Laporan Akhir PBL 1

August 5, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Laporan Akhir PBL 1...

Description

 

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang penduduknya hidup dalam lingkungan yang sehat dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Indonesia. Sampai

saat

ini,

bangsa

Indonesia

masih

tetap

berjuang

memerangi berbagai macam penyakit infeksi dan kurang gizi yang saling berinteraksi sama lain, yang menjadikan tingkat kesehatan masyarakat Indonesia tidak kunjung meningkat secara signifikan. Oleh karena itu semua pihak, baik pemerintah, suasta, lembaga pendidikan maupun masyarakat harus bekerja cerdik dan memperkuat networking untuk menuntaskan masalah kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia yang merupakan sebuah institusi pendidikan kesehatan, mempunyai komitmen moral untuk mendukung pencapaian Indonesia Sehat melalui proses pembelajaran di masyarakat dengan kegiatan Pengalaman Belajar

Lapangan

pemberdayaan

(PBL),

masyarakat

yang

akan

dengan

dilakukan cara

melalui

upaya

pembelajaran

yang

terorganisasi dengan baik melalui proses fasilitasi dan pendampingan kepada masyarakat dalam rangka mengantar masyarakat untuk mampu mandiri, dan kemudian dilepas untuk mandiri, meskipun dari jauh tetap dipantau

agar

tidak

jatuh

lagi,

yang

dilakukan

dengan

melalui

pemeliharaan semangat, kondisi dan kemampuan secara terus-menerus supaya tidak mengalami kemunduran.

 

Pendampingan merupakan kegiatan untuk membantu individu maupun kelompok yang berangkat dari kebutuhan dan kemampuan kelompok yang didampingi dengan mengembangkan proses interaksi dan

komunikasi

dari,

oleh

dan

untuk

anggota

kelompok

serta

mengembangkan kesetiakawanan dan solidaritas kelompok dalam rangka tumbuhnya kesadaran sebagai manusia yang utuh, sehingga dapat

berperan

dalam

kehidupan

masyarakat

sesuai

fasilitasi

sebagai

dengan

kemampuan yang dimiliki. Kegiatan

pendampingan

dan

upaya

pemberdayaan masyarakat diarahkan kepada: (a) pengidentifikasian masalah dan sumber daya; (b) diagnosis dan perumusan pemecahan masalah; (c) penetapan dan pelaksanaan pemecahan; (d) pemantauan dan evaluasi program. Mahasiswa FKM UMI hadir sebagai change agent   di masyarakat yang akan melakukan pendampingan dengan memberikan alternatif, saran, dan bantuan konsultatif (peran konsultatif dan partisipatif) terhadap masalah kesehatan yang dialami oleh masyarakat dengan melakukan kemitraan dengan instansi setempat untuk mendukung proses pelaksanaan pembelajaran di masyarakat. Sehingga dengan demikian

jika

dirinci

peran

mahasiswa

sebagai

pendamping

di

masyarakat adalah: (a) peran motivator yaitu menyadarkan dan mendorong kelompok untuk mengenali potensi dan masalahnya, dan dapat mengembangkan potensinya untuk memecahkan permasalahan yang dialami oleh masyarakat: (b) peran fasilitator yakni bertanggung  jawab untuk menciptakan, menciptakan,

mengkondisikan mengkondisikan iklim kelompok yang

harmonis, serta memfasilitasi terjadinya proses saling belajar dalam kelompok; (c) peran katalisator melakukan aktivitas sebagai penghubung antara kelompok pendampingan dengan lembaga di luar kelompok maupun lembaga tekhnis lainnya, dalam rangka pengembangan jaringan.

 

Peran-peran pendamping tersebut hanya akan dapat dilakukan secara maksimal jika pendamping memahami kelompok yang didampinginya, karena itu pendamping yang diupayaka dapat hadir di tengah mereka, hidup bersama mereka, belajar dari apa yang mereka miliki, mengajar dari apa yang mereka ketahui, dan bekerja sambil belajar. Untuk pertama kalinya FKM UMI, akan mencoba melaksanakan PBL denagn melakukan pendampingan masyarakat yang berbasis wilayah perkotaan, dengan memilih suatu wilayah sebagai lab site dari semua kegiatan FKM berbasis masyarakat. Sehingga diharapkan dukungan semua pihak (pemerintah dan masyarakat) untuk mewujudkan program

pembelajaran

FKM

UMI

di

masyarakat

dalam

rangka

membangun kesehatan masyarakat yang syarat sebagai suatu investasi yang sangat berharga untuk masa depan bangsa.

1.2. Tujuan PBL

1. Tujuan Umum Meningkatkan pemahaman keterampilan mahasiswa tentang ilmu kesehatan masyarakat dan aplikasinya di tengah-tengah masyarakat. 2. Tujuan khusus a. Mahasiswa mampu melakukan community diagnosis  melalui pengumpulan dan analisis data, serta mengidentifikasi sumber daya yang tersedia di masyarakat. b. Mahasiswa mampu mengenal struktur sosial dan budaya masyarakat. c. Mahasiswa

mampu

mengembangkan

keterampilan

dasar

sebagai Change Agent   di masyarakat (kemampuan komunikasi interpersonal, penguasaan teori Problem Solving , kemampuan mengedukasi masyarakat, serta kemampuan untuk memahami kebutuhan

dan

memotivasi

masyarakat)

dalam

kegiatan

 

pendampingan dan memfasilitasi masyarakat untuk mencapai hidup sehat. d. Mahasiswa mampu melakukan dan menyusun laporan kegiatan pada setiap kegiatan yang telah dilakukan (individu dan kelompok).

 

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI 2.1. Keadaan Geografi

Desa Buntu Matabbing merupakan salah satu di antara Desa yang ada di wilayah pemerintahan Kecamatan Larompong Kabupaten Luwu Propinsi Sulawesi Selatan. Secara administrasi Desa Buntu Matabbing terbagi menjadi 2 RW antara lain: RW 2, dan RW 3. Dalam kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) 1 yang menjadi sasaran

deskriptif

Laporan saya

adalah RW 3 Pekoterang

yang merupakan salah satu RW dari Desa buntu matabbing. Letak Geografis RW 3 Pekoteran. Secara umum letak RW 3 Pekoterang adalah sebagai berikut :   Sebelah utara berbatasan dengan Desa Riwang 

  Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Lalento.



  Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bilante.



  Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tarere.



2.2. Keadaan Demografi

Berdasarkan Data Sekunder yang diperoleh dari Kantor Desa Buntu

Matabbing,

penduduk

yang

mendiami

RW

3

pekoterang

seluruhnya berjumlah 585 jiwa, dengan kepala keluarga 121 KK. Khusus untuk RW 3 Pekoteran perincian penduduknya sebagai berikut :   Jumlah KK

= 121 KK

  Jumlah laki-laki

= 292 Jiwa

  Jumlah perempuan

= 293 Jiwa

  Jumlah penduduk seluruhnya

= 585 Jiwa









2.3. Status Kesehatan (H. L. Blum)

 

Menurut Hendrik. L. Blum, ada 4 faktor yang mempengaruhi status kesehatan, yaitu : 1. Lingkungan. 2. Perilaku Masyarakat. 3. Pelayanan kesehatan. 4. Hereditas atau genetika 1. Lingkungan

Keadaan Lingkungan RW 3 Pekoteran di lihat dari hasil observasi yaitu pada umumnya

di kelilingi oleh empang yang

merupakan mata pencaharian masyarakat. Lingkungan fisik RW 3 Pekoteran belum memenuhi lingkungan yang sehat, karena masyarakatnya yang belum tahu tentang lingkungan yang sehat. Untuk pekarangan, masyarakat disana tidak memanfaatkan pekarangannya. Sedangkan jarak antara rumahrumah penduduk berkisar 7-20 M. Hal ini menggambarkan bahwa tempat tinggal penduduk RW 3 Pekoteran belum terlalu padat.  Akses Sarana Kesehatan cukup jauh sekitar ± 3 KM dan untuk Sarana Pendidikan tidak terlalu jauh yaitu ± 1 KM yang didukung oleh  jalanan yang bagus walaupun walaupun di sebagian sebagian jalan masih terdapat terdapat lubang-lubang. 2. Perilaku Masyarakat

Pada umumnya perilaku sehat masyarakat mencakup perilaku merokok yang kebanyakan pada usia tua dan usia muda yang sudah menjadi kebiasaan. Perilaku masyarakat mengenai alat pelindung diri hampir semua menggunakan alat pelindung seperti helm.

3. Pelayanan Kesehatan

 

Penduduk

RW

3

Pekoteran

pada

umumnya

sebagian

masyarakat sadar akan keberadaan PUSKESMAS/PUSTU sebagai pelaksana pelayanan berbasis kesehatan, tetapi masih ada sebagian masyarakatnya

yang

lebih

memilih

untuk

memeriksakan

kesehatannya ke rumah ibu Bidan. Ditinjau dari pelayanan kesehatan pada PUSKESMAS/PUSTU di RW 3 Pekoteran belum cukup memadai karena Tenaga Kesehatan yang masih kurang profesional dibidangnya serta tidak didukung oleh sarana kesehatan (Hasil observasi , 2011). 4. Hereditas atau Genetika

Penyakit yang

disebabkan oleh faktor keturunan atau

hereditas Penduduk RW 3 Pekoteran tidak ada.

 

BAB III METODE DAN PENDEKATAN 3.1. Kegiatan PBL 3.1.1. Kegiatan Pokok

1. Tiba di lokasi PBL I, dan dilanjutkan silaturahmi dan sosialisasi dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, dan aparat desa yang dilakukan pada hari pertama. Sekaligus melakukan observasi langsung mengenai pembagian wilayah kerja per individu dalam satu RT. 2. Pengumpulan

data

rumah

tangga

dan

individu

dengan

menggunakan kuisioner dilakukan mulai pada hari ketiga (4 Februari 2012). 3. Editing dan pengolahan data dilakukan selama 5 hari pada hari sabtu (5 - 8 Februari 2012) di lokasi PBL hingga pembuatan laporan.

3.2. Rancangan (Survei Kuantitatif)

Kuantitatif memperoleh

adalah

sejenis

metode

yang

informasi

secara

umum

tentang

di

gunakan keadaan

untuk suatau

masyarakat tertentu. Pengumpulan data tersebut dengan mengunjungi secara door to door  kepada  kepada setiap rumah tangga untuk menanyakan data rumah tangga pada responden (ibu RT dan atau kepala keluarga) dan individu (setiap individu) dengan menggunakan kusioner yang terstruktur.

3.3. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan 1. Lokasi Sample PBL I Tahun 2012

Merupakan suatu syarat dalam program study Kesehatan Masyarakat

UMI

Makassar

melakukan

pendampingan

untuk

melaksanakan

masyarakat

yang

PBL

dengan

berbasis

wilayah

 

perkotaan, dengan memilih RW 3 pekoterang  sebagai Lab Site  dari semua kegiatan FKM yang berbasis masyarakat, dengan menekankan kemandirian masyarakat. RW 3 Pekoteran merupakan salah satu RW yang ada di Desa Buntu Matabbing Kecamatan Larompong Kabupaten Luwu. Dalam kegiatan Sample pengalaman belajar lapangan (PBL I) yang menjadi fokus deskriptif saya atau yang dikenal dengan istilah wilayah kerja adalah RW 3 Pekoteran. 2. Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Sample PBL I Tahun 2012

Pelaksanaan Kegiatan PBL disesuaiakan dengan jadwal kuliah mahasiswa. PBL I ini merupakan salah satu mata kuliah pada semester III yang dilaksanakan pada akhir semester III hingga awal semester IV. Setiap tahapan PBL, mahasiswa akan berada di lapangan atau wilayah kerja selama dua minggu. Kegiatan PBL ini dilaksanakan sejak tanggal 4 Februari 2012.

3.4. Populasi

Berdasarkan pendataan awal, yang berasal dari Kantor Kelurahan  Anrong Appaka Appaka menyebutk menyebutkan an bahwa bahwa jumlah penduduk penduduk yang ada pada RW V/Parang-Parang adalah sebanyak 585 jiwa dengan jumlah Rumah Tangga sebanyak 121 KK. 

3.5. Jenis dan Sumber Data

Jenis datanya yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Sedangkan sumber datanya yaitu responden RW 3 Pekoteran, dikumpulkan dengan teknik wawancara menggunakan acuan kuesioner.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

 

Metode pengumpulan data kuantitatif kuantitati f yaitu

observasi lapangan

yang menggunakan teknik survey dan pengisian kuisioner. Sedangkan pengumpulan data kualitatif dengan metode wawancara.

3.7. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data kualitatif dilakukan dengan menganalisa jawaban responden dengan keterangan raut wajah dari responden. Sedangkan data kuantitatif diolah dengan bantuan computer melalui program SPSS versi 11,5 for windows.

 

BAB IV HASIL PENDATAAN 4.1 Data Kuantitatif Rumah Tangga 4.1.1. Karakteristik Rumah Tangga

Berdasarkan hasil pendataan sample PBL I tentang Karakteristik Rumah Tangga di RW 3 Pekoteran Desa Buntu Matabbing yang telah didata diperoleh data pada tabel sebagai berikut : Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Rumah Tangga Di RW 3 Pekoterang Kec. Larompong Kabupaten Luwu Tahun 2012

No.  Variabel  1.  Jumlah ART  1. ≤ 5 orang  2. > 5 orang  Variabel  2.  Kelompok umur   0 – 59  – 59 bulan  5 – 6  – 6 tahun  7 – 9  – 9 tahun  10 – 10 – 14  14 tahun  15 – 15 – 29  29 tahun  30 – 30 – 45  45 tahun  46 - 59 tahun  ≥ 59 tahun 

(n = 121) 

100 % 

56  65  (n= 585) 

46,3  53,7  100 % 

48  21  54  80  169  146  46  21 

7,7  3,6  9,2  13,7  28,8  25,5  7,9  3,6 

Variabel 

(n= 585) 

100 % 

292  293 

49,9  50,1 

3. 

Jenis kelamin  Laki-laki  Perempuan  

 

  Lanjutan Tabel 1 4 

Pendidikan   1. Tidak pernah sekolah  2. Tidak tamat SD/MI  3. Tamat SD/MI  4. SMP/MTs/sederajat   5. SMA/MA/sederajat   6. Diploma I/II/III  7. Universitas Universitas/Diploma /Diploma IV  8. Belum sekolah 

14  55  279  77  68  4  3  85 

2,4  9,4  47,7  13,2  11,6  0,7  0,5  14,5 

Sumber : Data Primer, Februari 2011

Interpretasi :  Berdasarkan

tabel

1

(Distribusi

Responden

Berdasarkan Karakteristik Rumah Tangga) diketahui bahwa sebagian besar jumlah anggota rumah tangga (ART) dari setiap kepala keluarga (KK) yang berjumlah > 5 orang adalah 65 (53,7 %). Untuk kelompok umur yang tertinggi yaitu kelompok umur 5-6 tahun sebanyak 169 (28,8 %), dan yang terendah yaitu kelompok umur 5-6 tahun dan kelompok umur > 59 tahun berjumlah 21 (3,6 %). Variable jenis kelamin diketahui bahwa perempuan lebih banyak dengan jumlah 293 (50,1 %). Untuk pendidikan diketahui bahwa sebagian besar masyarakatnya tamat SD/MI sebanyak 279 (47,7 %), sedangkan yang terendah yaitu Universitas/Diploma IV ialah sebanyak 3 orang (0,5).

4.1.2 Karakteristik Sosial Ekonomi Rumah Tangga

 

Berdasarkan hasil pendataan PBL I tentang Karakteristik Sosial Ekonomi Rumah Tangga yang terdapat di RW V/ParangParang Kelurahan Anrong Anrong Appaka

yang telah didata diperoleh

data pada tabel sebagai berikut : Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Sosial Ekonomi Rumah Tangga Di RW 3 Pekoterang Kec. Larompong Kabupaten Luwu Tahun 2012

No.  Variabel  1.  Pekerjaan   1. Tidak bekerja  2. Petani  3. Petani penggarap  4. Pedagang/penjual   5. Buruh harian  6. Peg. Negeri/TNI/POLRI  7. Peg. Swasta  8. Tukang becak/gerobak  9. Supir   10. Tukang kayu  11. Nelayan 

12. Pengrajin  13. Wiraswasta  14. Ibu rumah tangga  15. Belum bekerja  16. Lainnya  Variabel 6. 

Pendapatan  1. < Rp. 905.000  2. ≥ Rp. 905.000

Sumber : Data Primer, Februari 2011

Interpretasi :

(n =585) 

100 % 

37  26  12  14  15  4  2  12  2  1  14  1  51  105  281  8 

6,3  4,4  2,1  2,4  2,6  0,7  0,3  2,1  0,3  0,2  2,4  0,2  8,7  17,9  48,0  1,3 

(n= 585) 

100 % 

528  57 

97,7  2,3 

 

Berdasarkan

tabel

2

(Distribusi

Responden

Berdasarkan Karakteristik Sosial Ekonomi Rumah Tangga) diketahui bahwa sebagian besar masyarakatnya memiliki pejerjaan sebagai ibu rumah tangga sebanyak 281 orang (48,0 %). Pendapatan rata-rata < Rp 905.000 sebanyak 528 (97,7 %).

4.1.3 Karakteristik Perumahan dan Lingkungan Rumah Tangga

Berdasarkan hasil pendataan PBL I tentang Karakteristik Perumahan dan Lingkungan Rumah Tangga yang terdapat di RW 3 Pekoterang Desa Buntu Matabbing

yang telah didata, diperoleh

data pada tabel sebagai berikut : Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Perumahan dan Lingkungan Rumah Tangga Di RW 3 Pekoterang Desa Buntu Matabbing Kec.Larompong Kab. Luwu 2012  A. PERUMAHAN No.  Variabel  1.  Jenis rumah yang dimiliki  1. Panggung  2. Permanen  3. Semi Permanen 

2. 



(n =121) 

100 % 

91  13  17 

75,2  10,7  14,1 

Variabel  1. Rumah yang dialiri oleh listrik dari PLN  2. Rumah yang tidak dialiri listrik dari PLN 

(n=121)  119 

100 %  98,3 



1,7 

Variabel  Kepemilikan empang dan atau sawah   1. Punya 2. Tidak

(n=121) 

100 % 

39  82 

32,2  67,8 

 

  5. 

Variabel  Kepemilikan pekarangan  1. Punya 2. Tidak

(n=121) 

100 % 

31  90 

25,6  74,4 

Lanjutan Tabel 3







Variabel  Penggunaan Pekarangan  1. Ya 2. Tidak

(n=31) 

100 % 

6  25 

18,2  81,8 

Variabel  Bila ya, digunakan untuk: 1. Ditanami sayur dan buah  2. Tempat pemeliharaan hewan ternak  Variabel  Penggunaan pekarangan lainnya  1. Bakar sampah

(n=6) 

100 % 

3  1 

50,0  16,7 

(n=6) 

100 % 



33,3 

(n=31) 

100 % 

4  27  (n=121) 

12,9  87,1  100 % 

21  5  94 

17,4  4,1  77,7 



0,8 

4  11  75  1  30 

3,4  9,1  61,9  0,8  24,8 

121 

100 

Variabel  9  Pemanfaatan hasil pekarangan  1. Ya 2. Tidak Variabel  10.  Keadaan Lantai Rumah  1. Semen 2. Batu 3. Kayu 4. Seng Keadaan Dinding Rumah  1. Semen 2. Batu 3. Kayu 4. Bambu 5. Seng Keadaan Atap Rumah  1. Seng

Sumber : Data Primer, Februari 2011

Interpretasi :

 

Berdasarkan Berdasarkan

tabel

Karakteristik

3

(Distribusi

Perumahan

dan

Responden Lingkungan

Rumah Tangga) diketahui bahwa jenis rumah yang dimiliki sebagian besar rumah panggung sebanyak 91 (75,2 %). Untuk listrik, hampir semua dialiri dari PLN sebanyak 119 (98,3 %). Kepemilikan empang/sawah sebanyak 39 (32,2 %). Kepemilikan pekarangan sebagian besar tidak memiliki yaitu sebanyak 90 (74,4 %). Dari pekarangan tersebut sebagian besar tidak digunakan sebanyak 25 (81,8 %) Dan pekarangan tersebut digunakan untuk ditanami sayur dan buah sebanyak 3 (50,0 %), untuk pemanfaatan hasil pekarangan sebagian besar hasilnya tidak dimanfaatkan sebanyak 27 (87,1 %) Untuk kondisi/keadaan lantai rumah rata berlantaikan kayu sebanyak 94 (77,7 %), untuk kondisi/keadaan dinding rumah rata-rata menggunakan kayu sebanyak 75 (61,9 %), untuk kondisi/keadaan atap yang digunakan adalah seluruh KK yang ada di RW 3 pekoterang mengunakan seng yaitu 121 (100 %).

4.1.4 Kondisi Kesehatan Lingkungan Rumah Tangga

Berdasarkan

hasil

pendataan

PBL

I

tentang

Kondisi

Kesehatan Lingkungan Rumah Tangga yang telah didata diperoleh data pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Kesehatan Lingkungan RumahTangga Di RW 3 pekoterang Desa Buntu Matabbing Kec. Larompong Kab. Luwu

 

2012 No.  Variabel  1.  Kepemilikan Jamban  1. 2. Ya Tidak

(n= 121) 

100 % 

48 73  

39,7 60,3  

Lanjutan Tabel 4 Variabel  Jenis jamban  1. Kakus terbuka  2. Kakus tertutup  Variabel  3.  Tempat BAB (bagi yang tidak memiliki  jamban)  1. Di sawah/kebun 

(n=48) 

100 % 

21  27  (n=73) 

43,8  56,2  100 % 



9,6 

52  4  9  1 

71,2  5,5  12,3  1,4 

(n=121) 

100 % 

48  73 

39,7  60,3 

(n= 73)  khusus yang mengatakan tidak 

100 % 

6  41  9  17  4  8  5 

8,2  56,2  12,3  23,3  5,5  10,9  6,9 

(n=121) 

100 % 

19  24  17 

15,7  19,8  14,0 

2. 

2. 3. 4. 5. 4. 

Sungai/empang/pantai   Semak-semak/tempat terbuka  WC tetangga/umum  Lainnya

Variabel  Pemanfaatan jamban untuk seluruh keluarga 1. Ya 2. Tidak Variabel 

5.   Alasan tidak tidak memanfaatkan memanfaatkan 1. Tidak praktis  2. Tidak terbiasa  3. Malas  4. lainnya, sebutkan:  a. keadaan tidak memungkinkan  b. kebiasaan  c. kurang mampu 

6. 

Variabel  Pembuangan limbah  1. Penampungan/peresapan   2. Dialirkan ke got 

 

3. 4. 5. 6.

Dialirkan ke sawah/kebun sawah/kebun  Dialirkan ke sungai/pantai  Dialirkan ke sekitar rumah   Lainnya : a. di empang 

13  47 

10,7  38,8 



0,8 

Lanjutan Tabel 4

7. 

8. 

9. 

Variabel  Pembuangan sampah  1. Dikumpul lalu dibakar   2. Dikumpulkan lalu ditimbun  3. Kebun/semak/sawah/tempat terbuka  4. Di pantai  5. Dibuang ke sekitar rumah  6. Dibungkus lalu dibuang ke TPA  7. Lainnya Variabel Sumber air minum  1. Sumur bersemen  2. PAH (Penampungan Air Hujan)   3. Mata air   4.  Air ledeng/PDAM ledeng/PDAM  5.  Air galon  6. Lainnya

(n=121) 

100 % 

33  14  15  18  23  14 

27,3  11,6  12,4  14,9  19,0  11,6 

4  (n=121) 

3,3  100 % 

2  80  3  4  27  5 

1,7  66,1  2,5  3,3  22,3  4,1 

Variabel  Memasak Air minum sebelum dikonsumsi   1. Ya

(n=121) 

100 % 

81  40  (n=40) 

66,9  33,1  100 % 

21  13  9  (n=121) 

48,9  30,2  20,9  100 % 

117  4  (n=4) 

96,7  3,3  100 % 



25 

2. Tidak Variabel  10.  Bila tidak, Alasan tidak memasak  1.  Air sudah bersih bersih  2. Malas memasak  3. Tidak praktis  Variabel  11.  Rumah memiliki ventilasi  1. Ya 2. Tidak Variabel  12.   Alasan tidak tidak mempunyai mempunyai  1. Tidak penting 2. Tidak perlu

 



75 

Sumber : Data Primer, Februari 2011

Interpretasi : Berdasarkan

tabel

4

(Distribusi

Responden

Berdasarkan Kondisi Kesehatan Lingkungan) diketahui bahwa

untuk

variable

kepemilikan

jamban,

mayoritas

penduduknya tidak memiliki jamban sebanyak 73 (60,3 %). Jenis jamban yang digunakan (bagi yang memiliki jamban) adalah jenis jamban dengan kakus tertutup sebanyak 27 (56,2 %). Bagi yang tidak memiliki jamban, kebanyakan dari mereka membuang air besar di sungai/empang/pantai sebanyak 52 (71,2 %). Untuk pemanfaatan jamban oleh seluruh anggota keluarga rata-rata tidak memanfaatkan (tidak memiliki jamban) sebanyak 73 (60,3 %). Adapun alasan-alasan mereka tidak menggunakan/memanfaatkan  jamban yaitu yaitu karena karena tidak terbiasa terbiasa sebanyak sebanyak 41 (56,2 %). %). Untuk pembuangan limbah keluarga diketahui bahwa sebagian besar masyarakatnya membuang limbah yang dialirkan kesekitar rumah sebanyak 47 (38,8 %), dan untuk variable pembuangan sampah rata-rata dibuang disekitar rumah sebanyak 23 (19,0 %). Untuk sumber air minum, mayoritas masyarakatnya menggunakan PAH (Penampungan Air Hujan) sebanyak 80 (66,1

%),

untuk

air

minum

yang

dimasak

sebelum

dikonsumsi, sebagian besar mereka memasaknya yaitu sebanyak 81 (66,9 %). Adapun alasan-alasan mereka tidak memasak air tersebut adalah karena airnya sudah bersih sebanyak 21 (48,9 %).

 

Untuk rumah yang memiliki ventilasi diketahui sebagian besar telah memiliki ventilasi yaitu sebanyak 117 (96,7 %), adapun alasan-alasan tidak memiliki ventilasi yaitu karena tidak perlu sebanyak 3 KK (75 %).

4.1.5 Pengeluaran Rumah Tangga

Berdasarkan hasil pandataan PBL I tentang Pengeluaran Rumah Tangga yang telah di data diperoleh data sebagai berikut :

Table 5 Distribusi Responden Berdasarkan Pengeluaran Rumah Tangga Di RW 3 pekoterang Desa Buntu Matabbing Kec. Larompong Kab. Luwu 2012 No. I 

Variabel  1. Beras/ Gandum/ Jagung  2. Umbi-umbian  3. Ikan  4. Daging  5. Telur dan Susu  6. Sayur-sayuran  7. Kacang-kacangan  8. Buah-buahan  9. Minyak dan Lemak  10.Minuman   11. Rempah-rempah (bumbu)  12.Makanan Bayi (susu, Makanan tambahan  13. Konsumsi bahan makanan lain  14. Makanan Olahan  15. Tembakau dan sirih  Variabel  Sub total pengeluaran (1-15)  1. < Rp. 905.000  2. ≥ Rp. 905.000 

(n=121)  121  66  118  12  98  113  47  77  115  17  109  10  20  33  32 

100 %  100  54,5  97,5  9,9  80,1  93,4  38,8  63,6  95,0  14,0  90,1  8,3  16,5  27,3  26,4 

(n=121) 

100 % 

1  120 

0,8  99,2 

 

 

Lanjutan Tabel 5 II 

a. Biaya pengeluaran untuk rumah, bahan bakar, listrik dan air   1. < Rp. 99.000  2. 100.000 100.000 –  – Rp.  Rp. 250.000  3. > 251.000  b. Pakaian  1. < Rp. 99.000  2. 100.000 100.000 –  – Rp.  Rp. 250.000  3. > 251.000  c. Furniture  1. < Rp. 99.000  2. 100.000 100.000 –  – Rp.  Rp. 250.000  3. > 251.000  d. Pajak dan Asuransi  1. < Rp. 99.000  2. 100.000 100.000 –  – Rp.  Rp. 250.000  3. > 251.000  e. Pesta dan Perayaan  < Rp. 99.000 1. 100.000   250.000  2. 100.000 –  – Rp.  Rp. 3. > 251.000  Variabel  Subtotal pengeluaran (a-e)  1. < Rp. 905.000  2. ≥ Rp. 905.000  Variabel  Total Pengeluaran point I + II  1. < 2.500.000 2. ≥ 2.500.000  2.500.000 

Sumber : Data Primer, Februari 2011

4  27  90 

3,3  22,3  74,4 

79  7  33 

65,3  5,8  28,9 

116  1  4 

95,9  0,8  3,3 

104  9  8 

85,9  7,4  6,7 

114 

94,2 

2  5 

1,6  4,2 

(n=121) 

100 % 

54  67 

44,4  55,6 

(n=121) 



11  110 

8,8  91,2 

 

Interpretasii : Interpretas Berdasarkan tabel 5 (Distribusi Responden Berdasarkan Pengeluaran

Rumah

Tangga)

diketahui

bahwa

untuk

pengeluaran pangan dengan subtotal pengeluaran (1-15) ratarata 120 120 KK (99,2 %). Untuk subtotal pengeluaran non pangan rata-rata ≥ Rp 905.000 sebanyak 67 (55,6 %). Jadi total pengeluaran, baik pangan maupun non pangan rata-rata ≥ Rp 2.500.000 sebanyak 110 (91,2 %)  %)  

Berdasarkan hasil pendataan PBL I tentang status gizi keluarga yang telah di data, diperoleh data pada tabel sebagai berikut :  Tabel 6 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Keluarga Di RW 3 pekoterang Desa Buntu Matabbing Kec. Larompong Kab. Luwu Tahun 2012 No.  Variabel  1.  Frekuensi makan keluarga sehari  1. 2 kali  2. 3 kali  3. 4 kali  2.  3. 

Kebiasaan makan pagi  Jenis makanan pokok yang sering dikonsumsi   1. Beras 

(n =121) 

100 % 

13  107  1 

10,7  88,5  0,8 

117 

96,7 

121 

100 

Lanjutan Tabel 9

 

4. 

Jenis sayuran yang saring dikonsumsi  1. Sayuran yang berwarna hijau (kangkung, bayam, dsb) 2. Sayuran yang berwarna kekuningan

66 

54,5 



1,7 



1,7 





2,5 



10 

8,3 





1,7 



36 

29,8 

121  51  121  82  121 

100 %  42,1 

36  46  39 

29,8  38,0  32,2 

58  24 

47,9  19,8 

(wortel, labu dsb) 3. Sayuran tidak berwarna 4. Lainnya :   sayuran yang berwarna hijau dengan berwarna kekuningan   sayuran berwarna hijau dengan tidak berwarna   sayuran berwarna kekuningan dengan tidak berwarna   sayuran berwarna hijau,kekuningan dan tidak berwarna

5.  6.  7. 

8. 

Variabel  Pantangan makanan  Variabel  Konsumsi garam beryodium  Variabel  Garam beryodium  1. < 30 ppm  2. ≥ 30 ppm  3. 0 ppm  Bentuk garam beryodium  1. Halus  2. Kasar  

Sumber

67,8 

: Data Primer, Februari 2011

Interpretasi : Berdasarkan

tabel

9

(Distribusi

Responden

Berdasarkan Perilaku Konsumsi Keluarga) diketahui bahwa frekuensi makan keluarga di masyarakat RW V/Parangparang sebanyak 3 kali yaitu 107 (88,5 %), dengan kebiasaan sarapan sebanyak 117 (96,7 %), dengan jenis makanan pokok yaitu beras sebanyak 121 KK (100 %). Dan  jenis sayuran sayuran yang sering dikonsumsi dikonsumsi yaitu yaitu sayuran sayuran berwarna berwarna hijau sebanyak 66 (54,5 %),

 

Untuk variabel pantangan makanan sebanyak 51 (42,1 %). Dan untuk konsumsi garam beryodium sebanyak 82 (67,8 %). Garam beryodium yang digunakan rata-rata ≥ 30 ppm sebanyak 46 (38,0 %), dengan bentuk garam beryodium yaitu garam halus sebanyak 58 KK (47,9 %)

1.1.7 Pencarian Pengobatan

Berdasarkan hasil pendataan PBL I tentang Pencarian Pengobatan yang telah di data diperoleh data pada tabel sebagai berikut : Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan Pencarian Pengobatan Di RW 3 pekoterang Desa Buntu Matabbing Kec. Larompong Kab. Luwu Tahun 2012

No.  Variabel  1.   Anggota keluarga yang yang sakit 1 bulan terakhir(kecualili balita)  terakhir(kecua 1. Tidak ada 2. Ada 2. 

Variabel  Tempat pertolongan anggota keluarga yang sakit  1. Posyandu 2. Dokter/Mantri 3. Puskesmas/Pustu 4. Bidan 5. Rumah Sakit 6. Obati Sendiri

(n=121) 

100 % 

56  65 

46,3  53,7 

(n=121) 

100 % 

2  9  75  3  7  25 

1,7  7,4  62,0  2,5  5,8  20,7 

Lanjutan Tabel 10

 

  3. 

Terdaftar sebagai jaminan pemeliharaan kesehatan/asuransi kesehatan  1. Ya 2. Tidak

86  35 

71,1  28,9 

Sumber : Data Primer, Februari 2011

Interpretasi :  Berdasarkan Berdasarkan

tabel

Pencarian

10

(Distribusi

Pengobatan

Responden

Rumah

Tangga)

diketahui bahwa rata-rata ada anggota keluarga yang sakit dalam sebulan terakhir (kecuali balita) yaitu sebanyak 65 (53,7 %), dan sebagian besar memilih puskesmas/pustu sebagai tempat penggobatan anggota keluarga yang sakit sebanyak 75 (62,0 %). Dan rata-rata sudah terdaftar sebagai  jaminan

pemeliharaan pemeliharaan

sebanyak 86 (71,1 %).

kesehatan/asura kesehatan/asuransi nsi

kesehatan kesehatan

 

BAB V PEMBAHASAN 1.1 Data Kuantitatif Rumah Tangga 1.1.1 Karakteristik Rumah Tangga

Indikator

dari

karakteristik

rumah

tangga

adalah

kependudukan di RW 3 pekoterang yang memiliki jumlah anggota keluarga untuk setiap kepala rumah tangga (KK) lebih dari 5 orang. Indikator pendidikan pada karakteristik rumah tangga yaitu sebagaimana

yang

diungkapkan

Daoed

Joesoef

tentang

pentingnya suatu pendidikan : "Pendidikan merupakan segala bidang penghidupan, dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia". Dan tentulah dari pernyataan tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan tidak bisa lepas dari kehidupan. Sudah menjadi suatu rahasia umum bahwa maju atau tidaknya suatu negara di pengaruhi oleh faktor pendidikan. Begitu pentingnya pendidikan, sehingga suatu bangsa dapat diukur apakah bangsa itu maju atau mundur, karna seperti yang kita ketahui bahwa suatu pendidikan tentunya akan mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas baik dari segi spritual, intelegensi dan skill dan pendidikan merupakan proses mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini gagal maka sulit dibayangkan bagaimana dapat mencapai kemajuan. Bagi suatu bangsa yang ingin maju, pendidik harus dipandang sebagai sebuah kebutuhan sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya. Maka tentunya peningkatan mutu pendidikan juga berpengaruh terhadap perkembangan suatu bangsa. Faktor pendidikan menjadi salah satu kendala di RW 3 pekoterang, yaitu minimnya pendidikan disana yang mayoritas

 

tamatan SD/MI sekitar 279 orang dari 585 orang penduduk yang terdapat di RW 3 pekoterang.

1.1.2 Karakteristik Sosial Ekonomi Rumah Tangga 

Faktor sosial ekonomi merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari keseharian masyarakat, dalam hal ini pekerjaan dan pendapatan. Indikator dari karakteristik sosial ekonomi rumah tangga yang ada di RW 3 pekoterang yaitu untuk indikator pekerjaan, wiraswasta yang paling banyak yaitu sebanyak 51 orang dari 585 orang yang ada di RW 3 pekoterang, petani juga sebanyak 26 orang, juga ibu-ibu yang ada disana mayoritas berperan sebagai ibu rumah tangga saja, tidak ada yang memiliki pekerjaan yang spesifik. Sedangkan yang tidak bekerja juga sebanyak 37 orang dari 585 orang yang ada di RW 3 pekoterang. Pendapatan merupakan pemasukan (penghasilan) untuk dapat memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga baik dalam kategori

rendah

maupun

di

atas

rata-rata.

Untuk

indikator

pendapatan yang ada di RW 3 pekoterang, mayoritas pendapatan masyarakatnya disana rata-rata dibawah Rp 905.000.

1.1.3 Kondisi Perumahan dan Lingkungan Rumah Rumah Tangga 

Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia dan juga merupakan determinan kesehatan masyarakat. Perumahan yang layak untuk tempat tinggal harus memenuhi syarat kesehatan sehingga penghuninya tetap sehat. Perumahan yang sehat tidak lepas dari ketersediaan sarana dan prasarana yang terkait, seperti penyediaan air bersih, sanitasi pembuangan sampah dan limbah, dan sarana pelayanan sosial.

 

Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor yang dapat meningkatkan strandar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor resiko dan berorientasi pada lokasi pembangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen, panggunaan dan pemeliharaan rumah dan lingkungan sekitarnya, serta mencakup unsur apakah rumah tersebut memiliki penyediaan air minum dan sarana yang memadai untuk memasak, mencuci, menyimpan makanan, serta pembuangan kotoran manusia maupun limbah lainnya. Kondisi perumahan yang ada di RW 3 pekoterang masih dikategorikan belum memenuhi syarat sehat. Terlihat pada hasil observasi dan pendataan Februari 2012 lalu, ketersediaan sarana pembuangan limbah sebanyak 38,8 % masih dialirkan ke sekitar rumah. Dan ketersediaan sarana jamban hanya sebanyak 39 %, sedangkan yang lainnya tidak memiliki sarana jamban sebanyak 60,3 %. Selain itu, sumber air minum mayoritas bersumber dari PAH (Penampungan Air Hujan) sebanyak 66,1 %. Sarana pembuangan sampah

sebanyak 72 % masih dibuang di

lingkungan sekitar. Keadaan ini secara umum menunjukkan bahwa kondisi perumahan dan lingkungan di

RW 3 pekoterang Desa Buntu

Matabbing masih belum memenuhi syarat kesehatan.

1.1.4 Pengeluaran Rumah Tangga

Penghasilan mudah sekali berkurang namun susah sekali bertambah, hal ini disebabkan karena lebih banyak faktor luar yang mempengaruhi

jumlah

penghasilan.

Sebaliknya

yang

terjadi

dengan pengeluaran, cara mengeluarkan uang sebenarnya sangat

 

fleksibel. Bahkan tidak seorangpun yang berhak melarang untuk mempunyai pengeluaran yang lebih besar daripada penghasilan. Tetapi satu-satunya pihak yang akan menderita jika pengeluaran lebih besar dari penghasilan adalah keluarga. Sebuah keluarga sebaiknya

berusaha

agar

tidak

menghabiskan

seluruh

penghasilannya, maksimal sebesar 90% saja yang digunakan untuk pengeluaran. Pengeluaran yang dimaksud disini sudah termasuk cicilan hutang, premi asuransi, dan belanja keperluan rumah tangga. Dalam

rangka

memahami

potensi

keluarga,

konsep

pengeluaran minimal terdapat tiga potensi yang diamati, yaitu pertama

kemampuan

dalam

memenuhi

kebutuhan

dasar

(pengeluaran rumah tangga), kemampuan dalam pelaksanaan peran sosial (kegiatan utama dalam mencari nafkah), serta kemampuan dalam menghadapi permasalahan (upaya dalam mempertahankan diri dari tekanan ekonomi dan non ekonomi). Berdasarkan hasil pendataan yang telah dilakukan di RW 3 pekoterang, rata-rata pengeluaran selama setahun di atas Rp 905.000 sebanyak 99,2 %.

1.1.5 Status Gizi Keluarga

Masalah status gizi keluarga pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat

dilakukan

kesehatan

saja.

dengan

pendekatan

Penyebab

timbulnya

medis

dan

masalah

pelayanan gizi

adalah

multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait. Suatu penyakit timbul karena tidak seimbangnya berbagai faktor, baik dari sumber penyakit (agens), pejamu (host) dan lingkungan (environment). Hal

 

itu disebut juga dengan istilah penyebab majemuk (multiple causation of diseases) sebagai lawan dari penyebab tunggal (single causation). Kurang Energi Protein (KEP) merupakan salah satu masalah yang perlu mendapatkan perhatian karena lebih menyangkut pada kualitas SDM. Keadaan gizi kurang disebabkan oleh konsumsi gizi yang kurang memenuhi angka kecukupan gizi yang dianjurkan oleh faktor tidak langsung yaitu beberapa karakteristik keluarga (pendidikan, pengetahuan gizi, waktu bekerja ibu, jumlah anggota keluarga dan pendapatan keluarga) yang sangat erat hubungan nya dengan penyediaan makanan. Sehubungan dengan hal demikian, status gizi keluarga yang ada di RW V/Parang-Parang dalam kategori baik. 1.1.6 Pencarian Pengobatan

Pencarian pengobatan merupakan salah satu indikator terpenting

dalam

masalah

kesehatan.

Ketersediaan

sarana

kesehatan di Kelurahan Anrong Appaka belum cukup memadai. Begitu pula untuk tenaga kesehatan dan paramedis di Dusun Parang-Parang menyebabkan pelayanan kesehatan masyarakat belum optimal. Sarana kesehatan yang ada di Kelurahan Anrong  Appaka diantarany diantaranya a Puskesmas Puskesmas dan Puskesmas Puskesmas Pembantu. Pembantu. Berdasarkan hasil pendataan di RW V / Parang-Parang, diketahui bahwa tempat mencari pertolongan atau pengobatan jika ada anggota keluarga yang sakit kebanyakan di puskesmas/pustu sebanyak 15,7 %.

1.1.7 Pemahaman Keagamaan

Berdasarkan dari hasil pengumpulan data

menunjukkan

bahwa masyarakat yang selalu shalat berjamaah di RW V/Parang-

 

Parang yaitu sebanyak 40,2 %. Dan tempat shalat berjamaah yang paling dominan di Rumah sebanyak 39,8 %, sedangkan di Mesjid 16,2%. Yang mampu membaca Al-Qur’an Al-Qur’an sebanyak 75,9 %, masyarakat yang mampu menulis huruf arab yaitu 47,7 %, masyarakat yang tahu cara wudhu yaitu sebanyak masyarakat

79,3%,

yang tahu cara mandi wajib sebanyak 64,1 %,

masyarakat yang tahu cara tayammu sebanyak 49,2% dan pengetahuan tentang Istinjah yang paling dominan tidak tahu yaitu sebanyak 67,2 % . Berdasarkan

hasil

pendataan

yang

dilakukan

di

RW

V/Parang-Parang, pemahaman keagamaan yang ada disana dikategorikan baik. 1.2 Data Kuantitatif Individu 1.2.1 Perilaku Konsumsi Individu

Pada dasarnya, manusia melakukan kegiatan konsumsi dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup, baik jasmani maupun rohani agar eksistensinya terjaga. Perilaku setiap individu dalam melakukan konsumsi jelas sangat berbeda karena kebutuhan setiap individu tersebut juga berbeda. Perbedaan tersebut antara lain disebabkan oleh berbedanya pendapatan dan latar belakang. Terkait dengan hal ini, maka berdasarkan hasil pendataan di RW V/Parang-Parang, perilaku konsumsi yang ada disana untuk frekuensi makan perhari, baik buah-buahan maupun sayuran sudah tergolongan kategori cukup baik yaitu untuk buah paling tidak ada sebanyak 65,8 % mengkonsumsi buah dengan < 3 hari dalam seminggu dengan takaran 1-2 porsi per hari sebanyak 79,2 %.

Sedangkan

konsumsi

sayur-sayuran,

mengkonsumsi dalam seminggu ≥ 3 hari.  hari.  

83,2

%

telah

 

  BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1.

Faktor pendidikan menjadi salah satu kendala di RW 3 Pekoterang, yaitu minimnya pendidikan disana yang mayoritas tamatan SD/MI sekitar 279 orang dari 585 orang penduduk yang terdapat di RW 3 pekoterang.

2.

Keadaan berdasarkan hasil pendataan menunjukkan bahwa kondisi perumahan dan lingkungan di Matabbing

RW 3 Pekoterang Desa Buntu

masih belum memenuhi syarat kesehatan, yaitu kurang

tersedianya sanitasi BAB yang memadai, ketersediaan air bersih (kebanyakan menggunakan PAH saja), serta pembuangan limbah sebagian besar dialirkan ke sekitar rumah. 3.

Ketersediaan sarana kesehatan di Desa Buntu Matabbing belum cukup memadai. Begitu pula untuk tenaga kesehatan dan paramedis di

RW

3

Pekoterang

menyebabkan

pelayanan

kesehatan

masyarakat belum optimal. Sarana kesehatan yang ada di Desa Buntu

Matabbing

diantaranya

Puskesmas

dan

Puskesmas

Pembantu. 4.

Kurangnya kesadaran masyarakat setempat dalam memperhatikan pola hidup bersih dan sehat di RW 3 Pekoterang.

5.

Sebagian besar masyarakat di RW RW 3 Pekoterang telah memiliki asuransi kesehatan/ jaminan pemeliharaan kesehatan. Dengan begitu

dapat

mempermudah

masyarakat

setempat

dalam

mendapatkan pelayanan dengan biaya yang tidak terlalu mahal.

 

6.2 Saran

1.

Diharapkan adanya kerjasama antara masyarakat Kelurahan Anrong  Appaka dan pemerintah pemerintah setempat khususnya khususnya petugas kesehatan kesehatan dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan serta memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada.

2.

Masalah kesehatan dan lingkungan merupakan masalah yang kompleks dan merupakan masalah kita bersama. Jadi perlu adanya kerjasama antara masyarakat, pemerintah, akademisi kesehatan serta stake holder.

3.

Perlunya

diadakan

penyuluhan

secara

intensif

dan

kontinyu

mengenai sanitasi lingkungan. Hal yang paling penting adalah adanya kerjasama dengan stake holder sebab perilaku masyarakat yang membuang sampah di sekitar rumah tidak hanya disebabakan oleh ketidaksadaran masyarakat tetapi karena tidak adanya tempat pembuangan sampah yang tersedia.

 

DAFTAR PUSTAKA

Fatimah, St. 2010. Panduan dan Jurnal Pengalaman Belajar Lapangan I , FKM UMI, Makassar Laporan Hasil Pengalaman Belajar Lapangan I , 2 februari 2012. FKM UMI

Makassar

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF