Kunci Esoteris Satu

March 19, 2018 | Author: A.ARIEF.MADROMI | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Descripción: “Dimanakah adanya gerangan Para Pembangun, anak-anak dari fajar Manvantara yang berkilau-kilauan?... Dalam...

Description

www.scribd.com/madromi

KUNCI ESOTERIS I Prinsip Universal

KUNCI ESOTERIS I Prinsip Universal Penulis : Dante R Kosasih Proof : Dunia Desain Layout : Dunia Desain Cover : Dunia Desain Diterbitkan melalui: Diandra Kreatif Anggota IKAPI (062/ DIY/ 08) Jl Kenanga 164, Sambilegi Baru Kidul, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. Email: [email protected] Telpon: 0274 4332233, 485222 (fax) www.diandracreative.com Instagram: diandraredaksi @diadracreative Twitter: @bikinbuku Facebook: www.facebook.com/diandracreativeredaksi

Cetakan 1, Februari 2018 Yogyakarta, Diandra Kreatif 2017 14,8 x 21 cm, viii + 93 Hlm ISBN: Hak Cipta dilindungi Undang-undang All right reserved Isi di luar tanggung jawab percetakan

KUNCI ESOTERIS I Prinsip Universal

Ditulis oleh :

Dante R Kosasih

untuk kalangan sendiri dan tidak diperjual belikan

Kunci Esoteris I

PENDAHULUAN

Buku ini merupakan yang pertama dari ketiga seri yang disusun, dituliskan dan dipersembahkan dengan tulus dan penuh rasa syukur bagi mereka para pencari kebenaran dalam titian perjalanan spiritual yang sejati. Sesuai dengan judulnya, buku ini akan membahas pemahaman spiritual inti atau esoteris yang mungkin tidak diketahui dan dipahami oleh kebanyakan orang. Adapun penyusunan materi buku diambil dari beberapa nara sumber luar biasa yang juga turut memberikan inspirasi dan mendorong penulis untuk mengumpulkan, menyusun dan menyajikan kekayaan kebijaksanaan esoteris dalam tata bahasa yang mudah dipahami dan penjelasan yang sesederhana mungkin. Ditekankan di sini bahwa dalam pengungkapan pemahaman yang akan dijabarkan dalam ketiga seri buku ini, penulis tidak pernah sekalipun mencoba untuk mengarang, mengurangi atau melebihlebihkan fakta yang didapat. Namun, untuk tujuan memudahkan, beberapa pemahaman akan disederhanakan penulisannya agar lebih mudah dimengerti, berikut juga alur penyajiannya akan diberikan secara berurutan. Dengan demikian penulis berharap gambaran dari pemahaman yang utuh akan didapat secara lengkap pada saat ketiga jilid buku ini selesai dibaca. Tidak mudah memang merangkum semua ajaran dasar esoteris dalam ketiga jilid buku yang relatif tipis, terlebih dalam hal pengumpulan materi yang terkait dengan berbagai sumber, v

Dante R Kosasih

berikut juga kendala volume bahan yang bertumpuk dan rumitnya gagasan yang hendak disampaikan, hingga akhirnya penulis memutuskan untuk menyajikannya dalam bentuk seri. Buku ini ditulis dengan tujuan untuk berbagi dan memperkaya wawasan pengetahuan sisi ‘dalam’ dari para pencari dan sama sekali tidak dimaksudkan untuk digunakan sebagai instrumen yang menimbulkan konflik dan perdebatan. Semua sudah pernah dituliskan, semua sudah pernah dikatakan, semua sudah pernah dijabarkan, tidak ada hal yang benar-benar baru di Semesta Raya ini, semua hanyalah pengulangan dan penegasan dari masa-masa sebelumnya. Isinya selalu sama, dalam penyajian bentuk dan warna yang mungkin terlihat berbeda. Semoga kita semua dapat selalu menemukan ketunggalan itu dalam tampilan yang penuh dengan kebhinekaan. Dante R Kosasih

vi

Kunci Esoteris I

“Dipersembahkan untuk istriku yang juga seorang sahabat terdekat, kekasih dan kembaran tercinta, Vannie Ivonne Sutrisna, yang selalu menjadi inspirasi dan mercu suar di dalam suka duka kehidupan. Semoga sinarmu yang cemerlang tidak akan pernah padam dan dapat menjadi lentera mercu suar dalam kegelapan”

vii

Dante R Kosasih

DAFTAR ISI

1. Awal Mula............................................................................1 2. 7 susunan badan manusia..................................................25 3. Susunan Cakra....................................................................52 4. Proses kematian dan kelahiran kembali..............................61

viii

Kunci Esoteris I

BAB I

AWAL MULA

Prolog : “Dimanakah adanya gerangan Para Pembangun, anak-anak dari fajar Manvantara yang berkilau-kilauan?... Dalam Kegelapan yang tak terjamah dari perwujudan mereka yang tertinggi. Para pencipta dari bentuk yang berakar dari yang tak berbentuk - Akar dari semesta, para Dewa dan malaikat tertinggi telah beristirahat dalam “Bliss” ( kedamaian & kebahagiaan tertinggi ) - HPB - The Secret Doctrine “Dimanakah keheningan itu? Dimanakah telinga untuk menginderakannya? Tidak. Tidak terdapat kesunyian ataupun suara ; terkecuali tarikan nafas abadi yang tiada henti....” - HPB - The Secret Doctrine “Sang waktu belum lagi menyambar; sinarnya belum juga dikilatkan ke dalam Benih; Semesta belum juga mengembung.” - HPB The Secret Doctrine Pemahaman esoteris tertua dari peradaban manusia saat ini yang masih dapat dilacak lewat ceceran tulisan kuno, diperoleh dari sebuah kitab rahasia yang konon usianya lebih tua dari 1

Dante R Kosasih

Veda sekalipun. Kitab tua ini, tidak dapat dimusnahkan oleh api dan dihancurkan oleh air, bahkan debu zamanpun tidak dapat menyentuhnya. Kitab tertua ini dituliskan dalam bahasa Senzar, bahasa sacerdontal yang diturunkan dari mulut ke mulut bagi golongan terinisiasi tertinggi yang sifatnya sangat rahasia (esoteris). Jejak dari bahasa yang sangat purba ini masih dapat ditemukan tercecer di beberapa kitab tertua yang dimiliki oleh peradaban manusia modern saat ini, salah satunya adalah kitab Deva-Bhasya yang sampai hari ini masih memiliki banyak inskripsi atau tulisan yang tidak dapat diterjemahkan atau dipecahkan, juga dalam jejak kitab peradaban tertua berikutnya yaitu Neter Khari dari bangsa Mesir, dimana tulisan dalam Kitab ini memiliki kesamaan yang tak terbantahkan dengan aksara tertua yang ada yaitu ‘Devanagari’, bahasa misterius ini juga dapat ditemukan di coretan artefak daun-daun lontar sangat tua yang diambil dari pohon kumbum di dataran Tibet, dimana dari lontar-lontar ini kemudian banyak muncul dan dituliskan pemahaman-pemahaman ajaran kearifan esoteris dari tradisi Budhist Tibet, yang salah satunya adalah kitab besar ‘Kalacakra Tantra’ (dimana sebagian isi tulisan bagian ‘dalamnya’ telah hilang tidak berbekas). Di suatu masa yang sangat misterius, di awal fajar kebangkitan peradaban ras manusia yang sebelumnya, dulunya hanya terdapat satu bahasa universal yang berlaku dan dipahami oleh semua yang ada di muka bumi ini. Bahasa Senzar yang lebih tua dari purba ini, dikatakan memiliki tujuh dialek dan hal ini sebenarnya juga secara gamblang dituliskan dalam Alkitab, yang merupakan sebuah Kumpulan kitab yang masih tergolong sangat muda apabila dibandingkan dengan kitab-kitab lain yang telah disebutkan sebelumnya di atas tadi.

2

Kunci Esoteris I

Dari Kejadian 11 ayat 1 “Disebutkan pada awalnya seluruh bumi punya satu bahasa dan logat bahasa. Para manusia pergi ke daerah timur dan menemukan tanah di Sinear, dan tinggal di sana. Kemudian, dibuatlah batu bata dan gala-gala dari tanah liat...” Keterangan mengenai bahasa universal ini juga banyak dituliskan dan diceritakan kembali di berbagai legenda dunia peradaban manusia saat ini, seperti misalnya Legenda Kuno Yunani, yang mengisahkan bahwa dulunya semua manusia berada di bawah pemerintahan langsung dari para ‘dewa’ dan hanya memiliki satu bahasa. Hal serupa juga diulangi kembali oleh peradaban Kaska, yang merupakan salah satu suku indian tertua di benua amerika utara, ketika menceritakan kembali kisah-kisah legendanya, sang pembaca cerita selalu mengawali narasinya dengan kata-kata “Sebelum banjir besar, semua orang hidup di satu wilayah dan hanya berbicara dengan satu bahasa”. Legenda dari suku Amazonas di Brazil juga mengisahkan bahwa dahulu hanya ada satu suku bangsa manusia dan mereka memiliki bahasa yang sama hingga dimakannya telur dari burung hummingbird, yang menyebabkan perpecahan di antara mereka dan kemudian berpisah meninggalkan tempat asalnya dan menyebar ke seluruh dunia. Demikian juga dengan apa yang diyakini oleh suku Bantu dari wilayah Afrika Timur, yang juga banyak memiliki kisah turun temurun kalau pada awalnya semua manusia memiliki bahasa yang sama. Juga beberapa kelompok orang yang tinggal di kawasan Polinesia, yang terpisah sangat jauh dari tempat yang sebelumnya, juga meyakini hal yang sama bahwa dulunya hanya ada satu bahasa. 3

Dante R Kosasih

Di sini kita dapat melihat bahwa ide yang menyebutkan bahwa manusia dulunya merupakan satu bangsa yang hanya memiliki satu bahasa tunggal yang berlaku secara universal, ternyata tidak hanya diyakini oleh satu kelompok atau satu ras bangsa saja, namun dari seluruh pelosok dunia ini, dari timur sampai ke barat, dari utara hingga selatan, selalu saja terdapat kisah-kisah tua atau legenda dengan unsur yang sama. Hal ini dapat kita pahami sebagai suatu kebenaran universal yang tidak dapat dipungkiri lagi, kalau memang benar adanya bahwa di awal peradaban manusia, semua orang memiliki bahasa sama yang berlaku secara universal. Dalam bukunya yang berjudul The Secret Doctrine atau Doktrin Rahasia, Madame Blavastky menuliskan kalau isi dari Kitab Purba atau primordial ini, didiktekan langsung oleh tiga makhluk asing misterius pada golongan para Sage (atau orangorang suci) dari ras Atlantis, yang kemudian mewariskannya pada cikal bakal keturunannya, yaitu bangsa Toltec, sebelum akhirnya diadaptasi kembali oleh peradaban bangsa Aria saat ini, yang kemudian tentu saja menjadi sangat esoteris atau rahasia dengan peristiwa tenggelamnya benua Atlantis pada waktu itu. Pecahanpecahan ajaran turun temurun purba ini kemudian tercecer dan terbawa ke tujuh pelosok peradaban dunia yang lebih ‘baru’, dimana hingga hari ini, warisannya masih dapat diamati terkubur di sela-sela bayangan aksara Devanagari yang misterius hingga diadaptasikan kembali dalam susunan bahasa-bahasa peradaban yang lebih ‘baru’ seperti aksara latin, sansekerta dan pali. Dari Satu induk bahasa, menjadi berbagai pecahan dan variasi bahasa yang sebenarnya juga masih berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena hubungan yang luar biasa ini, sering kali terdapat kosakata yang secara mengejutkan masih memiliki 4

Kunci Esoteris I

artian yang sama, dalam bahasa bangsa-bangsa yang terpisah jarak ribuan kilometer. Bahasa Senzar ini, adalah sebuah bahasa purba yang sifatnya lebih ke piktograf atau kumpulan ‘aksara simbolis’ ketimbang fonetik atau sistem bahasa tulisan yang mengedepankan sistem suara dan lafal. Bahasa simbol ini salah satunya dapat kita jumpai di sistem penulisan karakter bahasa cina dan Hirograf mesir kuno. Bahasa Piktograf merupakan jenis bahasa yang ideografis, yang lebih condong memiliki artian kata ketimbang suara, dan merupakan ekspresi langsung dari sesuatu hal yang ingin disampaikan. Besar kemungkinannya, bahasa Sacerdontal ini merupakan hasil tulisan dari sinyal-sinyal yang ditirukan oleh para Sage peradaban lalu, dari hasil inter-komunikasinya dengan tiga makhluk misterius tadi. Adapun yang pertama kali terpampang dalam kitab tertua yang tanpa nama ini, adalah gambar sebagai berikut :

Keempat diagram atau simbol di atas tadi, merupakan pemahaman tertua yang masih dapat kita warisi saat ini, dimana keempat simbol di atas berhubungan langsung dengan hikayat asal muasal alam semesta dan juga meliputi peradaban manusia, dari yang pernah ada, hingga saat ini. Sebelum kita melangkah lebih lanjut mengenai arti dari keempat simbol di atas tadi, ada baiknya apabila kita menyamakan persepsi mengenai pemahaman waktu secara ‘linear’ dan 5

Dante R Kosasih

Pemahaman yang ‘non-linear’. Di bawah ini merupakan diagram pemahaman khalayak umum mengenai waktu :

Pemahaman waktu yang primitif ini adalah apa yang diyakini oleh sebagian besar manusia atau golongan umum saat ini. Mereka menghubungkan waktu dengan sebuah analogi anak panah yang melesat di ‘depan’. Dalam anggapan ini, waktu akan terbagi menjadi tiga titik, yaitu : 1. Masa lalu yang berada di ekor anak panah, 2. Masa sekarang yang berada di tengah dari anak panah waktu dan 3. Masa depan yang tentu saja berada di kepala dari anak panah itu sendiri. Seiring dengan pemahaman ini, mereka juga kemudian meyakini kalau peradaban di bumi ini, akan secara otomatis berjalan mengikuti kaidah alur waktu yang ‘linear’ ini. Peradaban dimulai dari titik yang terbelakang dan dilanjutkan dengan titik yang berada di tengah dan akan menuju ke titik yang terdepan. Namun, golongan yang lebih esoteris akan melihat waktu seperti ini :

6

Kunci Esoteris I

Artinya : Tidak ada masa lalu, tidak ada depan, yang ada hanya saat ini. Dimensi waktu berbentuk sphere atau lingkaran ini juga menyiratkan secara eksplisit bahwa titiktitik peradaban yang mungkin pernah muncul sebelumnya dan sedang berkembang pada saat ini, sama sekali tidak mewakili tingkat kemajuan dari peradaban lain yang mungkin muncul setelah atau sebelumnya (diilustrasikan dengan titik-titik merah di sisi terluar lingkaran), karena sifatnya yang bulat atau seimbang dan tidak memiliki kaidah “urutan”. Dimana apabila kita melihat waktu sebagai garis linear seperti yang ada pada diagram pemahaman waktu yang “primitif” sebelumnya, maka secara otomatis peradaban yang berada di ‘masa lalu’ merupakan peradaban yang tidak lebih tinggi dari peradaban yang ada di ‘masa sekarang’, dan peradaban ‘masa sekarang’ tentu saja tidak akan lebih tinggi dari peradaban di ‘masa depan’. Pemahaman ini menghubungkan perjalanan waktu dengan sebuah teori yang juga sangat purba (yang belakangan ini diklaim secara sepihak sebagai kemajuan Science), yaitu teori evolusi. Dalam pemahaman garis waktu linear, maka evolusi dikaitkan dengan gerakan ‘panah waktu’ yang selalu bergerak ke ‘depan’, meninggalkan bagian yang kurang berkembang di bagian belakang dan yang paling berkembang di kepala panahnya.

7

Dante R Kosasih

Menurut hipotesa dari Science saat ini, diyakini kalau Planet Bumi atau Gaia selesai terbentuk sekitar 4.54 miliar tahun yang lalu, kehidupan kompleks belum berkembang hingga 3.5 miliar tahun yang lalu. Dan menurut Science, spesies manusia saat ini atau Homo Sapiens baru mulai muncul sekitar 790 ribu tahun yang lalu dan baru mulai berkembang pesat di sekitar 11 ribu tahun yang lalu. Anggapan ini mungkin benar apabila kita melihatnya dari sudut pandang munculnya spesies ‘modern’ yang diberi label sebagai ‘homo sapiens’ ini, namun sayangnya sejarah tidak berjalan sesederhana itu. Di sepanjang perjalanan kehidupan Gaia atau Bumi dari semenjak kemunculannya miliaran tahun yang lalu, pada dasarnya sudah banyak sekali ras dan peradaban yang pernah muncul dan hancur di atas bumi ini dan ras kita saat ini, Homo Sapiens bukannya satu-satunya peradaban besar yang pernah ada dan mendominasi dunia. Planet Bumi seperti halnya planet-planet lain yang tersebar di tata surya ini bahkan di kumpulan galaksi dan semesta raya, akan mengalami banyak perubahan secara geologis dalam rentang waktu tertentu, gerakan tektonis ini berlangsung selama ber-aeonaeon lamanya, miliaran tahun, hingga saat ini, gerakan tektonis ini masih juga berjalan dengan sangat lambat. Gerakan alamiah bumi ini mengakibatkan timbul tenggelamnya pulau-pulau lama dan baru, munculnya daerah pesisir dan melahirkan puncak-puncak 8

Kunci Esoteris I

gunung tinggi baru yang menjulang tinggi menembus langit. Selama miliaran tahun, wajah bumi senantiasa mengalami banyak perubahan besar dan kecil, hal ini membawa akibat langsung atas semua bentuk kehidupan yang tinggal di atas permukaannya. Benua baru lahir, benua lama tenggelam, ribuan spesies lama musnah dan digantikan oleh jutaan spesies yang baru, dan seterusnya. Dunia selalu berada dalam keselarasan dengan hukum alam yang berlaku universal di semua sudut semesta alam, yaitu Pergerakan yang perpetual. Di mana ada daya kehidupan atau prana, di sana akan timbul pergerakan dan di mana ada pergerakan, di sana secara otomatis proses evolusi akan terjadi dengan sendirinya. Demikian juga yang terjadi dengan planet Bumi. Semuanya berada dalam gerakan yang abadi, yang mungkin tidak tertangkap oleh mata fisik kita yang sangat terbatas ini, namun pergerakan itu tetap merupakan sebuah keniscayaan, tidak ada satu hal pun yang diam, semuanya bergerak, semuanya berevolusi. Permukaan planet bumi yang anda lihat saat ini, yang mungkin anda kenali dengan fitur-fitur khususnya, yang mungkin menandai tempat-tempat atau garis-garis batas antara negara, tidaklah merupakan suatu hal yang abadi. Ratusan hingga jutaan tahun dari sekarang, permukaan planet bumi akan mengalami perubahan, di tempat yang mungkin dulunya adalah gurun pasir yang tandus, jutaan tahun dari sekarang, mungkin akan berubah menjadi gugusan pulau-pulau tropis. Beberapa gunung yang menjulang tinggi saat ini, suatu hari mungkin akan menjadi ngarai dan lembah-lembah yang sangat dalam. Beberapa benua akan tenggelam dan beberapa benua yang sebelumnya berada di bawah permukaan laut, akan muncul kembali ke permukaan, menandai lahirnya dataran baru, kawasan baru, tanah baru. Hal ini bukanlah merupakan suatu hal yang luar biasa, dan tentu saja merupakan 9

Dante R Kosasih

hal yang pasti akan terjadi dan memang sudah pernah terjadi di masa era peradaban manusia di masa sebelumnya. Adapun detail mengenai kisah-kisah peradaban ‘manusia’ yang sebelumnya akan dituliskan secara lebih lengkap pada seri kedua dari buku ini dan oleh karena itu tidak akan kita bahas lebih lanjut di sini. Kembali lagi, semuanya dimulai dari kehadiran simbol lingkaran, seperti yang ada di bawah ini. FASE PERTAMA Lingkaran Kosong

Ini adalah apa yang dinamakan dengan telur dunia atau mundane egg, atau telur semesta yang mungkin dituliskan dalam berbagai istilah di berbagai literasi esoteris kuno, dengan esensi yang sama. Lingkaran mewakili sebuah kondisi yang kosong, sebuah kondisi yang penuh dengan kegelapan. Perlu diketahui, kegelapan yang dituliskan di sini bukanlah mewakili kata ‘gelap’ sebagai lawan dari kata ‘terang’. Kegelapan yang dimaksudkan di sini adalah sama seperti apa yang dituliskan dalam kitab Kejadian, alkitab, yang selama ini dipahami secara kurang tepat oleh sebagian besar dari pemeluk agama Nasrani. Musa, sebagai penulis langsung dari kitab kejadian, berikut 10

Kunci Esoteris I

juga keempat kitab besar yang mengikutinya di dalam perjanjian lama Alkitab, memulai kisah awal penciptaan dengan penggunaan kata-kata ‘kegelapan’, 1. Pada mulanya, Allah menciptakan langit dan bumi, 2. Bumi belum berbentuk dan kosong dan kegelapan ada di atas permukaan air yang dalam; dan ROH Allah bergerak ke sana kemari di atas permukaan air. Berikut ini juga beberapa referensi yang diambil dari Veda atas asal muasal dari semuanya “Pada mulanya sama sekali tiada apapun. Tiada surga, tiada bumi dan atmosfer” - Taittiriya Brahmana 2.2.9.1 “Seluruh semesta termasuk bulan, matahari, galaksi dan planet-planet ada di dalam telur. Telur ini dikelilingi oleh sepuluh kualitas dari luar.” -Vayu Purana 4.72-73 “Di akhir dari ribuan tahun, Telur itu dibagi dua oleh Vayu.” -Vayu Purana 24.73 “Dari telur emas, alam material diciptakan.” -Manusmrti 1.13 Mitos dari Quiches, suku Indian di Amerika Selatan, bisa ditemukan di Popol Vuh. Suku Quiches percaya bahwa pada mulanya adalah air dan ular berbulu. “Kala-Hamsa (angsa hitam), berenang mendekati bunga Lotus, dan mengapung di atas permukaan air yang hidup, Roh Tuhan mengapung di atas permukaan air... “ diambil dari Vishu Purana. Beberapa cuplikan tulisan kitab-kitab besar di atas, apabila kita jeli melihat, pada dasarnya memiliki kesamaan antara satu dengan yang lainnya. Semuanya berbicara mengenai “air, kegelapan (hitam) dan telur”. Semua ekspresi ini merupakan turunan dari simbol lingkaran tadi. Simbol lingkaran ini adalah menyimbolkan telur semesta yang masih kosong namun penuh. Kekosongan di dalam lingkaran 11

Dante R Kosasih

itu, dikaitkan dengan kata gelap, kegelapan, air. Gelap dan kegelapan di sini bukanlah antonim atau lawan kata dari ‘cahaya’. Kata gelap dan kegelapan di dalam lingkaran atau telur tadi mewakili sebuah misteri yang tidak tertembus dari potensialitas, semua hal yang belum mewujud, semua hal yang belum termanifestasi, di mana semua ‘dzat’ ini, berada dalam ke-tunggal-an yang absolut. Tidak ada perbedaan, tidak terdapat ini dan itu, semuanya satu, dalam satu ‘kegelapan’ atau semua ke-potensialitas-annya yang melampaui semua pemahaman makhluk yang terbatas. “Lautan kegelapan” ini dalam tradisi esoterik tertua dunia peradaban manusia yang lebih baru, yaitu veda, seringkali disebut sebagai Mulaprakriti, atau ‘zat’ mula-mula, yang tunggal, tidak memiliki atribut, tidak terbayangkan, tidak dapat dicerna, melampaui semuanya, tidak berakar, tanpa akhir dan awal, tidak terbatas, abadi, tidak mengenal perubahan dan merupakan sebuah sinonim dengan ‘Parabrahman-nya’ Shankaryacharya, Ain-sophnya Kabalah dan juga apa yang disebut sebagai Nirguna Brahman dalam kitab Vishishtadvaita. Madam Blavastky seringkali menuliskan hal ini (yang juga bukanlah hal) sebagai ‘ruang abstrak’ yang meliputi semuanya. Sakyamuni, yang selama ini dikenal luas tidak mendukung teori keabadian dalam notasi atmannya seperti apa yang dipahami oleh golongan eksoteris atau ‘luar’ , ternyata juga pernah membahas mengenai substansi primordial ini, seperti yang ditulis dalam : Sutta Pitaka, Udana VIII : 3. “Ketahuilah para Bhikkhu, bahwa ada sesuatu Yang tidak dilahirkan, Yang tidak menjelma, Yang tidak tercipta, Yang mutlak. Apabila tidak ada Yang tidak dilahirkan, Yang tidak menjelma, Yang tidak diciptakan, Yang mutlak, 12

Kunci Esoteris I

maka tidak akan mungkin kita dapat bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu. Tetapi, karena ada Yang tidak dilahirkan. Yang tidak menjelma, Yang tidak tercipta, Yang mutlak, maka ada kemungkinan untuk bebas dari kelahiran, penjelmaan, pembentukan, pemunculan dari sebab yang lalu”. Inilah pemahaman esoteris dari simbol-simbol yang tertulis di kitab-kitab besar dunia, yang selama ini sering kali disalah artikan atau di pahami secara tidak tepat dan menjadi rujukan dari suatu pemahaman eksoteris atau luar atau umum yang sifatnya lebih primitif, seperti pandangan kalau Roh sosok Tuhan benarbenar melayang di atas permukaan air secara harfiah (logikanya, kalau sosok ‘Tuhan’ ini belum menciptakan apapun juga, lantas darimana ‘air’ itu ada? apakah air dan kegelapan telah ada sebelum Tuhan menciptakan segala sesuatu?), juga kegelapan yang dimaknai sebagai sebuah kondisi tertentu karena ketiadaan cahaya atau ke-absen-an cahaya, bahkan beberapa orang melihat gambaran Kala-hamsa sebagai salah satu bentuk manifestasi dari dewa Vishnu itu sendiri. FASE KEDUA Lingkaran dengan satu titik di tengah

Titik di tengah lingkaran yang muncul atas dorongan kehendak dari yang ‘tidak diketahui’ ini mewakili timbulnya 13

Dante R Kosasih

sebuah kesadaran. Sebuah kesadaran, tidak lebih dan tidak kurang. Kesadaran awal ini tidak perlu diantropomorsikan menjadi suatu figur atau sosok Deva atau Tuhan, namun apabila memang harus diwakilkan ke dalam sebuah bentuk supaya lebih dapat dimengerti, titik kesadaran yang muncul dari kedalaman lautan gelap potensialitas itu dapat kita hubungkan dengan pemahaman Ilahiah yang berbentuk, seperti Allah, Yahwe, Brahma, Aditi dan lain-lain. Semua label-label ‘nama’ fana ini tak lain adalah bentuk ‘pemadatan’ dari kesadaran Ilahiah yang sengaja dibuat demikian agar lebih mudah dipahami oleh golongan manusia kebanyakan dalam pengertian spiritual yang sifatnya eksoterik (luar). Ini adalah fase atau tahap ‘kedua’ yang mengikuti simbol lingkaran kosong di awal tadi. Di tahap ini, muncul sebuah titik di tengah-tengah lingkaran atau telur semesta. Ini berkaitan dengan sebuah filosofi penciptaan, seperti yang didiktekan oleh ketiga makhluk asing pada sekumpulan Sage di awal fajar peradaban Atlantis, jutaan tahun yang silam. Pada tahapan ini, titik di tengah merupakan manifestasi pertama dari salah satu aspek potensialitas yang ada (kegelapan itu) sebagai kehendak atau sir dalam bahasa jawa. Munculnya aspek ‘kehendak’ ini juga menandakan kalau lautan air potensialitas yang gelap itu tadi (karena ke-misteriusannya), kini sudah mengalami proses diferensiasi atau proses pembagian pertamanya. Dari kegelapan itu (ke-potensialitasan) kini muncul sebuah kehendak sebagai sebuah potensi. Dari kepotensialitasan menjadi sebuah potensi, dari yang belum ada atau chaos, mewujud menjadi ada. Secara Esoteris, inilah yang dinamakan sebagai ‘Roh’ atau Soul atau Purusha dalam filosofi hindu dan Logos dalam Theosophy. Aspek Ilahiah pertama yang muncul dari kegelapan atau chaos 14

Kunci Esoteris I

(kekacauan) itu tadi, adalah Aspek Kehendak Ilahi. Kehendak untuk apa? kehendak untuk bermanifestasi. Kehendak untuk mengalami. Kehendak untuk menjadi ada. Di dalam Buddhisme Vajrayana yang sangat esoteris, inilah yang disebut sebagai istilah “Adi Buddha” atau dang-po’i sangsrgyas, dan Vajradhara dalam Tibetan Buddhist yang artinya adalah Buddha Purba, yang tidak mengacu pada seseorang atau individu tertentu, namun lebih pada kesadaran purba pertama. Adi adalah yang pertama, aspek potensialitas atau kegelapan yang pertama bermanifestasi sebagai ‘kehendak’ atau will (bahasa Inggris) atau sir (bahasa jawa) di tataran alamnya sendiri yang kemudian dipahami sebagai tataran alam Adi. Aspek kehendak ini tidak memiliki sifat feminim atau maskulin, terbebas dari semua bentuk dan berada dalam tataran alamnya sendiri, yaitu tataran alam Adi, yang tidak terbatas, omnipotent dan murni. Ini adalah sebuah kondisi pertama dari manifestasi prima atau awal yang sangat purba dan secara esoteris sering kali dikatakan sebagai ibu-bapa dari semua kehidupan di alam semesta. Ini adalah sebuah diferensiasi pertama yang sifatnya periodikal dan karena telah termanifestasi dalam bentuk kesadaran, maka ia pun kini menjadi sesuatu yang sifatnya tidak abadi, walaupun tetap saja merupakan sebuah puncak kesadaran prima yang melampaui segalanya, sangat tinggi dan omnipotent. Munculnya kesadaran ini mewakili apa yang disebutkan di kitab-kitab kuno bangsa aria sebagai periode ‘siang’ hari dari sang ‘brahma’. Secara esoteris, terdapat dua tarikan nafas besar dari Sang “brahma”, yaitu masa dimana Nafas Sang ‘Brahma’ dihembuskan ‘keluar’, yang dikenal sebagai periode “siang” atau manifestasi atau ‘kreasi’ yang akan melahirkan alam semesta yang berbentuk dengan semua makhluk yang ada di dalamnya, dan 15

Dante R Kosasih

masa yang dikenal sebagai periode ‘malam’ dari Sang ‘Brahma’ dimana dalam fase ini, tarikan nafas ditarik kembali ke ‘dalam’, menandakan berakhirnya semua kehidupan alam semesta yang termanifestasi dan kembalinya semua hal yang ada dan pernah ada serta mungkin juga yang akan ada, kembali ke dalam pelukan ‘lautan gelap yang tak berdasar’ itu tadi. Peristiwa ini dikenal dengan berbagai istilah, namun istilah yang umum dan mungkin dapat dipahami oleh sebagian besar orang adalah ‘Maha Pralaya’ atau ‘kiamat besar’. Pada Periode Maha Pralaya ini, semua yang berbentuk dan memiliki bentuk, yang sifatnya tentu saja fana dan terbatas, akan ditarik kembali hingga ke titik awal di dalam bulatan telur dunia atau semesta, yang sama persis kejadiannya ketika periode awal mulanya dulu, ketika titik yang sama baru muncul di tengah lingkaran untuk melahirkan berbagai bentukan atau manifestasi di awal periode “siang” dari sang ‘Brahma”. Bahkan, akan tiba saatnya nanti bagi kesadaran awal yang omnipoten itu tadi, yang mewakili aspek-aspek dari semua Keilahian yang ‘berbentuk’ atau Saguna Brahman, akan juga masuk kembali terserap ke dalam lautan Nirguna yang misterius dan tak terjangkau dasarnya itu. Inilah yang dimaksudkan tadi bahwa meskipun titik kesadaran awal itu sifatnya omnipoten, tinggi dan tak terbatas, namun tetap tidak abadi atau relatif fana, walau memang berada dalam rentang ‘usia’ yang tak terbatas bagi semua batasan usia makhluk-makhluk lain yang ada di ‘bawah’-nya.

16

Kunci Esoteris I

FASE KETIGA Lingkaran yang terbagi menjadi dua.

Ketika titik kesadaran awal tadi berubah menjadi garis yang memisahkan ruang abstrak dalam telur dunia, kesadaran yang awalnya tidak memiliki sifat apapun dan tunggal, kini kembali mengalami fase diferensiasi kedua, yang sering kali disebut dengan istilah ‘shabavat’ dalam buddhisme esoteris. Dalam tahapan ini, sebuah kondisi baru muncul yang akan mendorong timbulnya keberadaan. Diagram di atas tadi mewakili bentuk feminim dari alam, yang sering kali juga disebut sebagai Bunda Semesta, dimana daripadanya semua fenomena bentukan atau manifestasi akan terlahirkan. Perlu dipahami di sini, pemahaman esoteris tidak pernah mengimplikasikan sebuah kreasi atau penciptaan, pemahaman esoteris memahami bahwa sejatinya tidak ada sosok pencipta dan yang diciptakan, tidak ada yang di ‘luar’ dan yang ‘di dalam’, tidak ada perbedaan antara ‘Dia’ dan ’kita’, karena esensinya bukanlah mengarah pada sebuah sosok yang aditi atau sosok ’ilahiah’ yang diantromorfosikan seperti apa yang lazimnya dipahami oleh golongan yang lebih eksoteris. Dalam pemahaman esoteris, tidak ada penciptaan, non kreasi, yang ada hanyalah pengembangan kesadaran. “Jadilah terang...” kata-kata sosok Tuhan di dalam Alkitab ini 17

Dante R Kosasih

sebenarnya memiliki artian yang lebih esoteris ketimbang ucapan dari sesuatu yang diantromorfosikan sebagai Allah atau Tuhan. Secara esoteris, tulisan “Jadilah terang” ini mengandung artian dimulainya kemunculan dari keberadaan, sebuah manifestasi. Sebuah manifestasi dari ‘kehendak’ Ilahiah itu tadi, yang mengejawantah menjadi sebuah keberadaan yang digambarkan dalam simbol Bunda Semesta di atas itu tadi. Bunda Semesta yang digambarkan dalam lingkaran yang terbagi dua tadi, bukanlah gambaran langsung sebuah sosok dewi tertentu yang akan mencipta, namun lebih pada sebuah tahapan kesadaran alam, dimana pada saat ini, kesadaran alam itu telah ‘terbelah’ menjadi dua, yaitu : Roh dan Materi. Dalam Tradisi Esoteris bangsa Aria, Roh biasa disebut sebagai Purusha dan Materi disebut sebagai Prakriti, pemahaman yang sama juga dikenal dalam aliran Samkya yang sangat detail mengamati pembagian atau diferensiasi. Sebagai cikal bakal dari semua keberadaan di alam semesta yang terlihat atau yang termanifestasi, Bunda Semesta mutlak memiliki dua aspek gabungan ini, yaitu aspek Roh dan aspek Materi. Kesadaran memerlukan kedua aspek ini untuk menjadi ‘ada’ dan mewujud. Tanpa Roh, semuanya tidak akan dapat benar-benar ‘hidup’ dan sebaliknya, tanpa Materi, maka tidak akan ada wahana atau kendaraan untuk mengekspresikan dan mempersepsikan kehadiran sebuah ‘keberadaan’, dari sebuah ‘ke-’ada’an’. Bunda Semesta merupakan wadah kesadaran untuk ‘melahirkan’ atau memberi jalan bagi munculnya alam semesta yang termanifetasi. “Ibu-Bapa merenda sebuah jaring dimana bagian atasnya diikatkan pada Roh - Cahaya dari kegelapan yang tunggal - dan pada bagian bawahnya diperuntukkan bagi ujung yang dipenuhi 18

Kunci Esoteris I

bayangan, Materi dan jaring ini adalah Semesta Raya yang direnda dari dua substansi yang dijadikan satu, yakni Svabhavat” Stanza 3-10, SD karangan HPB “Dan apakah orang-orang... tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya…” (Q.S. Al Anbiya [21] :30). FASE KEEMPAT Munculnya garis vertikal dari atas ke bawah membelah lingkaran dan kembali ke atas

Semua hal yang bermanifestasi atau menjadi ada dalam bentuknya yang paling kasar saat ini, yaitu bentuk fisik, tidak dapat serta merta berfenomena dalam bentuknya saat ini. Semua hal tetap harus bekerja sesuai dengan kaidah alam. Semenjak fase Svabhavat itu terjadi atau pemisahan kesadaran menjadi Roh dan Materi atau Purusha dan Prakriti, maka perjalanan sucinya ke “bawah” harus segera dimulai. “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala 19

Dante R Kosasih

sesuatu” (Q.S. Al-Baqarah [2] : 29) Menurut kitab yang lebih esoteris, yaitu Purana, Pancabuddhindria dan Pancakarmendria, yang disebut pula Dasendria (sepuluh indra) mulai terbentuk secara perlahan semenjak fase shabhavat, hingga ber-aeon-aeon kemudian akan membentuk Pancatanmatra (benih semesta fisik) dan Pancamahabhuta (benih semesta yang lebih halus). Diceritakan kemudian, bagaimana benih dari semesta fisik akan memberikan kelahiran bagi elemen-elemen yang dibutuhkan untuk lahirnya alam jasmaniah atau ‘semesta yang kelihatan’ dan benih semesta yang lebih halus pada gilirannya nanti akan menyusun ketujuh alam yang ada di atas atau alam ‘Svaha’ dan ketujuh alam yang ada di bawah atau ‘Bhur’. “Pencelupan” keberadaan dari tataran dunia atas, tempat asalnya semua kesadaran yang termanifestasi, berjalan sangat lambat dan rumit. Berbagai elemen semesta masih berada dalam kondisi awal, sebuah kondisi yang dormant atau statis, semua unsurnya tidak berdaya, belum sepenuhnya berfungsi dan membutuhkan banyak campur tangan berbagai makhluk-makhluk mulia dan perkasa yang secara esoteris dikatakan bahwa mereka ini konon ‘didatangkan’ dari kalpa yang sebelumnya, gabungan kesadaran agung kolektif ini dengan tanpa henti mengalirkan vibrasi demi vibrasi, mengatur dan membentuk semua jenis elemental di tataran alam-alam yang lebih halus, agar nantinya dapat turut mempersiapkan jalur-jalur medan evolusi perjalanan suci, bagi benih-benih keberadaan dari tataran alam yang lebih tinggi dan halus lagi, yang sering kali di istilahkan dengan istilah “Anupadaka”, dimana dari sini Bunda Semesta memercikkan percikan-percikan Api Ilahiah, Putra-Putra Api yang esensinya 20

Kunci Esoteris I

satu namun juga yang tak terhitung jumlahnya dan ‘mencelupkan’ semuanya ke dalam lapisan demi lapisan alam yang memiliki berbagai jenis kepadatan dan sifat, dari yang paling halus atau arupa (tanpa bentuk) hingga akhirnya setelah berulang kali melewati siklus demi siklus evolusi atau pembangkitan kesadaran, “Para Putra Api” tadi akan dapat sepenuhnya memadat dan berfungsi penuh kesadarannya di era peradaban ras bangsa keempat Bumi ini, yaitu bangsa Atlantis. Di Era ini, ’manusia’ dikatakan telah sepenuhnya jatuh ke dalam alam materi, yang ditandai dengan pemisahan jenis kelamin, dari ketunggalan, menjadi laki-laki dan wanita. Pada fase ini, yang perjalanannya telah memakan waktu ber-aeon-aeon (satuan waktu yang mewakili rentang pemahaman yang lebih lama dari abad), kesadaran sepenuhnya telah mencapai dasar dari kolam alam materi, sebuah kejatuhan yang sempurna dalam pelukan alam fisik, alam keberadaan dengan fenomena bentukan yang heterogen, hal ini diwakilkan dengan simbol lingkaran dengan garis vertikal yang membelah di tengahnya, dari atas hingga mencapai titik yang paling bawah. Perjalanan Ziarah suci ini tidak berakhir di dasar kolam materi dari alam semesta yang kelihatan. Titik kesadaran yang terendah ini, yang begitu kental terbungkus oleh materi dan begitu erat terikat oleh jerat Maya, akan mulai tergugah. Menyadari esensi alam fisik yang sifatnya tidak memuaskan, tidak abadi dan selalu berubah-ubah, maka kesadaran yang sebelumnya terpancar ‘keluar’, mulai memiliki kerinduan untuk kembali pada halhal yang sifatnya lebih ‘nyata’. Dari titik kuliminasi terendah ini kemudian akan muncul perjalanan ziarah kedua, yaitu perjalanan kembali ke ‘atas’, menuju ke rumahnya yang sejati, menuju ke Diri yang sebenarnya, yang abadi. Kerinduan-kerinduan bathin 21

Dante R Kosasih

untuk kembali mengarahkan ‘matanya’ ke sisi dalam, ke sisi yang lebih spiritual ini melahirkan bibit-bibit spiritual dan daya-daya transformasi untuk kembali menuju ke sebuah keniscayaan yang lebih hakikat. Dari bentukannya yang sangat halus di tataran dunia tertinggi, perlahan tercelup ke dalam lautan manifestasi, dari satu alam ke alam yang lain, dari satu fenomena bentukan ke bentukan yang lain, hingga mencapai titik terendahnya yang paling kasar atau padat, kini kesadaran akan kembali menjalani proses panjang untuk kembali menjadi halus, menjadi tiada atau manunggaling atau moksha. Inilah yang secara esoteris dipahami sebagai hukum Evolusi. Sebuah evolusi jiwa, dari yang belum menyadari dirinya, menjadi sadar bahwa dirinya bukanlah materi, hingga kesadaran materi itu kemudian kembali padam (dalam Buddhisme dikenal sebagai Nirvana, yaitu padamnya diri) atau manunggaling dengan kesadaran semesta. Tentu saja hukum evolusi tidak dapat berfungsi dengan baik apabila tidak terdapat kaidah lain yang mengikutinya. Tiga Kaidah Hukum alam yang saling berhubungan dalam pemahaman esoteris adalah : 1. Evolusi 2. Reinkarnasi 3. Karma Hukum evolusi dan reinkarnasi merupakan dua fakta yang tidak terbantahkan yang saling berkorespondensi di alam semesta ini. Reinkarnasi adalah sebuah medan atau instrumen bagi kesadaran untuk ber-evolusi. Perjalanan jiwa yang berkesinambungan, dieskpresikan di dalam rangkaian demi rangkaian menitisnya kembali jiwa ke dalam dunia materi atau ber22

Kunci Esoteris I

re-inkarnasi. Tanpa daya untuk berevolusi, maka reinkarnasi tak lebih dari sekadar pengulangan cerita, tidak ada nilai filosofi dan spiritual apapun di dalamnya. Semua yang kita alami tidak akan menghasilkan kemajuan apapun, semua hanya sebuah mekanisme yang tidak berkesadaran, tidak ada makna yang tersirat di balik semua peristiwa dan kejadian, tidak ada nilai yang dapat dipetik, tidak ada kemajuan, semuanya tidak bermakna, hanya merupakan serentetan peristiwa acak yang sama sekali tidak bernilai. Kesadaran akan diam di tempat dan tidak ada kemajuan apapun yang terjadi. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan hukum lain dalam semesta raya, yaitu gerakan yang abadi, semuanya berubah, tidak ada yang statis. Demikian juga dengan kesadaran. Kesadaran hadir dalam keberadaan untuk mengalami, untuk menyelami dan sekaligus untuk mengamati. Oleh karena itu, kehidupan yang bergerak dan penuh perubahan ini tidak dapat dipungkiri lagi adalah cerminan langsung dari daya untuk berevolusi itu tadi. Sebaliknya, tanpa reinkarnasi, evolusi jiwa juga tidak akan mungkin dapat terjadi, karena satu masa kehidupan tentu saja sangat tidak mencukupi untuk memfasilitasi berbagai perubahan tingkat kesadaran yang biasanya terjadi dengan sangat lambat atau memakan waktu yang sangat lama. Apalah artinya hidup selama 70 tahun bagi seseorang untuk mengalami sebuah peningkatan kesadaran dalam diri, kalau itu terlalu singkat, bagaimana dengan mereka yang hanya sempat menjalani kehidupan selama 10 tahun saja, atau bahkan beberapa hari saja? apakah kesadaran akan dapat sepenuhnya kembali menyadari esensi dirinya yang sangat esoteris? apakah secepat itu semuanya dapat menjadi ‘murni’ kembali ? Perjalanan spiritual merupakan sebuah ziarah suci yang tidak dapat diwakilkan atau digendong oleh orang lain, kita yang memulai, maka kita yang akan menyelesaikannya. Tidak ada 23

Dante R Kosasih

sosok-sosok, baik guru, nabi, malaikat bahkan dewa sekalipun yang dapat menyelesaikannya bagi kita. Di titik terendah alam materi ini, di dasar kolam materi yang terpadat ini, semuanya berjalan sendiri-sendiri. Hukum lain yang selalu ‘menarik’ kita kembali ke medan kehidupan dunia fisik ini adalah hukum karma. Hukum karma sejatinya bukanlah mekanisme mengenai apa yang benar dan apa yang salah, hukum karma adalah sebuah instrumen dari keberadaan untuk berevolusi, sebagaimana halnya dengan reinkarnasi. Hukum karma adalah serangkaian pembelajaran yang nantinya akan menimbulkan banyak kualitas-kualitas Ilahiah dalam diri seseorang. Rangkaian pembelajaran ini harus diselesaikan dengan sempurna, selama masih ada bagian yang tidak seimbang, maka pembelajaran itu akan diberikan lagi, dan lagi, mungkin dalam bentuk yang berbeda, namun esensinya tetap sama. Karma membuat segalanya kembali menjadi murni, karma adalah penindas juga penebus kita. Tanpa adanya hukum karma, tidaklah memungkinkan bagi kesadaran untuk dapat ‘ditarik’ kembali atau bereinkarnasi ke dalam medan kehidupan untuk berevolusi. Tanpa Karma, tidak akan timbul daya untuk berevolusi. Sekarang kita semua menyadari benar secara esoteris, hubungan yang berkesinambungan antara Evolusi, Reinkarnasi dan Karma. Ketiganya merupakan sebuah kesatuan kaidah universal yang tidak terpisahkan, sebuah trinitas, segitiga keberadaan.

24

Kunci Esoteris I

BAB II

TUJUH SUSUNAN BADAN MANUSIA

Badan fisik kita merupakan sebuah wahana, sebuah alat atau kendaraan. Satu hal yang perlu diluruskan di sini, bahwa sejatinya kita bukanlah badan fisik yang memiliki jiwa, seperti mungkin apa yang diyakini oleh sebagian besar golongan profane atau kalangan duniawi, pandangan yang lebih benar adalah bahwa setiap dari kita merupakan satu unit jiwa yang memiliki seperangkat tubuh atau lapisan yang mungkin sekilas terlihat memiliki tingkatan densitas dan sifat alami yang berbeda-beda, namun sejatinya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan saling membutuhkan. Kesadaran tidak dapat berfungsi tanpa materi, kesadaran membutuhkan sebuah wahana agar dapat mengekspresikan dirinya dengan baik. Semua fenomena yang bermanifestasi ke dalam alam semesta yang kelihatan ini atau alam yang mewujud ini merupakan bentuk representasi terkasar atau terendah dari manifestasi-manifestasi lebih halus yang tidak dapat terdeteksi oleh indera-indera terestial. Apa yang ada, selalu tidak seperti yang terlihat. Apa yang kita namakan dengan badan fisik dengan semua hal yang terkandung di dalamnya, sejatinya hanya merupakan sisi bagian terluar dari lapisan-lapisan lain yang tersembunyi atau yang tidak kasat mata. Satu hal yang kita harus pahami ketika berhubungan dengan 25

Dante R Kosasih

pemahaman yang lengkap mengenai alam semesta raya atau the universe, terlebih dahulu kita harus memahami kalau semua hal yang ada, pada dasarnya memiliki dua sifat yang tidak dapat dipisahkan : 1. Diferensiasi. 2. Hierarki (tingkatan). Seperti apa yang telah kita bahas bersama di bab sebelumnya, semenjak kesadaran mulai terdiferensiasi di alam Adi sebagai sebuah kehendak atau Sir (dalam bahasa jawa), maka secara otomatis, semua tahapan lain yang mengikuti setelahnya, seperti diferensasi-diferensasi selanjutnya, yang dimulai dengan tahapan ‘Svabhavat’ atau pemisahan yang lebih lanjut antara Roh (Purusha) - Materi (Prakriti), tidak berhenti pada tahapan ini dan terus berlanjut hingga ke dalam dimensi alam-alam yang lebih rendah, dimana kemudian diferensiasi demi diferensiasi memberikan jalan bagi munculnya aneka ragam variasi bentuk keberadaan yang tak terhitung jumlahnya dan semakin ke ‘bawah’, maka diferensiasi materi ini akan menjadi semakin beragam hingga tidak dapat dibayangkan lagi kombinasi dan variasinya. Alam Semesta Raya ini memiliki variasi dalam kombinasinya yang tidak terhingga. Tanpa diferensiasi, tidak akan terdapat kemajemukan, ketunggalan tidak dapat mengalami semua pengalaman yang dibutuhkan untuk mencapai kembali sebuah kehomogenan yang absolut. Kaidah hukum diferensiasi ini merupakan hal yang sangat penting dan vital bagi munculnya beraneka kemungkinan untuk berevolusi di medan kehidupan yang telah dipersiapkan olehnya. Hal lain yang mengikuti kaidah diferensiasi adalah kaidah hukum hierarki, dimana lapisan demi lapisan, tahapan demi tahapan, yang dimulai dari terbentuknya lapisan-lapisan alam 26

Kunci Esoteris I

yang memisahkan berbagai kerajaan elemental alam, dimulai dari yang terhalus hingga yang paling kasar, kemudian tataran alam yang mulai terdegradasi ini mulai ’diisi’ dan ‘dihidupi’ oleh berbagai variasi tahapan kesadaran yang disesuaikan dengan wadahnya masing-masing. Timbullah hierarki keberadaan. Di mulai dari keberadaan yang paling tinggi dan mulia, seperti para Dhyani Chohan yang telah arupa atau tanpa bentuk (Ahi - atau nafas kebijaksanaan semesta) hingga ke tujuh pilar energi primordial yang dipersonfikasikan dengan tujuh barisan archangel atau MalaikatMalaikat Besar Agung dalam agama-agama Samawi, para Planetary Spirits (Jiwa-Jiwa Planet), Para Manu atau pemimpin bangsa/ras, para Adepta atau para Master, golongan manusia, roh-roh alam, binatang, tumbuhan, mineral dan kerajaan para elemental. Energi kehidupan yang mengalir deras dari titik kesadaran kehendak di tataran alam tertinggi, yaitu Alam Adi, daya yang luar biasa besar ini dicurahkan turun lewat saluran-salurannya, yaitu kumpulan hierarki ‘agen-agen’ utama, besar dan kecil, mengalir masuk ke dalam semesta yang termanifestasi. Bisa dikatakan kalau hierarki ini juga berfungsi sebagai penurun ‘voltase tegangan’ daya vital kehidupan yang begitu luar biasa besar dari alam Adi, curahan ini pertama-tama diserap penuh oleh kesadaran Logos (trimukti/tritunggal), kemudian diteruskan ke tujuh saluran purba dalam bentuk personafikasi tujuh Archangel atau Malaikat Agung utama, dimana daya ini diserap oleh mereka, hingga kemudian di turunkan lagi ke hierarki agen-agen keberadaan di bawahnya, diserap kembali, diturunkan kembali, diserap kembali, hingga sampai ke objek-objek celestial besar seperti matahari, bulan, bintang, planet-planet, hingga kemudian pada gilirannya nanti akan mencapai keberadaan makhluk-makhluk di tataran alam yang paling rendah, seperti manusia, roh-roh alam, hewan, 27

Dante R Kosasih

tumbuhan, mineral dan kerajaan-kerajaan elemental. Tanpa adanya keberadaan dari hierarki agen-agen semesta yang sanggup menampung dan mengalirkan daya luar biasa dahsyat itu secara estafet atau bergiliran turun temurun, tentunya akan menimbulkan bencana besar bagi bentuk-bentuk keberadaan yang lebih rendah. Apa yang sekiranya bakal terjadi? tentu saja keberadaan ini tidak akan dapat terjadi, daya kehidupan yang sedemikian dahsyat itu tadi akan malah menjadi sebuah instrumen kehancuran total, sebuah maha pralaya, yang akan mencerai beraikan medan evolusi berikut semua makhluk yang ada di dalamnya. Seperti halnya tegangan listrik yang sangat tinggi, tidak akan dapat langsung masuk ke televisi atau telepon genggam kita tanpa disesuaikan terlebih dahulu dari sumbernya, apa yang ada di atas, adalah cerminan dari semua fenomena yang dapat kita amati di bawah. Inilah yang dinamakan dengan kaidah hirarki dalam pemahaman spiritual yang esoterik. Semua mendapatkan tempatnya masingmasing dalam tangga keberadaan alam semesta, selalu ada yang lebih tinggi dan lebih rendah, selalu ada yang lebih besar dan kecil, selalu ada yang lebih luas dan lebih sempit, karena memang itu semua adalah bagian dan cerminan langsung dari keberadaan alam semesta, sebagai medan evolusi kesadaran. Hal ini adalah sebuah keniscayaan.

28

Kunci Esoteris I

Terdapat tujuh lapisan alam, yang tentu saja berkorespondensi dengan tujuh lapisan badan yang dimiliki oleh setiap manusia, Ketujuh lapisan itu adalah : Nama Lapisan Alam

Lapisan Badan Manusia

ADI (tataran alam tertinggi/Ilahiah) Anupadaka

Monad

Atma Budhi Manas

Kausal (Self)

Manas rendah

Badan Mental

Astral

Badan Astral

Etherik

Lapisan Etheris

Fisik

Badan Fisik

Dalam kesempatan kali ini, kita tidak membahas mengenai susunan alam-alam yang ada secara lebih detail, hal ini dikarenakan oleh keterbatasan waktu dan ruang lingkup pembahasan buku ini. Di masa yang akan datang, penulis buku mengharapkan untuk dapat menuliskan dengan lengkap dan komprehensif mengenai susunan ketujuh alam yang ada, para penghuninya dan berikut sifat-sifat yang ada di dalamnya. Pada kesempatan kali ini, penulis akan lebih memfokuskan pembahasan pada ketujuh lapisan badan manusia yang sifatnya lebih esoteris atau pemahaman yang terbatas. Kalangan Profane (duniawi) mungkin hanya mengenal pembagian struktur konstitusi badan manusia yang sangat umum dan tidak rinci, seperti badan, jiwa dan roh. Kebanyakan dari mereka ini malah menghubungkan jiwa dengan kondisi 29

Dante R Kosasih

psikologi fisik. Pemahaman ini tidak dapat dibilang salah seratus persen, namun dapat dikatakan kurang tepat dan detail. Penulis tidak menyalahkan kaum profane yang memang tidak pernah mendapatkan pemahaman esoteris mengenai susunan atau konstitusi badan mereka sendiri, dan informasi terbaik yang mereka dapatkan selama ini, sepertinya juga diperoleh secara samar-samar dari konsep-konsep eksoteris (luar) seperti tafsir kitab suci agama, khotbah minggu pagi dan lain-lain. Ketujuh konstitusi badan manusia ini sebenarnya bukanlah sebuah pemahaman yang baru atau pemahaman ‘new age’, namun telah sangat lama ada, semenjak era zaman yang mungkin juga telah mendahului zaman peradaban bangsa manusia pada saat ini. Pemahaman ini telah didiktekan langsung oleh ketiga makhluk misterius pada golongan yang terinisiasi pada era awal peradaban Atlantis yang lalu dan pengetahuan rahasia ini diturunkan turun temurun hingga kemudian masih bisa ditemukan tercecer pada salah satu kitab tertua dari zaman kita yang masih tersisa dewasa ini, yaitu Taittiriya Upanishad. Di bawah ini adalah tujuh konstitusi badan manusia dalam pemahaman Esoteris : 1. Badan Fisik Lapisan terluar dari kesadaran adalah apa yang biasa kita sebut sebagai badan fisik. Badan fisik yang sangat kasat mata ini, dapat dengan mudah terlihat, diamati dan dirasakan dengan inderaindera terluar kita. Badan fisik dengan kelima indera kasarnya berkorelasi langsung dengan habitat keberadaan fisik yang ada di sekelilingnya. Lapisan kulit terluar dari kesadaran individual yang sangat padat ini, memiliki sifat yang sangat terbatas, berubah-ubah dan fana atau tidak abadi. Dalam pemahaman esoteris, kita tidak 30

Kunci Esoteris I

pernah mengidentifikasikan diri dengan badan fisik ini. Badan fisik hanyalah sebuah wahana atau kendaraan dari kesadaran kita yang sejati. Badan fisik merupakan sebuah instrumen kesadaran agar dapat ‘mengada’ atau menjadi ada dalam semesta materi ini. Badan ini, dengan semua indera dan organnya, secara esoteris tak lebih dipahami sebagai wadah untuk berevolusi. Badan fisik memiliki trinitasnya sendiri, atau tritunggalnya sendiri, yaitu badan fisik, badan astral dan badan mental rendah (konkret), dalam ilmu esoteris tritunggal yang lebih rendah ini dikenal dengan istilah Personalitas. Personalitas merupakan diri yang tidak abadi, rentan dan terbatas. Dalam rangkaian perjalanan reinkarnasi, kita akan memperoleh beraneka macam varian personalitas, berikut dengan semua lakon atau peran yang harus dijalani. Setiap personalitas yang telah ditinggalkan lewat kematian, akan dilahirkan lagi dalam bentuknya yang berbeda di kehidupan yang berikutnya. Laksana pakaian yang dipakai dan ditanggalkan kembali, begitulah siklus kehidupan reinkarnasi kita dengan berbagai diri personalitas yang beraneka ragam. 2. Lapisan Etherik Lapisan ini adalah lapisan daya prana atau daya vital kehidupan yang membungkus badan fisik kita. Letaknya sekitar 10-15 cm dari kulit badan terluar kita. Lapisan halus ini sebenarnya masih dapat dikatakan sebagai hal yang sifatnya fisik, namun karena tersusun oleh elemen-elemen yang sifatnya lebih halus dari gas, atau yang biasa dikenali dengan sebutan Zat Ether atau Etherik, maka diperlukan pelatihan tertentu sebelum mata fisik kita dapat melihatnya. Tidak memerlukan kemampuan bathin apapun untuk dapat melihat dan merasakannya, karena hal yang sifatnya fisik, tentu saja berkorelasi dengan indera-indera fisik. 31

Dante R Kosasih

Bahkan, selubung etherik ini juga dapat dilihat dengan bantuan teknologi terbaru yang dikenal dengan metode fotografi Kirlian. Lapisan fisik terhalus yang kasat mata ini juga merupakan medan emanasi zat buangan dari proses pengolahan daya prana tubuh fisik yang disekresikan lewat pori-pori kulit di seluruh badan fisik yang biasa dikenal dengan sebutan ‘aura’. Warna-warna yang terlihat lewat mata fisik yang terlatih berikut juga melalui metode fotografi Kirlian ini, sebenarnya hanyalah merupakan hasil radiasi dari pengolahan daya prana badan fisik yang berkorelasi dengan kesehatan dan hal-hal fisik, namun apa yang terlihat sering kali dipahami secara kurang tepat sebagai radiasi atau pancaran dari badan-badan lain yang lebih halus seperti badan astral dan mental. Radiasi dari badan-badan lebih halus yang sifatnya non-fisik, pastinya tidak akan dapat dideteksi oleh instrumen-instrumen dan indera-indera fisik. Hal-hal yang sifatnya non fisik secara kaidah hanya dapat dirasakan oleh instrumen atau indera yang tentu saja sifatnya juga non fisik. Inilah sebabnya, diperlukan pemahaman esoterik dalam menyikapi fenomena-fenomena yang terjadi di sekitar kita, agar tidak kemudian melahirkan konsep-konsep setengah matang yang sifatnya psudo. Lapisan Etheric ini juga menjadi tempat bercokolnya manifestasi titik-titik pusat energi dalam badan fisik yang biasa disebut sebagai titik-titik Cakra. Anda tidak akan menemukan titik-titik cakra ini terkubur dalam organ bagian dalam anda, namun sentra-sentra energi ini dapat ditemukan di lapisan etherik badan fisik kita. Perlu diingat di sini, kalau yang dapat teramati dari lapisan etheris adalah bagian terluar dari sistem cakra yang berakar di lapisan badan-badan yang lebih halus lainnya, seperti badan astral dan badan mental. Titik-titik cakra ini masih bisa diamati dengan instrumen-instrumen fisik seperti lewat metode 32

Kunci Esoteris I

fotografi kirlian ataupun di rasakan dengan indera-indera sentuhan. Adapun titik-titik cakra ini merupakan sebuah pintu masuk dari saluran-saluran halus yang menghubungkan badan fisik kita dengan badan-badan halus lain. Saluran-saluran yang tidak kasat mata ini selalu mengalirkan daya-daya prana yang kita peroleh dari makanan dan sinar matahari, ke lapisan badan-badan halus yang lain. Dalam spiritualitas Jawa atau kejawen, lapisan etherik ini sering kali disebut sebagai kembaran atau ‘ari-ari’ kita, yang secara eksoteris kemudian dimaknai dengan bentuk ari-ari fisik sebenarnya yang harus diberikan beberapa ritual tertentu sebelum dikuburkan, paska kelahiran. Semua orang terlahir dengan ‘kembaran’ ini, yang kadang dimaknai sebagai ‘cetakan’ dari badan fisik kita, yang muncul bahkan sebelum fase zigot terjadi dalam kandungan. 3. Badan Astral Lapisan badan astral merupakan sebuah lapisan yang tersusun dari elemen-elemen astral yang sifatnya non fisik. Karena sifatnya yang non fisik, untuk melihatnya diperlukan inderaindera yang sifatnya juga non-fisik. Lapisan astral tidak dapat ditangkap oleh instrumen-instrumen fisik seperti kamera, detektor magnetik atau apapun yang sifatnya fisik. Jadi apabila memang ada diperlihatkan bahwa instrumen-instrumen yang disebutkan sebelumnya tadi menangkap sebuah fenomena aneh tertentu yang mensugestikan adanya kehadiran dari apa yang kaum profane pikir sebagai penampakan ‘roh’ atau ‘hantu’, sejatinya apa yang terlihat itu adalah sebuah fenomena etherik, yang mungkin saja berhubungan atau sama sekali tidak berhubungan dengan jiwajiwa mereka yang telah mendahului kita. 33

Dante R Kosasih

Lapisan astral ini tersusun oleh materi-materi astral dari kerajaan elemental yang berasal dari tataran alam astral atau alam bhur atau alam Barzah. Sebagian besar unsur yang membentuknya adalah elemental yang berkaitan dengan unsur hasrat atau keinginan. Alam Astral atau yang juga biasa disebut oleh kaum profane sebagai alam supranatural karena posisinya yang mereka pikir terletak di ‘bawah’ alam kita, sebenarnya tidak berhubungan dengan apa yang diasumsikan sebagai neraka. Dimensi astral sebenarnya tidak terletak di ’bawah’ atau di ‘atas’ alam kita, dimensi astral merupakan sebuah ‘tempat’ atau ‘alam’ yang berada di sekitar kita, saling berkaitan dengan dunia fisik dan di beberapa titik tertentu benar-benar dapat dikatakan saling berpenetrasi dengan dimensi fisik. Dimensi astral dan juga mungkin dimensi-dimensi lain, tidak dapat dipahami sebagai sebuah tempat yang sifatnya tetap. Dimensi astral merupakan sebuah dimensi yang sangat cair dan penuh dengan perubahan, tidak mengenal batasan apapun dan memiliki kaidah hukum ‘waktu’ yang lebih cair juga. Untuk dapat memahami hal ini, mungkin anda dapat membayangkan ketika anda mendengar siaran radio di dalam mobil sewaktu sedang berangkat ke tempat kerja di pagi hari. Ketika anda mendengar suara lagu atau penyiar lewat perangkat radio di mobil anda, mungkin ada sebuah lagu atau sebuah acara talk show yang menggiring anda ‘memasuki’ sebuah ‘tempat’ dalam pikiran anda yang sifatnya tumpang tindih dengan pandangan yang tertera pada kaca depan mobil anda. Anda dapat melihat ramainya lalu lintas yang ada di hadapan anda, namun secara bersamaan anda mungkin dapat membayangkan suasana tertentu atau ingatan tertentu di masa lalu yang berhubungan dengan alunan irama lagu tertentu. Apakah anda tengah memasuki sebuah tempat ? atau apakah yang anda ‘lihat’ itu merupakan hal yang sifatnya 34

Kunci Esoteris I

nyata atau tidak nyata? demikian juga apa yang dapat kita pahami dengan dimensi astral. Sifatnya adalah di antara ‘ada’ dan ‘tiada’, di antara sebuah ‘tempat’ atau ‘non-lokalitas’ yang samar. Untuk memudahkan bahasa penyampaian, penulis akan menggunakan kata ‘alam’ atau loka. Alam atau Astral Loka ini, seperti halnya dimensi fisik, memiliki sifat dan kaidahnya sendiri. Bahkan memiliki habitat dan penghuninya sendiri, namun untuk kesempatan kali ini penulis tidak membahas lebih lanjut mengenai hal ini dan berharap akan mendapatkan kesempatan lain untuk membahasnya di kemudian hari. Kembali lagi, lapisan astral ini sangat berkaitan dengan unsur-unsur hasrat dan keinginan dalam konstitusi badan manusia. Di lapisan badan ini, terdapat juga titik-titik sentra energi berikut dengan semua jalur meridian yang lebih vivid atau nyata daripada apa yang dipancarkan oleh ‘kembaran’ kita atau badan etherik. Badan Astral juga memancarkan radiasinya sendiri yang dikenal dengan aura Astral. Aura Astral memiliki susunan warnawarna yang jauh lebih jernih dan cerah ketimbang dari apa yang dapat diamati dari badan etherik lewat metode kirlian. Dibutuhkan kemampuan clairsentience (ekstra sensorik yang berhubungan dengan rasa) yang lebih tinggi untuk dapat mengamati atau lebih tepatnya merasakan warna-warni aura yang terpancar dari lapisan yang sangat halus ini. Apabila di lapisan etheris, radiasi aura yang terpancar berhubungan dengan kesehatan atau vitalitas seseorang, pada lapisan yang lebih ‘dalam’ ini, emanasi aura yang terpancar memiliki korelasi langsung dengan getaran-getaran halus dari diri personalitas yang tidak terlihat oleh mata fisik, seperti : mood, niat, tingkatan kesadaran, perkembangan evolusi spiritual dan lainlain. Dimensi astral merupakan sebuah ‘loka’ atau ‘alam’ yang 35

Dante R Kosasih

tidak membutuhkan ungkapan atau ekspresi diri yang sifatnya verbal. Sifat komunikasi yang ada di sana adalah non verbal, belum sepenuhnya dapat dikatakan menggunakan metode telepati meskipun sudah mendekati ke arah sana. Metode komunikasi astral adalah dengan menggunakan vibrasi dan pancaran warna. Indera ‘penglihat’ dan sekaligus ‘perasa’ di dalam astral loka adalah cakra solar plexus atau cakra ‘limpa’. Oleh karena itu, banyak ilmuilmu kebathinan tradisional yang secara aktif mempergunakan cakra ini untuk dapat masuk dan berkomunikasi dengan makhlukmakhluk yang berdiam di alam astral. 4. Badan Mental Badan mental adalah lapisan badan terhalus dalam konstitusi susunan badan manusia, karena tersusun oleh elemenelemen mental yang sangat halus, tidak banyak orang yang memiliki kejernihan ‘mata’ bathin untuk mempersepsikannya. Badan mental sendiri terbagi atas dua, yaitu : 1. Badan mental rendah yang sifatnya lebih konkret, 2. Badan Mental yang lebih tinggi yang memiliki sifat lebih abstrak. Badan mental rendah sangat berkaitan erat dengan organ berfikir dalam badan fisik manusia, yaitu otak. Beberapa kalangan dalam lingkaran pemahaman esoteris mengatakan kalau lapisan mental rendah bisa dibilang beremanasi sebagai pikiran-pikiran kita yang sifatnya lebih konkret dan materialistis. Tanpa kehadiran dari lapisan ini, otak tidak akan memiliki kemampuan untuk melahirkan berbagai ide dan gagasan dan hanya berfungsi sebagai organ tubuh yang mengontrol gerakan dan fungsi biologis lain, seperti sistem saraf tulang belakang, sedangkan lapisan astral biasanya mengendalikan sistem tubuh yang sifatnya sekretif. Perlu dipahami di sini, otak hanyalah sebuah organ badan biologis yang 36

Kunci Esoteris I

dapat kita bandingkan dengan instrumen-instrumen fisik lainnya seperti sebuah kalkulator dan komputer. Memang organ berpikir ini merupakan sebuah organ yang lebih rumit dari jantung atau paru-paru, namun tidak akan dapat berfungsi secara prinsipalitas apabila tidak memiliki lapisan mental yang menyelubunginya. Lapisan tipis yang menyelubunginya ini berfungsi sebagai sebuah katalisator untuk memungkinkan timbulnya proses-proses kinerja otak internal yang dapat melahirkan adanya suatu kesadaran. Tanpa lapisan ini, organ ini hanya akan mampu menjalankan fungsi-fungsinya secara otomatis tanpa ada sesuatu yang dapat ‘mengendalikan’ atau ‘mengarahkan’ fungsi-fungsi kognitif yang ada di dalamnya. Sebuah prosesor di dalam komputer dapat memiliki kemampuan yang luar biasa untuk memproses semua informasi yang ia terima dengan sangat efisien, namun proses kognitif tidak akan terjadi tanpa hadirnya sebuah kesadaran. Proses tersebut mungkin akan melahirkan perhitungan angka-angka rumit, berbagai kumpulan data dan analisa, namun apa artinya semua hasil itu tanpa ada suatu keberadaan untuk mengamati, menarik kesimpulan dan mengekspresikannya? Inilah yang kemudian kita pahami sebagai Artificial Intelegence atau kecerdasan buatan. Sebuah instrumen yang cerdas dan efisien, namun hollow atau kosong, hanya sebuah benda, tidak lebih dan tidak kurang. Lapisan mental rendah juga memiliki fungsi sebagai sebuah jembatan penghubung antara prinsipalitas yang sifatnya terestial atau fisik (termasuk di dalamnya sistem motorik, proses pemikiran konkret dll) dengan prinsip-prinsip keilahian yang masih terletak satu tingkatan yang lebih tinggi daripadanya. Tanpa kehadiran lapisan perantara yang menghubungkan aspirasi-aspirasi Ilahiah dengan badan yang memiliki kualitas sifat-sifat hewaniah, maka kita tidak lebihnya sama seperti seekor binatang yang berbudaya. 37

Dante R Kosasih

Tidak akan ada ekspresi-ekspresi dari kesadaran yang lebih tinggi seperti kebaikan, dorongan untuk berevolusi, cinta kasih, pengorbanan, semangat melayani sesama, aspirasi-aspirasi spiritual dan lain-lain, kita hanya akan tunduk pada pikiran rendah badan fisik yang sifatnya instingtif, responsif dan egoistik. Inilah sebabnya dalam pemahaman esoteris, seseorang tidak akan pernah mengindentifikasikan dirinya dengan badan fisiknya, karena ia telah memahami bahwa badan fisik hanyalah sebuah wahana, sebuah instrumen dari prinsipalitas-prinsipalitas lain yang sifatnya lebih halus dan lebih tinggi. Lapisan badan mental sering kali juga dikatakan memiliki sifat yang dual, atau ganda. Ia dapat menangkap getaran-getaran yang sifatnya badaniah dan getaran-getaran yang sifatnya ilahiah. Di sinilah medan peperangan abadi itu terjadi. Inilah medan peperangan Kurukshetra, dimana dua musuh bebuyutan abadi berhadap-hadapan. Di satu sisi adalah pihak Pandawa yang mewakili prinsipalitas Ilahiah yang sifatnya abadi, luhur dan murni, dan di sisi lain adalah pihak kurawa yang mewakili prinsipalitas fisik yang sifatnya egoistik, sementara (fana) dan rendah. Di sepanjang kehidupan reinkarnasi seseorang yang terwujud dalam diri personalitasnya, ia akan berada di medan peperangan abadi ini. Badan mentalnya akan sepenuhnya terekspose dengan getaran-getaran yang dipancarkan dari ‘bawah’ dan dari ‘atas’. Kaum Profane atau Duniawi mungkin akan melihat kutub dual atau ganda ini sebagai wujud nyata dari pertimbangan moralitas, atau apa yang dilihat sebagai yang ‘baik’ dan yang ‘tidak baik’. Namun, kalangan esoteris melihatnya sebagai dua kutub dorongan yang sebenarnya saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, dan tidak melihat salah satu kutub atau sisi dengan label baik atau tidak baik. Keduanya hanyalah proyeksi 38

Kunci Esoteris I

dari dua kekuatan alam, yaitu kekuatan fisik dan kekuatan Roh. Kekuatan fisik memiliki elemen-elemen fisik yang sifatnya kasar, tidak abadi dan tidak murni dan kekuatan Roh memiliki elemenelemen yang sifatnya sangat halus, abadi dan luhur. Kekuatan fisik adalah dorongan di balik timbulnya semua keberadaan yang sifatnya terlihat atau duniawi dan kekuatan Roh merupakan dorongan untuk berevolusi yang diwarisi oleh setiap makhluk yang sudah memiliki kesadaran individu (baca : manusia). Tanpa adanya kedua kekuatan yang saling ‘berseberangan’ ini, maka alam semesta ini tidak akan mungkin untuk bermanifestasi dan bahkan semua bentukan juga tidak akan dapat bermanifestasi. Keberadaan merupakan hasil langsung dari daya tarik menarik dari kedua kekuatan ini, tidak ada hal yang benar-benar baik atau benar-benar buruk di alam semesta yang relatif ini, semua adalah hal yang relatif. Kita tidak dapat menemukan keabsolutan di alam yang telah terdiferensiasi dan termanifestasi, keabsolutan hanya didapatkan dalam kegelapan ‘air’ sebelum titik kesadaran yang timbul di tataran alam Adi. Badan mental yang terlalu condong pada tarikan dorongan yang sifatnya materialistik, tidak akan dapat naik melampaui badan mental yang rendah. Selamanya ia akan berada dalam pengaruh kaidah-kaidah yang sifatnya fisik. Karena semua hal fisik memiliki sifat-sifat yang tidak abadi, penuh perubahan dan tidak memuaskan, maka mereka yang materialistik akan lebih dekat dengan penderitaan. Sedangkan badan mental yang sudah mulai memiliki kemampuan untuk tidak selalu tunduk pada dorongan-dorongan yang sifatnya materialistik, naluriah dan sementara, akan mulai dapat ‘melihat’ hal-hal lain yang memiliki aspek-aspek yang lebih abadi, lebih luhur dan lebih permanen, secara perlahan ia akan memiliki pandangan bathin atau insight 39

Dante R Kosasih

yang lebih tajam, dimana lewat mata bathinnya yang perlahan terbuka ini atau lewat mata spiritualnya ini, ia mulai menyadari kalau sebenarnya masih ada hal-hal lain yang sifatnya non fisik, yang selama ini belum ia sadari sepenuhnya, dalam tahapan ini ia akan mulai untuk mendisasosiasikan Diri dengan wujud fisiknya (diri personalitasnya yang ilusif) beserta semua prosesproses pikiran rendahnya dan mulai mengarahkan pandangan matanya ke dalam, jauh dari semua fenomena-fenomena luar diri yang sifatnya ilusif. Kemampuan bathin ini, adalah kemampuan spiritual sebenarnya yang berproses di dalam diri, dalam lapisan badan mental seseorang yang sepenuhnya tersembunyi di balik kulit, tulang dan semua organ-organ badan fisik. Untuk mencapai hal ini, biasanya akan melalui banyak rangkaian reinkarnasi dari satu diri personalitas ke personalitas lain, dari satu masa kehidupan ke masa kehidupan yang lain. Jadi kembali lagi, badan mental merupakan sebuah medan, dari dua kekuatan yang saling ‘berseberangan’, yang selalu tumpang tindih dan bergantian mendominasi proses kesadaran jiwa yang dibalut kulit. Kadang dorongan yang lebih mulia ‘menang’ namun tak sering juga dorongan yang sifatnya materialistis akan cenderung untuk lebih mendominasi. Apa yang terjadi di medan peperangan ini, secara langsung akan diproyeksikan ke dalam sosok-sosok diri personalitas kita, yang juga berkorelasi dengan halhal yang lebih mudah untuk diamati dari ‘luar’ seperti gaya hidup, pilihan hidup, aspirasi dan kecenderungannya. ‘Pergulatan’ bathin ini berlangsung setiap waktu selama masa kehidupan seseorang di dalam dunia fisik, hingga saatnya nanti akan tiba, dimana sinar matahari kesadaran yang lebih tangguh dan mulia akan terbit dari langit yang sebelumnya kelam, dimana sinar yang cemerlang itu akan terbit di atas diri manusia yang telah memenangkan 40

Kunci Esoteris I

pergulatan panjangnya, di mana Diri yang sejati akan bangkit dari sisa-sisa abu kumpulan diri personalitas dari medan peperangan antara tarikan Materi dan Roh. Sosok yang mulia ini dalam esoteris dikenal dengan sosok “Augoeides” yang artinya adalah Manusia Ilahiah yang benar-benar baru dapat disebut sebagai manusia yang sebenarnya. 5. Badan Mental yang lebih tinggi atau Badan Kausal Badan Kausal adalah Diri yang sebenarnya, dalam pemahaman esoteris dipahami sebagai Diri Individualitas yang sejati. Badan Kausal tersusun dari tiga atom permanen tataran alam yang lebih tinggi, yaitu alam Atma-Buddhi-Manas. Inilah yang secara eksoteris atau pemahaman luar diartikan dengan istilah Jiwa. Perlu dipahami di sini, selama rangkaian kehidupan reinkarnasi, Badan Kausal tidak pernah benar-benar dilahirkan dan mati dalam alam fisik, seperti apa yang mungkin dipahami oleh golongan profane atau duniawi. Badan Kausal tetap berada di alamnya sendiri, dalam tataran alam tinggi menakjubkan yang disebut dengan alam Kausal. Badan Kausal inilah yang juga sering disebut sebagai Sang Ego, “Guru Sejati”, “Ingsun Sejati”, “The Self atau Diri yang sebenarnya”, Sugma, Jiwa, Jiva dan lain-lain. Badan kausal merupakan perwujudan langsung dari tritunggal semesta, yaitu Kehendak, Intuisi dan Intelektual. Karena tersusun oleh elemen-elemen tataran alam yang sangat tinggi, badan Kausal memiliki rentang usia yang sangat panjang apabila dibandingkan dengan lapisan badan-badan lain yang lebih rendah. Badan Kausal dapat dilihat sebagai hal yang abadi dalam perspektif diri personalitas yang fana, namun apabila dilihat dari sudut pandang Monad yang berada di lapisan alam yang masih lebih tinggi lagi, badan Kausal merupakan hal yang relatif abadi. Dikatakan sebagai 41

Dante R Kosasih

hal yang relatif abadi karena badan Kausal suatu hari nanti juga akan hancur dan musnah, disebutkan ketika Ketiga aspek ilahiah yang ada di dalam dirinya telah memiliki daya yang cukup untuk mengenali Monadnya, maka kesadaran akan terlepas dari kungkungan badan Kausal yang selama ini memenjarakannya, bagaikan kupu-kupu yang lepas dari kepompongnya dan terbang bebas menuju ke rumahnya di angkasa luas, jiwa yang terbebaskan dari samsara ini dikenal dengan istilah “Jivan Mukti” atau Jiwa yang telah Mukti atau bebas. Badan Kausal tidak pernah terlahirkan, tidak pernah hancur oleh kematian, semua keberadaannya di alam-alam yang lebih rendah hanyalah merupakan proyeksi yang ia siratkan di atas lautan materi. Dalam pemahaman esoteris, Badan Kausal dan keempat badannya yang lebih rendah dihubungkan dengan sebuah ‘tali’ Ilahiah yang dinamakan dengan Sutratman. Dimana lewat saluran tipis ini, daya-daya dapat dialirkan dari Diri yang sebenarnya, tercurah pada keempat lapisan badan-badan yang tenggelam dalam lautan materi selama periode reinkarnasi. Badan Kausal adalah Diri kita yang sebenarnya, yang sangat menakjubkan dalam tataran alamnya sendiri. Alam Kausal adalah alam Mahatnya Semesta Raya, atau Alam Intelektual dari Semesta, dimana alam ini juga dihuni oleh makhluk-makhluk Ilahiah yang sangat tinggi evolusi dan kesadarannya. Tataran alam ini tentu saja tidak dapat terbayangkan oleh kita, tidak ada lagi halangan ruang dan waktu, tidak ada lagi halangan untuk berkomunikasi, semuanya terjadi secara serentak dan bersama-sama. Karena letaknya yang sangat dekat dengan Alam Monad, maka sifat alam Kausal adalah relatif nyata, sangat lebih nyata apabila dibandingkan dengan tataran alam-alam suram di bawahnya seperti alam mental rendah dan astral, meskipun bagi kita yang 42

Kunci Esoteris I

berada dalam alam fisik, alam astral dan alam mental tentu saja akan terkesan lebih nyata dan lebih intens karena keabsenan badan fisik yang merupakan halangan terbesar untuk dapat menikmati semuanya secara lebih nyata. Selama berada di wahana fisik, kita tidak pernah benar-benar dapat ‘bersentuhan’ atau berhubungan langsung antara satu dengan yang lainnya, semua yang kita rasakan atau kita lihat, selalu dimediasi oleh indera fisik, kesadaran dalam diri tidak pernah benar-benar memiliki kesempatan untuk berhubungan langsung dengan semua yang dialaminya. Semua pengalaman tersebut akan menjadi sedikit lebih vivid ketika kita berada di alam Astral, dimana lapisan astral memiliki sifat yang lebih halus dan transparan apabila dibandingkan dengan lapisan fisik yang lebih kasar, sehingga dengan demikian kesadaran dapat lebih dimungkinkan untuk mendapatkan pengalaman yang lebih ‘intens’ dari semua hal yang ditemuinya, dan keintensan ini akan semakin jelas ketika berada di dalam lapisan badan mental yang tersusun oleh materi yang lebih halus lagi ketimbang elemenelemen astral. Namun, tetap saja semua sensasi itu tidak akan dapat mengalahkan kemegahan dan keindahan yang menakjubkan dari tataran alam Kausal, dimana di sana adalah tempat Diri kita yang sebenarnya tinggal dan bertahta. Sayangnya, sebagian besar badan Kausal manusia yang berada di sana masih belum sepenuhnya berkembang, hal ini diperlihatkan oleh variasi cahaya yang dapat diamati dari satu badan kausal ke badan kausal yang lain. Beberapa badan kausal masih terlihat memiliki semburat warna dan cahaya yang masih sangat temaram, sementara beberapa lain mungkin memiliki tingkat pancaran cahaya yang sedikit lebih cerah, namun kebanyakan dari badan kausal manusia masih berada dalam kondisi dorman atau tertidur. Alam Kausal adalah tataran alam yang teramai dan paling 43

Dante R Kosasih

padat populasinya apabila dibandingkan dengan alam-alam lain. Di alam Kausal, terdapat semua Badan asli dari semua Diri sejati dari manusia-manusia yang pernah ada atau yang telah terindividualisasi. Beberapa kesadaran Kausal mungkin sedang berada di badan fisik atau sedang menjalani kehidupan duniawinya, sementara beberapa lainnya tengah berada di alam Astral, dan mungkin juga berada di tataran alam mental rendah. Sebagian lainnya mungkin sudah kembali ke Dirinya sendiri, sibuk mengumpulkan semua abstraksi pengalaman yang diperoleh dari kehidupan diri personalitasnya yang terakhir, sebelum semua proses internal itu akan dilanjutkan kembali oleh kelahiran kembali atau pencelupan kembali ke dalam kolam materi. Dari kesaksian beberapa orang yang pernah mencapai alam ini dalam meditasi dalamnya, Badan Kausal terlihat seperti bulatan-bulatan cahaya dengan variasi warna-warni di dalamnya dengan tingkat keintensifitasan yang berbeda-beda, tidak ada bentuk wajah di sana, atau perpisahan jenis kelamin duniawi. Semuanya adalah pecahan cahaya-cahaya dalam jumlahnya yang tak terhitung. Bulatan cahaya yang satu dengan yang lainnya dipisahkan oleh sejenis lapisan film tipis yang terbuat dari bahan materi yang luar biasa indah. Konon dikatakan, setelah pencerahan tercapai, inti jiwa yang terkandung di dalamnya akan memiliki kemampuan yang cukup untuk memecah lapisan badan terhalusnya ini, yang selama ini sudah setia menemani di sepanjang rangkaian reinkarnasinya selama ribuan tahun, menjadi terbebaskan, menjadi Jivan Mukti yang terus terbang ke atas, menyatu dengan Monadnya sendiri. Inilah yang dinamakan dengan istilah Manunggaling Kawula Gusti dalam ilmu Kejawen atau Berpulang ke Rahim Allah atau Rumah Bapa dalam pemahaman yang mungkin lebih eksoteris.

44

Kunci Esoteris I

Jiwa-jiwa besar atau Mahatma, yaitu jiwa-jiwa yang telah terbebaskan, dikenal dengan istilah golongan Adepta atau Master dalam pemahaman esoteris. Mereka ini adalah golongan terpilih dari umat Manusia yang telah menyelesaikan evolusi terestial atau duniawinya. Mereka telah menjadi golongan Manusia Ilahiah atau Augoeides yang sangat perkasa, dimana tidak ada prinsip-prinsip duniawi yang dapat menyentuhnya. Mereka telah mempelajari semua hal yang dibutuhkan untuk menjadi benar-benar sadar dan terjaga dalam badan Kausalnya masing-masing. Sosok-Sosok Adepta ini tampak sebagai Bola-Bola besar cemerlang yang memiliki radiasi sinar luar biasa dan dapat bergerak bebas di semua tataran alam, termasuk alam Kausal. Mereka adalah kelompok dari badanbadan Kausal yang telah memiliki kesadaran penuh di alamnya sendiri, yang telah terjaga dalam ketiga aspek Ilahiahnya. Manusiamanusia yang sebenarnya, para putra cahaya yang muncul sebagai barisan pemenang yang sebenarnya dari dalam kolam materi yang ‘kotor’ dan ‘berlumpur’. Mereka telah menundukkan ego terestialnya, beserta semua kendaraan-kendaraannya yang lebih rendah, mereka telah sepenuhnya memiliki kendali penuh atas semua rasa dan intelektualnya, mereka telah menjadi tuan atas budak-budaknya, sosok pahlawan medan kurukestra yang telah sepenuhnya menundukkan kaum kurawa. Mereka inilah cikal bakal dari diri kita saat ini, proyeksi masa depan dari semua tahapan evolusi kita saat ini, dimana kaidah-kaidah kolam materi seperti lingkaran kelahiran dan kematian, tidak akan dapat lagi menyentuh telapak kaki kita, dimana kita dapat bangkit dari sisasisa abu duka dan penderitaan, bangkit dari kefanaan menuju ke kekekalan dan keluhuran yang mulia.

45

Dante R Kosasih

6. Monad Di awal buku ini, sebelumnya telah disinggung mengenai keberadaan percikan cahaya Ilahiah yang memiliki jumlah tak terhingga di tataran alam Anupadaka yang luhur. Percikan cahaya Ilahi yang memercik sesaat setelah tahapan pradhana atau pemisahan Roh dan Materi dalam kesadaran tunggal di Alam Adi, dalam tradisi esoteris sering kali disebut sebagai Monad. Inilah esensi dari Diri kita yang sejati atau The Real Self. Monad adalah suatu hal atau mungkin juga ‘non-hal’, yang saat ini berada di luar jangkauan pemahaman kita. Bahkan golongan para Adepta atau Masters sekalipun, hanya mendapatkan sedikit bayangan mengenai sifat dan keberadaan Monad yang sangat misterius ini. Monad berada di tataran alam yang sangat tinggi, yang dinamakan dengan alam Anupadaka. Alam Anupadaka berada satu tingkatan lebih tinggi dari Alam Kausal dan merupakan sebuah tataran alam yang sifatnya universal. Di tataran ini, Kumpulan Monad konon dikatakan berada dalam kondisi dorman, perlu diingat di sini, walaupun Monad merupakan zat percikan Ilahiah dalam potensialitasnya yang tak terbatas, namun esensi dahsyat ini hanya dapat berfungsi di alamnya sendiri yang luar biasa agung itu, unit Monad dikatakan tidak dapat memasuki tataran alam-alam yang lebih rendah, seperti misalnya alam Kausal dan lain-lain karena sifatnya yang tidak terbatas dan kekal. Di sisi lain, meskipun memiliki potensi Ilahiah yang tak terbatas dan bersifat Omniscience atau Maha Mengetahui, Monad dikatakan belum sepenuhnya menyadari keberadaan dirinya sendiri. Dalam berbagai literatur Perenial primordial, Monad dikatakan berada seperti dalam keadaan ‘tertidur’ di alamnya sendiri. Keberadaan kesadaran yang telah terbungkus oleh Material terhalus yang disebut dengan 46

Kunci Esoteris I

lapisan Monad ini, belum memiliki kemampuan untuk menyadari Keilahiannya sendiri. ‘Ketidakmampuan’ yang dimaksudkan di sini adalah bukan mengimplikasikan sebuah kondisi impotensi seperti yang kita pahami di tataran fisik ini dan tidak menyiratkan sebuah cacat kapasitas. Tataran Anupadaka atau alam Omniscience yang juga adalah degradasi atau diferensiasi pertama dari alam Adi atau Ketunggalan adalah sebuah alam yang maha potensi dengan semua kebrilianannya, tidak ada hal yang ‘cacat’ atau impoten di sana, semua hal yang ada di sana merupakan hal-hal yang tak terbayangkan bagi pemahaman otak fisik kita saat ini. Kembali lagi ke kata ‘ketidakmampuan’ itu tadi, dikatakan kalau Monad berada dalam kondisi tertidur atau ‘dorman’ karena monad belum sepenuhnya menyadari keilahian yang ada di dalamnya. Dalam fase awal ini, Monad dapat diibaratkan sebagai benih-benih Ilahiah yang belum berkembang. Benih-benih ini nantinya akan dapat berkecambah dan menghasilkan tunasnya sendiri setelah esensi di dalamnya tergugah atau mulai menyadari Keilahiannya sendiri. Proses untuk menghasilkan ‘tunas’ ini dilakukan lewat satusatunya cara atau metode yang dipahami oleh Semesta raya, yaitu lewat medan evolusi di tataran alam materi, mulai dari Kausal, Mental, Astral, hingga fisik.

47

Dante R Kosasih

Oleh karena ‘keterbatasannya’ di dimensi-dimensi yang lebih rendah, Monad membutuhkan sebuah kendaraan atau wahana untuk dapat berevolusi di tataran-tataran yang lebih rendah. Monad memiliki 3 aspek yang identik dengan Aspek Trimurti atau Titik Kesadaran awal yang sifatnya Tritunggal, yaitu : 1. Aspek Kehendak 2. Aspek Kebijaksanaan 3. Aspek Kreativitas. Ketiga Aspek Monad ini dipantulkan kembali dalam keberadaan Diri triad yang lebih rendah, seperti yang terdapat di badan Kausal atau Sang Ego yang sifatnya relatif abadi, yaitu : 1. Atma - Kehendak (SAT) 2. Budhi - Intuisi (ANANDA) 3. Manas - Penalaran Murni (CHIT) Dan kemudian, Ketiga aspek Badan Kausal ini juga akan dipantulkan kembali secara kasar atau tidak akurat oleh ‘bayangan’nya di alam-alam yang lebih rendah dalam diri personalitas yang sifatnya tidak abadi atau fana, yaitu : 1. Badan Mental - Intelek 2. Badan Astral - Emosi 3. Badan Fisik - Aktifitas atau Gerakan

48

Kunci Esoteris I

Ketiga aspek dari kesadaran di alam Adi juga dipantulkan kembali oleh semua unsur-unsur elemen yang terdapat di alam fisik atau tataran terendah ini (dasar dari kolam materi) sebagai : 1. Sattva 2. Raja 3. Tamas

Diagram pantulan 3 aspek Jiwa atau Spirit ke dalam unsur-unsur materi 49

Dante R Kosasih

Apa yang ada di ‘bawah’, merupakan cerminan langsung dari apa yang ada di ‘atas’. Inilah yang dinamakan dengan kaidah hierarki semesta, dimana semua hal yang berada di tataran frekuensi yang lebih rendah merupakan representasi atau perwakilan dari hal-hal lebih tinggi lain yang tersembunyi atau occult. Perlu dipahami, dikarenakan oleh keterbatasan dari sifat-sifat alam yang ada, maka sering kali pantulan yang muncul merupakan degradasi atau kemunduran dari hal yang sebenarnya. Triad yang terdapat di Monad, tidak akan mungkin sepenuhnya dipantulkan oleh tataran alam-alam yang lebih rendah dan demikian seterusnya, hingga akhirnya pantulan yang paling kasar dan paling tidak akurat berada di alam fisik yang sangat terbatas ini. Tidak ada yang benar-benar memahami Monad di luar dari ketiga aspeknya yang masih dapat ditangkap secara samar oleh badan Kausal atau Badan Ego dari golongan para Adepta yang kemudian menceritakan kembali pada kita apa yang dilihatnya di sana. Satu hal yang jelas, Monad memiliki hubungan langsung dengan semua badan-badannya yang lebih rendah seperti Diri individual kita atau badan Kausal, hingga ke semua wujud terendahnya dalam bentuk-bentuk personalitas yang mati dan dilahirkan kembali kedalam dunia fisik. Pada tahapan ini, kita hanya dapat berandai-andai apa yang akan terjadi ketika Monad telah sepenuhnya menyadari esensi yang ada di dalam dirinya sendiri ketika Jivan Mukti atau Jiwa-Jiwa yang terbebaskan kembali menyatu ke dalamnya. Apakah kemudian Monad akan kembali ke titik kesadaran awal di alam Adi, atau ia akan melanjutkan evolusinya ke tangga evolusi universal yang tidak akan mampu kita pahami, tidak ada yang benar-benar mengetahuinya. Satu hal yang pasti, dari semua kehidupan yang berkesinambungan ini, masih banyak hal-hal yang belum kita ketahui dan tersembunyi 50

Kunci Esoteris I

dari pandangan dan penalaran fisik kita. Kehidupan seharihari kita hanyalah cerminan dari sebagian kecil proses evolusi kesadaran yang berpusat di tataran alam Anupadaka atau alam Para Monad (kumpulan percikan Ilahiah), yang merupakan Esensi hakikat dari diri kita yang sejati. Begitu banyak susunan alam yang berada di ‘atas’ dan di ‘bawah’ kita, semuanya merupakan proses kinerja medan evolusi alam semesta yang sepenuhnya bekerja di luar kesadaran otak fisik kita yang fana dan terbatas, yang kita bisa lakukan saat ini adalah secara perlahan mendaki jalan evolusi itu, menyibakkan satu demi satu rahasia alam yang akan secara perlahan dibukakan bagi diri kita, bagi orang-orang yang mencari kesejatian, bagi mereka yang dengan tekun melakukan ziarah sakral meniti perjalanan ke dalam diri, untuk menemukan kebenaran tunggal yang universal itu. Saat ini, biarlah apa yang telah dijabarkan akan menjadi dasar dari pemahaman esoteris kita yang mungkin tidak akan pernah dipahami oleh kaum profane atau duniawi, biarlah Ilmu ini akan bersama-sama kita selami lebih mendalam dalam keheningan meditasi kita, yang akan terus meluaskan dan memperlebar pemahaman kita mengenai halhal luar biasa yang telah menanti di sudut-sudut semesta yang misterius.

51

Dante R Kosasih

BAB III

SUSUNAN CAKRA

Seperti yang dikatakan sebelumnya, di dalam lapisan badanbadan manusia yang lebih halus, misalnya lapisan badan Etherik, Astral hingga Mental, terdapat sentra-sentra titik energi beserta jalur-jalur nadi besar dan kecil yang tak terhitung banyaknya. Pengetahuan ‘sakral’ yang sangat esoterik ini berasal dari tradisi Tantra Yoga yang esensinya dapat juga ditemukan di Vedanta dan Vajrayana. Terdapat tujuh titik sentra cakra utama dalam anatomi triad badan spiritual kita (Badan etherik, astral dan mental) yang berkorelasi langsung dengan fungsi indera dan organ-organ utama di dalam kendaraan badan fisik atau sthula. Tradisi Hindhu dan Sansekerta menyebutkan adanya 5 tattva (unsur alam semesta) yang berhubungan langsung dengan kelima sentra energi di badan-badan halus manusia, namun secara esoterik telah lama diamati dan dikenal bahwasanya terdapat tujuh titik cakra yang berkorelasi langsung dengan sifat septenaris atau kelipatan tujuh yang terdapat di alam semesta. Salah satu alasan mengapa hanya disebutkan lima tattva dalam tradisi Perenial bangsa Aryan, karena berkorelasi langsung dengan skema perkembangan ras manusia pada saat ini yang hanya memiliki pancaindera atau 5 indera fisik aktif, sedangkan 52

Kunci Esoteris I

dua indera lainnya, yaitu indera keenam dan ketujuh yang saat ini masih sangat occult atau tersembunyi, akan perlahan dibukakan di putaran ras yang berikutnya, yaitu ras keenam akan memiliki 6 indera fisik dan disempurnakan pada kehadiran ras ketujuh manusia dengan 7 indera fisiknya di era peradaban yang akan datang. Pembahasan mengenai ras-ras manusia ini, dari ras awal yaitu Lemuria, Atlantis hingga ras manusia saat ini akan dituliskan lebih mendalam lagi di buku ‘Kunci Esoteris jilid II” nanti. Dikarenakan keterbatasan waktu dan tema pembahasan kali ini, maka penulis hanya akan memfokuskan pembahasan di seputar tujuh cakra berikut fungsi-fungsinya. Berikut ini adalah gambar anatomi ‘fisiologi spiritual’ kita dengan susunan jalur-jalur halus dan ketujuh titik sentra yang terdapat di dalam triad spiritual kita :

53

Dante R Kosasih

Ketujuh titik sentra energi atau Cakra adalah : 1. Cakra Dasar/tulang ekor - memiliki pancaran warna Merah Berhubungan dengan dasar atau fundamental dari tulang belakang, yang membawa fungsi-fungsi vitalitas dasar dari aspek badan dan kesadaran fisik. Unsurnya Tatva-nya adalah Prithivî atau Materi Solid (padat). 2. Cakra Seks - memiliki pancaran warna jingga Berhubungan dengan Kelenjar reproduksi dan aspek kreativitas. Unsur Tattva-nya adalah Apas atau air. 3. Cakra Perut/pusar - memiliki pancaran warna kuning. Unsur Tattva-nya adalah Agni atau Api, memiliki aspek Ego personalitas yang berkaitan dengan rasa. Di cakra ini juga terdapat sambungan The Silver Cord atau Kabel Perak yang menghubungkan badan fisik dengan kembaran Etheriknya. 4. Cakra Hati/Jantung- memiliki pancaran warna hijau. Unsur Tattva-nya adalah Vâyu atau udara, memiliki aspek Cinta Kasih tak terkondisi. Di titik ini juga terdapat beberapa titik lain yang sifatnya sangat esoteris yang akan dibuka seiring dengan pelatihan kriya yoga. 5. Cakra Tenggorokan - memiliki pancaran warna biru, unsur Tattvanya adalah Ãkâsha atau suara yang berkaitan dengan getaran suara semesta. 6. Cakra Ajna - memiliki pancaran warna ungu, unsur esoterisnya adalah Buddhi (tidak terdapat dalam sistem Tattva), merupakan ‘lensa’ terdepan dari kelenjar Pineal yang disebut sebagai pituitari, berkaitan dengan kebangkitan kesadaran spiritual kita. 7. Cakra Mahkota - memiliki pancaran keemasan, unsur esoterisnya adalah Adi (tidak terdapat dalam sistem tattva), 54

Kunci Esoteris I

berkaitan dengan The holy Seat atau Tempat duduk kesadaran Diri yang sejati dan jembatan Antahkarana. Prinsip pengembangan kesadaran yang terdapat di setiap cakra adalah : - Cakra Dasar - Aku adalah - Cakra Seks - Aku merasa - Cakra Perut - Aku melakukan - Cakra Jantung - Aku mencintai - Cakra tenggorokan - Aku bersabda - Cakra Ajna - Aku melihat - Cakra Mahkota - Aku mengerti Perlu diingat di sini, bahwa titik pusat cakra terletak di daerah sushumna atau tulang belakang dan mengembang membentuk corong di sisi depan dan sisi belakang dari kendaraan fisik kita di dalam lapisannya yang paling halus, yaitu badan Etherik. Selain dari ketujuh titik cakra yang ada, terdapat 72.000 sistem nadi atau jalur-jalur energi badan halus manusia dengan dua nadi utamanya yaitu Ida dan Pingala, yang pada gambar di bawah yang mengalir membentuk untaian saluran energi yang mengalir dari atas ke bawah dan bawah ke atas. Dalam beberapa cabang ilmu esoteris lain, Ida Pingala juga dikenal dengan istilah Ying-Yang.

55

Dante R Kosasih

Ida adalah aliran chi atau energi di tubuh sisi kiri, yang mewakili aspek energi feminim (-) dengan sifat dingin yang dilambangkan dengan Bulan. Aliran Ida berasal dari Muladara atau Cakra Dasar yang berada di tulang ekor dan bermuara di lubang hidung sebelah kiri. Pingala adalah aliran chi atau energi di tubuh sisi kanan, yang mewakili aspek energi maskulin (+), dengan sifat panas yang dilambangkan dengan Matahari. Pingala juga berawal dari Cakra Muladhara dan berakhir di lubang hidung sebelah kanan. Kriya Yoga merupakan salah satu teknik yoga yang mempergunakan ilmu bernafas atau pranayama pada ketujuh titik cakra ini dalam upayanya untuk menggugah sang ular atau energi laten dalam badan manusia yang dinamakan dengan istilah Kundalini. Dalam hubungannya dengan Kundalini, Teknik Kriya Yoga berkorelasi dengan ‘dua’ macam kundalini yang bercokol dalam lapisan badan-badan spiritual manusia, yaitu Kundalini atas 56

Kunci Esoteris I

yang sifatnya lebih halus atau feminim (-) dan Kundalini bawah yang sifatnya lebih kasar atau maskulin (+). Kriya Yoga memahami setiap tarikan udara atau nafas ke dalam tubuh yang dipraktikkan dalam setiap tekniknya sebagai perwujudan dari ‘nafas kehendak’ secara mental, yang apabila dipraktikkan dengan benar akan membawa praktisinya ke titik kuliminasi tertinggi pencapaian daya-daya clairvoyant yang tertinggi, yaitu berfungsinya mata ‘ketiga’ atau Pineal di dalam organ otak yang terletak di kepala. Secara Esoteris, Cakra dapat dibagi menjadi dua wilayah, yaitu : 1. Susunan cakra yang lebih rendah, yang juga sangat erat kaitannya dengan keberadaan dari diri personalitas kita, yang biasanya terdapat di lapisan cakra pertama hingga kelima (cakra dasar hingga cakra tenggorokan) 2. Susunan cakra yang lebih tinggi, yaitu cakra Ajna dan Mahkota yang sangat erat berkorelasi dengan Diri individualitas kita yang sejati atau Badan Kausal. Juga dikatakan, bahwa cakra ‘Ajna’ yang pada skema perkembangan evolusi manusia saat ini adalah merupakan cakra yang sangat esoteris atau tersembunyi ini pada awalnya terdiri dari 3 unit yang terpisah, yaitu : A. Kelenjar Pineal yang terletak di bagian tengah dalam organ otak di kepala B. Pituitari yang merupakan sisi unit yang posisinya agak menjorok ke depan yaitu sebagai apa yang dipahami sebagai titik cakra Ajna itu sendiri oleh golongan profane C. Medulla oblongata yang terletak di sisi belakang kepala (di beberapa tradisi dikenal sebagai titik cakra Bindu) 57

Dante R Kosasih

Pada awalnya akan berfungsi sebagai 3 unit yang terpisah, namun setelah berhasil dikuasai akan menjadi satu, yang dikenal dengan Cakra Master, dengan titik pusatnya di kelenjar Pituitari. Inilah yang dikenal oleh kaum esoteris sebagai ‘The Eye of Dangma” atau Mata Sang Dangma atau Mata Shiwa, yaitu mata ketiga kita. Jadi pelatihan lima nafas terhadap kelima tattva yang sifatnya material, yang berkaitan dengan fungsi-fungsi prostatik epigastrik, cardiak, and laringealnya, akan dilengkapi dengan kulitivasi nafas keenam dan ketujuh, yaitu cakra Ajna dan Mahkota. “Ia yang telah terinisiasi, kaya dengan pengetahuan yang diberikan oleh generasi pendahulunya, yang tidak banyak jumlahnya, mengarahkan “Mata Dangma”-nya terhadap esensi dari segala sesuatu hal, di mana Maya tidak dapat lagi memiliki pengaruh apapun kepadanya.” [SD 1:45] “… Shiva-Rudra – the “Pelindung kaum Yogi”, “third eye”, 58

Kunci Esoteris I

yang mistis ini harus dikuasai oleh para yogi sebelum ia dapat menjadi seorang Adepta atau Master” – [SD 2: 615] “Mata Ketiga terletak di belakang kepala, bukan depan. Hal ini hanya untuk tujuan ilustrasi saja, maka sering digambarkan sebagai antara dua mata fisik atau di dahi” “Mata ketiga berada di belakang kepala.” [SD 2: 294] Cakra mahkota yang dikatakan memiliki seribu kelopak bunga lotus, berada beberapa cm di atas ‘ubun-ubun’ dan merupakan Singasana tempat Sang Ego atau Diri yang sejati duduk. Di sini juga terdapat sambungan halus Antahkarana yang menghubungkan lapisan badan fisik terhalus atau etherik kita dengan lapisan badan-badan lain yang lebih halus. Cakra Mahkota adalah titik universalitas yang menghubungkan diri Personalitas dengan alam-alam Svaha yang sifatnya Satvik atau mulia. Ini adalah ulasan mengenai sentra-sentra energi yang terdapat di badan-badan halus kita yang juga sering disamarkan sebagai tujuh kunci pembuka alam kesejatian dalam berbagai jenis praktik esoteris lain, yang awalnya hanya dibukakan bagi segelintir golongan orang-orang yang terinisiasi. Apabila dikultivasi dengan benar dan tepat, teknik pranayama Raja Yoga, dalam hal ini Kriya, akan menghantarkan kita untuk membuka semua potensi keilahian yang saat ini masih tersembunyi dan merealisasikan Kesadaran Ilahiah, yaitu Diri yang sebenarnya dalam kehidupan dunia ini. Inilah daya kekuatan spiritual yang sejati. “Kunci-kunci apa yang dapat digunakan untuk menyingkap makna-makna terpendam di dalam tulisan-tulisan sakral itu?” Sepertinya terdapat tujuh kunci yang dapat digunakan untuk 59

Dante R Kosasih

“membuka semua rahasia spiritualitas Timur” seperti yang pernah dituliskan dalam SD halaman 318. Cara satu-satunya untuk mendapatkan ketujuh kunci ini adalah lewat proses inisiasi dan praktik langsung dimana si Chela atau (murid) secara perlahan diberikan cara untuk menggunakan ketujuh kunci itu, satu demi satu lewat proses inisiasinya yang bertahap.

60

Kunci Esoteris I

BAB IV

PROSES KEMATIAN DAN KELAHIRAN KEMBALI

Kendaraan fisik kita merupakan hal yang sifatnya sangat terbatas, rentan dan fana. Seperti semua hal-hal fisik lainnya, wahana fisik ini seiring dengan waktu akan banyak mengalami degradasi fungsi dan efektifitas yang berujung dengan kematian atau proses penguraian kembali. Kata ‘kematian’ apabila dilihat dari sudut pandang kaum profane, tentu saja akan menyiratkan suatu hal yang misterius dan mengimplikasikan sebuah ‘akhir’ yang menyedihkan dari keberadaan. Namun, bagi golongan esoteris, tidak ada yang misterius dari sebuah kematian. Peristiwa kematian dan kelahiran bagaikan sapuan ombak yang datang silih berganti ke bibir pantai dari semenjak awal peradaban kehidupan dunia ini dulu. Semua yang lahir pasti akan mati, semua yang muncul pasti akan lenyap kembali, tidak ada hal yang luar biasa dari kematian karena sebagaimana kelahiran, kematian hanyalah sebuah proses pergantian kesadaran. Kesadaran manusia hanya dapat berfungsi di satu alam saja, golongan manusia normal yang masih belum sepenuhnya terbebas atau ‘melek’ dalam badan kausalnya, hanya dapat melihat dan memahami satu frekuensi dalam setiap waktu. Kita belum 61

Dante R Kosasih

memiliki kemampuan untuk mengamati realitas yang terdapat di berbagai tataran alam pada saat yang bersamaan. Dalam episode bangun atau apa yang dinamakan dengan tahapan jagad, kita hanya dapat melihat fenomena-fenomena fisik. Di saat kita tertidur, indera untuk melihat keluar itu tadi akan menjadi dorman dan kesadaran akan diteruskan pada lapisan badan astral, dimana apabila badan astral kita telah memiliki instrumen-instrumen yang cukup mumpuni, kita akan dapat mempersepsikan fenomenafenomena astral secara sadar dalam hidup berkesinambungan setelah badan fisik terlelap. Namun, tidak semua orang dapat menikmati kehidupan yang berkesinambungan ini, sebagian besar dari kita kesadarannya akan ‘terhenti’ atau ‘terputus’ dan ikut terlelap dengan tidurnya badan fisiknya. Kesadaran yang terdapat di sebagian besar manusia ini sifatnya sangat terbatas dan hanya berfungsi penuh ketika indera-indera fisiknya aktif. Pada beberapa golongan lainnya, kesadaran ini mulai tetap dapat terjaga atau berlanjut bahkan ketika semua indera-indera fisik terlelap dalam tidurnya. Mereka telah memiliki kemampuan bathin untuk dapat mempersepsikan alam lain yang lebih halus dari alam jagad, yaitu tataran dunia astral yang penuh dengan warna, rasa dan memori. Pada awalnya mungkin kesadaran astral ini sifatnya muncul secara spontan atau sporadis dan karena kemunculannya yang sporadis atau sekonyong-konyong itu, biasanya akan diakhiri oleh kembalinya kesadaran pada indera-indera fisik secara mendadak pula. Beberapa orang mungkin telah memiliki kemampuan untuk dapat sepenuhnya mengendalikan mimpinya secara sadar, bahkan beberapa diantaranya telah memahami bahwa yang ia alami di dalam kondisi terlelap hanyalah sebuah mimpi dan tidak lantas hanyut di dalamnya, kemudian mereka ini dapat melampaui batasan mimpi yang sifatnya fisik dan melesat masuk ke dalam 62

Kunci Esoteris I

kesadaran astral dan menemukan bahwa terdapat fenomenafenomena kehidupan lain yang berada di tataran alam ini. Seperti halnya ketika kita terlelap, hal yang sama akan kita alami pada saat mendekati ajal. Di bawah ini adalah cuplikan dari beberapa tulisan esoteris mengenai kematian berikut prosesnya : “Nafas yang meninggalkan badan dan apa yang kita sebutkan sebagai kematian seseorang, sebenarnya hanyalah merupakan sebuah awal dari proses kematian itu sendiri, proses ini berlanjut di alam-alam yang lain. Ketika rangkanya telah menjadi dingin dan kedua mata tertutup rapat, semua daya kekuatan di badan dan pikiran bergerak cepat ke arah otak dan hal ini ditemani oleh rangkaian gambar dari seluruh kehidupan yang baru saja berakhir dan diteruskan sepenuhnya kepada Diri manusia yang di dalam, bukan secara garis besar, namun hingga ke detail yang paling kecil dan impresi yang paling halus sekalipun. Pada saat ini, ketika semua hal diidentifikasikan oleh Dokter sebagai tanda-tanda kematian, lewat semua asa dan karsa dari manusia yang saat ini telah dinyatakan meninggal itu, manusia yang sebenarnya justru menjadi sangat sibuk di otak, dan Ia tidak akan beranjak sebelum semua pekerjaan di sana telah usai. Ketika pekerjaan khidmat ini telah usai, lapisan badan Astral melepaskan diri dari badan fisik dan seiring dengan berlalunya energi kehidupan atau prana, maka kelima lapisan saat ini berada di dalam Kama Loka (alam astral)” WQJ, The Ocean of Theosophy, halaman 99-100. “Meski para Dokter telah mengumumkan kematian, sejauh masih ada sepercik panas hewani di dalam badan, maka otak masih dapat berpikir. Karena seseorang tidak dapat beranjak maju, maka ia harus mundur kembali, dan dengan demikian selagi 63

Dante R Kosasih

gulungan kitab kehidupan digulung semenjak saat kematian atau ketika menjelang ajal, maka seseorang akan mendapati dirinya membaca kembali semua rekam pikiran, kata-kata, semua motif dan impresinya, dari saat terakhir itu hingga ke peristiwaperistiwa yang terjadi dalam masa kanak-kanaknya.” RC, Answers to Questions on The Ocean of Theosophy, Halaman 168 Dalam catatan ini, Master K.H pernah menuliskan “Seseorang mungkin terlihat telah mati, namun dari detak jantung terakhirnya, dari dan di antara gerakan terakhir otot-otot jantungnya dan pada saat ketika percikan terakhir dari hawa panas hewani yang telah meninggalkan badan - Otak masih dapat berpikir dan Sang Ego menghidupkan kembali seluruh cerita kehidupannya, di antara jeda yang hanya sesaat itu. Berbicaralah dengan bisikan, kau semua, yang membantu di sekitar ranjang kematian dan rasakan keberadaan kematian yang khidmat. Tetaplah hening, khususnya pada saat kematian telah mencengkeramkan tangannya pada badan itu. Berbicaralah dalam bisikan, maka kau tidak akan terlalu mengganggu riak-riak pikiran dan menghalangi pekerjaan dari masa lalu yang memantulkan refleksinya pada kerudung masa depan”. “...manusia pada saat kematiannya memiliki pandangan yang retrospektif terhadap kehidupan yang baru saja ia tinggalkan...,” HPB, The Key to Theosophy, halaman 163. Pada saat-saat menjelang kematian, semua aliran daya kehidupan atau prana biasanya akan tertarik ke cakra jantung, dimana hal ini tentu saja akan mengakibatkan tidak berfungsinya semua indera-indera fisik lain terutama yang berhubungan 64

Kunci Esoteris I

dengan hal-hal yang motorik. Karena aliran prana dari badan etheris telah sepenuhnya berhenti, maka sisa aliran prana yang masih berada di badan fisik akan bergerak tersedot ke daerah cakra jantung. Dari sana, aliran prana akan diteruskan kembali ke cakra ajna atau mata ketiga kita, dimana seluruh peristiwa kehidupan dari diri personalitas yang segera akan ditinggalkan ini akan dibabarkan kembali, dari lahir hingga saat menjelang kematian secara mendetail. Di sini, kesadaran Ego atau Diri yang sebenarnya akan menghidupi kembali setiap detik kehidupan kita tanpa melewatkan satu kejadian yang paling kecil sekalipun. Ia akan mereview kembali, mengamati dan menarik semua abstraksi pengalaman yang mungkin akan berguna bagi evolusinya kelak. Tidak banyak memang yang dapat ia gunakan, faktanya ekstraksi abstraksi yang mungkin dapat Ia gunakan dari setiap masa kehidupan amatlah kecil kuantitasnya, namun tetap saja ekstraksi ini akan menjadi hal yang sangat berharga baginya. Karena inilah esensi sebenarnya dari keberadaan diri-diri personalitas yang telah ia ‘investasikan’ ke dalam kolam materi ini. Di saat jantung telah berhenti berdetak, dan tarikan nafas terhenti, diceritakan oleh Madam Blavastky atau HPB, selama masih ada secercah panas hewani atau badaniah yang masih tersisa, kesadaran akan terus mengumpulkan informasi di dalam pusat kesadaran di otak yaitu Pineal, sebelum akhirnya beranjak dari kesadaran fisik dan masuk ke dalam badan astral. Di sinilah proses pemisahan kesadaran dari wahana fisiknya telah terjadi dengan sempurna dan inilah apa yang kemudian dinamakan oleh kaum profane atau duniawi sebagai sebuah kematian.

65

Dante R Kosasih

Proses I Pemisahan Kembaran Etheris Dari Badan Fisik Sepeninggal kesadaran yang telah beralih ke dalam badan atau lapisan astral, kembaran kita yang juga sering kali disebut sebagai Badan etherik juga akan memisahkan diri dari kerangkeng fisiknya. Proses pemisahan ini biasanya berlangsung dari beberapa jam lamanya hingga ratusan tahun bagi kasus-kasus tertentu yang sangat jarang dijumpai. Pusat sambungan badan eteris yang berada di cakra muladara atau cakra perut pada badan fisik, dihubungkan dengan apa yang dinamakan oleh golongan cenayang (atau mereka yang telah melihatnya) sebagai silver chold atau kabel perak. Kabel perak ini dulunya berfungsi sebagai jembatan penghubungan atau perantara mengalirnya aliran prana dari badan-badan yang lebih halus ke badan fisik. Karena jantung tidak lagi berdenyut dan berhentinya aktivitas di otak, maka kabel ini akan terlepas dengan sendirinya. Proses pelepasan kabel ini yang dikatakan bisa berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa ratus tahun lamanya. Setelah kabel ini terputus, maka kembaran badan fisik yang selama ini dengan setia mendampingi kehidupan duniawi kita dalam diri personalitas yang terakhir, akan melayang-layang mengikuti aliran daya eteris yang ada di sekitarnya. Perlu diingat, tidak ada kesadaran yang tertinggal di dalam ‘cangkang’ fisik ini, yang tersisa hanyalah sebuah lapisan fisik yang sangat tipis, yang menyerupai diri personalitas yang baru ditinggalkannya. Inilah yang orang sering tangkap dan lihat sebagai kabut putih atau bayangan asap tipis setelah peristiwa kematian, banyak kalangan profane yang mengartikannya sebagai ‘jiwa’ atau ‘sugma’ dari individu yang baru saja meninggalkannya, namun sekali lagi, anggapan ini adalah suatu hal yang tidak tepat. 66

Kunci Esoteris I

Karena Badan eteris ini merupakan hal yang sifatnya fisik, tentu saja ia akan mengurai dan hancur seiring dengan berjalannya waktu. Kembaran badan fisik ini biasanya akan sepenuhnya mengurai dalam waktu 3 tahun setelah kematian badan fisiknya dan sering kali ditemukan masih melayang-layang di atas tanah kuburan dimana badan fisiknya dikuburkan. Oleh karena itu, disarankan bagi mereka yang telah memahami proses ini untuk mengkremasi kerabat mereka yang telah meninggal dunia, agar mempercepat kehancuran dari badan etherik ini. Karena ketika badan fisik telah benar-benar dimusnahkan lewat proses kremasi, hal ini juga akan diikuti oleh kembaran etheriknya dan tentu saja proses ini akan sangat memudahkan jiwa untuk ‘move on’ atau melanjutkan perjalanannya di tataran alam-alam yang lebih tinggi. Proses II Pemindahan Kesadaran Ke Dalam Kendaraan Astralnya “Menurut ajaran-ajaran ketimuran, kondisi mereka yang telah meninggal dalam Kama-loka, bukanlah berada dalam kondisi seperti apa yang kita pahami sebagai “sadar”. Namun lebih pada sebuah kondisi seperti halnya seseorang yang tertegun atau linglung karena baru saja menerima sebuah pukulan yang keras, mereka ini selama beberapa saat “kehilangan semua inderanya.” Di dalam Kama-Loka, ada sebuah peraturan yang tidak memperbolehkan mereka untuk dapat mengenali temanteman atau saudara-saudaranya * (terkecuali apabila kesadaran mereka sengaja dibangunkan melalui kontak dengan medium atau cenayang).

67

Dante R Kosasih

“.... Kama-loka atau tempat dari segala hasrat - merupakan kawasan astral yang bersentuhan dan mengelilingi Bumi... hal ini disebut dengan alam hasrat karena berhubungan langsung dengan prinsipalitas yang ketiga dan di dalamnya berkuasa penuh daya hasrat secara total, benar-benar terpisah dari kecerdasan. Ini merupakan alam astral yang berada di antara kehidupan duniawi dan ‘surgawi’. Tanpa diragukan lagi, hal ini merupakan asal muasal dari Teori Nasrani mengenai purgatori, dimana jiwa-jiwa menjalani hukuman atas semua kejahatan yang pernah dilakukan dan dari sana mereka dapat kemudian dibebaskan oleh doa-doa dan ritual-ritual atau persembahan-persembahan tertentu. Fakta yang melatarbelakangi takhayul ini adalah bahwa kondisi jiwa yang terikat oleh daya luar biasa dari hasrat yang belum terpuaskan di Kama loka, tidak memiliki kemampuan untuk menanggalkan pakaian astral dan kamiknya hingga hasrat tersebut dipuaskan oleh seseorang di atas bumi atau oleh jiwa itu sendiri”. Namun, apabila seseorang memiliki pikiran yang murni dan aspirasi-aspirasi yang tinggi, pemisahan prinsip-prinsip di tataran alam itu akan cepat selesai, sehingga triad yang lebih tinggi akan dapat meneruskan perjalanan, memasuki Devachan. Karena tempat ini adalah merupakan alam astral, maka secara alamiah tersusun dari materi-materi astral yang sangat duniawi dan jahat, di dalamnya semua daya bekerja sendiri tanpa pengaturan dari jiwa atau kesadaran. Tempat ini merupakan tungku api, dari perapian kehidupan, dimana alam semesta menyediakan sebuah tempat untuk merontokkan semua elemen yang tidak mendapat tempat di Devachan dan untuk alasan itulah, tempat ini sudah pasti memiliki banyak tingkatannya dan tiap-tiap tingkatan itu telah dipelajari oleh orang-orang zaman kuno. Ke semua tingkatan 68

Kunci Esoteris I

ini dikenal dalam bahasa Sansekerta sebagai Lokas atau tempat, dalam artian metafisikal. Kehidupan manusia memiliki banyak variasi karakter dan potensi-potensi lain dan bagi setiap dari itu semua, telah disediakan juga tempat-tempat yang sesuai setelah kematian, hal ini membuat kama loka sebagai sebuah alam dengan variasi yang tidak terbatas” - WQJ, The Ocean of Theosophy halaman 99, 100-101 Proses pemisahan kesadaran dari kendaraan fisiknya yang baru saja selesai akan dilanjutkan dengan perpindahan kesadaran ke dalam badan astral. Perpindahan ini akan menyebabkan kondisi ketidaksadaran selama beberapa jam lamanya, beberapa pengamat menyebutkan kalau durasi ketidaksadaran ini bisa berlangsung antara 3 hingga 6 jam lamanya. Setelah fase ketidaksadaran itu berakhir, kesadaran akan terjaga dalam lapisan badan astralnya di alam astral atau kama loka. Seperti yang dituliskan di atas tadi, kama loka merupakan sebuah alam hasrat yang terpisah dari kecerdasan. Di alam ini, semua gairah dan hasrat berkuasa penuh tanpa penalaran. Semua sisa-sisa hasrat dan gairah yang masih belum terselesaikan di alam fisik dari kehidupan personalitas yang lama akan dihabiskan di sini. Tentu saja kita tidak akan menemukan apa yang golongan profane pahami sebagai neraka di dimensi astral ini, sebab apabila semua adalah manifestasi pengembangan kesadaran yang tunggal, bagaimana mungkin kesadaran yang tunggal dapat menghukum bagian dari dirinya sendiri dalam nyala lautan api yang abadi? lantas apa yang ingin diperoleh dari proses yang seperti itu selain dari kehancuran dan kutukan kekal? Pemahaman esoteris mendiktekan kalau apa yang terjadi di alam Astral merupakan hal yang sangat jauh dari bayangan golongan profane selama ini. Alam astral merupakan sebuah alam dimensi 69

Dante R Kosasih

yang memiliki hukum dan kaidahnya sendiri, yang tentu saja tersusun oleh elemen-elemen semesta yang sangat halus, sebagian besar unsur-unsur ini tersusun oleh elemen-elemen hasrat dan keinginan. Di alam ini, semua hasrat terpendam atau yang belum sepenuhnya terpuaskan akan diselesaikan. Mungkin mekanisme ‘perontokan’ elemen-elemen astral inilah yang dilihat oleh kaum profane sebagai proses purgatori atau pembakaran. Kesadaran yang masih diberatkan oleh unsur-unsur duniawi, tidak dapat melanjutkan perjalanan ke alam-alam yang lebih tinggi, apalagi kembali menyatu dalam Dirinya yang sejati di alam Kausal. Kesadaran-kesadaran ini haruslah terlebih dahulu di’murnikan’ kembali dari semua kemelekatan terestialnya, termasuk di dalamnya adalah kemelekatan emosi, gairah dan material kita. Bagi mereka yang telah memiliki kemampuan untuk masuk ke alam astral, sering kali didapati sekerumunan orang yang terlihat hanya terduduk atau terdiam sendiri di depan bangunan atau tempattempat yang mungkin pernah ia kenali sepanjang kehidupannya. Sebagian besar dari sosok-sosok manusia astral ini sama sekali tidak menyadari keberadaan hal-hal lain yang ada di sekitarnya. Kesadaran mereka benar-benar terserap ke dalam permainan rasa bathinnya sendiri. Lewat apa yang dapat diamati, pada kebanyakan kasus manusia-manusia astral, mereka sepertinya tengah ‘menghidupi’ kembali kehidupan personalitasnya yang terakhir di dalam ruang lingkup dan suasana yang telah mereka pahami selama ini. Beberapa diantaranya ‘menciptakan’ kembali suasana rumahnya sebelum ditinggalkannya, suasana kantornya, suasana kotanya bahkan suasana ‘negara’-nya sendiri, persis seperti apa terjadi sebelum ditinggalkannya kehidupan terestialnya. Di dalam benak bathin astralnya, mereka ini terlihat menjalani kembali hasrat demi hasratnya yang selama ini masih 70

Kunci Esoteris I

belum terselesaikan dan terpuaskan, seperti hasrat seksual, ambisi, kebencian, dendam, kesedihan dan lain-lain. Bahkan beberapa di antaranya memainkan kembali kehidupan terestial bersama dengan keluarga dan teman-teman terdekat yang dulu pernah dikenalnya, persis seperti apa yang mereka alami terakhir dulu. Ini adalah sebuah jerat keterikatan emosi yang belum sepenuhnya dapat untuk ditanggalkan. Semakin besar kecondongan dan keterikatan mereka pada hal-hal yang sifatnya duniawi atau sementara, semakin lama mereka berada di alam astral ini. Mereka seolah berada dalam keadaan trance yang dalam, dimana tidak ada satu hal pun yang mereka sadari di luar dari permainan benak mereka sendiri. Bagaikan sedang menonton sebuah DVD yang rusak, memori mereka akan memasuki kondisi ‘looping’ dimana pada bagian-bagian tertentu, mereka akan berusaha mengalami kembali hal-hal yang masih belum bisa mereka tanggalkan meskipun dalam bentuk keberadaan ini, mereka akan berusaha mengulang, dan mengulang kembali semua sensasi duniawi dari semua pengandaian keterikatannya itu. Karena elemen astral juga memiliki batasannya sendiri yang sifatnya tidak abadi atau sementara, maka semua pengaruh rasa yang dihasilkan dari sesi pengulangan bathin setiap kejadian itu tadi akan diikuti oleh tingkatan sensasi yang semakin berkurang. Di sini alam memainkan mekanismenya sendiri untuk membatasi sebuah keterikatan dengan tujuan agar manusia-manusia astral yang sudah tidak lagi memiliki badan fisik ini bisa sekiranya dapat segera melanjutkan perjalanan ke tataran alam-alam yang lebih tinggi seiring dengan habisnya atau menguapnya daya-daya astral itu tadi. Namun, sebagian orang rupanya tidak menyadari mekanisme ini karena mata bathinnya benar-benar telah dibutakan oleh bayangan materi dari kehidupan personalitas sebelumnya, 71

Dante R Kosasih

sehingga dalam keabsenan daya-daya astralnya pun, mereka akan selalu berusaha untuk ‘memutar’ kembali memori keterikatan duniawinya hingga tidak ada satu daya pun yang tersisa, karena tidak ada lagi daya astral di dalam diri yang tersisa untuk memainkan angan-angannya, mereka ini akan menjadi sadar dalam dimensi astral secara penuh dan akan mengarungi alam astral dengan kesedihan dan penderitaan yang tak kunjung reda, karena tidak memiliki instrumen apapun untuk melampiaskan semua hasrat yang masih membelenggunya. Mereka inilah yang sering kali disebut sebagai ‘hantu-hantu’ kelaparan dalam budaya tradisi Tibet yang lebih eksoteris. Karena dorongan duniawinya yang sangat kuat, mereka sering kali didapati berada di sisi-sisi terluar dunia astral yang sangat bersinggungan dengan dunia fisik, dimana mereka ini akan berusaha untuk mendapatkan apapun untuk dapat memuaskan hasrat duniawinya. Namun, hal ini akan semakin membuat mereka menjadi semakin tenggelam dalam penderitaan, karena mereka ini tidak lagi memiliki indera-indera duniawi untuk dapat menangkap atau merespon stimuli-stimuli terestial yang dilihatnya. Kembali lagi ke alinea sebelumnya, di diri manusia-manusia astral yang kesadarannya masih berfokus ke dalam menghabiskan daya-daya astralnya, beberapa sosok medium atau orang ‘pintar’ yang memiliki ilmu tertentu mungkin saja dapat memasuki dimensi astral, untuk kemudian menggugah mereka dari trancenya ini dan menghubungkan kesadarannya dengan orang-orang yang masih berada di dalam kehidupan duniawi. Biasanya peristiwa-peristiwa semacam ini akan malah membawa berbagai masalah baru baik bagi manusia-manusia astral, si medium dan juga kerabat yang baru ditinggalkan. Keterikatan yang difasilitasi dalam bentuk apapun, tidak akan melahirkan ketenangan dan 72

Kunci Esoteris I

kebahagiaan, apa yang terjadi sering kali malah mendatangkan rasa penderitaan dan kesedihan yang luar biasa bagi manusiamanusia astral, karena kini manusia-manusia astral ini telah ‘bangun’ dalam kesadaran astralnya dan benar-benar menyadari apa yang telah menimpa dirinya dimana saat ini tengah berada di suatu alam lain yang ‘jauh’ dari dunia. Banyak di antara jiwa-jiwa ini yang lantas menjadi semakin terikat dengan dunia dan tidak bisa melanjutkan proses alamiah yang seharusnya berjalan dengan cepat, dan memperlambat laju perjalanan mereka ke tataran alamalam yang lebih tinggi. Bagi sosok-sosok manusia berilmu dan medium yang memiliki kemampuan seperti ini, biasanya mereka juga akan terekspos penuh oleh pengaruh-pengaruh astral yang sifatnya sangat kuat dan ilusif, sehingga mereka ini tidak lagi memiliki kesadaran yang ‘normal’ dalam badan fisiknya lagi, selamanya pandangan mereka akan bercampur antara hal-hal yang sifatnya astral dan fisik. Karena keabnormalan ini, sering kali mereka melarikan diri ke obat-obatan terlarang, rokok dan alkohol, sebelum akhirnya badan fisiknya akan rusak dan mereka akan berakhir di tempat sama dengan manusia-manusia astral yang selama ini dihubunginya. Sepertinya mekanisme alam mencegah manusia-manusia astral untuk benar-benar memperoleh kesadarannya dalam alam astral. Dimana sebagian besar manusia astral yang berada dalam kondisi trance itu, kesadaran yang ada di dalamnya akan langsung beranjak meninggalkan lapisan badan astralnya ketika sudah tidak ada lagi daya-daya astral yang tersisa. Kesadaran-kesadaran ini akan melanjutkan perjalanannya masuk ke dalam alam yang lebih halus lagi, yaitu Alam Devachan. Inilah mekanisme alam semesta normal yang berlaku bagi sebagian besar golongan umum manusia dalam proses pergantian kesadarannya. Diamati, pergantian 73

Dante R Kosasih

kesadaran dari alam astral ke alam Devachan ini bisa berlangsung dari periode 3 tahun terestial atau bumi hingga ke ribuan tahun lamanya, bagi kasus-kasus tertentu dimana keterikatan materi begitu besar membutakan mata bathin seseorang. Mekanisme ini sepertinya tidak berlaku lagi bagi mereka yang telah memiliki tahapan kehidupan yang berkesinambungan. Bagi mereka yang telah memiliki kemampuan untuk memiliki kesadaran penuh di alam fisik dan astral, proses yang terjadi biasanya akan menjadi suatu hal yang lebih mudah dan otomatis. Bagi mereka yang mata bathinnya telah terbuka, yang biasa terjadi adalah ketika tiba waktunya bagi mereka untuk meninggalkan badan fisiknya yang telah rusak, mereka tidak lagi harus melewati fase ketidaksadaran seperti yang berlaku pada diri manusia umum lainnya. Karena mereka ini telah memiliki kemampuan untuk berpindah kesadaran secara cepat seperti apa yang biasa mereka alami ketika masih berada dalam kendaraan fisiknya, maka mereka juga akan memiliki kemampuan untuk dengan cepat meninggalkan badan astralnya dan mengikuti ‘insting’ spiritualnya untuk melanjutkan perjalanan ke alam-alam yang lebih tinggi, seperti alam devachan misalnya. Jadi bisa dikatakan, proses kematian menjadi hal yang lebih singkat dan efisien bagi golongan manusia seperti ini, dengan satu catatan tambahan tentunya, yaitu mereka tidak memiliki kecenderungan yang lebih besar pada dunia materi berikut semua hasrat dan keinginan yang mengikutinya. Apabila hal ini terjadi dan dorongan terestial ini masih dirasa sangat membebani, orangorang ini juga akan terjebak dalam kekangan ilusi daya astral yang tak tertahankan dan dengan begitu akan melewatkan lebih banyak waktu di sana dalam penderitaan dan ketidaktenangan. Ketika kesadaran telah sepenuhnya melanjutkan perjalanan 74

Kunci Esoteris I

ke alam yang lebih tinggi, maka yang tersisa di dalam alam astral adalah apa yang dinamakan dengan Cangkang Astral. Perlu dipahami di sini, cangkang astral tidak memiliki kesadaran apapun didalamnya dan meskipun memiliki bentuk dan gambaran yang sangat identik dengan diri personalitas yang terahkir, hal ini tidak dapat disamakan dengan ‘individu’ yang berkaitan. Sering kali dalam saat-saat tertentu, dimana waktu dan tempat menjadi sangat selaras bagi dua dimensi untuk saling berhubungan, seseorang mungkin saja mendapat penampakan sekilas dari diri orang-orang yang telah terlebih dahulu meninggalkannya. Sosok-sosok ‘bisu’ yang biasanya terlihat pucat dan tidak memiliki ‘kehidupan’ di dalamnya ini sering kali terlihat berjalan dari satu ruangan ke ruangan rumah yang lain, atau bergentayangan di tempat-tempat tertentu yang mungkin masih berhubungan dengan peristiwa kematian badan fisiknya beberapa lama yang lalu. Perlu diingat, pada sebagian kasus yang diamati, penampakan-penampakan seperti ini adalah penampakan dari apa yang dikenal secara esoteris sebagai Cangkang Astral dan secara Profane atau duniawi sebagai ‘hantu’. Biasanya penampakan yang mereka lihat sifatnya seperti bayangan yang hanya terlihat sekilas dan mungkin juga untuk beberapa lama. Dengan wajah-wajah dingin yang tidak menyiratkan daya apapun, cangkang-cangkang astral ini adalah satu-satunya bagian astral yang masih tersisa dari sosok-sosok personalitas yang pernah hidup sebelumnya dan karena tidak memiliki kesadaran dan kecerdasan apapun, cangkang-cangkang ini tidak memiliki daya apapun untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya secara sadar, yang sering kali terjadi cangkangcangkang astral ini akan mengikuti aliran unsur-unsur elemen astral dari satu tempat ke tempat yang lain, seperti sebuah balon yang ditiup oleh angin. 75

Dante R Kosasih

Pada beberapa kasus tertentu yang sifatnya lebih kompleks dan tidak akan dibahas secara lebih dalam di buku kali ini adalah kasus-kasus dimana cangkang-cangkang astral ini kemudian ditangkap oleh beberapa makhluk peri bumi astral, dimana mereka ini kemudian memasuki wadah-wadah ‘kosong’ ini dan mempergunakannya bagi tujuan-tujuan yang tidak baik dan penuh dengan keisengan. Mereka dapat mempergunakan cangkangcangkang ini dan berpura-pura menjadi diri personalitas yang dulu pernah menghuninya dan meminta banyak hal bagi keluarga dan orang-orang yang pernah ditinggalkannya dulu, seperti sesajen, dupa, tumbal dan lain-lain. Diperlukan keahlian lebih untuk dapat membedakan cangkang astral yang di-’tunggangi’ dengan manusia astral yang sebenarnya. Karena seperti yang telah dituliskan di atas tadi, mekanisme alam mencegah manusiamanusia astral untuk dapat benar-benar menjadi sadar di alam astral untuk alasan-asalan yang mulia, jadi dengan kaidah hukum yang berlaku universal itu, tidak banyak manusia-manusia astral yang dapat dengan mudah ‘mendatangi’ atau ‘berkomunikasi’ kembali dengan orang-orang yang telah mereka tinggalkan dalam kehidupan terestialnya yang lalu. Kebanyakan dari mereka hanya memiliki kesadaran yang sifatnya ke ‘dalam’ diri bukan ke ‘luar’. Bencana besar menanti mereka yang membuka mata di alam astral, hindarilah hal ini demi kebaikan anda sendiri. Proses III Devachan “Lantas, apa yang dimaksud dengan Devachan? yang secara literatur bisa dikatakan sebagai “Tanahnya para Dewa”. Hal ini merupakan sebuah kondisi, tahapan dari mental Bliss. Secara 76

Kunci Esoteris I

Filosofi dapat dikatakan sebagai kondisi mental, dimana semua pengalaman yang dialami di dalamnya, sifatnya jauh lebih nyata dan vivid, ketimbang dari mimpi yang paling nyata sekalipun. Ini merupakan sebuah kondisi yang menanti sebagian besar dari makhluk-makhluk fana” - HPB, The Key to Theosophy, halaman 100. “Apabila para psikolog kita dapat menemukan sebab dari semua mimpi dan visi-visi dari alam bawah sadar selama masa-masa bangun, mengapa mereka tidak dapat menerapkan prinsip yang sama terhadap adanya kemungkinan-kemungkinan mengenai mimpi yang muncul setelah kematian? saya ulangi kembali, kematian adalah sama dengan tertidur. Setelah kematian, di hadapan mata spiritual dari sang Jiwa, akan dimulai sebuah pertunjukan yang didasarkan dari semua pemograman yang telah dipelajari sebelumnya dan sering kali secara tidak sadar diciptakan oleh kita sendiri, seperti membawa serta keyakinan-keyakinan yang kita anggap paling benar atau sekumpulan ilusi yang sebenarnya diciptakan oleh diri kita sendiri. Golongan Metodis akan menjadi metodis, Golongan Mussulman akan menjadi Mussulman, setidaknya untuk beberapa saat lamanya di dalam surganya orang-orang bodoh, setiap orang menciptakan kreasinya sendiri. Kesemuanya ini merupakan buah-buah pasca kematian dari pohon kehidupan” HPB, The Key To Theosophy, halaman 165. “Kita menciptakan Devachan kita sendiri dan juga Avitchi kita, meskipun mungkin belum sepenuhnya diwujudkan ketika sedang berada di dunia, hal ini sepenuhnya dapat diwujudkan di saat-saat nanti dan bahkan saat-saat yang pernah dialami oleh intelektual kita, kesadaran kita, tetap hidup” - Master K.H, dari 77

Dante R Kosasih

notes on Devachan, Theosophical Articles and Notes, halaman 246. “Apa yang masuk ke dalam Devachan? apa yang bereinkarnasi? tentu saja adalah sang Ego, Manas, tepatnya porsi yang lebih tinggi dari Manas. Manas yang bereinkarnasilah yang masuk ke sana.” - HPB, The Secret Doctrine Dialogues, halaman 621. “Yang kita yakini adalah sebuah kondisi pasca kematian atau sebuah kondisi mental, sebagaimana kita tengah berada dalam sebuah mimpi yang sangat vivid atau nyata” - HPB, the Key to Theosophy, halaman 138 “Tidak terdapat daya transformasi apapun di dalam kematian, sebagaimana sebuah pohon yang telah tumbang, pohon itu akan tetap diam di sana. Sejatinya di dalam masa kehidupanlah kita harus dapat memahami dan membangkitkan sifat-sifat alamiah kita yang sesungguhnya. Kematian tidak membuka pintu ke pemahaman apapun” - Rc. The Friendly Philosopher, halaman 255. “Setiap Ego setelah ketidaksadaran yang dialami selama masa transfer akan dilahirkan kembali ke dalam Devachan, yang merupakan sebuah keniscayaan, dalam kondisi yang tidak berdosa dan murni, seperti seorang bayi yang baru saja dilahirkan. Dan, di sisi lain Karma (yang buruk) untuk sementara waktu diam menunggu sejenak, hingga masa re-inkarnasi buminya yang mendatang telah tiba waktunya dan mengikutinya dari sana. Di Devachan ia hanya membawa serta karma dari segala perbuatan, kata-kata dan pemikiran yang baik” - Master K.H, Notes on 78

Kunci Esoteris I

Devachan, Theosophical Articles and Notes, halaman 244-245. Kutipan-kutipan di atas tadi sengaja diambil untuk memberikan sedikit gambaran atau preview dari apa yang akan kita bahas berikut ini. Tradisi esoteris menyebut tahapan pemisahan kesadaran yang terakhir ini sebagai Devachan. Perlu digaris bawahi di sini, Devachan tidak memiliki artian yang sinonim dengan apa yang kaum Profane sebut sebagai ‘surga’, bahkan istilah ‘Nirvana’ juga memiliki artian yang sangat berbeda dengan tahapan Devahchan ini. Devachan bukanlah sebuah lokalitas atau alam, namun merupakan sebuah kondisi ahkir pra meleburnya kembali kesadaran personalitas ke dalam kesadaran Individunya atau kesadarannya yang hakikat dalam badan Kausal. Proses Devachan ini juga bukanlah suatu hal yang abadi dan durasinya ditentukan oleh seberapa besar penderitaan dan kebaikan yang kita lakukan selama berada di alam dunia fisik. Mengapa diperlukan devachan? tidakkah lebih mudah bagi kesadaran personalitas untuk dapat menjadi terserap kembali ke dalam kesadarannya sendiri? kembali lagi, hal-hal yang dijabarkan di sini merupakan pemahaman esoteris yang berkaitan erat dengan mekanisme kematian dan kelahiran kembali secara alamiah. Dari semua kasus yang diamati oleh Guru-Guru dan Penulis Esoteris terkemuka yang pernah ada selama ini, mereka semua selalu menyiratkan adanya tahapan yang tidak dapat dipungkiri ini, ini adalah sebuah keniscayaan yang berlaku secara universal. Apabila alam astral merupakan mekanisme alam untuk ‘merontokkan’ semua hasrat dan gairah terestial kita yang lebih rendah, maka Devachan adalah sebuah tahapan mekanisme alam semesta untuk melarutkan semua aspirasi dan perbuatan kita yang 79

Dante R Kosasih

lebih tinggi. Proses Devachan ini berlangsung di lapisan badan mental di tataran alam mental yang juga merupakan alam mahat atau intelek dari semesta raya, Alam Mental merupakan sebuah alam yang sangat halus dan mulia, karena ‘letaknya’ yang ‘jauh’ dari Bumi, maka tidak dapat ditemukan lagi pengaruh, sisa-sisa hasrat dan aspirasi yang sifatnya materialistis atau terestial. Alam ini juga dikatakan dihuni oleh banyak makhluk-makhluk luar biasa berkesadaran tinggi seperti para dewa dewi atau malaikat dari dimensi-dimensi mental yang bahkan lebih tinggi lagi. Para master dari kelas Sambogakaya dan Nirmanakaya juga dapat banyak ditemukan di sini, namun bagi kebanyakan manusia, alam mental adalah sebuah dimensi yang tidak mungkin untuk digapai. Berbeda dengan alam astral yang dapat dibilang masih sangat dekat dengan bumi, alam mental benar-benar berada di luar jangkauan indera manusia-manusia normal bahkan juga dari manusia-manusia ‘berilmu’ yang masih terikat dengan hasrat dan ambisi duniawi, setipis apapun itu. Konon keluhuran vibrasi alam inilah yang membuatnya tidak terjangkau dari tangan-tangan kotor duniawi yang lancang hendak menggapainya. Alam mental juga merupakan sebuah tataran alam yang sangat dekat dengan Rumah kita, dengan Sang Ego atau Diri kita yang sebenarnya. Badan Kausal terletak di perbatasan tingkatan Rupa dan Arupa dalam dimensi alam mental, apabila hendak diberi urutan, Badan Kausal terletak di dimensi keempat dari tujuh dimensi alam mental yang dapat diamati sejauh ini. Dimana dimensi ketiga hingga dimensi yang pertama sudah merupakan wilayah dari segala sesuatu yang sifatnya Arupa atau tidak memiliki bentuk lagi. Kesadaran jiwa personalitas yang berada di badan mentalnya, tidak lagi memiliki sisa-sisa elemen apapun yang sifatnya terestial dan yang tersisa di dalamnya kini hanyalah 80

Kunci Esoteris I

kumpulan dari semua aspirasi dan perbuatan-perbuatan baiknya di masa kehidupannya yang terahkir. Sebagaimana semua hasrat terestial akan di ‘habiskan’ di alam astral, maka semua aspirasi dan perbuatan mulia juga akan di-’larutkan’ di alam Mental dalam kondisi Devachan sebelum kesadaran personalitas dapat terserap kembali ke dalam Individualitas atau Kesadaran Kausal. Beberapa kalangan esoteris melihat kondisi Devachan ini seperti kondisi jiwa yang sedang bermimpi, dan analogi ini memang dapat diterima mengingat sifat kondisi Devachan yang tidak abadi dengan durasi yang berbeda-beda antara satu jiwa dengan jiwa yang lain. Dalam kondisi pra-devaniknya, jiwa akan sekali lagi meng­ alami suatu periode ketidaksadaran yang diakibatkan oleh perpindahan kesadaran dari badan astral memasuki badan mentalnya. Kondisi ketidaksadaran ini dalam kitab-kitab yang lebih tua, dikatakan sebagai titik Laya atau Laya point, dimana ketika berada di dalam titik laya ini, Jiwa akan berada dalam sebuah kekoso­ ngan, sebuah ketiadaan sementara, seperti kondisi yang tertidur lelap. Setelah periode kekosongan itu berakhir, kesadaran akan mendapati dirinya berada di sebuah kondisi yang dipenuhi deng­ an suka cita atau bliss. Kondisi ini direfleksikan dalam kesadaran yang masih mengarah ke dalam, di dalam lapisan badan mentalnya sendiri, di sana ia akan menghidupi kembali kondisi-kondisi post mortemnya atau pra kematian seperti apa yang dikenalinya dulu. Di sini jiwa personalitas akan bertemu kembali dengan segenap keluarga dan handai taulan yang ia cintai dan rindukan selama ini dan ia melihat mereka semua dalam kondisinya yang terbaik, bahkan lebih baik dari apa yang dilihatnya dalam kondisi duniawinya yang dulu. Contohnya : ia akan menyaksikan istrinya yang sakit keras kini telah sepenuhnya sembuh dan bebas berinteraksi deng­ annya tanpa penderitaan lagi, mungkin juga ia akan melihat kedua 81

Dante R Kosasih

orang tuanya yang dulu meninggal karena usia atau jenis penyakit tertentu kini menemuinya dalam tampilan yang lebih muda dan sangat bugar, begitu juga semua teman-temannya yang selalu berada dalam sikap yang menyenangkan dan bersahabat dengannya. Cinta kasih yang memancar luar biasa kuat dari orang-orang yang ia cintai dan rindukan ini akan membuatnya masuk ke dalam kondisi bliss yang tidak dapat dibayangkan. Suka cita yang kita rasakan di alam fisik bahkan di alam astral sekalipun sama sekali bukan bandingan dengan suka cita, kedamaian dan bliss yang dapat kita persepsikan dalam kondisi Devachan ini. Karena Alam mental merupakan sebuah alam dimana tidak terdapat lagi hala­ ngan waktu dan jarak, maka semua sifat-sifat alam mental ini akan berfungsi laksana amplifier untuk menggemakan lagi dan lagi rasa suka cita dan bliss yang memancar itu. Beberapa orang menyebut kondisi Devachan sebagai kondisi yang ilusif, namun saya lebih suka menyebutnya sebagai kondisi mimpi. Apa yang dijumpai di alam astral merupakan kondisi yang sifatnya ilusif, namun alam mental adalah sebuah tataran alam tertinggi dari kesadaran manusia yang juga merupakan tataran alam mahat semesta raya yang sangat luhur. Hal apapun yang terjadi di sini, apapun yang dialami di alam ini, sudah pasti merupakan sebuah pengalaman yang lebih nyata atau vivid ketimbang dengan apa yang ada di tataran alam-alam yang lebih rendah. Tidak ada kepalsuan di sini, tidak ada jebakan dan ilusi, semuanya adalah manifestasi langsung dari Intelektual Semesta, Aspek ‘Chit’ dari Keilahian yang tak terbatas dan tak terbayangkan. Kondisi Devachan sangat mirip dengan kondisi ketika kita sedang mengalami sebuah mimpi, namun karena ‘mimpi’ indah yang kita alami ini berada di tataran alam mahat, maka yang kita alami merupakan serentetan peristiwa atau kejadian yang sifatnya jauh lebih nyata daripada 82

Kunci Esoteris I

kondisi apapun yang mampu kita alami di alam fisik dan astral. Dalam kondisi ini, jiwa personalitas akan melarutkan daya-daya ilahiahnya, semua aspirasi mulia, cinta kasih tertingginya, semua dorongan perbuatan baiknya dalam keindahan alam bathinnya sendiri. Tidak akan ada yang mengganggu dan dalam kondisi devanik seperti saat ini, merupakan hal yang sangat tidak mudah untuk dapat menggugah kesadaran jiwa-jiwa yang mengalaminya. Menurut apa yang diceritakan oleh para master, di alam mental, banyak badan-badan mental manusia dimana bentuknya tampak seperti bulat telur yang memancarkan cahayanya sendiri, begitu disibukkan dengan kondisi devachannya sendiri, sehingga tidak dapat menjadi sadar dengan semua keindahan dan keluarbiasaan alam mental yang ada di sekitarnya. Sedikit berbeda dengan apa yang terjadi ketika sedang berada di tataran alam astral dulu, badan astral memiliki fungsi yang lebih mengarah pada sebuah penjara atau pintu besi yang mencegahnya sadar ke ‘luar’, badan mental yang menyelimuti kesadaran personalitas memiliki fungsi sebagai pelindung dari semua daya-daya yang ada dan meradiasi alam mental tempatnya berada. Seperti yang dikatakan sebelumnya, alam mental merupakan alam mahatnya semesta, yang memiliki arus daya kehidupan yang begitu tinggi dan luar biasa besar, kita bisa kemudian membayangkan apa yang sekiranya bakal terjadi apabila badan mental tidak lagi berada di tempatnya sebagai lapisan pelindung dan dengan demikian membuat kesadaran personalitas langsung terekspos penuh dengan semua daya-daya itu. Tentunya kesadaran personalitas yang memiliki kapasitas daya yang sangat terbatas dan fana akan langsung larut dalam aliran berbagai daya-daya besar yang terpancar dari berbagai makhluk dan lingkungan sekitar yang ada di sekitarnya. Ia akan 83

Dante R Kosasih

sirna, menyatu dengan sapuan curahan aliran daya dari alam-alam yang lebih tinggi tanpa memberikan manfaat apapun pada badan Kausalnya. Personalitas akan lenyap dalam latar belakang bliss yang dahsyat dari alam mahat, tanpa tersisa sedikitpun. Ia akan ‘musnah’ dalam kebahagiaan total. ketika ini terjadi, maka tidak akan ada satu pengalaman berarti pun yang dapat diabstraksi dari diri personalitas, dan dengan demikian, maka satu perjalanan reinkarnasi personalitasnya akan menjadi hal yang tidak berarti bagi sang ‘investornya’ yaitu Diri Sang Ego itu sendiri. Durasi kondisi Devachan merupakan hal yang variatif dari satu jiwa ke jiwa yang lain. Karena kondisi alam fisik yang cenderung lebih bersifat materialistik, maka sangat jarang bagi jiwa-jiwa personalitas untuk memiliki ‘simpanan’ daya-daya mental tinggi yang berfungsi sebagai ‘bahan bakar’ untuk mempertahankan kondisi ‘mimpi indah’ itu tadi. Menurut pengamatan banyak Adepta atau para Master, sebagian besar jiwa akan mengakhiri masa Devachannya dalam hitungan beberapa menit saja lamanya dalam satuan waktu terestial atau duniawi, beberapa dalam hitungan hari dan hanya sebagian kecil saja yang mampu berada dalam kondisi ini dengan rentang waktu yang cukup lama. Beberapa jiwa-jiwa personalitas yang memiliki begitu banyak dorongan luar biasa bagi kemajuan dan perkembangan evolusi umat manusia secara umum, dapat berada dalam kondisi Devachan ini selama beberapa belas dekade lamanya, bahkan segelintir kecil lainnya berada dalam kondisi Devachan selama beribu-ribu tahun lamanya. Namun kembali lagi ke realita yang umum, kebanyakan dari kita hanya mampu untuk mempertahankan kondisi Devachan dalam hitungan menit saja. Karena kecenderungan dari diri-diri personalitas manusia saat ini yang lebih mementingkan diri sendiri dan tertarik dengan 84

Kunci Esoteris I

hal-hal yang sifatnya materialistik dan astral, maka kebanyakan dari jiwa personalitas akan melewatkan sebagian waktu pasca port mortemnya di tataran alam-alam yang lebih rendah, seperti dalam bentuk Etherik dan Astral, beberapa akan melewatkan waktu hingga ratusan tahun di alam-alam ini dan secara kontras hanya akan larut dalam kondisi Devachan di tataran alam mental dalam hitungan menit, bahkan detik. Ini adalah tahapan umum evolusi kesadaran umat manusia pada saat ini, yang memang sesuai dengan skema perputaran zaman atau kalpa yang saat ini berada dalam titik kesadaran terendah dalam ‘kolam materi’. Karena porsi fisik dan astralnya lebih mendominasi, tidak banyak manusia yang dapat melampaui daya-daya dari dua alam terendah ini. Nantinya, semakin jauh perjalanan evolusinya, jiwa-jiwa personalitas akan mulai memahami bahwa segala hal yang sifatnya fisik dan astral tidaklah abadi dan tidak memiliki kelayakan dalam sudut pandang apapun untuk dipertahankan apalagi harus mengorbankan begitu banyak daya kekuatan untuk mendapatkannya. Semua hal yang memiliki bentuk akan hancur pada saatnya, semakin kuat kita berusaha untuk mempertahankan fenomena bentukan, maka semakin menderita bathin kita karenanya. Jiwa-Jiwa yang mulai mendekati fase akhirnya sebagai Jiva mukti atau Jiwa-Jiwa yang terbebaskan, biasanya akan lebih banyak memiliki dorongan untuk melakukan pencarian ke dalam dan mulai secara perlahan mengabaikan tarikan-tarikan yang sifatnya eksternal. Biasanya mereka tidak lagi mengalami ketertarikan lebih pada hal-hal yang sifatnya tidak permanen, tidak abadi dan ritualistik dan memiliki dorongan insting yang tak terjelaskan, pada beberapa kasus dorongan insting yang ‘tak tertahankan’, untuk mulai merindukan kesejatian, kedamaian yang utuh dan lestari. Apabila daya-daya jiwa personalitas tidak lagi hanya dialirkan keluar, daya-daya itu 85

Dante R Kosasih

secara otomatis akan beralih ke sisi ‘dalam’, dimana dari curahan segenap daya-daya yang mengalir deras dari Diri yang sejati dalam badan Kausal di tataran alamnya yang tersembunyi itu, akan mulai berubah fungsinya menjadi daya untuk bertransformasi. Inilah saat-saat dimana kita dapat melihat proses kesadaran Ilahiah yang mulai tergugah dalam bathin seseorang. Kembali lagi ke tahapan kondisi akhir dari jiwa personalitas yang tengah berada dalam Devachan, seperti halnya yang terjadi di alam astral, ketika daya-daya spiritual mulia yang memungkinkan terjadinya tahapan ini telah mulai berkurang dan habis, maka secara perlahan jiwa personalitas akan mengalami apa yang dinamakan dengan kematiannya yang ‘kedua’ dan yang terakhir. Di tahapan ini, dunia ‘khayalan’ nya akan perlahan memudar seiring dengan kempisnya aliran daya-daya spiritual yang memproyeksikan hal itu. Sang Jiwa akan kembali mengalami proses ketidaksadaran secara perlahan, satu persatu lampu panggung khayalannya akan meredup dan mati. Hal ini sama sekali tidak mengurangi rasa kebahagiaan yang ia rasakan ataupun menimbulkan rasa penderitaan apapun. Dari perspektif jiwa personalitas, ia telah berada dalam kondisi yang penuh dengan suka cita, kedamaian dan bliss ini selama ‘ber-aeon-aeon lamanya’ dan telah sepenuhnya melupakan hal-hal asing yang dulu pernah sangat akrab dengan dirinya, seperti kesedihan, penderitaan, kekecewaan, sakit hati dan tangis air mata. Semuanya itu hanyalah sebuah memori dari bentuk kehidupan lain yang sudah sangat jauh ia tinggalkan sehingga tidak ada satupun dari bagian dirinya yang dapat berkorelasi dengan hal-hal itu. Ia kini seperti tengah digiring secara perlahan mendekati tempat tidur yang dipenuhi dengan kelopak bunga mawar dengan wangi surgawi yang sangat memabukkan dan menyenangkan, ditemani oleh sayup-sayup melodi dawai 86

Kunci Esoteris I

langit tertinggi yang dipetik oleh para bidadari, untuk yang terakhir kalinya ia kembali berbaring dan mulai tak kuasa untuk menahan dorongan memejamkan mata. Sebuah mimpi yang luar biasa indah ini akan segera ia akhiri dengan senyum kebahagiaan yang sangat tulus, sudah terlalu ‘lama’ ia berada dalam kondisi ini dan mekanisme alam semesta bekerja tanpa mengenal kesalahan. Setiap jiwa akan mendapatkan apapun yang ia tabur, tidak kurang dan tidak lebih. Tidak ada kecenderungan untuk berpihak dalam kaidah hukum alam yang kaku, semuanya berjalan sesuai dengan mekanisme keadilan alam semesta yang luar biasa akurat. Mimpi indah ini telah sampai ke bagian akhirnya, kini apapun yang pernah dikenal oleh jiwa personalitas ilusif telah genap terselesaikan. Tidak ada lagi hasrat rendah ataupun aspirasi tinggi yang tersisa di dalamnya. Kini ia telah menjadi murni kembali, menjadi fitri kembali, kembali tak bernoda, saatnya bagi jiwa-jiwa ‘kecil’ ini untuk kembali ke rumah ‘Bapa’-nya yang ada di ‘surga’. Proses IV Reinkarnasi “Karma selalu beraksi tanpa henti, kita akan memanen buah apapun yang kita berhak untuk dapatkan dari apa yang telah kita tebar di kehidupan ini. ‘ HPB, The Key to Theosophist, halaman 160. “Karma hanya mengirimkan mereka ke dalam Devachan dan diam menunggu di perbatasan.” – The Secret Doctrine Dialoguess, halaman 598-599, 581 “Karma jugalah yang membuat ia berinkarnasi. Ia tidak 87

Dante R Kosasih

akan mendapatkan lebih dari apa yang ia layak untuk dapatkan. Tidak ada dorongan apapun dari dalam dirinya, namun secara perlahan ia akan memudar atau mati. Mimpinya akan berakhir, tidak ada dorongan apapun dari sisi mereka. Karma akan kembali menarik lehernya dan oleh karena itu tidak akan ada dorongan apapun, seperti halnya ketika seorang polisi datang mendekat dan mengambilmu (karma) telah menempatkan mereka di Devachan ke dalam tahapan kondisi kebahagiaan, Karma akan memberikannya semua yang ia berhak untuk dapatkan dan tetap berdiri menunggu di balik pintu. Ketika semuanya itu telah usai, karma akan kembali menarik lehernya dan menempatkannya ke dalam badan yang baru”. Dikatakan, selama periode Devachan dari jiwa-jiwa personalitas, Karma akan menunggu di balik pintu dan begitu mimpi ini berakhir, dengan cepat tangan karma akan menarik leher kita kembali ke dalam kolam materi untuk bereinkarnasi dalam kehidupan personalitas baru yang sudah menantinya di sana. Inilah realita dari cara kerja mekanisme alam yang begitu tepat, efisien dan adil. Semuanya berjalan sedemikian adanya, tanpa memerlukan dorongan atau campur tangan dari makhluk-makhluk yang dipersonafikasikan sebagai Tuhan atau Adi Kodrati. Semua yang terjadi di alam ini hanyalah bentukan fenomena getaran dan frekwensi yang berjalan secara otomatis. Jiwa-jiwa personalitas yang telah memudar, menghantarkan abstraksi dari semua pengalaman kehidupan duniawinya yang terakhir dan meletakkannya di hadapan Tuannya yang Sejati. Dalam Kilauan badan Kausal yang dipenuhi dengan keindahan, keagungan dan kemuliaan, sosok perkasa ini akan mengambil kumpulan nektar yang disajikan di hadapannya dengan penuh rasa syukur. Kumpulan nectar abstraksi yang terkumpul dalam 88

Kunci Esoteris I

kuantitas yang sangat sedikit ini, dikatakan sama seperti setetes embun yang bergulir di atas permukaan dedaunan, merupakan hal yang luar biasa berharga bagi Sang Ego di alamnya. ‘Tetesan’ embun abstraksi ini kemudian terserap ke dalam kesadarannya yang individual dan dapat langsung terlihat menambah kilauan dari warna warni aura yang dipancarkan olehnya. Satu langkah lebih dekat menuju ke kebebasannya, satu langkah lebih dekat untuk menjadi tersadarkan di dalam alamnya sendiri. Satu putaran telah berlalu, nektar ini masih belum cukup untuk menumbuhkan sayap-sayap kebebasannya dan untuk kali ini, ia harus kembali bersabar dalam penantiannya. Daya-daya ilahiah yang terkumpul dalam dirinya sejauh ini belumlah cukup untuk melenyapkan individualitasnya, dan di sisi lain, karma masih terlihat mengejar dengan ‘wajah’ yang penuh dengan ketidakpuasan, karena begitu banyak untaian sebab-akibat yang masih belum terselesaikan. Jalan belumlah mulus dan matahari kesadaran belum terbit di ufuk timur langit pencerahan, oleh karena itu, Karma telah menyediakan atomatom permanennya untuk kembali di-‘celupkan’ ke dalam kolam materi, dari yang paling tinggi, yakni alam mental, dilanjutkan oleh alam astral, etherik hingga akhirnya masuk kembali ke rahim seorang wanita yang nanti akan berperan menjadi ibu raganya, Bunda Duniawinya. Dari tempatnya yang penuh ketinggian, Badan Kausal akan kembali mengeluarkan atom permanennya, yaitu dimulai dari apa yang diistilahkan dengan sebuah unit mental, dimana kemudian unit mental yang tampak seperti titik kecil yang berkilaukilauan ini akan bergetar menarik elemen-elemen alam mental di sekitaran badan Kausal untuk membentuk agregat dengannya dan menciptakan lapisan badan mental yang baru. Dari sana, unit mental ini akan turun mencelup ke dalam lapisan yang lebih 89

Dante R Kosasih

padat, ke dalam dimensi astral yang tertinggi dimana di sana telah menunggu atom astral permanen yang dulu pernah ditinggalkannya ketika beranjak masuk ke alam mental, dan atom permanen astral ini akan langsung mendekat menempelkan diri membungkus unit mental dalam lapisan astral yang ‘baru’. Agregat lapisan mental dan astral ini akan terus mengalami kepadatan demi kepadatan, bersamaan dengan perjalanan turunnya ke dalam tataran alamalam astral yang lebih rendah, hingga akhirnya mencapai lapisan terhalus dari alam fisik yang telah kita kenal sebagai lapisan Eteris, dimana agregat ini akan kembali dilapisi oleh lapisan eterik dan memadat dalam bentuk Zigot (jabang bayi) dalam kandungan seorang wanita. Proses ini berlangsung secara otomatis dalam pengaruhpengaruh kaidah hukum karma yang telah berkuasa dengan kakunya selama bermiliar-miliar tahun. Proses pencelupan ke dalam kolam materi kehidupan dan proses kelenyapannya kembali ke Alam Kausal telah berlangsung berkali-kali dalam rentang perjalanan reinkarnasi yang hanya dapat diingat sepenuhnya oleh Sang Ego, yaitu Sang Diri yang sejati, yang tidak tersentuh oleh kelahiran, kematian dan waktu. Tidak ada yang luar biasa dari proses ini dan proses kelahiran jiwa-jiwa personalitas ini telah berlangsung dari awal bangkitnya peradaban manusia yang telah mengalami individualisasi di zaman Lemuria dulu. Semuanya adalah proses kehidupan yang berkesinambungan, tidak ada yang benar-benar mati atau musnah dalam jagad raya ini, semuanya hanya berganti bentukan, dari satu unsur ke unsur yang lain, dari satu bentukan ke bentukan yang lain. Apa yang kita pahami sebagai proses kelahiran dan kematian merupakan sebuah pemahaman yang sangat berbeda dengan apa yang dimiliki oleh kalangan profane. Bagi golongan esoteris, kelahiran adalah proses 90

Kunci Esoteris I

awal dari kematian dan kematian adalah awal proses dari kelahiran kembali. Tidak ada akhir atau awal, semuanya hanya merupakan sebuah rangkaian panjang rentetan kehidupan dalam semesta alam bentukan yang luas ini. Pemahaman inilah yang dulu pernah didiktekan oleh ketiga makhluk misterius pada golongan awal orang-orang yang terinisiasi dalam awal kebangkitan peradaban Atlantis yang lalu, dalam bahasa senzar yang rahasia. Pemahaman esoteris ini tidak pernah mengalami perubahan dari dulu hingga saat ini, meskipun esensi universal ini telah menghasilkan banyak cabang spiritualitas yang melahirkan aneka ragam pemahaman yang variatif. Namun, pada akar dari semua pemahaman yang sekilas terlihat berbedabeda itu, semuanya memiliki esensi yang sama, nilai-nilai dan kaidah yang sama persis, menyiratkan sebuah pemahaman yang sifatnya sangat universal, seperti apa yang telah dijabarkan secara sekilas dalam buku jilid kali ini. Di buku yang selanjutnya, kita akan membahas lebih dalam mengenai peradaban Lemuria dan Atlantis, berikut mengulas lebih banyak mengenai persaudaraan rahasia dari para Adepta yang bernama The Great White Brotherhood, hubungannya dengan perkembangan evolusi kesadaran manusia secara umum dan masa depan dari manusia saat ini. Semoga apa yang telah dibabarkan di sini dapat menjadi hal yang bermanfaat untuk lebih memahami siapa diri kita dan peran-peran kita dalam kehidupan terestial saat ini, terlebih lagi bagi perkembangan evolusi kesadaran kita masing-masing.

91

Dante R Kosasih

Sekilas mengenai penulis :

Dante R Kosasih adalah seorang spiritualis, free thinker dan Theosof muda Indonesia, - lahir di Surabaya, Indonesia dan mendapatkan gelar Bachelor of Art dari International College of Tourism and Hotel Management, Manly – Sydney, Australia di tahun 1998. Untuk mendukung perkembangan karirnya di dunia perhotelan, Dante sempat berkarir di Seattle (US), Nashville (US), kembali ke Sydney (Australia) dan akhirnya untuk beberapa waktu menetap di Melbourne, Australia di mana Dante kemudian mendapatkan Permanent Residency (Australian PR). Selain pengalaman formal di dunia kerja, Dante juga mendapatkan sertifikasi dari ATA (American Tarot Association) dengan gelar Third Degree yang merupakan lembaga pengajar resmi Tarot dan New Age Division di Amerika Serikat. Tahun 2004 Dante kembali ke Surabaya – untuk memulai karirnya sebagai Pembaca Tarot Profesional dan pernah membuka toko new age ‘Stardust” di Tunjungan Plaza II, Surabaya. Dante juga merupakan salah satu Founder Surabaya Tarot Club yang didirikan pada bulan September 2007 silam. Dante menemukan kembaran jiwanya di Surabaya dan menikah pada tanggal 11-11-11 yang silam. Selain itu Dante juga dikenal sebagai 92

Kunci Esoteris I

seorang praktisi Kriya Yoga, Tarot Instructor & Mentor yang sering mendapat kesempatan untuk berbicara di berbagai event. Dante percaya pada kesatuan yang tunggal, pantheisme, Aliens dan light beings dari dimensi-dimensi lain, juga meyakini bahwa semua agama diciptakan dengan setara, konsep evolusi jiwa, gaya hidup vegetarian, reinkarnasi dan pluralis. Dante adalah seorang open minded dengan semboyan “The only constant is change” (hal yang paling konstan adalah perubahan). Pendekatan Spiritualnya adalah Dinamis, Praktis, Cerdas, Toleran dan kontemporer.

93

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF