Komp Lem Enter
April 27, 2018 | Author: Dudi | Category: N/A
Short Description
pengobatan komplementer asuhan kebidanan...
Description
GASTER Vol. XII No. 1 Februari 2015
PELAKSANAAN PELAYANAN KEBIDANAN KOMPLEMENTER PADA BIDAN PRAKTEK PRAKTE K MANDIRI MANDI RI DI KABUP KABUPA ATEN KLATEN
Gita Kostania Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surakarta
ABSTRAK
Paradi gma pelayanan pelay anan kebidanan kebi danan saat ini telah mengalami mengal ami pergeseran. pergeser an. Latar Belakang: Belakan g: Paradigma Selama satu dekade ini, asuhan kebidanan dilaksanakan dengan mengkombinasikan pelayanan kebidanan konvensional dan komplementer, serta telah menjadi bagian penting dari praktek kebidanan (Harding & Foureur, 2009). Walaupun di Indonesia belum ada Undang-Undang yang mengatur secara khusus khusus tentang pelaksanaan pelaksanaan pelayanan kebidanan komplementer, komplementer, namun penyelenggaraa penyelenggaraan n pengobatan pengobatan komplementer komplementer secara umum telah diatur dalam Keputusan Keputusan Menteri Kesehatan No.1109/Menkes/Per/IX/200 No.1109/Menkes/Per/IX/2007 7 tentang pengobatan komplementer-alternatif. komplementer-alternatif. Tujuan: untuk mengetahui pelaksanaan pelayanan kebidanan komplementer pada Bidan Praktek Mandir i (BPM) di kabupaten Klaten. Metode: Survey, jenis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang melaksanakan praktek kebidanan secara mandiri di wilayah kabupaten Klaten sejumlah 516 bidan. Pengambilan sampel secara purposive, didapatkan jumlah sampel sampel sebanyak 181 responden. responden. Data dianalisis dan disajikan secara kuantitatif dalam bentuk distribusi frekuensi, dan kualitatif menggunakan model interactive menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013). Hasil: Pelayanan kebidanan komplementer dilakukan komplementer dilakukan oleh 14.4% responden. Sebagian besar responden berusia 3645 tahun (59.7%), menempuh pendidikan bidan pada tingkatan Diploma III Kebidanan (68.5%), menjalankan praktek mandiri selama d”10 tahun (43.1%), belum pernah mengikuti seminar/ pelatihan tentang pelayanan kebidanan komplementer (86.2%), dan memiliki pengetahuan pengetahuan yang cukup tentang pelaksanaan pelayanan kebidanan komplementer (50.8%). Jenis pelayanan yang paling banyak dilakukan adalah pijat (80.8%), dilanjutkan hipnoterapi (15.5%), acupressure (15.5%), penggunaan obat herbal/ramuan tradisional sebagai pelengkap obat konvensional (11.5%), dan yoga (3.8%). komplementer.. Kata Kunci: pelayanan kebidanan, komplementer
A. PENDAHULUAN
Paradigma pelayanan kebidanan saat ini telah mengalami pergeseran. Selama satu dekade ini, asuhan kebidanan dilaksanakan
46
Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...
dengan mengkombinasikan pelayanan kebidanan konvensional dan komplementer, serta telah menjadi bagian penting dari praktek kebidanan. (Harding & Foureur, 2009).
GASTER Vol. XII No. 1 Februari 2015
Pelayanan kebidanan merupakan bagian
No.1109/Menkes/Per/IX/2007) No.1109/Menkes/Per /IX/2007) Bagi banyak
integral dari sistem pelayanan kesehatan yang
bi dan da n dan da n wa ni ta, ta , pe la ya na n kebi ke bi da nan na n
diberikan oleh bidan yang telah terdaftar, dapat
komplementer adalah pilihan untuk
dilakukan secara mandiri, kolaborasi dan
mengurangi intervensi medis saat hamil dan
rujukan kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu
melahirkan, dan berdasarkan pengalaman
nifas, bayi baru lahir, bayi dan anak, serta wanita
hal tersebut cukup membantu. Namun,
usia reproduksi dan usia lanjut. (Kepmenkes
sebagian besar terapi ini tidak dianggap
RI, No.369/MENKES/SK/III/2007)
bermakna dalam dala m pengobatan pengobata n konvensional. konvensio nal.
Walaupun di Indonesia belum ada Undang-Undang yang mengatur secara khusus tentang pelaksanaan pelayanan kebidanan komplementer, namun penyelenggaraan peng pe ngob obaa tan ta n komp ko mple leme ment nter er se cara ca ra umum um um telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang pengobatan komplementer-alternatif. Pelayanan kebidanan komplementer merupakan bagian dari penerapan pengobatan komplementer dan alternatif dalam tatanan pelayanan kebidanan. Sesuai dengan Peraturan Menteri
(Ernst&Watson, 2012) Hal ini disebabkan oleh kelangkaan dalam hal bukti klinis dan informasi yang diterbitkan sehubungan dengan efektivitas pelayanan kebidanan komplementer pada kehamilan, persalinan dan nifas. Meskipun demikian, seperti yang telah disebutkan dalam paragraf pertama bahwa telah terjadi peningkatan tajam dalam jumla jum lah h dan berbag ber bagai ai infor inf ormas mas i menge me nge nai terapi komplementer dalam kebidanan selama satu dekade terakhir. terakh ir. (Ernst&Watson, 2012) Dari beberapa informasi yang peneliti peroleh, perol eh, pelaksana pelak sanaan an pelayanan pelay anan kebidanan kebida nan
dan alternatif adalah pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif dengan kualitas, keamanan dan
komplementer di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh sektor swasta/mandiri, namun juga pemerintah (Puskesmas dan Rumah Sakit). Akan tatapi, pelaksanaan pada sektor pemerintah pemer intah terhambat terham bat prosedur tetap yang masih harus mengacu pada
Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ... 47
GASTER Vol. XII No. 1 Februari 2015
p e l a y a n a n k e b i d a n a n ko nv e n s i o na l ,
pertanyaan bagaimana (how) (Notoatmodjo,
sehingga pelaksanaan pelayanan kebidanan
2012). Pengambilan data secara survey pada
komplementer lebih banyak dijumpai pada
BPM di wilayah Kabupaten Klaten dilakukan
sektor swasta.
pada bulan Agustus 2014. Sedangkan secara
Keberadaan jurusan kebidanan Poltekkes Surakarta di Klaten yang mempunyai
keseluruhan, penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan November 2014.
unggulan pada bidang pelayanan kebidanan
Subyek dalam penelitian ini adalah bidan
komplementer, diharapkan dapat membawa
yang memiliki BPM. Subyek penelitian
dampak positif pada pelayanan kebidanan
terdiri atas populasi dan sampel. Populasi
komplementer di Klaten. Disamping
dalam penelitian ini adalah seluruh bidan
diimplementasikan dalam kurikulum
yang melaksanakan praktek kebidanan secara
p e ndi dik a n, J u rus a n K e bid a na n j u ga
mandiri di wilayah kabupaten Klaten sejumlah
membuka pelatihan tentang pelayanan
516 bidan. Pengambilan sampel dilakukan
kebidanan komplementer terintegrasi untuk
dengan menggunakan teknik pu rpo sive
par a bi da n yang suda h mau pun belum
sampling , yaitu cara pengumpulan data dipilih
memiliki klinik mandiri. Secara umum,
dengan pertimbangan dan tujuan tertentu
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
(Lameshow, 1997). Penentuan sampel dengan
bagaimana pelaksanaan pelayanan kebidanan
teknik ini dibatasi oleh kriteria inklusi dan
komplementer pada Bidan Praktek Mandiri di
eksklusi. Kriteria inklusi meliputi: 1) bidan
kabupaten Klaten.
yang terdaftar dan mempunyai izin untuk dapat melaksanakan praktek kebidanan
B.
BAHAN DAN METODE
secara mandiri, aktif di organisasi profesi,
Penelitian ini menggunakan metode survey,
dan menjalankan praktek kebidanan sesuai
dimana penelitian dilakukan tanpa melakukan
dengan standar pelayanan kebidanan; 2)
intervensi terhadap subyek penelitian. Jenis
melaksanakan pelayanan kebidanan secara
penelitian survey ini adalah deskriptif, dimana
menyeluruh, meliputi: kehamilan, persalinan-
penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan
nifas, bayi dan balita, dan kesehatan reproduksi
suatu fenomena dengan pola menjawab
wanita; dan 3) bersedia bekerjasama dengan
48 Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...
GASTER Vol. XII No. 1 Februari 2015
peneliti untuk menjadi responden. Sedangkan
mendalam untuk melengkapi data sesuai tujuan
kriteria eksklusinya adalah responden yang
penelitian. Wawancara mendalam dilakukan
tidak mengisi dan tidak mengikuti rangkaian
secara langsung oleh peneliti baik mendatangi
penelitian secara lengkap. Berdasarkan kriteria
langsung ke kediamannya maupun wawancara
tersebut, jumlah sampel yang memenuhi
melalui telepon. Teknik wawancara mendalam (in
kriteria survey sebanyak 181 responden.
depth interiview) yaitu suatu teknik yang digunakan
Survey dilakukan dalam dua tahap, tahap pe rtam a de ngan me mbagikan kuesi oner / angket yang berisi beberapa pertanyaan
untuk mengekplorasi dan memperluas informasi terpendam dengan menggunakan pertanyaan terbuka (Sugiyono, 2010).
terkait pelaksanaan pelayanan kebidanan
Data hasil penelitian disajikan dalam
komplementer, dan dilengkapi dengan
bentuk distribusi frekuensi dan kuotasi hasil
pertanyaan mengenai karakteristik responden.
wawancara. Penyajian hasil dalam bentuk
Pelayanan kebidanan komplementer yang
distribusi frekuensi merupakan bagian dari
dimaksud adalah pelayanan kesehatan yang
penelitian deskriptif kuantitatif. Sedangkan
diberikan oleh bidan yang telah terdaftar yang
penyajian data hasil penelitian dalam bentuk
dapat dilakukan secara mandiri kepada ibu
kuotasi merupakan bagian dari penelitian
hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi baru lahir,
deskriptif kualitatif.
bayi dan anak, serta wanita usia reproduksi dan usia lanjut, dengan menerapkan pengobatan non konvensional (alternatif dan tradisional) yang ditujukan untuk mendukung keadaan normal klien atau sebagai pilihan alternatif dalam mengatasi penyulit ataupun komplikasi.
Untuk menyajikan secara kuantitatif, digunakan rumus sederhana dengan menghitung frekuensi, f= (n/N) x 100%, dimana f=frekuensi, n=jumlah responden, dan N=jumlah total sampel. Sedangkan penyajian data secara kualitatif diolah dan dianalisis
Kuesioner dibagikan melalui bidan
menggunakan model interactive menurut
koordinator masing-masing wilayah. Setelah
Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013).
data kuesioner didapat, maka dilakukan analisis
Analisis ini terdiri atas empat langkah, yaitu:
data sementara, kemudian peneliti menentukan
pengumpulan data, reduksi data, penyajian
responden yang akan diwawancara secara
data, dan penarikan kesimpulan.
Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...
49
GASTER Vol. XII No. 1 Februari 2015
Data/informasi yang dianalisis pada tahap
Secara keseluruhan, komposisi bidan
dua ini meliputi alasan bidan mempraktekkan
yang melaksanakan pelayanan kebidanan
terapi komplementer dalam pelayanan
komplementer lebih sedikit dibandingkan
kebidanan, dan pendapat bidan tentang terapi
dengan bidan yang hanya melaksanakan
komplementer dalam praktek kebidanan.
pel aya nan ke bidana n kon ven sion al
Untuk memeriksa keabsahan data digunakan
(14.4%30 tahun
0.0
0
Jumlah
4) Keikutsertaan dalam Seminar/ Pelatihan tentang Pelayanan Kebidanan Komplementer Sebagian besar responden
100.0
Sumber: Data Primer 2014
belum pernah mengikuti seminar/ pe latiha n te nt an g pe lay ana n
Lamanya praktek diasum-
kebidanan komplementer
sikan akan melatarbelakangi
(86.2%). Sedangkan pada bidan
seorang bidan dalam berperilaku,
yang memberikan pelayanan
yaitu membuka jenis pelayanan
kebidanan komplementer (50%)
baru dalam menjalankan praktek
sudah mengikuti seminar tentang
mandiri. Menurut Green (1991),
pelayanan kebidanan.
perilaku seseorang ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan tradisi yang berlaku di masyarakat. Lamanya
Tabel 8. Karakteristik Responden berdasar Keikutsertaan dalam Seminar/Pelatihan tentang Pelayanan Kebidanan Komplementer Keikutsertaan dalam Seminar/ Pelatihan
p ra k t e k le bi h me n e nt uka n pe ngalam an da n kema mpua n
No.
seseorang dalam melakukan tindakan/keterampilan, sehingga disebut ahli dan terampil. Empat tingkatan tindakan menurut Notoatmodjo (2007), persepsi, respon terpimpin, mekanisme, dan adaptasi. Seseorang dengan tingkat pengalaman yang tinggi, respon adaptasinya sudah
tersebut.
54
Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...
Persentase (%)
1
Sudah
25
13.8
2
Belum
156
86.2
181
100.0
Jumlah
Sumber: Data Primer 2014
Tabel 9. Karakteristik Bidan yang Memberikan Pelayanan Kebidanan Komplementer berdasar Keikutsertaan dalam Seminar/Pelatihan tentang Pelayanan Kebidanan Komplementer
berkembang dengan baik tanpa mengurangi kebenaran tindakan
Jmlh (n)
No.
1
Keikutsertaan dalam Seminar/ Pelatihan
Sudah
Jmlh Persen(n) tase (%)
13
50.0
GASTER Vol. XII No. 1 Februari 2015
Keikutsertaan dalam Seminar/ Pelatihan
No.
2
Belum
keterpaduan menalar secara Jmlh Persen(n) tase (%)
ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang
13
Jumlah
50.0
kerjanya (Budiman, 2013).
100.0
b. P e n g e t a h u a n R e s p o n d e n Sumber: Data Primer 2014
tentang Pelayanan Kebidanan Keikutsertaan dalam seminar
Komplementer
dapat melatarbelakangi tingkat pengetahuan seseorang. Dengan mengikuti seminar, bidan mendapatkan informasi dan pe ng al am an ba ru . Inf or mas i mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan. Pengalaman sebagai sumber pengetahuan merupakan suatu cara untuk memperoleh
Sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang pelaksanaan pelayanan kebidanan komplementer (50.8%). Didapati responden dengan pengetahuan kurang (7.7%). Pengetahuan bidan yang memberikan pelayanan kebidanan komplementer mayoritas dalam kategori baik (69,2%).
kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pe ng et ah ua n ya ng di pe rol eh
Tabel 10. Pengetahuan Responden tentang Pelayanan Kebidanan Komplementer
dalam memecahkan masalah yang dihadapi pada masa lalu.
Keikutsertaan dalam Seminar/ Pelatihan
No.
Pengalaman belajar dan informasi b a r u da l a m b e k e r j a y a n g
p r o f e s i o n a l , s e r t a d a p a t mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang
Persentase (%)
1
Baik (7575 100%)
41.4
2
Cukup (5674%)
92
50.8
3
Kurang (d”55%)
14
7.7
181
100.0
dikembangkan akan memberikan pengetahuan dan keterampilan
Jmlh (n)
Jumlah
Sumber: Data Primer 2014
merupakan manifestasi dari Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...
55
GASTER Vol. XII No. 1 Februari 2015
pe ri la ku ya ng tid ak di da sar i
Tabel 11. Pengetahuan Bidan yang Memberikan Pelayanan Kebidanan Komplementer tentang Pelayanan Kebidanan Komplementer Keikutsertaan dalam Seminar/ Pelatihan
No.
Jmlh Persen(n) tase (%)
1
Baik (75100%)
18
69.2
2
Cukup (5674%)
8
30.8
3
Kurang ( 55%)
0
0.0
Jumlah
100.0
Sumber: Data Primer 2014
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah
2007). 3. Jenis pelayanan Kebidanan Komplementer yang Dipraktekkan pada Bidan Praktek Mandiri Tabel 12. Jenis Pelayanan Kebidanan Komplementer yang Dipraktekkan Bidan No.
Jenis Pelayanan
Jmlh (n)
Persentase(%)
1
Pijat/Massase
21
80.8
2
Hipnotherapi
4
15.4
3
Akupressure
4
15.4
4
Yoga
1
3.8
5
Obat Herbal/ 3 R a m u a n Tradisional
11.5
Sumber: Data Primer 2014
orang melakukan penginderaan
Total responden di wilayah kabupaten
terhadap suatu obyek tertentu.
Klaten yang memberikan pelayanan
Penginderaan terjadi melalui
kebidanan komplementer sebanyak 14,4%,
pa nca in dera ma nusi a, yaitu:
dari total responden 181 bidan. Jenis
indera penglihatan, pendengaran,
pelayanan yang paling banyak dilakukan
pe nc iuma n, ra sa dan rab a.
adalah pijat (80.8%), hipnoterapi dan
Sebagian besar pengetahuan manusia manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku yang didasarkan oleh
56
oleh pengetahuan (Notoatmodjo,
acupressure juga banyak dilakukan oleh bidan dengan persentase yang sama (15.5%), selanjutnya penggunaan obat herbal/ramuan tradisional sebagai pelengkap obat konvensional (11.5%), dan yoga (3.8%).
penge tahua n da n ke sadaran
Hasil penelitian Koc Z (2012) di
akan lebih langgeng daripada
Turki, menyebutkan bahwa 58.9%
Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...
GASTER Vol. XII No. 1 Februari 2015
dari 129 bidan yang bekerja pada pusat
a.
Intervensi tubuh dan pikiran (mind
kesehatan keluarga wilayah Samsun
and body interventions) meliputi :
memberikan pengobatan alternatif dan
Hipnoterapi, mediasi, penyembuhan
komplementer pada pasiennya terutama ibu
spiritual, doa dan yoga
hamil. Penggunaan obat herbal (32.6%),
b. Sistem pelayanan pengobatan alternatif
akupunktur 1.6%, teknik relaksasi (6.2%).
meliputi: akupuntur, akupresur, naturopati, homeopati, aromaterapi, ayurveda
Sedangkan hasil penelitian Samuel N (2010) di Israel, menyebutkan bahwa
c.
chiropractice, healing touch, tuina,
87.3% dari total responden (perawat-bidan)
shiatsu, osteopati, pijat urut
sejumlah 238 orang, menggunakan terapi komplementer pada pasiennya selama hamil, kelahiran dan nifas. Sebanyak
d. Pengobatan farmakologi dan biologi meliputi: jamu, herbal, gurah e.
(67.1%) menggunakan terapi massage,
sebanyak (29.9%) doa/spiritual. Apabila dibandingkan dengan total responden, jumlah bidan yang menggunakan terapi komplementer di Turki (58.9%) dan di Israel (87.3%) masih lebih banyak dibanding dengan hasil penelitian ini (14.4%). Jumlah ini masih jauh dari harapan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI, dimana pengobatan dan terapi komplementer telah diatur dalam PERMENKES No: 1109/ Menkes/Per/IX/2007. Adapun jenis-jenis terapi komplementer antara lain:
Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan meliputi: diet makro
(48.6%) obat-obatan herbal, (42.2%) meditasi, (40.5%) terapi sentuh, dan
Cara penyembuhan manual meliputi:
nutrient, mikro nutrient f.
Cara lain dalam diagnosa dan pengo batan meliputi: terapi ozon, hiperbarik. Berdasarkan peraturan menteri
kesehatan RI tentang jenis-jenis terapi komplementer yang telah diakui di Indonesia yang tersebut di atas, sebenarnya setiap tenaga kesehatan mempunyai perlindungan hukum untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan menggunakan terapi komplementer sesuai dengan lingkup pelayanan berdasarkan profesinya. Dalam pelayanan kebidanan, hampir semua yang tersebut di atas dapat diaplikasikan oleh bidan pada ibu dan anak.
Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...
57
GASTER Vol. XII No. 1 Februari 2015
Terapi Komplementer
No.
Pada poin ini, disajikan jenis-jenis
2
khususnya untuk terapi pijat/massage dan penggunaan obat herbal/ramuan tradisional. Dari total responden yang melaksanakan pelayanan kebidanan komplementer (14.4% dari 181 responden), sebanyak (80.8%) menjalankan praktek massase/pijat, jenis-jenisnya meliputi: pijat oksitosin (47.6%), pijat full body (33,3%), pi jat ba yi (81%), ma ss ag e pa yuda ra (42.9%), dan massage perineum (4.8%). Sedangkan sebanyak (11.5%) memberikan obat herbal/ramuan tradisional dengan jenis: ekstrak daun katuk racikan (66.7%), dan jamu uyup-uyup (33.3%).
Jenis Pelayanan
Jumlah (n)
Persentase (%)
a. Ekstrak daun katuk (Racikan)
2
66.7
b. Jamu uyup uyup
1
33.3
Obat Herbal/ Ramuan Tradisional
Sumber: Data Primer 2014
a.
Pijat Oksitosin Oksitosin merupakan suatu hormon yang dikenal mempunyai kemampuan untuk menstimulasi pengeluaran air susu ibu (ASI) dan kontraksi uterus. Hormon oksitosin ju ga be rper an da la m ke ce ma sa n, po la makan, pe ri laku so cia l da n respon stress. (Hashimoto, 2014) Pijat oksitosin merupakan pemijatan
Tabel 13. Jenis Pelayanan Kebidanan Komplementer yang Dipraktekkan Bidan
tulang belakang pada costa ke 5-6 sampai ke scapula yang akan
No.
1
Jenis Pelayanan
Jumlah (n)
Persentase (%)
mempercepat kerja saraf parasimpatis
a. Pijat Oksitosin
10
47.6
mengeluarkan oksitosin. (Depkes RI,
b. Pijat Nifas
7
33.3
c. Pijat bayi
17
81.0
d. Massage payudara
9
42.9
e. Massage perineum
1
4.8
Pijat/Massase
2009) Berdasarkan hasil wawancara pa da b id a n ya n g m e m be r i k a n pelayanan kebidanan komplementer, mereka melakukan pijat oksitosin pada ibu nifas mulai hari pertama.
58
Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...
GASTER Vol. XII No. 1 Februari 2015
Menurut bidan, pijat oksitosin yang
semangat dan melepaskan ketegangan
mereka implmentasikan terbukti dapat
emosi yang terjadi. Menjalani terapi
memperlancar produksi ASI, pada
massage juga aka n membantu ibu
kira-kira 20 menit setelah pemijatan.
nifas untuk mendapatkan relaksasi
Pemijatan dilakukan oleh suami ibu
yang maksimal yang diperlukan
nifas selama 15 menit minimal sehari
selama masa pemulihan. Massage
sekali.
nifas dapat dilakukan tepat setelah ibu melahirkan secara normal.
b. Pijat Nifas Pijat nifas yang dimaksud adalah
c.
Pijat Bayi
massase pada ibu nifas yang dilakukan
Hampir semua bidan dalam
dari kepala hingga ke kaki. Pijat ini
pe ne lit ian ini ya ng me nj alanka n
dilakukan dalam rangkaian postnatal
praktek kebidanan komple menter,
treatment (spa postnatal). Pijat ini
menyatakan bahwa pijat bayi yang
umumnya dilakukan bidan pada
dilakukan pada pasien/klien awalnya
minggu pertama hingga minggu
dilakukan karena permintaan ibu
kedua setelah persalinan ibu nifas.
(klien). Beberapa bidan menerima
Hasil wawancara menjelaskan bahwa
pe mijat an ba yi da lam ra ng ka ian
tujuan dari dilakukannya perawatan
perawatan baby spa. Hasil pemaparan
nifas (spa nifas) dengan melakukan
bidan menjelaskan bahwa dengan pijat
pemijatan (massage) adalah untuk
bayi, akan membuat bayi tidak ‘rewel’
melancarkan aliran darah dan
dan meningkatkan nafsu makan. Usia
meningkatkan kenyamanan ibu nifas.
bayi yang dipijat bervariasi, rentang
Manurut Nadya (2013), massage nifas sangat membantu ibu dalam masa nifas dalam proses penyembuhan
0-12 bulan. Temuan ini didukung oleh penjelasan Idward (2012), bahwa pijat bayi mempunyai banyak keuntungan, antara lain mengurangi
selama masa nifas. Massage nifas akan membantu ibu dalam memulihkan
kebiasaan menangis, menaikkan berat bada n, membuat bayi mudah
Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...
59
GASTER Vol. XII No. 1 Februari 2015
tidur, melatih eye contact dengan ibu,
komplementer, (4.8%) /1 orang
mengurangi level stres hormon bayi,
bidan melakukan praktek massage
juga membantu bayi untuk buang air
perineum pada ibu hamil trimester
besar. Pijat bayi dilakukan pada saat
3. Bidan tersebut menjelaskan, pijat
bayi dal am kea daan santa i dan di
perineum yang dilakukan bermanfaat
tempat yang hangat. Dapat dilakukan
untuk mengurangi kejadian robekan
sampai usia 3-4 tahun.
pe rin eu m pa da saat pe rsa lia na n,
d. Massage P ayudara
terutama pada primigravida. Pijat perineum dilakukan sendiri oleh ibu
Massage payudara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemijatan payudara pada masa nifa s. Bidan
hamil di rumah, dan peran bidan adalah memberikan edukasi saat pemeriksaan kehamilan.
yang memberikan perawatan ini, melakukannya bersamaan dengan
Massage perineum merupakan
po st na tal tre at men t . Pemaparan
pijatan atau penguluran ( stretching )
bidan menjelaskan bahwa pemijatan
lembut yang dilakukan pada area
dilakukan dengan lembut, bertujuan
perineum (kulit di antara anus dan
untuk memperlancar produksi ASI.
vagina). Pijat perineum bertujuan
Pemaparan bidan diperkuat
untuk meningkatkan elastisitas
dengan penjelasan berikut. Pemijatan
perineum. Peningkatan elastisitas
payudara setelah persalinan (masa
perineum akan menc egah kejadian
nifas) bertujuan untuk merangsang dan
robekan perineum pada saat persalinan
meningkatkatkan volume ASI, serta
normal maupun pada episiotomi.
mencegah pembengkakan payudara.
Bukti telah didapatkan dari beberapa
Pemijatan payudara bisa dimulai hari
penelitian bahwa dengan melakukan
kedua masa nifas (Nakita, 2014).
massage pada daerah perineum memberikan manfaat dalam hal
e.
60
Massage Perineum
mengurangi kejadian laserasi dan
Dari (14.4%) bidan yang
episiotomi. Pemijatan perineum
memberikan pelayanan kebidanan
sebaiknya dilakukan sejak enam
Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...
GASTER Vol. XII No. 1 Februari 2015
minggu sebelum hari-H persalinan,
kalium, fosfor, dan magnesium.
sebanyak 5-6 kali dalam seminggu
Warna daunnya hijau gelap karena
secara rutin. Selanjutnya selama
f.
2 minggu menjelang persalinan,
dapat digunakan untuk memperlancar
pemijatan dilakukan setiap hari dengan
produksi ASI. Diolah seperti sayuran
durasi 3-5 menit (Admin, 2014).
kangkung atau daun bayam, maupupun
Obat Herbal Penggunaan obat herbal/ramuan tradisional dalam penelitian ini
dalam bentuk ekstrak (Wiki, 2013). Jamu uyup-uyup merupakan istilah jamu (minuman obat tradisional) di daerah Jawa Tengah dan Jawa
yaitu berupa ekstrak daun katuk dan jamu uyup-uyup. Ekstrak daun katuk dan jamu uyup-uyup diberikan oleh bi da n se ba ga i pe ndam pi ng obat obatan medis yang umum diberikan selama masa nifas. Ekstrak daun katuk dan jamu uyup-uyup berkhasiat untuk melancarkan dan meningkatkan pr od uk si AS I. Da un ka tuk ya ng diberikan bidan dalam sediaan ekstrak (pil), sedangkan jamu uyup-uyup dalam sediaan cair.
Timur. Disebut juga jamu “ gepyokan”. Jamu uyup-uyup merupakan minuman obat herbal yang dibuat dari tanaman rimpang yang diolah dalam bentuk simplisia, dalam keadaan utuh maupun dihaluskan, kemudian direbus dan diambil sarinya. Kegunaannya adalah untuk meningkatkan produksi ASI. Dalam tradisi jawa, jamu uyup-uyup masuk dalam kategori jamu gendong, merupakan warisan leluhur budaya Jawa yang diturunkan sejak jaman Majapahit. Bahan rimpang jamu uyup-
Daun katuk dapat mengandung hampir 7% protein dan serat kasar sampai 19%. Daun ini kaya vitamin K, selain pro-vitamin A (beta-karotena), B, dan C. Mineral yang dikandungnya adalah kalsium (hingga 2,8%), besi,
uyup untuk melancarkan produksi ASI terdiri atas: kencur, jahe, bangle, lengkuas, kunyit, temulawak, puyang dan temugiring, dapat ditambah gula dan asam jawa atau jeruk nipis (Wiki, 2013).
Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...
61
GASTER Vol. XII No. 1 Februari 2015 5.
Alasan Bidan Mempraktekkan Terapi Komplementer dalam Pelayanan Kebidanan
komplementer, umumnya beberapa di antaranya memberikan jawaban yang sama. Untuk mendukung ringkasan jawaban
Untuk mengetahui alasan bidan mempraktekkan terapi komplementer dalam pelayanan kebidanan, peneliti
tersebut di atas, peneliti cantumkan beberapa kuotasi hasil wawancara berikut ini:
memberikan pertanyaan terbuka pada beberapa responden yang memberikan pe la ya na n ke bi da na n ko mpl em en ter (14.4%). Pada item pertanyaan ini, jawaban informan telah peneliti rangkum pada tabel di bawah ini:
“ Alas an sa ya me mb uk a lay an an komplementer terapi di BPM karena saya ingin mempraktekkan ilmu yang sudah saya dapat, sehingga dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat tentang pengobatan komplementer dan alternative
Tabel 14. Alasan Dilaksanakan Pelayanan Kebidanan Komplementer No.
1
Mengedukasi masyarakat bahwa terapi komplementer merupakan upaya preventif dalam mendukung tercapainya derajat kesehatan masyarakat.
2
M e n d u k un g pe n g o ba t an / t e ra p i konvensional yang menggunakan obat
3
Te ra p i k o mp l em en t er m en st im u la si kekuatan alami terapeutik dari tubuh pasien/klien sehingga aman dan tanpa efek samping
4
5
6
62
Alasan bidan mempraktekkan pelayanan kebidanan komplementer
Meningkatkan daya saing pasar dan merupakan pembeda/unggulan dengan BPM yang lainnya Memenuhi permintaan pasien/ klien atas terapi non konvensional sehingga meningkatkan kepuasan klien M en gu ra ng i a ng ka k e sa ki t an a ki ba t kesalahan pertolongan oleh tenaga non kesehatan yang tidak terlatih
medis, juga menambah variasi layanan jasa bu, jadi biar tambah ramai dan bisa bersaing dengan bidan-bidan baru ”. (Bidan #8 ) “Saya mencoba bu, setelah beberapa kali ikut seminar tentang terapi komplementer dan pengobatan alternative, ya itun g- itun g sam bi l me ng edu kas i masyarakat bahwa pemerintah juga mendukung pengobatan komplementer. Saya juga ingin BPM Saya punya unggulan, jadi bisa bersaing bu”. (Bidan #31) “Terapi komplementer yang Saya
Dari total informan yang peneliti
praktekkan bertujuan untuk mendukung
wawancara (26 bidan) terkait alasannya
pengo ba tan me d is y an g bi asa ny a
memberikan pelayanan kebidanan
dilakukan. Saling melengkapi bu. Seperti
Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...
GASTER Vol. XII No. 1 Februari 2015
pi jat dan hip not er ap i, me mb er ikan
beberapa kuotasi hasil wawancara berikut
stimulus sehingga tubuh akan merespon
ini:
dengan sendirinya. Jadi obat-obatan yang tidak perlu tidak Saya berikan. Memang terapi ini aman, tanpa efek samping ”. (Bidan #57)
“Saya sudah pernah dengar istilah komplementer, tetapi Saya belum tahu info dimana tempat pelatihan tentang pemberian terapi komplementer dalam
Untuk mambantu menganalisis
pelayanan kebidanan, kalau ada Saya
tentang pelaksanaan pelayanan kebidanan
juga berminat bu. Masyarakat sepertinya
komplementer di kabupaten Klaten,
kurang berminat ya bu ke bidan untuk
peneliti juga mengajukan pertanyaan pada
sekedar pijat, karena mereka tahunya ya
bidan yang tidak memberikan pelayanan
mbah dukun yang melakukan, kebetulan
kebidanan komplementer pada pasiennya
dukun di wilayah Saya masih ada, dan
(85.6%). Alasan mereka tidak menjalankan
eksis bu”. (Bidan #67)
praktek ini, telah peneliti rangkum dalam tabel di bawah ini: Tabel 15.. Alasan Bidan Tidak Memberikan Pelayanan Kebidanan Komplementer No.
1
2 3
4
Alasan bidan tidak mempraktekkan pelayanan kebidanan komplementer
Kurangnya akses bidan untuk menjangkau tercapainya pengetahuan dan keterampilan yang baik tentang terapi komplementer Kurangnya dukungan dari organisasi profesi M as ya ra k at be ra ng g ap an ba hw a pemb erian ter api kompleme nter buka n merupakan tugas tenaga kesehatan, sehingga mengurangi minat masyarakat akan pengobatan menggunakan terapi komplementer oleh tenaga kesehatan
“ Pangsa pasarnya sulit bu, karena masyarakat kurang memahami informasi tentang terapi komplementer, jadi mereka kurang berminat sepertinya kalau datang ke bidan, mereka anggapannya ya dukun yang memberikan terapi alternatif dan komplementer. Dukun kan masih ada bu di empat Saya, itu sudah tradisi”. (Bidan #29) “ Dukun masih banyak bu, memang sudah menjadi budaya di masyar akat
M as ih b an ya k du ku n ak ti f ya ng menjalankan tradisi memberikan terapi komplementer dan alternatif
Saya, setelah melahirkan pasien dirawat
Untuk mendukung ringkasan jawaban
IBI ju ga be lum pe rn ah mengadak an
tersebut di atas, peneliti cantumkan
pelatihan tentang itu ya bu ?. Kalau Saya
mbah dukun sampai 40 hari. Sepertinya
Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...
63
GASTER Vol. XII No. 1 Februari 2015
sudah pernah ikut pelatihan, InsyaAllah
Klaten tentang undang-undang
Saya akan mempraktekkannya di BPM
dan peraturan tentang pemberian
Saya”. (Bidan #156)
terapi komplementer, dan belum pe r n a h m e m f a s i l i t a si a d a n ya
Berdasarkan temuan dalam penelitian
seminar dan pelatihan tentang terapi
ini, dapat disimpulkan bahwa penyebab
komplementer.
masih rendahnya penggunaan terapi komplementer oleh bidan praktek mandiri
c.
Masyar akat beran ggapan bahwa
di kabupeten Klaten (14.4%) adalah:
pe mbe ri an ter ap i kompl eme nt er
a.
Kurangny a akses bidan untuk
bu ka n mer upa ka n tug as tenag a
menjangkau tercapainya pengetahuan
kesehatan, sehingga mengurangi
dan keterampilan yang baik tentang
minat masyarakat akan pengobatan
terapi komplementer.
menggunakan terapi komplementer
Hal ini didukung oleh data karakteristik
oleh tenaga kesehatan.
responden berdasarkan keikutsertaan
Pada masyarakat kita, pemberian
dalam seminar dan pelatihan tentang
tarapi komplementer dan terapi medis
terapi komplementer dalam pelayanan
masih dibedakan dan belum bisa
kebidanan mayoritas belum pernah
dilakukan secara beriringan. Hal ini
mengikuti (86.2%), didukung oleh
diakibatkan oleh pemberi pelayanan
tingkat pengetahuan yang kurang
terapi komplementer masih banyak
baik/cukup se besar (50.8%), da n
dilakukan oleh tenaga non kesehatan
pendidikan terakhir DIII Kebidanan
dengan mengikuti pendidikan non
(68.5%) belum mendapatkan materi
formal. Sesuai dengan anggapan
terapi komplementer.
ini, maka perlu adanya sosialisasi
b. Kurangnya dukungan dari organisasi profesi. Organisasi IBI sejauh ini belum mensosialisasikan secara intensif
pada masyarakat bahwa pemberian terapi komplementer merupakan pelengkap dalam terapi medis dan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih yang menempuh pendidikan
pa da bi da n- bidan di kabup aten
64
Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...
formal.
GASTER Vol. XII No. 1 Februari 2015
d. Masih banyak dukun aktif yang
2014, yaitu suatu upaya untuk
menjalankan tradisi memberikan
meningktkan pelayanan kesehatan
terapi komplementer dan alternatif.
dengan mengupayakan pada upaya
Dukun merupaka n mitra bidan
promotif dan preventif (Kemenkes
yang keberadaannya masih sangat
RI, 2010).
dipercayai oleh masyarakat. Pendekatan dukun menggunakan
b. Mend uku ng pe ng ob atan/ terapi
p e nde k a ta n ke k e lua rga a n d a n
konvensional yang menggunakan
menjunjung tinggi adat istiadat
obat.
setempat, sehingga lebih mudah dipercayai oleh masyarakat.
komplementer merupakan cara
Pemberian terapi komplementer masih
penang gu langa n peny aki t yang
diasumsikan merupakan wewenang
dilakukan sebagai pendukung atau
dukun, untuk itu perlu adanya
pe ndamp ing ke pa da pe ng ob at an
sosialisasi dan pendidikan kesehatan
medis konvensional atau sebagai
pada masyarakat bahwa pemberian
pengo batan pilihan lain diluar
terapi komplementer merupakan
pengobatan medis yang konvensional
pelengkap dalam pemberian terapi
(Anonim, 2012).
konvensional medis. c.
Aman dan tanpa efek samping.
Pemberian pelayanan kebidanan
Walaupun bukti-bukti ilmiah belum
komplementer dinilai mempunyai banyak
banya k yang mendukung tentang
manfaat dan keunggulan, seperti yang telah
penggunaan terapi komple menter
dirangkum berdasarkan hasil wawancara
(Ernst&Watson, 2012), namun
pa da bi da n ya ng tel ah me mb er ika n
berdas arkan pengalama n provide r
pelayanan pada ibu dan anak, yaitu:
dan user , terapi komplementer aman
a. Mendukung terca painya derajat kesehatan masyarakat. Pernyataan bidan ini didukung oleh Rinstra Kemenkes tahun 2010-
dan dapat digunakan pada ibu dan anak. Obat-obat komplementer yang digunakan dalam pemberian terapi komplementer adalah obat
Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...
65
GASTER Vol. XII No. 1 Februari 2015
be rs if at natural yait u me ngam bil
f.
Mengurangi angka kesakitan akibat
bahan dari alam. Bahan-bahan yang
kesalahan pertolongan oleh tenaga non
umum digunakan dalam pengobatan
kesehatan yang tidak terlatih.
komplementer di Indonesia
Kesalahan pertolongan dari
umumnya telah dikaji dan diteliti
penggunaan tera pi komplementer
keefektivitasannya dan keamanannya
oleh tenaga yang tidak terlatih, dapat
(Anonim, 2012).
menyebabkan cedera yang serius.
d. Unggulan dengan BPM yang lainnya.
Sesuai dengan peraturan menteri
Pemberian pelayanan kebidanan
kesehatan (Permenkes No: 1109/
komplementer dapat menjadi nilai
Menkes/Per/IX/2007), pengobatan
tambah bagi praktek bidan mandiri.
komplementer-alternatif tidak
Dengan menyedikan pelayanan
dilakukan oleh paramedis/dokter
yang inovatif dan layanan yang
pada umumnya, tetapi oleh seorang
sesuai dengan harapan mereka, maka
ahli atau praktisi yang menguasai
telah meningkatkan mutu pelayanan
keahliannya tersebut melalui
kesehatan (Al-Assaf, 2009).
pend idikan yang lain/ non medis .
e.
Memenuhi permintaan klien untuk meningkatkan kepuasan. Kepuasan klien merupakan bagian dari pelayanan kesehatan bermutu. Prinsip peningkatan mutu pelayanan kesehatan adalah dengan memenuhi kebutuhan klien, yaitu dengan memenuhi pelayana n ya ng diinginkan klien. Dengan memenuhi permintaan klien, maka terjadi proses perbaikan proses, kuantitas dan kualitas pelayanan
Namun da la m Pe ra tu ran Me nter i Kesehatan RI yang lain (Permenkes No : 1109 /Me nk es/ Per/I X/ 20 07 ), menjelaskan tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif oleh tenaga kesehatan dan di fasilitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan hal tersebut, sebaiknya masyarakat lebih mempercayakan pemberian pelayanan kesehatan konvensional maupun komplementer pada tenaga kesehatan yang telah terlatih.
(Wijoyo, 2008).
66
Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...
GASTER Vol. XII No. 1 Februari 2015 6. Pendapat Bidan tentang Penggunaan Terapi Komplementer dalam Pelayanan Kebidanan
Untuk mendukung ringkasan jawaban tersebut di atas, peneliti cantumkan beberapa kuotasi hasil wawancara berikut
Untuk mendapatkan jawaban tentang
ini:
pe ndap at bi da n ten ta ng pe ng guna an terapi komplementer dalam pelayanan kebidanan, peneliti menanyakan pada bidan yang sudah dan belum mmemberikan pe layanan ke bi dana n kompl em enter. Informan peneliti dapatkan secara acak. Dari beberapa jawaban, dapat peneliti rinci dalam tabel di bawah ini:
“ P e n d a p a t S a y a , i n i p e r l u dikembangkan bu, kan asalnya jamu, bengkung, pilis, pijat, dll, itu dari budaya kita, maka kalau bukan orang Indonesia sendiri nanti diakui bangsa lain. Jangan gengsi juga sebagai masyarakat Indonesia untuk memanfaatkannya, untuk itu perlu didukung pemerintah, IBI juga penting ikut
Tabel 16. Pendapat Bidan tentang Penggunaan Terapi Komplementer dalam Pelayanan Kebidanan Pendapat bidan tentang penggunaan No. terapi komplementer dalam pelayanan kebidanan
1
2
Sebagai generasi penerus, setiap tenaga kesehatan dan masyarakat sebaiknya menggunakan dan mengembangkan terapi komplementer
terjun di dalamnya”. (Bidan #11) “Sudah bagus bu, karena sudah mulai banyak yang mengetahui dan akhirnya ikut pelatihan terus praktek. Saya rasa sebagai bidan bisa menjadi fasilitator masyarakat bu, kan membantu upaya
Perlu adanya penelitian lebih lanjut
promosi kesehatan. Pemerintah juga labih komplementer dan alternatif 3
4
5
Perlu dukungan penuh dari organisasi pro fesi dan pemeri ntah dal am ben tuk memfasilitasi tenaga kesehatan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tentang penggunaan terapi komplementer, dan juga dalam bentuk pemenuhan sarana dan prasarana pendukung Pemerintah hendaknya lebih mensosialisasikan lagi kepada masyarakat tentang manfaat penggunaan terapi komplementer dan alternatif sebagai pelengkap pemberian layanan medis Memberdayakan bidan sebagai fasilitator bagi masya rak at unt uk men in gka tkan upaya promotif dan preventif melalui terapi komplementer
gencar lagi menyebarluaskan informasi ke masyarakat tentang penggunaan terapi komplementer dalam pelayanan medis”. (Bidan #124) “Saya rasa masyarakat harus lebih tahu bu, jadi mau menggunakannya. Pemerintah ini tugasnya buat iklan yang bagus biar narik masyarakat supaya sadar akan kelebihan terapi komplementer, ini
Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ... 67
GASTER Vol. XII No. 1 Februari 2015
juga kan bagian dari warisan leluhur ya
hendaknya berdasarkan bukti ilmiah
bu?”. (Bidan #67)
untuk diketahui keefektivitasannya. Hal ini menyangkut penggunaan
Untuk meningkatkan cakupan p e m b e r i a n p e l a y a n a n k e b i d a n a n komplementer (14.4%) oleh bidan,
prak tek berd as ar kan bu kt i, maka
berdasarkan hasil wawancara tersebut,
dapat meningkatkan upaya untuk
maka upaya-upaya yang dapat dilakukan
meningkatkan derajat kesehatan
adalah:
masyarakat, baik melalui upaya a.
Meningka tkan penggun aan dan
promotif, kuratif dan rehabilitatif.
meningkatkan upaya untuk mengembangkan terapi komplementer oleh setiap tenaga kesehatan (bidan) dan masyarakat. Hal ini dapat dimulai dengan menjadikan terapi komplementer, termasuk penggunaan bahan-bahan herbal sebagai bagian dari gaya hidup sehat. Bidan dapat menjadi penggerak dan role model masyarakat dengan meningkatkan kembali pemanfaatan toga (tanaman obat keluarga), dan menslogankan “kembali ke tradisi dan alam”.
c.
Meni ngka tkan dukung an dar i organisasi profesi (IBI) dan pemerintah dengan memfasilitasi tenaga kesehatan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tentang penggunaan terapi komplementer, dan juga dalam bentuk pemenuhan sarana dan prasarana pendukung. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan seminar dan pelatihan tentang pelayanan kebidanan komplementer dan alternatif dalam kebidanan. IBI dapat
b. Mengadakan penelitian lebih lanjut
bekerja sama dengan suatu lembaga/ organisasi yang telah berpengalaman
terapi komplementer dan alternatif, baik oleh praktisi dan akademisi. Penerapan pelayanan terapi komplementer dan alternatif
68
Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...
menyelenggarakan pelatihan tentang terapi komplementer, dan secara berkala melatih bidan-bidan dalam
GASTER Vol. XII No. 1 Februari 2015
lingkup organisasi untuk kemudian
tentang pemberian layanan terapi
disebarluaskan pada bidan-
komplementer oleh tenaga kesehatan.
bida n di wi laya h. IBI juga dapa t menyelenggarakan pelatihan atau seminar tentang terapi komplementer ini setiap bulan saat pertemuan anggota. Dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan melalui seminar maupun pelatihan, diharapkan terjadi perubahan pengetahuan dan sikap bidan sehingga akan mengubah perilaku bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan. d. Menin gkatkan upaya promos i dan sosialisasi kepada masyarakat tentang manfaat penggunaan terapi komplementer dan alternatif sebagai pelengkap pemberian layanan medis. Upaya-upaya penyebarluasan informasi dan pengetahuan tentang terapi komplementer pada masyarakat dapat dilakukan bidan dan tenaga kesehatan lain melalui kegiatankegiatan yang sudah berjalan di masyarakat, misal Posyandu, kegiatan PKK, arisan dan pengajian. Dengan pe mb er ia n inf or ma si ya ng be nar dan terus menerus, diharapkan terjadi perubahan paradigma
e.
Member daya kan bidan seba gai fasilitator bagi masyarakat untuk meningkatkan upaya promotif dan preventif melalui terapi komplementer. Fasilitator bertugas untuk memfasilitasi kader dalam melakukan pe ndamp in ga n pa da ma syaraka t. Dengan sistem pemberdayaan masyarakat melalui kader, maka kesadaran akan upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemanf aat an terapi komple menter dan alternatif akan tertanam lebih bai k. Bidan dan tenaga kesehat an yang lain dapat menjadi mitra bagi ahli/tenaga non kesehatan yang telah lebih dulu menjalankan praktek pengobatan komplementer-alternatif. Dengan meningkatkan kesadaran akan penggunaan tera pi komplementer dan alternatif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka telah membantu pemerintah dalam menjalankan amanat undang-undang dan mendukung terwujudnya visi dan misi Kementerian Kesehatan RI.
Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...
69
GASTER Vol. XII No. 1 Februari 2015 D. SIMPULAN DAN SARAN
Penggunan terapi komplementer oleh Bidan Praktek Mandiri (BPM) di kabupaten Klaten sebesar 14,4%. Penyebab masih rendahnya penggunaan terapi komplementer oleh BPM di kabupeten Klaten adalah
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan pemberian pelayanan kebidanan komplementer yaitu: setiap tenaga kesehatan dan masyarakat menggunakan dan mengembangkan terapi komplementer, perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai
kurangnya akses bidan untuk menjangkau tercapainya pengetahuan dan keterampilan yang baik tentang terapi komplementer, kurangnya dukungan dari organisasi profesi, masyarakat beranggapan bahwa pemberian terapi komplementer bukan merupakan tugas tenaga kesehatan, sehingga mengurangi minat masyarakat akan pengobatan menggunakan terapi komplementer oleh tenaga kesehatan, dan masih banyak dukun aktif yang menjalankan tradisi memberikan terapi komplementer dan alternatif.
dan alternatif, perlu dukungan penuh dari organisasi profesi dan pemerintah dalam bentuk memfasilitasi tenaga kesehatan dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan tentang penggunaan terapi komplementer, perlu adanya upaya sosialisasi dan promosi kepada masyarakat tentang manfaat penggunaan terapi komplementer dan alternatif sebagai pelengkap pemberian layanan medis, dan memberdayakan bidan sebagai fasilitator bagi masyarakat untuk meningkatkan upaya promotif dan preventif melalui terapi komplementer.
70
Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...
GASTER Vol. XII No. 1 Februari 2015 DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2014. Pijat Perineum, E-Magz Ayah Bunda, http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/ kehamilan/tips/tips.pijat.perineum/001/005/591/1/1. Al-Assaf. 2009. Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta : EGC. Anonim. 2014. Tenaga Kerja. http://id.wikipedia.org/wiki/Tenaga_kerja. Anonim. 2012. Pengobatan Komplementer Tradisional-Alternatif. http://buk.depkes.go.id/index. php?option=com_content&view=article&id=66:pengobatan-komplementer-tradisionalalternatif. Diunduh tanggal 15 Februari 2014, pukul 10.45. Budiman & A. Riyanto. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan Dan Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Cochrane Library. 2008. Cochrane Complementary Medicine Field . Oxford, Update Software. Depkes RI. 2009. Manajemen Laktasi Buku Paduan Bagi Petugas Kesehatan di Puskesmas. Jakarta: Direktorat Gizi Masyarakat. Depkes RI. 2009.
. Jakarta: Depertemen Republik Indonesia.
Ernst, Edzard & Watson, Leala. 2012. Midwives’ use of complementary/ Alternative Treatments: Midwifery Journal, Volume 28, Issue 6, Ed: December 2012, Pages 772–777 . Green, L. 1991. Health Promotion Planning an Educatonal and Environmental Approach. New York: Mc Graw Hills. Harding, Debble & Foureur, Maralyn. 2009. New Zaeland and Canadian Midwifes’ Use of Complementary and Alternative Therapy: New Zaeland College of Midwives, Journal 40, Ed: April 2009. Hashimoto H; Matsuura T; Ueta Y. 2014. Flourescent Visualization of Oxytocin in the Hypothalamo-neurohypophysial System. Frontiers Neurosci 2014; 8:213, July 23, 2014. Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika. Idward. 2012. Pijat Bayi. Kemenkes RI, Direktorat Jendral Bina Gizi dan KIA. http://www. gizikia.depkes.go.id/artikel/pijat-bayi/ Kemenkes RI. 2010. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014, Kepmenkes RI No.HK.03.01/160/I/2010. Jakarta: Kemenkes RI.
Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...
71
GASTER Vol. XII No. 1 Februari 2015
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/2007, Tentang Standar Profesi Bidan. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif. Koc Z, Topatan S, Saqlam Z. 2012. Use and attitudes complementary and alternative medicine among midwife in Turkey. European Journal of Obstetric&Gynecology and Reproductive Biology Volume 160, Issue 2, Pages 131-136, February 2012. Lemeshow,S., & David W.H.Jr. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan (Terjemahan). Yogyakarta: Gadjahmada University Press. Moleong. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif , Edisi Revisi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Nadya. 2013. Massage Nifas. Nadya Woman Centre, http://nadyaspa.com/massage-nifas/ Nakita. 2014. Pijat Payudara saat Menyusui, Tabloid Nakita Online, http://www.tabloid-nakita. com/read/106/pijat-payudara-saat-menyusui Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Peraturan Menteri Kesehatan RI No: 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang Jenis-Jenis Terapi Komplementer. Peraturan Menteri Kesehatan RI, No. : 1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan. Samuel N, Zisk-Rony RT, Singer SR, et al. 2010. Use of and attitudes toward complementary and alternative medicine among nurse-midwife in Israel: Am.J Obstet Gynecol 2010;203:341. e1-7. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif dan R&D. Bandung: CV.Alfabeta. Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif . Bandung: CV.Alfabeta. Terrel, Steven R. 2012. Mixed-Method Reaserch Methodologies: The Qualitative Report Volume 17 Number 1 Januari 2012: 254-280. http://www.nova.edu/ssss/qr/qr17-1/terrell.pdf Wijoyo, Djoko. 2008. Manajemen Kesehatan Ibu dan Anak . Surabaya: Duta Prima Airlangga. Wiki. 2013. Katuk, Wikipedia Ensiklopedia Bebas, http://id.wikipedia.org/wiki/Katuk. Wiki. 2013. Uyup-Uyup, Wikipedia Ensiklopedia Bebas, http://jv.wikipedia.org/wiki/Uyup-uyup
72
Pelaksanaan Pelayanan Kebidanan ...
View more...
Comments