August 14, 2017 | Author: Marni Sianturi | Category: N/A
LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI PENGGUNAAN APD DI RUMAH SAKIT SYAFIRA
DISUSUN OLEH TIM PPI RS SYAFIRA
Jl. JenderalSudirman No. 134 Pekanbaru Telp. (0761) 3061000 Fax : (0761) 41887 Email :
[email protected] Website :rssyafira.com
1
BAB I PENDAHULUAN Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan. Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, dan pengunjung di rumah sakit, dihadapkan pada risiko terjadinya infeksi atau infeksi nosokomial yaitu infeksi yang diperoleh di rumah sakit, baik karena perawatan atau datang berkunjung ke rumah sakit. Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit merupakan suatu upaya kegiatan untuk meminimalkan atau mencegah terjadinya infeksi pada pasien, petugas, pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit. Salah satu program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) adalah penggunaan APD bagi petugas, disamping adanya kegiatan lain seperti pendidikan dan latihan, kewaspadaan isolasi serta kebijakan penggunaan antimikroba yang rasional. Hasil pemantauan penggunaan APD ini dapat digunakan sebagai data dasar laju infeksi di rumah sakit, untuk menentukan adanya kejadian luar biasa (KLB), dan sebagai tolok ukur akreditasi rumah sakit. Dengan adanya kegiatan pemantauan penggunaan APD pada program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di rumah sakit (PPIRS) diharapkan dapat menurunkan laju infeksi di Rumah Sakit Syafira. Petugas pelayanan kesehatan setiap hari dihadapkan kepada tugas yang berat untuk bekerja dengan aman dalam lingkungan yang membahayakan. Kini, resiko pekerjaan yang umum dihadapi oleh petugas pelayanan kesehatan adalah kontak dengan darah dan duh tubuh sewaktu perawatan rutin pasien. Pemaparan terhadap patogen ini meningkatkan resiko mereka terhadap infeksi yang serius dan kemungkinan kematian. Petugas kesehatan yang bekerja di kamar bedah dan kamar bersalin dihadapkan kepada
2
resiko pemaparan terhadap patogen yang lebih tinggi daripada bagian – bagian lainnya ( Gershon dan Vlavov 1992). Karena resiko yang tinggi ini, panduan dan praktik perlindungan infeksi yang lebih baik diperlukan untuk melindungi staf yang bekerja di area ini. Lagi pula, anggota staf yang tahu cara melindungi diri mereka dari pemaparan darah dan duh tubuh dan secara konsisten menggunakan tindakan – tindakan ini akan membantu melindungi pasien – pasiennya juga. Sementara kesadaran terhadap keseriusan AIDS dan Hepatitis C meningkat, dan bagaimana mereka dapat tertular di tempat kerja, banyak petugas kesehatan tidak merasakan diri mereka dalam resiko. Terlebih lagi, mereka yang beresiko tidak secara teratur menggunakan perlengkapan pelindung, seperti sarung tangan, atau praktik – praktik lain ( cuci tangan ) yang disediakan untuk mereka.
3
BAB II PENGORGANISASIAN Berdasarkan SK Direktur Nomor:001/SK/PPI-RSS/III/2015tentang Pembentukan Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) Rumah Sakit Syafira tanggal 02 maret 2015. PPIRS mempunyai peran penting dalam rangka memberikan pelayanan prima terhadap pasien, baik langsung ataupun tidak langsung. Memberi pengertian dan tambahan wawasan terhadap pasien dan pengunjungnya tentang perkembangan penyakit dan kuman setidaknya akan mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien. Dalamperjalanan kinerjanya, PPIRS masih menghadapi beberapa kendala antar lain belum ditetapkannya IPCN (Infection Prevention Control Nurse) yang fulltime sehingga banyak hal yang tidak tergarap antara lainnya pembuatan revisi protap, panduan, pedoman, dan beberapa kerjasama yang semestinya di lakukan dengan unit lainnya menjadi tidak dapat dilakukan contohnya mendesain sebuah ruangan seharusnya melibatkan unsur PPIRS untuk memberikan masukan kepada tim/unit /pihak yang melaksanakan pembangunan sehingga sesuai atau paling tidak mendekati kaidah PPI. Pengorganisasian PPIRS kedepan bisa memberikan kontribusi yang baik untuk peningkatan mutu layanan di RS Syafira dan bisa berkolaborasi dengan unit yang lain untuk kemajuan RS syafira dan akhirnya berpartisipasi dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas khususnya di Kota Pekanbaru, Sehat dan Mandiri sehingga usia harapan hidup akan lebih baik.
4
BAB III MONITORING HASIL PENGGUNAAN APD TRIWULAN (MARET-MEI) RUMAH SAKIT SYAFIRA
A. LAPORAN KEPATUHAN PENGGUNAAN APD TRIWULAN Unit Gawat Darurat
B. ANALISA LAPORAN HASIL PENGGUNAAN APD Data kepatuhan penggunaan APD yang didapatkan adalah data dari ruangan rawat inap, OK, VK, IGD, LABOR, LOUNDRY, CS, RUANG TINDAKAN,
yang
diakumulasikan dan dihitung dengan rumus-rumus yang mengacu pada Pedoman penggunaan APD Rumah Sakit Syafira. Bahwa pada data triwulan tersebut terlihat angka kepatuhan penggunaan APD ini masih belum terlaksana dengan baik, maka diperlukan kembali sosialisasi tentang penggunaan APD.
5
IN FEK SI L U K A OPER A SI B U LA N M EI 2 0 1 5
6
C. PROGRAM YANG TELAH DIJALANKAN Kegiatan yang dilakukan dalam rangka menjalankan program penggunaan APD RS Syafira ialah: 1. Sosialisai SPO penggunaan APD. 2. Pelatihan penggunaan APD. 3. Sasaran awal untuk pengendalian infeksi. Setiap hari jum’at pagi (coffe morning) telah dilaksanakan kegitan sosialisasi dan pelatihan penggunaan APD yang diikuti oleh seluruh karyawan mulai dari direktur, para dokter, farmasi, laboratorium, perawat, radiolagi, bag umum, securiti, dan tidak terkecuali cleaning servise. Meskipun pada akhirnya peserta yang mengikuti pelatihan dinyatakan lulus namun pada proses monitoring dilapangan terdapat 86,7 % sudah mengikuti pelatihan 80.2 % memakai APD dengan benar 12.1 % memakai APD dengan salah 2.36 % memakai APD dengan tahapan yang terlewat Kegiatan ini juga dimasukkan dalam kegiatan diklat keperawatan. Evaluasi dilakukan oleh IPCLN masing-masing unit dipantau oleh IPCN.
7
BAB IV EVALUASI HASIL PENGGUNAAN APD TRIWULAN (MARET-MEI) RUMAH SAKIT SYAFIRA
Pada setiap unit masih ada ditemukan ruangan yang belum mempunyai SPO penggunaan APD, selain itu perlengkapan APD yang tersedia masih minimal dan penggunaannya belum disesuaikan dengan standar yang direkomendasikan oleh WHO maupun Depkes RI. 1. Gambaran
2. Program pendidikan kepada petugas sedikit demi sedikit sudah berjalan, orientasi petugas/karyawan baru, sudah dilaksanakan meskipun belum sepenuhnya. Untuk tahap awal program sudah dilaksanakan kegiatan pelatihanpenggunaan APD, Terkait dengan program penyehatan lingkungan dirasakan masih perlu banyak koreksi. Untuk pembatasan pengunjung, sampai saat ini bila kita perhatikan pembatasan waktu berkunjung masih belum terlaksana.Pembatasan pengunjung selain waktu juga pada anak-anak dibawah 12 tahun masih banyak yang lolos. Diruang rawat inap belum bisa dilaksanakan pembatasan pengunjung, sehingga terkadang ruangan menjadi penuh dan pengap, sehingga tidak salah jika ruang rawat inap secara keseluruhan menjadi ruangan yang memberikan kontribusi meningkatnya angka infeksi. Juga diruangan lain yang seharusnya menjadi ruangan “isolasi” digunakan juga oleh keluarga pasein untuk tidur dan menunggu pasien diruangan yang sama/diruang rawat. Sehingga sudah sering ditemukan yang dulunya menunggu pasien sekarang menjadi pasien.
8
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan Kepatuhan penggunaan APD dari hasil observasi masih rendah, dimana banyak petugas yang belum patuh dalam menggunakan APD seperti : sarung tangan , masker, apron dan kaca mata. Perlu dilakukan langkah-langkah yang kongkrit agar petugas mematuhi penggunaan APD ini sehingga manfaat pelatihan masih sangat rendah korelasinya untuk pengendalian infeksi. B. Saran 1) Sosialisai dan pelatihan SPO kepada petugas dilakukan terus menerus dan bertahap sehingga petugas lebih paham. 2) Menyediakan fasilitas APD segera terpenuhi dengan jumlah yang disesuaikan dengan kebutuhan petugas dan jumlah pasien sehingga penggunaan APD bisa selalu diterapkan saat melakukan tindakan. 3) Dibuat laporan dan evaluasi kepatuhan terhadap penggunaan APD, dan senantiasa dilakukan monitoring oleh IPCN.
BAB VI PENUTUP Demikian laporan ini di buat mudah-mudahan bisa menjadi bahan pertimbangan untuk beberapa kebijakan yang menyangkut PPIRS, tentunya untuk kemajuan rumah
9
sakit yang dapat memberikan pelayanan yang bermutu, dan turut berkontribusi untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan mandiri.
10