Komite Etika Dan Disiplin Profesi
August 21, 2018 | Author: Deswa Pijjara | Category: N/A
Short Description
MATERI...
Description
PENGERTIAN Organisasi / kelompok kerja dibawah komite medis terdiri atas ketua wakil ketua dan anggota, ang dipilih dari anggota kelompok sta! medis "erperan melakukan pembinaan terhadap para pro!essional medis dalam hal etika pro!esi dan disiplin pro!esi #$NG%I #ungsi & 'elaksanakan kebijakan komite medis dibidang etika dan disiplin pro!esi medis T$GA% "ersama ketua komite medis menusun garis besar kebijakan bidang etika (bioetika) dan disiplin pro!esi 'embuat dan melaksanakan ren*ana kerja+ 'enusun sistim tatalaksana dan panduan pemantauan dan penanganan masalah etika dan disiplin pro!esi+ 'elakukan sosialisasi ang terkait dengan etika pro!esi dan disiplin pro!esi+ 'elakukan koordinasi dengan komite etik rumah sa kit 'elakukan pen*atatan dan pelaporan se*ara berkala EENANG 'elakukan pemantauan dan penanganan masalah etika pro!esi kedokteran dan disiplin pro!esi dengan melibatkan lintas sektor dan lintas !ungsi sesuai kebutuhan+ TANGG$NG -AA" "ertanggung jawab kepada .omite 'edis+
Etik Dan Disiplin Tenaga Tenaga Kesehatan Dalam Menjalankan Profesi Profesi Kesehatan Di Rumah Sakit Suryono, drg, SH,Ph.D
Etika pro!esi dan disiplin kedokteran sering dipandang sebagai hal ang ang sama, padahal keduana mengatur ranah ang berbeda dalam menjalankan pro!esi kedokteran atau kesehatan+ Etika pro!esi merupa merupakan kan pandua panduan n bagi bagi tenaga tenaga keseha kesehatan tan untuk untuk bertin bertindak dak atau berper berperila ilaku, ku, sedang sedang disipl disiplin in kedokt kedoktera eran n atau atau kesehat kesehatan an merup merupaka akan n penera penerapan pan keilmu keilmuan an kedokt kedoktera eran n atau atau keseha kesehatan tan dalam dalam memberikan pelaanan pada pasien+ -angkauan etika pro!esi dibatasi dalam wadah ikatan pro!esi, sedang disiplin kedokteran lebih luas karena melibatkan pasien, sebagai bagian dari penerapanna+ Pemahaman etik dan disiplin dalam menjalankan tugas sebagai tenaga kesehatan merupakan dasar untuk untuk bertind bertindak ak se*ara se*ara benar benar,, bermut bermutu u dan pro!es pro!essio sional nal dalam dalam menja menjalan lankan kan prakti praktik k pelaa pelaanan nan terhadap pasien+ %etiap tenaga kesehatan mempunai kompetensi sesuai dengan bidang pendidikan ang ang diteku ditekunin nina+ a+ Ijaah Ijaah,, serti! serti!ika ikatt kompete kompetensi nsi merupa merupakan kan bukti bukti !ormal !ormal pengak pengakuan uan seseor seseorang ang terhad terhadap ap kompet kompetens ensin ina, a, namun namun demikia demikian n dengan dengan ijaah ijaah dan serti! serti!ikat ikat kompete kompetensi nsi belum belum bisa bisa dinatakan mempunai kewenangan sebelum ang bersangkutan mempunai surat penugasan atau surat iin praktik sebagai tenaga kesehatan+ Rumah sakit dalam menjalankan menjalankan !ungsina !ungsina untuk memberikan memberikan pelaanan ang bermutu bermutu dan berkualitas harus mendasarkan pada Hospital Bylaws (HBL). HBL merupakan HBL merupakan konstitusi bagi rumah sakit, sakit, oleh oleh karena karena itu harus harus dia*u dia*u oleh oleh direkt direktur ur rumah rumah sakit sakit dalam dalam membua membuatt kebij kebijaka akan n teknis teknis operasiona operasional, l, termasuk termasuk dalam hal pengaturan pengaturan kewenangan, kewenangan, tanggungjaw tanggungjawab ab dan job diskripsi diskripsi dari tenaga kesehatan+ Pemahaman etik dan disiplin ang tinggi oleh tenaga kesehatan ang didukung oleh aturan dan kebijakan teknis operasional rumah sakit ang jelas, akan menghindarkan terjadina pelanggaran kewenangan dan bisa memberikan pelaanan ang bermutu+
1
Etika Kedokteran !ndonesia dan Penanganan Pelanggaran Etika di !ndonesia "udi Sampurna
Di dalam praktek kedokteran terdapat aspek etik dan aspek hukum yang sangat luas, yang sering tumpang-tindih pada suatu issue tertentu, seperti pada informed consent, wajib simpan rahasia kedokteran, profesionalisme, dll. Bahkan di dalam praktek kedokteran, aspek etik seringkali tidak dapat dipisahkan dari aspek hukumnya, oleh karena banyaknya norma etik yang telah diangkat menjadi norma hukum, atau sebaliknya norma hukum yang mengandung nilai-nilai etika. Aspek etik kedokteran yang mencantumkan juga kewajiban memenuhi standar profesi mengakibatkan penilaian perilaku etik seseorang dokter yang diadukan tidak dapat dipisahkan dengan penilaian perilaku profesinya. Etik yang memiliki sanksi moral dipaksa berbaur dengan keprofesian yang memiliki sanksi disiplin profesi yang bersifat administratif. eadaan menjadi semakin sulit sejak para ahli hukum menganggap bahwa standar prosedur dan standar pelayanan medis dianggap sebagai domain hukum, padahal selama ini profesi menganggap bahwa memenuhi standar profesi adalah bagian dari sikap etis dan sikap profesional. Dengan demikian pelanggaran standar profesi dapat dinilai sebagai pelanggaran etik dan juga sekaligus pelanggaran hukum. .emungkinan terjadina peningkatan ketidakpuasan pasien terhadap laanan dokter atau rumah sakit atau tenaga kesehatan lainna dapat terjadi sebagai akibat dari (a) semakin tinggi pendidikan rata0rata masarakat sehingga membuat mereka lebih tahu tentang hakna dan lebih aserti!, (b) semakin tinggina harapan masarakat kepada laanan kedokteran sebagai hasil dari luasna arus in!ormasi, (*) komersialisasi dan tinggina biaa laanan kedokteran dan kesehatan sehingga masarakat semakin tidak toleran terhadap laanan ang tidak sempurna, dan (d) pro1okasi oleh ahli hukum dan oleh tenaga kesehatan sendiri+ Etik Profesi Kedokteran
Etik pro!esi kedokteran mulai dikenal sejak 2344 tahun sebelum 'asehi dalam bentuk Code of Hammurabi dan Code of Hittites, ang penegakanna dilaksanakan oleh penguasa pada waktu itu+ %elanjutna etik kedokteran mun*ul dalam bentuk lain, aitu dalam bentuk sumpah dokter ang bunina berma*am0ma*am, tetapi ang paling banak dikenal adalah sumpah 5ippo*rates ang hidup sekitar 6740894 tahun %'+ %umpah tersebut berisikan kewajiban0kewajiban dokter dalam berperilaku dan bersikap, atau sema*am code of conduct bagi dokter+ orld 'edi*al Asso*iation dalam :eklarasi Gene1a pada tahun 2;73 menelorkan sumpah dokter (dunia) dan .ode Etik .edokteran Internasional+ .ode Etik .edokteran Internasional berisikan tentang kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien, kewajiban terhadap sesama dan kewajiban terhadap diri sendiri+ %elanjutna, .ode Etik .edokteran Indonesia dibuat dengan menga*u kepada .ode Etik .edokteran Internasional+disiplin pro!esi?, aitu permasalahan ang timbul sebagai akibat dari pelanggaran seorang pro!esional atas peraturan internal pro!esina, ang menimpangi apa ang diharapkan akan dilakukan oleh orang (pro!esional) dengan pengetahuan dan
"
ketrampilan ang rata0rata+ :alam hal '.:.I dalam sidangna menemukan adana pelanggaran etika, maka '.:.I akan meneruskan kasus tersebut kepada '.E.+ Proses persidangan etik dan disiplin pro!esi dilakukan terpisah dari proses persidangan gugatan perdata atau tuntutan pidana oleh karena domain dan jurisdiksina berbeda+ Persidangan etik dan disiplin pro!esi dilakukan oleh '.E. I:I, sedangkan gugatan perdata dan tuntutan pidana dilaksanakan di lembaga pengadilan di lingkungan peradilan umum+ :okter tersangka pelaku pelanggaran standar pro!esi (kasus kelalaian medik) dapat diperiksa oleh '.E., dapat pula diperiksa di pengadilan tanpa adana keharusan saling berhubungan di antara keduana+ %eseorang ang telah diputus melanggar etik oleh '.E. belum tentu dinatakan bersalah oleh pengadilan, demikian pula sebalikna+ Persidangan '.E. bersi!at inkuisitorial khas pro!esi, aitu 'ajelis (ketua dan anggota) bersikap akti! melakukan pemeriksaan, tanpa adana badan atau perorangan sebagai penuntut+ Persidangan '.E. se*ara !ormiel tidak menggunakan sistem pembuktian sebagaimana laimna di dalam hukum a*ara pidana ataupun perdata, namun demikian tetap berupaa melakukan pembuktian mendekati ketentuan0ketentuan pembuktian ang laim+ :alam melakukan pemeriksaanna, 'ajelis berwenang memperoleh & 2+
.eterangan, baik lisan maupun tertulis (a!!ida1it), langsung dari pihak0pihak terkait (pengadu, teradu, pihak lain ang terkait) dan peer0group / para ahli di bidangna ang dibutuhkan
@+
:okumen ang terkait, seperti bukti kompetensi dalam bentuk berbagai ijasah/ bre1et dan pengalaman, bukti keanggotaan pro!esi, bukti kewenangan berupa %urat Ijin Praktek Tenaga 'edis, Perijinan rumah sakit tempat kejadian, bukti hubungan dokter dengan rumah sakit, hospital bylaws, %OP dan %P' setempat, rekam medis, dan surat0surat lain ang berkaitan dengan kasusna+
'ajelis etik ataupun disiplin umumna tidak memiliki sarat0sarat bukti seketat pada hukum pidana ataupun perdata+ Bar’s Disciplinary ribunal !e"ulation, misalna, membolehkan adana bukti ang bersi!at hearsay dan bukti tentang perilaku teradu di masa lampau+ Bara pemberian keterangan juga ada ang mengharuskan didahului dengan pengangkatan sumpah, tetapi ada pula ang tidak mengharuskanna+ :i Australia, saksi tidak perlu disumpah pada informal hearin" , tetapi harus disumpah pada formal hearin" (jenis persidangan ang lebih tinggi daripada ang in!ormal)+
View more...
Comments