Kriteria Pasien Masuk ICU.doc

December 11, 2018 | Author: Kusno Trianto | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Kriteria Pasien Masuk ICU.doc...

Description

Kriteria Pasien Masuk ICU



Pasien Prioritas 1 Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan terapi intensif intensif

seperti seperti dukungan / bantuan bantuan ventilasi, ventilasi, infus, infus, obat-obatan obat-obatan

vasoaktif kontinue, dan lain-lainnya. Contoh :



-

Pasi Pasien en gaga gagall naf nafas as oleh oleh seba sebab b apa apapun pun

-

Pasi Pasien en gag gagal al sirk sirkul ulas asii ole oleh h seba sebab b apap apapun un

-

Pasien syok septi ptic

-

Pasi Pasien en pasc pasca a beda bedah h kardi kardiot otor oras asik ik

Pasien Prioritas 2 Pasien Pasien ini memerl memerluka ukan n pelaya pelayanan nan pemant pemantaua auan n canggi canggih h dari dari ICU, ICU, jenis jenis pasien ini beresiko sehingga memerlukan terapi intensif segera. Contoh : -

Pasi Pasien en pasc pasca a pem pembe beda daha han n may mayor or

-

Pasi Pasien en yang mender menderit ita a penya penyaki kitt dasar dasar jantu jantung, ng, paru paru atau atau ginj ginjal al akut akut dan berat.



Pasien Prioritas 3 Pasi Pasien en jeni jenis s ini ini saki sakitt krit kritis is dan dan tida tidak k stab stabil il dima dimana na stat status us kese keseha hata tan n sebelu sebelumny mnya, a, penyak penyakit it yang yang mendas mendasari arinya nya atau atau penyaki penyakitt akutny akutnya a baik baik masing-masi masing-masing ng atau kombinasiny kombinasinya a



sangat mengurangi mengurangi kemungkinan kemungkinan

kesembuhan dan atau mendapat manfaat dari terapi di ICU. Contoh : -

Pasi asien

denga dengan n

peri perica card rdia iall

kega kegana nasa san n

temp tempon onad ade e

atau atau

met metast astatik atik sumb sumbat atan an

dise disert rtai ai jala jalan n

peny penyul ulit it

nafa nafas s

atau atau

infe infeks ksii pasi pasien en

mender menderita ita penyak penyakit it jantun jantung g atau atau paru paru termin terminal al disert disertai ai kompli komplikas kasii penyakit akut berat. -

Pasi Pasien en priori priorita tas s 3 mu mungk ngkin in mendap mendapat at terap terapii inte intens nsif if untuk untuk mengat mengatas asii penyak penyakit it akut akut tetapi tetapi usaha usaha terapi terapi mungkin mungkin tidak tidak sampai sampai melaku melakukan kan intubasi atau resusitasi kardiopulmoner.

Diagnosis lebih spesifik yang umumnya memenuhi kriteria inklusi perawatan ICU :  Semua

pasien yang membutuhkan bantuan ventilasi mekanik dan/atau

prot proteks eksii

jala jalan n

nafa nafas s

(gue (guede del/ l/ma mayo yo,e ,eme merge rgens nsii

trak trakhe heos osto tomi mi

atau atau

intubasi)  Pasien-pasien

pasca operasi yang memerlukan monitoring intensif yaitu :

1. Operasi Operasi lama lama > 6 jam jam dan/atau dan/atau beresik beresiko o perdarahan perdarahan 2. Bere Beresi siko ko tinggi tinggi (ASA (ASA ≥ 3 sepe sepert rtii : hipo hipoal album bumin in,, anem anemia ia bera berat, t, gangguan koagulasi serta aritmia intraoperatif) 3. Riwaya Riwayatt henti henti jantung jantung (cardia (cardiac c arrest arrest), ), hipoks hipoksemi emia, a, atau atau aspira aspirasi si pneumonia selama operasi. 

Semua pasien yang membutuhkan obat-obat inotoprik dan anti aritmia yang memerlukan monitoring invasive 1. Pasi Pasienen-pa pasi sien en syo syok k 2. Pasien Pasien-pa -pasie sien n pasca pasca resusit resusitasi asi



Pasien Pasien-pa -pasie sien n yang yang memerl memerluka ukan n monito monitoring ring hemodi hemodinam namik ik invasi invasive ve seperti kateter swan ganz dan kateter tekanan darah arteri.



Pasien-pasien yang potensial mengalami gagal organ (tidak stabil) dari Unit Gawat Darurat dan ruang rawat Inap : 1. Pasi Pasienen-pa pasi sien en traum traumat atic ic brain brain injur injurii (TBI) (TBI) denga dengan n GCS GCS

< 8 dan dan

atau disertai trauma facial (masalah airway). 2. Pasien Pasien-pa -pasie sien n cerebr cerebrova ovasku skuler ler disease disease (strok (stroke) e) dengan dengan GCS < 8 atau disertai dengan pneumonia. 3. Asidosis

metabolic

ber berat

(deh dehidra drasi,

ketosis,

into ntoksikasi,

pankreatitis akut) 4. Pasien-pasi Pasien-pasien en multiple multiple trauma trauma dengan dengan syok syok (anemia (anemia berat) berat) 5. Pasien-pasi Pasien-pasien en yang memenuh memenuhii kriteria kriteria spesis spesis berat berat : HR > 90, 90, RR > 25 hipo/ hipertermia hipertermia atau leukosito leukositosis sis atau lekopenia lekopenia dengan satu tanda disfungsi organ : 

Gangguan koagulasi / hemostase



Penurunan kesadaran (somnolen, gelisah)





 Trauma paru akut (ARDS / ALI)



Peningkatan kadar ureum / kreatinin



Hipotensi

Pasien yang memenuhi syarat kriteria rawat ICCU / PICU, namun karena ICCU / PICU penuh dapat dirawat di ICU (dengan persetujuan dokter konsultan ICU).

Diagnosis lebih spesifik yang umumnya memenuhi kriteria inklusi perawatan ICU :  Semua

pasien yang membutuhkan bantuan ventilasi mekanik dan/atau

prot proteks eksii

jala jalan n

nafa nafas s

(gue (guede del/ l/ma mayo yo,e ,eme merge rgens nsii

trak trakhe heos osto tomi mi

atau atau

intubasi)  Pasien-pasien

pasca operasi yang memerlukan monitoring intensif yaitu :

1. Operasi Operasi lama lama > 6 jam jam dan/atau dan/atau beresik beresiko o perdarahan perdarahan 2. Bere Beresi siko ko tinggi tinggi (ASA (ASA ≥ 3 sepe sepert rtii : hipo hipoal album bumin in,, anem anemia ia bera berat, t, gangguan koagulasi serta aritmia intraoperatif) 3. Riwaya Riwayatt henti henti jantung jantung (cardia (cardiac c arrest arrest), ), hipoks hipoksemi emia, a, atau atau aspira aspirasi si pneumonia selama operasi. 

Semua pasien yang membutuhkan obat-obat inotoprik dan anti aritmia yang memerlukan monitoring invasive 1. Pasi Pasienen-pa pasi sien en syo syok k 2. Pasien Pasien-pa -pasie sien n pasca pasca resusit resusitasi asi



Pasien Pasien-pa -pasie sien n yang yang memerl memerluka ukan n monito monitoring ring hemodi hemodinam namik ik invasi invasive ve seperti kateter swan ganz dan kateter tekanan darah arteri.



Pasien-pasien yang potensial mengalami gagal organ (tidak stabil) dari Unit Gawat Darurat dan ruang rawat Inap : 1. Pasi Pasienen-pa pasi sien en traum traumat atic ic brain brain injur injurii (TBI) (TBI) denga dengan n GCS GCS

< 8 dan dan

atau disertai trauma facial (masalah airway). 2. Pasien Pasien-pa -pasie sien n cerebr cerebrova ovasku skuler ler disease disease (strok (stroke) e) dengan dengan GCS < 8 atau disertai dengan pneumonia. 3. Asidosis

metabolic

ber berat

(deh dehidra drasi,

ketosis,

into ntoksikasi,

pankreatitis akut) 4. Pasien-pasi Pasien-pasien en multiple multiple trauma trauma dengan dengan syok syok (anemia (anemia berat) berat) 5. Pasien-pasi Pasien-pasien en yang memenuh memenuhii kriteria kriteria spesis spesis berat berat : HR > 90, 90, RR > 25 hipo/ hipertermia hipertermia atau leukosito leukositosis sis atau lekopenia lekopenia dengan satu tanda disfungsi organ : 

Gangguan koagulasi / hemostase



Penurunan kesadaran (somnolen, gelisah)





 Trauma paru akut (ARDS / ALI)



Peningkatan kadar ureum / kreatinin



Hipotensi

Pasien yang memenuhi syarat kriteria rawat ICCU / PICU, namun karena ICCU / PICU penuh dapat dirawat di ICU (dengan persetujuan dokter konsultan ICU).

Bebe Bebera rapa pa cont contoh oh lain lainny nya a

kasu kasuss-ka kaus us pasi pasien en yang yang meme memenu nuhi hi

perawatan ICU : - Mult Multii syst system em (>1) (>1) orga organ n fail failure ure (hem (hemat atol olog ogy, y, kard kardio iova vask skul uler er,, paru, paru, ginjal, otak dan hati) - Respiratory Respiratory failure failure / dysfunctio dysfunction n - Eksaserbasi Eksaserbasi akut akut dari gagal gagal ginjal ginjal kronik kronik - Drug overdose overdose (alkohol, (alkohol, paraset parasetamol) amol) - Gastrointe Gastrointestinal stinal hemorrhage) hemorrhage) - Diabet Diabetic ic ketoac ketoacido idosis sis - Krisis Krisis hipert hipertensi ensi - Sepsi psis - HIV / AIDS AIDS dan kelain kelainan an yang berhubungan berhubungan



Pengecualian / Kriteria Eksklusi Pasien Pasien beriku berikutt tidak tidak masuk masuk kriter kriteria ia masuk masuk ICU dan hanya hanya dapat dapat masuk masuk dengan pertimbangan seperti pada keadaan luar biasa atas persetujuan kepala ICU. Bila perlu pasien-pasien tersebut harus dikeluarkan dari ICU agar fasilitas yang terbatas dapat digunakan untuk pasien prioritas 1,2 dan 3. Contoh : 1. Pasien yang mengalami brain death



pasien-pasien seperti ini dapat

dimasu dimasukan kan ke ICU bila bila mereka mereka potens potensial ial donor donor organ, organ, tetapi tetapi hanya hanya untuk untuk tujuan tujuan menunj menunjang ang fungsifungsi-fun fungsi gsi organ organ sement sementara ara menungg menunggu u donasi organ. 2. Pasi Pasien en-p -pas asie ien n

yang yang masu masuk k

prio priori rita tas s

1,2, 1,2,3 3

teta tetapi pi meno menola lak k

tera terapi pi

tunj tunjan anga gan n hidu hidup p yang yang agre agresi siff dan dan hany hanya a demi demi “per “peraw awat atan an yang yang nyaman” saja, Ini tidak menyingkirkan pasien dengan dengan perintah

“DNR” (Do Not Resusitation). Sesungguhnya pasien-pasien ini mungkin mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di ICU untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya. 3. Pasien Pasien dalam dalam keadaan keadaan vegetat vegetataif aif permanen. permanen. 4. Pasi Pasien en yang yang seca secara ra fisi fisiol olog ogis is stab stabil il yang yang seca secara ra stat statis isti tik k resi resiko kony nya a rendah untuk memerlukan terapi ICU. Contoh : -

Pasi Pasien en pasc pasca a bed bedah ah vask vaskul uler er yang yang stab stabil il

-

Pasi Pasien en diab diabet etik ik keto ketoac acid idos osis is tanpa tanpa kompl komplik ikas asii

-

Keracuna unan ob obat tetapi sadar

-

Conc oncusio usion n (cid (cider era a otak tak ring ringa an)

-

Gaga agal jant antung ung kong konges esti tiff ring ringa an

Pasien-pasien seperti ini lebih disukai dimasukan intermediet untuk terapi definitif dan atau observasi.

PROSEDUR PASIEN MASUK RUANG ICU

Pasien-pasien yang dikonsulkan untuk dapat dirawat di ICU

Seleksi berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi

Dokter jaga ICU melapor kepada konsulen ICU mengenai konsul pasien untuk masuk ICU tersebut

Memenuhi salah satu kriteria inklusi dan disetujui oleh konsulen ICU

Pasien dapat dirawat di ICU

Bila pasien yang memenuhi kriteria inklusi lebih dari satu sedangkan tempat yang tersedia tidak mencukupi, dilakukan seleksi berdasarkan skala prioritas Kepala ICU berhak untuk mengubah skala prioritas pasien sesuai dengan kebutuhan.

ke suatu unit

HIPOGLIKEMIA GDS < 45  Tx : 1. Beri D 50 % 50 cc atau D 40 % 50 cc 2. Maintenance dengan D 5% bila pasien belum menerima D 5%, kalau sudah menerima D 5% maintenance D 10% 3. Cari penyebab dan atasi penyebab hipoglikemia 4. Bila pasien tidak sadar dan tidak ada akses vena beri glucagon I m atau S C 0,5 – 1 mg

Bila Hipoglikemia terjadi berulang 1. Injeksi D 50% vokus IV ulan, tingkatkan tetesan maintenance. 2. Injeksi 0,5 – 1 mgglulengan In atau SC

CAIRAN

 TBW ( Total Body Wath ) Laki-laki = 60% X BB Laki-laki tua dan wanita = 50 % X BB Wanita tua = 40% X BB IWL



dewasa = 15 cc/kg BB/ hari Anak

= { 30 – (tahun) } cc / kg BB / hari

KEBUTUHAN CAIRAN ANAK 

4 – 2 – 1 / jam rumus cth BB = 25 kg



4 X 10 = 40 cc

2 X 10 = 20 cc 1 X 5 = 5 cc 60 cc K = 2,5 mg / kg BB / hari Na = 3 mg / kg BB / hari

KEBUTUHAN CAIRAN DEWASA

Air = 25 – 40 cc /kg BB / hari K = 1 mg / kg BB / hari Na = 2 mg / kg BB / hari

D 5% aau D 10% sebagai

KEBUTUHAN EXTRA •

Demam ( 12 % tiap 1 0 C > 37 0 C



Hiperventilasi



Suhu lingkungan tinggi



Aktivitas extrim



Setiap kehilangan abnormal (misal diare , policeria)

PENURUNAN KEBUTUHAN •

Hipoteria ( 12 % tiap 1 0 C < 370 C



Ke sangat tinggi



Oligleria atau anuria



Hampir tidak ada aktifitas



Retensi cairan misal : gagal jantung, gagal ginjal.



HIPONATREMIA Kadar Na < 135 mg / L VES rendah (diare)



- Atasi dulu hiporolemianya - Infus NaCL 3 % pada pasien dengan gejala simptomatik - infus NaCL isotonik bila tanpa gejala

VES Normal (SIADH)



- Pasien simtomatik : kombinasi purasemide + NaCL 3% - Pasien asimtomatik : saline isotonik

VES tinggi (CRF / AKFI, DC, Sitosis)



- asimtomatik : funsemid divolsis - simtomatik : furesemid + NaC> 3%

Rumus : Defisit Na : TBW X (130 – plasma

Warning : 1. Kenaikan Na jangan melebihi 0,5 mg / jam 2. Kadar Na plasma tidak > 130 mg /L 3. Keduanya untuk cegah encephalopathi demyelinisasi

HIPERNATREMIA

Na > 145 mg / L

Hipernatremia Hiporolemia ♦

Koreksi dulu hiporolemianya ((NaCL, RL, RA, kolooid)



Langkah berikutnya mengganti defisit Caloan Rumus CD = 0,6 X BB X { (klaserum / 140 ) – 1}



Dengan cairan hipotonik mis :

- KAEN – I B -D 5½ S -D5¼S



Penggantian cairan jangan agresif   bahaya edema otako (48-72 jam)

HIPERNA HIPERVOLEMIA ♦

Pemberian furasemid – diuresit



Produk urine yang dikeluarkan diganti dengan D 5%



Beri vasopresin 5 – 10 unit SC tiap 6 – 8 jam

DIABETES INSIPIDUS ♦

Kehilangan cairan mendekati air murni



Strategi penggantian hanya ditujukan untuk mengganti alfisit cairan bebas saja Rumus CD : 0,6 X BB X { (Na plasma / 140) – 1 } Selama (48 – 72 jam) Catatan : Na > 160



vitabilitas, anoreksia, ataksia kran

Na > 180



koma, stupor / kejang

DKA ♦

>> pada type I



Defisiensi insuline atu resisten terhadap insuline



Muncul karena infeksi, pembedahan, trauma



Dehidrasi intra seluler, hiperkalemi, hiponatremi, asidosis metabolik, depresi, kontraktilitas, miokard



Kadar gula darah biasanya < 500 mg / dL

 Tx : ♦

Oksigen 8 – 10 lpm via airm



RI bolus (0,1 Li / kg BB) Ivatau 10 L intravena bolus



dilanjutkan dengan stary

insulin 0,1 Li / kg BB /jam ♦

Cek GDS tiap jam



bila :

1. Penurunan GDS < 10 % atau bila amnion gap dan PH tidak berubah



naikkan kecepatan insuline 2 X lipat. 2. Bila GDS < 250 mg / dL, turunkan kel insuline 2 – 3 Li /jam beri D 5% 100 cc/ jam 3. Ganti kehilangan cairan dengan NaCL 0,9 selanjutnya dengan D 5 ½ NS

Kehilangan cairan bisa sampai 4-9 L -

Beri 1-2 L NaCL secara cepat

-

Selanjutnya 1 L / jam untul 1 jam



500 cc/jam, untul 1-2 jam dan

kemudian 200-300 cc/jam sampai defisit cairan terkoreksi. -

Hati-hati pada pasien tua dan riwayat penyakit jantung.

4. Penggantian elektrolit (K +, Mg

2+

, +04)

Bila K + Shum < 3 mg / L beri K+ 40 Mg/jam K < 4 Mg /L beri K +30 meg / jam K < 5 Mg /L beri K +20 meg / jam K > 5 mg /L tidak diberi K +

5. Pertimbangkan pemberian bikarbonast (1 mg / kg BB) bolus IV pelan, bila PH < 7 dan hemodinamidik tidak stabil atau muncul aritmia.

HONK 



 Trigger



infeksi dehidrasi, MI stroke, truma pembedahan.



Biasanya pada type R. DM



GDS > 500 mg / dL



Hipovolemin (5-10 L)



Hipokslemia , hipernshemia, hipophrsfatemia, hipomgnesemia anniogap normal



Kejang / koma



seringnya

 TX 

Oksigenasi O2 8-10 lpm dengan NRK 



Penggantian cairan dengan segera akan menurunkan gula darah sampai 50% dalam beberapa jam -

1 jam pertama beri 1,5 L NS

-

2-3 jam berikutnya beri 1 L NS

-

Setelah 3 jam pertama, beri 0,5-1 L NS / jam

-

Hati-hati pemberian NS bila perlu monitoring dengan CUP



terutama

pada pasien geriatrik. 

Beri RI 10 Li IV bolus kemudian lanjutkan dengan (0,1 Li / kg BB/ jam), bila : -

GIPS tidak berubah dalam 2-4 jam, naikkan kel insuline 2 x Lipatoys

-

Titrasi kel pemberian insulin, bola kader GDS < 250 mg / dL dan fungsi kerdiak, elektrolit dalam batas normal.



Cek GDS dan elektrolit tiap jam



sebagai petunjuk pemberian insulin

Guidelines pemberian RI segera infus (50 Li / 500cc NS atau via sharing pump pasien tidak menderita DKA

Star infus



-

Type 1 DM (wanita) 0,5 Li / jam

-

Type 1 DM (pria) 1 Li / jam

-

Type 2 DM (wanita/pria) 1 Li / jam

GDS

Infus Change

Tolak ment

< 70

Stop 30 menit

Beri D 40 15 – 20 cc Cek GDS setelah 30 menit, ulangi D 40 bila

70 – 120 121 – 180 181 – 240 241 – 300 > 300

- 0,3 Li / jam No. Change + 0,3 Li / jam + 0,6 Li / jam + 0,1 Li / jam

GDS < 70 -

Pasien pulang sudah menerima D 5 100 cc / jam selama mendapat terapi insuline.

HEMATOLOGI

EBV ♂ = 70 X BB (kg) Cth BB = 50 kg



EBV = 70 X 50 = 3500 cc

EBV ♀ = 65 X BB (kg)

 Tranfusi WB = ΔHb X BB X 6 PRC = Δ Hb X BB X 3 Cth = bila Hb pasien 6 g / dL BB = 50 kg Target l + b 9 g /dL



WB = ( 9 – 6 ) X 50 X 6 = 3 X 300 = 900 cc Rumus lain : Δ HCT X ( EBV / Het  Tranfusi trombosit



tiap 1 unit trombosit

Akan meningkatkan angka trombosit pasien 5.000 – 10.000 /mL  Tiap 4-6 kantong darah yang ditranfusi



cek kadar kalsium pasien, bila perlu bisa

diberikan : -

Kalsium glukorat ( 30 mg/ kg BB)

-

Bisa juga kalsium klorid (10 mg / kg BB) IV pelan

 Tranfusi Albumine

Δ Alb X BB X 0,8 = ........... gram Tetesan harus pelan-pelan, paling tidak clh 4-5 jam  Tx Reaksi tranfusi Akut (Hemolitis) 1. Stop tranfusi 2. Cek ulang 3. Bila Hipotensi 4. Pertahankan urine output minimal ½ cc / kg bb / jam bila perlu beri firosemid 40 mg IV bolus atau manitol 12,5 -50 gram IV pelan-pelan. 5. Pertimbangkan pemberian defenhidramin 25 – 50 mg IV bolus atau hidrocortison 50 – 100 mg IV 6. Hati-hati adanya DIC

Tanda-tanda Reaksi Hemolitik  1. Cemas 2. Agitasi 3. Nyeri dada

4. Nyeri pinggang 5. Nyeri kepala 6. Dyspneu 7. Menggigil



tanda spesifik

Tanda non spesifik  1. Demam 2. Hipotensi 3. Pendarahan tidak tahu sebabnya (DIC) 4. hemoglobinuria

Reaksi tranfusi Non hemolitik  Tanda-tanda : 1. Cemas 2. Pruritus 3. Dispneu ringan 4. Demam 5. Flushing 6. Takikardi 7. Hives (rasa gatal dengan bintik-bintik merah yang bengkak) 8. Hipotensi ringan

Terapi : 1. Stop tranfusi 2. Pastikan bukan karena reaksi transfusi hemolitik 3. Bila hanya ada utikaria atau hives berikan de fendhidramin 25 - 50 mg IV dan hidrocortison 50- 100 mg IV. 

tranfusi tetap bisa diberikan dengan tetesan pelan

4. Bila sebelumnya ada riwayat panas dan alergi bila ditranfusi boleh pretreament dengan asetaminapen 650 mg oral dan antihistamin.

HIPERTENSI KRISIS Hipertensi krisis dibagi 2 yaitu Hipertensi emergensi dan hipertensi urgensi

Definisi : Hipertensi Krisis yaitu peningkatan yang kritis dari tekanan darah dimana TDD > 120 mmHg TDS > 240 mmHg

Hipertensi Emergensi  : bila terdapat kerusakan akut sedang berlangsung dari target organ



memerlukan penurunan tekanan darah dalam beberapa jam, menggunakan

obat intra vena dan diberikan di ruang ICU.

Hipertensi urgensi : bila terget organ tidak terkena, memerlukan penurunan segera tekanan darah tapi dalam waktu 24-48 jam  Target organ CNS, cardiovaskuler, renal. Gejala : 1.

Neurologik : headache, neusea, vomiting, gangguan visual, confusi, kejang, kelemahan.

2.

Cardiovaskuler: anginapectoris, dispneu, palpitasi, fatigue

3.

Renal : kelemahan umum, oliguria, poliuria, hematuri

Penemuan Fisik 1.

2.

3.

Vital Sign -

Hipertensi

-

Takikardi

Fundus copi -

Grad I : narrowed arterivenosus ratio

-

Grad II : focal arteriolar spasm

-

Grad III : hemorraghes and exudates

-

Gead IV : papiledema

Cardiovaskuler -

Diaphoresis

-

Juguler vein distention

-

Pulmonary rales

-

Third heart sound

-

Murmur

-

Pericardial friction rub

-

Pulse defisit

4.

5.

Renal -

edema

-

oliguria

-

Hematuria

Neurologic -

Alterations in sensorium

-

Focal neurologic deficits

TERAPI A. Hipertensi Emergensi  Tujuan utama turunkan tekanan darah segera tetapi bertahap biasanya 20-25 % penurunan MAP atau reduksi tekanan diastolikmenjadi 100-110 mmHg TDS tidak dibawah 150mmHg dalam beberapa menit atau jam tergantung situasi klinis. Penurunan tekanan darah selanjutnya secara gradual dalam periode 24 – 72  jam atau lebih. 1. SNP (sodium nitropuside) 0,25 – 10 μg/Kg bb/menit dimulai dengan dosis

yang paling rendah evaluasi dosis tiap 5 menit dalam periode 1-2 jam. Onset 1-2 menit, durasi 1-10 menit setelah infus obat distop. Bila tekanan darah terkontrol, SNP dapat distop dalam 24 – 48 jam diganti dengan obat antihipertensi oral. 2. NTG (nitrogliserin), dosis awal 10 μg / menit atau rentang dosis 0,5 – 10

μg / Kg bb / menit, onset 1-2 menit durasi 10 menit 3. Diltiazem, dosis 20 mg bolus IV kemudian 10 mg / jam, onset 1-3 menit durasi 1-3 menit.

B. Hipertensi Urgensi  Tidak ada terapi yang spesipik untuk keadaan ini. Pada hipertensi yang berat memrlukan terapi kombinasi. Obat yang umum dipakai termasuk nifedipin, kaptropil, atau ACE – inhibitor, klonidin, labetolol oral. Setelah pemberian obat, pasien dimonitor di ruang emergensi 1 – 2 jam untuk meyakinkan respom terhadap obat yang diberikan dan efek sampingnya. Dianjurkan follow up 24-48  jam kemudian untuk pengobatan selanjutnya.

GAGAL NAFAS Definisi : Suatu sindroma pada sistem respirasi dimana salah satu atau keduanya dari fungsi pertukaran gas : oksigenesi dan eliminasi CO 2 mengalami kegagalan.

Klasifikasi A. Gagal Nafas Type I (hipoksemia) ditandai dengan PaO 2 < 60 mmHg dengan PaCO2 normal atau rendah merupakan bentuk umum dari gagal nafas dan dapat dihubungkan dengam semua penyakit paru akut yang secara umum melingkupi pengisian cairan atau kolapsnya alveoli . Contoh : edema paru kardiogenik atau non kardiogenik pneumonia, perdarahan paru

B. Gagal Nafas type II (hiperkapnia) ditandai dengan PaCO2 > 50 mmHg hipoksemia biasa terjadi pada pasien dengan gagal nafas hiperkapnia

Kedua type gagal nafas dapat bersifat akut dan kronis.

Perbedaan antara gagal nafas akut dan kronis

Gagal nafas hiperkapnia akut  berkembang dari beberapa menit sampai beberapa  jam Ph biasanya < 7,3 .

Gagal nafas kronis

berkembang dalam beberapa hari atau lebih lama sehingga

terjadi kompensasi oleh ginjal dan terjadi peningkatan level bikarbonat sehingga pH biasanya sudah menurun. Perbedaan antara hipoksemia akut dan kronis tidak dapat dibaca berdasarkan analisa gas darah. Petunjuk klinis hipoksemia kronis seperti polisetemia atau corpulmonale, menyokong gangguan sudah lama. Kriteria Diagnosis 1. Pa O 2 < 60 mmHg Pa CO2 > 50 mmHg 2. Role of fifty Pa O2 < 50 mmHg Pa CO2 > 50 mmHg 3. PaO2 / FiO2 = .< 200 – ARDS .< 300 – ALI

Kriteria Pontopidan

Kriteria

Normal

Monitoring ketat

Intubasi

O2 Physical Tx

ventilasi trakeostomi

Mekanik  RR (mnt) VC (cc / kg bb)

12 - 25 70 - 30

25 - 35 30 - 15

12 - 25 60

VD / VT Pa CO2 (mmHg)

ETIOLOGI A. Gagal nafas Type I (hipoksemia) - Bronchitis kronis dan emfisema (PPOK) - Pneumonia - Edema paru - Fibrosis paru - Penyakit jantung kongenital yang sianosis - Bronchiectasis - ARDS - Asma - Pneumotoraks - Sindroma enboli lemak - penyakit paru granulamatosus

B. Gagal nafas Type II (Hiperkapnia) - Bronchitis kronis dan enfisema (PPOK) - Asma berat - Overdosis obat - Polineuropati - Gangguan otot primer - Trauma kapitis dan trauma medula spinalis cervical - Keracunan - Miastenia gravis - Poliomilitis - GBS - Cervical cordotomy

Manifestasi Klinis

Hiperkapnia Somnolen

Hipoksemia An sietas

Letargi

 Takikardia

Koma

Diaporesis

Asterixis

Aritmia

Restlessness / gelisah

Perubahan Status Mental

 Tremor

Confusi

Nyeri Kepala

Sianosis

Pepil edema

Hipertensi Hipotensi Kejang Asidosis laktat

EVALUASI VENTILASI / BREATHING 





Look / Lihat -

Takipneu, cuping hidung

-

Perubahan status mental

-

Pengembangan dada

-

Kesimetrisan dada

-

Paralisis otot nafas

-

Sianosis

-

Distensi vena leher

Listen / Dengar -

Keluhan penderita

-

Suara nafas menurun / hilang

-

Stridor / wheezing

Feel / Raba -

Emfisema subkutan

-

Krepitasi

-

Nyeri tekan

-

Deviasi trakea

-

Perkusi : sonor, hipersonor / redup

Pemeriksaan Penunjang -

Pulse Oksimeter

-

CO2 detektor

-

Chest X-Ray

-

Analisa gas darah

TERAPI Hipoksemia merupakan hal besar yang harus diatasi untuk fungsi organ. Oleh karena itu objek pertama terapi gagal nafas adalah mengembalikan dan atau mencegah hipoksia jaringan. Hiperkapnia yang tidak disertai dengan hipoksemia umumnya dapat ditoleransi dengan baik dan mungkin tidak mengancam fungsi organ kecuali disertai adanya asidosis berat. Beberapa ahli percaya bahwa hiperkapnia dapat ditoleransi sampai pH < 7,2 mmHg. Penatalaksanaan yang tepat terhadap penyakit yang mendasari gagal nafas merupakan komponen penting dalam penatalaksanaan gagal nafas. Pasien dengan gagal nafas akut umumnya dirawat di ruangan ICU. Pasien gagal nafas kronis dapat dirawat di rumah dengan suplemen oksigen dan atau menggunakan ventilator sampai penyakit dasarnya teratasi.

Bebaskan jalan nafas Manual Dengan Alat Intubasi / Surgical air way

Evaluasi Breathing Look, Listen, feel Kriteria Pontopidan

 Tidak adekwat

Adekwat

TUJUAN BANTUAN VENTILASI MEKANIK  1. Optimalisasi pertukaran gas dan menurunkan “Work of breathing” -

Penyebab pulmonal

- Penyebab non+pulmonal Bantuan Ventilasi O2

Pertahankan jalan nafas + O2

2. Kontrol eliminasi CO 2 -

Tekanan intra kranial (TIK) meningkat

3. Menurunkan kerja Jantung -

Gagal Jantung

4. Profilaksis - Pasca bedah operasi besar dan atau dengan perdarahan banyak.

Pengaturan setting awal -

Volume tidal

: 6 – 10 cc / kgbb

-

Frekuensi

: 12 – 20 kali / menit

-

Menit Volume

: Vt X F

-

FIO2

: 100 %

-

I:E

:1:2/1:3

-

PEEP

: 2,5 – 5 cm H 2O

-

Mode

: CMV – PCV / VCV

Monitoring setelah dipasang ventilator 1. Penderita -

Air way

-

Breathing

-

Cirkulasi

-

Disability / brain

2. Ventilator -

Tubing / Konektor

-

Humidifier

-

Setting

-

Alarm

-

Fungsi

Komplikasi Pemakaian Ventilator 

Baro trauma



Volume trauma



Inpeksi – Sepsis



Alat-alat (Mal fungsi, kontaminasi)

Penyapihan dari ventilator (weaning) 

Penyapihan bertahap



Bila memungkinkan secepatnya disapih



Pertimbangan : -

Penyakit penyebabnya membaik



-

Otot nafas makin kuat

-

Memenuhi kriteria (kebalikan dan kriteria pasang ventilator)

Metoda -

CMV

-

Perlu observasi ketat



ACV



SIMV + PS



CPAP



T. PIECE



ekstubasi

STATUS ASMATIKUS

Definisi : serangan asma yang sangat berat yang tidak berespon dengan terapi obatobat asma yang biasa digunakan

Pemeriksaan Klinik a. Gejala klinik 1. Sesak nafas 2. Pernafasan lebih enak dalam keadaan posisi tegak 3. Cemas 4. Fatique b. Pemeriksaan fisik 1. Paru-paru : Wheezing ekspirasi, takipnue (RR > 30 X/mnt) penggunaan otot-otot bantu pernapasan, peningkatan I : E > I : 3 2. Kardiovaskuler : Takikardi (HR > 120 X /mnt), Pulsus paradoksus (> 15 mmHg ),

Laboratorium 1. Test fungsi paru tidak memungkinkan karena keadaan pasien yang sesak berat 2. Analisa gas darah, untuk menilai keadaan hipoksemia dan status asam basa 3. Rontgen torak : Hiperekspandid paru, evaluasi tanda-tanda baro trauma

Diagnosis Diferensial 1. Obstruksi saluran nafas bagian atas (karena tumor, benda asing) 2. Laringospasme 3. PPOK   4. gagal jantung kiri (edema baru).

 TERAPI 1. O2 nasal kanul 2-3 lpm 2. Albuterol 2,5 mg (0,5 cc larutan 0,5 % + NaCL 2,5 cc), via nebulizer tiap 20 mnt (3 X pemberian) kemudian tiap jam. Alternatif β agonist salbotamol 5 – 10 mg + 2,5 cc NaCL berikan tiap 2 – 4 jam, bila keadaan lebih berat dapat diberikan tiap

 jam atau tiap 20mnt dapat diberikan secara kontinue via nebulizer sampai dosis 20-25 mg dalam 1 jam. Keduanya efektif bila O2 flow ratenya 6-8 lpm, dan minimum reservoir volume tempat nebu 2-4 cc. 3. Alternatif bila β agonist tidak responsif gunakan ipratropium bromida 0,25 – 0,5 mg tiap 20 mnt (3 X pemberian) selanjutnya tiap 4-6 jam via nebulizer. 4. Metilprednisolon 40 -125 mg IV bolus tiap 6 jam jika responsif, turunkan dosis 60-80 mg dalam 4 dosis perhari. 5. Antibiotik : kontroversi, kebanyakan pencetus asma karna viral, berikan bila : demam, leukositosis, netrofilia dalam sputum, pneumonia atau bila ada sinusitis akut. 6. Bila tidak responsif dengan β agonist, antikolinergik, kortikosteroid, berikan MgSO4 1 – 2 g IV bolus dalam 20 menit. 7. Atasi dehidrasi dengan RL, Asering, NaCL. 8. Bila gagal nafas : 

Intubasi



Setting awal :



ventilator CMV (A/C), PCV or VCV, V T 4-8 mL/kg, Pplat < 30 cm

-

TV 4-8 CC / kg bb

-

RR 8-20 X / menit

-

CMV

-

P plat < 30 cm H20 ↓ Tanpa PEEP FIO

-

H2O, rate 8-20/min, TI 1 s, PEEP 5 cm H2O, S FIO2 1.0

2

-

I : E = 1 : 3, 1 : 4 atau 1 : 5

-

F iO2 % Pplat < 30 cm H2O

↓ rate

SpO



2

FIO2

 pH

Pplat < 25 cm H2O

↓ VT

↑ VT

Auto PEE P Bila ada AGD : START

Auto PEE P

 Administer Bronchodilators

Decrease Minute Ventilation

↑ rate

STATUS EPILEPTIKUS Definisi : Kejang terus menerus, paling sedikit selama 30 menit, dalam 2 periode kejang tanpa disertai perbaikan kesadaran, kejang umumnya bersifat general tonik – klonik (grand mal).

Etiologi A. Trauma kepala akut ataupun riwayat trauma kepala sebelumnya B. Infark otak (baik akut ataupun riwayat)

C. ICH, SDH, SAH D. Tumor otak E. Infeksi CNS (meningitis, encepalitis, abses otak). F. Hipertensi encepalopati G. Penyebab metabolik : obat atau alkohol withdrawal, hipoglikemia, hiponatremia, hipokalsemia, hipomagnesemia, hiperosmolaritas, hepatik encepalopatik, sepsis. H. Penyebab keracunan : salisilat, tiopilin, lidocain, meperidin, pinisilin, siklik anti depresan, kokain. I. Epilepsi idiopatik  J.

Kasus yang lebih jarang : Human imuno defesiensi, lupus serebriti, infeksi virus, degeneratif CNS

Laboratorium -

Glukosa, elektrolit, ureum, kreatinin, fungsi hepar

-

Test darah lengkap, trombosit

-

Test koagulasi : protrombin dan partial trombo plastin times

-

Analisa gas darah

-

Kadar obat antidepresan dalam darah

-

CT Scan

-

MRI

-

EEG

PROTOKOL TERAPI A.

Pertahankan ventilasi dan perfusi 1. Amankan jalan nafas, ventilasi dengan bag – Valve mask, bila perlu intubasi 2. Berikan oksigen 100% via NRM, ventilator, tergantung kondisi klinis. 3. Monitor tanda-tanda vital, EKG kontinue dan pulse oksimetri 4. Pasang intra Vena line (infus) ambil sampel darah untuk uji lab

B.

Pertimbangkan hipoglikemia sbg penyebab kejang 1. Injeksi 50 cc dextrosa 40 % atau 50% sebelumnya diberikan dulu tiamin 100 mg IV. Pada anak berikan dextrosa 25% 2 cc /kgbb 2. ambil sampel darah untuk uji kadar glukosa

C.

Hentikan kejang 1. Lora zepam, obat pilihan pertama anti kejang dosis 0,1 mg/kgbb IV

jangan

lebih cepat dari 2 mg / menit dalam pemberiannya. Durasi 4 jam, sukses mengatasi kejang 65 %.

2. Alternatif diazepam, dosis 0,15 – 0,3 mg/kgbb IV jangan lebih cepat dari 5 mg mnt. Bisa diberikan via rektal 0,2 0 0,5 mg/kgbb. Du rasi optimal 20 mnt, sukses mengatasi kejang 56%. Efek depresi nafas lebih kuat daripada lorazepam. 3. Bila masih kejang, beri phenitoin dewasa 15 – 20 mg/kgbb IV dengan

kecepatan <

50 mg /mnt. Anak 1 mg /kgbb/mnt. Hati-hati infus jangan

dicanpur gula. Pemberian terlalu cepat menyebabkan hipotensi, disritmia



monitor dengan EKG. 4. Bila setelah pemberian phenitoin 20 mg/kgbb masih kejang, beri phenitoin extra 5 mg / kgbb samapi dosis max 30 mg/kgbb IV 5. Bila masih kejang beri thiopental 3 – 5 mg / kgbb IV. Intubasi pasien, pasang ventilator untuk bantuan nafas tahap lanjut. 6. Bila terjadi kejang refrakter : -

Thiopental 3 – 5 mg / Kgbb IV, lanjut dengan 1 – 3 mg /kgbb/jam, bila masih kejang beri lagi 3 – 5 mg/ kgbb IV lanjut dengan 10 mg / kgbb /  jam atau lebih. Kontrol status hemodinamik.

-

Midazolam dosis 0,1-0,3 mg/kgbb IV, lamjut 0,05-0.2 mg/kgbb/jam, titrasi sampai kejang teratasi

-

Propofol dosis 1-5 mg/kgbb IV, lanjut 1-15 mg/kgbb/jam, titrasi sampai kejang teratasi

D.

Atasi penyebab dari status epileptikus 1. Koreksi faktor-faktor yang menyebabkan menurunnya nilai ambang kejang : Koreksi

poksemia, koreksi gangguan elektrolit (hiponatremia, hipokalemia),

turunkan suhu pasien bila febris. 2. Terapi faktor-faktor pencetus misalnya: stroke, disritmia jantung, uremia, meningitis dll

Komplikasi Status Epileptikus : A. Neurologik -

Trauma neuronal

-

Terganggunya sistem otonom misalnya hipersekresi saluran nafas atas dan bawah

-

Bronkhokonstriiksi

B. Respirasi -

Hipoxemia

-

Hiperkapnia

-

Pneumonitis Aspirasi

-

Edema paru nonkardiagenik

-

Gagal nafas

C. Kardiovaskuler -

Disritmia jantung (karena hipoksemia, pemakaian obat antikejang atau sebab lain)

-

Hipotensi

D. Ginjal & Metabolik -

Rabdomiolisis

-

Gagal ginjal mioglobinuria

-

Gangguan elektrolit terutama hiperkalemia

-

Asidosis laktat

-

Hipo / hiperglikemia

-

Hipertermia

E. DIC, Ortopedic injury (jarang)

GAGAL GINJAL AKUT

Terminologi A. Gagal Ginjal akut 1. penurunan secara tiba-tiba fungsi filtrasi glomerulus dengan disertai retensi produk nitrogen. 2. Manifestasinya

berupa peningkatan

creatinin

>

0,5 mg/

dl atau

peningkatan > 50% dari nilai awal. B. Gagal ginjal aligori : gagal ginjal akut dengan urin output < 400 cc/hari atau < 20 cc / jam C. Gagal ginjal non oliguri 1. Gagal ginjal akut dengan urine output > 400 cc / hari 2. Prognosis lebih baik dibandingkan dengan gagal ginjal oligori D. Konsentrasi kreatinin serum merupakan indikator terbaik dalam menilai fungsi ginjal. Berkorelasi terbalik dengan fungsi filtrasi glomerulus. E. Serum urea nitrogen (BUN) -

Merupakan indikator yang umum pada fungsi ginjal

-

Nilainya

dipengaruhi

oleh

beberapa

faktor

seperti

kartikosteroid, tetrasiklin, perdarahan gastrointestinal.

KLASIFIKASI

 A.

Gagal Prerenal 

ginjal 

pemakaian

1.

Karena penurunan volume vaskuler -

Kehilangan darah / plasma : trauma, perdarahan lainnya.

-

Kehilangan cairan ekstraseluler : Luka bakar, peritonitis, pankreatitis, obstruksi usus, hipoalbuminemia, sindrom nefrotik, sirosis hati.

-

Gastrointestinal: diare, muntah, NGT

-

Kehilangan lewat ginjal : KAD, manitol, diabetes insipidus, hipokalemi, hiperkalsemi.

2.

Kehilangan lewat kulit : keringat, luka bakar, dermatitis exfoliatif.

Karena penurunan curah jantung AMI, shock kardiogenik, temponade perikardial, enboli paru, mesin CPB, disritmia.

3.

Obstruksi pembuluh darah renal : oklusi, konstriksi, embolli, trombosis, vaskulitis, atherosklerosis, diseksi aorta abdominalis.

4.

Kegagalan pengaturan pembuluh darah renal : -

ACE-Inhibitor, prostaglandin

-

Sepsis

-

Hepatorenal sindrom (hipotensi, oligori, gagal fungsi hepar)

B

Gagal

.

Renal 

ginjal  

-

ATN

-

Toksin (aminoglikosida, logam berat)

-

Rabdomiolisis, hemolisis, trauma kepala, reaksi transfusi.

-

Kehamilan (eklamsi, perdarahan uteri, abortus sepsis, enboli air ketuban)

-

Nephritis intertisial (infeksi, limphoma, sarcoidosis, pinicilin, rifampisin, sulfa,

vankomicin,

quinolon,

cephalosporin,

eritromisin,

etambutol,

asiklovir, tiazid, furosemid, NSAID, H2 –bloker, phenobarbital, phenitoin, alupurinol, interferon, alfa-metildopa. -

C

Gagal

.

Renal 

Kerusakan glomerulus

ginjal

Post 

1. Sumbatan intrarenal : batu, bekuan darah, nekrosis papiler, kristal, tumor. 2. Sumbatan extra ureteral : keganasan endrometriosis, proses retroperitoneal. 3. Sumbatan saluran kencing bagian bawah : striktura uretra, prostat (BPH), masa vesika urinaria, neurogenic bledder.

Pemeriksaan Laboratorium

Darah : ureum, kreatinin, elektrolit, osmolaritas darah. Urine : ureum, kreatinin, elektrolit, osmolaritas dan berat jenis.

Pemeriksaan Klinis Anamnesa

: Perlu ditanyakan segala kemungkinan etiologi

Pemeriksaan Fisik : tensi, nadi, turgor kulit, tekanan vena sentral, serta ada tidaknya hipotensi ortostatik

Diagnosa Diferensial Protenuria Oliguri Berat Jenis Urine Sedimen Urine Osmolaritas urine (mmol/L) Na Urine (mmol / L) BUN : creatinin (plasma)

GGA Prarenal +++ 1.020 Normal, hialin atau

GGA Renal + +++ 1.002 – 1.012 Silender sel epitel

granular > 500 < 20 > 10 : 1

< 350 > 20 < 15 : 1

PROTOKOL PENANGANAN GAGAL GINJAL AKUT

OLIGURIA ( < 0,5 cc / kgBB/jam) UKUR MAP

-

CVP < 3 mmHg  th / cairan CVP > 7 mmHg  challenge  Test - CVP 3-7 mmHg  loading cairan 200 cc UKUR LAGI CVP NILAI KONTAKTILITAS

General Intensif Care Unit RSUD Ciamis Kabupaten Ciamis

Challenge Test

Nilai CVP :

1 1 6 10

Cm H2O mmHg mmHg mmHg

= = = =

0,7 mmHg 1,3 cm H2O 7,8 cm H2O 13,6 cm H2O

Bila Nilai CVP : - < 7,8 - 7,8 - > 13,6

cm H2O cm H2O cm H2O

……………………….. - 13,6 cm H2O …..



cc Loading cairan 100



…………………………

Loading cairan 200



cc Loading cairan 50 cc

Setelah 10 menit lihat responnya Bila kenaikan CVP :

5

..............................

Hypervolemik



Dopamin “dosis renal” 1-4 μg /kgbb/mnt, diharapkan akan terjadi vasodilatasi pembuluh darah ginjal dan splanik dengan demikian terjadi peningkatan aliran darah ke ginjal dan glomerulus filtration rate.

Terapi hiperkalenia : 1. Kalsium gulkonat (15-20mg/kgbb IV) atau kalsium klorida (5-10 /kgbb IV) diberikan selama 2-5 mnt.

2. Natrium bikarbonat (50-100 meq IV pelan) 3. Regulaer insulin 10 unit IV diserta dg pemberian 1-2 ampul glukosa 40% atau 50%. Bila terjadi asidosis metabolik berikan natrium bikarbonat 1 meq /kgbb bila kadar bikarbonat < 15 meq /L.

Indikasi Hemodialisa : 1. Oliguri (urine output < 400 cc/24 jam atau < 5 cc /kgbb/24 jam) 2. Anuri selama 12 jam 3. Kadar ureum > 200 4. Kadar kalium > 6,5 meq /L 5. Asidosis metabolik berat (pH < 7,2) 6. Edema paru berat yang tidak berespon dengan terapi diuretik 7. Uremik encepalopati 8. Uremik perikarditis 9. Uremik neuropati

 TX Funsemid 400 mg bolus IV lanjut dengan infus 10-20 mg / jam -

Asidosis metabolik

Berikan natrium bilarbonat 1 meq / kgbb (40-80 meq /dL) bila kadar bilarbonat < 15 meq /L

Komplikasi A. Metabolik -

Asidosis metabolik

-

Hiperkalesmia

-

Hiponatremia

-

Hiperphospatemia

-

Hiperurisemia

-

Hipokalsemia

-

Hiphmagnesemia

-

Gangguan keseimbangan air dan garam

-

Status katabolik

B. Kardiovaskuler -

Volume uverload, edema paru kardiogenetik

-

Edema paru uremik

-

Perikarditis

-

Hipertensi

-

Disritmia jantung

C. Neurologik -

Sindroma urnik : gangguan neuropsikiatrik, asterixis, miolilonus, hiperefleksia, koma

-

Defek neurologik fokal, kejang

D. Gastromtestinal -

Perdarahan

-

Mual, muntah, anorexia, malnutrisi

-

Gastritis, pankreatitis, ileus

E. Hematologik -

Kuogulopati, disfungsi plateklat

-

Anenmia

F. Infeksi -

Imunosupresa

-

Meningkatnya resiko Sepsis

SEPSIS DAN SYOK SEPTIK 

Definisi : I.

Stadium 1 : SIRS ( Systemic Inflammatory Response Syndrom)



bila

ditemukan 2 atau lebih tanda-tanda dibawah ini : 1. Suhu > 38o C atau < 36 o C 2. HR > 90 X / mnt 3. RR > 20 X / mnt atau Pa CO 2 < 32 mmHg 4. Angka leukosit (AL) > 12000 atau < 4.000 / μL atau > 10% dalam bentuk

imatur.

II.

Stadium 2 : Sepsis



adalah SIRS + bukti adanya Fokal infeksi atau

ditemukannya kultur kuman yang positif. III.

Stadium 3 : Sepsis Berat



sepsis + adanya disfungsi organ, hipotensi, atau

hipoperfusi (asidosis laktat, oliguri, hipoxemia, perubahan kesadaran yang akut)

Stadium 4 : Syok Septik

IV.



Sepsis + hipotensi (meskipun sudah diberikan

resusitasi cairan) + hipoperfusi.

Hipotensi adalah TDS < 90 mmHg atau penurunan TDS > 40 % dari nilai base line tanpa ada penyebab lain dari hipotensi.

Epidemiologi -

Di ICU SIRS terjadi sekitar 40-80 %

-

25% berkembang menjadi Sepsis

-

15-20% berkembang menjadi Sepsis berat

-

5% berkembang menjadi Syok Septik

Etiologi A. Infeksi 1.

Bakteri : -

Gram negatif bacil

-

Gram Posistif cocus

-

Bakteri anaerobik

-

Mikrobakterial

2.

Virus -

CMV

-

Herpes

-

Hepatitis A,B, C

-

Virus Influensa

-

Epstain – barr virus

-

Dengue

3.

Jamur -

Disseminated Candida

-

Blastomyces

-

Cocci diodes

-

Histoplasma

-

Aspergillus

-

Pneumocystis Carinii

4.

Parasit -

Toxoplasmosis

-

Malaria

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF