Laporan AC 14
December 19, 2019 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Laporan AC 14...
Description
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem refrigerasi dan pengkondisian udara merupakan dua bidang yang berbeda tetapi berkaitan erat, Teknik pengkondisian udara tidak hanya berfungsi sebagai pendingin pengkondisian udara adalah proses perlakuan terhadap udara untuk mengatur suhu, kelembaban, kebersihan, dan pendistribusiannya secara serentak guna mencapai kondisi nyaman. Jadi teknik pengkondisian udara tidak hanya membahas teknik refrigerasi kecuali untuk bagunan besar, industri, rumah tinggal dan kendaraan. Teknik refrigerasi terutama pada mesin pendingin dimana bekerja berdasarkan siklus carnot yang bertujuan untuk menurunkan suhu; siklus dari refrigeran, berkerja menyerap panas dari luar yang bersikulasi, kemudian uap refrigerant dicairkan dengan tekanan tertentu. Bentuk dari diagram P – H standar siklus kompresi uap adalah :
Dari digram di atas siklusnya mengikuti urutan : Kompresor – kondensor – katup ekspansi – evaporator – kompresor. Teknik refrigerasi banyak digunakan pada industry perosesan, pengawetan dan sebagainya. 1.2 Tujuan pengujian 1. Untuk mengetahui prestasi kerja pendingin 2. Untuk
mengetahui
kondisi
parameter-parameter
udara
dalam
pengkondisiannya dan penggunaan digram psikiometri. 3.
Untuk mengetahui siklus refrigerant dalam sistem refrigerasi dan penggunaan digram Mollier (diagram tekanan – entalpi). 1
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian pengkondisian udara (Air Conditioner ) Pengkondisian udara adalah pengaturan kondisi udara yang meliputi : Temperatur, kelembaban, Kualitas, dan Sirkulasi. Sistem pengkondisian udara atau Air conditioning system pada dasarnya adalah bagian dari sistem refrigerasi. Ada beberapa definisi yang menjelaskan tentang hakekat dari sistem refrigerasi itu, namun secara umum dapat ditekankan bahwa proses pada sistem refrigerasi adalah bersifat terus menerus (continue) dan menyangkut adanya suatu fenomena pemindahan (transport phenomenon) dari kondisi satu ke kondisi dua dan berlangsung secara siklus / bolak balik. Jenis system pengkondisian udara dapat dibedakan menjadi : 1. Sistem Pendistribusian Panas 2. Sistem Zona Tunggal Klasik 3. Pengandalian Udara Luar 4. Sistem Zona Berganda 5. Sistem Pemanasan Ulang Termal
2.2 Sistem Refrigerasi
Gambar 2.1 Sistem Refrigerasi
2
Refrigerasi merupakan suatu proses penarikan kalor dari suatu benda/ruangan ke lingkungan sehingga temperatur benda/ruangan tersebut lebih rendah dari temperatur lingkungannya. Kinerja mesin refrigerasi kompresi uap ditentukan oleh beberapa parameter, diantaranya adalah kapasitas pendinginan kapasitas pemanasan,daya kompresi, koefisien kinerja dan faktor kinerja.Sesuai dengan konsep
kekekalan energi,
panas tidak dapat
dimusnahkan tetapi dapat
dipindahkan.Sehingga refrigerasi selalu berhubungan dengan proses-proses aliran panas dan perpindahan panas. Pada dasarnya sistem refrigerasi dibagi menjadi dua, yaitu: 2.2.1 System refrigerasi mekanik Sistem refrigerasi ini menggunakan mesin-mesin penggerak atau dan alat mekanik lain dalam menjalankan siklusnya. Yang termasuk dalam sistem refrigerasi mekanik di antaranya adalah: a.
Siklus Kompresi Uap (SKU) /carnot
b.
Refrigerasi Siklus Udara
c.
Kriogenik/refrigerasi temperatur ultra rendah
d.
Siklus serling
2.2.2 System refrigerasi non mekanik Berbeda dengan sistem refrigerasi mekanik, sistem ini tidak memerlukan mesinmesin penggerak seperti kompresor dalam menjalankan siklusnya. Yang termasuk dalam sistem refrigerasi non mekanik di antaranya: a.
Refrigerasi termoelektrik
b.
Refrigerasi siklus absorbsi
c.
Refrigerasi steam jet
d.
Refrigerasi magnetic dan Heat pipe
3
Jenis system refrigerasi yang umun digunakan adalah : 1. Sistem refrigerasi kompresi uap / carnot System ini meggunakan daur kompresi uap yang sangat umum digunakan dalam system regrigerasi. Komponen utama dari sebuah siklus kompresi uap adalah kompresor, evaporator, kondensor dan katup expansi.
Gambar 2.2 Siklus refrigerasi kompresi uap
Gambar 2.3 Diagram P-H (Tekanan-Enthalpi) Siklus Refrigrasi Kompresi Uap
Siklus refrigerasi yang ditunjukkan dalam Gambar 1 dan 2 dapat dibagi menjadi tahapan-tahapan berikut:
4
Proses 1 – 2 : Refrigeran dalam evaporator menyerap panas dari sekitarnya. Selama proses ini refrigeran berubah fasa dari cair menjadi gas. Dalam evaporator inilah terjadi proses pendinginan karena terjadi pengambilan panas. Proses 2 – 3 : Refrigerant keluar dari evaporator masuk menuju kompresor. Dalam kompresor, refrigeran yang berbentuk uap superheated ini dinaikkan tekanannya. Secara otomatis suhu juga akan meningkat, sebab energi yang dihasilkan selama proses kompresi dipindahkan ke refrigeran. Temperatur refrigeran tersebut dinaikkan agar dapat mencair pada temperatur udara ruang di kondensor (seperti diketahui refrigerant pada tekanan 1 atm dan temperatur ruang selalu berwujud uap). Selain itu, kompresor juga berfungsi untuk mengsirkulasikan refrigeran dalam sistem, sehingga dapat terjadi proses pengambilan panas (heat removal) di evaporator dan proses pembuangan panas (heat rejection) di kondensor. Proses 3 – 4 : Gas refrigeran superheated yang bertekanan tinggi lewat dari kompresor menuju kondenser. Bagian awal proses pembuangan panas (3-3a) menurunkan panas superheated gas sebelum gas ini dikembalikan menjadi bentuk cairan (3a-3b). Proses pembuangan panas ini biasanya dicapai dengan menggunakan media udara atau air. Penurunan suhu lebih lanjut (subcooled) terjadi pada pemipaan atau liquid receiver tank (3b - 4), sehingga cairan refrigeran didinginkan ke tingkat lebih rendah ketika cairan ini menuju alat ekspansi. Kondenser harus mampu membuang panas gabungan yang masuk evaporator dan kompresor. Dengan kata lain: (1 - 2) + (2 - 3) harus sama dengan (3 - 4). Proses 4 - 1 : Cairan refrigeran yang sudah didinginkan dan bertekanan tinggi melintas melalui peralatan ekspansi, yang mana akan mengurangi tekanan dan mengatur aliran refrigeran menuju evaporator. Penurunan tekanan ini dimaksudkan agar temperatur refrigeran ikut turun lebih rendah dari suhu ruangan evaporator sehingga terjadi perpindahan panas dari udara ruangan evaporator ke refrigeran. Ketika dalam alat ekspansi, tidak ada panas yang hilang maupun yang diperoleh (adiabatic).
5
2. Sistem Refrigerasi siklus absorbsi Berbeda dengan system kompresi aup yang dioperasikan oleh kerja, system absorbsi dioperasikan oleh kalor karena system memberikan kalor yang diperlukan untuk melepaskan refrigerant dari cairan betekanan tinggi. Refrigerant beterkanan rendah dari evaporator diserap oleh cairan didalam absorber, proses dilakukan secara adiabatic hingga temperatur cairan naik dan proses absorbsi berhenti. Untuk itu absorbsi umumnya didinginkan oleh udara atau yang berfungsi menyerap kalor dan melepasnya ke lingkungan, kemudian pompa menerima zat cair absorber dan menaikkan tekanannya lalu mengirimnya ke generator. Dalam generator, kalor dari sumber tertentu melepas uap yang telah diserap oleh lautan. Cairan dikembalikan ke absorber melalui katup throrrling untuk menurunkan tekanannya sehingga menjadi perbedaan tekanan antara generator dengan absorber.
Gambar 2.4 Sistem Refrigerasi siklus absorbs
2.3 Diagram Piskiometri Psikometrik merupakan suatu bahasan tentang sifat-sifat campuran udara dengan uap air, dan ini mempunyai arti yang sangat penting dalam pengkondisian udara karena udara pada atmosfir merupakan percampuran antara udara dan uap air, jadi tidak benar-benar kering. Kandungan uap air dalam udara pada untuk suatu keperluan harus dibuang atau malah ditambahkan. Udara kering mengandung
6
(dalam
volume)
78,03%
nitrogen,
20,99%
oksigen,
dan
selebihnya
karbondioksida, argon dan lain-lain. udara atmosfir mengikuti hukum GibbsDalton. Tekanan barometer Pb merupakan jumlah tekanan parsial dari semua unsur pokok yang membentuk udara, oksigen, nitrogen, dan uap air. Untuk suatu campuran udara air : Pb = Pa + Pv Dimana :
Pa = tekanan parsial udara Pv = tekanan parsial kandungan uap air
Pada suhu normal, tekanan udara parsial uap air di dalam atmosfer kurang dari 0,07 kgf/cm2, pada tekanan tersebut suhu jenuhnya 38,7oC berada dalam keadaan panas lanjut. Tekanan uap air yang rendah ini dianggap sebagai gas sempurna dan mengikuti hukum : Pv = R.T Sesuai dengan simbul yang dipakai, yaitu : R = Rmol / M Dimana : R = 848 kgf-m/kg-mol K Ma = 28,967 Mv = 18 (untuk uap air) jadi konstan gas Ra = 29,27 Rv = 47,11 kgf-m/kg K Untuk memahami proses-proses yang terjadi pada karta psikometrik perlu adanya pemahaman tentang sifat-sifat yang ada dalam karta psikometrik, antara lain :
7
2.3.1 Temperature bola keliling (dbt) Temperatur bola kering merupakan temperatur yang terbaca pada termometer sensor kering dan terbuka, namun penunjukan dari temperatur ini tidak tepat karena adanya pengaruh radiasi panas. 2.3.2 Temperature bola basah (wbt) Suhu bola basah adalah suhu yang ditunjukkan oleh temperature bola basah dan kering, diaman bola dibalut dengan kain basah dengan sumbu sutera yang dibasahi dengan air penyulingan. saat temometer dialiri udara tidak menjadi jenuh dengan uap air pada kecepatan 300m/menit, air yang ada pada kain basa akan menguap sesuai dengan kemampuan serap dari udara sekitar. Kesetimbangan suhu akhir yang tercapai disebut dengan suhu bola basah yang dinyatakan dalam oC dari dbt dan wbt. Perilaku kelembapan udara dapat diketahui baik dengan diagram psikrometri atau dengan persamaan Carrier, dinyatakan dengan : Pv =
(
)(
)
Dengan : t = suhu bola kering Pb = tekanan barometer t ‘ = suhu bola basah Ps’ = tekanan parsial uap air jenuh pada suhu bola basah Pv = tekanan parsial uap air 2.3.3 Suhu titik embun (dpt) Titik embun adalah temperatur air pada keadaan dimana tekanan uapnya sama dengan tekanan uap air dari udara. Jadi pada temperatur tersebut uap air dalam udara mulai mengembun dan hal tersebut terjadi apabila udara lembab didinginkan. Pada tekanan yang berbeda
titik embun uap air akan berbeda,
semakin besar tekanannya maka titik embunnya semakin besar.
8
Istilah – istilah Kelembapan Pada piskometri dikenal berberapa istilah kelembapan, yaitu :
1. Kelembapan Spesifik Kelembaban spesifik (w) adalah berat atau massa air yang terkandung didalam setiap kilogram udara kering, atau perbandingan antara massa uap air (mv) dengan massa udara kering (ma) yang ada didalam atmosfir. Kelembapasn spesifik dapat dirumuskan : W = Dimana : W = kelembapan spesifik, ma = massa udara kering, mv = massa udara kering
2. Kelembapan Relatif Kelembapan relatif ( ) ialah massa uap air (dalam kilogram) yang terkandung dalam satu meter kubik campuran udara-uap air pada tekanan tertentu. ( )t Dengam mengunakan persamaan gas sempurna untuk aup air tekanan rendah pada suhu T dan untuk aup air jenuh pada volume v : pv x v = mv x 47,1 x T ps x v = ms x 47,1 x T 3. Rasio jenuh Rasio jenuh ( ), atau disebut pula dengan derajat kejenuhan, didefinisikan sebagai rasio kelembapan spesifik dari udara lembap dengan kelembapan spesifik udara jenuh pada suhu yang sama. (
)
9
2.4 Diagram Mollier
10
BAB III PELAKSANAAN PERCOBAAN 3.1 Skema Instalasi
3.2 Data Teknis Peralatn 1. Kompressor -
Type
AE4440Y
-
Power supply
1 HP/220-240 V/ 50 Hz
-
Out put
750 W
-
FLA-normal
3.10
-
Refrigerant
R 134a = R.12
-
Putaran
2900 rpm
2. Kondensor -
Model
A19B1E
-
Power supply
820 w/ 240 V/ 50 Hz
-
Refrigeran R.134a = R.12
3. Fan udara -
Power supply
750 W
-
Efisiensi
78%
11
3.3 Prosedur Percobaan 1. Memastikan bahwa instalasi sudah dalam keadaan siap digunakan 2. Membuka semua katup yang ada pada instalasi (siklus) 3. Menghidupkan mesin pendingin, kemudian tunggu berberapa saat sampai kondisi menjadi normal. 4. Mengatur beban pendingin dengan memuktar thermostat pada posisi dan tunggu sampai 10 menit agar siklus berkerja, kemudian catat semua data yang diperlukan sesuai dengan lembar data. 5. Lakukan langkah 4 untuk beban pendingin berikutnya ( percobaan selanjutnya) dengan tidak mematikan mesin pendingin. 6. Jika seluruh pengujian telah dilaksanakan, matikan mesin pendingin dan pastikan semua katup dalam posisi tertutup. 7. Sebagai catatan untuk menjaga agar tidak terjadi kerusakan.
12
BAB IV ANALISA DATA
4.1 Data Hasil Pengujian
No. 1 2 3 4 5 6
Pengondisian Udara Sisi Masuk Sisi Keluar Tdb Twb Tdb Twb (ºC) (ºC) (ºC) (ºC) 26 25,1 25,4 20,4 26 25,3 25,4 20 26 25,4 25,4 20 26 25,5 25,9 21 26 25,6 26 21 26 25,6 26 21
Refrigeran Sebelum Sesudah T1 P1 T2 P2 (ºC) (bar) (ºC) (bar) -25 2 85 90 -10 3 80 90 -10 3 85 90 -10 4 85 90 -10 4 85 90 -10 4 85 95
4.2 Perhitungan Data Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengujian maka di dalam perhitungan untuk memperoleh besarnya entropi pada sistim atau setiap kondisi dari siklus refrigerasi kompresi uap standar dengan refregeran Freon 12 dapat digunakan A- 5 dan harga setiap kondisi dalam siklus adalah sebagai berikut : Untuk mencapai entalpi kita lakukan langkah – langkah sebagai berikut : 1. Kondisi I ( setelah refregeran keluar dari evaporator sebelum masuk kompresor ) Uap pada kondisi ini adalah kondisi jenuh dari data percobaan diperoleh, T1 = -25oC P1 = 200 kPa Dimana : 1 bar : 100 Kpa 10 bar : 103Kpa Dengan mengunakan tableA-2maka diperoleh harga entalpinya sebesar h1 : 104,89KJ/Kg S1 :0,3674Kg/Kg.°C 2. Kondisi II ( Setelah keluar dari kompresor sebelum didinginkan ) Pada kondisi ini refregeran yang terbentuk adalah uap panas lanjut dengan entropi konstan , dalam kondisi 2 ini kita akan mencari nilai h2 , untuk memperoleh h2, dipakai table A-3 .( diagram tekanan entalpi panas lanjut refrigerant 12 ) yaitu dengan menggeser kondisi I sehigga tekanan pengembunan P2 = 9000 kPa. h2 = 1363,3 KJ/Kg 3. Kondisi III ( Setelah keluar dari kondesor sebelum di exspansi ) Keadaan III adalah cairan jenuh pada T3 = 80oC.Dan dengan menggunakan table A-3 diperoleh h3 = 1339.95kJ/Kg 4. Kondisi IV ( Setelah terjadinya exspansi sebelum masuk Evaporator ) 13
h3 = h4 = 1339.95 kJ/ Kg. Dengan cara yang sama harga entalpi dari thermostat sebagai berikut : No. 1 2 3 4 5 6
h1 (kJ/Kg) 104.89 42.01 42.01 42.01 42.01 42.01
h2 (kJ/Kg)
h3=h4 (kJ/Kg)
P2 (Kpa)
S1 (kJ/Kg.°K)
V1 (m³/s)
1363.3
1339.95
9000
0.3674
1.0029
1363.3
1316.6
9000
0.151
1.0004
1363.3
1339.95
9000
0.151
1.0004
1363.3
1339.95
9500
0.151
1.0004
1363.3
1339.95
9500
0.151
1.0004
1385.45
1339.95
9500
0.151
1.0004
4.3 Pembahasan Dan Grafik Hubungan Parameter 1. Diagram Psikometri Tekanan Uap air di udara Ph = Pwb – (( Pbar – Pwb )*(tdb – twb )/ (2830- 1,44)*twb)) = 0,031884 – ((200 – 0,031884)*(26 – 25,3) / (2830 – 1,44 )*26)) = 0.050107132 Kpa Kelembaban temperature Hr = Ph / Pdb * 100 = 0.050107132 / 0,03363 * 100 = 191,5751825 Derajat jenuh Θ = Pbar – Pdb / Pbar – Ph * Hr = 200 – 0,03363 / 200 – 0.050107132 * 191,5751825 = 149.0076164 Rasio Kelembaban Aktual μ = 0,6220 * Ph / Pbar – Ph = 0,6220 *0.050107132 / 200 – 0.050107132 = 0.000165896 Kj/Kg 2. Termodinamika 1. Efek refregerasi ( Qs= Qin ) Qin = h1 – h4 =104.89 – 1339.95 = -1235.06 Kj/Kg 2. Kalor dibuang lewat kondensor (Qcon ) Qcon = h2 – h3 = 1363,3 – 1339,95 = 23,35 Kj/Kg
14
3. Kerja kompresi isentropic ( Wcom ) W com = h1 - h2 = 104,89 – 1363,3 = -1258,41Kj/Kg 4. Laju masa refrigerant ( Mr ) Mr = Q/ h1 – h4 = 0.75 / 104,89 – 1339,95 = -0,000607 Kg/ s 5. Daya kompresi Nk = Mr * ( h1 - h2) = -0,000607*(104,89 – 1363,3) = 0,764179473 Kj/s 6. Volume aliran Refrigeran V = Mr * V = 0,000607 * 1,0029 = -0,00061 m3/s 7. Koefisien Prestasi ( COP ) COP = h1 – h4 / h1 - h2 = 104,89 – 1339,95 / 104,95 – 1363,3 = 0,981445 Dengan cara yang sama kita dapatkan hasilnya : a. Data Perhitungan Diagram Psikometri Sisi Masuk no 1 2 3 4 5 6
Ph (kPa) 0.050107132 0.096630233 0.09663017 0.21467303 0.243270913 0.271863007
Hr 148.995338 287.33343 287.333245 638.337882 723.374704 808.394313
Ø 149.007616 1852635.9 1852637.19 1551437.38 1497825.08 1458047.23
μ (kJ/Kg) hud (kJ/Kg) 0.0030602 33.493232 0.0018852 32.232931 0.0018852 32.232931 0.0011189 31.411089 0.0010475 31.334447 0.000976 31.257809
Hr 0.33309442 320.110517 426.822343 2124.00395 2124.00395 7239.45453
Ø 0.332789 320.543509 427.680135 2127.6248 2127.6248 460.087195
μ (kJ/Kg) 0.0033069 0.0002439 -0.000412 -0.000131 -0.000131 -0.004459
Sisi Keluar no 1 2 3 4 5 6
Ph (kPa) 0.000612877 0.588987346 0.78533177 0.71430253 0.71430253 2.434628557
hud (kJ/Kg) 33.257111 29.97249 29.269005 30.070507 30.070507 25.428838
15
b. Data Perhitungan Termodinamika no 1 2 3 4 5 6
Qin (kJ/Kg) -1235.06 -1274.59 -1297.94 -1297.94 -1297.94 -1297.94
Qcond (kJ/Kg) 23.35 46.7 23.35 23.35 23.35 45.5
Wcomp (kJ/Kg) -1258.41 -1321.29 -1321.29 -1321.29 -1321.29 -1343.44
Mr (Kg/s) -0.000607 -0.000588 -0.000578 -0.000578 -0.000578 -0.000578
Ncomp (Kg/s) 0.7641795 0.7774794 0.7634925 0.7634925 0.7634925 0.7762917
V (m³/s)
COP
-0.000609 -0.0005887 -0.0005781 -0.0005781 -0.0005781 -0.0005781
0.9814448 0.9646558 0.9823279 0.9823279 0.9823279 0.9661317
n com- w com 0.78 0.775 0.77 0.765
n com- w com
0.76 0.755
ratio kelembapan termostat 0.0035 0.003 0.0025 0.002
ratio kelembapan termostat
0.0015 0.001 0.0005 0 0
2
4
6
8
16
derajat penuh termostat 2500000 2000000 1500000 derajat penuh termostat
1000000 500000 0 0
2
4
6
8
mr termostat -0.000575 -0.00058 0
2
4
6
8
-0.000585 -0.00059
mr termostat
-0.000595 -0.0006 -0.000605 -0.00061
w com termostat -1240 0
2
4
6
8
-1260 -1280 -1300
w com termostat
-1320 -1340 -1360
17
ncom COP 0.985 0.98 0.975 ncom COP
0.97 0.965 0.96 0.76
0.765
0.77
0.775
0.78
Hr termostat 900 800 700 600 500 Hr termostat
400 300 200 100 0 0
2
4
6
8
ph termostat 0.3 0.25 0.2 0.15
ph termostat
0.1 0.05 0 0
2
4
6
8
18
Qcond termostat 50 40 30 Qcond termostat
20 10 0 0
2
4
6
8
Qin termostat -1230 -1240
0
2
4
6
8
-1250 -1260 -1270
Qin termostat
-1280 -1290 -1300 -1310
Qcom termostat 50 40 30 Qcom termostat
20 10 0 0
2
4
6
8
19
BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
5.1 Pembahasan 1. Hubungan kalor yang diserap refrigerant terhadap posisi thermostat adalah berbanding lurus dengan perubahan temperatur pada mesin pendingin maka akan berubah pula nilai kalor yang diserap oleh refrigerant . Hal ini disebabkan adanya perubahan entalpi refregeran sesudah evaporatot ( h1 ) dikurangi dengan entalpi reefregeran sesudah kompresor. 2. Hubungan daya yang dilepas kompresor terhadap posisi thermostat adalah berbanding lurus dengan perubahan temperature pada mesin pendingin maka akan berubah untuk nilai kalor yang dilepas kondensor sesuai dengan kenaikan daya yang dikeluarkannya , sehigga dapat kita lihat temperature yang di lepas kondensor akan sama dengan daya pada mesin pendingin 3. Hubungan kerja kompresi terhadap posisi thermostat adalah fluktuatif dengan menambah temperature pada mesin pendingin , maka kerja kompresi akan mengalami penurunan dan pada posiasi tertentu untuk merubah termperatur pada mesin pendingin , kerja kompresi akan mengalami kenaikan . Hal ini dikarenakan perubahan entalpi refregeran sesudah evaporator yang cenderung naik turun dikurangi dengan entalpi sebelum kondensor . Maka semakin kecil entalpi yang diberikan maka semakin besar untuk tempertur yang dikeluarkan . 4. Hubungan laju masa refregeran terhadap posisi thermostat adalah berbanding lurus dengan perubahan temperature pada mesin pendingin maka nilai masa pendauran refregeran akan semakin naik . Hali ini dikarenakan akan adanya perbandingan kapasitas refregeran dengan kalor yang diserap oleh refregeran pada evaporator . Sehingga semakin tinggi kerja kompresi yang diperlukan maka semakin besar laju masa refregeran . 5. Hubungan daya komperesi terhadap laju masa adalah berbanding lurus . Hal ini dipengaruhi oleh kerja kompresi yang hasilnya naik turun laju masa refregeran sehigga dapat di lihat dengan perubahan tempereatur pada mesin pendingin . Nilai daya kompresi akan mengalami kenaikan maka kerja dari pada mesin pendingin juga akan mengalami kenaikan pula. 6. Hubungan koefisien dengan laju masa refregeran adalah berbanding terbalik Hal ini disebabkan adanya kerja kompresi yang nilainya cenderung naik turun pada setiap perubahan tempertur mesin pendingin yaitu semakin tinggi laju masa refregeran mengakibatkan koefisien prestasi cenderung menurun 5.2 Kesimpulan Berdasarkan dari hasil praktikum dari pengolahan data maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Hubungan antara daya refregeran dengan thermostat menyatakan bahwa kenaikan dari perubahan thermostat akan menyebabkan peningkatan daya 20
refregeran semakin tinggi thermostat maka semkin tinggi pula laju aliran refregaran dan kerja kompresor dalam upanya memapatkan refregeran dan semakin cepat proses pendinginan . 2. Hubungan daya kompresor terhadap thermostat menunjukkan bahwa naiknya daya kompresor akan diikuti oleh naiknya thermostat . H al ini disebabkan semakin tinggi termostat maka laju aliran yang dibutuhkan semakin tinggi. 3. Bertambahnya thermostat akan menyebabkan penurunan dampak refregeran . Hali ini disebabakan refregeran mengalamai perubahan fase sehingga menyebabkan perubahan entalpi sehingga diperlukan daya evaporator yang tinggi untuk menguapkan refregeran. 4. Bertambahnya thermostat menyebabkan penurunan terhadaop panas buang karena uap refregeran semakin bertamabah sehigga panas dibuang sedikit. 5. Berdasarkan hasil praktikum yang dilaksanakan ternyata tidak semua sejalan dengan teoritis yang berlaku . Hal ini dapat dilihat dari fluktasi grafik hasil percobaan . Ini dapat disebabkan penurunan prestasi mesin dari alat uji coba , kurangnya bimbingn dari asisten , kurangnya pengetauan , ketidak akuratnya data yanga diperoleh.
21
DAFTAR PUSTAKA
Team Lab. Prestasi Mesin , Panduan Praktikum PrestasiMesin, UMM. Malang ,2005.
Staecker WF.Refrigerasi Dan Pengkondisian Udara. Erlangga , Jakarta ,1987.
22
View more...
Comments