Kiri Islam Hassan Hanafi

May 19, 2019 | Author: irfan taufiq | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Ghh...

Description

KIRI ISLAM HASSAN HANAFI

FARIDATUSHOLIKAH 17771065

Biografi Hassan Hanafi Hass Hassan an Hana Hanafi fi adal adalah ah se seor oran ang g pemi pemiki kirr huku hukum m Isla Islam m dan dan Profesor filsafat terkemuka di Mesir. Dilahirkan 13 Februari 1935 di Kairo, Mesir. Hassan Hanafi lahir dari leluhur Berber dan Badui Mesir. Pada usia sekitar lima tahun, Hanafi mulai mengha menghafal fal al-Qur’an al-Qur’an   di bawa bawah h bimb bimbin inga gan n Syai Syaikh kh Sayy Sayyid id.. Pend Pendid idik ikan an dasa dasarrnya nya ia se sele lesa saik ikan an se sela lama ma lima lima tahu tahun n di Madr Madras asah ah Ghaw Ghawis ish, h, se sele lepa pass itu itu Hana Hanafi fi

masu masuk k ke se seko kola lah h

pendidikan guru Al-Mu’allimin Al-Mu’allimin..  Abad Badruzaman,   Kiri Kiri Isla Islam m Hass Hassan an Hana Hanafi  fi    (Bante (Banteng: ng: Tiara Tiara  Wacana Yogya, 2005), hlm. 41-42

Ia memperoleh gelar Sarjana Muda bidang filsafat dari University of Cairo pada tahu tahun n 19 1956 56.. Se Sepu pulu luh h tahun tahun kemud kemudia ian n (1966 (1966), ), Hana Hanafi fi tela telah h me meng ngan anto tong ngii gelar gelar Doktor dari LA Sarbone, Sarbone, sebuah Universitas Universitas terkemuka di Prancis. Prancis. Selama rentang rentang studi di negeri yang multietnis tersebut, Hanafi menyempatkan diri mengajarkan  bahasa Arab Ara b di Ecoledes Langues Orientales, Paris. Pengalamannya di Prancis jelas sangat instrumental dalam pembentukan wacana intelektualnya. Kembali ke Mesir 1966. Kemudian Hassan Hanafi mengajar di Universitas Kairo dalam mata kuliah Pemikiran Kristen Abad Pertengahan dan juga Filsafat Islam. Sebagai dosen Filsafat Kristen, Hanafi harus mengajar selama dua tahun pertama (1966 – (1966  – 1967).  1967).

Ilham Baharudin Saenong,   Hermeneutika Pembebasan Hassan Hanafi,MK Metodologi Tafsir al-Qur'an menurut Hassan Hanafi , Teraju, Teraju, Jakarta, 2002, hlm. 71-74

Karya-karya Hassan Hanafi 

  Berbentuk buku hingga berbentuk artikel. Karya dalam bentuk buku: (1) Abu ‘al -Husain alBasri: al- Mu’tamad   fi Usul Fiqh,(2 )Al-Hukumah al Islamiyyah li al-Imam Al-Khumaini,(3) Jihad al-Nafsi Aw al-jihad al Akbar al-Khumaini , (4 ) Al- Yasar al-Islamiyah, katabat fi al-Nahdah al Islamiyah, (5) Namazij Min al-Falsafah Al-Misriyyah: Augustin,  Anselm, Thomas, Aquinas, (6)   Spinoza: Risalah fi al-Lahut wa al Siyasah, (7) Leibinz: Tarbiyyah al-Jinsi al-Basari wa Amal Ukhra, (8)  Min al-Aqidah ila ats –Tsawrah : Muhawalah li   I’adah Ilmu Ushul ad Din, (9) Muqaddimah fi’Ilma al-Istighrab, tahun 1991, (10) Les Metodesd   Exegese, ‘  essai sur la science des fondaments dela comprehension, ilm ushul al-fiqh, (Seri Desertasi,1965); (11) L’Exeqese de la Phenomenologie  L’etat   actual de la methode Phenomenologique et son application au  Ph’enomene   religiux   (Seri Desertasi, 1965), dan masih banyak lagi karyanya yang berupa buku.



 Selain buku, Hassan Hanafi juga membuat artikel,  yaitu: (1)   Theology Ideology and Development  “From Faiter to Revelution, (2) “The Genesis of Scula Ideology”, (3)   Religion, Nature, and Science “Human   Subsevience of   Nature”, (4)   Islamic  Fundamentalism “On   Correction, The Origin of  Modern Conservation in Islamic  Fundamentalism”, dan lain-lain.

Hasan Baharun dkk, Metodologi Studi Islam (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 191-193

Pendekatan Kiri Islam menurut Pemikiran Hassan Hanafi

Definisi Kiri Islam Islam adalah ajaran praksis yang selalu memberontak terhadap tatanan-tatanan social yang menindas dan diskriminatif. dapatlah kita katakan  bahwa Islam sejak Islam Adam hingga Islam Muhammad- adalah “Kiri”,   yang artinya melawan penindasan serta menjunjung tinggi penegakan kesetaraan dan keadilan. Kazuo Shimogaki, Kiri Islam, antara Modernisme dan Postmodernisme (Yogyakarta: LKiS, 1993), hlm. 7-8

Gerakan kiri Islam modern yang didengungkan oleh Hassan Hanafi, sejatinya hendak

menjadikan

Islam

sebagai

suatu

gerakan

revolusioner

yang

 berkesinambungan (harakah tsawriyah mustamirrah), sebagai kelanjutan dari gerakan-gerakan pembaharuan yang ada, seperti yang dilancarkan oleh Ibnu Taimiyah, Jamaludin Al-Afghani, Muhammad  ‘Abduh, Rasyid Ridla, dan lainnya. Oleh sebab itu, Hassan Hanafi merasa perlu belajar dari gerakan pembaharuan Islam sebelumnya, khususnya dikawasan Timur Tengah. Dari Imam Khomeini, Hanafi belajar menjadi seorang rasionalis yang gencar melakukan kritik atas tradisi. Sedang dari Jamaluddin Al-Afghani, Hanafi mengambil inspirasi bagi perlawanan terhadap peradaban para hemogonik.

 Abad Badruzaman, Kiri Islam Hassan Hanafi  (Banteng: Tiara Wacana Yogya, 2005), hlm. 6

Kiri Islam adalah sebuah manifesto berbasis Islam yang dianggap sebagai ajaran sempurna dari Tuhan kepada umat manusia. Kiri Islam merupakan penyempurnaan agenda modern Islam yang mengungkapkan

realitas

dan

tendensi

social

politik

kaum

muslimin. Ia tidak muncul dari ruang hampa dan bukan sesuatu  yang mengada-ada dalam gerakan islam, kendatipun ia muncul di tengah-tengah kekosongan setelah agenda   al-Afghani  mengalami krisis dan terdistrosi di dalam Al-Manar.

Kazuo Shimogaki, Kiri Islam, antara Modernisme dan Postmodernisme  (Yogyakarta: LKiS, 1993), hlm. 109

Kiri Islam merupakan gerakan transformasi dan manivestasi nilai-nilai ideal yang termuat di dalam ajaran-ajaran agama yang ada di dalam hafalan dan genggaman kita. Transformasi tersebut adalah akidah tauhid yang telah kita miliki dan kita jadikan pedoman agar melahirkan pembebasan dan revolusi terhadap segala

bentuk

tirani

yang

membelenggu.

Kiri

Islam

mengupayakan rekonstruksi ilmu-ilmu keislaman dari konstruk  lama yang tidak sejalan dengan kebutuhan zaman menjadi konstruk yang lebih progresif, populis dan membumi.

Latar Belakang Kemunculan Kiri Islam Menurut Hassan Hanafi, dunia Islam kini sedang menghadapi

tiga

ancaman,

yaitu

imperialism,

zionisme, dan kapitalisme dari luar; kemiskinan, ketertindasan, dan keterbelakangan dari dalam.



Hassan Hanafi mengembangkan pemikiran teologi pembebasan dalam kerangka pemikiran Kiri Islam. Dasar pemikiran Hanafi muncul sebagai reaksi terhadap sejumlah program modernisasi di Negara-negara Islam. Tentang program modernisasi tersebut, Ia mengkaji beberapa kecenderungan  yang menurutnya penting untuk didiskusikan bagi masa depan dunia Arab-Islam, yaitu:



Kecenderungan kooptasi agama oleh kekuasaan dan praktik keagamaan diubah menjadi sematamata ritus.



Liberalism adalah subjek kritik Hassan Hanafi.



Kecenderungan Marxis Barat yang bertujuan memapankan suatu partai yang berjuang melawan kolonialisme telah menciptakan dampak-dampak tertentu, tetapi belum cukup untuk membuka khazanah intelektual muslim.

Kazuo Shimogaki, Kiri Islam, antara Modernisme dan Postmodernisme (Yogyakarta: LKiS, 1993), hlm.911

latar belakang kemunculan pemikiran Hanafi,  yang mencakup dua hal

Kondisi Sosial Politik  

Mesir mengalami kebangkitan nasionalisme yang di tunjang oleh berbagai faktor, yaitu :



Kehadiran pasukan Inggris, Australia dan Selandia Baru yang melukai rasa kebangsaan Mesir.



Pembiayaan besar bagi tentara berpenghasilan tetap



Digunakannya orang Mesir menjadi tenaga kerja Inggris

Kondisi Gerak Intelektual 

Secara garis besar dapat dilihat adanya tiga kecenderungan pemikiran yang muncul ketika itu :



  Pertama : The Islamic Trend (Kecenderungan pada Islam), akhiran ini di wakili oleh Rasyid Ridha (1865 – 1935) dan Hasaan Hanafi alBanna (1906 – 1944)



  Kedua : The Syntetic Trend (Kecenderungan mengambis sintesa), kelompok yang  berusaha memadukan antara Islam dan kebudyaaan Barat. Kelompok ini diwakili oleh Muhammad Abduh, Qasim Amin (1865 – 1908), Ali ‘ Abd, al-Raziq (1888 – 1966)



  Ketiga : The Rational Scientific and Liberal Trend (Kecenderungan rasional ilmiah dan pemikiran bebas) Fisik pangkal pemikiran ini sebenarnya bukanlah Islami melainkan peradaban Barat dan prestasi-prestasi ilmiahnya. Termasuk dalam kelompok ini antara lain Luthfi as-Sayyid dan para emigran Syiria yang berlari ke Mesir.  Ahmad Ridwan, Reformasi Intelektual Islam : Pemikiran Hasan Hanafi tentang Reaktulisasi Tradisi   Keilmuan Islam, (Yogyakarta: ITTAQA Press ,1998), hlm. 13-14

KIRI ISLAM HASSAN HANAFI FARIDATUSHOLIKAH

Kiri Islam Hassan Hanafi Pengambilan kata Kiri Islam oleh Hanafi dimaksudkan sebagai media perlawanan dan kritik atas tekanan dari Barat. Tekanan dari Barat, seperti kita ketahui telah mengambil bentuk penjajahan dan îpasan hak-hak umat Islam. Penjajahan yang dilakukan Barat terhadap Islam membuat tekanan logis yang sangat dalam.

Hassan Hanafi menjelaskan bahwa sejak zaman Al-Afghani hingga kini, umat Islam terdiri dari dua kelompok yaitu para penguasa dan yang dikuasai, pemimpin dan rakyat, elit dan jelata. Lalu dalam kenyataanya, kelompok

pertamalah

yang

dominan

dan

diperhitungkan

keberadaannya,sementara kelompok kedua seakan tidak. Selain itu pihak  pertama bersikap dan bertindak eksploitasi terhadap kelompok kedua. Kiri Islam muncuk untuk memfokuskan perhatiannya kepada kelompok kedua. Kiri Islam datang untuk menyuarakan jeritan dan kepentingan serta hak-hak  mereka secara kuantitas adalah mayoritas umat. Kiri Islam tampil untuk  membela kepentingan umat yang mayoritas itu, untuk mengambil hak-hak  kaum miskin dari kaum kaya, membela kaum yang lemah dalam menghadapi kaum kuat, serta menjadikan seluruh umat sejajar.  Abad Badruzaman, Kiri Islam Hassan Hanafi  (Banteng: Tiara Wacana Yogya, 2005), hlm. 61

Revitalisasi Khazanah Intelektual Klasik  

 Kiri Islam berakar pada dimensi revolusioner dari khazanah intelektual lama.oleh karena itu, rekontruksi, pengembangan, dan pemurnian khazanah lama itu sangat penting dilakukan. Khazanah

lama

kita

terdiri

dari

tiga

macam

ilmu

pengetahuan, yaitu ilmu-ilmu normative-rasional, ilmu-ilmu rasional semata dan ilmu-ilmu normative-tradisional. 

Kazuo Shimogaki,   Kiri Islam, antara Modernisme dan  Postmodernisme (Yogyakarta: LKiS, 1993), hlm.121

Menantang Peradaban Barat Kiri Islam hadir untuk menantang dan menggantikan kedudukan peradaban Barat. Jika al-Afghani memperingatkan tentang impirealisme militer, maka Kiri Islam pada awal abad ini telah menghadapi ancaman impirealisme ekonomi berupa korporasi multi nasional, sekaligus mengingatkan akan ancaman imperialisme kebudayaan. Imperialisme kebudayaan dilakukan dengan cara menyerang kebudayaan dari dalam, dan melepas afiliasi umat atas kebudayaan sendiri, sehingga umat tercabut dari akarnya. Kazuo Shimogaki, Kiri Islam, antara Modernisme dan Postmodernisme (Yogyakarta: LKiS, 1993), hlm. 106-107

Kiri Islam memperkuat umat Islam dari dalam dan tradisinya sendiri berdiri melawan pembaratan yang pada dasarnya bertujuan melenyapkan kebudayaan nasional dalam memperkokoh hegemoni kebudayaan barat. Kiri Islam memperkuat umat Islam dari dalam dan tradisinya sendiri berdiri melawan pembaratan yang pada dasarnya bertujuan melenyapkan kebudayaan nasional dalam memperkokoh hegemoni kebudayaan barat. Kazuo Shimogaki,  Kiri Islam, antara Modernisme dan Postmodernisme (Yogyakarta: LKiS, 1993), hlm. 106-107

Realitas Dunia Islam Pemikiran keagamaan kita selama ini. menurut Hasan Ilanafi, hanya  bertumpu pada model "Pengalihan" yang hanya memindahkan bunyi teks kepada realitas, seakan-akan teks-teks keagamaan adalah realitas yang dapat berbicara sendiri. Padahal metode teks seperti itu memiliki kelemahan.

 Abad Badruzaman, Kiri Islam Hasan Hanafi: Menggugat Kemampuan Agama dan Politik , (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), hlm. 100

 Adapun misi Kiri Islam sebagai berikut: Mewujudkan keadilan sosial di kalangan umat Islam, dan menciptakan masyarakat tanpa kelas agarjurang yang menganga di antara kaum miskin dengan orang kaya dapat terhapus, sejalan dengan petunjuk Al-Qur'an. Menegakkan masyarakat yang bebas dan demokratis, dimana setiap individu berhak mengungkapkan pendapat, menyuarakan kritik dan melakukan amar ma'ruf nahyi munkar. Membebaskan tanah-tanah kaum Muslimin dari kolonialisme di Palestina, menghapus pakta-pakta militer di dunia Islam dan mengembalikan kekayaan kaum Muslimin setelah sekian lama sumber daya alam yang dimilikinya dihisap oleh imperialisme.

Membangun kesatuan Islam yang menyeluruh, yang dimulai dari kesatuan umat di Mesir, kemudian lembah Nil. Mesir dan Suriah. Mesir-Maroko. kemudian kesatuan dunia Arab dan akhirnya dunia Islam. Merumuskan sistem politik nasional yang bebas dari pengaruh super power, yaitu kebijakan "Bukan Barat dan bukan Timur", sealur dengan nas Al-Qur'an, serta mempererat jalinan persahabatan dengan bangsa-bangsa Asia-Afrika yang merupakan bangsa-bangsa.

 Abad Badruzaman, Kiri Islam Hasan Hanafi: Menggugat Kemampuan Agama dan Politik, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), hlm. 105-106

 Agama dan Revolusi (Pembebasan) Tugas Kiri Islam adalah menguak unsur-unsur revolusioner dalam agama, dan menjelaskan pokok-pokok pertautan agama dan revolusi, dengan kata lain, memaknai agama sebagai revolusi. Dalam hal ini, agama menjadi landasan dan revolusi merupakan tuntutan zaman, sebagaimana para filsuf muslim

pendahulu kita mengupayakan

pertautan antara filsafat yang merupakan keharusan zaman dengan syariat sebagai landasan.

Upaya ini merupakan kerja natural untuk mengaktualisasikan vitalitas peradaban Islam dan kelangsungannya di dalam sejarah. Oleh karena itu, kerja mempertautkan agama dan revolusi bukanlah sesuatu yang asing dan latah. Agama adalah revolusi itu sendiri, dan para nabi

merupakan revolusioner pembaru sejati. Dalam konteks ini, tauhid sungguh mempunyai fungsi praktis melahirkan keteguhan perilaku, dan system keyakinan mengimplikasikan suatu tujuan transformasi

kehidupan manusia dan system social mereka.

Kazuo Shimogaki,   Kiri Islam, antara Modernisme dan Postmodernisme   (Yogyakarta: LKiS, 1993), hlm.164-165

Revolusi agama-agama juga menjadi subjek penelitian dalam ilmu sejarah agama-agama, sosiologi, agama dan ilmu politik. Gerakan-gerakan keagamaan

revolusioner

itu

memiliki

beberapa

kualifikasi,

seperti

Millenialisme yang bersandarkan pada munculnya sosok pembebas semacam Al-Masih dan al-Mahdi. Bukan hanya mempersonalisasikan pembebasan dalam citra messiah. Inilah yang dikuak oleh Kiri Islam.

Kazuo Shimogaki, Kiri Islam, antara Modernisme dan Postmodernisme   (Yogyakarta: LKiS, 1993), hlm. 167

Integritas Bangsa Kiri Islam sagat mendorong terjadinya dialog di antara berbagai kecenderungan pemikiran Islam dengan menghindari suasana debat kusir, saling caci, dan perpecahan. Kiri Islam bukanlah suatu madzab  baru

dalam

Islam,

teologi

maupun

fiqih,

melainkan

upaya

mempersatukan kaum muslimin sejalan dengan kebutuhan-kebutuhan dan tuntutan zaman tehadap nilai-nilai kebebasan, keadilan, dan kemajuan. Setelah selama ini terpisah dalam madzab dan sekte dan dominasi kaum colonial yang bersemboyan “pecah belah dan kuasai” maka kesatuan pemikiran merupakan prasyarat utama bagi kesatuan umat. Kazuo

Shimogaki,   Kiri

Islam,

(Yogyakarta: LKiS, 1993), hlm. 168

antara

Modernisme

dan

Postmodernisme

Kiri Islam tidak hanya mendeklarasikan revolusi ini bagi kaum muslim saja, melainkan juga revolusi ahli kitab yang merupakan representasi dari Khazanah dan sejarah nasional rakyat. Tidak  ada lagi perbedaan antara Islam dengan gereja-gereja Timur dalam perjuangan melawan kolonialisme Barat. Kiri Islam  berpretensi untuk menjaga kreativitas historis bangsa-bangsa dan menolak supervise cultural dari Barat.

Kazuo Shimogaki,   Kiri Islam, antara Modernisme dan Postmodernisme   (Yogyakarta: LKiS, 1993), hlm. 176

Menjawab Tuduhan

Kiri Islam secara keseluruhan terbebas dari pengaruh Barat dan

Timur.

Dia

bukanlah

neo-Marxisme,

liberalism

revolusioner, Khawarij, Syiah, maupun gerakan Qaramitah. Melainkan

refleksi

pemikiran

historis

yang

mempresentasikan suatu gerakan social politik dalam khazanah klasik, dengan menggali akarnya pada Al-Kitab dan sunnah, dan hanya bertujuan untuk kesejahteraan rakyat. Kazuo Shimogaki, Kiri Islam, antara Modernisme dan Postmodernisme   (Yogyakarta: LKiS, 1993), hlm. 176-177

Kiri Islam dapat dikatakan sebagai Al-Urwah al-Wutsqa  yang mempersatukan dan memfasilitasi umat Islam untuk melawan kolinialisme dan otoritarianisme.

Kazuo Shimogaki, Kiri Islam, antara Modernisme dan Postmodernisme (Yogyakarta: LKiS, 1993), hlm. 180

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF