentuh langsung Manusia dan ternak harus dihindarkan/diselamatkan dari bahaya yang bisa timbul karena sentuhan dengan bagian aktif instalasi (sentuh langsung) dengan salah satu cara dibawah ini : a) Mencegah mengalirnya arus melalui badan manusia atau ternak. b) Membatasi arus yang mengalir melalui badan sampai suatu nilai yang lebih kecil dari arus kejut. 3.2. Proteksi sentuh tak langsung Manusia dan ternak harus dihindarkan/diselamatkan dari bahaya yang bisa timbul karena sentuhan dengan bagian konduktif terbuka dalam keadaan gangguan (sentuh tak langsung) dengan salah satu cara dibawah ini : a)
Mencegah mengalirnya arus gangguan melalui badan manusia atau ternak
b)
Membatasi arus gangguan yang mengalir melalui badan sampai suatu nilai yang lebih kecil dari arus kejut.
c)
Pemutusan suplai secara otomatis dalam waktu yang ditentukan pada saat terjadi gangguan yang sangat mungkin mengakibatkan mengalirnya arus
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 87
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
melalui badan yang bersentuhan dengan bagian konduktif terbuka, yang nilai arusnya sama dengan atau lebih besar dari arus kejut listrik. CATATAN :
Untuk mencegah sentuh tak langsung penerapan metode ikatan penyama potensial adalah salah satu prinsip penting untuk keselamatan.
3.3. Proteksi dari efek termal Instalasi listrik harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak ada resiko tersulutnya bahan yang mudah terbakar karena tingginya suhu atau busur api listrik, demikian pula tidak akan ada resiko luka bakar pada manusia maupun ternak selama perlengkapan listrik beroperasi secara normal. 3.4. Proteksi dari arus lebih Manusia atau ternak harus dihindarkan/diselamatkan dari cedera, dan harta benda diamankan dari kerusakan karena suhu yang berlebihan atau stres elektromekanis karena arus lebih yang sangat mungkin timbul pada penghantar aktif. Proteksi ini dapat dicapai dengan salah satu cara dibawah ini : a) Pemutusan secara otomatis saat terjadi arus lebih sebelum arus lebih itu mencapai nilai yang membahayakan dengan memperhatikan lamanya arus lebih bertahan. b) Pembatasan arus lebih maksimum, sehingga nilai dan lamanya yang aman tidak terlampaui. 3.5. Proyeksi dan arus gangguan Penghantar, selain penghantar aktif, dan bagian lain yang dimaksudkan untuk menyalurkan arus gangguan harus mampu menyalurkan arus tersebut tanpa menimbulkan suhu yang berlebihan. Catatan : a) Perhatian khusus harus diberikan pada arus gangguan bumi dan arus bocoran. b) Untuk penghantar aktif, terjamin proteksinya dari arus lebih yang disebabkan oleh gangguan.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 88
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
3.6. Proteksi dari tegangan lebih a) Manusia atau ternak harus dicegah dari cedera dan harta benda harus dicegah dari setiap efek yang berbahaya akibat adanya gangguan antara bagian aktif sirkit yang disuplai dengan tegangan yang berbeda. b) Manusia atau ternak harus dicegah dari cedera dan harta benda harus dicegah dari kerusakan akibat adanya tegangan yang berlebihan yang mungkin timbul akibat sebab lain (misalnya, fenomena atsmosfer atau tegangan lebih penyakelaran). 3. Proteksi perlengkapan dan instalasi listrik 3.1.
Perlengkapan listrik
3.1.1.
Pada setiap perlengkapan listrik harus tercantum dengan jelas : a) Nama pembuat dan atau merek dagang; b) Daya, tegangan, dan/atau arus pengenal; c) Data teknis lain seperti diisyaratkan SNI.
3.1.2.
Perlengkapan listrik hanya boleh dipasang pada instalasi jika memenuhi ketentuan dalam PUIL 2000 dan/atau standar yang berlaku.
3.1.3.
Setiap perlengkapan listrik tidak boleh dibebani melebihi kemampuannya.
3.2.
Instalasi listrik
3.2.1.
Instalasi yang baru dipasang atau mengalami perubahan harus dipaksa dan diuji dulu sesuai dengan ketentuan mengenai : a) Resistansi isolasi; b) Pengujian sistem proteksi; c) Pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik.
3.2.2.
Instalasi listrik yang sudah memenuhi semua ketentuan tersebut dapat dioperasikan setelah mendapat izin atau pengesahan dari instansi yang berwenang dengan syarat tidak boleh dibebani melebihi kemampuannya.
5.6.4.
Perancangan
5.6.4.1. Umum Dalam merancang instalasi listrik, faktor-faktor dalam perencanaan ini harus diperhatikan untuk menjamin :
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 89
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
a)
Keselamatan manusia dan ternak dan keamanan harta benda
b)
Berfungsinya instalasi listrik dengan baik sesuai dengan maksud penggunaannya.
Informasi yang disyaratkan sebagai dasar perancangan disebut dalam ayat di atas, sedangkan persyaratan lainnya harus dipenuhi. 5.6.4.2.
Karakteristik suplai 1. Macam arus : arus bolak-balik (a.b.) dan/atau arus searah (a.s.). 2. Macam dan jumlah pengantar : a) Untuk a.b. : pengantar fase, pengantar netral dan pengantar proteksi, b) Untuk a.s. : pengantar yang setara dengan pengantar untuk a.b. 3. Nilai dan toleransi dari tegangan, frekuensi, arus maksimum yang dibolehkan, dan arus hubungan pendek prospektif. 4. Tindakan proteksi yang melekat pada suplai, misalnya netral atau kawat tengah yang dibumikan. 5. Persyaratan khusus dari perusahaan suplai listrik.
5.6.4.3.
Macam kebutuhan listrik Jumlah dan jenis sirkit yang diperlukan untuk penerangan, pemanasan, daya, kendali, sinyal, telekomunikasi dan lain-lain ditentukan oleh :
5.6.4.4.
a)
Lokasi titik kebutuhan akan listrik;
b)
Beban yang diharapkan pada semua sirkit;
c)
Variasi harian dan tahunan dari kebutuhan akan listrik;
d)
Kondisi khusus;
e)
Persyaratan untuk kendali, sinyal, telekomunikasi dan lain-lain.
Suplai darurat Dalam hal yang dibutuhkan suplai darurat perlu memperhatikan : a) Sumber suplai (karakteristik, macam) b) Sirkit yang disuplai oleh sumber darurat.
5.6.4.5.
Kondisi lingkungan Dalam menetapkan kondisi lingkungan penggunaan perlengkapan instalasi, perlu diperhitungkan beberapa faktor dan parameter lingkungan terkait, dan dipilih tingkat keparahan akibat parameter lingkungan tersebut. Faktor dan parameter lingkungan tersebut, antara lain :
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 90
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
a) Kondisi iklim
Laporan Perencanaan
: dingin/panas, kelembaban, tekanan, gerakan media sekeliling
penguapan, radiasi dan air selain dari hujan. b) Kondisi Biologis : flora dan fauna seperti jamur dan rayap. c) Bahan kimia aktif : garam, sulfur dioksida, hidrogen sulfit, nitrogen oksida, ozon, amonia, klor, hidrogen klorida, hidrogen flor dan hidrokarbon organik. d) Bahan mekanis aktif : pasir, debu, debu melayang, sedimen debu, lumpur dan jelaga. e) Cairan pengotor : berbagai minyak, cairan pendingin, gemuk, bahan bakar dan air baterai. f) Kondisi mekanis : getaran, jatuh bebas, benturan, gerakan berputar, deviasi sudut, percepatan, beban statis dan roboh. g) Gangguan listrik dan elektromagnetik : Medan magnet, medan listrik, harmonik, tegangan sinyal, variasi tegangan dan frekuensi, dan tegangan induksi dan transien. 5.6.5.
Pemasangan Kabel Bawah Tanah
5.6.5.1
Umum 1. Pada pemasangan kabel tanah harus diperhatikan konstruksi dan karakteristik kabel yang bersangkutan seperti yang tercantum pada tabel 7.1-5 dan 7.1-6 (pada buku Standar Nasional Indonesia, SNI 04-0225-2000). 2. Pemasangan kabel di dalam tanah harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa, sehingga kabel itu cukup terlindung terhadap kerusakan mekanis dan kimiawi yang mungkin timbul di tempat kabel tanah tersebut dipasang. Letak kabel tanah tersebut harus ditandai dengan patok tanda kabel yang kuat, jelas dan tidak mudah hilang. Catatan
: Perlindungan terhadap kerusakan mekanis pada umumnya dianggap
mencukupi bila kabel tanah itu ditanam : a) Minimum 0.8 m di bawah permukaan tanah pada jalan yang dilewati kendaraan. b) Minimum 0.6 m di bawah permukaan tanah yang tidak dilewati kendaraan. 3. Bahaya kebakaran, meluasnya dan akibatnya harus sejauh mungkin dikurangi dengan cara pemasangan kabel tanah yang tepat. Selubung luar harus dibuang jika hal ini disyaratkan untuk mencegah meluasnya bahaya api, kecuali bila selubung luar tersebut dari bahan yang sukar terbakar.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 91
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
4. Kabel tanah harus diletakkan di dalam pasir atau tanah halus, bebas dari batu batuan, di atas galian tanah yang stabil, kuat, rata dan bebas dari batu-batuan dengan ketentuan tebal lapisan pasir atau tanah halus tersebut tidak kurang dari 5 cm di sekeliling kabel tanah tersebut. Catatan : sebagai tambahan perlindungan, maka di atas urugan pasir dapat dipasang beton, batu, atau bata pelindung. 5. Pada umumnya kabel tanah untuk tegangan yang lebih tinggi harus dipasang dibawah kabel tanah untuk tegangan yang lebih rendah, kabel tanah listrik arus kuat dibawah kabel tanah telekomunikasi. 6. Pada persilangan antara bekas kabel tanah, haruslah diambil salah satu tindakan proteksi seperti diuraikan dalam butir a) dan b) dibawah ini, kecuali jika salah satu dari berkas kabel tanah yang bersilang itu terletak dalam saluran pasangan batu, beton, atau bahan semacam itu yang mempunyai tebal dinding sekurang-kurangnya 6 cm. a) Di atas berkas kabel tanah yang terletak di bawah harus dipasang tutup pelindung dari lempengan, atau pipa belah dari beton atau sekurang-kurangnya dari bahan tahan api yang sederajat. Tutup pelindung ini pada kedua ujungnya harus menjorok keluar sekurang-kurangnya 0.5 m dari berkas kabel yang terletak diatas, diukur dari kabel sisi luar, sedangkan tutup pelindung ini harus sekurangkurangnya 5 cm lebih lebar dari berkas kabel yang terletak dibawah. b) Di atas berkas kabel tanah yang terletak diatas, dipasang pipa belah dari beton atau dari bahan lain yang cukup kuat, tahan lama dan tahan api. Pipa belah ini harus dipasang menjorok keluar sekurang-kurangnya 0.5 dari berkas yang terletak dibawah, diukur dari kabel sisi luar. 5.6.5.2
Persilangan dan pendekatan kabel tanah dengan kabel tanah instalasi telekomunikasi. 1. Pada tempat persilangan dengan kabel tanah telekomunikasi, kabel tanah dilindungi pada bagian atasnya dengan pipa belah, plat atau pipa dari bahan bangunan yang tidak mudah terbakar. Kabel tanah tegangan menengah ataupun tegangan rendah harus dipasang di bawah kabel tanah telekomunikasi. 2. Jika kabel tanah menyilang diatas kabel tanah telekomunikasi dengan jarak lebih kecil dari 0.3 m untuk kabel tanah tegangan rendah dan 0.5 m untuk kabel tanah
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 92
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
tegangan menengah, maka perlu tambahan perlindungan pada sisi kabel tanah yang menghadap kabel telekomunikasi dengan memasang plat atau pipa dari bahan bangunan yang tidak dapat terbakar. Perlindungan menjorok keluar paling sedikit 0.5 m dari kedua sisi persilangan itu. 3. Kabel tanah telekomunikasi dan kabel tanah yang dipasang sejajar, harus dipasang dengan jarak sejauh mungkin, misalnya dengan menempatkannya pada sisi-sisi jalan yang berlainan. Kabel tanah yang letaknya berdekatan dengan kabel tanah telekomunikasi dengan jarak kurang dari 0.3 m untuk kabel tanah tegangan rendah dan kurang dari 0.5 m untuk kabel-kabel tanah tegangan menengah, harus diselubungi sepanjang pendekatan tersebut dengan pipa belah, plat atau pipa yang terbuat dari bahan bangunan yang tidak dapat terbakar dan diberi tanda khusus. 4. Pelindung kabel tersebut pada 7.15.2.1, 7.15.2.2 dan 7.15.2.3 (pada buku Standar Nasional Indonesia, SNI 04-0225-2000), baik pada kabel tanah, arus kuat maupun pada kabel tanah telekomunikasi, harus menjorok keluar paling sedikit 0.5 m dari kedua ujung tempat persilangan pada pendekatan itu. 5. Kabel tanah di dalam tanah harus dipasang pada jarak paling sedikit 0.3 m dari bagian instalasi telekomunikasi yang terletak dalam tanah, bila jarak tersebut sama atau lebih dari 0.3 m, akan tetapi lebih kecil dari 0.8 m, maka kabel tanah itu harus dilindungi dengan pipa belah, plat atau pipa, yang menjorok
keluar sepanjang
minimal 0.5 m dari kedua ujung tempat persilangan dan pendekatan itu. 6. Kalau kabel tanah arus kuat di dalam tanah berada diantara bagian-bagian tiang, angker, atau bagian penunjang yang terletak didalam tanah dari instalasi telekomunikasi, maka kabel tanah itu harus dilindungi dengan pipa belah, plat atau pipa. Kestabilan tiang tidak boleh terganggu olehnya. 7. Kabel tanah telekomunikasi yang diletakkan di dalam jalur kabel dianggap telah terlindung. 5.6.5.3
Persilangan dan pendekatan kabel tanah dengan jalan kereta api dan jalan raya. 1. Kabel tanah lazimnya tidak boleh mendekati rel kereta dalam jarak 2 m diukur secara proyeksi mendatar, kecuali pada persilangan.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 93
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
2. Kabel tanah yang dipasang berdekatan atau menyilang dengan jarak lebih kecil dari 0.3 m dari kabel instalasi listrik Perusahaan Kereta Api atau Perusahaan lain harus diletakkan dalam jalur kabel atau pipa yang terdiri dari bahan bangunan yang tidak dapat terbakar atau pipa PVC. Pelindung tersebut harus menjorok keluar paling sedikit 0.5 m pada kedua ujung tempat pendekatan atau persilangan tersebut. 3. Kabel tanah dalam tanah harus mempunyai jarak minimum 0.3 m akan tetapi lebih kecil dari 0.8 m, kabel tanah itu harus dilindungi dengan pipa, plat atau pipa, yang panjangnya keluar paling sedikit 0.5 m pada kedua ujung tempat pendekatan. 4. Pada persilangan dengan jalan kendaraan bermotor yang dikeraskan dan jalan kereta rel, kabel tanah harus dipasang didalam pipa atau selubung baja atau bahan yang cukup kuat, tahan lama dan tahan api. Panjang dan garis tengah dalam dari pipa atau selubung ini, harus dipilih sehingga kabel tanah itu dapat dikeluarkan tanpa membongkar jalan tersebut. 5. Pipa pelindung atau jalur kabel harus menjorok keluar, paling sedikit 0.5 m dari kedua sisi rel terluar atau tepi pinggir dari jalan kendaraan bermotor. 6. Di bawah pekarangan dan bangunan dari perusahaan kereta api atau perusahaan lain yang dipakai untuk tempat bekerja, pemasangan semua kabel tanah harus memenuhi persyaratan yang sama dengan untuk dibawah rel. 5.6.5.4
Persilangan dan pendekatan kabel tanah dengan saluran air dan bangunan pengairan. 1. Pada persilangan dengan saluran air, kabel tanah harus diletakkan paling sedikit 1 m dibawah dasar saluran air yang direncanakan, dan harus ditanam dalam lapisan pasir. 2. Pada persilangan dengan saluran air laut, kabel tanah harus diletakkan sedapat mungkin 2 m dibawah dasar saluran air laut yang direncanakan. 3. Pada persilangan kabel tanah harus diletakkan paling sesikit 0.3 m di bawah atau di atas kabel listrik pengairan dan kabel tanah itu harus dilindungi dengan pipa yang terbuat dari bahan bangunan yang tidak dapat terbakar, perlindungan tersebut harus menjorok keluar paling sedikit 0.5 m dari sisi kabel yang disilangnya.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 94
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
4. Kabel tanah yang dipasang berdekatan dengan kabel listrik pengairan dengan jarak lebih kecil dari 0.3 m harus diletakkan dalam jalur atau pipa dari bahan yang tidak dapat terbakar. 5. Kabel tanah tidak boleh terletak lebih dekat dari 0.3 m dari bagian bangunan pengairan yang terletak didalam tanah. Bila jarak tersebut sama atau lebih dari 0.3 m akan tetapi kurang dari 0.8 m, maka kabel tanah tersebut harus dilindungi dengan pipa belah, plat atau pipa yang panjangnya menjorok keluar paling sedikit 0.5 m dari kedua tempat pendekatan. 6. Kabel tanah di bawah bangunan pengairan harus mempunyai perisai dan harus ditutupi dengan pipa belah atau plat, kecuali hal itu tidak dibenarkan dengan alasan elektris. Kabel tanah yang tidak mempunyai perisai mekanis harus dimasukkan kedalam pipa atau jalur kabel. 7. Di bawah jalan pengairan kabel tanah harus ditanam sedalam paling sedikit 0.8 m. 8. Letak dari kabel tanah yang dipasang melintas di bawah saluran air harus ditandai pada kedua tepinya sehingga dapat dilihat oleh pengemudi kapal. 5.6.5.5
Pendekatan kabel tanah dengan instalasi listrik diatas tanah. 1. Jarak kabel tanah harus dipertahankan sekurang-kurangnya 0.3 m, diukur secara proyeksi mendatar dari bagian konstruksi pengantar listrik di atas tanah. 2. Bila jarak tersebut lebih dari 0.3 m tetapi kurang dari 0.8 m, kabel tanah itu harus dilindungi dengan pipa dari baja atau bahan yang kuat, tahan lama dan tahan api, atau dengan perlindungan yang sekurang-kurangnya sederajat. Perlindungan ini harus menjorok sekurang-kurangnya 0.5 m dari kedua ujung tempat yang jaraknya kurang dari 0.8 m.
5.6.5.6
Kabel tanah yang keluar dari tanah Kabel tanah yang dipasang keluar dari tanah pada tempat di luar bangunan harus dipasang di dalam pipa atau selubung dari baja atau dari bahan lain yang cukup kuat sampai diluar jangkauan tangan, kecuali jika telah terdapat perlindungan lain yang sekurang-kurangnya sederajat.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 95
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
5.7.
Laporan Perencanaan
Kriteria Perencanaan Jaringan Telepon Telepon sebagai salah satu alat telekomunikasi merupakan bentuk dari perwujudan suatu kemajuan teknologi. Perencanaan jaringan telepon direncanakan menggunakan kabel bawah tanah yang diletakkan dalam boks beton dimana didalamnya terdapat casing/pipa. Penempatan kabel telepon bersama-sama dengan kabel atau instalasi lain yaitu kabel listrik dan pipa air bersih dimaksudkan sebagai penghematan lahan yang terbatas. Karena pekerjaan instalasi telepon bersifat khusus yang dilaksanakan oleh PT Telkom, maka spesifikasi dan teknis pengadaan dan pemasangannya mengacu pada standard dan spesifikasi yang dikeluarkan oleh PT Telkom. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan dan pemasangan boks terutama menyangkut kedalaman penanaman boks dan bilamana terjadi pertemuan/persimpangan dengan jalan atau gorong-gorong dan instalasi lain.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 96
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
5.8.
Laporan Perencanaan
Kriteria Perencanaan Lansekap Desa Perencanaan lansekap desa yang dimaksudkan disini adalah penanaman pohon secara berlapis yang terdiri dari : a.
Penanaman pohon di sepanjang jaringan jalan utama desa dan jalan lingkungan
b.
Penanaman pohon di kavling rumah dan kavling fasilitas umum dan sosial desa.
Pemilihan jenis vegetasi yang direncanakan sebagai ruan hijau kawasan antara lain memenuhi kriteria :
5.8.1.
a.
Mudah tumbuh
b.
Kuat menahan arus gelombang tsunami
c.
Meningkatkan kualitas lingkungan
d.
Mempunyai nilai ekonomi bagi penduduk desa
Relasi antara Desain Tapak dengan Alam
Korelasi tapak dan bangunan dinilai melalui substansi perancangan ”Ruang Kawasan, Ruang Hijau dan Biru Kawasan, Tata Guna Ruang/Space Use, GSB, KDB dan KLB dan Ketinggian Bangunan, TSM dan Parkir” kawasan. Berdasarkan kegiatan analisis dibawah ini menghasilkan suatu kesimpulan bahwa diperlukan redesain pada “Ruang Hijau dan Biru Kawasan”.
5.8.2.
Ruang Kawasan.
Komposisi perletakan masa/bangunan secara figuratif dan variatif dalam membentuk morfologi ruang desa yang berkarakter amorf, linier dan square dipertahankan.
Urban space yang berupa ruang terbuka dan jalan setapak yang dimanfaatkan untuk mewadahi suatu pergerakan dan pemberhentian (duduk-duduk/istirahat) bagi pedestrian dari bangunan satu ke bangunan yang lain perlu dirancang ulang dengan mempertimbangkan faktor-faktor : 1. Antrophometrik pejalan kaki pada saat berjalan (kemampuan jarak tempuh, resting point, pola street furniture di daerah resting point) 2. Kenyamanan lingkungan (material jalan pedestrian, penerangan alam dan buatan, pohon sebagai pengarah, peneduh dan estetis, tata bangunan dan tata lingkungan sekeliling pergerakannya, habitat, penyediaan street furniture)
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 97
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
3. Keamanan lingkungan (penerangan alami & buatan cukup, tata hijau tidak terlalu rimbun, relling pada ketinggian tertentu atau pada jembatan)
5.8.3.
Pohon/Tanaman Setempat dan Lokal Beberapa jenis pohon yang ada di desa dapat digunakan untuk perencanaan lansekap desa. Dari hasil survey dan analisis di lapangan, terdapat beberapa tanaman yang cocok dipergunakan sebagai lansekap jalan desa. Beberapa jenis tanaman tersebut antara lain : 1. Akasia 2. Angsana 3. Asem Jawa 4. Bambu 5. Beringin 6. Cemara Laut 7. Cengkih 8. Durian 9. Jambu Air 10. Jambu Monyet 11. Jati 12. Kamboja 13. Kedondong 14. Kelapa 15. Mahoni 16. Mangga 17. Mangrove/Bakau 18. Nipah 19. Palem Raja 20. Pinang 21. Rumput Gajah 22. Waru
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
V - 98
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Bab VI Analisa Perhitungan 6.1.
Analisa Perhitungan Struktur Jalan
6.1.1.
Data yang diperlukan : a. Data tanah dasar
: CBR.
b. Lalu-lintas
: Volume/ADT, komposisi, konfigurasi as/sumbu dan beban, angka pertumbuhan.
c. Material yang tersedia
: Sifat-sifatnya.
d. Ketentuan-ketentuan lain
: Umur rencana, keadaan umum di daerah sekitarnya, alignment (faktor regional) dan lain-lain.
6.1.2.
Standart Perencanaan. Perencanaan jalan Desa ini mengacu pada Pedoman perhitungan tebal perkerasan lentur pada SKBI No. 2.3.26.1987 dan SK Menteri Pekerjaan Umum No. 378/KPTS/1987 tentang Pengesahan 33 Standar Konstruksi Bangunan Indonesia, serta SNI No. 1732-1989-F, yaitu tentang penggunaan nomogram sebagai berikut : a. Nomogram yang ada dibuat berdasarkan analisa lalu lintas 10 tahun. Untuk keadaan lalu lintas (umur rencana) tidak selama 10 tahun; nomogram tersebut masih dapat digunakan dengan menggunakan “faktor penyesuaian” (FP).
FP =
UR 10
b. Cara Indonesia/Bina Marga ini hanya berlaku untuk material berbutir kasar (granular material) dan tidak berlaku untuk batu-batu besar (telford). Hal ini disebabkan karena cara Bina Marga ini didasari oleh teori yang menganggap bahwa bahan perkerasan harus elastis isotropis (sifat sama untuk segala arah). Dan juga mensyaratkan adanya pemeliharaan perkerasan yang terus menerus (kontinyu). c. Besaran-besaran yang dipergunakan. -
Daya Dukung Tanah (DDT) : yaitu sekedar bilangan skala untuk menyatakan daya dukung tanah dasar dan mempunyai korelasi khusus terhadap CBR, Group Index, Kuat Tekan atau besaran lain yamg menyatakan kekuatan tanah dasar.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -1
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
-
Laporan Perencanaan
Lalu Lintas Harian Rata-Rata (LHR) : adalah jumlah kendaraan yang lewat pada jalan yang direncanakan perhari rata-rata untuk dua jurusan/arah.
-
Lintas Ekivalen Permulaan (LEP) : Jumlah lintasan kendaraan rata-rata pada tahun permulaan pada jalur rencana dengan satuan as tunggal 8,16 ton (18.000 lbs = 18 kips) atau (18 Kips Single Axle Road).
-
Lintas Ekivalen Akhit (LEA) : Jumlah lintasan kendaraan rata-rata pada tahun akhir dan masa pelayanan pada jalur rencana dengan as tunggal 8,16 ton.
-
Lintas Ekivalen Tengah (LET) : Jumlah lintasan kendaraan rata-rata selama masa pelayanan pada jalur rencana dengan satuan as tunggal 8,16 ton.
-
Jalur Rencana : adalah suatu jalur dari jalan yang paling banyak (padat) dilewati kendaraan. Pada jalan dua jalur biasanya salah satu jalur; sedang pada jalan berjalur banyak terpisah (multi lane divided) adalah pada jalur terluar.
-
Faktor Regional (FR) : Faktor koreksi sebagai akibat adanya perbedaan antara kondisi lapangan yang dihadapi dengan kondisi AASHO Road Test yang antara lain dapat meliputi : iklim, curah hujan, kondisi alignment/topografi, lalu lintas, fasilitas drainase dan lain sebagainya.
-
Indeks Permukaan (IP) : disebut juga “serviceability” adalah besaran yang menyatakan nilai dari kerataan/kehalusan dan kekokohan perkerasan di tinjau dari kepentingan pelayanan lalu-lintas. Nilai/harga IP tergantung pada jenis dan kondisi perkerasan (kondisi : rut dept, roughness, patch, crack dll; tanpa dipengaruhi geometrik dari jalan yang bersangkutan .
-
IPo dan IPt : IPo adalah nilai IP pada awal tahun permulaan, sedangkan IPt adalah IP pada akhir masa pelayanan. Pemilihan harga IPo dan IPt tergantung pada jenis perkerasan dan klas jalan. Pemilihan IPt menunjukkan tingkat kerusakan yang diijinkan/direncanakan pada akhir masa pelayanan.
-
Faktor penyesuaian (FP) : adalah faktor koreksi sehubungan rencana yang kita perhitungkan tidak sama dengan 10 tahun.
FP = -
UR 10
Angka Ekivalen Beban (AE) : adalah besaran yang menyatakan jumlah lintasan as tunggal 8,16 ton atau 18.000 lbs yang menyebabkan derajat kerusakan yang sama dengan beban as yang mempunyai AE tersebut, bilamana lewat (lintasan) satu kali. PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -2
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Rumus AE : 4
-
⎛ BebanSumbuTunggal ⎞ ⎟⎟ As tunggal : AEtg = ⎜⎜ 8 . 160 kg ⎝ ⎠
-
⎛ BebanSumbu Tunggal As Tandem : AEtg = ⎜⎜ 8 .160 kg ⎝
-
Koefisien Distribusi Kendaraan (C) : adalah koefisien yang menyatakan prosentase
4
⎞ ⎟⎟ x 0 .086 ⎠
atau bagian dari kendaraan yang lewat dari jalur rencana dari keseluruhan kendaraan yang lewat pada jalan yang dimaksud. -
Indeks Tebal Perkerasan (ITP) : adalah besaran yang menyatakan nilai konstruksi perkerasan yang besarnya tergantung pada tebal masing-masing lapisan serta kekuatan relative dari lapisan-lapisan tersebut.
-
Koefisien Kekuatan Relatif (a) : adalah koefisien yang menyatakan kekuatan relative daripada lapisan perkerasan, yang besarnya tergantung pada CBR, stability, kuat tekan dan lain sebagainya.
-
Rumus ITP :
ITP = (a1xD1) + (a2xD2) + (a3xD3) 1 = lapis permukaan/surface course. 2 = lapis pondasi/base course. 3 = lapis pondasi bawah/sub base course. 6.1.3.
Penggunaan Nomogram. a. Hitung ADT masing-masing jenis kendaraan untuk tahun ke 0 dan untuk tahun ke n (n = umur rencana).
ADTn = ADTo(1 + i ) . ( i = pertumbuhan lalu-lintas). n
b. Hitung ADT rata-rata selama masa pelayanan (ADTt).
ADTt =
ADTo + ADTn 2
c. Hitung angka ekivalen (AE) masing-masing jenis kendaraan. d. Hitung lintas ekivalen tengah (LET). Koefisien C harus dicari terlebih dahulu dari tabel yang sudah tersedia.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -3
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
e. Hitung faktor penyesuaian (FP).
FP = f.
UR 10
Hitung CBR rata-rata.
g. Cari daya dukung tanah dasar (DDT) melalui grafik yang tersedia. h. Pilih nomogram yang sesuai ( kombinasi IPo dan IPt ). Jalan kelas tinggi IPo dan IPt perlu tinggi pula. Jalan kelas sedang IPo dan IPt perlu sedang pula. Jalan kelas rendah IPo dan IPt perlu rendah pula. i.
Tentukan faktor regional (FR). Dengan menggunakan table yang sudah tersedia.
j.
Dengan data DDT dan LER melalui nomogram yang sudah dipilih akan diperoleh ITP.
k. Selanjutnya dengan data ITP dan FR akan diperoleh ITP rencana. l.
Melalui tabel yang tersedia tentukan jenis tiap lapisan perkerasan serta tebal minimum dari masing-masing lapisan.
m. Dengan rumus ITP
rencana
= a1D1 + a1D2 + a3D3 akan diperoleh tebal dari masing-
masing lapisan perkerasan. 6.1.4.
Pelaksanaan
6.1.4.1. Analisa Komponen Perkerasan. Perhitungan perencanaan ini didasarkan pada kekuatan relative masing-masing lapisan perkerasan jangka panjang, dimana penentuan tebal perkerasan dinyatakan oleh ITP (Indeks Tebal Perkerasan), dengan rumus sebagai berikut :
ITP = a1 D1 + a 2 D2 + a3 D3 a1,a2,a3 D1,D2,D3
= koefisien kekuatan bahan perkerasan (VII) = tebal masing-masing lapis perkerasan (cm)
Angka 1, 2 dan3 : masing-masing untuk lapis permukaan, lapis pondasi dan lapis pondasi bawah. 6.1.4.2. Metode Konstruksi Bertahap. Metode perencanaan konstruksi bertahap didasarkan atas konsep “sisa umur”. Perkerasan berikutnya direncanakan sebelum perkerasan pertama mencapai keseluruhan “masa fatique”. PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -4
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Untuk itu tahap kedua diterapkan bila jumlah kerusakan (cumulative Damage) pada tahap pertama sudah mencapai k.1.60%. Dengan demikian “sisa umur” tahap pertama tinggal k.1. 40%. Untuk menetapkan ketentuan diatas maka perlu dipilih waktu tahap pertama antara 25% 50% dari waktu keseluruhan. Misalnya : UR = 20 tahun, maka tahapI antara 5 – 10 tahun dan tahap II 5 – 10 tahun. Perumusan konsep “sisa umur” ini dapat diuraikan sebagai berikut : a. Jika pada akhir tahap I tidak ada sisa umur (sudah mencapai fatique, misalnya timbul retak), maka tebal perkerasan tahap I didapat dengan memasukkan lalu lintas sebesar LER1. b. Jika pada akhir tahap II diinginkan adanya sisa umur k.1.40% maka perkerasan tahap I perlu ditebalkan dengan memasukkan lalu lintas sebesar x LER1 c. Dengan anggapan sisa umur linear dengan sisa lalu lintas, maka : X LER1
=
(tahap I plus)
LER1
+ 40% x LER1
(tahap I)
(sisa tahap I)
Diperoleh y = 2,5. d. Jika pada akhir tahap I tidak ada sisa umur maka tebal perkerasan tahap II didapat dengan memasukkan lalu lintas sebesar LER2. e. Tebal perkerasan tahap I + II didapat dengan memasukkan lalu lintas sebesar y LER2. Karena 60% y LER2 sudah dipakai pada tahap I maka: Y LER2
= 60% y LER2 + LER2
(tahap I+II) = (tahap I) + (tahap II) Diperoleh y = 2,5. f.
Tebal perkerasan tahap II diperoleh dengan mengurangkan tebal perkerasan tahap I + II (lalu lintas y LER2) terhadap tebal perkerasan I (lalu lintas x LER1)
g. Dengan demikian pada tahap II diperkirakan ITP2 dengan rumus : ITP2 = ITP – ITP1 ITP didapat dari nomogram dengan LER = 2,5 LER2 ITP1 didapat dari nomogram dengan LER = 1,67 LER1.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -5
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
6.1.5.
Laporan Perencanaan
Bagan Alir Perencanaan Teknis Jalan
BAGAN ALIR PERENCANAAN TEKNIS JALAN
Start ` Beban lalu lintas
Benklement Beam Test Parameter Perencanaan CBR
Geometrik Inventory
Analisa Data Lapangan
Menentukan Unique Section
Tebal Perkerasan
Umur rencana & Pertumbuhan lalu lintas
Analisa hasil desain & Pemakaian Bahan
Selesai
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -6
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
6.1.6.
Laporan Perencanaan
FLOWCHART Perencanaan Perkerasan Jalan Baru
Tabel 1
Jumlah jalur
E = angka ekivalensi Diketahui : - Konfigurasi beban sumbu - Sumbu tunggal / ganda
LHR = Lalu Lintas Harian Rerata
Fe = Faktor Ekivalensi
C = koefisien distribusi kend.
LEP = Lintas Ekivalen N
∑ LHR J =1
J
xC j xE j
LEA = Lintas Ekivalen Akhir UR LEA =
N
∑
J =1
n = umur rencana (tahun)
LHR J (1 + i ) UR xC j xE
LEA = Lintas Ekivalen Tengah UR
FP = faktor penyesuaian
II
Tabel 2
Tabel 3
LEP =
i = pertumbuhan lalu lintas (%)
I (kend./hari)
LER = Lintas Ekivalen Rencana
j
LET =
LEP + LEA 2
LER= LETxFP n FP = 10
Tabel 4
IPo = Indeks Permukaan awal
ITP = Indeks Tebal Perkerasan
Grafis
DDT
CBR
Tabel 5
FR = faktor regional
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -7
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
ITP = Indeks Tebal Perkerasan
a1 ; a2 ; a 3
D2&D3
Tabel 6 & Tabel 7 Koefisien kekuatan relatif
Tabel 8 & Tabel 9 Lapis pondasi, lapis pondasi bawah
D1
No
Desain
Yes
selesai
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -8
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
6.1.7.
Laporan Perencanaan
Data-data Teknis Perencanaan Data-data teknis jalan yang diperlukan dalam perencanaan ini mengacu pada : 1. Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya No.13/1970, Dirjen Bina Marga, Departeman Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. 2. Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen (SKBI-2.3.26. 1987), Departemen PU. Adapun data-data tersebut adalah : -
Kondisi eksisting lapangan
-
Lalu lintas harian rata-rata (LHR)
-
Data daya dukung tanah (DDT/CBR)
-
Faktor Regional (FR)
-
Indeks Permukaan (IP)
-
Lintas Ekivalen Rencana (LER)
-
Indeks Permukaan Pada Awal Umur Rencana (IPo)
-
Koefisien Kekuatan Relatif (a)
-
Index Tebal Perkerasan (ITP)
Data-data tersebut dapat dilihat pada table 6.1.1 6.1.8.
Analisa Perhitungan Perencanaan Jalan Baru Perhitungan perkerasan jalan ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Menghitung LHR rencana 2. Menghitung Daya Dukung Tanah (DDT), dengan membuat korelasi/ hubungan dengan CBR di lapangan. 3. Menghitung LEP 2006 4. Menghitung LEA 2016 5. Menghitung LET 2011 6. Menghitung LER 2016 7. Mencari ITP rencana, ditentukan berdasarkan tabel kekuatan relative dan batas-batas minimum tebal lapis perkerasan 8. Menetapkan tebal perkerasan. Tahapan perhitungan tebal perkerasan di atas dapat dilihat pada halaman berikut.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -9
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
6.2.
Analisa Perhitungan Drainase
6.2.1.
Tahapan Perhitungan
6.2.1.1. Perhitungan Hidrologi dan Debit aliran (Q) 1) Cari data curah hujan. Data curah hujan dapat dicari di lembaga meteorologi dan geofisika. 2) Tentukan periode ulang rencana. Periode ulang dalam perencanaan saluran drainase ini ditentukan 5 tahun. 3) Tentukan waktu konsentrasi hujan. Lamanya waktu hujan yang terkonsentrasi ditentukan selama 4 jam dengan hujan efektif sebesar 90% dari jumlah hujan selama 24 jam. 4) Hitung intensitas curah hujan dengan rumus :
XT = X +
Sx (YT − Yn )(mm) Sn
90%. Xt ( mm/jam ) 4
I=
5) Buat garis lengkung intensitas hujan rencana. Garis lengkung intensitas hujan rencana dibuat dengan cara memplotkan harga intensitas hujan (mm/jam), pada waktu konsentrasi 240 menit (4 jam) dan kemudian tarik garis lengkung yang searah dengan garis lengkung basis. 6) Tentukan panjang daerah pengaliran L1, L2
dan L3, kemudian tentukan kondisi
permukaan saluran berikut koefisien hambatan (nd). 7) Tentukan kecepatan aliran V, serta panjang saluran ( L ) Kecepatan aliran diperoleh dari dimensi yang direncanakan dalam bentuk variable (b, h dan m). 8) Hitung waktu konsentrasi ( Tc ) dengan rumus :
t1
= ( 2/3. 3,28 . L0 .
t2
=
nd s
) 0,167
L 60V
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -10
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Tc
=
t1
+
Laporan Perencanaan
t2
9) Tentukan intensitas hujan rencana (I ). Intensitas hujan rencana ditentukan dengan cara memplotkan harga Tc pada waktu konsentrasi di kurva basis kemudian tarik garis lurus ke atas sampai memotong garis lengkung intensitas hujan rencana, dan tarik
garis lurus sampai memotong garis
intensitas hujan ( mm / jam ). 10) Tentukan panjang daerah pengaliran (L) 11) Identifikasi jenis bahan permukaan daerah aliran. 12) Tentukan luas daerah pengaliran (A). 13) Tentukan koefisien pengaliran ( C ) sesuai dengan kondisi permukaan. 14) Hitung koefisien pengaliran rata rata dengan rumus :
C1. A1. + C2 . A2 + C3 . A3 + ....... A1. + A2 . + A3 . + .....................
C =
15) Hitung debit air ( Q ) dengan menggunakan rumus : Q =
1 .C . I . A ( m 3 / detik ) 3,6
6.2.1.2. Perhitungan dimensi saluran dan bangunan pelengkap Perhitungan dimensi saluran dan bangunan pelengkap (gorong-gorong) dilakukan dengan langkah sebagai berikut : 1)
Tentukan kecepatan aliran air ( V ) yang akan melewati saluran/gorong-gorong berdasarkan jenis bahan saluran.
2)
Hitung luas penampang basah saluran /gorong-gorong ( Fd ) berdasarkan debit aliran yang akan ditampung dengan menggunakan rumus : Fd =
Q ( m2 ) V
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -11
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
3)
Laporan Perencanaan
Hitung luas penampang basah yang paling ekonomis yang dapat menampung debit yang dapat menampung debit maksimum, disesuaikan dengan bentuk selokan/goronggorong.
4)
Hitung dimensi saluran dengan menggunakan rumus : Fe = Fd Sehingga mendapatkan tinggi selokan/gorong-gorong = d ( m ) Lebar dasar saluran/gorong-gorong = b ( m )
5)
Hitung tinggi jagaan ( w ) saluran samping dengan rumus :
0.5 d ( m ).
w = 6)
Hitung kemiringan tanah pada lokasi yang akan dibuat saluran dengan rumus : i
= (
V .n )2 R2 / 3
Periksa kemiringan tanah pada lokasi yang akan dibuat saluran dengan rumus : i
=
t1 − t2 x 100 % L
8) Bandingkan kemiringan saluran samping hasil perhitungan ( i perhitungan ) dengan kemiringan tanah yang diukur di lapangan ( i lapangan ). -
( i lapangan ) < ( i perhitungan ), maka kemiringan saluran direncanakan sesuai dengan i perhitungan.
-
( i lapangan ) > ( i perhitungan ), maka saluran harus dibuatkan pematah arus.
9) Bandingkan kemiringan gorong-gorong dengan kemiringan gorong-gorong dengan kemiringan gorong-gorong yang diijinkan.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -12
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
6.2.2.
Laporan Perencanaan
Bagan Alir Perhitungan
BAGAN ALIR PERHITUNGAN DEBIT ALIRAN UNTUK DRAINASE
Data Curah Hujan Harian Max per Tahun Minimum 10 th
Table . 5
Tetapkan Banjir Rencana 5 Th
Tentukan Panjang Daerah Pengaliran
Table . 6 Table . 7
Panjang Daerah Pengaliran L.1 L.2 L.3
Tentukan Xrt, Sx dg Rumus Statistik
Rumus Gumbel Sx XT=x+ YT - Yn Sn
Y t
Y n
Jenis bahan Permukaan Daerah Aliran
S n
A1; A2; A3
C1; C2; C3
A = A1; A2; A3 XT
Kurva basis
I=
90% XT
Waktu Konsentrasi ( T C )
4
A1.C1+A2.C2+A3.C R= A
I Rencana
Q=
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
1 3,6
C.I.A
VI -13
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
BAGAN ALIR PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN
Perhitungan Debit Aliran (Q)
Jenis Tanah Selokan
Q
V
Fd = Q / V
Rumus Penampang Ekonomis
Luas Penampang Ekonomis (Fe)
F d = Fe Tinggi = h Lebar = b W = √(0,5 d) R=F/P
( i ) Lapangan
Rumus manning i = (V . n / R2/3 )2
( i ) perhitungan
( i ) lap. = ( i ) perh. ( i ) lap ≥ ( i ) perh.
Tabel 4.
( i ) lap. = ( i ) perh.
Selokan dengan pematah arus
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
Kemiringan Selokan tanpa pematah arus
VI -14
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
6.2.3.
Laporan Perencanaan
Perhitungan Hidrologi dan dimensi Saluran Data curah hujan harian maksimum tahunan untuk wilayah perencanaan di Kabupaten Aceh Jaya diambil dari Stasiun hujan Seulimeum (No.112). Secara kronologis tahapan perhitungan debit rencana adalah sebagai berikut : 1.
Menentukan stasiun hujan yang akan dipakai (Tabel 6.2.1)
2.
Melakukan perhitungan parameter dasar statistik data hujan (Tabel 6.2.2)
3.
Membandingkan hasil perhitungan statistik data hujan dengan parameter sebaran standar (Tabel 6.2.3)
4.
Setelah diketahui analisa sebaran datanya kemudian tentukan metode perhitungan hidrologi yang digunakan (Tabel 6.2.4)
6.2.4.
5.
Melakukan perhitungan intensitas hujan (Tabel 6.2.5)
6.
Data hasil perhitungan intensitas hujan digambar dalam kurva basis (Gambar 6.2.1)
7.
Menentukan debit rencana tiap saluran (Tabel 6.2.6)
8.
Menentukan debit rencana komulatif saluran (Tabel 6.2.7)
9.
Melakukan perhitungan dimensi saluran (Tabel 6.2.8)
10.
Melakukan perhitungan elevasi dasar saluran (Tabel 6.2.9)
Perhitungan Volume pekerjaan Perhitungan volume saluran dilakukan secara menyeluruh yang meliputi hal-hal sebagai berikut : -
Galian tanah manual
-
Pasangan batu kali 1 pc : 4 ps
-
Beton K.250 (saluran)
-
Beton bertulang (penutup saluran)
-
Urugan pasir bawah saluran
-
Plesteran 1 pc : 4 ps
-
Suling-suling pipa PVC Ǿ 2 “ ( tiap 2 m2 diberi 1 bh )
-
Gorong-gorong, dihitung berdasarkan ROWnya
-
Paving blok t = 6 cm termasuk lapisan pasir dibawahnya (trotoar jalan)
-
Kerb kanan kiri saluran
Hasil perhitungan volume pekerjaan untuk masing-masing ruas jalan dapat dilihat pada Laporan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -15
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
6.3.
Laporan Perencanaan
Analisa Perhitungan Air Bersih Dalam membangun suatu penyediaan air bersih sistem perpipaan dier1ukan suatu kriteria perencanaan untuk mempermudah menghitung besaran sistem jaringan transmisi, jaringan distribusi maupun bangunan penunjang. Kriteria perencanaan untuk sistem perpipaan adalah sebagai berikut : •
Sistim pelayanan Kran Umum/Hydran Umum dan Sambungan rumah.
•
Cakupan pelayanan 60 - 100 % daerah pelayanan
•
Jarak minimum antara kran umum/hydran umum 200 meter
•
Kebutuhan air : 30-120 t/orang/hari
•
Kebutuhan non domestik : 1000 – 1500 l/sambungan
•
Faktor kehilangan air : 20 % dan total kebutuhan.
•
Faktorharimaksimum : 1,1.
•
Faktor jam puncak : 15-20 %.
•
Kapasitas reservoir : 2 x hari maksimum.
•
Periode Design : 10 Tahun
•
Koefisien Kekasaran Pipa GI 110 dan PVC : 130
1.
Bak Pelepas Tekanan ( BPT ) a. Fungsi dari bak pelepas tekanan ini adalah untuk menurunkan tekanan hidrostatis menjadi nol pada lokasi dimana bak ini dipasang pada jalur pelayanan.Bak ini diperlukan bilamana beda t.inggi antara sumber air dengan daerah pelayanan lebih besar dari 80 m. b. Jumlah bak ini pada suatu sistim perpipaan bisa lebih dari satu, yang mana jumlah terebut tergantung pada beda tinggi seperti yang disebutkan diatas. Sebagai standar dari bak ini, dengan ukuran sebagai berikut :
c.
-
Panjang bersih 1,6 m
-
Lebar bersih 1 m
-
Kedalaman 1 rn
Bak pelepas tekanan harus dilengkapi dengan pipa penguras, pipa masuk pipa keluar dan pipa peluap.
d. Konstruksi dari bak pelepas tekanan ini adalah sebagaimana yang diperlihatkan pada gambar. 2.
Valve Valve berfungsi menghentikan aliran dan mengatur aliran. Valve harus ditempatkan pada tempat-tempat tertentu sehingga, jika ada kebocoran pipa, tidak semua sistim terganggu PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -16
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
tetapi dengan menutup satu atau beberapa valve, daerah yang terganggu akibat kebocoran tersebut dapat diperkecil. Jika terdapat perbedaan ketinggian yang cukup besar antara jalur-jalur pipa/perbedaan sisa tekanan yang cukup besar, valve perlu ditempatkan pada persimpangan jalur pipa tersebut. 3.
Air Release Valve. Air release valve berfungsi untuk mengeluarkan udara yang terperangkap dalam pipa sehingga aliran air tidak terganggu. Air valve harus ditempatkan pada tempat-tempat tertinggi dan jalur pipa. Pada jaringan distribusi, tidak perlu digunakan air release valve karena kran umum sudah berfungsi sebagai air release valve setiap saat kran dibuka.
4.
Wash out. Wash out berfungsi untuk mengeluarkan kotoran-kotoran endapan yang ada didalam pipa. Pada umumuya endapan akan terkumpul pada tempat-tcmpat terendah dan jalur-jalur pipa sehingga wash out harus ditempatkan pada tempat-tempat terendah dari jalur pipa.
5.
Reservoir (Bak Penampung) a.
Bak penampung berfungsi sebagai penampung / penyimpanan air untuk mengatasi problem naik turunnya kebutuhan air dan kecilnya sumber, juga dapat memperbaiki mutu air melalui pengendapan. Bak ini dapat pula berfungsi sebagai pelepas tekanan.
b.
Semua sudut dinding harus dibuat lengkung untuk memudahkan pembersihan.
c.
Pipa keluar harus dipasang kira-k.ira 5 - 20 cm diatas bak.
d.
Pipa lubang peluap harus dipasang sedikit lebih tinggi danipada pipa masukan. Pipa peluap sekaligus bisa berfungsi sebagai lubang hawa.
e.
Pipa peluap harus berdiameter cukup besar untuk melayani aliran maksimum yang sudah diperhitungkan.
f.
Pipa peluap dan pipa keluaran ke jaringan distribusi harus memakai saringan.
g.
Pada bak penampung harus ada lubang (manhole) yang besarnya cukup untuk dilewati orang masuk ke dalam bak.
h.
Atap/plafon bak penampung harus mempunyai kemiringan yang cukup sehingga air hujan tidak tergenang di atasnya.
6.
Sambungan Rurnah. Pelayanan dengan cara ini hanya mungkin dilakukan apabila debit air dapat mencukupi kebutuhan seluruh penduduk yang dilayani, serta tingkat penghasilan masyarakat yang sudah cukup tinggi bagi pembayaran reslribusi sambungan rumah. Dalam merencanakan penggunaan sambungan langsung sebagai sistim pelayanan hal utama yang perlu PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -17
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
diperhitungkan selain masalah tingkat pendapatan penduduk adalah kapasitas debit sumber diproyeksikan terhadap jumlah penduduk yang dilayani. 7.
Hydran Umum/Kran Umum. Kran umum / Hidran umum terdiri dari suatu peralatan yang dilengkapi dengan saluran drainase.. Sebuah bangunan dibuat sebagai penyangga untuk pipa dan kran dimana biasanya bangunan inil dilengkapi pula dengan stop kran sebagai pengatur aliran atau penggunaan air. Bangunan penyangga dapat dibuat dari pasangan bata, batu kali bahkan apabila keadaan memaksa, dapat menggunakan balok kayu. Umurnnya kran umum/hidran umum ditempatkan pada lokasi yang dekat dengan sebanyak mungkin rumah, mudah dicapai oleh pemakai, namun aman dari lalu lintas kendaraan. Jarak dari rumah pemakai yang terjauh tidak lebih dari 200 meter. Jarak yang paling baik adalah 100 meter dari pemakai terjauh.
8.
Menghitung Kebutuhan Air dan Proyeksi Penduduk Kebutuhan air dihitung berdasarkan jumlah pemakai air yang telah diproyeksikan untuk sepeluh tahun yang akan datang dan kebutuhan rata-rata setiap pemakai. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam table
9.
Menentukkan Jenis Pipa Untuk sistim penyediaan air bersih pedesaan, jenis pipa yang digunakan adalah pipa PVC dan GI. Pada prinsipnya pada semua sistim perpipaan, pipa PVC harus digunakan, Pipa GI hanya bisa digunakan apabila : Pipa tidak bisa ditanam karena dipasang pada daerah berbatu keras, pada jembatan pipa dan kran umum
10.
Menentukkan Diameter Pipa dan perhitungan Hydraulik Untuk memudahkan perhitungan dan pemeriksaan disain, harus dibuat gambar skema distribusi dan skema hydraulis, kemudian ditentukkan node pada jalur pipa dan diberi nomor. Gambar skema distribusi menggambarkan seluruh jaringan pipa dengan semua node, elevasi node, panjang pipa dan kran umum yang akan dipasang dalam daerah tersebut. Untuk lebih memepercepat perhitungan maka dapat menggunakan program Epanet.
11.
Menghitung kecepata aliran dalarn pipa. V = Q A Dimana: V = Kecepatan aliran dalam pipa. Q = Debit air yang mengalir PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -18
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
A = Luas penampang pipa 12.
Hitung kehilangan tekanan per 1000 m (hf/1000) dengan menenggunakan rumus Hazen William atau tabel Hazen William. Rumus Hazen William: Q = 0,282 x C x D 2,63 x S 0,54 Dimana : Q = debit dalam m/s S = koefesien kekasaran pipa ( 130 ) D = diameter pipa dalam m. S = slope
13.
Detail Sambungan Dalam membuat detail sambungan antara jalur-jalur pipa diperlukan accessories / perlengkapan pipa. Jenis dan ukuran accesories yang disediakan dapat dilihat dalam lampiran. Standard sambungan dan kebutuhan acccsories untuk bronkaptering, pelepas tekanan, dan taping untuk kran umum.
14.
Jembatan Pipa a.
Merupakan bagian dari pipa distribusi yang menyeberang sungai/saluran atau sejenis, diatas permukaan tanah/sungai.
6.3.1.
b.
Pipa yang digunakan untuk jembatan pipa disarankan menggunakan pipa L
c.
Jika diijinkan oleh instansi yang berwenang, jembatan pipa ditempatkan pada jembatan yang ada dengan ketentuan
Proyeksi Jumlah Penduduk dan Pengembangan Sistim Sarana Air Bersih Berdasarkan data yang berasal dari Village Planning jumlah penduduk Desa Panton Makmur adalah 160 jiwa pada tahun 2005 dan pertumbuhan rata-rata 2 %, jadi total jumlah penduduk sampai tahun 2.016 adalah sebanyak 199 jiwa. Sedangkan untuk pelayanan air bersih direncanakan dengan sistim perpipaan, pelayanan diasumsikan 90 % menggunakan sistim perpipaan dan 10 % dengan sistim lain dan direncanakan kebutuhan air akan dihitung untuk 10 tahun mendatang. Dari 90 % yang dilayani oleh PDAM 70% dengan sambungan rumah dan 30 % dengan pelayanan Kran Umum atau Hidran Umum. Untuk lebih jelas data proyeksi penduduk dan cakupan pelayan yang direncanakan dapat dilihat dalam table 6.3.1.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -19
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
TABEL 6.3.1 KEBUTUHAN AIR BERSIH PDDK.
ZONA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1
ZONA I
93
2.00
95
97
98
100
102
105
107
109
111
113
115
2
ZONA II
67
2.00
69
70
71
73
74
76
77
79
80
82
84
Total
160
163
166
170
173
177
180
184
187
191
195
199
6.3.2.
2005
(%)
PROJECTION OF DESIGN PERIODE
NO
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Rencana Pengembangan Sistim Air Bersih Pedesaan Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dan sesuai dengan kesepakatan masyarakat dan pemerintah, maka desa Panton Makmur akan mendapat pelayan dengan sistim perpipaan. Program ini berdasarkan data dari Master Plan desa hanya menyediakan sistim jaringan distribusi saja sedangkan sumber air baku disediakan oleh PDAM. Usulan sistim jaringan distribusi tersebut akan menggunakan pipa pvc, dengan diameter sebagai berikut :
1. Pipa PVC -
Panjang 266.00 m dengan diameter 100 mm
-
Panjang 258.00 m dengan diameter 50 mm
-
Panjang 741.00 m dengan diameter 25 mm
2. Assesories Jumlah assesories yang dibutuhkan antara lain seperti pada table berikut.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -20
2016
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Tabel 6.3.2 Jumlah Assesories yang dibutuhkan Desa Panton Makmur No
Assesories
Bahan/Material
Jumlah
Satuan
1
Tee
PVC
5
Bh
2
Reducer
PVC
6
Bh
3
Gate Valve
Bronze
6
Bh
4
Water Meter
Bronze
25
Bh
5
Water Moor
PVC
6
Bh
6
Double Nipple
PVC
7
Bh
7
Elbow
PVC
6
Bh
8
Cap/Dop
PVC
6
Bh
3. Hidran Umum/Kran Umum Berdasarkan hasil perhitungan jumlah Kran Umum yang direncanakan sebanyak 1 unit dan penempatan Kran Umum berdasarkan kesepakatan masyarakat. Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan, kebutuhan air, diameter pipa, panjang pipa dan jumlah Kran Umum dapat dilihat dalam tabel 6.3.3. Perhitungan perencanaan air bersih ini dilakukan dengan program Epanet
TABLE 6.3.3. WATER DEMAND PROJECTION WATER DEMAN PROJECTION IN PANTON MAKMUR WATER SUPPLY SYSTEM POPULATION PROJECTION AT YEAR (GROWTH RATE IS ESTIMATE 1.5 %) NO. A. 1
DESCRIPTION Popolation and Service Coverage Population in Administrative boundary
3
Number of population to be served
4
Persentage coverage services
B.
Service level by connection
1
Service connection
2
UNIT
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
person
163
166
170
173
177
180
184
187
191
195
199
person
147
150
153
156
159
162
165
169
172
176
179
%
90.00
90.00
90.00
90.00
90.00
90.00
90.00
90.00
90.00
90.00
90.00
a. Individual connection (IC)
%
70.00
70.00
70.00
70.00
70.00
70.00
70.00
70.00
70.00
70.00
70.00
b. Public tap connection (PT)
%
30.00
30.00
30.00
30.00
30.00
30.00
30.00
30.00
30.00
30.00
30.00
a. Individual connection (IC)
person
103
105
107
109
111
114
116
118
120
123
125
b. Public tap connection (PT)
person
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
Person/con.
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
Population will serve by
C.
Numbers of Person per Connection
1
Individual connection (IC)
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -21
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
2
Public tap connection (PT)
D.
Number of Connection
1
Domestik
2
Person/con.
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
50
a. Individual connection (IC)
Connection
21
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
b. Public tap connection (PT)
Connection
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
a. Governmental office
Connection
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
23
b. Publik health centre
Connection
1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
c. Religious facilities
Connection
1
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
d. Others public facilities
Connection
Non Dommestic services
3
Total Connection
E.
Water Consumption
1
Service by connection
2
3
5
7
9
11
13
15
17
19
21
36
44
53
61
70
78
87
95
104
112
ltr/p/day
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
80
b. Public tap connection (PT)
ltr/p/day
25
30
30
30
30
30
30
30
30
30
30
a. Governmental office
ltr/Con/day
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
b. Public health centre
ltr/Con/day
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
c. Religious Centre
ltr/Con/day
1,500
1,500
1,500
1,500
1,500
1,500
1,500
1,500
1,500
1,500
1,500
d. Others
ltr/Con/day
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
1,000
9.3
9.7
9.9
10.1
10.3
10.5
10.8
11.0
11.2
11.4
11.6
Non Domestic
Water Demand
1
Domestic demand
3
1 27
a. Individual connection (IC)
F.
2
Laporan Perencanaan
a. Individual connection (IC)
m3/day
8.2
8.4
8.6
8.7
8.9
9.1
9.3
9.4
9.6
9.8
10.0
b. Public tap connection (PT)
m3/day
1.1
1.3
1.4
1.4
1.4
1.5
1.5
1.5
1.5
1.6
1.6
6.5
15.5
24.5
33.5
42.5
51.5
60.5
69.5
78.5
87.5
96.5
a. Governmental office
m3/day
3.0
5.0
7.0
9.0
11.0
13.0
15.0
17.0
19.0
21.0
23.0
b. Publik health centre
m3/day
1.0
3.0
5.0
7.0
9.0
11.0
13.0
15.0
17.0
19.0
21.0
Non Domestic
c. Religious
m3/day
1.5
4.5
7.5
10.5
13.5
16.5
19.5
22.5
25.5
28.5
31.5
d. Others
m3/day
1.0
3.0
5.0
7.0
9.0
11.0
13.0
15.0
17.0
19.0
21.0
Total domestic + non domestic
m3/day
15.8
25.2
34.4
43.6
52.8
62.0
71.3
80.5
89.7
98.9
108.1
G.
Water Losses
1
Production processeing
%
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
1.00
2
Water losses on distribution pipe
%
20.00
20.00
21.00
21.00
22.00
22.00
23.00
23.00
24.00
24.00
25.00
H.
Production, distribution
1
Total water distribution
m3/day
19.8
31.5
43.6
55.2
67.7
79.5
92.5
104.5
118.0
130.1
144.2
2
Net production
m3/day
20.0
31.9
44.0
55.8
68.4
80.3
93.5
105.6
119.2
131.5
145.6
3
Maksimum day consumption faktor
m3/day
1.15
1.15
1.15
1.15
1.15
1.15
1.15
1.15
1.15
1.15
1.15
4
Peak hour faktor
m3/day
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
1.5
5
Maksimum day consupmtion
m3/day
22.8
36.3
50.1
63.5
77.9
91.5
106.4
120.2
135.7
149.7
165.8
6
Peak hour consumption
m3/hour
1.4
2.3
3.1
4.0
4.9
5.7
6.7
7.5
8.5
9.4
10.4
7
Production duration
8
Average production capacity
hour
24.0
24.0
24.0
24.0
24.0
24.0
24.0
24.0
24.0
24.0
24.0
m3/day
22.8
36.3
50.1
63.5
77.9
91.5
106.4
120.2
135.7
149.7
165.8
ltr/sec
0.3
0.4
0.6
0.7
0.9
1.1
1.2
1.4
1.6
1.7
1.92
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -22
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
6.4.
Laporan Perencanaan
Analisa Perhitungan Air Kotor Berdasarkan data Master Plan Desa, untuk pembuatan jamban keluarga, saluran pembuangan air limbah ( SPAL ), sudah termasuk dalam pembangunan rumah sehinggga DED untuk air limbah hanya membuat Jamban Umum , Septik Tank dan Bidang resapan. Untuk menentukan kebutuhan jamban umum, sebetulnya menggunakan survey lapangan ke masyarakat yang benar-benar tidak mampu untuk membuat jamban keluarga ( Jaga ), karena tidak diadakan survey tentang hal tersebut diatas, maka jamban umum direncanakan menyesuaikan dengan hasil survey “Vilage Planning” berdasarkan jumlah Kran Umum / Hidran Umum yang direncanakan di desa tersebut. Untuk desa Panton Makmur berdasarkan perhitungan untuk 10 tahun yang akan datang, terdapat 1 kran umum, sehingga jamban umum yang akan dibangun di desa tersebut terdapat 1 unit.
6.4.1.
Jamban Umum Direncanakan untuk 1 (satu) jamban umum digunakan untuk 5 KK atau 25 jiwa. Lokasi pembuatan jamban umum direncanakan menyesuaikan dengan penempatan kran umum.
6.4.1.1.
Bangunan Atas -
Pondasi Pondasi rumah jamban adalah pondasi pasangan batu pecah atau batu karang dengan ketentuan sebagai berikut : •
Batu pecah harus keras, bersih dan tidak ada tanda-tanda pelapukan.
•
Batu karang harus keras, tidak terdapat tanda-tanda pelapukan, berwarna kuning putih atau kuning muda, tidak berwarna hitam atau abu-abu.
•
Ukuran pondasi sesuai dengan gambar, perekat yang digunakan adalah perekat dengan campuran 1 semen : 4 pasir.
•
Pasir yang digunakan harus bersih, berbutir tajam dan keras, sebelum pondasi dipasang, pada dasar lubang galian diberi lapisan batu kosong setebal 10 cm.
-
Dinding Dinding jamban adalah pasangan batu merah dengan tebal 0.5 bata. Bata merah yang digunakan harus berkualitas baik, keras, berwarna merah tua, dengan ukuran standar. Dinding diplester setebal 1,5 cm, kemudian sebelum dicat dinding harus diplamir terlebih dahulu. Dinding diperkuat oleh sloof, kolom dan ring balok, seperti pada gambar dengan ukuran 12 cm x 12 cm dan campuran beton 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil atau batu pecah. PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -23
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Pembesian adalah besi beton berdiameter 8 mm untuk tulangan pokok dan diameter 6 mm untuk sengkang dengan jarak 16 cm. -
Lantai Jamban Lantai jamban berupa beton tumbuk tanpa pembesian dengan campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil, setebal 5 cm. Pada bagian tertentu dari lantai, diperlukan urugan pasir yang dapat untuk mencapai ketinggian yang diinginkan. Lantai beton tumbuk harus diplester dengan campuran 1 semen : 2 pasir dengan ketebalan rata-rata 1,5 cm dengan kemiringan 2% ke arah drain.
-
Atap Atap jamban adalah atap seng gelombang BJLS 27 yang berkualitas baik. Rangka atap kayu Kamper atau yang sederajat dengan semua permukaan diserut halus dan bertumpu pada ring balk serta diperkuat dengan angker besi beton Ǿ 10 mm. Rangka atap setelah terpasang, harus dilapisi meni kayu sampai merata, kemudian dicat dengan cat minyak. Pada salah satu sisi atap dipasang talang, yang terbuat dari seng plat BJLS 27 sehingga pada saat hujan airnya dapat dialirkan ke reservoir agar dapat dipergunakan untuk keperluan jamban dan talang tersebut ditahan oleh kait-kait penahan talang dari besi plat dengan ukuran 2 cm, tebal 2 mm yang dipasang pada setiap jarak 50 cm.
-
Pintu Kayu. Kusen pintu terbuat dari kayu kamper yang diserut halus dan berukuran sesuai gambar serta harus di meni dan dicat dengan cat minyak yang berkualitas baik. Rangka pintu di bagian luar dilapisi triplek dengan ketebalan 3 mm dan bagian dalam dilapisi dengan seng plat BJLS 27. Pintu dicat dengan cat minyak berkualitas baik, setiap pintu papan bagian dalam dipasang kunci selot dan dibagian luar dipasang kunci gembok.
-
Jendela Jendela terbuat dari kayu kamper yang diserut halus dengan ukuran sesuai gambar, serta dimeni dan dicat minyak berkualitas.
-
Closet Closet yang digunakan adalah closet jongkok leher angsa berkualitas baik dan dihubungkan ke tangki septic oleh pipa PVC dia. 100 mm class D. Closet dipasang di atas pasangan bata ( seperti pada gambar ) dengan campuran perekat 1 semen : 2 pasir dan diplester setebal 1,5 cm dibagian dalam dengan campuran 1 semen : 2 pasir.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -24
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
6.4.1.2.
Laporan Perencanaan
Bangunan Bawah Dasar tangki septic adalah beton tumbuk dengan campuran 1semen : 2 pasir : 3 batu pecah. Dindingnya terbuat dari pasangan batu merah, dengan tebal setengah bata dan dengan campuran 1 semen : 4 pasir. Dinding dan dasar tangki septic bagian dalam diplester setebal 1.5 cm dengan campuran 1 semen : 2 pasir. Tutup tangki septic terbuat dari beton bertulang dengan campuran 1 semen : 2pasir : 3 batu pecah, dengan tulangan besi beton diameter 10 mm yang dipasang setiap 15 cm. Tangki septic dilengkapi juga dengan pipa inlet dan pipa outlet PVC clas D diameter 100 mm dan pipa T diameter 100 mm pada bagian dalam dan juga dilengkapi dengan pipa hawa (udar) dengan jenis pipa PVC, dengan diameter 0.75”. Setelah pengecoran, beton dikeringkan dan ditutup dengan bejas sak semen selama 7 hari dan disiram pada siang hari, jangan dibiarkan terlalu kering. Ukuran septic tank yang direncanakan sebagai berikut :
6.4.1.3.
•
Panjang
= 2,0 m
•
Lebar
= 1,0 m
•
Tinggi
= 1,2 m
Bidang Resapan -
Membuat pipa PVC berlubang-lubang sepanjang pipa
-
Galian tanah sesuai dengan ukuran bidang resapan
-
Hamparkan batu pecah ukuran 3-5 cm setebal 15 cm
-
Hamparkan batu kerikil 2-3 cm setebal 15 cm
-
Letakkan pipa berlubang dan sambungan ke septic tank
-
Hamparkan batu kerikil 1-2 cm setebal 15 cm
-
Urug dengan tanah sampai ke permukaan dan dipadatkan.
Untuk lebih jelas gambaran jamban umum, dapat dilihat dalam Album Gambar.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -25
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
6.5.
Laporan Perencanaan
Analisa Perhitungan Persampahan Untuk mengetahui besarnya timbulan sampah dan jumlah penduduk yang akan terlayani, maka harus diketahui jumlah penduduk ( jiwa ), angka pertumbuhan penduduk untuk setiap tahunnya (%) serta target pelayanan perencanaan (%). Tahap analisa selanjutnya adalah mengetahui asal timbulan sampah. Dibawah ini jenis asal timbulan sampah dan standard timbulan sampah yang dihasilkan dan dapat dijadikan bahan pegangan perhitungan :
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis Timbulan Sampah Pemukiman Pasar Komersial Perkantoran Fasilitas Umum Jalan Saluran Kawasan Industri Lain - lain Jumlah Timbulan
Jumlah Timbulan Sampah Yang Dihasilkan ( liter / orang / hari ) 1.19 0.37 0.2 0.1 0.2 0.1 0.3 0.1 0.1 2.66
Setelah kita mendapatkan data jumlah penduduk yang akan terlayani dan jumlah timbulan sampah yang dihasilkan dari jumlah penduduk yang akan terlayani, maka kita dapat mengetahui berapa jumlah timbulan sampah yang dihasilkan. Analisa di atas tersebut merupakan bahan pertimbangan kita untuk memilih volume tempat pewadahan dan alat pengangkutan sampah yang sesuai dengan jumlah timbulan yang di dapat. Beberapa standard tempat pewadahan yang biasanya di pakai antara lain : No 1 2 3 4 5 6 7
Jenis wadah Kantong Bin Bin Bin Kontainer Kontainer Bin
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
Kapasitas ( liter ) 10 – 40 40 120 240 1000 500 30 – 40
VI -26
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Pantoen Makmur Jumlah penduduk tahun 2006 Perkiraan laju pertumbuhan penduduk Tahun perencanaan Rencana yang akan dilayani
No
: : : :
Uraian
160 jiwa 2.0% (asumsi) 5 tahun 100%
Satuan
2006
2007
Tahun Perencanaan 2008 2009
2010
2011
1 Jumlah penduduk
jiwa
163
166
170
173
177
2 target yang akan dilayani
jiwa
163
166
170
173
177
3 Timbulan sampah : pemukiman =
1.19
194.21
198.09
202.05
206.10
210.22
pasar =
0.37
60.38
61.59
62.82
64.08
65.36
32.64
33.29
33.96
34.64
35.33
16.32
16.65
16.98
17.32
17.67
32.64
33.29
33.96
34.64
35.33
16.32
16.65
16.98
17.32
17.67
komersial =
0.2 liter /
perkantoran =
0.1
fasilitas umum =
0.2 orang /
jalan =
0.1
saluran =
0.3
48.96
49.94
50.94
51.96
53.00
kawasan industri =
0.1
16.32
16.65
16.98
17.32
17.67
lain - lain =
0.1
16.32
16.65
16.98
17.32
17.67
434.11
442.79
451.65
460.68
469.90
hari
Total timbulan Kebutuhan akan wadah dan alat pengangkutan 4 Tong / Bin 5 Gerobak
120 liter
buah
4
4
4
1 m3
buah
1
1
1
6 Tempat pembuangan sampah sementara (bak sampah)
buah
1
2.25 m3
Catatan : 1. Kebutuhan akan wadah dan alat pengangkutan sampah ( tong, gerobak dan kontainer) pada tahun 2008 dan 2010 tidak ada, karena pertimbangan umur pemakaian maksimal dari barang tersebut pada tahun-tahun sebelumnya.(lihat tabel 5.5.2 jenis peralatan) 2. Kebutuhan akan gerobak dilebihkan dengan alasan adanya rotasi pemakaiannya.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -27
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
6.6.
Laporan Perencanaan
Analisa Perhitungan Listrik Analisa perhitungan listrik dilakukan dalam rangka menyiapkan jaringan listrik saja beserta sarana penunjangnya yaitu box dan Casing sebagai penempatan kabel listrik. Perencanaan mengacu pada Spesifikasi Teknis yang berlaku yaitu Peraturan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000), dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 04-02252000) dari Badan Standarisasi Nasional. Namun demikian dalam pelaksanaannya nanti mengikuti Sistem jaringan yang sudah ada di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan standar daerah atau peraturan pengatur lainnya yang dikeluarkan oleh PLN wilayah Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Penempatan box bawah tanah berfungsi untuk melindungi kabel dan memudahkan dalam perbaikan bila terjadi kerusakan. Box terbuat dari pasangan batu bata pada sisi samping dan ditutup dengan beton bertulang. Sedangkan Casing listrik terbuat dari pipa PVC type D dengan diameter 3” atau 7,5 cm. Dimensi box dapat dilihat pada gambar pelaksanaan. Untuk pemeliharaan, maka dibuat Manhole yang diletakkan tiap jarak 20 m dan di tempattempat persimpangan. Manhole berukuran 1 m x 1 m sehingga memudahkan untuk pekerjaan perbaikan dan terbuat dari beton bertulang. Rencana Penanganan dan pengembangan jaringan listrik kawasan desa adalah : a. Jangka Pendek 1. Penyediaan Genset untuk supply tenaga listrik sesuai kebutuhan. 2. Tingkat pelayanan daya listrik masing–masing rumah diasumsikan 100 watt (3 titik lampu @ 25 watt + cadangan). 3. Genset yang diperlukan dengan kapasitas minimal 20 KW. b. Jangka Panjang Penyediaan tenaga listrik melalui jaringan listrik PLN, dengan tingkat pelayanan daya tiap masing-masing rumah : -
Perumahan besar
: 1.300 watt
-
Perumahan sedang
:
900 watt
-
Perumahan kecil
:
450 watt
c. Jaringan kabel listrik menggunakan jaringan kabel bawah tanah mengikuti rute sisi jalan guna mencapai pelanggan. d. Pemasangan lampu jalan. e. Penanganan kebutuhan beban Listrik pada kawasan PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -28
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Daya listrik yang digunakan bersumber dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Sedangkan jeringan dan lampu penerangan direncanakan sebagai berikut : ↑
Kondisi jaringan direncanakan sedemikian rupa supaya teratur dan aman terutama di pemukiman padat,
↑
Lampu penerangan jalan ditempatkan pada beberapa ruas jalan, dimana ditempatkan untuk tiang listrik dengan jarak diatur sedemikian dengan jalur lalu-lintas (jarak lampu penerangan jalan tiap 20 m dan jarak lampu pedestrian tiap titik titik 10 m)
↑
Penempatan jaringan direncanakan mengikuti jaringan jalan yang ada, dan ditanam di bawah tanah, dengan pembagian klasifikasi dalam jaringan primer, sekunder, dan tersier.
6.7.
Analisa Perhitungan Telepon Untuk memenuhi kebutuhan telepon, jaringan yang melalui kawasan perencanaan akan ditingkatkan baik jumlah maupun penyebarannya
sehingga dapat lebih merata dan
menjangkau seluruh kawasan. Kebutuhan akan prasarana telepon berdasarkan perkiraan kebutuhan fasilitas telepon digunakan asumsi sebagai berikut : -
1 sambungan telepon dengan penduduk pendukung 10 jiwa
-
1 sambungan pelayanan umum dengan penduduk pendukung 100 jiwa
Sambungan telepon didasarkan pada standar yang berlaku. Penyediaan sambungan telepon melalui jaringan dari PT. TELKOM. Tabel Standar Kebutuhan Fasilitas Telekomunikasi No 1
Prasarana Telekomunikasi Perdagangan dengan jasa, fasum, fasos,
Standar 17 SST/100 Penduduk
Pemerintahan dan Perumahan 2
Industri, pariwisata, Pergudangan
3
Wartel Kios Phone
1 SST/kapling (0,5 Ha) 30.000 penduduk Sub/pusat kegiatan
Telepon Umum •
Coin
1000 penduduk
•
Kartu
1000 penduduk
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -29
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Rencana Penanganan dan pengembangan jaringan telepon : a. Tingkat pelayanan disesuaikan dengan ketersediaan satuan sambungan telepon PT. Telkom yang tersedia. b. Jaringan kabel telepon menggunakan jaringan kabel bawah tanah mengikuti rute sisi jalan guna mencapai pelanggan. c. Jaringan kabel telepon bawah tanah direncanakan melalui penyediaan pipa PVC dia. 8” sebagai tempat kabel telepon dan listrik, dan penempatan manhole tiap jarak 20 m untuk pemasangan, operasi dan pemeliharaan.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -30
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
6.8.
Laporan Perencanaan
Analisa Perencanaan Lansekap Desa
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VI -31
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
6.8.
Analisa Perencanaan Lansekap
6.8.1.
Rencana Pemilihan Lansekap
KARAKTER TANAMAN
NAMA LOKAL
NAMA LATIN
LOKASI
Cemara
Casuarinaceae
Rencana di sepanjang jalan utama antar desa Daerah perbukitan
laut KARAKTER KHUSUS
Mangga
Jambu Air
Eugenia Aquea
Asem Jawa KARAKTER AKSEN RUMPUT
Kelapa
Rumput Gajah
Polytrias Amara
Koridor jalan desa Koridor lorong desa Halaman rumah tinggal Koridor jalan desa Koridor lorong desa Halaman rumah tinggal Rencana di sepanjang jalan utama antar desa Daerah perbukitan Area pertanian (kebun) Area belum terbangun/area pengembangan Daerah perbukitan Lapangan terbuka Halaman rumah Tepin tambak
WARNA
TINGGI TANAMAN
DAUN Hijau
BUNGA Ungu
BUAH Coklat
TANAM 2–3m
DEWASA 8 – 20 m
Hijau
Putih
Hijau
1-2m
6 - 10 m
Hijau
Putih
Putih, Merah & Hijau
1-2m
6 - 10 m
Hijau
Jingga
Coklat
2m
10 – 15 m
Kuning Hijau
Kuning
Kuning, Hijau
1–2m
8 – 15 m
Hijau
-
-
-
-
VI - 31
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
KARAKTER TANAMAN
Laporan Perencanaan
NAMA LOKAL
NAMA LATIN
Cemara
Casuarinaceae
TAJUK DIAMETER TANAM 1-2 m
DEWASA 5–6m
1–2m
5–6m
1–2m
5–6m
Asem Jawa
2m
5–8 m
Kelapa
0, 5 2 m
3–4m
-
-
laut KARAKTER KHUSUS
Mangga Jambu Air
KARAKTER AKSEN RUMPUT
Rumput Gajah
Eugenia Aquea
Polytrias Amara
UKURAN LUBANG TANAM 50 x 50 x 100 cm 50 x 50 x 100 cm 50 x 50 x 100 cm 50 x 50 x 100 cm 50 x 50 x 100 cm -
JARAK TANAM
FUNGSI TANAMAN
DIAMETER BATANG TANAM 10 – 20 cm
DEWASA 40 – 50 cm
5-8m
Peneduh, estetika & penahan gelombang tsunami
3–5m
Peneduh dan Produktif
7 - 10 cm
30 – 40 cm
5m
Peneduh dan Produktif
7 - 10 cm
30 – 40 cm
5 - 10 m
Pengarah & Peneduh
20 cm
25 – 35 cm
5m
Pengarah, Peneduh, Produktif
15 – 20 cm
30 – 40 cm
Diatur rapat sesuai bentuk tempat, diatur sesuai desain
Sebagai ground cover
-
-
VI - 32
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
6.8.2.
Laporan Perencanaan
Rencana Lansekap
VI - 33
DED Inrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
Bab VII Penutup 7.1.
Kesimpulan 1. Setelah dilakukan perencanaan maka diperoleh besarnya biaya konstruksi untuk masing-masing jenis pekerjaan infrastruktur. Perhitungan Biaya (Engineer Estimate) ini mengacu pada harga satuan bahan dan upah yang dikeluarkan oleh Bappeda Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2006. Selanjutnya dibuat analisa harga satuan untuk setiap item pekerjaan yang akan dilaksanakan. Secara lengkap perhitungan Biaya dapat dilihat pada Laporan Rencana Anggaran Biaya. 2. Pelaksanaan pekerjaan masing-masing infrastruktur dapat dilaksanakan secara bertahap disesuaikan dengan kebutuhan dan teknis di lapangan.
7.2.
Saran 1. Untuk mendapatkan mutu bangunan sesuai dengan yang direncanakan, kontraktor harus cermat dalam membaca gambar dan pemilihan material. 2. Untuk infrastruktur jalan sistim pelaksanaan timbunan dipadatkan lapis demi lapis dengan ketebalan maksimal 20 cm menggunakan alat pemadat. 3. Untuk jalan di daerah rawa sebelum ditimbun dilakukan pembersihan terhadap kotoran yang ada pada dasar tanah. 4. Pekerjaan pembentukan jalan di daerah rawa dilakukan sampai lapis pondasi atas (Agregat A), sambil menunggu proses konsolidasi selama 3 bulan. 5. Bahwa pada saat perencanaan dilakukan berdasarkan data eksisting, tetapi sebelum pelaksanaan kemungkinan telah dilaksanakan pekerjaan infrastrukturnya oleh berbagai pihak atau atas inisiatif warga masyarakat. Untuk mengantisipasi ini Kontraktor dan Konsultan Supervisi harus mengadakan setting ulang terutama atas elevasi jalan atau drainase agar mendapatkan hasil yang optimal. Ketidaksamaan kondisi di lapangan dengan gambar rencana perlu disikapi sebagai sesuatu yang tetap harus dilaksanakan. Sehingga harus segera diambil keputusan, mengingat program ini sangat mendesak dan dinantikan oleh masyarakat desa.
PT. WASTU WIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp. (0651) 23808
VII - 1
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
DAFTAR PUSTAKA 1. Jalan - Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen, SKBI – 2.3.26. 1987, UDC : 625.73 (02), Departemen Pekerjaan Umum. - Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya, No.13 /1970, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. - Spesifikasi dan Standard Jembatan Pelat Beton untuk Jembatan Jalan Raya, No.02/1969, Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. 2. Struktur - Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971, NI – 2, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. - Perhitungan Lentur dengan cara “n”, UDC : 624.012.45:620.178, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik. - Vademekum Lengkap Teknik Sipil, Imam Subarkah Ir, Idea Dharma, 1984. 3. Drainase - Perencanaan dan Pelaksanaan Drainase, Modul P.6.4., Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Ir. Enus Yunus, April 2000. - Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air, Imam Subarkah, Ir, 1980 - Hidrologi Terapan, Sri Harto Dipl.H Ir, 1983 4. Air Bersih - Monitoring dan Evaluasi Pengelolaan Lingkungan Proyek Pemasangan Pipa Air Baku Pejompongan, Laporan Akhir, April 1996, PT. Nusuno Karya Consultant. 5. Persampahan - Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbunan dan Komposisi sampah perkotaan, SK SNI M-36-1991 – 03, Departemen Pekerjaan Umum. - Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, SK SNI T-13-1990-F, Departemen Pekerjaan Umum. - Spesifikasi Timbulan Sampah Untuk Kota Kecil dan Kota Sedang di Indonesia, SK SNI S-04-1993-03, Departemen Pekerjaan Umum. 6. Listrik - Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000), SNI 04-0225-2000. 7. Lain-lain -
Penetapan Harga Satuan Pokok Kegiatan (HSPK) Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, SK Gubernur Provinsi NAD Nomor : 050.205/414/2005, Tahun 2006, Biro Perlengkapan Sekretariat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
-
Penyesuaian Standar Barang dan Harga Satuan Barang Kebutuhan Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, SK Gubernur Provinsi NAD Nomor : 050/023/2006, Biro Perlengkapan Sekretariat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
PT. WASTUWIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp (0651) 23808
DED Infrastruktur Desa di Propinsi NAD
Laporan Perencanaan
-
Penyesuaian Standar Barang dan Harga Satuan Barang Kebutuhan Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, SK Gubernur Provinsi NAD Nomor : 050/024/2006, Biro Perlengkapan Sekretariat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
-
Rencana dan Estimate Real Cost, Bachtiar Ibrahim H, Bumi Aksara, 1978.
-
Dasar Penyusunan Anggaran Biaya Bangunan, J.A.Mukomoko Ir, Kurnia Esa, 1977
PT. WASTUWIDYAWAN Jl. Tumpang No. 3 Semarang 50232 Telp. (024) 8442614 Jl. Gabus No. 36 Banda Aceh Telp (0651) 23808
View more...
Comments