Landasan Teoritik Dan Empirik pembelajaran Terpadu

September 12, 2019 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Landasan Teoritik Dan Empirik pembelajaran Terpadu...

Description

LANDASAN TEORITIK DAN EMPIRIK (DARI BERBAGAI TEORI)

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Terpadu

Dosen pengampu: Ibu Arini Esti Astuti

Disusun oleh: 1.

Anis Setiawati

1401411009

2.

Yeni Nurindarwati

1401411030

3.

Eria Nova Choirun Nisa

1401411271

4.

Rochmatul Ngumri

1401411360

5.

Nisa’ Azizah

1401411425

6.

Shofarotun Ulfiyah

1401411438

Rombel: 15

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Dewasa ini setiap satuan pendidikan secara bertahap harus melaksanakan pengelolaan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah no. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. PP no. 19 ini memberikan arahan tentang delapan standar nasional pendidikan, yang meliputi: standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (berpikir holistik) dan memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkret dan pengalaman yang dialami secara langsung. Pelaksanaan pembelajaran yang terpisah menyebabkan permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah. Angka mengulang kelas dan angka putus sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain. Data tahun 1999/2000 memperlihatkan bahwa angka mengulang kelas satu sebesar 11,6% sementara pada kelas dua 7,51%, kelas tiga 6,13%, kelas empat 4,64%, kelas lima 3,1%, dan kelas enam 0,37%. Pada tahun yang sama angka putus sekolah kelas satu sebesar 4,22%, masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas dua 0,83%, kelas tiga 2,27%, kelas empat 2,71%, kelas lima 3,79%, dan kelas enam 1,78%.

Angka nasional tersebut semakin memprihatinkan jika dilihat dari data di masing-masing propinsi terutama yang hanya memiliki sedikit taman kanakkanak. Hal itu terjadi terutama di daerah terpencil. Pada saat ini hanya sedikit peserta didik kelas satu sekolah dasar yang mengikuti pendidikan prasekolah sebelumnya. Tahun 1999/2000 tercatat hanya 12,61% atau 1.583.467 peserta didik usia 4-6 tahun yang masuk taman Kanak-kanak, dan kurang dari 5 % peserta didik berada pada pendidikan prasekolah lain. Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta didik kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang telah masuk taman kanak-kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan taman kanak-kanak. Selain itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas awal sekolah dasar dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan peserta didik yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang kelas atau bahkan putus sekolah. Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran terpadu sangat penting untuk dilaksanakan di tingkat sekolah dasar, agar pembelajaran di kelas tidak monoton, menyenangkan serta bermakna bagi kehidupan peserta didik. B.

Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengertian pembelajaran terpadu? 2. Bagaimana landasan teoritik dan empirik dalam pembelajaran terpadu? 3. Apa saja teori dalam pembelajaran terpadu?

C.

Tujuan 1. Mengetahui pengertian pembelajaran terpadu. 2. Mengetahui landasan teoritik dan empirik dalam pembelajaran terpadu. 3. Mengetahui teori dalam pembelajaran terpadu.

BAB II PEMBAHASAN A.

PENGERTIAN PEMBELAJARAN TERPADU Beberapa pengertian dari pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh beberapa orang pakar pembelajaran terpadu diantaranya : 1)

menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga

kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core / center of interest); 2)

menurut Prabowo (2000 : 2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses

pembelajaran dengan melibatkan / mengkaitkan berbagai bidang studi. Dan ada dua pengertian yang perlu dikemukakan untuk menghilangkan kerancuan dari pengertian pembelajaran terpadu di atas, yaitu konsep pembelajaran terpadu dan IPA terpadu. Menurut Prabowo (2000:2), pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pendekatan belajar mengajar seperti ini diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak didik kita. Arti bermakna disini dikarenakan dalam pembelajaran terpadu diharapkan anak akan memperoleh pemahaman terhadap

konsep-konsep yang mereka pelajari dengan melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami. Pembelajaran

terpadu

merupakan

pendekatan

belajar

mengajar

yang

memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik (Developmentally Appropriate Practical). Pendekatan yang berangkat dari teori pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak. Langkah awal dalam melaksanakan pembelajaran terpadu adalah pemilihan atau pengembangan topik atau tema. Dalam langkah awal ini guru mengajak anak didiknya untuk bersama-sama memilih dan mengembangkan topik atau tema tersebut. Dengan demikian anak didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan terpadu ini diharapkan akan dapat memperbaiki kualitas pendidikan dasar, terutama untuk mencegah gejala penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran di sekolah. Dampak negatif dari penjejalan kurikulum akan berakibat buruk terhadap perkembangan anak. Hal tersebut terlihat dengan dituntutnya anak untuk mengerjakan berbagai tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Mereka kurang mendapat kesempatan untuk belajar, untuk membaca dan sebagainya. Disamping itu mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran alamiah langsung, pengalaman sensorik dari dunia mereka yang akan membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak (Prabowo, 2000:3). B.

LANDASAN TEORITIK DAN EMPIRIK Pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat SD/MI sampai dengan SMA/MA, model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik.

1.

Landasan Pemikiran Pembelajaran terpadu dikembangkan dengan landasan pemikiran yaitu: a. Progresivisme, menyatakan bahwa pembelajaran seharusnya berlangsung secara alami, tidak artifisial. b. Konstruktivisme, menyatakan bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna. c. Developmentally Appropriate, menyatakan bahwa pembelajaran harus disesuaikan dengan perkembangan usia dan individu yang meliputi perkembangan kognisi, emosi, minat, dan bakat siswa.

2.

Landasan Normatif Landasan Normatif , menghendaki bahwa pembelajaran terpadu hendaknya dilaksanakan berdasarkan gambaran ideal yang ingin dicapai oleh tujuan pembelajaran.

3.

Landasan Praktis Landasan Praktis, bahwa pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan memperhatikan situasi dan kondisi praktis yang dipengaruhi terhadap kemungkinan pelaksanaanya mencapai hasil yang optimal.

1.

TEORI PERKEMBANGAN JEAN PEAGET Menurut jean peaget, seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif,antara lain dan dewasa, yaitu tahap sensorimotor,pra operasional operasi konkrit, dam oporasi formal, kecepatan perkembangan tiap individu melalui tahapan ini berbeda dan tidak ada individu yang melompati salah satu dari tahap tersebut. Tiap tahap ditandai dengan munculnya kemampuan kemampuan intelek tual baru yang memungkinkan orang memahami duia dengan cara yang semakin kompleks. Perkembangan sebagian bergantung pada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan berinterasi aktif dengan lingkungan. Hal ini mengindikasikan bahwa lingkungan dimana anak belajar sanagat menentukan proses perkembangan kognitif anak. Adaptasi lingkugan dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Menurut Slavin(1994: 32), asimilasi merupakan penginterpretasian

pengalaman pengalaman baru dalam hubungannya dengan skema skema yang ada. Sedangkan akomodasi adalah pemodifikasian skema skema yang ada untuk mencocokanya dengan situasi situasi yang baru. Proses pemulihan kesetimbangan antara pemahaman saat ini dan pengalama pengalaman yang baru disebut akuilibrasi.menurut piaget, Pembelajaran bergantung pada proses ini . saat kesetimbangan terjadi, anak memiliki kesempatan bertumbuh dan berkembang. Guru dapat mengambil keuntungan ekuilibrasi dengan menciptakan situasi yang mengakibatkan ketidaksetimbangan, oleh karena itu menimbulkan keingintahuan siswa. Piaget yakin bahwa pengalaman pengalaman fisik dan manipulasi lingkunagan penting bagi terjadinya perubahan perkembnagan. Selain itu, ia juga berkeyakinan bahwa interaksi sosial dengan teman sebayanya, kususnya berargumentasi, berdiskusi, memantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya, membuat pemikiran itu menjadi logis. Guru dapat menciptakan suatu keadaan atau lingkungan belajar yang memadai agar siswa dapat menemukan pengalaman pengalaman nyata dan terlibat langsung dengan alat atau media. Peranan guru sangat penting untuk menciptakan situasi belajar sesuai dengan teori piaget. Beberapa teori piaget dalam pembelajaran sebagai berikut: 1.

Memfokuskan pada proses berpikir anak,tidak sekedar pada produknya. Disamping itu dalam pengecekan kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang di gunakan anak sampai pada jawaban tersebut.

2.

Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif diri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3.

Penerimaan perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan. Bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama namun mereka memperolehnya pada kecepatan yang berbeda. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya khusus untuk lebih menata

kegiatan kegiatan kelas untuk individu individu dan kelompo kelompok kecil anak anak dari pada kelompok klasikal. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Di dalam kelas tidak

menyajikan pengetahuan jadi, melainkan anak didorong untuk menemukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi dengan lingkunganya. Oleh karena itu, Guru dituntut untuk mempersiapkan beraneka ragam kegiatan yang memungkinkan anak melakukan kegiatan secara langsung. Dari implikasi teori piaget diatas, jelaslah guru harus mampu menciptakan keadaan belajar yang mampu untuk belajar sendiri arinya, guru tidak sepenuhnya mengajarkan sesuatu bahan ajar kepada pembelajar,tetapi guru dapat membangun pebelajar yang mampu belajar dan terlibat aktif dalam belajar.

2.

TEORI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitifyang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan aturan lama dan merevisinya apabila aturan aturan tersebut tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja nenecahakan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide ide. Menurut teori ini, suatu prinsip paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan yang ada di benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan dan menerapkan ide ide mereka sendiri, dan membelajarkan siswa dengan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus memenjatnya. Pada dasarnya aliran kontruktivissme menghendaki bahwa pengetahuan dibentuk sendiri oleh individu dan pengalaman merupakan kunci utama dari belajar bermakna. Belajar bemakna tidak akan terwujud hanya dengan mendengarkan ceramah atau membaca buku tentang pengalaman orang lain. Prinsip yang sering diambil dari kontruktivisme menurut suparno yaitu: 1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif,

2. Takanan dalam proses balajar terletak pada siswa. 3. Mengajar adalah membantu siswa belajar. 4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir. 5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa, dan 6. Guru sebagai fasilitator Secara umum, prinsip prinsip tersebut berperan sebagai referensi dan alat refleksi kritis terhadap praktik,pembaharuan,dan perencanaan pendidikan.

3.

TEORI VYGOTSKY Teori vygotsky merupakan salah satu teori peting dalam psikologi perkembangan. Teory vygotsky menekankan pada hakekat sosialkultural dari pembelajaran. Menurut vygotsky bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau belajar menangani tugas tugas yang belum belum di pelajari namun tugas itu masih berada dalam jangkauanya, Contoh dalam pembelajaran , yaitu ketika akan mengajarkan materi hukum pembiasan cahaya, siswa harus memiliki prasyarat pengetahuan yang berkaitan dengan cahaya, seperti siswa mudah memahami bahwa lintasan cahaya pada medium homogen adalah lurus, siswa memberikan contoh contoh pembiasan dan pemantulan cahaya dalam kehidupan sehari hari. Dengan memiliki prasyarat pengetahuan seperti itu, maka dalamm menyampaikan materi hukum pembiasan cahaya akan lebih mudah dipahami siswa, disamping pembelajaran akan lebih bermakna bagi siswa tersebut. Ide penting lain yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah memberikan sejumlah bantuan yang besar kepda seorang anak selama tahap tahap awal pembalajaran kemudian anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukan nya. Bantuan tersebur dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah kedalam langkah langkah pemecahan, memberikan contoh, atau pun yang lain sehimgga memungkinkan siswa tumbuh mandiri, Contoh dalam pembelajaran adalah pada pembelajaran eksperimen untuk membuktikan hukum pemantulan cahaya, guru dapat

memberikan

bantuan

kepada

siswa

berupa

penjelasan

tentang

langkahlangkah pelaksanaan eksperimen, atau bantuan berupa diskusi tentang rangkuman materi yang berkaitan dengan pemantulan cahaya.

Ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pembelajaran sains. Pertama, dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran koperatif antar siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar tugas tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi pemecahan masalah yang efektif didalam pikiran siswa.. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan scalffolding sehingga

siswa

semakn

lama

semakin

bertanggung

jawab

terhadap

pembelajaranya sendiri.

4.

TEORI BANDURA Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura. Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Seseorang belajar menurut teori ini dilakukan dengan mengamati tingkah laku orang lain (model), hasil pengamatan itu kemudian dimantapkan dengan cara menghubungkan pengalalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang ulang kembali. Dengan jalan ini memberi kesempatan kepada orang tersebut untuk mengekspresikan tingkah laku yang di pelajarinya. Berdasarkan pola perilaku tersebut, selanjutnya Bandura mengklasifkasi empat fase belajar dari pemodelan yaitu: Fase perhatian, fase retensi, fase reproduksi, dan fase motivasi.

5.

TEORI BRUNER Jerome Bruner, seorang ahli psikologi havard adalah salah seorang pelopor pengembangan kurikulum terutama dengan teori yang di kenal dengan pelajaran penemuan inkuiri. Teori Bruner yang selanjutnya disebut pembelajaran penemuan inkuiri adalah model pembelajaran yang menekankan pentingnya pemahaman tentang struktur materi atau ide kunci dari suatu ilmu yang dipelajari, perlunya belajar aktif sebagai dasar dari pemahaman sebenarnya, dan nilai berpikir secara induktif dalam belajar (pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui penemuan pribadi). Menurut bruner, belajar akan lebih bermakna bagi siswa jika mereka memusatkan perhatianya untuk memahami struktur informasi, siswa harus aktif

dimana mereka harus mengidentifikasi sendiri prinsip-prinsip kunci dari pada hanya menerima penjelasan dari seorang guru. Oleh karena itu, guru harus memunculkan masalah yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan penemuan. Dalam pembelajaran melalui penemuan, guru nenberikan contoh dan siswa bekerja berdasarkan contoh tersebut sampai hubungan antar bagian dari suatu struktur materi. Aplikasi ide-ide bruner dalam pembelajaran menurut woolfolk, digambarkan sebagai berikut 1.

Memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep yang dipelajari

2.

Membantu siswa mencari hubungan antara konsep

3.

Mengajukan pertanyaan dan membiarkan siswa mencoba menemukan sendiri jawabanya

4.

Mendorong siswa untuk membuat dugaan yang bersifat intuitif

BAB III PENUTUP A.

Simpulan Pembelajaran terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, model pembelajaran ini pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik. Landasan Pemikiran landasan

pemikiran

yang

pembelajaran terpadu dikembangkan dengan meliputi

Progresivisme,

Konstruktivisme,

Developmentally, dan Appropriate. Landasan Normatif menghendaki bahwa pembelajaran terpadu hendaknya dilaksanakan berdasarkan gambaran ideal yang ingin dicapai oleh tujuan pembelajaran. Landasan Praktis menyatakan bahwa pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan memperhatikan situasi dan kondisi praktis yang dipengaruhi terhadap kemungkinan pelaksanaanya mencapai hasil yang optimal. Teori dalam pembelajaran terpadu antara lain teori Jean Peaget, teori Kontruktivisme, teori Vygotsky teori Bandura, teori Bruner. B.

Saran Masalah pembelajaran yang dihadapi para pendidik saat ini semakin kompleks. Untuk itu para pendidik khususnya para guru di SD diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam menciptakan dan mengembangkan model-model pembelajaran, agar dapat menunjang terciptanya proses belajar mengajar di kelas yang lebih bermakna dan menyenangkan bagi peserta didik salah satunya dengan menggunaakan model pembelajaran terpadu.

DAFTAR PUSTAKA

Indrawati. 2009. Model Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA) Tim Pengembang PGSD. 1996. Pembelajaran Terpadu D-II PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Trianto,2010,Model Pembelajaran Terpadu,Surabaya: Bumi Aksara http://nuriatunapriani30.blogspot.com/2013/06/pembelajaran-terpadu.html diakses tanggal 8 Maret 2014, pukul 08:00. http://www.google.com/#q=+mata+kuliah+pembelajaran+terpadu+

diakses

tanggal 8 Maret 2014, pukul 08:14. http://tokobukuantikdanbekas.com/searchpage.php?Detil=124351&Appear=tbtext book&No=2662&SearchBuku&awal&Go=katalog-text-book diakses tanggal 8 Maret 2014, pukul 08:30. http://dhiniatygularsopgsd.wordpress.com/mata-kuliah/pembelajaran-tematik/ diakses tanggal 8 Maret 2014, pukul 09:00. http://www.unja.ac.id/fkip/images/pdf/katalog/PIPS/deskripsi%20mk%20pips%2 02013.pdf diakses tanggal 8 Maret 2014, pukul 09:30.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF