landasan budaya pendidikan (I Putu Mas Dewantara)
April 6, 2019 | Author: Maz Vicarious | Category: N/A
Short Description
Landasan Budaya Pendidikan (I Putu Mas Dewantara)...
Description
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Latar Belakan Belakang g
“Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari” (Pidarta, 2007:10!" #ampir setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia, tidak dapat dilepaskan dari keadaan sosial budaya" Sosial menga$u kepada hubungan antarindi%idu, antarmasyarakat, dan hubungan indi%idu dengan masyarakat" &anusia &anusia memiliki memiliki beberapa beberapa keistime'aan keistime'aan sehingga padanya melekat melekat beberapa beberapa sebutan" Salah satu di antaranya adalah karunia uhan, yang disebut akal budi" )kal budi bukanlah semata-mata kemampuan berpikir, melainkan meliputi seluruh kemampuan yang spesi*ik manusia'i, baik $ipta, karsa, maupun rasa" +arena adanya akal budi tersebut, kemampuan bersuara berkembang menadi kemampuan berbahasa atau berkomunikasi (Su'ia, 200:1.!" Setiap hasil $ipta, karsa, dan rasa manusia dapat disebut sebagai budaya" /adi, bahasa tersebut termasuk bagian dari kebudayaan" Sebagai negara kepulauan, ndonesia memiliki khaanah hasil karya seni dan sastra yang berlimpah, baik yang lisan maupun yang tertulis dan dari yang tergolong sastra tradisi atau sastra klasik sampai kepada sastra modern" Sastra lisan merupakan 'arisan budaya nasional yang mengandung nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang perlu dipelihara dan dikembangkan serta dipergunakan di dalam kehidupan bermasyarakat, terutama dalam menalin hubungan sosial dan dalam pendidikan" entunya, budaya budaya yang berkembang di masyarakan tersebut mengandung nilai-nilai keari*an lokal yang patut digunakan sebagai pegangan hidup dan hendaknya dilestar ikan" &enurut &enurut Su'ia Su'ia (200:22!, (200:22!, keari*an lokal adalah suatu perilaku yang baik atau luhur dari seseorang sebagai makhluk masyarakat yang patut dipelihara, dibina atau ditumb ditumbuhk uhkemb embang angkan kan dan dilesta dilestarik rikan an karena karena bersi*a bersi*att ari* ari* biaks biaksana ana serta serta dapat dapat menyebabkan kehidupan yang aman, tentram, damai, dan seahtera" agi Sayuti (200!, di antara *enomena atau 'uud kebudayaan, yang merupakan bagian inti kebudayaan adalah adalah nilai-n nilai-nilai ilai dan konsep konsep-ko -konse nsep p dasar dasar yang yang member memberika ikan n arah arah bagi bagi berbag berbagai ai tindakan" 3ilai-nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai keari*an lokal" 4leh karena itu, tidaklah mengherankan apabila masalah ini menadi agenda pembi$araan yang tidak henti-h henti-hent entiny inya, a, teruta terutama ma di tengah tengah masyar masyaraka akatt yang yang sedang sedang berkem berkemban bang g karena karena kebudayaan dalam keseluruhannya akan terkait uga dengan identitas masyarakat yang 1
menghasilkannya" 5alam perspekti* historis, kita sebagai bangsa telah mengalami berbagai dan berulang kali proses akulturasi, yakni tatkala kita bersemuka dengan kebudayaankebudayaan besar dari luar ndonesia, dengan 6yang lain6, di antaranya ndia dengan agama #indu dan udhanya, kebudayaan yang menyertai agama slam, dan kebudayaan ropa berikut konsep modernisasinya" 5alam seumlah tulisan, 8mar +ayam telah berkali-kali mengingatkan hal itu" )kulturasi besar yang teradi pada masa lampau membuktikan bah'a kita sebagai bangsa mampu menyaring dan menyesuaikan unsur asing itu ke dalam tata kehidupan dengan $ara sedemikian rupa, sehingga terasa layak dan $o$ok serta tidak ada keterpaksaan" +ini, kita pun masih berada dalam proses tegur sapa dengan 6yang lain6 itu, terutama dengan budaya arat, yang dalam kenyataannya telah terlebih dahulu mendunia" erdasarkan pemamaparan tersebut, kita perlu membangkitkan nilai-nilai keari*an lokal yang ada sebagai landasan sosial budaya dalam pendidikan" 4leh karena itu, penulis tertarik menyusun makalah dengan udul Nilai Kearifan Lokal sebagai Landasan Sosial Budaya dalam Pendidikan "
1.2 Rumusan Masalah
erdasarkan uraian latar belakang tersebut, permasalahan yang dikai dalam makalah ini adalah sebagai berikut" 1"
agaimana kesadaran kultural dalam pendidikan9
2"
agaimana nilai-nilai keari*an lokal tersebut diadikan landasan sosial budaya dalam pendidikan9
1.3 Tujuan Penulsan
Sealan dengan rumusan masalah tersebut, tuuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut" 1"
&endeskripsikan kesadaran kultural dalam pendidikan"
2"
&endeskripsikan nilai-nilai keari*an lokal tersebut diadikan landasan so$ial budaya dalam pendidikan"
2
1.! Man"aat Penulsan
#asil penulisan makalah ini akan berman*aat bagi pihak-pihak berikut" 1"
agi &asyarakat #asil penulisan makalah ini dapat memberikan in*ormasi mengenai nilai-nilai keari*an lokal yang ada di masyarakat dan pentingnya nilai-nilai keari*an lokal tersebut bagi kemauan pendidikan"
2"
agi 5unia Pendidikan #asil penulisan makalah ini dapat diadikan bahan pertimbangan dalam menentukan kebiakan-kebiakan dalam dunia pendidikan"
BAB II PEMBAHA#AN
2.1 $esa%aran $ultural %alam Pen%%kan
#arkat dan martabat suatu bangsa, di samping hal-hal lain, uga ditentukan oleh tingkat kebudayaannya" 5emikian pula, keunggulan budaya suatu bangsa, begitu bergantung pada daya dukung masyarakatnya sebagai pe'aris sekaligus sebagai agen kultural yang hidup dan berkembang di tengah masyarakat tersebut" Sayuti (200! mengatakan bah'a dalam konteks sema$am inilah situasi 6sadar budaya6 perlu digalakkan" Situasi sadar budaya yang dimaksud dalam hal ini adalah kesadaran terhadap keanekaragaman bah'a kita sebagai bangsa tidak pernah selalu bersi*at singular, tetapi bersi*at plural" Sementara pada sisi lain, kita pun tidak bisa mengisolasi diri untuk tidak bergaul dengan bangsa-bangsa lain beserta budayanya" 4leh karena itu, sadar
budaya
tersebut
menadi
sema$am
imperati*
yang
mendesak
untuk
diaktualisasikan le'at berbagai upaya yang dimungkinkan, termasuk di dalamnya le'at pendidikan, baik pendidikan *ormal maupun pendidikan in*ormal" )pabila
situasi
sadar
budaya
tersebut
diupayakan
le'at
pendidikan,
penyelenggaraan pendidikan harus memberikan ruang dan peluang bagi subek-subek yang terlibat di dalamnya masuk dalam dan terlibat pada proses tertentu yang si*atnya dinamik" )rtinya, hal itu menadi sebuah proses yang memungkinkan adanya perubahan manusia" Perubahan yang diharapkan tentunya perubahan yang positi*" ndonesia memasuki situasi sadar budaya sebagaimana diidealisasikan" ;ang menadi permasalahannya sekarang adalah nilai-nilai budaya yang manakah yang perlu menadi perhatian utama dalam upaya menuu situasi sadar budaya itu" &enurut Sayuti (200!, dalam konteks kependidikan, nilai-nilai tersebut hingga kini masih menadi perdebatan" 5alam kaitan tersebut paling tidak terdapat dua ma$am pandangan" Pertama, adanya pemikiran yang mempertimbangkan kehidupan manusia yang makin mengglobal" 8ntuk itu, diharapkan akan terbentuk nilai-nilai budaya baru yang bersi*at mondial, transnasional, atau pranata nilai budaya yang berada di alur utama (mainstream! kehidupan di dunia ini" 3ilai-nilai budaya tersebut diadikan a$uan dan tolok ukur yang dapat diterapkan di mana-mana" <
+edua, adanya pemikiran yang bertolak dari kekha'atiran mun$ulnya dampak budaya yang disebabkan oleh globalisasi, terutama sekali, tata ekonomi dan tata in*ormasi" Pemikiran kedua ini me'aspadai berbagai akibat yang mungkin timbul dan tidak menguntungkan bagi 'ilayah-'ilayah kehidupan yang tidak berada di alur utama" &ereka yang tetap menghayati nilai-nilai budaya lokalnya dikha'atirkan akan menadi kaum marginal yang kurang dimun$ulkan dalam konstelasi in*ormasi dunia, dan sering kurang diuntungkan se$ara material" 4leh karena itu, upaya untuk mendudukkan ati diri bangsa, yang ditandai oleh kebudayaannya, akhirnya menadi isu kemanusiaan yang bersi*at sentral" Sebagai bangsa yang bhineka, kita memiliki dua ma$am sistem budaya yang sama-sama harus dipelihara dan dikembangkan, yakni sistem budaya nasional ndonesia dan sistem budaya etnik lokal" Sistem budaya nasional adalah sesuatu yang relati* baru dan sedang berada dalam proses pembentukannya (Sedya'ati dalam Sayuti, 200!" Sistem ini berlaku se$ara umum untuk seluruh bangsa ndonesia, tetapi sekaligus berada di luar ikatan budaya etnik lokal yang mana pun" 3ilai-nilai budaya yang terbentuk dalam sistem budaya nasional itu bersi*at menyongsong masa depan, misalnya keper$ayaan religius kepada uhan ;ang &aha sa dan bukan kepada yang lain= pen$arian kebenaran dunia'i melalui alan ilmiah= penghargaan yang tinggi atas kreati%itas dan ino%asi, e*isiensi tindakan dan 'aktu= penghargaan terhadap sesama atas dasar prestasinya lebih daripada atas dasar kedudukannya= penghargaan yang tinggi kepada kedaulatan rakyat= serta toleransi dan simpati terhadap budaya suku bangsa yang bukan suku bangsanya sendiri" 3ilai-nilai tersebut menadi ber$itra ndonesia karena dipadu dengan nilai-nilai lain yang sesungguhnya diambil dari nilai-nilai budaya lama yang terdapat dalam berbagai sistem budaya etnik lokal" +eari*an-keari*an lokal pada dasarnya dapat dipandang sebagai landasan bagi pembentukan ati diri bangsa se$ara nasional" +eari*an-keari*an lokal itulah yang membuat suatu budaya bangsa memiliki akar" udaya etnik lokal sering ber*ungsi sebagai sumber atau a$uan bagi pen$iptaan pen$iptaan baru, misalnya dalam bahasa, seni, tata masyarakat, teknologi, dan sebagainya, yang kemudian ditampilkan dalam perikehidupan lintas budaya" 4leh karena itu, kiranya menadi sangat penting menggali keari*an lokal tersebut dan
menadikan nilai-nilai keari*an lokal itu sebagai landasan sosial budaya dalam pendidikan di ndonesia" Sayuti (200! mengatakan bah'a moti%asi menggali keari*an lokal sebagai isu sentral se$ara umum adalah untuk men$ari dan akhirnya, ika dikehendaki, menetapkan identitas bangsa, yang mungkin hilang karena proses persilangan dialektis seperti dikemukakan di atas, atau karena akulturasi dan trans*ormasi yang telah, sedang, dan akan terus teradi sebagai sesuatu yang tak terelakkan" agi kita, upaya menemukan identitas bangsa yang baru atas dasar keari*an lokal merupakan hal yang penting demi penyatuan budaya bangsa di atas dasar identitas daerah-daerah 3usantara" /adi, uung akhir situasi sadar budaya yang ingin di$apai bukanlah situasi, seperti kata >romm (dalam Sayuti, 200!, necrophily, yakni perasaan $inta kepada segala sesuatu yang benda'i?'uudiah yang tidak beri'a kehidupan, melainkan situasi biophily, yakni perasaan $inta kepada segala sesuatu yang makna'iah yang beri'a kehidupan" 5engan demikian, pendidikan sebagai proses menuu hai itu dapat ber*ungsi sebagai subversive force, yang mengubah dan memperbaharui keadaan, sekaligus menyadarkan dan membebaskan manusia" 5engan selalu memperhitungkan keari*an lokal le'at dan dalam pendidikan seperti digambarkan di atas, kenis$ayaan manusia didik terperangkap dalam situasi disinherited-masses, yakni manusia yang terasing dari realitas dirinya yang 6menadi ada6 dalam pengertian 6menadi seperti (orang lain! dan bukannya dirinya sendiri6 dapat dihindari" /adi, muatan lokal dalam pendidikan harus selalu dimaknai dalam konteks pemerdekaan dalam rangka lebih mengenal diri dan lingkungan" &enggali dan menanamkan kembali keari*an lokal se$ara inheren le'at pendidikan dapat dikatakan sebagai gerakan kembali pada basis nilai budaya daerahnya sendiri sebagai bagian upaya membangun identitas bangsa, dan, sebagai sema$am *ilter dalam menyeleksi pengaruh budaya 6yang lain6" 3ilai-nilai keari*an lokal itu menis$ayakan *ungsi yang strategis bagi pembentukan karakter dan identitas bangsa" Pendidikan yang menaruh peduli terhadapnya akan bermuara pada mun$ulnya sikap yang mandiri, penuh inisiati*, dan kreati* (Sayuti, 200!"
2.2 Nla $ear"an L&kal se'aga Lan%asan #&sal Bu%a(a %alam Pen%%kan
)spek sosial yang melekat pada diri indi%idu perlu dikembangkan dalam peralanan hidup peserta didik agar menadi matang" )spek sosial itu sendiri sangat berperan membantu anak dalam upaya mengembangkan dirinya" 4leh karena itu, menurut Pidarta (2007:11!, aspek sosial ini perlu diperhatikan dalam pendidikan" Sama halnya dengan aspek sosial, aspek budaya uga sangat berperan pentingdalam proses budaya" ahkan dapat dikatakan bah'a tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya" 4leh karena itu, budaya tidak pernah lepas dari proses pendidikan" +eari*an lokal sering dikonsepsikan sebagai kebaikan setempat (local wisdom!, pengetahuan setempat (local knowledge! atau ke$erdasan setempat (local genious!" &enurut &aladi (200.!, keari*an lokal adalah sikap, pandangan, dan kemampuan suatu komunitas di dalam mengelola lingkungan rohani dan asmaninya, yang memberikan kepada komunitas itu daya-tahan dan daya tumbuh di dalam 'ilayah dimana komunitas itu berada" 5engan kata lain, keari*an lokal adalah a'aban kreati* terhadap situasi geogra*is-geopolitis, historis, dan situasional yang bersi*at lokal" /adi, keari*an lokal adalah pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang ber'uud akti%itas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam mena'ab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka" +eari*an lokal pada dasarnya dapat dipandang sebagai landasan bagi pembentukan ati diri bangsa se$ara nasional" agi kita, upaya menemukan identitas bangsa yang baru atas dasar keari*an lokal merupakan hal yang penting demi penyatuan kebudayaan bangsa di atas dasar identitas seumlah etnik yang me'arnai 3usantara ini" +eari*an lokal dapat diadikan embatan yang menghubungkan masa lalu dan masa sekarang, generasi nenek moyang dan generasi sekarang, demi menyiapkan masa depan dan generasi mendatang" Pada gilirannya, keari*an lokal pun dapat diadikan sema$am simpul perekat dan pemersatu antargenerasi" 4leh karena itu, menadi sema$am imperati* yang mendesak untuk terus menggali dan ”memproteksi” keari*an lokal yang terdapat pada setiap etnik lokal le'at berbagai upaya yang dimungkinkan, termasuk di dalamnya melalui pendidikan baik *ormal maupun in*ormal"
7
5engan selalu memperhitungkan keari*an lokal melalui pendidikan budaya nis$aya manusia didik (sis'a dan mahasis'a! diharapkan tidak terperangkap dalam situasi keterasingan" 4leh karena itu modal sosial yang tumbuh sebagai inisiati* masyarakat lokal perlu terus di*asilitasi, diperkuat, dikembangkan dan didayagunakan" +eari*an lokal yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat mampu me'uudkan harmonisasi dan keserasian sosial, oleh karena itu upaya pengembangan keserasian sosial berbasis keari*an lokal menadi nilai yang strategis ditengah-tengah bangsa yang multikultural"+eari*an lokal adalah sistem ide dan makna yang ada dalam masyarakat lokal yang matang, hasil proses seleksi sosial ter$ermin dalam $ara pandang, sikap dan perilaku masyarakat yang kondusi*, serta menadi sumber dan sekaligus landasan pengembangan keserasian sosial yang berkelanutan" 8paya penggurangan atau meredusir berbagai masalah yang terkait dengan disintegrasi sosial, kon*lik sosial dan kerusuhan serta kera'anan sosial lainnya akan lebih e*ekti* ika se$ara dini teradinya masalah-masalah tersebut sudah dikenali, diprediksi dan di$egah melalui sistem pengintai dan respon dini ( social disaster eally warning ad early respons!" 4leh karena itu, @aras (200.! berpendapat bah'a keari*an lokal perlu diidenti*ikasi, dipetakan, di*ormulasikan, direkontruksi, dire%ilasiasi dan didayagunakan sebagai modal sosial melalui Power strategy
( policy atau kebiakan!= Persuasive
strategy (pendidikan publik dan penyadaran kritis masyarakat! serta reeducative strategy (pendidikan dan perubahan perilaku komunitas lokal! yang semuannya dapat diarahkan untuk me'uudkan harmonisasi sosial, keserasian sosial, integrasi bangsa dan ketahanan sosial, sebagai suatu sistem" )khirnya, ika nilai-nilai keari*an lokal tersebut berhasil ditanamkan le'at pendidikan yang ber*ungsi men$erdaskan bangsa, akan dihasilkan pula manusiamanusia yang berdaya guna dalam kehidupan manusia yakni manusia yang sadar budaya" )rtinya, memiliki nilai-nilai budaya nasional yang transetnik dan bersi*at menyongsong masa depan, serta mampu pula menghayati keari*an-keari*an lokalnya" 5engan ati diri yang kuat, kita tidak akan atuh dalam posisi epigonis bangsa lain atau terhindar dari posisi yang subordinati*" Paling tidak, seperti itulah idealisasinya" Sekadar menyebutkan $ontoh, nilai-nilai keari*an lokal yang ada di ali, uga dapat diadikan landasan sosial budaya bagi pendidikan di ali" +eari*an lokal tersebut terdapat dalam sastra-sastra ali, termasuk pula lagu ali" Salah satu lagu ali (dalam
A
bentuk pupuh! yang mengandung nilai-nilai keari*an lokal adalah pupuh Binada" erikut petikan pupuh Binada dan teremahannya tersebut" Pu)uh *na%a Da ngadn awak bisa
Terjemahan /angan mengira diri pintar
depang anak ngadanin
biarkan orang lain menilai
geginan buka nyampat
seperti pekeraan menyapu
anak sai tumbuh luu
setiap hari ada sampah
ilang luu ebuk katah
sampah hilang debu banyak
yadin ririh liu enu papla!ahan
'alaupun pintar masih banyak yang harus dipelaari
erdasarkan Pupuh Binada tersebut, ternyata banyak nilai-nilai keari*an lokal yang bisa diambil sebagai landasan dalam pendidikan" Pertama, Da ngadn awak bisa " /angan mengira diri pintarC, mengandung maksud bah'a setiap orang tidak boleh menyombongkan atau memamerkan
kepintarannya" +emudian dipertegas lagi pada
baris kedua, yakni pernyataan biarkan orang lain yang menilai" /adi, hal itu se$ara tidak langsung telah mengaarkan sis'a untuk selalu rendah hati" +edua, yadin ririh liu enu papla!ahan D'alaupun pintar masih banyak yang harus dipelaariC mengandung maksud bah'a kemampuan yang kita miliki tidaklah seberapa" Ealaupun diri pintar, ternyata masih banyak hal yang harus dipelaari dan masih banyak orang-orang pintar melebihi kita" #al itu sealan dengan pepatah “di atas langit masih ada langit”" Selain itu, hal tersebut uga mengandung konsep #long life education$ atau belaar sepanang hayat" /adi, melalui pupuh Binada yang mengandung nilai-nilai keari*an lokal tersebut, kita tanamkan perilaku-perilaku ari* dan biaksana kepada generasi muda" Selain itu, kebudayaan ali sesungguhnya menunung tinggi nilai-nilai keseimbangan
dan
harmonisasi
mengenai
hubungan
manusia
dengan uhan
( parhyangan!, hubungan sesama manusia ( pawongan!, dan hubungan manusia dengan lingkungan ( palemahan!, yang ter$ermin dalam aaran %ri &ita Karana (tiga penyebab keseahteraan!" #al ini uga meripakan keari*an lokal di ali yang patut dimasukkan dalam pendidikan, khususnya di ali" )pabila manusia mampu menaga hubungan yang seimbang dan harmonis dengan ketiga aspek tersebut, keseahteraan akan ter'uud" /adi, konsep ri #ita +arana tersebut mendidik generasi muda untuk menaga hubungan yang harmonis manusia dengan uhan, sesama manusia, dan alam sekitarnya"
.
Selain nilai-nilai keseimbangan dan harmonisasi, )rdika (2007! mengatakan bah'a dalam kebudayaan ali uga dikenal adanya konsep tri semaya' yakni persepsi orang ali terhadap 'aktu" &enurut orang ali masa lalu (athita!, masa kini (anaghata! dan masa yang akan datang (warthaman ! merupakan suatu rangkaian 'aktu yang tidak dapt dipisahkan satu dengan lainnya" +ehidupan manusia pada saat ini ditentukan oleh hasil perbuatan di masa lalu, dan perbuatan saat ini uga menentukan kehidupan di masa yang akan datang" 5alam aaran hukum karmaphala disebutkan tentang sebab-akibat dari suatu perbuatan, perbuatan yang baik akan mendapatkan hasil yang baik" 5emikian pula sebaliknya, perbuatan yang buruk hasilnya uga buruk atau tidak baik bagi yang bersangkutan" #al ini penting ditanamkan pada generasi muda melalui pendidikan agar mereka dapat mengontrol tingkah lakunya untuk kebaikan" +ebudayaan ali uga memiliki identitas yang elas, yaitu budaya ekspresi* yang termani*estasi se$ara kon*igurati* yang men$akup nilai-nilai dasar yang dominan seperti nilai religius, nilai estetika, nilai solidaritas, nilai harmoni, dan nilai keseimbangan (Beriya dalam )rdika, 2007!" +elima nilai dasar tersebut ditengarai mampu bertahan dan berlanut menghadapi berbagai tantangan pada era globalisasi ini" 4leh karena itu, nilai-nilai tersebut uga penting pupuk melalui pendidikan" &enurut &artha (200:.ilsa*at Ea$ana +eari*an @okal dalam eks @agu Pop ali ungan Sandat”" 5inamika +ebudayaan, Jolume J 3o"1"
12
View more...
Comments