konstipasi pada bayi dan anak

March 8, 2019 | Author: Bridgette Williams | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

slide ika...

Description

TUJUAN  Memahami konstipasi sebagai gejala, bukan penyakit, dengan multietiologi dan pendekatan terapi  Memahami patogenesis dan perjalanan klinis  Memahami strategi tatalaksana

 Memahami keberhasilan terapi tergantung pada kombinasi edukasi, intervensi nutrisi, modifikasi perilaku dan pemantauan

PENDAHULUAN • Konstipasi banyak pada praktek sehari-hari

• Data akurat =  • Konstipasi adalah symptom, bukan penyakit • Definisi : Difficulty or delay of the passage of stool caused by many condition or diseases, either

physical or psychological

EPIDEMIOLOGI  Defekasi normal, petanda anak sehat  Tinja terlalu keras, besar, nyeri, jarang  3% kunjungan dokter anak  10 – 15% kunjungan ahli gastro anak  95% konstipasi fungsional  Seringkali awal penyebabnya sederhana

DEFEKASI

• Axis rectum membentuk sudut 800 dengan axis anal canal o.k. kontraksi kontinue m. puborectalis

• Distensi rectum oleh sisa makanan  keinginan berak  reaktif relaksasi sphincter ani internum dan kontraksi sphincter ani eksternum • Mengejan  sudut antara rectum dan anus menjadi lurus

• Hambatan volunter sphincter ani eksternum  ekspulsi bolus feces

DEFEKASI NORMAL • • •

FREKWENSI KONSISTENSI UKURAN / JUMLAH

FREKWENSI • • • • •

Berubah-ubah sesuai umur Bayi minum ASI, BAB lebih sering daripada bayi minum formula Neonatus = 1 – 9 x/hari 4 bulan = 1 – 2 x/hari 2 tahun = pola dewasa 1 – 3 x/hari – 3x/minggu •

Konstipasi = < 3x/minggu



Frekwensi berak = jarang



Sifat tinja : •

Keras, ukuran > , sulit keluar



Nyeri waktu berak



Disertai perdarahan anal



Sebagian besar (90 – 95%) kasus tidak ada kelainan organik  konstipasi fungsional



5 – 10% ada kelainan organik



Rentang : simple – intractable



Menimbulkan kecemasan pada anak dan orang tua



Cenderung menjadi lebih parah  akibat circulus vitiosus : KONSTIPASI NYERI

BERAK

SAAT BERAK

KERAS

Tinja keras Fisura ani Nyeri waktu defekasi

Witholding Reabsorbsi Tinja makin keras

Makin nyeri Lingkaran setan : nyeri-witholding-skibala

Tinja keras dan besar

Distensi tinja kronik Ambang rangsang Sensasi rektum 

Kemampuan sensor  Panggilan defekasi (-) Lingkaran setan : distensi-sensasi



Bisa akut – bisa khronis ( > 2 minggu )

• Konstipasi kronis : a) Ringan/minimal b) Menetap  terjadi penumpukan dan pemampatan tinja  Encopresis, Soiling •

Encopresis :

involuntary passage of a normal bowel movement in the underwear after the age of 4 years (nggembol)



Soiling : involuntary passage of loose stool resulting in staining in the underwear (kecirit)





Kapan konstipasi khronik fungsional terjadi



Weaning period



Transisi makanan



Penambahan variasi makanan



Menunda berak



Toilet training kurang

bayi

anak besar

Childhood constipation ( umur > 4 th ) •

Bab  2x/minggu



Sering terjadi soiling/encopresis per minggu



Periode bab banyak ( 20 – 30 hr )



Teraba massa di rektum atau abdomen (Paling sedikit ada 2 kriteria)

Untuk mencegah komplikasi yang lebih lanjut, perlu :



EARLY DETECTION



EARLY ATTENTION



EARLY DIAGNOSIS



PROMPT TREATMENT

KLASIFIKASI KONSTIPASI I.

Akut Kronik II. Primer Sekunder III. Klasifikasi berdasar Etiologi • Dietary cause • Drugs • Structural defect of GIT • Abnormality of myenteric ganglion cells • Metabolic & Endocrine disorders • Neurogenic & Psychiatric condition • Idiopathic or functional (waste basket due to lack of fascilities)

IV. Klasifikasi berdasarkan ada tidaknya kelainan organik :

A. Tanpa kelainan struktural •





Kurangnya masa tinja sehingga stimulus untuk gerakan peristalsis masa (mass peristalsis) berkurang –

Anoreksia



Kurang bahan serat dalam makanan

Tinja yang keras meghambat efektivitas gerakan peristalsis masa.



Substitusi susu sapi berlebihan



Dehidrasi dan panas



Sering menahan berak

Tinja yang menyumbat –

Penyumbatan meconium



Konstipasi idiopatik

B. Dengan kelainan struktural usus •

Obstruksi mekanik – Malformasi anorektal : atresia ani, anus ektopik anterior. – Stenosis anal. – Malformasi instestinal : atresia/stenosis intestinal.



Gangguan relaksasi sfinkter ani – Fisura ani



Gangguan pada otot halus usus atau sistem syaraf – enterik. – Pseudo – obstruksi intestinal kronik (Chronic Intestinal Pseudo obstruction) – Aganglionosis kongenital – penyakit Hirschprung – Aganglionosis yang didapat (Acquired aganglionosis) – Intestinal neural dysplasia – Hypo ganglionosis – Kongenital segmental dilatation of the colon

C. Karena sebab diluar usus : • Gangguan sistemik / endokrin – Diabetes mellitus – Sclerosis sistemik – Pheocromocytoma – Hiperparatyroid – Keracunan timah • Gangguan neurologik – Kerusakan sakrum / tulang belakang – Gangguan syaraf pusat – Cerebral Palsy (C.P.) • Gangguan kontraksi otot-otot – Defisiensi/tidak adanya otot abdomen secara kongenital – Floppy infant syndrome

DIAGNOSA A. ANAMNESA : •

UMUR



SEX



KELUHAN UTAMA



RIWAYAT KONSTIPASI : •

Freqwensi & konsistensi berak



Nyeri atau perdarahan waktu berak



Nyeri abdomen



Toilet training



Fecal soiling/encopresis



Kebiasaan menahan berak



Perubahan nafsu makan



Mual, muntah



Penurunan berat badan



Fissura ani, fistula



Pengobatan sekarang :





Diet



Obat = oral, suppositoria

Pengobatan yang lalu : –

Diet



Obat



Hasil laboratorium



Hubungan anak dengan orang tua

RIWAYAT KELUARGA : •

Konstipasi, Hirschproeng disease



Penyakit Thyroid, Parathyroid

RIWAYAT MEDIK : • • • • • • • •

Kondisi saat lahir, umur kehamilan Kapan meconium keluar Penyakit akut Pernah dirawat di RS Imunisasi Allergi Gangguan tumbuh kembang Infeksi saluran kemih berulang

RIWAYAT TUMBUH KEMBANG : •

Normal, terlambat



Prestasi sekolah

RIWAYAT PSIKOLOGIK : • • •

Gangguan psikologik pada anak/keluarga Interaksi dengan teman Temperamen

B. PEMERIKSAAN FISIK : 1. KEADAAN UMUM : tanda vital 2. KEPALA

: mata, hidung, telinga, tenggorok

3. LEHER

:-

4. THORAX

: Cor/Pulmo

5. ABDOMEN

: - Hepar/Lien - Distensi - Fecal mass

6. ANUS

: - Posisi - Tinja disekitar anus / celana dalam - Erythema perianal - Skin tag

- Fissura ani

7. Colok dubur : •

Tonus anus



Fecal mass



Adanya tinja, konsistensi



Bab nyemprot pada waktu jari ditarik



Darah dalam tinja

8. Pemeriksaan punggung : •

Dimple



Tuft of hair

9. Pemeriksaan neurologik : •

Reflex cremaster



Reflex tendon

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG : 1. Laboratorium : •

Hypothyroidi



Hyperkalsemia



Hiperkalemia



Penyakit ginjal khronik



Infeksi saluran kemih

2. Lain-lain : •

Ba Enema  penyakit Hirschproeng



Manometri Rectal



Biopsy rectum

DEFERENTIAL DIAGNOSA NON ORGANIK •

DEVELOPMENTAL : – –



Gangguan kognitif Gangguan perhatian (ADD)

SITUASIONAL : – – – –

Toilet training yang dipaksakan Toilet phobi Intervensi orang tua berlebihan Sexual abuse



DEPRESI



VOLUME TINJA KURANG/ TINJA KERING – – –

Diet rendah serat Dehidrasi Kurang makan, malnutrisi

ORGANIK : •

KELAINAN ANATOMIS : • • •



KELAINAN METABOLIK : • •



Hypothyroidi Hipercalcemia

• •

Hypokalemia Diabetes mellitus

NEUROPATHY • •



Anus imperforatus Stenosis ani Sacral teratoma

Abnormalitas sumsum tulang belakang Neurofibromatosis

KELAINAN SYARAF USUS : •

Penyakit Hirschproeng



KELAINAN OTOT DINDING PERUT: • Prune belly • Gastroschizis • Down syndrome



KELAINAN JARINGAN IKAT : • Scleroderma • Systemik Lupus Eritematosis (SLE)



OBAT : • Opiates • Phenobarbital • Sucralfat • Antasida • Antimotilitas



• • • • • •

Anti hipertensi Anti cholinergic Anti depresant Sympatomimetik Barium pada RÖ Anti inflamasi non steroid

Lain-lain : • Keracunan logam berat • Cow’s milk protein intolerance

OBAT-OBAT UNTUK TERAPI KONSTIPASI •

OSMOTIK

: Lactulosa = 1 – 3 ml/kgBB, dd (Duphalac, Lactulax)

Sorbitol

= 1 – 3 ml/kgBB, dd

(Microlax)



OSMOTIK

: PHOSPHAT ENEMA = < 2 th : tidak boleh

ENEMA



> 2 tahun : 6 ml/kgBB

LUBRICANT : MINERAL OIL = < 1 tahun : tidak dianjurkan (Parafin Liq)

Disimpaction = 15–30 ml/th (max : 240 ml sehari) Maintenance = 1–3 ml/kg/hr



STIMULANT : BISACODYL = > 2 thn = 1 sup/ 1-3 tab/kali (Dulcolax, Laxamex, Prolaxan, Toilax)

GLYCERIN suppotoria



Hampir setiap anak pernah mengalami



Sebab : perubahan makanan, demam, dll



Penting : - anamnesa yang teliti - pemeriksaan fisik



Tatalaksana yang rasional akan mencegah terapi yang berlebihan



Ibu sering memakai sabun untuk mengatasinya

TERAPI •

Tingkatkan intake cairan dan intake kalori dalam bentuk karbohidrat



Tambahkan buah yang kaya serat atau sayur-sayuran sesuai umur



Obat : •

Docusate Sodium (Laxoberon)



Young infant lubricant (mineral oil)



Hindari pemakaian rutin : Suppositoria, enema atau stimulant laxative



25% mulai pada usia 1 tahun



Terbanyak pada usia 2 – 4 tahun



Laki > wanita ( 1,5 : 1 )



Faktor presdiposisi : - genetik - faktor psikologik





Faktor pencetus : •

Perubahan diit



Penyakit-penyakit dengan demam



Pindah rumah/sekolah

Kadang terjadi soiling/encopresis

TERAPI •

HE penting kepada orang tua, anak



Jelaskan mengapa bisa terjadi konstipasi dan encopresis



Jangan salahkan anak bila terjadi encopresis atau soiling



Beri penjelasan bahwa encopresis akan hilang

setelah pengobatan •

Penyembuhan butuh waktu lama



Jelaskan 3 phase pengobatan

PHASE PENGOBATAN INITIAL PHASE : (Phase 1) •

Evakuasi kolon dari tinja yang menumpuk dengan

enema, supositoria atau oral laxative sampai kolon bersih dari tinja yang padat/keras (skibala) •

Program evakuasi tinja biasanya dilakukan selama

2 – 5 hari •

Per oral : mineral oil (parafin liq.) dosis : 15 – 20 ml/th umur (max. 240 ml sehari). Tidak boleh pada bayi



Per rektum : − Enema fosfat hipertonik (3 ml/kg, 2 x sehari, max. 6 x enema − Enema garam fisiologis (600 – 1000 ml) − Pada bayi digunakan supositoria atau enema gliserin 2 – 5 ml

SECOND PHASE : (Phase 2) •

Tujuan mencegah “stool reimpaction”



Diit : − Dianjurkan banyak minum dan mengkonsumsi karbohidrat dan serat

− Buah pepaya, semangka, bengkuang dan melon banyak mengandung serat dan air baik untuk melunakkan tinja − Jus apel, jus pear : banyak mengandung serat dan sorbitol dapat meningkatkan frekuensi berak dan melunakkan tinja



Obat : − Laktulosa (larutan 70%) 1 – 3 ml/kg/hr dalam 2 x pemberian

− Sorbitol (larutan 70%) 1 – 3 ml/kg/hr dalam 2 x pemberian − Bila respon terapi belum memadai mungkin perlu ditambahkan : Cisapride : 0,1 – 0,3 mg, 3 x sehari  4 – 8 mgg

THIRD PHASE : (Phase 3) •

“Behavioral conditioning”



Toilet training : segera setelah makan pagi dan malam anak dianjurkan buang air besar. Bila dilakukan teratur dapat mengembangkan reflek gastrokolik



Mineral oil (parafin liquid) 4x sehari setelah laxative dihentikan



Diet tinggi serat

Bila PHASE 1, 2, 3 gagal : •

Konsultasi psychiatri



Manometric Biofeedback

PROGNOSA •

Prognosa baik : bila tidak ada kelainan psikiatrik atau anatomic



Untuk mencapai hasil yang maksimal : •

Penting, berikan pengertian yang jelas



Agar orang tua dan anak dapat ikut berpartisipasi dan bekerjasama

Evidence based medicine dan konstipasi Katagori kualitas bukti :

I.

Bukti diperoleh dari minimal satu penelitian RCT (randomized controlled trial)

II-1 Bukti diperoleh dari penelitian kohort atau kasuskontrol tanpa randomisasi II-2 Bukti diperoleh dari penelitian kohort atau kasus-kontrol, pada lebih daripada 1 senter atau pusat penelitian II-3 Bukti penelitian dari laporan kasus berkala dan multipel dengan atau tanpa intervensi III Pendapat ahli yang didasarkan pada pengalaman klinis, penelitian deskriptif, atau laporan komite ahli

Rekomendasi umum •







Anamnesis dan pemeriksaan fisis yang lengkap dan cermat merupakan bagian penting dari evaluasi komprehensif bayi atau anak dengan konstipasi (III) Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis yang lengkap dan cermat ternyata cukup untuk menegakkan diagnosis konstipasi fungsional pada banyak kasus (III) Biopsi rektum dengan pemeriksaan histopatologis dan manometri rektum merupakan satu-satunya cara yang akurat untuk menyingkirkan penyakit Hirschprung (II-1) Pada kasus tertentu, pengukuran waktu singgah dengan petanda radio-opak dapat menentukan apakah terdapat konstipasi (II-3)

Rekomendasi untuk bayi •

Pada bayi, evakuasi feses dapat dilakukan dengan supositoria gliserin. Enema harus dihindari (II-3)



Pada bayi, jus yang mengandung sorbitol, seperti jus prune, pear dan apel, dapat mengurangi konstipasi (II-3)



Barley malt extract, corn syrup, laktulosa, atau



Mineral oil (parafin) dan laksatif stimulan tidak

sorbitol (laksatif osmotik), dapat digunakan sebagai pelunak tinja (III) diajurkan pada bayi (III)

Rekomendasi untuk anak : Pada anak, evakuasi tinja dapat dilakukan dengan pengobatan per oral atau rektal, termasuk enema (II-3) Pada anak, diet seimbang yang mengandung whole grains, buah, sayuran, dianjurkan sebagai bahan pengobatan konstipasi (III)

Pemakaian obat-obatan dikombinasikan dengan modifikasi perilaku dapat mengurangi waktu remisi pada anak dengan konstipasi fungsional (I)

Mineral oil (pelicin), laktulosa dan sorbitol (laksatif

osmotik) merupakan obat yang aman dan efektif (I)

Cisapride telah terbukti bermanfaat pada beberapa penelitian (walaupun tidak semua) dan dapat digunakan pada kasus tertentu (I)

Kesimpulan : Konstipasi sering ditemukan pada anak baik yang akut maupun kronik Sebagian besar (90 – 95%) konstipasi pada anak merupakan konstipasi konstitusional Pada sebagian besar kasus anamnesa dan pemeriksaan fisik saja sudah cukup memadai untuk memulai tatalaksana pada anak dengan konstipasi Hanya sebagian kecil kasus (5 – 10%) yang penyebabnya organik, diperlukan beberapa pemeriksaan untuk memastikan penyebab



Pengobatan konstipasi terdiri dari evakuasi tinja dilanjutkan dengan terapi rumatan berupa obat, modifikasi perilaku, edukasi orang tua dan konsultasi



Terapi memerlukan waktu lama (berbulan-bulan)

dan memerlukan kerjasama yang baik dengan orang tua •

Prognosa umumnya baik sepanjang orang tua dan anak dapat mengikuti program terapi dengan baik



Kelainan congenital



Tidak adanya sel-sel ganglion parasimpatis pada plexus myenterikus Auerbach dan plexus submukusus Meisner pada segmen tertentu usus



Kegagalan motilitas segmen usus tersebut



Panjang segmen yang aganglionik bervariasi : •

SS/USS = hanya didaerah sphincter ani



Long segmen = seluruh kolon  usus halus



80% tidak melampaui kolon sigmoid



3% meliputi seluruh kolon

ANGKA KEJADIAN Satu dari tiap 5400-7200 kelahiran Rata – rata 1 dari tiap 5000 kelahiran Perbandingan pria : wanita = 4:1 1,5% - 17,6% ada hubungan kekerabatan Indonesia : ?

Perkiraan : 220 juta penduduk, angka kelahiran 3,5% 1540 Penyakit Hirschsprung di Indonesia per tahun.

GEJALA KLINIK Pada Neonatus Mekanium terlambat keluar Muntah hijau Perut Kembung

Enterokolitis

Pada ANAK Obstipasi menahun Tidak pernah kecipirit Gizi kurang, Perut buncit. Teraba massa (feses)

Pemeriksaan Tambahan

Foto Polos Perut (posisi tegak & lateral prone)

Foto Kolon (enema barium)

Manometri Saat relaksasi

Saat kontraksi Alat manometer Elecyrode di anus dan rektum

PEMERIKSAAN PATOLOGI ANATOMI

Cara bioppsi (tanpa narkose)

Alat biopsi hisap (Noblet)

Hasil PA

DIAGNOSE BANDING NEONATUS Mekonium ileus Atresia usus halus Atresia rektum Atresia anak ANAK Sembelit lain

TERAPI Terapi Medis: 1. Perawatan pra bedah (tanpa komplikasi): Pasang pipa rektum dan bilas kolon (berkala) 2. Perawatan bila didapatkan komplikasi: Pasang pipa rektum menetap dan bilas kolon.

Koreksi defisit cairan/ elektrolit. Antibiotik (gram pos & neg, anaerob). Kolostomi (bila perlu).

3. Perawatan pasca bedah. 4. Lain – lain.

Rectal biopsi revealed absence of ganglion cells for a distance of 1 cm above the internal anal sphincter. The patient responded well to rectal myotomy. (Courtesy of the Dept. of Radiology, Children’s Hospital of Pittsburgh)

Incidence : 1 per 5000 kelahiran hidup Laki : wanita = 4 : 1, untuk long segmen 1 : 1 Biopsi = Aganglionik pada segmen yang terkena Serat-serat neural yang menebal dari system syaraf parasimpatis Segmen usus yang aganglionik  kontraksi tonik  obstruki fungsional Segmen usus proksimal ( yang normal )  mengalami pelebaran

KLINIS Umumnya HD teridentifikasi sebelum bayi berusia 3 bulan Short segmen sering baru terdiagnosa pada usia diatas 5 th Bayi baru lahir : Kelambatan pengeluaran mekonium, malas minum Minggu I kehidupan terdapat gejala obstruksi intestinal parsial/incomplete, muntah bilus, distensi abdomen Bisa terjadi diare + toksik enterokolitis, dehidrasi dan syok Anak lebih besar : Umumnya terdapat riwayat konstipasi + distensi abdomen sejak lahir Teraba masa feces yang besar pada abdomen tetapi pada colok dubur rektum sempit dan kosong BAB bila keluar seperti pellets, soiling jarang terjadi Muntah, diare intermitten  kegagalan pertumbuhan

Radiologis

: ( foto lateral )



Tampak obstruksi intestinal yang rendah



Rektum hanya terisi sedikit udara

NEONATUS DAN BAYI USIA BEBERAPA BULAN : •

Dx akurat sering sulit



Ba enema tak seperti anak besar





Dilatasi kolon belum terjadi



Ukuran kolon bisa normal



Evakuasi barium terlambat ( > 24 jam )



Foto 48 jam = barium  bercampur tinja

Biopsy rektal penting untuk Dx pasti



HD pada bayi perlu koreksi bedah segera



Komplikasi  Enterokolitis



Tanda klinis awal enterokolitis : •

Gagal tumbuh ( failure to thrive )



Distensi abdomen



Dilatasi kolon yang masif



Mual, muntah



Panas



Diare



Dehidrasi dan lethargi

DIAGNOSA  Diperoleh dari riwayat penyakit yang lengkap dan pemeriksaan fisik

 Colok dubur :  rektum sempit, kosong  semburan gas ( flatus ) dan berak cair waktu jari ditarik keluar  Ro : o Plain foto

o Barium enema : membantu menentukan panjang segmen yang terkena  Biopsi rektal : memastikan diagnosa  Manometrik study

TERAPI Terapi medik :  Penting bila ada enterokolitis  Perbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit

 Antibiotika spektrum luas  Evakuasi kolon dengan enema larutan gram fisiologis (saline)

Tindakan bedah :  Pada bayi  buat stoma proksimal dari segmen yang aganglionik

 Pembedahan definitif setelah berat badan ideal  Anak besar mungkin bedah definitif langsung, setelah irigasi kolon yang cukup  SS/USS = dilakukan myectomy

 Terutama pada bayi  Berupa fisura/robekan kulit anus  Akibat keluarnya massa tinja yang keras  Lokasi di garis tengah : anterior/posterior  Ada darah pada permukaan tinja atau menetes dari anus setelah berak  Nyeri anal hebat  bayi rewel  Robekan berulang  “sentinel tag”  Dx : inspeksi  posisi knee chest  erosi superficial / fisura linier / eliptik  Tak terlihat  pemeriksaan rektal

PENATALAKSANAAN •

Harus ditangani dengan tepat :



Cegah timbulnya konstipasi



Jaga berak teratur dengan tinja lunak



Bab 24 jam   suppositoria / enema



Bersihkan anus dengan air dan sabun agar tak menganggu penyembuhan fisur setelah bab



Bila perlu anasthetic oinment ( dibucain )



Kadang perlu operasi pada anak besar dengan fisura ani kronik : peregangan sphincter, eksisi fisur, sphincterectomi anal internal



Incidence : 1 diantara 5000 kelahiran



Terdiri dari beragam anomaly, tanpa lubang anus yang jelas



Kebanyakan disertai fistula ke perineum atau sistim genitourinaria



Mudah didiagnosa pada saat bayi lahir yaitu tidak adanya anus yang normal



Terdapat tanda-tanda obstruksi intestinal

Ada 2 tipe : tipe rendah dan tipe tinggi •

Atresia Ani letak rendah : •

Laki-laki

: mekonium terlihat keluar didaerah perineum : melalui fistula anocutaneus

atau didaerah scrotum •

Wanita

: mekonium keluar melalui fistula anocutaneus atau fistula anovestibular



Atresia Ani letak tinggi : •

Mekonium tidak terlihat keluar didaerah perineum



Mekonium keluar : •

pada laki-laki bersama kencing melalui fistula recto urethral atau recto vesical



pada wanita melalui fistula recto vaginal



Pemeriksaan Radiologis penting, untuk menentukan letak rendah atau letak tinggi

(minimal 12 jam setelah lahir) •



USG dan Magnetic Rosonance Imaging (MRI): •

Menentukan tingginya blind pouch



Keadaan sistim genitourinarius

Voiding cystourethrogram untuk memastikan adanya fistula rekto vaginal

PENATALAKSANAAN Atresia ani letak rendah : •

Dilatasi



Anoplasty perianal

Atresia ani letak tinggi •

Kolostomi sementara



Rekonstruksi anorektal



Dapat mengakibatkan retensi tinja yang berat



Khas konstipasi dimulai sejak usia awal bayi



Tinja berukuran kecil



Dapat terjadi :



Congenital



Acquired pada komplikasi pembedahan atresia ani



Penyebab sering konstipasi intraktabel pada anak



Khas konstipasi terjadi pada awal usia bayi, jarang sesudah usia 1 tahun



Pada beberapa anak dapat terjadi enkopresis



Kesulitan defekasi akibat saluran anal yang menyerong (oblique)

Kepustakaan : 1. Agus Firmansyah Konstipasi pada Anak. Current Management of Pediatrics Promblems. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XVLI, FKUIRSCM, Jakarta 5-6 September 2004 2. Alberto Pena Surgical Conditions of the Anus Rectum and Colon in. Nelson Textbook of Pediatrics 15 th Edition WB Saunders Company ; 1996, 1112 – 1113 3. International Seminars in Pediatrics Gastroenterology and Nutrition Vol. 1 Number 4 dec 1992 4. Like Djupri Konstipasi pada bayi dan anak Bulletin Ilmu Kesehatan Anak, Th. XXVI, No. 1 ; 1998, 1 – 27 5. M. Stephen Murphy. Constipation In. Walker, Pediatric Gastrointestinal Disease Pathology Diagnostic and Treatment BC. Becker ; 1991 : 90 – 107 6. Susan S Baker et al Constipation in Infants and Children, Evaluation and Treatment Journal of Pediatrics Gastroenterology and Nutrition; 1999, 612 – 626

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF