KISTA HEPAR
June 24, 2019 | Author: Helvia Rahayu | Category: N/A
Short Description
NSKSLS...
Description
KISTA HEPAR
A. Landasan Teoritis Penyakit 1. Definisi
Dalam pengertian secara histopatologi, kista adalah rongga yang dilapisi sel epitel epitel.. Pada Pada kista kista terdapa terdapatt duktus duktus yang yang terdilat terdilatasi asi yang yang biasan biasanya ya diseba disebabka bkan n oleh oleh obstruksi, hiperplasia epitel, sekresi berlebihan dan distorsi struktural. Sebagian kista timbul dari sisa-sisa epitel ektopik atau sebagai hasil nekrosis di tengah-tengah tengah-tengah massa epitel. Peny Penyak akit it kisti kistik k hepa heparr serin sering g diid diiden enti tifi fika kasi si saat saat lapa laparo roto tomi mi dan dan selam selamaa pemeriksaan gejala abdominal yang tidak berhubungan dengan kista. Dalam banyak kasus, penemuan kista hepar yang tidak terduga baik soliter maupun multipel, tidak memi memili liki ki arti arti klin klinis is bila bila tida tidak k berg bergeja ejala la,, wala walaup upun un kist kistaa hepa heparr ini ini juga juga dapa dapatt diasosiasikan sebagai proses patologis yang cukup serius. 2. Anatomi
Hepar Hepar terletak terletak pada pada kuadra kuadran n kanan kanan atas atas abdome abdomen, n, intrap intraperit eritone oneal al tepat tepat di bawah sisi kanan diafragma yang dilindungi oleh costa. costa. Berat hepar kurang lebih !"" gram pada orang dewasa dan dibungkus oleh sebuah kapsul fibrous.
#ambar . Posisi hepar dalam tubuh Hepa Heparr memi memili liki ki facies diaphragmatica diaphragmatica da dan facies visceralis visceralis $dorsokaudal% yang yang diba dibata tasi si oleh oleh tepi tepi kaud kaudal al hepa heparr. Facies diaphragmatica bersif bersifat at licin licin dan berbentuk kubah, sesuai dengan cekungan permukaan kaudal diafragma, tetapi untuk seba sebagi gian an besa besarr terp terpis isah ah dari dari diafr diafrag agma ma kare karena na recessus recessus subphren subphrenicus icus cavitas peritonealis. peritonealis. Hepar Hepar tertut tertutup up oleh oleh perito peritoneu neum, m, kecual kecualii di sebelah sebelah dorsal dorsal pada pada area nuda, nuda, tempa tempatt hepa heparr berse bersent ntuh uhan an lang langsu sung ng pada pada diafr diafrag agma ma.. &rea &rea nuda nuda hepa heparr ini ini dibatasi dibatasi oleh melipatnya melipatnya peritoneum peritoneum dari diafragma diafragma ke hepar sebagai sebagai lembar lembar 'entral 'entral $cranial% dan lembar dorsal $kaudal% ligamentum coronarium. (edua lembar tersebut bertemu di sebelah kanan untuk membentuk ligamentum triangulare. (e arah kiri lembar-lembar ligamentum coronarium tercerai dan membatasi area nuda hepar yang
berbentuk segitiga. )embar 'entral ligamentum di sebelah kiri bersinambungan dengan lembar kanan ligamentum falciforme, dan lembar dorsal bersinambungan dengan lembar kanan omentum minus. )embar kiri ligamentum falciforme dan omentum minus bertemu untuk membentuk ligamentum triangulare sinistrum. Hepar terbagi menjadi lobus hepatis dekstra dan lobus hepatis sinistra yang masing-masing berfungsi secara mandiri. *asing-masing lobus memiliki pendarahan sendiri dan arteria hepatica dan 'ena portae hepatis, dan juga penyaluran darah 'enosa dan empedu bersifat serupa. )obus hepatis dekstra dibatasi terhadap lobus hepatis sinistra oleh fossa 'esicae biliaris dan sulcus 'ena ca'a pada facies 'isceralis hepatis, dan oleh sebuah garis khayal pada permukaan diaphragmatika yang melintas dari fundus 'esicae biliaris ke 'ena ca'a inferior. )obus hepatis sinistra mencakup lobus caudatus dan hampir seluruh lobus +uadratus. )obus hepatis sinistra terpisah dari lobus caudatus dan lobus +uadratus oleh fissure ligament teretis dan fissura ligamenti 'enosi pada facies 'isceralis, dan oleh perlekatan ligamentum teres hepatis pada facies diaphragmatica. Hepar menerima darah dari dua sumber arteri hepatica propria $"% dan 'ena porta hepatis $/"%. &rteri hepatica propria membawa darah yang kaya akan oksigen dari aorta, dan 'ena porta hepatis mengantar darah yang miskin akan oksigen dari saluran cerna, kecuali dari bagian distal canalis analis. Di porta hepatis arteri hepatica propria dan 'ena porta hepatis berakhir dengan membentuk ramus dekstra dan ramus sinistra, masing-masing untuk lobus hepatis dekstra. )obus-lobus ini berfungsi secara terpisah, dalam masing-masing lobus cabang primer 'ena porta hepatis dan arteri hepatica propria teratur secara konsisten untuk membatasi segmen 'ascular. Bidang hori0ontal melalui masing-masing lobus membagi hepar menjadi
delapan segmen 'ascular. &ntara segmen-segmen terdapat 'ena hepatica untuk menyalurkan darah dari segmen-segmen yang bertetangga.
#ambar 1. Distribusi 'askular dan duktus hepatikus
2ena hepatica yang terbentuk melalui persatuan 'ena centralis hepatis, bermuara dalam 'ena ca'a inferior, tepat kaudal dari diaphragm. Hubungan 'ena ini dengan 'ena ca'a inferior membantu memantapkan kedudukan hepar. Hepar memiliki 'asa lymphaticum superficial dan 'asa lymphaticum profundum. 2asa lymphaticum superficial terbanyak bergabung dengan pembuluh limfe di porta hepatis dan ditampung oleh nodi lymphoidei hepatici. Pembagian anatomi menurut nomenklatur 3ouinaud sangat penting dalam mempertimbangkan reseksi segmen hepar. Hal ini memungkinkan kita melakukan reseksi pada segmen tertentu atau kombinasi beberapa segmen dengan tetap mempertahankan 'askularisasi dan kontinuitas aliran bilier pada segmen yang tertinggal. &natomi hepar dapat dideskripsikan menggunakan dua aspek yang berbeda anatomi morfologis dan anatomi fungsional. &natomi morfologis tradisional berdasarkan pada penampakan eksternal hepar, dan tidak mempertimbangkan 'askularisasi dan percabangan duktus biliaris, yang sebenarnya penting dalam reseksi hepar.
3. Etiologi dan Klasifikasi
Sebagian besar pada kasus kista hati yang merupakan gejala idiopatik yaitu karena tidak adanya alasan yang signifikan karena pada pembentukan. (ista hati yang sering kali kita ketahui dari adanya perkembangan sebagai adanya akibat dari gejala bawaan sejak lahir karena adanya penyimpangan dari saluran empedu. Dari beberapa kasus kista hati juga dapat disebabkan karena adanya komplikasi berat lainnya seperti pada penyakit polikistik hati, kanker hati, penyakit caroli, dan fibrosis hati bawaan.
Pada penyakit bawaan yang bernama polikistik yang dapat mengalami seseorang yang dapat terjadi pada saat mengembangkan beberapa kista hati, hal tersebut juga membuat menghambat terjadinya dari fungsi ginjal. Pada pembentukan kista jinak yang ada didalam saluran empedu yang dapat disebabkan oleh penyakit bawaan yang disebut dengan kista koledokus.
4erjadinya pada faktor genetik yang dapat menimbulkan penyebab
untuk
penyakit caroli yang dapat mengakibatkan gejala kista hati. 5nfeksi yang terjadi biasanya disebabkan oleh adanya parasit echinococcus granulosus yang dapat menimbulkan penyebab kondisi ini.
)ar'a parasit yang akan membungkus diri yang ada didalam kista, hal ini yang disebut dengan kista hidatidosa yang biasanya menimbulkan ketidaknyamanan dan rasa nyeri perut. Pada tumor kanker yang ada dibagian hati ada kemungkinan besar yang telah didiagnosa sebagai gejala kista hati. 6leh karena itu bagi penderita sebaiknya melakukan pengobatan yang lebih tepat.
(lasifikasi (ista Hepar A. Kista intrahepak congenital
Parenkimal Soliter
Penyakit polikistik hepar &nak Dewasa 7ibrosis hepatis congenital Dilatasi fokal duktus biliaris intrahepatik $Caroli’s disease% B. Kista intrahepak didapat ( acquired )
5nflamatorik Piogenik &mebik 8chinococcal $hydatid % 9eoplastik Benigna *aligna 4raumatik 4abel . (lasifikasi (ista pada Hepar Kista Intrae!atik Kongenital
(ista ini dapat tunggal, multipel, difus, terlokalisasi, unilokular, atau multilokular. (ejadian ditemukan kista pada autopsi dilaporkan dalam ",: kasus, pada pemeriksaan 34-scan. (ista soliter maupun penyakit polikistik hepar lebih banyak ditemukan pada wanita usia !" hingga ;" tahun. (ista non-parasitik soliter biasanya terletak pada lobus kanan hepar. 5si kista berupa material yang bening, dan memiliki karakteristik tekanan internal yang rendah < tidak seperti kista parasitik yang memiliki tekanan tinggi. Biasanya cairan kista ini berwarna kuning kecokelatan, yang diduga berasal dari parenkim yang nekrosis. Penyakit polikistik hepar menunjukkan gambaran honeycomb appearance dengan ka'itas yang multipel, dengan lesi yang tersebar merata di seluruh hepar. Baik lesi soliter maupun polikistik tumbuh secara perlahan dan relatif tidak bergejala. Sebuah massa di kuadran kanan atas yang tidak nyeri adalah keluhan yang paling sering, dan ketika gejala muncul, biasanya dihubungkan dengan penekanan pada organ yang berdekatan. 9yeri abdominal yang akut dapat mengikuti komplikasi
torsi, hemoragik intrakistik, atau rupturintraperitoneal. Pemeriksaan klinis dapat mengidentifikasi massa, dan ginjal juga dapat teraba. 5kterus jarang ditemukan. 7ungsi hepar biasanya tidak menunjukkan abnormalitas. 34 scan, =S#, dan arteriografi dapat digunakan untuk menentukan posisi intrahepatik dari massa, dan peritoneoskopi dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis. (ista soliter yang asimtomatik dan penyakit polikistik hepar biasanya tidak membutuhkan penanganan khusus. (ista yang besar, soliter, dan simtomatik dapat ditangani secara elektif kecuali bila terjadi ruptur, hemoragik intrakistik, atau torsi. Pasien dengan kista hepar telah dapat ditangani dengan baik melalui percutaneus cathether drainage yang dikontrol secara radiologik, pada waktu yang bersamaan dengan injeksi cairan yang menyebabkan sklerosis seperti alkohol. Prosedur ini sering dikaitkan dengan kasus rekurensi. >esolusi permanen diperoleh melalui operasi yang sederhana dengan pembukaan atap kista secara luas dan dihubungkan kembali seperti halnya parenkim hepar yang normal. Prosedur ini dapat dilakukan secara laparoskopik. Pada kasus hemoragik intrakistik yang signifikan, cystectomy mungkin dibutuhkan. Drainase internal ke intestinum mungkin dibutuhkan hanya bila terdapat erosi di dalam duktus hepatikus major yang tidak dapat diperbaiki kembali. Simple Liver Cyst
Simple hepatic cyst muncul dalam jumlah besar dengan ukuran yang ber'ariasi, permukaan rata, mengkilat, berwarna biru-keabuan dan sering ditemukan pada lobus kanan. Dindingnya terdiri atas lapisan lapisan terdalam menyerupai epitel duktus biliaris, lapisan tengah yang berupa jaringan ikat padat, dan lapisan luar yang mengandung jaringan ikat longgar dan duktus biliaris serta pembuluh darah yang terkompresi.
(ista soliter dapat berasal dari duktus yang tumbuh abnormal sebagai akibat dari hiperplasia inflamatorik atau obstruksi kongenital. (ista ini dapat mengenai semua usia. ?" dari kista jenis ini unilokular, dan memiliki ukuran yang ber'ariasi. Sebuah kista yang mengandung 1,: liter cairan telah dilaporkan pada pasien berusia 1 tahun. Penyebab dari kista jenis ini tidak diketahui, namun diduga muncul secara congenital. (ista ini memiliki epitel tipe bilier, dan mungkin berasal dari dilatasi progresif mikrohemartroma bilier. (ista ini jarang mengandung empedu, hipotesis yang paling diterima adalah kegagalan mikrohemartroma untuk membentuk hubungan normal dengan saluran empedu. Secara khas, cairan yang terkandung di dalam kista ini memiliki komposisi elektrolit yang menyerupai plasma. 8mpedu, amylase, dan sel darah putih tidak ditemukan. 3airan kista ini disekresikan secara terus-menerus oleh sel-sel epitel di tepi kista. (arena alasan inilah, aspirasi cairan dari simple cyst tidak bersifat kuratif.
Policystic Liver Disease
5nsidens kista hepar congenital sulit ditentukan oleh karena sebagian besar indi'idu dengan lesi ini tidak mengeluhkan gejala. Penyakit polikistik ini biasanya disubklasifikasikan sebagai 'arian pada anak dan dewasa, karena memiliki perbedaan pada pola pewarisan, status penampilan dan konsekuensi klinis. Penyakit polikistik pada anak diwariskan secara resesif autosomal dengan ! subtipe secara umum perinatal, neonatal, infantile, dan ju'enile. Semua 'arian dari polikistik pada anak ini mengenai hepar dan ginjal dengan peningkatan absolut dari duktus biliaris intrahepatik.
Penyakit polikistik hepar pada orang dewasa diwariskan secara dominan autosomal. Hepar tampak kistik difus secara makroskopik, walaupun dapat tampak pola yang berbeda dari penyakit ini, seperti kista yang unilobar dan ukuran kista yang ber'ariasi. (ista dapat ditemukan pada lien, pancreas, o'arium, paru-paru, dan ginjal. 5nsidens meningkat seiring usia dan lebih sering pada wanita dibandingkan pria. Prognosis dari penyakit polikistik hepar biasanya bergantung pada penyakit ginjal yang menyertainya. (egagalan fungsi hati, ikterus, dan manifestasi hipertensi portal jarang ditemukan. 4ingkat mortalitas dari kista non-parasitik yang ditangani secara operatif mendekati angka nol.
Kista Intrae!atik A"#$ired %dida!at& Echinococcal/Kista Hydatid
(ista jenis ini dapat ditemukan di seluruh dunia, terutama di daerah peternakan biri-biri. Daerah ini termasuk *editerania $terutama @unani%, &ustralia, dan 9ew Aealand, serta negara di 4imur 4engah seperti 5ran. 5nfeksi 8chinococcal disebabkan oleh Echinococcus granulosa, yang dapat asimptomatis selama bertahuntahun dan menunjukkan
hasil yang efektif
dengan pembedahan,
atau E.
multilocularis, yang lebih 'irulen dan menyebabkan kista in'asif yang multipel dan lebih sulit ditangani secara operatif. Dua pertiga dari kasus kista echinococcal ditemukan pada hepar, dan /: di antaranya berlokasi pada lobus kanan. Pada hepar host intermediate, terbentuk hydatid unilocular yang tumbuh perlahan dan tidak bergejala selama bertahun-tahun. Dinding hydatid ini memiliki dua lapisan yang terdiri atas ektokista, yang berupa cangkang fibrous non-selular yang berfungsi proteksi, dan sebuah endokista, yang merupakan bagian yang aktif dari kista tersebut. 8ndokista mensekresi cairan bening yang mengisi kista dan memproduksi kapsul-kapsul $yang dikenal dengan hydatid sand % dan kista anakan. Selama bertahun-
tahun kemudian, hydatid ini membesar dengan beberapa liter cairan dan kista anakan yang tak terhitung jumlahnya. (omplikasi dari kista hidatid di antaranya
>uptur intrabilier, yang mengenai : hingga " kasus.
>uptur
intraperitoneal,
yang
sangat
jarang
namun
dapat
menyebabkan
pembentukan kista baru pada rongga peritoneal.
5nfeksi bakteri sekunde, yang menyebabkan pembentukan abses.
8kstensi transdiafragmatika ke rongga pleura. (ista hidatid berukuran besar yang menimbulkan gejala dapat ditangani secara
laparoskopik maupun dengan open surgery. )angkah-langkah manajemen kista ini meliputi
5solasi kista dari rongga peritoneal untuk meminimalisasi tumpahan cairan kista.
&spirasi isi kista sedapat mungkin, dibutuhkan pengalaman yang memadai sebab cairan dalam kista biasanya bertekanan rendah.
5nstilasi agen skolekoidal ke dalam rongga kista seperti cairan saline hipertonik maupun alkohol.
8ksisi kista hidatid dengan memisahkan kista dari hepar melalui pemisahan di antara lapisan germinal dan ad'entitia.
Sebagai alternatif, kista dapat dikeluarkan melalui reseksi hepar, atau bila cukup ekstensif, dapat dilakukan marsupialisasi dan pengisian dengan omentum.
Kista Neoplastik
)esi kistik neoplastik hepar, jarang merupakan kistadenoma bilier primer atau kistadenokarsinoma. )esi ini lebih sering merupakan metastasis dari tumor kistik dari
organ lain, seperti pancreas atau o'arium, atau sekunder dari degenerasi kistik tumor hepar solid primer atau metastatik. (istadenoma $benigna% atau kistadenokarsinoma $maligna% hepar lebih sering terjadi pada wanita $lebih dari /:% dan biasanya muncul sebagai nyeri tumpul dan rasa penuh di perut bagian atas. )esi ini biasanya dapat didiagnosis dengan =S# dan 34 scan, yang menunjukkan sebuah massa kistik dengan dinding yang tebal bertepi rata dan septa internal. Sebuah massa solid yang berhubungan dengan dinding kista biasanya dideskripsikan sebagai komponen maligna yang membutuhkan reseksi yang lebih radikal. &ngiografi akan menunjukkan S6) yang a'askular dan bayangan tumor pada perifer yang disebabkan oleh proyeksi dinding tumor. 4umor ini tidak berhubungan dengan duktus biliaris, sehingga cholangiografi preoperatif tidak memiliki nilai diagnostik. Setelah didiagnosis, sebuah lesi kistik primer hepar dengan gambaran radiografi berupa kistadenoma harus dieksisi secara utuh walaupun tidak bergejala. 6perasi yang kurang defenitif akan menyebabkan rekurensi tumor, pembesaran, atau infeksi, hingga dapat bertransformasi menjadi malignansi. &pabila gambaran kista tampak benigna, kadang dapat dibuang seluruhnya dan memisahkannya dari parenkim hepar. Dinding kista yang menebal di sekitarnya atau penyebaran pada parenkim hepar di sekitarnya menunjukkan malignansi, dan eksisi yang lebih lebar dengan e'aluasi histologik melalui frozen section harus dipertimbangkan. 4umor ini, seperti neoplasma kistik di tempat lain, memiliki potensi malignansi yang cukup rendah dan jarang rekuren bila dieksisi secara adekuat.
Kista Traumatik
4ipe kista hepatis ini dibentuk dari resolusi hematoma subscapular atau intraparenkimal yang berasal dari trauma abdominal, di mana peristiwa trauma itu sendiri dapat diingat maupun tidak diingat oleh pasien. Perdarahan di dalam parenkim hepar dapat timbul pada trauma tumpul maupun tajam. (ista traumatic mengandung darah, empedu, dan jaringan hepar yang nekrotik. )apisan epithelial yang sedikit menggambarkan bahwa sebenarnya kista traumatik adalah pseudokista. Bila riwayat trauma tidak jelas, kista ini biasanya tidak dapat dibedakan dari kista kongenital soliter, dan memiliki penanganan yang sama. Pembedahan dianjurkan bagi pasien yang mengeluhkan gejala. Pada saat laparotomi, kista traumatik biasanya dapat dibedakan dari kista congenital dengan adanya dinding yang sangat fibrotik dan mengandung hemosiderin. (ista yang simptomatik harus dieksisi secara utuh apabila dimungkinkan. &pabila sebagian dinding kista tidak dapat direseksi dengan mudah, e'aluasi frozen section harus dilakukan untuk meyakinkan bahwa tidak akan terjadi proses neoplastik setelahnya. alaupun kista traumatic dapat terinfeksi sekunder, kista ini dapat diharapkan memiliki hasil penanganan yang baik.
'. Tanda dan (e)ala
(ista hati yang biasanya terjadi jika tidak adanya gejala maka tidak akan terlihat lebih jelas. @ang kebanyakan orang yang menderita nya tidak akan mudah menyadari pada kondisi yang telah menimpanya tersebut. (antung jinak yang tidak dapat mempengaruhi pada fungi hati yang normal. akan tetapi bila gejala kista hati sudah tumbuh lebih besar sampai / cm, atau bila terjadi pada perdarahan yang ada didalam kista. *aka gejala kista hati pun akan mudah terlihat.
Penderitanya biasanya akan mengalami perubahan pada kulit tubuhnya, kulit dan mata yang akan nampak lebih menguning dan pada lingkaran kulit tepat dibagian bawah mata akan terlihat lebih gelap, dari adanya gejala kista hati ini biasanya penderita akan mengalami tubuh warna kuning.
&ir kencing yang keluar akan berubah menjadi warna lebih pekat dan sangat berbau yang menyengat. Selain itu adapun gejala kista hati lainnya, penderita akan mengalami susah buang air besar yang tidak lancar.. B&B yang bagus pada saat bangun pagi hari untuk memperbarui dalam asupan gi0i dan nutrisi yang baru bagi tubuh.
4erjadinya pembentukan tubuh dan kuku. Beberapa gejala kista hati pada wanita yang terkena gejala kista hati, pada bentuk kuku jarinya yang akan melengkung dan keluar seperti keputihan yang tidak normal.
#ejala kista lainnya biasanya penderita akan mengalami pada penurunan nafsu makannya yang bahkan bisa saja hilang dalam nafsu makan yang akan berimbas pada penurunan berat badan yang secara drastis. Bahkan ada juga yang sampai terserang penyakit anemia, perut terasa mual, perut kembung, dan adanya gangguan setelah makan. 4api tidak hanya semua penderita gejala kista hati ini akan mengalami pada penurunan berat badan.
4ubuh kekurangan cairan yang diakibatkan karena tidak seimbangnya dalam mengkonsumsi air putih. Penderita yang biasanya akan merasa mudah haus dan mengalami perubahan pada saat buang air kecil. &ir putih memanglah sangat diperlukan tubuh berfungsi untuk memudahkan tubuh dan pada organ tubuh lainnya untuk mencernakan makanan. *aka dari itu sebaiknya anda
minum air putih minimal C sampai " gelas setiap harinya untuk menghindari dari adanya gejala kista hati tersebut.
Penderita kista hati biasanya dia akan mengalami pusing kepala, kejang kejang dan mengalami perubahan mood dan perasaannya, seperti mudah tersinggung, mudah marah atau bahkan akan mengalami depresi berat.
*. Pemeriksaan Pen$n)ang dan Diagnostik Pemeriksaan La+oratori$m
Pasien
dengan
kista
hepar
tidak
banyak
memerlukan
pemeriksaan
laboratorium. Hasil pemeriksaan faal hati seperti transaminase atau alkali fosfatase mungkin sedikit abnormal, namun kadar bilirubin, prothrombin time $P4% dan activated prothrombin times $&P44% biasanya berada dalam batas normal. Pada Polycystic Liver Disease P3)D !, dapat dijumpai abnormalitas yang lebih banyak pada pemeriksaan fungsi faal hati, namun gagal fungsi hati jarang dijumpai. 4es fungsi ginjal termasuk kadar urea dan kreatinin darah biasanya abnormal. Pada tumor kistik hepar, tes fungsi hati juga dapat normal seperti pada simple cyst namun bisa terdapat abnormalitas pada sebagian pasien. 4erdapat peningkatan kadar 3arbohydrate antigen $3&% ?-? pada sebagian pasien. 3airan kista dapat diambil untuk pemeriksaan 3& ?-? pada saat pembedahan sebagai pemeriksaan marker untuk kistadenoma dan kistadenokarsinoma. Pasien dengan abses hepar dapat dikenal pasti dari gejala klinis. Pada pemeriksaan darah sering ditemukan leukositosis. ika terdapat kista hidatid, dijumpai eosinophilia pada sekitar !" pasien, dan titer antibody echinococcal positif pada hampir C" dari pasien. Pemeriksaan immunoassay en0im $enzyme immunoassay, 85&% dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi spesifik untuk E. histolytica. Pemeriksaan
histologik
dari
kista
dilakukan
dengan
tujuan
untuk
menyingkirkan kemungkinan suatu keganasan, seperti kistadenokarsinoma. Secara histopatologik kista hepar yang benigna mengandung cairan yang bersifat serosa dan dindingnya terdiri dari selapis sel epitel kuboidal dan stroma fibrosa yang tipis. Pemeriksaan Radiologik
Sebelum tersedia modalitas pencitraan abdominal secara luas termasuk ultrasonografi $=S#% dan 34 scan, kista hepar didiagnosa hanya apabila ia sudah sangat membesar dan bisa dilihat sebagai massa di abdomen atau sebagai penemuan tidak sengaja saat melakukan laparotomy. Saat ini, pemeriksaan radiologik sering menemukan lesi yang asimptomatik secara tidak sengaja. 4erdapat beberapa pilihan pemeriksaan radiologik pada pasien dengan kista hepar, seperti =S# yang bersifat non-in'asif namun cukup sensitif untuk mendeteksi kista hepar. 34 scan juga sensitif dalam mendeteksi kista hepar, dan hasilnya lebih mudah untuk diinterpretasikan dibanding =S#. *>5, nuclear medicine. scanning dan angiografi hepatik mempunyai penggunaan yang terbatas dalam menge'aluasi kista hepar. Secara umum simple cysts mempunyai gambaran radiologik yang tipikal yaitu mempunyai dinding yang tipis dengan cairan yang berdensitas rendah dan homogenous. P3)D harus dikonfirmasi dengan =S# atau 34 scan dengan menemukan kista-kista multiple pada saat e'aluasi. (ista hidatid bisa diidentifikasi dengan ditemukannya daughter cyst yang terkandung dalam rongga utama yang berdinding tebal. (istadenoma dan kistadenokarsinoma umumnya terlihat multilokuler dan mempunyai septa internal, densitas yang heterogeneus dan dinding kista yang irregular. 4idak seperti tumor lain pada
umumnya,
jarang
dijumpai
kalsifikasi
pada
kistadenoma
dan
kistadenokarsinoma. Satu masalah yang sering ditemui dalam menge'aluasi pasien dengan lesi kistik pada hepar adalah untuk membedakan kista neoplasma dan simple cyst . 9amun secara umum, neoplasma kistik mempunyai dinding yang tebal, irregular dan hiper'askular, sedangkan dinding kista pada simple cyst tipis dan uniform. Simple cyst memiliki tendensi memiliki bagian interior yang homogenous dan berdensitas rendah, sedangkan neoplasma kistik biasanya mempunyai bagian interior yang heterogenous dengan septasi-septasi. ,. Penatalaksanaan Penanganan -edikamentosa
Pengobatan secara medikamentosa untuk penanganan kista hepar non-parasitik maupun kista parasitik mempunyai manfaat yang terbatas. 4idak ada terapi konser'atif yang ditemui berhasil untuk menangani kista hepar secara tuntas.
&spirasi perkutaneous dengan dibantu oleh =S# atau 34 scan secara teknis mudah untuk dilaksanakan namun sudah ditinggalkan karena mempunyai kadar rekurensi hampir "". 4indakan aspirasi yang dikombinasikan dengan sklerosan dengan menggunakan alkohol atau bahan lain berhasil pada sebagian pasien namun mempunyai tingkat kegagalan dan kadar rekurensi yang tinggi. Sklerosis akan berhasil hanya terjadi dekompresi sempurna dari dinding kista. Hal ini tidak mungkin terjadi jika dinding kista menebal atau pada kista yang sangat besar. 4idak terdapat pengobatan medikamentosa untuk P3)D dan kistadenokarsinoma. (ista hidatid dapat diobati dengan agen antihidatid yaitu albenda0ole dan mebenda0ole, namun biasanya tidak efektif. 6bat-obatan ini digunakan sebagai terapi adju'an dan tidak dapat menggantikan peran penanganan bedah atau pengobatan perkutaneus dengan teknik P&5> $ Puncture, "spiration, #n$ection, %easpiration%. Pengobatan medikamentosa dimulai ! hari sebelum pembedahan dan dilanjutkan hingga bulan setelah operasi sesuai panduan dari 6rganisasi (esehatan Dunia $orld Health 6rganisation, H6%. Penanganan !eratif
Secara umum tujuan terapi operatif adalah untuk mengeluarkan seluruh lapisan epithelial kista karena dengan adanya sisa epitel akan menyebabkan terjadinya rekurensi. Secara ideal, kista direseksi keluar secara utuh tanpa melubangi ka'itas kista tersebut. ika ini terjadi, kista akan kolaps dan ditemukan kesukaran untuk mengenal secara pasti dan mengeluarkan lapisan epitel. 1. 4eknik P&5> $ Puncture, "spiration, #n$ection, %easpiration%
4eknik P&5> untuk penanganan kista hepar dilakukan dengan dibantu oleh =S# atau 34 scan yang melibatkan aspirasi isi kista melalui sebuah kanula khusus, diikuti dengan injeksi agen yang bersifat skolisidal selama : menit, kemudian isi kista direaspirasi lagi. Proses ini diulang hingga hasil aspirasi jernih. (ista kemudian diisi dengan solusi natrium klorida yang isotonik. 4indakan ini harus diikuti dengan pengobatan perioperatif dengan obat ben0imoda0ole ! hari sebelum tindakan hingga - bulan setelah tindakan.
1. *arsupialisasi $dekapitasi% Dekapitasi atau unroofing kista dilakukan dengan cara mengeksisi bagian dari dinding kista yang melewati permukaan hepar. 8ksisi seperti ini menghasilkan
permukaan kista yang lebih dangkal pada bagian kista yang tertinggal hingga cairan yang disekresi oleh epitel yang masih tertinggal merembes kedalam rongga peritoneal dimana ia diabsorbsi. Sisa epitel dapat juga diablasi dengan menggunakan sinar koagulator argon atau elektrokauter. Sebelumnya penanganan kista seperti ini memerlukan tindakan laparotomi $open unroofing % namun seiring dengan perkembangan alat dan teknik, ia bisa dilakukan secara laparoskopik. $%
#ambar . )i'er 7enestration Dari hasil penelitian yang dijalankan, didapatkan bahwa unroofing kista secara laparoskopik mempunyai tingkat morbiditas yang rendah, waktu reokupasi yang lebih singkat dan bisa kembali ke akti'itas normal lebih cepat dibandingkan open unroofing secara laparotomi. 7aktor-faktor yang mungkin mempengaruhi terjadi rekurensi dengan teknik ini adalah deroofing yang adekuat, kista yang terletak dalam atau berada di segmen posterior dari hepar, penggunaan sinar argon untuk sisa epitel dinding kista, tindakan omentoplasty untuk ca'itas residual, dan tindakan laparoskopi atau laparotomi yang pernah dilakukan sebelumnya yang menyebabkan timbulnya jaringan fibrosis di hepar. . >eseksi Hepar dan 4ranplantasi Hati Prosedur yang lebih radikal seperti reseksi hepar dan transplantasi hati telah digunakan dalam penanganan kista hepar non-parasitik. alaupun prosedur ini bisa mendapatkan hasil terbaik dari segi kadar rekurensi yang sangat rendah,
namun ia mempunyai kadar morbiditas yang tinggi, yang mungkin tidak dapat diterima untuk suatu penyakit yang benigna. Penelitian &artin d''. menemukan kadar morbiditas :" pada ; pasien yang menjalani prosedur reseksi hepar untuk penanganan kista hepar non-parasitik. Di antara komplikasi yang terjadi pada tindakan reseksi hepar, termasuk infeksi paru-paru, efusi pleura, infeksi pada luka operasi, drainase cairan peritoneal dan empedu yang lama dan hematoma subphrenikus. 4ranplantasi hepar diindikasikan untuk penyakit polikistik dengan simptom yang menetap setelah pendekatan terapeutik medikamentosa dan operatif yang lain gagal, atau pada keadaan gagal ginjal. >eseksi hepar layak untuk diaplikasikan pada pasien dengan kista multipel yang rekuren atau terdapat kemungkinan suatu tumor kistik hepar. &natomi segmental hepar yang pertama dijelaskan oleh 3ouinaud pada tahun ?:/ membagi hepar menjadi delapan segmen dimana setiap segmen mempunyai cabang arteri hepatikum, 'ena porta dan traktus biliaris yang tersendiri. Hal ini memungkinkan untuk mereseksi setiap segmen ini secara indi'idual apabila diperlukan, dan mengurangi pemotongan tidak perlu dari jaringan hepar yang normal. (ehilangan darah bisa dikurangi dengan menggunakan teknik oklusi 'askular $manoeuvre Pringle%. 4ujuan dari teknik oklusi 'askular adalah untuk mereseksi hepar dengan perdarahan seminimal mungkin. Penting untuk diperhatikan bahwa dibutuhkan fungsi hepar residual yang cukup setelah dilakukan reseksi, untuk mencegah insufisiensi hepatik post-operatif. (ehilangan darah yang banyak diasosiasikan dengan peningkatan morbiditas peri-operatif. Dalam prakteknya, lebih mudah untuk mereseksi segmen hepar secara keseluruhan. alaupun pemisah antarsegmen tidak dapat terlihat melalui permukaan hepar, segmen dapat diidentifikasi dengan melakukan oklusi terhadap aliran inflo( terhadap segmen yang dituju, maka akan terjadi iskemik dan akan terlihat pembagian fungsional hepar dari permukaan. )lisson’s capsule diketahui merupakan kondensasi dari fascia yang mengelilingi cabang bilio'askular hepar. 3ouinaud menerangkan bahwa fascia ini berlanjut dari parenkim hepar hingga segmentasi hepar. 5mplikasi operatifnya adalah, apabila suplai dari segmen indi'idual dilakukan dari dalam hepar, ligasi
dari fascia ini akan menyebabkan de'askularisasi segmen. 4eknik ini kemudian dipermudah dengan penggunaan stapler. Beberapa insisi abdominal dapat digunakan untuk reseksi hepar. 5nsisi subkostal bilateral memberikan akses yang baik dan biasanya dilakukan dengan memperluas insisi eksploratif subkostal kanan untuk menjamin tidak terdapat penyakit peritoneal yang tidak diharapkan. 8kstensi ke arah atas hingga tepi bawah sternum $insisi &ercedes*+enz % juga dapat dilakukan untuk mendapatkan akses yang lebih lebar. Setelah dilakukan laparotomi eksplorasi, hepar dimobilisasi dari peritoneal. )igamentum falciforme dipisahkan dengan perhatian khusus pada identifikasi lokasi dimana 'ena hepatika memasuki 'ena ca'a inferior. )igamentum koronaria dekstra, dipisahkan untuk mobilisasis lobus kanan hepar. )igamentum triangulare sinistra dipisahkan untuk mobilisasi lobus kiri hepar. Penatalaksanaan Ke!era/atan
a. *enjamin kelancaran jalan nafas b. *enjaga saluran nafas tetap bersih, bebas dari secret c. *empertahankan sirkulasi stabil d. *elakukan obser'asi tingkat kesadaran dan tanda tanda 'ital e. *enjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi hiperhidrasi f. *enjaga kebersihan kulit untuk mencegah terjadinya decubitus g. *engelola pemberian obat sesuai program $ 4arwotoEartonah,
1""/ % 0. Kom!likasi
5nfeksi berat
Pecahnya kista
Penyebaran infeksi ke organ lain $otak, prostat, dan lain-lain%
#agal hati
. %Terlam!ir&
KISTA HATI
4. Landasan Teoritis As$an Ke!era/atan 1. Pengka)ian a. Identitas klien
5dentitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, 9o register, dan dignosa medis. +.
Kel$an $tama dan alasan mas$k
Biasanya keluhan utama klien dengan kista hati adalah perut bagian atas bengkak, nyeri pada perut, mual, dan pembesaran hati. ". Ri/ayat keseatan sekarang Adanya nyeri pada perut, letargi, mual dan muntah, sakit kepala, wajah tampak meringis dan kesakita, lemah, hilang keseimbangan, dak bisa berisrahat, mencernamenelan makanan susah.
d. Ri/ayat keseatan da$l$ !asien pernah mengalami penyakit ha, ada trauma pada bagian ha, riwayat meminum alkohol, merokok dan riwayat pekerjaan yang beresiko terjadi penyakit ha.
e. Ri/ayat keseatan kel$arga
*engkaji adanya anggota keluarga yang menderita penyakit genetik F kronis. 2. Pola 5$ngsinal (ordon a. Pola !erse!si
(ebiasaan merokok, riwayat peminum alcohol, kesibukan dan olahraga. +. Pola n$trisi dan meta+olisme
Biasanya klien mengalami mual, muntah, bila kondisi klien telah stabil, e'aluasi terhadap pola nutrisi klien untuk mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak adekuat. c.
Pola eliminasi
Perlu dikaji pola eliminasi al'i seperti frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces, pada pola eliminasi uri dikaji frekuensi kepekatannya, warna, bau dan jumlah. d. Pola tid$r dan istiraat
Biasanya klien sering terbangun karena mual dan sakit kepala yang dirasakan. e. Pola akti6itas dan latian
Biasanya klien merasa lemah,lelah,kaku hilang keseimbangan dengan tanda-tanda seperti perubahan kesadaran, letargi, cara berjalan tidak tegap, masalah dlm keseimbangan, kehilangan tonus otot. f. Pola $+$ngan dan !eran
Biasanya klien kista hati harus menjalani rawat inap sehingga klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. g. Pola kognitif dan !erse!t$al
Biasanya klien mengalami masalah dalam berkomunikasi, belum terorientasi penuh . Pola !erse!si dan konse! diri
Biasanya dampak yang timbul pada klien kista hati yaitu rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan akti'itas secara optimal. i.
Pola seks$al
Biasanya klien akan mengalami masalah dalam hubungan seksual karena harus menjalani rawat inap ).
Pola mekanisme ko!ing
(eluhan tentang penyakit pasien, bisanya pasien memiliki koping yang baik dalam mengatasi masalahnya. k. Pola keyakinan
Biasanya kebutuhan beribadah klien mengalami gangguan karena klien harus dirawat dan keterbatasan gerak klien.
3. Pemeriksaan 5isik
Biasanya pada pasien kista hati kesadaran composmentis, keadaan lemah, 'ital sign pada respiratory normal F sesak , nadi meningkat, dan kadang terjadi demam. . (epala Pada pasien kista hati biasanya tidak ada masalah pada kepala. 1. *ata Biasanya konjungti'a pasien tidak anemis, sklera ikterik, penglihatan normal. . Hidung 4erlihat nafas cuping hidung, terjadi perdarahan pada hidung. !. 4elinga 4idak ada masalah pada bagian telinga :. *ulut Pada pasien kista hati biasanya kekeringan pada mukosa bibir, bibir pucat, ada stomatitis. ;. )eher 4erjadi pembengkakan kelenjer limfe dan getah bening. /. Dada a. antung
5
5ctus cordis tidak terlihat
Pa
5ctus teraba jari di >53 2
Pe
batas jantung yang dalam posisi normal
&
5rama jantung teratur
b. Paru 5
Simetris, pergerakan dinding dada statis,pergerakan dinding dada normal
Pa
7remitus kiri dan kanan sama
Pe
Sonor
&
Suara nafas 'esikuler
C. &bdomen 5
Buncit, &sites
&
Bising usus normal
Pe
4ympani
Pa
Hepar dan )ien teraba
?. 8kstremitas =ntuk pasien kista hati biasanya terdapat cubbing finger, kekuatan otot lemah, 3>4 G detik, edema. ". #enitalia Biasanya tidak terdapat masalah pada bagian genitalia.
DA5TAR P7STAKA
1. 2aughan, 23., *c(ay >., Behrman >8. 9elson tetbook of pediatrics. Liver and
bile ducts. Philadelphia .B. Saunders 3ompany. 1""/. h.-1. ". Doherty, #*., ay, ). 3urrent surgical diagnosis E treatment th ed. +enign
tumor cysts of the liver . 5ndia *c#raw-Hill. ??!. h.:/;-/. #. 9orton, &., et al. 8ssential practice ofsurgery basic science and clinical e'idence.
Liver . 9ew @ork Springer-2erlag. 1"". h.1:-!. $. *cPhee, S., )ingappa, 2>., #anong, 7. Pathophysiology of disease an
introduction to clinical medicine ! th ed. 9ew @ork )ange *edical BooksF*c#rawHill. 1"". h. C"-?1. :. 9etter. 4he Human Body &tlas of 9etter Ie-bookJ %. *oore, ()., &gur, &*. &natomi klinis dasar. "bdomen. 8ditors 2i'i S. E 2irgi S.
akarta Hipokrates. 1""1. h. /-1:. &. Schwart0, S5., et al. Principles of surgery / th ed. Liver . 9ew @ork *c#raw-Hill.
???. h. ?:-!":. '. Smithuis, >. )i'er segmental anatomy IonlineJ. 1""; Idikutip &pril 1""J. 4ersedia
pada =>) hpwww.radiologyassistant.nlen$#&*bb'dc"$1d +. Heriot ., (aranjia 9D. & re'iew of techni+ues for li'er resection IonlineJ. 1""1
Idikutip &pril 1""J. 4ersedia pada =>) hpwww.rsmpress.co.ukarcsam.pd ". ackson, HH., *ul'ihill, S. Hepatic cyst IonlineJ. September 1""? Idikutip &pril 1""J. 4ersedia pada =>) httpFFemedicine.medscape.comFarticleF?"CC-o'er'iew 11. 3ady, B. 4he surgical clinics of north &merica 'ol. ;? )i'er surgery. &anagement of
cystic disease of the liver. Philadelphia .B. Saunders 3ompany. ?C?. h. 1C:-?:. 1". Debas, H4. #astrointestinal surgery pathophysiology and management. Liver cyst .
San 7ransisco Springer-2erlag. 1""!. h.C"-. 1#. 3han. 3@., 4an 3H., 3hew, SP, 4eh 3H. )aparoscopic fenestration of a simple
hepatic
cyst
IonlineJ.
1""
Idikutip
hpwww.pkdiet.compdli-er"/lap0.pd
&pril
1""J.
4ersedia
pada
=>)
View more...
Comments