Kritik Dan Esai
August 6, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Kritik Dan Esai...
Description
MAKALAH KRITIK DAN ESAI
Oleh Kelompok VI :
1.
Ayu Safitri
2.
Anisa Septiana
3.
Ahmad Yudha Kurnia
4.
Ariya Diki Saputra Kelas XII MIPA
MA NURUL ISLAM JATI AGUNG - LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang "KRITIK DAN ESAI". Dalam pembuatan makalah ini, kami memperoleh banyak banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan untuk menyempurnakan menyempurnakan makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca terutama diri kami pribadi dan dapat menambah wawasan tentang materi yang kami bahas dalam makalah ini. ini.
Jati Agung,
September 2019 Penulis,
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................... ............................................ ............................................ ....................................... .................
ii
DAFTAR ISI ............................................ ................................................................... ............................................. ............................... .........
iii
BAB I
PENDAHULUAN ........................................... ................................................................. ............................ ......
1
A. Latar Belakang .........................................................................................
1
B. Tujuan .......................................... ................................................................ ............................................ ....................................... .................
1
C. Permasalahan .......................................... ................................................................ ............................................ ............................ ......
1
BAB II
PEMBAHASAN ........................................... ................................................................. ............................... .........
2
A. Pengertian ........................................... .................................................................. ............................................. ............................... ......... B. Ciri-ciri ............................................ .................................................................. ............................................ ................................... .............
2 2
C. Jenis-jenis ........................................... .................................................................. ............................................. ............................... .........
3
D. Prinsip-prinsip penulisan ........................................... ................................................................. ............................... .........
4
E. Langkah-langkah ........................................... .................................................................. ........................................... ....................
5
F. Hal yang harus diperhatikan ......................................... ............................................................... ............................ ......
5
BAB III
KESIMPULAN ............................................ .................................................................. ............................... .........
12
DAFTAR PUSTAKA ......................................... ............................................................... ........................................... .....................
13
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini sangat jarang bahkan sulit bagi setiap orang untuk saling terbuka dalam mengapresiasi suatu bentuk hasil karya (Ciptaan) sekalipun mereka itu memiliki penilaian sendiri, asumsi, presepsi, dan konsepsi yang matang menjadi pemikiran terbuka (Kritik) terhadap suatu karya. Maka dari itu hendaknya kita dapat menikmati karya tersebut dengan memberikan apresiasi dalam karya tulis format terhadap karya tersebut sebagai karya yang memberikan nilai sosial, kemanusiaan, moral, filosofis dan lainnya.
B. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas yang telah di tugaskan. 2. Untuk memuka keterbukaan dalam mengapresiasi karya. 3. Memberikan nilai sosial terhadap keterbukaan pemikiran yang di tuangkan dalam bentuk karya tulis. 4. Untuk memberikan wawasan mengenai bahasan terkait. C. Permasalahan
1. Apa definisi kritik dan esai ? 2. Bagaimana cara menulis kritik dan esai ? 3. Apa tujuan dari menulis kritik dan esai ? 4. Hal apa yang dapat ditemukan dari menulis kritik dan esai
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian 1. Di dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud,
1997
: 531
),
disebutkan Kritik adalah kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap sesuatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. 2. Sedangkan E sai sai adalah karangan prosa yang membahas suatu masalah secara sepintas lalu dari sudut pandang pribadi penulisnya (Depdikbud, 1997: 270 ).
B. Ciri-Ciri
1. Ciri Kritik a. Dapat berupa tulisan maupun ucapan b. Memberikan tanggapan terhadap hasil karya. c. Memberikan pertimbangan baik dan buruk (kelebihan dan kekurangan ) sebuah s ebuah karya sastra d. Pertimbangan bersifat obyektif e. Memaparkan kesan prebadi kritikus terhadap sebuah karya sastra f.
Memberikan alternatif perbaikan atau penyerpurnaan
g. Tidak berprasangka h. Tidak terpengaruh siapa penulisnya 2. Ciri Esai a. Berbentuk prosa b. Singkat c. Memiliki gaya pembeda d. Selalu tidak utuh e. Memenuhi keutuhan penulisan f. Mempunyai nada pribadi atau bersifat personal
2
C. Jenis-Jenis
1. Jenis Kritik a. Kritik sastra intrinsik, yaitu menganalisis karya sastra berdasarkan unsur intrinsiknya, sehingga akan diketahui kelemahan dan kelebihan yang ada dalam karya sastra. b. Kritik sastra ekstrinsik, yaitu menganalisis dengan cara menghubungkan karya sastra dengan penulisnya, pembacanya , atau masyarakatnya. Disamping itu juga melibatkan faktor ekstinsik lain seperti sejarah, psikologi, relegius, pendidikan dan sebagainya. sebagainya. c. Kritik deduktif , yaitu menganalisis dengan cara berpegang teguh pada sebuah ukuran yang dipercayainya dan dipergunakan secara konsekuen d. Kritik Induktif, yaitu menganalisis dengan cara melepaskan semua hukum atau aturan yang berlaku e. Kritik impresionik, yaiti menganalisis hasil karya berdasarkan kesan pribadi secara subyektif terhadap karya sastra f. Kritik penghakiman , yaitu menganalisis dengan cara berpegang teguh pada ukuran atau aturan tertentu untuk menentukan apakah sebuah karya sastra baik atau buruk g. Kritik teknis, yaitu kritik yang dilakukan untuk tujuan tertentu saja. 2. Jenis Esai a. Esai deskriptif. Esai jenis ini dapat meluliskan subjek atau objek apa saja yang dapat menarik perhatian pengarang. Ia bisa mendeskripsikan sebuah rumah, sepatu, tempat rekreasi dan sebagainya. b. Esai tajuk. Esai jenis ini dapat dilihat dalam surat kabar dan majalah. Esai ini mempunyai satu fungsi khusus, yaitu menggambarkan pandangan dan sikap surat kabar/majalah tersebut terhadap satu topik dan isyu dalam masyarakat. Dengan Esai tajuk, surat kabar tersebut membentuk opini pembaca. Tajuk surat kabar tidak perlu disertai dengan nama penulis. c. Esai cukilan watak. Esai ini memperbolehkan seorang penulis membeberkan beberapa segi dari kehidupan individual seseorang kepada para pembaca. Lewat cukilan watak itu pembaca dapat mengetahui sikap penulis terhadap tipe pribadi
3
yang dibeberkan. Disini penulis tidak menuliskan biografi. Ia hanya memilih bagian-bagian yang utama dari kehidupan kehidupan dan watak pribadi tersebut. d. Esai pribadi, hampir sama dengan esai cukilan watak. Akan tetapi esai pribadi ditulis sendiri oleh pribadi tersebut tentang dirinya sendiri. Penulis akan menyatakan “Saya adalah saya. Saya akan menceritakan kepada saudara hidup saya dan pandangan saya tentang hidup”. Ia membuka tabir tentang dirinya sendiri. e. Esai reflektif. Esai reflektif ditulis secara formal dengan nada serius. Penulis mengungkapkan dengan dalam, sungguh-sungguh, dan hati-hati beberapa topik yang penting berhubungan dengan hidup, misalnya kematian, politik, pendidikan, dan
hakikat manusiawi.
Esai
ini
ditujukan
kepada para
cendekiawan. f. Esai kritik. Dalam esai kritik penulis memusatkan diri pada uraian tentang seni, misalnya, lukisan, tarian, pahat, patung, teater, kesusasteraan. Esai kritik bisa ditulis tentang seni tradisional, pekerjaan seorang seniman pada masa lampau, tentang seni kontemporer. Esai ini membangkitkan kesadaran pembaca tentang pikiran dan perasaan penulis tentang karya seni. Kritik Krit ik yang menyangkut men yangkut karya sastra disebut kritik sastra.
D. Prinsip-Prinsip Penulisan
1. Kritik a. Terbuka mengemukakan mengemukakan dari sisi mana menilai karya sastra tersebut. b. Obyktif dalam menilai. c. Menyertakan bukti dari teks yang dikritik. 2. Esai a. Dapat memilih topik yang akan dibahas sesuai dengan tujuan dan sudut pandang yang dipilihnya b. Pengungkapan gagasan-pendapat tersebut tidak like or dislike, namun dikemas dalam formulasi ilmiah yang diperkuat dengan data-data. c. Logika penulis ditunjang oleh argumentasi dan dasar penalaran yang masuk akal(Imajinatif), didukung oleh fakta yang nyata dan bersifat objektif.
4
E. Langkah-Langkah
a. Menentukan tema b. Menentukan bentuk tujuan tulisan (kritik atau esai). c. Mengumpulkan bahan dan mencari referensi yang mendukung. mendukung. d. Membuat kerangka (kritik atau esai). e. Membuat isi (kritik atau esai). f. Penutup atau kesimpulan. F. Hal yang harus diperhatikan
Ada beberapa hal yang yang harus diperhatikan dalam menulis kritik dan esai suatu karya sastra, yaitu sebagai berikut. 1. Setiap kritikus yang yang cakap harus memerhatikan berbagai hal yang yang terdapat pada setiap karya sastra. 2. Kecermatan dalam mengungkapkan berbagai hal yang terdapat dalam karya sastra tersebut tergantung pada tingkat ketajaman perasaan kritikus. 3. Kritikus agar dapat menangkap kepribadian karya sastra harus melalui rekreasi artistik. 4. Kritikus harus tahu bahasa yang digunakan oleh sastrawan atau harus akrab dengan berbagai jenis gaya bahasa/idiom, komposisi, latar belakang kebudayaan. kebudayaan.
Setelah mengetahui hal apa saja yang harus dilakukan untuk menulis kritik dan esai dan hal apa saja yang harus diperhatikan serta hal lain tentang kritik dan esai, maka dapat ditemukan aspek dalam menulis kritik dan esai sebagai berikut. 1. Aspek historis, yaitu berkaitan dengan watak dan orientasi kesejarahan (mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan sastrawan dan menafsirkan hasrat keinginan berdasarkan minat sastrawan serta latar belakang budayanya). 2. Aspek rekreatif, yaitu menghubungkan apa yang ditangkap/yang telah diungkapkan sastrawan, menuliskan kesan-kesan tentang pengalaman rohani yang diperoleh dari karya sastra yang telah dibaca. 3. Aspek penghakiman, yaitu berkaitan dengan nilai-nilai dan kadar artistiknya.
5
Selain ditmukannya aspek dalam menulis kritik dan esai juga terdapat kriteria penentuan nilai dalam menulis kritik dan esai sebagai berikut. 1. Estetik, yakni pencapaiannya sebagai karya seni. 2. Epistemik, yakni tentang kebenaran-kebenaran. 3. Normatif, yakni tentang arti kepentingan, keagungan, keagungan, dan kedalamannya.
Contoh esai sastra Pentingnya Sastra bagi Generasi Muda
Oleh Edy Firmansyah Sejatinya sastra merupakan unsur yang amat penting yang mampu memberikan wajah manusiawi, unsur-unsur keindahan, keselarasan, keseimbangan, perspektif, harmoni, irama, proporsi, dan sublimasi dalam setiap gerak kehidupan manusia dalam menciptakan kebudayaan. Apabila hal tersebut tercabut dari akar kehidupan manusia, menusia tidak lebih dari sekadar hewan berakal. Untuk itulah sastra harus ada dan selalu harus diberadakan. Sayangnya, untuk kita, bangsa Indonesia, sastra dan kesenian nyatanya kian terpinggirkan dari kehidupan berbangsa. Padahal, kita adalah bangsa yang berbudaya. Dalam dunia pendidikan sastra sast ra dianggap hafalan belaka. Siswa mengenal novel-novel sastra seperti Sengsara Membawa Nikmat, Di Bawah Lindungan Ka’bah, Ka’bah, dan sebagainya hanya karena mereka ”terpaksa” ”terpaksa” atau mungkin ”dipaksa” ”dipaksa” menghafal beberapa sinopsis dari beberapa karya yang benar-benar singkat yang ada dalam buku pelajaran, yang mereka khawatirkan muncul muncul ketika ujian. Akibatnya bagi siswa, sastra hanyalah aktivitas menghafal, mencatat, ujian, dan selesai. Metodenya hampir sama dari tahun ke tahun, dari generasi ke generasi. Sehingga, minat terhadap dunia sastra benar-benar tidak terlintas di benak kebanyakan generasi kita. Fenomena semacam itu semakin parah melanda generasi muda di daerah-daerah, terutama daerah pedalaman. Walaupun begitu, tidak bisa dipungkiri, itu juga melanda generasi muda di perkotaan. Beberapa waktu lalu penulis penuli s sempat berbincang-bincang dengan seorang guru bahasa Indonesia sebuah sekolah favorit di Pamekasan, Madura, di sebuah warung kopi 6
sebelah
rumah.
Iseng-iseng,
penulis
bertanya
tentang
perkembangan
sastra
siswasiswinya. Dan jawabannya sungguh mengejutkan, ”Yah, ”Yah, menurut saya, yang terpenting bagi mereka adalah mampu menjawab soal-soal UAN yang berkenaan dengan sastra. Sebab, malu rasanya jika nilai bahasa Indonesia jeblok.” jeblok.” Sangat Sangat ironis jawaban seperti itu. Selang beberapa waktu kemudian, setelah pembicaraan saya dengan guru bahasa Indonesia itu, terjadi peristiwa yang mengejutkan di Pamekasan. Ada tawuran antarpelajar atau tepatnya tawuran antarkelas yang dilakukan oleh beberapa siswa dari sekolah terfavorit di Pamekasan. Namun, entah karena apa, peristiwa ini tidak diekspos oleh media massa, koran lokal sekalipun. Padahal, dalam dalam tawuran itu dua orang siswa harus dirawat intensif di RSUD RSUD Pamekasan. Tentu saja, terjadinya ter jadinya tawuran tersebut, kes kesalahan alahan tidak bisa dilimpahkan sepenuhnya kepada siswa. Sekolah pun mestinya memiliki tanggung jawab penuh untuk merefleksi diri mengapa tawuran antarpelajar sering terjadi akhir-akhir ini. Sebab, ada kemungkinan kesalahan dalam mendidik dan memberikan metode pendidikan. Dan salah satunya jelas karena kurangnya pengayaan terhadap sastra. Sastra adalah vitamin batin, kerja otak kanan yang membuat halus sikap hidup insani yang jika benar-benar dimatangkan, akan mampu menumbuhkan sikap yang lebih santun dan beradab. beradab. Tentu akan lain ceritanya jika sekolah lebih mengembangkan sastra kepada siswasiswinya. Ambil contoh kecil, misalnya pengembangan pengembangan berpuisi. Selain keseimbangan olah jiwa, kepekaan terhadap lingkungan yang memiliki unsurunsur keindahan, siswa akan semakin mengerti tentang hakikat dan nilai-nilai kemanusiaan. Jiwa kemanusiaan semakin tebal, maka jiwa-jiwa kekerasan yang ada dalam diri manusia akan tenggelam dengan sendirinya. Sebab, jarang sekali puisi dan kekerasan tampil dalam tubuh kalimat yang sama. Terkait dengan itu, beberapa hasil penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa ternyata berpuisi sebagai salah satu bagian dari sastra selain mampu memanajemen stress, yang notabene pemicu dari lahirnya tindak kekerasan, juga memberikan efek
7
relaksasi serta mencegah penyakit jantung dan gangguan pernapasan (Hendrawan Nadesul, Kompas, 23/07/04). 23/07/04). Maka, tidak bisa lagi kita mengelak dengan mengatakan bahwa sastra hanyalah permainan kata-kata. Kata-kata yang dibolak-balik, diakrobatkan, diliuk-liukan di udara imajinasi agar terkesan wah, indah, dan bersahaja bagi siapa saja yang membacanya. Sebab, ternyata dari hasil penelitian di atas, sastra mampu menduduki posisi sebagai terapi alternatif terhadap beberapa penyakit. Sehingga, menjadi wajar bahwa penulis di sini sangat menekankan untuk sekolahsekolah terus-menerus memberikan waktu yang lebih banyak pada siswanya untuk melatih imajinasi melalui karya-karya sastra baik itu puisi, cerpen, teater, maupun drama. Sebab, selain untuk memupuk minat terhadap sastra dan mengembangkan imajinasinya sebagai penunjang pengetahuan yang lainnya, diharapkan juga nantinya mampu melahirkan para budayawan dan sastrawan terkenal sebagai pengganti ”pendekar” ”pendekar” sastra pilih tanding yang tidak produktif lagi karena usia dan satu per satu telah meninggalkan kita. Sebut saja Hamid Jabbar, Mochtar Lubis, dan Pramudya Ananta Toer. Caranya adalah sekolah harus membuka lowongan pekerjaan untuk seniman-seniman se niman-seniman profesional yang cenderung urakan di mata masyarakat untuk menjadi guru bahasa dan sastra Indonesia sebagai pengganti dari guru bahasa Indonesia lulusan universitas yang selalu terikat dengan kurikulum sehingga kebanyakan dari mereka tidak mampu mengembangkan minat sastra pada siswa-siswinya. Bisa juga dengan memberikan waktu khusus untuk para seniman, sastrawan muda berbakat untuk memberikan pelajaran sastra. Nah, kalau tidak segera digagas mulai sekarang, kapan lagi kita akan mampu melestarikan kesastraan kita yang besar dan unik itu, serta siapa yang akan menggantikan generasi tua?
8
Contoh kritik sastra Ideologi Patriarki dalam Cerpen Asma Nadia
Ateng Hidayat Mahasiswa Sastra UPI Bandung
Diterbitkannya kumpulan cerpen Ketika Mas Gagah Pergi karya Helvy Tiana Rosa (1997) menandai kebangkitan kembali fiksi Islam Indonesia, setelah beberapa dekade terakhir meredup. Sejarah mencatat fiksi Islam Indonesia telah berkembang sejak abad ke-18, antara lain, dengan munculnya Tajussalatin karya Hamzah Fansuri dan Bustanussalatin karya Nuruddin ar-Raniri. ar-Raniri. Sejak tahun 1997 karya fiksi Islam kembali membumi. Sederetan penulis dan karyanya berhasil mendulang prestasi besar. Di antara penulis tersebut adalah Fahri Asiza, Gola Gong, Jazimah al Muhyi, dan Asma Nadia. Salah satu karya Asma Nadia, penulis fiksi Islam yang pernah meraih penghargaan Adikarya IKAPI 2001, adalah cerpen Cerita Tiga Hari, yang termuat dalam antologi cerpen Meminang Bidadari (FBA Press, Maret 2005). Banyak pesan moral dan nilai religius yang diangkat dalam kumpulan cerpen ini. Termasuk dalam Cerita Tiga Hari yang mengisahkan kebahagiaan satu keluarga. Cerita yang dikisahkan hanya tiga hari. Hari pertama, menceritakan saat suami berangkat kerja. Kepergiannya diiringi tatap istri dan kedua anaknya penuh bahagia. Hari kedua, menceritakan saat suami pulang kerja sampai makan malam. Hal ketiga, menceritakan saat suami bekerja. Ia digoda seorang wanita cantik yang menumpang di kendaraannya. Adapun pesan moral yang terdapat dalam cerpen ini adalah peran cinta dan rumah tangga penuh kasih, yang dapat menyingkirkan besarnya godaan terhadap para suami di luar rumah, saat mereka bekerja. Terlepas dari misi agung yang diemban pengarang, apabila kita membaca dengan memposisikan diri sebagai pembaca perempuan (reading as a women), sebagaimana
9
yang dinyatakan Jonathan Culler, yaitu adanya kesadaran bahwa ada perbedaan jenis kelamin yang banyak berpengaruh terhadap kehidupan, budaya, termasuk sastra, kita akan menemukan adanya gender inekualities atau ketidakadilan gender dalam cerpen ini. Djajanegara mengemukakan, ketidakadilan gender tersebut di antaranya dapat dilihat dari peran dan karakter tokoh. Cerita Tiga Hari mungkin merupakan potret realitas perempuan Indonesia, yang masih tertindas oleh dominasi laki-laki dengan ideologi patriarkinya. Dalam
cerpen
tersebut
masih
terdapat
pembagian
peran,
antara
peran
domestik/tradisional yang dilakukan oleh perempuan dengan peran publik yang dilakukan oleh laki-laki. Istri dan dua anaknya mengantar sampai ke pintu. Wajah-wajah cerah itu yang setiap s etiap hari melepasnya pergi.... Istrinya menyuguhkan segelas teh manis hangat. Itulah petikan yang menunjukkan adanya peran domestik tokoh istri. Ia beraktivitas hanya dalam lingkungan rumah tangga, menangani masalah dapur, merawat dan membesarkan anak, dan mengurus rumah. Berbeda dengan tokoh suami, ia beraktivitas di wilayah publik, bekerja mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Perhatikan kutipan berikut. Udara Jakarta yang panas, seharian bekerja mengitari ibu kota berhadapan dengan rupa-rupa manusia. Kehadiran tokoh istri tidak lebih hanya menjadi pelayan dan pelengkap kehidupan tokoh suami. suami. Pembedaan peran domestik dan peran tradisional tersebut jelas merugikan kaum perempuan, karena hal tersebut sama sekali tidak ada hubungannya dengan seks se ks atau jenis kelamin. Bukan merupakan kodrat seorang perempuan untuk mengurusi hal-hal domestik, laki-laki pun bisa melakukannya. Perbedaan peran tersebut hanya merupakan masalah gender, yang dikonstruksi secara sosial dan kultural oleh masyarakat yang didominasi ideologi patriarki, demikian kata Mansour Fakih.
10
Selain peran domestik tersebut, perempuan dalam cerpen ini hanya dijadikan sebagai objek dalam percintaan. Lelaki yang dipanggil sayang itu tersenyum. Mengecup kening, dan dua pipi istrinya .... Lalu sun sayang di kening, dan pelukan istri yang menyambutnya. Kutipan tersebut menunjukkan bahwa kehadiran tokoh istri hanya menjadi pemuas kebutuhan laki-laki, baik secara biologis maupun psikologis. Selain dalam peran tokoh, bias gender dalam cerpen ini dapat dikaji dalam penokohan. Sambutan hangat yang anehnya
justru
selalu
mengalirkan
hawa
dingin
di
penat
tubuhnya.... tubuhnya....
Akhirnya, terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang terdapat dalam cerpen Cerita Tiga Hari, sebuah karya fiksi Islam tidak cukup hanya memuat pesan moral yang baik dan nilai-nilai religius yang agung saja. Karena, ternyata kehadirannya kian mengukuhkan bangunan bangunan ideologi patriarki yang selama ini menindas kaum perempuan. perempuan. Republika, 11 Februari 2007
11
BAB III KESIMPULAN
Kritik adalah kecaman kecama n atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap sesuatu hasil karya, pendapat, dan sebagainya. Esai adalah salah satu cara penulisan dalam genre Non Fiksi yang patut di pelajari karena gayanya yang santai namun menonjol. Bagi penulis lepas, esai merupakan cara mengekspresikan kritik sosal yang menyenangkan namun masih tetap di anggap nyata (non fiksi). Tipe-tipe esai adalah Esai Deskriptif, Esai Ekspositori, Esai Persuasif, Esai Dokumentatif dan Esai Pribadi. Bahasa esai baku, logis, ringkas, runtun dan denotatif. Ciri-ciri esai berbentuk prosa, singkat, memiliki gaya pembeda, selalu tidak utuh, memenuhi keutuhan penulisan, mempunyai nada pribadi atau bersifat personal.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://simademigama.blogspot.com/2013/11/menulis-kritik-dan-esai.html https://intipena.blogspot.com/2017/03/pengertian-ciri-ciri-kritik-dan-esai-lengkap beserta-contohnya.html http://hamidahmahasiswiur.blogspot.com/2017/03/kritik-dan-esai.html
13
View more...
Comments