Laporan Akhir Manajemen Keperawatan
March 5, 2024 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan Akhir Manajemen Keperawatan...
Description
LAPORAN AKHIR MANAJEMEN KEPERAWATAN DI RUANG SIRSAK RSUD CENGKARENG TAHUN 2022
Dosen Pembimbing : Lina Indrawati, S.Kep., Ns., M.Kep
Di Susun Oleh Kelompok Ruang Sirsak
PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES MEDISTRA INDONESIA BEKASI TAHUN 2022
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber d Rumah sakit merupakan organisasi formal pemberi pelayanan kesehatan profesional yang di dalamnya terdapat visi, misi, tujuan dan struktur manajemen yang jelas serta berorientasi pada pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat luas. Rumah sakit sebagai organisasi tidak dapat mengabaikan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai penggerak sistem dalam organisasi serta bagaimana perilaku organisasi dari SDM itu sendiri. SDM di rumah sakit didominasi oleh perawat dari segi jumlah yaitu sekitar 40 – 60 % (Swansburg, 2000), sedangkan pelayanan keperawatan menurut Gilles (1996) sangat menentukan kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit secara keseluruhan. (Dewi, 2014) Manajemen adalah proses untuk melaksanakan pekerjaan melalui orang lain (Gillies,1989) Siagian (1999). Manajemen berfungsi untuk melakukan semua kegiatan yang perlu dilakukan dalam rangka mencapai tujuan dalam batas – batas yang telah ditentukan pada tingkat administrasi. Sedangkan Liang Lie mengatakan bahwa manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengontrolan dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Manajemen merupakan suatu ilmu tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara aktif, inovatif dan kreatif serta rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan. Manajemen keperawatan merupakan proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Keperawatan professional dalam pelayanannya diperlukan adanya pengembangan keperawatan secara professional. Dalam mengoptimalkan peran dan manajemen keperawatan perlu adanya strategi yang salah satunya
adalah dengan harapan adanya faktor pengelolaan yang optimal serta mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan keperawatan. Suatu organisasi dalam mencapai tujuan perlu didukung oleh pengelolaan faktor-faktor antara lain Man, Money, Machine, Methode dan Material, Market. Pengelolaan yang seimbang dan baik dari kelima faktor tersebut akan memberikan kepuasan kepada klien dan pelanggan rumah sakit. Kelima standar rumah sakit tersebut harusnya telah dimiliki oleh rumah sakit yang telah terakreditasi. Di dalam suatu rumah sakit unit pelayanan kesehatan terkecil adalah suatu ruangan yang merupakan pelayanan kesehatan tempat perawat untuk menerapkan ilmu dan asuhan keperawatanya secara optimal. Akan tetapi, tanpa adanya tata kelola yang memadai, kemauan, dan kemampuan yang kuat, serta peran aktif dari semua pihak, maka pelayanan keperawatan profesional hanyalah akan menjadi suatu teori. Untuk itu perawat perlu mengupayakan kegiatan penyelenggaraan Model Praktek Keperawatan Profesional yang merupakan penataan sistem pemberian pelayanan keperawatan melalui pengembangan model praktik keperawatan. Model praktek keperawatan professional salah satunya adalah dengan adanya posisi perawat sebagai seorang kepala ruangan, ketua tim atau perawat pelaksana, dalam suatu bagian perlu adanya suatu pemahaman tentang bagaimana mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan yang berkualitas. Mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain memenuhui standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif, aman bagi pasien dan tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati. Kemampuan manajerial dapat dimiliki melalui berbagai cara salah satunya untuk dapat ditempuh dengan meningkatkan ketrampilan melalui bangku kuliah yang harus melalui pembelajaran dilahan praktek. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional, sehingga diharapkan keduanya saling menopang. Sebagaimana yang terjadi di dalam proses keperawatan, di dalam manajemen keperawaatan pun terdiri dari pengumpulan
data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil. Karena manajemen keperawatan mempunyai kekhususan terhadap mayoritas tenaga seorang pegawai, maka setiap tahapan di dalam proses manajemen lebih rumit jika dibandingkan dengan proses keperawatan. Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaimana konsep dan aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri (Gillies, 2002). Ruang Sirsak di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng Jakarta Barat salah satu ruang perawatan membutuhkan manajemen keperawatan yang baik demi tercapainya mutu pelayanan yang optimal. Khususnya Sirsak merupakan ruang rawat inap khusus penyakit isolasi yang terdiri dari 20 kamar dengan setiap kamar berisi 2 tempat tidur. Maka perlu dilakukan sebuah studi tentang proses keperawatan di Ruang Sirsak dimana salah satu terbentuknya adalah praktek stase manajemen keperawatan. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah melakukan praktek Manajemen Keperawatan di Ruang Sirsak di Rumah Sakit Daerah Cengkareng Jakarta Barat selama 17 hari diharapkan mahasiswa mampu menerapkan konsep dan prinsip Majemen Keperawatan pada unit pelayanan kesehatan secara nyata dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Keperawatan. 2. Tujuan Khusus Setelah melakukan praktek Manajemen Keperawatan di Ruang Sirsak di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng Jakarta Barat Mahasiswa mampu : a. Mengidentifikasi kebutuhan dan masalah pelayanan kesehatan yang terkait dengan Manajemen Keperawatan berdasarkan analisis situasi nyata di Ruangan Sirsak. b. Menetapkan prioritas kebutuhan dan masalah Manajemen Keperawatan bersama pihak rungan Sirsak c. Menyusun tujuan dan remcana alternative pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang telah ditetapkan d. Mengusulkan alternative pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang bersifat teknis operasional bagi rungan Sirsak e. Melaksanakan alternative pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian masalah yang bersifat teknis operasional bagi ruangan Sirsak
f. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan, proses, hasil dan dampak pada Manajemen Keperawatan g. Merencanakan tindak lanjut dan hasil yang dicapai berupa upaya mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerja sama dengan ruang Sirsak h. Menyusun analisa SWOT dan operasional unit pelayanan keperawatan di ruang Sirsak C. Manfaat 1. Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng Jakarta Barat Sebagai bahan informasi tambahan dan masukan dalam rangka untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dalam pelayanan RS dan kualitas manajemen disetiap Ruangan 2. STIKes Medistra Indonesia Sebagai bahan informasi tambahan dan masukan dalam rangka untuk mengingkatkan mutu pembelajaran khususnya mata kuliah manajemen keperawatan 3. Mahasiswa Sebagai pembelajaran bagi mahasiswa praktik profesi ners Stase Manajemen Keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan dan melaksanakan asuhan keperawatan secara komperhensif
BAB II TINJAUAN TEORI A. Manajemen Keperawatan 1. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh satu orang atau lebih untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain guna mencapai hasil tujuan yang tidak dapat dicapai oleh hanya satu orang saja . Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi
melalui
rangkaian
kegiatan
berupa
perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber daya manusiaserta sumber daya organisasi lainnya (Simanora, 2012) Manajemen kesehatan merupakan salah satu subsistem dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN, 2009) yaitu subsistem manajemen kesehatan dan informasi kesehatan cara penyelenggaraan yang menghimpun berbagai upaya kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, pengaturan hukum kesehatan, pengelolaan data dan informasi kesehatan. Manajemen keperawatan adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan (kelly&Heldenthal, 2004). Manajemen keperawatan adalah suatu poses bekerja melalu anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional (Nursalam, 2007). Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanaakn oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan serta mengawasi sumber-sumber yang ada baik SDM, alat maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyarakat. Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai suatu metode pelaksanaan asuha keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya saling mendukung (Nursalam, 2013).
2. Lingkup Manajemen Keperawatan a. Manajemen Operasional Pada manajemen operasional, pelayanan keperawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial yaitu manajemen puncak, manajemen menengah dan manjemen bawah. Faktor-faktor yang perlu dimliki oleh manajer adalah agar dapat berhasil dalam penatalaksanaan kegiatannya: 1) Kemampuan menerapkan pengetahuan 2) Keterampilan kepemimpinan 3) Kemampuan melaksanakan fungsi manajemen b. Manajemen Asuhan Keperawatan Lingkup
manajemen
asuhan
keperawatan
dalam
manajemen
keperawatan adalah terlaksananya asuhan keperawatan yangberkualitas kepada klien. Keberhasilan asuhan keperawatan sangat ditunjang oleh sumber daya
tenaga keperawatan dan sumber daya lainnya. Tenaga
keperawatan yang bertanggung jawab dalam menyediakan perawat pasien yang berkualitas adalah perawat pelaksana. Sebagai kunci keterampilan dalam keperawatan pasien adalah komunikasi, koordinasi, konsultasi, pengawasan dan pendelegasian. 3. Prinsip-prinsip Manajemen Keperawatan
Seorang manajer keperawatan melaksanakan manajemen keperawatan untuk
memberikan
perawatan
kepada
menyatakan bahwa prinsip-prinsip
pasien.
Swanburg
(2000)
manajemen keperawatan sebagai
berikut: a. Manajemen keperawatan adalah perencanaan b. Manajemen keperawatan adalah penggunaan waktu yang efektif c. Manajemen keperawatan adalah pembuatan keputusan d. Pemenuhuan kebutuhan asuhan keperawatan pasien adalah urusan manajer perawat e. Manajemen keperawatan adalah pengorganisasian f. Manajemen keperawatan merupakan suatu fungsi, posisi, atau tingkat sosial disiplin, dan bidang studi
g. Manajemen keperawatan bagian akitif dari divisi keperawatan, dari lembaga, dan lembaga dimana organisasi itu berfungsi h. Budaya organisasi mencerminkan nilai-nilai kepercayaan i. Manajemen keperawatan mengarahkan dan memimpin j. Manajemen keperawatan memotivasi k. Manajemen keperawatan merupakan komunikasi efektif l. Manajemen keperawatan adalah pengendalian atau pengevaluasian. 4. Fungsi Manajemen Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. fungsi manajemen 4 bagian yaitu: a. Perencanaan (planning) Perencanaan adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan
merupakan
proses
terpenting
dari
semua
fungsi
manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.Perencanaan merupakan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. 1) Tujuan perencanaan: a) Memberi arah organisasi. b) Menentukan tujuan yang realistik. c) Menjamin tercapainya tujuan. d) Meningkatkan efesiensi. e) Membuang program yang tidak bermanfaat. f) Menghindari duplikasi upaya atau program.
g) Mengkonsentrasikan pelayanan yang bersifat urgent. h) Meningkatkan aktifitas koordinasi dan komunikasi. i) Memungkinkan adaptasi terhadap perubahan lingkungan kerja. 2) Prinsip perencanaan: a) Jelas tujuan. b) Jelas hasil yang akan dicapai. c) Sederhana. d) Berdasarkan kebijakan dan prosedur yang berlaku. e) Prioritas. f) Perlibatan aktif. g) Efektif dan efesien. h) Fleksibel. i) Berkesinambungan. j) Kejelasan metode evaluasi. 3) Perencanaan meliputi kegiatan: a) Pengumpulan
data
:
Data
tentang
pasien,
pegawai/staf,
kepemimpinan, peralatan, dan pelayanan keperawatan. b) Analisa lingkungan : Dengan menggunakan analisa SWOT (Strength, Weaknes, Opportunities, Threath). c) Pengorganisasian data : Memilih data yang mendukung dan menghambat. d) Pembuatan rencana : Menentukan objektif/ sarana yang ingin dicapai, uraian kegiatan, prosedur, target waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan, metoda. b. Pengorganisasian (organizing) Pengorganisasian dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah dibagibagi
tersebut.
Pengorganisasian
dapat
dilakukan
dengan
cara
menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus
mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan mana keputusan harus diambil. Pengorganisasian adalah keseluruhan pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, kewenangan dan tanggung jawab sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 1) Prinsip pengorganisasian: a) Rantai komando (Chain of Command). b) Rantai Kesatuan Komando (Unity of Command). c) Rentang Kontrol (Spain of Control). d) Spesialisasi. e) Tiga aspek penting dalam pengorganisasian meliputi: f) Pola strutur berarti proses hubungan interaksi yang dikembangkan secara efektif. g) Penerapan tiap kegiatan yang merupakan kerangka kerja dalam organisasi. h) Strutur kerja organisasi termasuk kelompok kegiatan yang sama pola hubungan antara kegiatan yang tepat dan pembinaan cara komunikasi yang efektif antara perawat. i) Aktifitas pengorganisasian: j) Mengembangkan uraian tugas k) Mengembangkan prosedur. l) Mengembangkan ketenagaan dan jadwal kerja dinas. 2) Strutur organisasi: a) Birokrasi (Hierarchial Structure/line structute). b) Adhocracy. c) Matrik (free Form Structure) 3) Kegunaan pengorganisasian: a) Penjabaran secara rinci semua pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.
b) Pembagian beban kerja sesuai dengan kemampuan perorangan atau kelompok. c) Mengatur mekanisme kerja antar masing-masing anggota kelompok untuk hubungan dan organisasi. c. Pengarahan (directing) Pengarahanadalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha. Pengarah merupakan suatu upaya menggerakkan kegiatan staf untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Douglas (1984) mendefinisikan pengarah sebagai suatu penyampaian pesan dan instruksi yang menyebabkan staf mengerti apa yang diharapkan sehingga dapat membantu tujuan organisasi secara efisien dan efektif. Pengarahan mengandung unsur penting, yaitu: 1) Manajemen waktu yang terdiri dari kegiatan organisasi personal, pengorganisasian pekerjaan dan pendelegasian. 2) Komunikasi yang baik yang digunakan adalah komunikasi yang jelas 3) Manajemen konflik yaitu kemampuan dalam mengatasi konflik baik dengan atasan maupun teman sejawat d. Pengendalian (controling) Pengendalian
adalah
proses
pengecekan
dan
penelusuran
penyimpangan-penyimpangan dari arah yang direncanakan yang merupakan aktifitas berkesinambungan dan di buat berdasarkan evaluasi pada waktu kegiatan sedang berjalan. Prinsip Controlling: 1) Principle of Unifomity : Dibentuk dari awal sampai akhir 2) Principle of Comparison : Membandingkan yang direncanakan dengan yang dicapai 3) Principle of Exception : tidak sesempurna dari perencanaan, tetapi ada umpan balik untuk perbaikan
Controlling dilakukan melalui kegiatan: 1) Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan 2) Preconperence, overan, post conperence 3) Ronde keperawatan 4) Mengevaluasi produktifitas berdasarkan gant chat yang telah dibuat 5) Program evaluasi dan peer review Tipe Controlling: 1) Input control 2) Proses control 3) Output control Controlling dilakukan pada 1) Pasien a) Kebutuhan fisik pertama mental dan sosial b) Perawatan, pemeriksaan dan pengobatan c) Lingkungan 2) Ketenagaan a) Penampilan dan sikap b) Pelayanan asuhan keperawatan dan sistem kerja c) Prestasi kerja 3) Alat-alat dan obat-obatan a) Penggunaan b) Pencatatan dan pelaporannya c) Inventaris B. Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) 1. Definisi MPKP Model praktek keperawatan profesional adalah salah satu metode pelayanan keperawatan yang merupakan suatu sistem, struktur, proses dan nilai-nilai yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut. Sistem model praktek keperawatan professional adalah
kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni : standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan sistem Model Asuhan Keperawatan Professional (MAKP). Definisi tersebut berdasarkan prinsipprinsip nilai yang di yakini dan akan menentukan kualitas produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud. 2. Tujuan MPKP a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan b. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan c. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim keperawatan. 3. Struktur Model MPKP a. Metode Fungsional Metode Fungsional yaitu pengorganisasian tugas pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut pekerjaan yang dilakukan.Model fungsional ini merupakan metode praktek keperawatan yang paling tua yang dilaksanakan oleh perawat dan berkembang pada saat perang dunia kedua. Berikut contoh aplikasi model keperawatan fungsional : 1) Perawat A tugasnya menyuntik sedangkan perawat B tugasnya mengukur suhu tubuh pasien. 2) Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung awab dalam pembagian tugas dan menerima laporan tentang semua klien serta menjawab semua pertanyaan tentang klien.
Tabel 2.1 Kelebihan Dan Kekurangan Metode Fungsional Kelebihan
Kekurangan
1.
Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat dengan pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik. 2. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga. 3. Perawat akan terampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja. 4. Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja. 5. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman untuk tugas sederhana. 6. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang melakukan praktek untuk keterampilan tertentu. 7. Lebih sedikit membutuhkan perawat. 8. Tugas-tugas mudah dijelaskan dan diberikan. 9. Para pekerja lebih mudah menyelesaikan tugas. 10. Tugas cepat selesai.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan dalam penerapan proses keperawatan. Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas pekerjaan. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja. Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya. Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat, hubungan perawat dan klien sulit terbentuk. Tidak efektif, Membosankan DAN Komunikasi minimal.
Skema 2.1 Struktur Model Keperawatan Fungsional Kepala Ruangan
Perawat : Bertanggung jawab terhadap obat
Perawat : Merawat Luka
Perawat : Memberikan terapi
Perawat : Bagian administrasi/ Rumah Tangga
Pasien Sumber : Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis, 2010) dalam (Windy Rakhmawati, S.Kep, 2011)
b. Model Keperawatan Total Metode
keperawatan
total
yaitu
pengorganisasian
pelayanan/asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas/jaga selama periode waktu tertentu atau sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan klien (Windy Rakhmawati, S.Kep, 2011). Tabel 2.2 Kelebihan Dan Kekurangan Metode Kasus 1. 2. 3. 4.
5.
Kelebihan Kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai. Fokus keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. Memberikan kesempatan untuk melakukan keperawatan yang komprehensif. Memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas, non keperawatan dapat dilakukan oleh yang bukan perawat. Mendukung penerapan proses perawatan.
1. 2.
Kelemahan Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama perawat penanggung jawab klien bertugas. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan.
Skema 2.2 Struktur Model Keperawatan Total Perawat Penanggung Jawab
Staff Keperawatan Staff Keperawatan Pasien/Klien
Staff Keperawatan Pasien/Klien Pasien/Klien
Sumber : Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis, 2010)
c. Model Keperawatan Tim Metode Tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini di pimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse). Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/ketua grup dan ketua grup bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota grup/tim. Selain itu ketua tim bertugas memberikan pengarahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala ruangan tentang kemauan pelayanan/asuhan keperawatan terhadap klien. Pada model tim, perawat bekerja sama memberikan asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien di bawah arahan/pimpinan seorang perawat professional (Nursalam, 2014). Menurut Nursalam (2014), ada beberapa elemen penting yang harus diperhatikan : a) Pemimpin tim didelegasikan/diberikan otoritas untuk membuat penugasan bagi anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya. b) Pemimpin
diharapkan
menggunakan
gaya
kepemimpinan
demokrasi atau partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim. c) Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada kelompok pasien. d) Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses. Komunikasi meliputi : penulisan perawatan klien, rencacna perawatan klien, laporan untuk dan dari pemimpin tim, pertemuan tim untuk mendiskusikan kasus pasien dan umpan balik informal di antara anggota tim.
Tabel 2.3 Kelebihan Dan Kekurangan Metode Tim 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8.
Kelebihan Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif dan holistik. Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan. Konflik antara staff dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar. Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal. Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda secara efektif. Peningkatan kerjasama dan komunikasi di antara anggota tim dapat menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staff secara keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat dipertanggungjawabkan. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas.
1.
2.
3.
4. 5.
Kelemahan Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang tnggi baik sebagai perawat pemimpin maupun perawat klinik. Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsep tidak diimplementasikan dengan total rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan, sehingga komunikasi antar anggota tim terganggu. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung staff, berlindung kepada anggota tim yang mampu. Akuntabilitas dari tim menjadi kabur. Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi.
Menurut Nursalam (2014), Tanggung Jawab Kepala Ruangan : a) Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar asuhan keperawatan. b) Mengorganisir pembagian tim dan pasien. c) Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan kepemimpinan. d) Menjadi narasumber bagi ketua tim. e) Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang metode/model tim dalam pemberian asuhan keperawatan. f) Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya.
g) Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangannya. h) Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya. i) Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya, kemudian menindak lanjutinya. j) Memotivasi staff untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan. k) Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staff. Tanggung jawab ketua tim ialah sebagai berikut (Nursalam, 2014) : a) Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan. b) Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang di delegasikan oleh kepala ruangan. c) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan keperawatan bersama-sama anggota timnya. d) Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik. e) Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan melalui konferens. f) Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang diharapkan serta mendokumentasikannya. g) Memberi
pengarahan
pada
perawat
pelaksana
tentang
pelaksanaan asuhan keperawatan. h) Menyelenggarakan konferensi. i) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. j) Melakukan
audit
asuhan
keperawatan
yang
tanggungjawab timnya. k) Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan.
menjadi
Tanggung Jawab anggota tim ialah sebagai berikut : a) Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan. b) Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telat diberikan berdasarkan respon klien. c) Berpartisipasi
dalam
setiap
memberikan
masukan
untuk
meningkatkan asuhan keperawatan. d) Menghargai bantuan dan bimbngan dari ketua tim. e) Melaporkan perkebangan kondisi pasien kepada ketua tim. f) Memberikan laporan. Skema 2.3 Struktur Model Keperawatan Tim Kepala Ruangan
Ketua Tim
Ketua Tim
Ketua Tim
Staf Perawat
Staf Perawat
Staf Perawat
Pasien
Pasien
Pasien
Sumber : Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis, 2010) dalam (Windy Rakhmawati, S.Kep, 2011)
d. Metode Keperawatan Primer Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana perawat primer bertanggungjawab selama 24 jam terhadap perencanaan, pelaksanaan, pengevaluasian satu atau beberapa klien dan sejak klien masuk rumah sakit sampai klien dinyatakan pulang. Selama jam kerja, perawat primer memberikan perawatan langsung secara total untuk klien. Ketika perawat primer tidak bertugas, perawatan diberikan/didelegasikan kepada perawat asosiet yang mengikuti rencana keperawatan yang telah disusun oleh perawat primer.
Menurut Nursalam (2014) dalam (Windy Rakhmawati, S.Kep, 2011), Karakteristik modalitas keperawatan primer ialah sebagai berikut: 1) Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan. 2) Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan,
kolaborasi
dengan
pasien
dan
professional
kesehatan lain dan menyusun rencana keperawatan. 3) Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat primer kepada perawat sekunder selama shift lain. 4) Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyedia. 5) Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer. Skema 2.4 Struktur Model Keperawatan Primer Dokter
Perawat Penanggung Jawab
Sumber Daya Rumah Sakit
Perawat Primer Pasien/Klien
Perawat Associate(Sesuai Kebutuhan) (Sepanjang Hari) Sumber : Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis, 2010) dalam (Windy Rakhmawati, S.Kep, 2011)
Perawat Associate(Sore Hari)
Perawat Associate(Malam Hari)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. 8.
9. 10.
11. 12. 13.
Tabel 2.4 Kelebihan Dan Kekurangan Metode primer Kelebihan Kelemahan Perawat primer mendapat 1. Hanya dapat dilakukan oleh akuntabilitas yang tinggi terhadap perawat professional. hasil dan memungkinkan untuk 2. Tidak semua perawat merasa siap pengembangan diri. untuk bertindak mandiri, memiliki Memberikan peningkatan autonomi akuntablitas dan kemampuan pada pihak perawat, jadi untuk merencanakan asuhan meningkatkan motivasi, tangggung keperawatan untuk klien. jawab dan tanggung gugat. 3. Akuntabilitas yang total dapat Bersifat kontinuitas dan membuat jenuh. komprehensif sesuai dengan arahan 4. Perlu tenaga yang cukup banyak perawat primer dalam memberikan dan mempunyai kemampuan dasar atau mengarahkan perawatan yang sama. sepanjang hospitalisasi. 5. Biaya relatif tinggi dibanding Membebaskan manajer perawat metode penugasan yang lain. klinis untuk melakukan peran manajer operasional dan administrasi. Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberikan asuhan keperawatan secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat primer adalah memungkinkan pengembangan diri melalui penerapan ilmu pengetahuan. Staff medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang kondisi klien selalu mutakhir dan komprehensif serta informasi dapat diperoleh dari satu perawat yang benar-benar mengetahui keadaan kliennya. Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka. Pasien terlihat lebih menghargai, pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhi kebutuhannya secara individu. Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien. Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkomunikasi dengan perawat yang mengetahui semua tentang kliennya. Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan. Meningkatkan hubungan antara perawat dan klien. Metode ini mendukung pelayanan professional.
14. Rumah sakit tidak harus mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan tetapi harus berkualitas tinggi.
e. Metode Keperawatan Modular Metode modular yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat professional dan nonprofesional (terampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang disebut tanggung jawab total atau keseluruhan.
Untuk
metode
ini
diperlukan
perawat
yang
berpengetahuan, terampil dan memiliki kemampuan kepemimpinan. Ideal 2-3 perawat untuk 8-12 orang klien (Marquis, 2010) dalam (Windy Rakhmawati, S.Kep, 2011). Tabel 2.5 Kelebihan Dan Kekurangan Metode Modular Kelebihan Kelemahan 1. Memfasilitasi pelayanan 1. Beban kerja tinggi terutama jika keperawatan yang komprehensif jumlah klien banyak sehingga tugas dan holistik dengan rutin yang sederhana terlewatkan. pertanggungjawaban yang jelas. 2. Pendelegasian perawatan klien 2. Memungkinkan pencapaian proses hanya sebagian selama perawat keperawatan. penanggung jawab klien bertugas. 3. Konflik atau perbedaan pendapat 3. Hanya dapat dilakukan oleh perawat antar staff dapat diekan melalui professional. rapat tim, cara ini efektif untuk 4. Biaya relatif lebih tinggi belajar. dibandingkan metode lain karena 4. Memberi kepuasan anggota tim lebih banyak menggunakan perawat dalam hubungan interpersonal. professional. 5. Memungkinkan menyatukan 5. Perawat arus mampu mengimbangi kemampuan anggota tim yang kemajuan teknologi berbeda-beda dengan aman dan kesehatan/kedokteran. efektif. 6. Perawat anggota dapat merasa 6. Produktif karena kerjasama, kehilangan kewenangan. komunikasi dan moral. 7. Masalah komunikasi. 7. Model praktek keperawatan professional dapat dilakukan atau diterapkan. 8. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat. 9. Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga yang menerma asuhan keperawatan. 10. Lebih mencerminkan otonomi. 11. Menurunkan dana perawatan.
Skema 2.5 Struktur Model Keperawatan Modular Kepala Ruangan
Ketua Tim
Ketua Tim
Ketua Tim
Staff Perawat
Staff Perawat
Staff Perawat
Pasien
Pasien
Pasien
Sumber : Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis, 2010) dalam (Windy Rakhmawati, S.Kep, 2011)
f. Metode Kasus Metode keperawatan
kasus dimana
yaitu
pengorganisasian
perawat
mampu
pelayanan/asuhan
memberikan
asuhan
keperawatan mencakup seluruh aspek keperawatan yang dibutuhkan. Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggungawab terhadap pasien tertentu yang didasarkan pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu. Metode penugasan kasus biasanya diterapkan untuk perawatan khusus seperti isolasi, intensive care, perawat kesehatan komunitas. Dalam metode ini dituntut kualitas serta kuantitas yang tinggi dari perawat sehingga metode ini sesuai jika digunakan untuk ruang ICU ataupun ICCU. Kelebihan dan kekurangan metode kasus ialah sebagai berikut (Windy Rakhmawati, S.Kep, 2011):
Tabel 2.6 Kelebihan Dan Kekurangan Metode Kasus Kelebihan Kekurangan 1. Moral perawat profesional 1. Sederhana dan langsung melakukan tugas non-profesional 2. Garis pertanggung jawaban 2. Tidak dapat dikerjakan perawat jelas non-profesional 3. Kebutuhan pasien cepat 3. Membingungkan terpenuhi 4. Belum dapatnya diidentifikasi 4. Memudahkan perencanaan perawat penanggung jawab tugas 5. Perlu tenaga yang cukup banyak 5. Perawat lebih memahami dan mempunyai kemampuan dasar kasus perkasus yang sama Sumber : Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis, 2010) dalam (Windy Rakhmawati, S.Kep, 2011) Skema 2.6 Sturuktur Model Keperawatan Kasus Kepala Ruangan
Staff Perawat
Staff Perawat
Staff Perawat
Pasien
Pasien
Pasien
Sumber : Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional (Marquis, 2010) dalam (Windy Rakhmawati, S.Kep, 2011)
4. Penetapan Jenis Tenaga Keperawatan Pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) dalam satu ruangan harus ditetapkan jenis tenaga keperawatannya, beberaa jenis tenaga yang ada meliputi kepala ruangan, Clinical Care Manager (CCM), Perawat Primer (PP), serta perawat asosiet (PA). Peran dan fungsi antara Perawat Primer (PP) dan perawat asosiet (PA) harus jelas dan sesuai dengan tanggung jawabnya. Pada ruang rawat MPKP pemula, kepala ruangan adalah perawat dengan kemampuan DIII-Keperawatan dengan pengalaman, dan pada MPKP tingkat I adalah perawat dengan kemampuan S. Kep/Ners dengan pengalaman (Marquis, 2010) dalam (Windy Rakhmawati, S.Kep, 2011). Tugas dan tanggung jawab setiap jenis tenaga adalah sebagai berikut :
a. Kepala Ruangan Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruangan adalah perawat dengan kemampuan DIII-Keperawatan dengan pengalaman kerja minimal 5 tahun. b. Clinical Care Manager (CCM) Clinical Care Manager (CCM) adalah seseorang dengan pendidikan S1 Keperawatan/Ners, dengan pengalaman kerja lebih dari 3 tahun. c. Perawat Primer (PP) Perawat Primer pada MPKP pemula adalah seorang yang berpendidkan DIII, tugas perawat primer adalah memimpin dan bertanggung jawab pada pelaksanaan asuhan dan pelayanan keperawatan
serta
pendokumentasian
dan
administrasi
pada
sekelompok pasien yang menjadi tanggung jawabnya. Berpartisipasi dalam visit dokter, mengatasi permasalahan konflik pasien, penunggu dan petugas di areanya, mengkoordinasikan proses pelayanan kepada kepala ruangan mengatur dan memantau semua proses asuhan keperawatan di area kelolaan, dan memastikan kelengkapan pendokumentasian dan administrasi dari klien masuk sampai pulang. d. Perawat Asosiet (PA) Pada MPKP pemula perawat asosiet adalah yang berpendidikan DIII-Keperawatan, dan tidak menutup kemungkinan masih ada yang berpendidikan SPK Tugas Perawat Asosiet (PA) adalah bertanggung jawab dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien yang menjadi
tanggung
jawabnya.
Melaksanakan
dokumentasi
keperawatan dan berkoordinasi dengan perawat primer untuk pelaksanaan asuhan keperawatan. Pengaturan tanggung jawab PA lebih ditekankan pada pelaksanaan terapi keperawatan karena bentuk tindakannya lebih pada interaksi, adaptasi yang memerlukan konsep analisa yang tinggi, tindakan yang tidak memerlukan analisis dapat dilakukan oleh PA.
6. Fokus Model Praktik Keperawatan Profesional a. Metode perhitungan Perencenaan Tenaga Keperawatan 1) Metode Douglas Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi klien, dimana masing- masing kategori mempunyai nilai standar per shift nya, yaitu sebagai berikut: Tabel 2.7 Metode perhitungan Perencenaan Tenaga Keperawatan Menurut Douglas Jml klien
Minimal sore malam 0,14 0,07
pagi 0,27
Klasifikasi Klien Parsial sore malam 0,15 0,10
pagi 0,36
Total sore 0,30
1.
Pagi 0,17
2.
0,34
0,28
0,14
0,54
0,30
0,20
0,72
0,60
0,40
3.
0,51
0,42
0,21
0,81
0,45
0,30
1,08
0,90
0,60
dst
a) KelasI
: 2 jam/hari
b) KelasII : 3 jam/hari c) KelasIII : 4,5 jam/hari d) KelasIV : 6jam/hari Untuk tiga kali pergantian shift → Pagi : Sore : Malam = 35% : 35 % : 30% 2) Metode Gillies Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit perawatan adalah sebagai berikut : Prinsip perhitungan rumus Gillies :
malam 0,20
3) Metode Swansburg Menurut Warstler dalam Swansburg dan Swansburg (1999), merekomendasikan untuk pembagian proporsi dinas dalam satu hari → pagi : siang : malam = 47 % : 36 % : 17 % Sehingga jika jumlah total staf keperawatan /hari = 14 orang Pagi : 47% x 14 = 6,58 = 7orang Sore : 36% x 14 = 5,04 = 5orang Malam: 17% x 14 = 2,38 = 2 orang C. Standar Asuhan keperawatan (Standar I-V) 1. Pendokumentasian Asuhan keperawatan Dokumentasi adalah segala yang tertulis atau tercetak oleh individu yang berwewenang. Catatan harus menjelaskan keperawatan yang diberikan kepada klien, status dan kebutuhan klien yang komprehensif (Potter & Parry, 2005). Sementara Fisbch (1991), menyatakan dokumentasi adalah informasi yang tertulis tentang status perkembangan kondisi kesehatan pasien serta semua kegiatan asuhan keperawatan yang di lakukan oleh perawat. Dokumentasi merupakan suatu dokumen yang berisi data lengkap, nyata, dan tercatat bukan hanya tentang tingkat kesakitan pasien tetapi juga jenis dan kualitas pelayanan kesehatan yang di berikan (Nurhafni, 2013).
2. Tujuan Pendokumentasian Asuhan keperawatan Perry & potter (2005) juga menjelaskan tujuan pendokumentasian yaitu sebagai alat komunikasi tim kesehanan untuk menjelaskan perawatan klien termasuk perawatan individual, edukasi klien dan penggunaan rujukan untuk rencana pemulangan. Dokumentasi sebagai tagihan finansial dengan menjelaskan sejauh mana lembaga perawatan mendapatkan ganti rugi atas pelayanan yang diberikan bagi klien. 3. Metode Dokumentasi Asuhan keperawatan Metode dokumentasi asuhan keperawatan adalah metode narasi, metode masalah berorentasi medical record (POMR), metode SOAP/IER dan metode fosus carting. Masing-masing metode dokumentasi akan dijelaskan sebagai berikut: a. Metode narasi : Dokumentasi narasi adalah metode tradisional untuk merekam asuhan keperawatan. b. Masalah Berorientasi Medical Record (POMR) : Potter et, al., (2006) menyatakan keuntungan dari metode ini adalah dapat memberikan penekanan pada persepsi klien tentang masalah mereka, memerlukan evaluasi berkelanjutan dan revisi rencana perawatan, memberikan kesinambungan perawatan diantara anggota tim kesehatan, meningkatkan komunikasi yang efektif antara anggota tim kesehatan, meningkatkan efisiensi dalam menggumpulkan data, menyediakan informasi dalam urutan kronologis dan memperkuat proses keperawatan. c. SOAP/IER : Metode berorientasi dokumentasi adalah cara terstruktur catatan pengembangan narasi ditulis oleh semua tim kesehatan anggota, dengan menggunakan SOAP (subjuktif, objektif, analisa dan planing). IER (intervensi, evaluasi dan revisi). Tujuan rencana tindakan, saran intervensi ketika intervensi didentifikasi dan berubah untuk memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi bagaimana hasil perawatan di evaluasi. Revisi ketika perubahan pada masalah asli berasal dari revisi intervensi, hasil garis
perawatan atau waktu ini digunakan untuk menunjukan perubahan (Meiner, 1999). d. Focus Charting Dengan metode dokumentasi ini, perawat mengidentifikasi “focus” berdasarkan masalah klien atau perilaku ditentukan selama penilaian.
4. Manfaat Kegunaan Dokumentasi Implementasi a. Model Asuhan keperawatan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yaitu standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. MAKP akan menentukan kualitas jasa layanan keperawatan. Oleh karena itu, perlu dilakukan aplikasi penerapan MAKP di Rumah Sakit Arifin Nu’mang yang belum menjalankan program MAKP. Program pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk mengaplikasikan konsep MAKP pada tatanan pelayanan keperawatan di rumah sakit terutama dalam upaya mengidentifikasi permasalahan pelayanan keperawatan dengan pendekatan Problem Solving For Better Nursing Service (PSBNS) atau Fish Bone Analysis dan diharapkan mampu berperan sebagai Change Agent dengan menerapkan suatu teori perubahan baik perawat manajer maupun perawat pelaksana, sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi pada kualitas layanan keperawatan. b. Kompenen Dan Indikator Standar Penerapan Pelayanan Keperawatan Diktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2011 yang diketua oleh Suhartini., M. Kes mengatakan bahwa yang menjadi komponen dan indikator standar penerapan pelayanan keperawatan di Rumah Sakit adalah sebagai berikut (Nusdin, 2020) : 1) Standar I : Perencanaan Pelayanan Keperawatan, meliputi : a) Ketenagaan b) Sarana, Prasarana dan Peralatan di Rumah Sakit 2) Standar II : Pengorganisasian Pelayanan Keperawatan
3) Standar III : Pengendalian Mutu Pelayanan Keperawatan D. Tinjauan Teori Keperawatan 1. Definisi Keperawatan Keperawatan
merupakan
suatu
bentuk
layanan
kesehatan
professional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatan berbasis ilmu dan kiat keperawatan, yang berbentuk bio-psiko-sosiospiritual komprehensif yang di tunjukan bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit, yang mencakup keseluruhan proses kehidupan manusia (Herri, 2017) dalam (Fadhillah, 2018). Perawat adalah sesorang yang telah lulus pendidikan baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Permenkes, 2013). Sedangkan, menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Perawat adalah seorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan. 2. Karakteristik Perawat Karakteristik adalah kemampuan untuk memadukan nlai-nilai yang menjadi filosofi atau pandangan dunia yang utuh, memperhatikan komitmen yang teguh dan responden yang konsisten terhadap nilai-nilai tersebut dengan menarasikan pengalaman tertentu menjadi satu sistem nilai (Notoatmodjo, 2000 dan Ismael, 2009) dalam (Trisa Gusti, 2018). a) Usia Usia perawat secara garis besar menjadi indikator dalam kedewasaan dalam sikap pengambilan keputusan yang mengacu pada setiap pengalamannya. Karakteristik seorang perawat berdasarkan umur
sangat
berpengaruh
terhadap
kinerja
dalam
praktek
keperawatan, dimana semakin tua umur perawat maka dalam menerima sebuah pekerjaan akan semakin bertanggung jawab dan berpengalaman (Trisa Gusti, 2018). Hal ini akan berdampak pada
kinerja perawat dalam praktek keperawatan pada pasien semakin baik pula. Usia merupakan indikator umum tentang kapan suatu perubahan akan terjadi. Usia menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga terdapat keragaman tindakan berdasarkan usia yang dimiliki (Sujarwono, 2013) dalam (Trisa Gusti, 2018). b) Jenis Kelamin Jenis kelamin umumnya digunakan untuk membedakan seks seseorang, yaitu laki-laki atau perempuan. Penelitian psikologis telah menentukan bahwa laki-laki lebih agresif dan lebih besar kemungkinan dalam memiliki pengharapan untuk sukses, sehingga laki-laki lebih baik kinerjanya dibandingkan dengan perempuan. Penjelesan yan logis adalah bahwa secara historis perempuan bertanggung jawab terhadap rumah tangga dan keluarga (Robbins dan Judge, 2001 dalam Elvarida, 2010) dalam (Trisa Gusti, 2018). Walaupun begitu tidak menutup kemungkinan bagi perempuan mendapatkan
kedudukan
ataupun
profesi
yang
sebagaimana
mestinya, salah satunya ialah perawat. c) Tingkat Pendidikan Perawat sebagai bagian penting dari Rumah Sakit dituntut memberikan perilaku yang baik dalam rangka membantu pasien dalam
mencapai
kesembuhan. Tingkat
pendidikan
seseorang
berpengaruh dalam memberikan respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Seorang perawat yang menjalankan profesinya sebagai perawat, saat ini menjalankan profesinya harus memiliki pengetahuan dan pendidikan dalam bidang tertentu, untuk itu dibutuhkan pendidikan yang sesuai agar dapat berjalan dengan baik dan professional. Pendidikan menunjukan tingkat intelegensi yang berhubungan dengan daya piker. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin luas pengetahuannya (Trisa Gusti, 2018). d) Lama Kerja
Lama kerja adalah lama seseorang perawat yang bekerja di Rumah Sakit dari mulai awal bekerja sampai saat selesai perawat berhenti bekerja. Semakin lama masa kerja seseorang dalam bekerja maka semakin banyak pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini dapat membantu dalam meningkatkan kinerja seorang perawat. Hasil analisis peneliti bahwa rata-rata masa kerja perawat masih belum lama akan menyebabkan masih kurang pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya. Kondisi ini menunjukan bahwa perawat mempunyai harapan yang relatif sudah terpenuhi karena belum mempunyai tuntutan kebutuhan yang tinggi dibanding dengan masa kerja yang lama (Rusmianingsih, 2012) dalam (Trisa Gusti, 2018). 3. Tugas Perawat a) Care Giver, perawat harus memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan klien, perawat harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan signifikan dari klien. Perawat menggunakan Nursing Process untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan, mulai dari masalah fisik (fisiologis) sampai masalah-masalah psikologis. Peran utamanya adalah memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat sesuai diagnosa masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai kompleks. b) Client Advocate, disini perawat bertanggung jawab untuk membantu klien dan keluarga dalam menginterprestasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Selain itu perawat harus memperhatikan dan melindungi hak-hak klien. Hal ini di lakukan karena klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan banyak petugas kesehatan. Perawat adalah
anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan klien, oleh karena itu perawat harus membela hak-hak klien. c) Counselor, tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan “Dasar” dalam merencanakan metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya. Konseling diberikan kepada individu atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman yang lalu. Pemecahan masalah difokuskan pada ; masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi). d) Educator, peran ini dapat dilakukan kepada klien, keluarga, tim kesehatan lain, baik secara spontan (saat interaksi) maupun formal (disiapkan). Tugas perawat adalah membantu klien mempertinggi pengetahuan dalam upaya meningkatkan kesehatan, gejala penyakit sesuai kondisi dan tindakan yang spesifik. Dasar pelaksanaan peran adalah intervensi dalam Nursing Care Plan. e) Coordinator, peran perawat adalah mengarahkan, merencakan, mengorganisasikan pelayanan dari semua anggota tim kesehatan. Karena klien menerima pelayanan dari banyak professional, misal : pemenuhan nutrisi. Aspek yang harus diperhatikan adalah jenisnya, jumlahnya, komposisi, pengelolaan, cara memberikan, monitoring, motivasi, edukasi dan sebagainya. f) Collaborator, dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, tim kesehatan lain berupaya mengidentifikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian dukungan, paduan keahlian keterampilan dari berbagai professional pemberi pelayanan kesehatan. g) Consultan, elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan peran ini dapat dikatakan perawatan adalah sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi spesifik klien.
h) Change Agent, elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan yang sistematis dalam berhubungan dengan klien dan cara pemberian keperawatan kepada klien. 4. Peran Perawat Peran perawat untuk di Indonesia disepakati sebagai : a) Pelaksana. Keperawatan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan keperawatan dari yang sederhana sampai yang kompleks kepada individu, keluarga, kelompok atau masyarakat. Ini adalah merupakan peran utama dari perawat, dimana perawat dapat memberikan asuhan keparawatan yang professional, menerapkan ilmu/teori, prinsip, konsep dan menguji kebenarannya dalam situasi yang nyata, apakah kriteria profesi dapat ditampilkan dan sesuai dengan harapan penerima jasa. b) Pengelola. Sebagai pengelola (Administrator) bukan berarti perawat harus berperan dalam kegiatan administrative secara umum. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang spesifik dalam sistem pelayanan kesehatan tetap bersatu dengan profesi lain dalam pelayanan kesehatan. Setiap tenaga kesehatan adalah anggota potensial dalam kelompoknya dan dapat mengatur, merencanakan, melaksanakan dan menilai tindakan yang diberikan, mengingat perawat merupakan anggota professional yang paling lama bertemu dengan klien, maka perawat harus merencakana, melaksanakan, dan mengatur berbagai alternative terapi yang harus diterima oleh klien. Tugas ini menuntut adanya kemampuan manajerial yang handal dari perawat. c) Pendidik. Perawat bertanggungjawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainnya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari pelayanan
keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. d) Peneliti. Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (inovator) dalam ilmu keperawatan karena ia memiliki kreatifitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap rangsangan dari lingkungannya. Kegiatan ini dapat diperoleh melalui penelitian. Penelitian pada hakikatnya adalah melakukan evaluasi, mengukur kemampuan, menilai dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang telah diberikan. Dengan hasil penelitian, perawat dapat menggerakan orang lain untuk berbuat sesuatu yang baru berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan, memanfaatkan media massa atau media informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan keperawatan
penelitian dan
dalam
meningkatkan
rangka
mengembangkan
praktik
profesi
ilmu
keperawatan
(Trikaloka H. Putri dan Achmad Fanan, 2010) Dalam (Herri, 2017). 5. Fungsi Perawat Ada tiga fungsi perawat dalam melaksanakan perannya, yaitu : a) Fungsi Independent. Dimana perawat melakukan perannya secara mandiri, tidak tergantung pada orang lain. Perawat harus dapat memberikan bantuan terhadap adanya penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosial/kultural dan spiritual), mulai dari tingkat individu utuh, mencakup seluruh siklus kehidupan,
sampai
pada
tingkat
masyarakat,
yang
juga
mencerminkan pada tidak terpenuhinya kebutuhan pada tingkat sistem organ fungsional sampai molekular. Kegiatan ini dilakukan dengan diprakarsai oleh perawat dan perawat bertanggung jawab serta bertanggung gugat atas rencana dan keputusan tindakannya.
b) Fungsi Dependent. Kegiatan ini dilaksanakn atas pesan atau intruksi orang lain. c) Fungsi Interdependent. Fungsi ini berupa “kerja tim”, sifatnya saling ketergantungan baik dalam keperawatan maupun kesehatan
View more...
Comments