Laporan 3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
February 23, 2018 | Author: Airlangga Diandra Putra | Category: N/A
Short Description
Laporan Kimia Analitik ITB 2013/2014...
Description
Laporan Praktikum KI2221 Pemisahan dan Elektrometri Percobaan 3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Nama
: Airlangga Diandra Putra
NIM
: 10512038
Kelompok
: 4
Tanggal Percobaan
: 22 April 2014
Tanggal Pengumpulan
: 29 April 2014
Asisten, NIM
: Kurniawan
LABORATORIUM KIMIA ANALITIK PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2014
Modul 3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
I.
Tujuan Percobaan Menentukan konsentrasi kafein dalam sampel kopi dan teh
II.
Teori Dasar Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan berdasarkan partisi senyawa analit terhadap fasa diam dan fasa gerak. Metoda kromatografi cair kinerja tinggi (High Performance Liquid Chromatography, HPLC) merupakan metoda kromatografi dimana digunakan tekanan yang tinggi untuk mendorong pelarut (fasa gerak) menuju suatu kolom (fasa diam) yang berisi partikel-partikel pengemasnya. Kafein adalah senyawa polar yang larut dalam metanol. Apabila kadar kafein ingin ditentukan dengan kromatografi, kafein harus diekstrak dari sampel ke pelarut yang lebih non-polar. Tetapi, apabila fasa diam yang digunakan bersifat non-polar dengan fasa gerak yang polar, ekstrasi tersebut tidak perlu dilakukan. Pada monitor kromatogram akan terbentuk dimana tingginya berbanding lurus dengan konsentrasi kafein, sehingga konsentrasinya dapat ditentukan.
III.
Alat dan Bahan a. Bahan
b. Alat
1. Larutan standar kafein 500 ppm
1. Gelas kimia
2. Larutan asam fostfat 5%
2. Gelas ukur
3. Metanol(aq)
3. Pipet tetes
4. Aqua Bidest
4. Instrumen HPLC
5. Produk minuman ber-kafein
5. Labu takar
6. Aqua DM
6. Syringe 7. Ultrasonic Bath
IV.
Cara Kerja Dimasukkan 140 mL Aqua Bidest ke dalam gelas kimia lalu ditambahkan 1.4 mL H3PO4 5% dan 60 mL metanol, dihilangkan gas terlarut dengan ultrasonic bath. Dibuat 5 mL larutan standar kafein 20, 40, 60, 80, dan 100 ppm dari larutan standar kafein 500 ppm dengan eluen sebagai penanda-batas pada labu takar. Dilarutkan sampel serbuk kopi dan teh celup dalam air dan dipanaskan dilanjutkan dengan pengenceran hingga 25 mL (eluen sebagai penanda-batas). Dilakukan analisis terhadap kelima larutan standar kafein dan terhadap kedua sampel dengan kromatografi cair kinerja tinggi. Dilakukan pembilasan terhadap syringe dan tempat injeksi syringe yang akan dipakai terlebih dahulu menggunakan aqua DM dan larutan yang akan diuji. Ditentukan waktu retensi dari larutan analit dan ditentukan konsentrasi kafein di dalam sampel.
V.
Data Pengamatan Fasa diam
: C-18
Panjang kolom
: 12.5 cm
Ukuran partikel
: 5.0 µm
Fasa gerak
: Metanol-air (65%-35%)
Laju alir
: 1.0 mL/menit
Volum injeksi
: 20.0 µL
Tekanan gas
: 180.0 barr
Panjang gelombang UV
: 280.0 nm
1. Larutan standar kafein 20 ppm
Tinggi
Puncak
tr
Tipe
w
Luas area
ke-
(menit)
Puncak
(menit)
(mAU*s)
1
0.994
BB
0.0873
22.19830
3.53165
2.2758
2
1.179
BV
0.1225
34.01767
3.59002
3.4875
3
1,348
VB
0,0813
919,20111
174,96242
94,2367
975.41708
182.08409
Total
puncak (mAU)
%Luas area
2. Larutan standar kafein 40 ppm
Tinggi
Puncak
tr
Tipe
w
Luas area
ke-
(menit)
Puncak
(menit)
(mAU*s)
1
0.998
BB
0.0744
16.58859
3.10160
0.9144
2
1.182
BV
0.1188
39.20728
4.36484
2.1613
3
1.350
VB
0.0819
1758.28345
331.32278
96.9243
1814.07932
338.78922
Total
puncak (mAU)
%Luas area
3. Larutan standar kafein 60 ppm
Tinggi
Puncak
tr
Tipe
w
Luas area
ke-
(menit)
Puncak
(menit)
(mAU*s)
1
1.000
BB
0.0713
16.16898
3.29210
0.6679
2
1.186
BV
0.1161
41.82574
4.68939
1.7276
3
1.352
VB
0.0813
2363.00488
449.92599
97.6045
2420.99960
457.90749
Total
4. Larutan standar kafein 80 ppm
puncak (mAU)
%Luas area
Tinggi
Puncak
tr
Tipe
w
Luas area
ke-
(menit)
Puncak
(menit)
(mAU*s)
1
0,772
BV
0,1213
103,18629
12,12074
3,0456
2
1,000
VB
0,0677
19,324430
4,197310
0,5704
3
1,186
BV
0,114
42,561270
4,894970
1,2562
4
1,352
VB
0,0804
3222,92432
622,59247
95,1277
3387,99631
643,80538
Total
puncak (mAU)
%Luas area
5. Larutan standar kafein 100 ppm
Tinggi
Puncak
tr
Tipe
w
Luas area
ke-
(menit)
Puncak
(menit)
(mAU*s)
1
1.002
BB
0.0616
13.85685
3.257185
0.3136
2
1.190
BV
0.1105
46.66743
5.526670
1.0560
3
1.353
VB
0.0809
4358.54736
834.61401
98.6304
4419.07164
843.39787
Total
puncak (mAU)
%Luas area
6. Larutan sampel teh
Tinggi
Puncak
tr
Tipe
w
Luas area
ke-
(menit)
Puncak
(menit)
(mAU*s)
1
1.114
BV
0.5172
5794.49609
548.89172
53.6271
2
1.353
VV
0.0890
3728.34521
630.58948
34.5052
3
1.608
VB
0.3159
1282.31665
55.848860
11.8676
1.08052-E4
1235.33006
Total
7. Larutan sampel kopi
puncak (mAU)
%Luas area
Tinggi
Puncak
tr
Tipe
w
Luas area
ke-
(menit)
Puncak
(menit)
(mAU*s)
1
1.148
BV
0.1204
1.27686-E4
1544.72083
53.2653
2
1.350
VV
0.0879
1.01700-E4
1800.25854
42.4250
3
1.525
VB
0.0924
686.20221
110.51438
2.86260
4
1.744
BB
0.0878
137.87712
25.199636
0.57520
5
2.531
BV
0.0974
42.105380
6.513920
0.17560
6
2.698
VBA
0.1792
166,94238
14.84260
0.69640
2.39717-E4
3502.04963
Total
puncak (mAU)
%Luas area
Pengolahan Data 1. Pembuatan kurva kalibrasi larutan standar kafein [Kafein] (ppm)
Luas area (mAU*s)
Tinggi puncak (mAU)
20.0
919.201110
174.96242
40.0
1758.28345
331.32278
60.0
2363.00488
449.92599
80.0
3222.92432
622.59247
100.0
4358.54736
834.61401
Kurva kalibrasi luas vs konsentrasi kafein Luas area (mAU*s)
4650 3900
y = 41.717x + 21.392 R² = 0.9886
3150 2400 1650 900 20
40
60
80
100
Konsenrasi kafein (ppm)
Kurva kalibrasi tinggi vs konsentrasi kafein 850
Tinggi puncak (mAU)
VI.
750
y = 8.0529x - 0.4883 R² = 0.9897
650 550 450 350 250 150 20
40
60
Konsentrasi kafein (ppm)
80
100
2. Penentuan konsentrasi kafein dalam sampel teh dan sampel kopi Sampel
Luas area (mAU*s)
Tinggi puncak (mAU)
Teh
3728.34521
630.589480
Kopi
10170.0000
1800.25854
a. Berdasarkan luas kromatogram y
= 41.717x + 21.392 ; (y adalah luas puncak, x adalah konsentrasi kafein)
Teh
→
3728.34521
= 41.717 [Kafein] + 21.392
[Kafein]sampel = 88.8595 ppm x faktor pengenceran [Kafein]sampel = 88.8595 ppm x 5 = 444.2975 ppm Kopi
→
10170.0000
= 41.717 [Kafein] + 21.392
[Kafein]sampel = 243.2727 ppm x faktor pengenceran [Kafein]sampel = 243.2727 ppm x 5 = 1216.3635 ppm b. Berdasarkan tinggi puncak kromatogram y
= 8.0529x - 0.4883 (y adalah tinggi puncak, x adalah konsentrasi kafein)
Teh
→
630.589480
= 8.0529 [Kafein] - 0.4883
[Kafein]sampel = 78.3665 ppm x faktor pengenceran [Kafein]sampel = 78.3665 ppm x 5 = 391.8326 ppm Kopi
→
1800.25854
= 8.0529 [Kafein] - 0.4883
[Kafein]sampel = 223.6147 ppm x faktor pengenceran [Kafein]sampel = 223.6147 ppm x 5 = 1118.0735 ppm
Sampel
Konsentrasi kafein1 (ppm)
Konsentrasi kafein2 (ppm)
Teh
444.2975
391.8326
Kopi
1216.3635
1118.0735
Keterangan.
1
Pengukuran berdasarkan luas kromatogram
2
Pengukuran berdasarkan tinggi puncak kromatogram
VII.
Pembahasan Pada percobaan kali ini, dilakukan penentuan kadar kafein di dalam larutan sampel teh dan sampel kopi dengan metoda pemisahan kromatografi cair kinerja tinggi (High Performance Liquid Chromatography, HPLC). Metoda kromatografi ini merupakan analisis kualitatif sekaligus kuantitatif, dengan variabel kualitatifnya adalah waktu retensi dari sampel. Prinsip kerja dari HPLC adalah menggunakan suatu pompa bertekanan tinggi untuk mendorong fasa geraknya yan berupa pelarut agar dapat melewati fasa diam yang berupa kolom berisikan partikel pengemas. Pada percobaan ini digunakan HPLC dengan jenis fasa terbalik, yaitu fasa diamnya nonpolar (C-18) dan fasa geraknya polar (metanol:air = 65:35). Pada instrumen HPLC, pelarut-pelarut harus dihilangkan komponen gasnya untuk menghalangi pembentukan gelembung-gelembung, dan penghilangan ini dapat dilakukan menggunakan ultrasonic bath. C-18 merupakan senyawa silika yang pada permukaannya diberikan lapisan Xilena, sehingga fasa diam ini bersifat non-polar. Komposisi metanol-air yang digunakan sebagai eluen dipilih 65-35 dikarenakan komposisi tersebut yang memberikan hasil pemisahan kromatogram yang baik dengan waktu analisis yang sesebentar mungkin (dengan pembanding hasil percobaan pada komposisi lain). Metoda peng-elusi-an analit yang dilakukan adalah elusi isokratik, yaitu komposisi eluen yang dipakai selama proses elusi adalah tetap (65-35), tidak berubah, sedangkan metoda elusi lainnya adalah elusi gradien, komposisi eluen berubah selama proses elusi. Air merupakan fasa gerak yang lemah dan memiliki retensi yang besar, sedangkan metanol memiliki kekuatan elusi yang lebih besar dibandingkan dengan air, pelarutpelarut ini sering digunakan karena harga yang lebih murah dibandingkan pelarut organik lain dan tidak terlalu berbahaya jika dibuang ke lingkungan. Pada percobaan ini digunakan metoda elusi isokratik dikarenakan sudah diketahui bahwa komponen penyusun sampel tidaklah terlalu banyak sehingga tidak perlu dilakukan pemisahan yang banyak dengan metoda elusi gradien. Suatu komponen dapat terpisah dari komponen penyusun senyawa lainnya dalam kromatografi dikarenakan perbedaan interaksi antara komponen tersebut dengan fasa gerak dan fasa diam. Interaksi yang dimaksudkan dalam HPLC ini adalah interaksi kemiripan sifat kepolaran, komponen suatu senyawa memiliki sifat kepolaran yang berbeda-beda, sifat tersebut dapat dimanfaatkan untuk dilakukan pemisahan. Kemiripan sifat kepolaran akan menyebabkan suatu komponen akan lebih
terlarut dalam satu fasa yang kepolarannya lebih mendekati dibandingkan fasa yang lainnya. Kafein merupakan komponen yang ingin dipisahkan, komponen ini memiliki sifat yang polar, maka dari itu digunakan HPLC fasa terbalik yang tujuannya mempercepat waktu analisis. Kafein yang bersifat polar akan lebih terlarut dalam fasa diam dan akan memiliki waktu retensi yang lebih rendah dibandingkan komponen lainnya yang lebih bersifat non-polar namun akan memiliki waktu retensi yang lebih besar dibandingkan komponen lainnya yang bersifat lebih polar dibandingkan kafein. Waktu retensi akan bervariasi tergantung kepada: tekanan yang digunakan (mempengaruhi laju alir pelarut); sifat fasa diam (komponen dan ukuran partikel); komposisi pelarut; dan suhu kolom. Detektor
yang
digunakan
pada
instrumen
HPLC
kali
ini
adalah
spektrofotometer UV-VIS, sebuah metoda umum yang mudah untuk menjelaskan menggunakan penyerapan ultra-violet. Banyak senyawa organik menyerap sinar UV dari beberapa panjang gelombang. Jika seberkas sinar UV dilewatkan pada aliran cairan yang keluar dari kolom, dan detektor UV berada pada bagian berlawanan dari berkas cahaya, maka dapat didapatkan pembacaaan langsung berapa banyak cahaya yang diserap. Jumlah cahaya yang diserap bergantung kepada jumlah senyawa tertentu yang melewati sinar pada saat itu. Pelarut yang digunakan juga menyerap sinar UV, tetapi senyawa yang berbeda akan menyerap sinar terkuat dalam bagian berbeda pada spektrum UV. Metanol menyerap pada panjang gelombang dibawah 205 nm dan air dibawah 190 nm. Sehingga jika digunakan campuran metanol-air sebagai pelarut harus digunakan panjang gelombang yang lebih besar dari 205 nm untuk mencegah pembacaan pelarut dalam analit. Output akan direkam sebagai rangkaian puncak, masing-masing puncak mewakili satu senyawa dalam campuran yang melewati detektor dan menyerap sinar UV. Tinggi dan luas puncak dapat digunakan untuk mengukur jumlah dari senyawa ini. Konsentrasi kafein dalam percobaan ini ditentukan dengan cara metoda kurva kalibrasi (penggunaan serangkaian larutan standar sebagai pembanding). Perbedaan nilai konsentrasi dari kafein yang diperoleh berdasarkan perhitungan dengan menggunakan luas kromatogram maupun tinggi kromatogram dapat disebabkan oleh adanya udara yang masuk ke dalam kolom sehingga mempengaruhi tekanan dalam kolom.
VIII.
Kesimpulan Konsentrasi kafein dalam sampel teh dan kopi berdasarkan hasil kurva dari luas area kromatogram adalah 444.2975 ppm dan 1216.3635 ppm dan dari tinggi puncak kromatogram sebesar 391.8326 ppm dan 1118.0735 ppm.
IX.
Daftar Pustaka www.scimedia.com/chem-ed/sep/lc/hplc.htm, diakses 21/04/2014 20:37 WIB http://hplc.chem.shu.edu/NEW/HPLC_Book/Detectors/det_uv.html, diakses 22/04/2014 21:31 WIB www.sciencelab.com/msdsList.php, diakses 19/04/2014 15:11 WIB www.chem-is-try.org/materi_kimia, diakses 19/04/2014 15:18 WIB
View more...
Comments