Krisis Okulogirik

March 27, 2017 | Author: Khieky Amir | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

;)...

Description

BAB I PENDAHULUAN

Sistem ekstrapiramidal merupakan jaringan saraf yang terdapat pada otak bagian sistem motorik yang mempengaruhi koordinasi dari gerakan. Letak dari sistem ekstrapiramidal adalah terutama di formatio reticularis dari pons dan medulla dan di target saraf di medula spinalis yang mengatur refleks, gerakan-gerakan yang kompleks, dan kontrol postur tubuh. Istilah sindrom ekstrapiramidal (EPS) mengacu pada suatu kelompok atau reaksi yang ditimbulkan oleh penggunaan jangka pendek atau panjang dari medikasi antipsikotik. Istilah ini mungkin dibuat karena banyak gejala bermanifestasikan sebagai gerakan otot skelet, spasme atau rigitas, tetapi gejala-gejala itu di luar kendali traktus kortikospinal (piramidal). Gejala ekstrapiramidal sering dibagi dalam beberapa kategori yaitu reaksi distonia akut, tardive diskinesia, akatisia, dan parkinsonisme (Sindrom Parkinson). Salah satu gejala pada ekstrapiramidal sindrom yaitu reaksi distonia akut, dimana krisis okulogirik merupakan salah satu gangguan yang ada pada reaksi distonia akut. Reaksi distonia akut adalah kontraksi otot yang singkat atau lama, biasanya menyebabkan gerakan atau postur yang abnormal, termasuk krisis okulorigik, prostrusi lidah, trismus, tortikolis, distonia laring-faring, dan postur distonik pada anggota gerak dan batang tubuh. Distonia sangat tidak menyenangkan, kadangkadang menyakitkan, dan sering kali menakutkan pasien.

1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Krisis Oculogyric (OGC), terjadi apabila kedua bola mata melirik ke salah satu sisi, biasanya selama beberapa menit, tetapi adakalanya dapat berlangsung sampai beberapa jam. Selama krisis, pasien berada dalam keadaan tegang karena mendapat perasaan seperti menghadapi maut atau berhalusinasi menakutkan. 2.2 Etiologi Krisis Oculogyric (OGC) biasanya terjadi sebagai efek samping dari terapi obat neuroleptik. Ini adalah salah satu reaksi distonia akut, yang paling umum dari reaksi distonia okular (termasuk blepharospasm, dan kedutan periorbital). Dari pasien dengan reaksi distonia, krisis okulogirik dapat terjadi sekitar 6%. Adapun obat-obat antipsikotik, yaitu golongan phenothiazine, terutama prochlorperazine dan thiethylperazine, mudah menimbulkan krisis okulogirik ke samping atas pada orang-orang tertentu. Golongan phenothiazine mempengaruhi gangglia

basal, sehingga

dapat

menimbulkan

gejala parkinsonisme

(efek

ekstrapiramidal sindrom). 2.3 Epidemiologi Krisis okulogirik lebih rentan terjadi pada pria dibandingkan wanita. Lebih sering mengenai pada usia muda, pemberian antipsikotik potensi tinggi dan penyalahgunaan zat (alkohol atau kokain) dan kondisi komorbiditas, misalnya pada pasien parkinson. 2.4 Gejala Klinis Gejala awal yang timbul termasuk gelisah, agitasi, malaise, atau tatapan tetap. Kemudian timbul gejala yang lebih khas dan ekstrim serta berkelanjutan deviasi mata ke atas. Selain itu, kedua bola mata dapat menyimpang ke atas dan lateral, atau menyimpang ke bawah. Gejala lain yang paling sering ditemukan adalah fleksi leher

2

ke arah lateral, mulut terbuka lebar, lidah terjulur keluar, dan nyeri pada mata. Namun dapat juga dikaitkan dengan adanya spasme pada rahang yang terjadi secara intens dan menyakitkan sehingga dapat mengakibatkan hancurnya gigi. Adapun beberapa gejala tambahan yang timbul selama serangan meliputi gangguan bicara, mata berkedip, lakrimasi, pelebaran pada pupil, keluarnya air liur, peningkatan pada pernafasan, meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, kemerahan pada wajah, nyeri kepala, vertigo, kecemasan, pemikiran kompulsif, paranoid, depresi, ide berulang tetap, dan depersonalisasi. 2.5 Pengobatan Pengobatan yang dapat segera di berikan pada pasien yang mengalami krisis okulogirik, dapat diberikan benztropine, golongan antimuskarinik secara intravena. benztropin (Congentin) 0,5-2 mg dua kali sehari sampai tiga kali sehari. Benztropin mungkin lebih efektif daripada triheksiphenidil pada pengobatan. Dapat juga dilakukan pemberian prosiklidin, yang biasanya efektif dalam waktu 5 menit, meskipun dapat mencapai efek yang penuh dalam 30 menit. Dosis lanjutan prosiklidin mungkin diperlukan setelah 20 menit. Setiap obat baru yang menjadi penyebab harus dihentikan. Krisis okulogirik juga dapat diobati dengan 25 mg diphenhydramine. Pengobatan pada fase akut dapat dilakukan pengobatan dengan Cogentin (IV atau MI) dan atau Benadryl (diphenhydramine) dan / atau Diazepam atau lorazepam. Terapi pemeliharaan dengan bentuk oral dari obat di atas atau amantadine ditunjukkan dalam kasus-kasus berulang kronis. 2.6 Prognosis Efek samping ekstrapiramidal memang mengganggu pasien, namun tanpa obat antipsikosis sulit untuk pasien untuk sembuh dari gejala psikosisnya. Dengan adanya agen antikolinergik, diharapkan efek samping ekstrapiramidal yang salah satunya, krisis okulogirik akibat obat antipsikosis dapat ditekan dan

3

pasien dapat lebih teratur mengkonsumsi obat antipsikosis dan diharapkan dapat meningkatkan kesembuhan dari pasien.

DAFTAR PUSTAKA 1. D,.Sylvia. 2009. Buku Ajar Psikiatri. Ed. 2. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2. http://www.cmdg.org/Movement/drug/Oculogyric_Crisis/oculogyric_crisis.html. Accessed September 27, 2014. 3. Sidharta, Priguna. 2008. Neurologi Klinis dalam Prakrek Umum. Jakarta: Dian Rakyat. 4. http://emedicine.medscape.com/article/814632-clinical#showall.

Accessed

September 27, 2014. 5. Setiabudi R. 2009. Farmakologi dan Terapi. Jakarta:Balai Penerbit FKUI.

4

on

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF