Kinetika Reaksi Orde 2
May 8, 2018 | Author: landep ayu | Category: N/A
Short Description
Praktikum Kesetimbangan (Kimia Fisik)...
Description
JURNAL PRAKTIKUM KESETIMBANGAN KIMIA KINETIKA REAKSI ORDE-2
disusun oleh Nama NIM Kelom!o+ Asis$en
Lande! A"unin#$ias %&%'%()(%(*& * Della Pe,ma$a K
LABORATORIUM KIMIA ISIK JURUSAN KIMIA AKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETA.UAN ALAM UNI/ERSITAS JEMBER JEMBER 2(%0
BAB %1 PENDA.ULUAN
%1% La$a, La$a, Bela+a Bela+an# n#
Kinetika Kinetika kimia menunjukkan menunjukkan kecepatan kecepatan dan mekanisme mekanisme perubahan perubahan konsentrasi konsentrasi suatu reaktan terhadap waktu pada suhu tertentu. Ketergantungan laju pada konsentrasi menghasilkan suatu orde reaksi. Reaksi orde kedua ialah reaksi yang lajunya lajunya bergantun bergantung g pada konsentrasi salah satu reaktan yang dipangkatkan dua atau pada konsentrasi dua reaktan berbeda yang masing-masing dipangkatkan satu. Percobaan ini memiliki tujuan yaitu yaitu menunj menunjuka ukan n bahwa bahwa reaksi reaksi yang yang terjadi terjadi adalah adalah reaksi reaksi orde orde dua dan menent menentuka ukan n tetapan tetapan orde orde reaksi reaksi dengan dengan cara menguj mengujii campur campuran an larutan larutan etil asetat dengan dengan NaOH NaOH meng menggu guna naka kan n alat alat kond konduk ukto tome mete ter. r. Reak Reaksi si antar antaraa laru laruta tan n etil etil aseta asetatt deng dengan an NaOH NaOH merupakan proses saponifikasi. apon aponifik ifikasi asi merupa merupakan kan proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali yang menghasilkan garam karbonil !sejenis sabun" dan gliserol !alko !alkohol". hol". #lkali #lkali yang biasanya digunakan digunakan adalah NaOH$ Na %&O'$ KOH dan K %&O'. Reaksi Reaksi saponi saponifika fikasi si mengha menghasilk silkan an sabun sabun sebagai sebagai produk produk utama utama dan gliseri gliserin n sebagai sebagai produk produk sampin samping. g. abun abun merupa merupakan kan garam garam logam logam alkali alkali dengan dengan rantai rantai asam monokarbosiklik yang panjang. (arutan alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun bergantung pada jenis sabun yang diinginkan. (arutan alkali yang biasa digunakan dalam pembuatan sabun keras adalah Natrium Hidroksida$ dan alkali yang biasa biasa digunakan dalam sabun lunak adalah Kalium Hidroksida. abun berfungsi sebagai pengemulsi kotorankotoran kotoran berupa berupa minyak minyak ataupun ataupun )at pengotor lainnya. (emak minyak minyak yang digunakan digunakan dapat berasal dari lemak hewani hewani maupun nabati$ nabati$ lilin$ ataupun minyak minyak ikan laut. abun dibuat dari proses saponifikasi lemak hewan dan dari minyak.
%12 Tuuan
Percobaan Percobaan kinetika kinetika reaksi orde-% ini memiliki tujuan tujuan yaitu menentukan menentukan konstanta laju reaksi orde dua dari reaksi saponifikasi etil asetat.
BAB 21 LANDASAN TEORI
21% Material Safety Data Sheet 3 MSDS 4
%.*.* #kuades #kuades memiliki rumus molekul H%O. #kuades didapatkan melalui proses penyulingan sehingga tidak mengandung mineral. #kuades berfase cair$ tidak berwarna$ tidak berbau$ dan tidak berasa. bahan ini tergolong bahan yang stabil sehingga tidak memerlukan penyimpanan khusus. #kuades tidak menyebabkan korosi pada mata$ kulit$ dan tidak berbahaya apabila terhirup maupun tertelan. #kuades termasuk bahan yang aman$ sehingga tindakan pertama yang perlu dilakukan apabila terjadi tumpahan kecil maupun besar yaitu$ dengan mengepel tumpahan dengan lap kering yang mudah menyerap !#nonim$ %+*,". %.*.% til #setat !&H'&OO&%H" til #setat memiliki fase cair$ berbau seperti cuka$ berasa pedas$ dan tidak berwarna. til asetat mempunyai massa molar /+$+ gram0mol$ massa jenisnya adalah *$+12 gram0cm '$ titik lebur */$/ o & dan titik didih **3$* o &. til #setat berbahaya bila tertelan dalam jumlah banyak dan menimbulkan rasa perih jika terkena kulit yang teriritasi. til #setat menimbulkan iritasi ringan jika terkena mata. Pertolongan yang harus dilakukan apabila terkena bahan ini yaitu dengan membilas mata dan kulit yang terkena garam dapur selama kurang lebih * menit. Penyimpanan seharusnya dilakukan di tempat yang sejuk$ kering$ dan tertutup !#nonim$ %+*,". %.*.'. Natrium Hidroksida !NaOH" Natrium hidroksida memiliki rumus molekul NaOH. 4ahan ini berfase padat$ berwarna putih$ berbau$ titik didihnya *'335 &$ dan titik lelehnya '%,5 &. 4ahan ini mudah larut dalam air dingin$ reaktif dengan logam dan alkali. NaOH ini berbahaya apabila terkena mata$ kulit$ terhirup$ dan tertelan$ sehingga pertolongan pertama yang bisa dilakukan apabila tertelan$ yaitu jangan memaksakan memuntahkan secara sengaja dan segera minta pertolongan medis !#nonim$ %+*,". %.*.1. Natrium Klorida !Na&l" Natrium klorida merupakan nama lain dari garam dapur. 4ahan ini memiliki bentuk kristal padat$ berwarna putih$ dan tidak berbau. 4ahan ini memiliki berat molekul 3$1'
g0mol$ memiliki berat jenis %$*/ gram0cm '$ titik didihnya *1*'5 &$ dan titik leburnya 3+*5 &. 4ahan ini berbahaya apabila terkena mata$ kulit$ terhirup$ dan tertelan$ sehingga pertolongan pertama yang bisa dilakukan apabila tertelan$ yaitu jangan memaksakan memuntahkan secara sengaja dan segera minta pertolongan medis !#nonim$ %+*,".
2121 Landasan Teo,i
6ujuan utama dalam kinetika kimia adalah menurunkan persamaan yang dapat digunakan untuk memprediksi hubungan antara laju reaksi dan konsentrasi reaktan. Persamaan yang ditetapkan secara percobaan ini disebut hukum laju atau persamaan laju. aA + bB →≫+ hH
!*" pesi a dan b merupakan koefisien dalam persamaan setara. (aju reaksi seperti ini dinyatakan sebagai7 laju reaksi8 k 9#:m94:n !%" uku 9#:$ 94: menyatakan molaritas reaktan. ksponen yang diperlukan$ m dan n biasanya berupa angka bulat !positif"$ meskipun dalam beberapa kasus dapat berupa nol$ pecahan$ atau negatif. ksponen harus ditentukan secara percobaan dan biasanya tidak berkaitan dengan koefisien stoikiometrik. ;stilah orde dikaitkan dengan dengan eksponen dalam hukum laju dan digunakan dalam beberapa cara yaitu ebagai berikut7 *. #pabila m8*$ reaksi tersebut dikatakan sebagai reaksi orde pertama untuk #$ dan apabila n8%$ reaksi tersebut dikatakan sebagai reaksi orde pertama untuk 4. %. Orde reaksi keseluruhan adalah jumlah semua eksponen$ yaitu mersibel dan derajat disosiasinya berbeda-beda berdasarkan derajat pengencerannya. @isosiasi elektrolit suatu senyawa dapat dinyatakan sebagai berikut7 Na&l Na%O &a&l% AgO1
⇋ ⇋ ⇋ ⇋
Na< < &l%Na< < O1%&a%olume *+ m(
−
rlenmeyer
'.*.% 4ahan −
til asetat !&H'&OO&%H"
−
#kuades
−
NaOH
−
Na&l
)12 S+ema Ke,a
'.%.% Reaksi aponifikasi til #setat −
dipipet sebanyak *+ m(
−
diencerkan ke dalam labu ukur + m(
−
dipipet sebanyak *+ m( NaOH +$* A
−
diencerkan ke dalam labu ukur + Al
−
dilakukan reaksi saponifikasi dengan cara mencampur etil asetat dengan NaOH yang telah dibuat sebelumnya
−
diaduk menggunakan batang pengaduk
−
dicelupkan batang konduktometer dan dicatat data konduktansi yang muncul pada layar komputer
Hasil
BAB 61 .ASIL DAN PEMBA.ASAN
61%
.asil
1.*.* Eji Konduktifitas Reaksi aponifikasi ; No.
t !s"
*.
(o!F0cm"
(!F0cm"
!(o-("0t !F0cm.s"
*++
%''%
*$//
%.
%++
%%%
*$'/
'.
'++
%*%3
*$%'
1.
1++
%+*
*$*%
.
++
*232
*$+%
/.
/++
*2%3
+$2
,.
,++
*33%
+$33
3.
3++
*3'2
+$3%
2.
2++
*3+,
+$,,
*+.
*+++
*,,'
+$,%
**.
**++
*,11
+$/3
*%
*%++
*,*1
+$/
%123
1.*.% Eji Konduktifitas Reaksi aponifikasi ;;
k
+$+*/
No.
t !s"
*.
(o!F0cm"
(!F0cm"
!(o-("0t !F0cm.s"
*++
%''*
*$*3
%.
%++
%%%
*$*%
'.
'++
%*'1
*$+
1.
1++
%+3
+$23
.
++
*222
+$2
/.
/++
*2'2
+$3
,.
,++
*332
+$3
3.
3++
*312
+$,
2.
2++
*3+
+$,*
*+.
*+++
*,/%
+$/2
**.
**++
*,'*
+$/
*%
*%++
*,+'
+$/%
%112
k
+$++21
612 Pem7ahasan
Percobaan keempat membahas mengenai kinetika reasi orde dua. Kinetika reaksi merupakan ilmu kimia yang membahasa mengenai kecepatan reaksi terhadap waktu dan temperatur tertentu. Komponen yang berperan dalam penjelasan laju reaksi adalah reaktan. (aju reaksi dapat dinyatakan sebagai pengurangan konsentrasi reaktan terhadap waktu. (aju reaksi dapat diamati berdasarkan pengurangan reaktan karena bereaksi membentuk suatu produk berdasarkan waktu tertentu. Ketergantungan laju pada konsentrasi menghasilkan suatu orde reaksi. Reaksi orde dua merupakan reaksi yang lajunya bergantung pada konsentrasi salah satu reaktan yang dipangkatkan dua atau pada konsentrasi dua reaktan berbeda yang masing-masing dipangkatkan satu. Persamaan konsentrasi reaktan dan laju reaksi dihubungkan dengan suatu konstanta yang disebut sebagai konstanta laju reaksi. Reaksi orde dua dalam percobaan ini dibuktikan dengan kelinearan grafik Brafik ( >s !(o-("0t. Percobaan ini memiliki tujuan yaitu menunjukan bahwa reaksi yang terjadi merupakan reaksi orde dua dan menentukan tetapan laju reaksi. Penetapan konstanta laju reaksi dilakukan dengan cara mengukur kondukti>itas reaksi saponifikasi antara etil asetat dengan
NaOH selama *%++
sekon dengan inter>al *++ sekon menggunakan
konduktometer. Pengukuran kondukti>itas reaksi saponifikasi etil asetat dengan NaOH dilakukan sebanyak % kali !duplo". Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui keakuratan percobaan dengan cara membandingkan nilai konstanta laju pertama dan kedua pada reaksi saponifikasi dengan jenis dan kuantitas reaktan yang sama yang dilakukan pada waktu yang sama pula. Penentuan tetapan laju reaksi dilakukan dengan cara membuat grafik ( >s Lo − L . 4erdasarkan grafik$ maka didapatkan nilai slope sebagai t
1
C 0 k
$ dengan
memasukkan nilai konsentrasi etil asetat awal yang telah diketahui sehingga didapatkan nilai k !konstanta laju reaksi". Konduktometer yang akan digunakan untuk menguji reaksi saponifikasi antara NaOH dan etil asetat dikalibrasi terlebih dahulu. Kalibrasi dilakukan menggunakan bahan yang diketahui nilai kondukti>itasnya berdasarkan literatur. Hal ini bertujuan agar alat menunjukkan kebenaran nilai yang sesungguhnya$ sehingga keakuratan nilai yang dihasilkan tidak menyimpang jauh dari ambang batas yang ditentukan. (arutan yang digunakan untuk kalibrasi konduktometer yaitu larutan Na&l *++ ppm dan Na&l ++ ppm. (arutan ini digunakan untuk kalibrasi sebab memiliki nilai kondukti>itas yang tidak mudah mengalami perubahan pada suhu kamar. Nilai kondukti>itas Na&l menurut literatur sebesar %*+ F0cm untuk larutan Na&l *++ ppm dan *+%+ F0cm untuk larutan Na&l ++ ppm. Kegiatan pertama yaitu melakukan pengenceran NaOH +$* A dan etil asetat +$* A masing-masing menjadi konsentrasi +$+% A sebanyak + m(. Pengenceran untuk NaOH dan etil asetat masing-masing dilakukan sebanyak dua kali$ sehingga didapatkan empat reaktan yang akan direaksikan menjadi dua kali percobaan. 6ujuan pengenceran NaOH dan etil asetat adalah agar kedua larutan tersebut dapat berinteraksi dengan air sehingga mengalami ionisasi. (arutan NaOH akan terionisasi dalam air menjadi ion Naitas semakin lama akan semakin menurun. Hasil pengukuran kondukti>itas untuk reaksi saponifikasi ; selama *%++ sekon dengan inter>al *++ sekon yang dinyatakan sebagai ( secara berturut-turut yaitu %''% F0cm$ %%% F0cm$ %*%3 F0cm$ %+* F0cm$ *332 F0cm$ *2%3 F0cm$ *33% F0cm$ *3'2 F0cm$ *3+, F0cm$ *,,' F0cm$ *,11 F0cm$ *,*1 F0cm. Nilai ( + sebesar %123 F0cm. Nilai kondukti>itas semakin lama semakin menurun. Hal tersebut disebabkan bahwa ion-ion reaktan yang sebelumnya melimpah akan berkurang karena membentuk produk &H '&OONa dan etanol. Reaktan NaOH menyumbang peranan besar dalam uji kondukti>itas$ hal ini disebabkan NaOH adalah elektrolit yang lebih kuat dibandingkan etil asetat dan akan terionisasi sempurna dalam air. ehingga ion-ion dari NaOH berkontribusi besar dalam menunjukkan nilai kondukti>itas dalam reaksi saponifikasi. ;on OH- dan Na< akan berkurang seiring bertambahnya waktu karena bereaksi dengan ion-ion dari etil asetat membentuk produk$ sehingga nilai kondukti>itas yang ditunjukkkan semakin lama akan semakin menurun karena reaktan semakin berkurang.
Kurva L vs (Lo-L)/t 2500 2000
f(x) = 642 .42x + 1315.28 R² = 0.99
1500
L
Pr!o"aa# 1 L$#ar (Pr!o"aa# 1)
1000 500 0 0.4 0.6 0.8
1
1.2 1.4 1.6 1.8
(Lo-L1)/t
Bambar 1.* Brafik ( >s !( o-("0t Brafik pada gambar 1.* menjelaskan bahwa ( >s !( o-("0t menghasilkan garis linear. Nilai (+ lebih besar daripada nilai (. Hal ini disebabkan semakin lama kondukti>itas larutan semakin turun. elisih kondukti>itas awal !( o" dengan kondukti>itas pada waktu tertentu !(" tidak menunjukkan perubahan yang signifikan$ sehingga besar atau kecilnya nilai !(o-("0t sangat ditentukan oleh penyebutnya dalam hal ini adalah waktu !t". emakin lama waktunya maka penyebutnya semakin besar dan nilai !( o-("0t semakin kecil. Hal ini menjelaskan bahwa dari inter>al watu *++ sekon sampai *%++ sekon nilai nilai !( o-("0t semakin menurun. Konstanta laju reaksi !k" ditentukan berdasarkan grafik ( versus !(o("0t. Bradien dinyatakan sebagai
1
C 0 k
$ dengan memasukkan nilai konsentrasi etil asetat
awal yang telah diketahui maka didapatkan nilai k !Konstanta laju reaksi". Nilai k yang didapatkan berdasarkan grafik tersebut yaitu sebesar +$+*/. Hasil pengukuran kondukti>itas untuk reaksi saponifikasi ;; selama *%++ sekon dengan inter>al *++ sekon yang dinyatakan sebagai ( secara berturut-turut yaitu %''* F0cm$ %%% F0cm$ %*'1 F0cm$ %+3 F0cm$ *222 F0cm$ *2'2 F0cm$ *332 F0cm$ *312 F0cm$ *3+ F0cm$ *,/% F0cm$ *,'* F0cm dan *,+' F0cm. Nilai ( + sebesar %112 F0cm. Hal tersebut disebabkan bahwa ion-ion reaktan yang sebelumnya melimpah akan berkurang karema membentuk produk &H '&OONa dan etanol.
Kurva L vs (Lo-L)/t 2500 2000
f(x) = 106 %.1x + 1036.15 R² = 0.99
1500
L
Pr!o"aa# 2 L$#ar (Pr!o"aa# 2)
1000 500 0 0.5 0 .6 0 .% 0 .8 0 .9 1 1.1 1 .2 1.3
(Lo-L1)/t
Bambar 1.% Brafik ( >s !( o-("0t Brafik pada gambar 1.% menjelaskan bahwa ( >s !( o-("0t menghasilkan garis linear. Nilai (+ lebih besar daripada nilai (. Hal ini disebabkan semakin lama kondukti>itas larutan semakin turun. elisih kondukti>itas awal !( o" dengan kondukti>itas pada waktu tertentu !(" tidak menunjukkan perubahan yang signifikan$ sehingga besar atau kecilnya nilai !(o-("0t sangat ditentukan oleh penyebutnya dalam hal ini adalah waktu !t". emakin lama waktunya maka penyebutnya semakin besar dan nilai !( o-("0t semakin kecil. Hal ini menjelaskan bahwa dari inter>al watu *++ sekon sampai *%++ sekon nilai nilai !( o-("0t semakin menurun. Konstanta laju reaksi !k" ditentukan berdasarkan grafik ( versus !(o("0t. Bradien dinyatakan sebagai
1
C 0 k
$ dengan memasukkan nilai konsentrasi etil asetat
awal yang telah diketahui maka didapatkan nilai k !Konstanta laju reaksi". Nilai k yang didapatkan berdasarkan grafik tersebut yaitu sebesar +$++21. Persamaan garis linear dari persamaan
L=
1
( L o − L ) + L∞ diturunkan
C 0 k
berdasarkan persamaan garis linear dari hukum laju orde % yaitu
1
C t
= kt +
1
C 0
. Eji laju
reaksi orde dua dilakukan dengan membuat grafik ( versus !(o-("0t. (aju reaksi yang memiliki orde dua akan menunjukkan grafik dengan garis yang linear . 4erdasarkan grafik yang dihasilkan pada masing-masing reaksi saponifikasi * dan %$ keduanya menghasilkan grafik ( >s !( o-("0t yang linear dengan R % mendekati *. ehingga reaksi saponifikasi NaOH dengan etil asetat merupakan laju reaksi berorde dua.
Nilai k !percobaan *" sebesar +$+*/ dan k !percobaan %" sebesar +$++21$ apabila dibandingkan memiliki selisih yang relatif besar yakni sebesar +$++/% atau hampir mencapai ,+C dari k% !konstanta laju percobaan %". Denomena ini dapat dijelaskan dari perbedaan nilai (+ masing-masing percobaan$ dimana (+ percobaan * sebesar %123 F0cm dan (+ percobaan % sebesar %112 F0cm. Nilai ( + percobaan * lebih besar nilai ( + dari percobaan %. Hal ini disebabkan$ saat setelah NaOH dan etil asetat dicampurkan dan diaduk tidak segera diuji kondukti>itasnya$ sehingga reaktan telah relatif banyak berkurang membentuk produk sebelum dilakukan uji kondukti>itas dan mengasilkan nilai ( + yang lebih kecil daripada (+ pada percobaan *.
BAB &1 PENUTUP
&1% Kesim!ulan
4erdasarkan grafik yang dihasilkan pada masing-masing reaksi saponifikasi * dan %$ konstanta laju reaksi !k" ditentukan berdasarkan grafik ( versus !(o-("0t. Bradien dinyatakan sebagai
1
C 0 k
$ dengan memasukkan nilai konsnentrasi etil asetat awal yang
telah diketahui maka didapatkan nilai k !Konstanta laju reaksi". Nilai konstanta laju reaksi orde-% reaksi saponifikasi etil asetat yang dihasilkan pada percobaan pertama !uji *" yaitu +$+*/$ sedangkan nilai k pada percobaan kedua sebesar +$++21.
&12 Sa,an
4erdasarkan percobaan yang telah dilakukan$ saran yang bisa diberikan yaitu sebaiknya praktikan memahami betul prosedur percobaan agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan percobaan. Praktikan seharusnya lebih cepat dalam menguji kondukti>itas reaksi saponifikasi saat setelah dilakukan pencampuran dan pengadukan sehingga menghasilkan nilai kondukt>itas yang akurat dalam dua kali pengulangan.
Da8$a, Pus$a+a
#nonim.
%+*,.
Material
Safety
Data
Sheet
of
Aquades
9erial
Online:.
http700www.sciencelab.com0msds.phpImsdsid8 22%,1+%. 9diakses 1 #pril %+*,:. #nonim.
%+*,. Material
Safety
Data
Sheet
of
Etil
Acetic
9erial
Online:.
http700www.sciencelab.com0msds.phpImsdsid8 22%,*/. 9diakses '+ #pril %+*,:. #nonim. %+*,. Material Safety Data Sheet of Sodium Chloride 9erial Online:. http700www.sciencelab.com0msds.phpImsdsid8 22%,2'. 9diakses 1 #pril %+*,:. #nonim. %+*,. Material Safety Data Sheet of Sodium idroxide 9erial Online:. http700www.sciencelab.com0msds.phpImsdsid8 22%1223. 9diakses 1 #pril %+*,:. 4asset$ =.$ dkk. *221. !uku A"ar #o$el %imia Analisis %uantitatif Anor$anik . =akarta7 Penerbit 4uku Kedokteran. &hang$ Raymond. %++1. %imia Dasar& %onsep'%onsep (nti )ilid * Edisi %eti$a. =akarta7 rlangga. Dessenden$ R.= dan Dessenden$ =.. *23%. %imia r$anik )ilid * Edisi %eti$a. =akarta7 rlangga. Khopkar$ .A. *22+. %onsep'%onsep Dasar %imia Analitik . =akarta7 E; Press. ,etrucci- ./alp- dkk. *010. ,rinsip',rinsip Dasar & %imia Dasar )ilid 1 Edisi %edua. )akarta& Erlan$$a. 6im Penyusun. %+*,. ,etun"uk ,raktikum %esetimban$an. =ember7 Eni>ersitas =ember.
LAMPIRAN
%1 Pen#en9e,an a1 E$il Ase$a$
A* J * 8 A% J % +$* A J *+ m( 8 A % J + m( A% 8 +$+% A 71 NaO.
A* J * 8 A% J % +$* A J *+ m( 8 A % J + m( A% 8 +$+% A 21 Ui Kondu+$i:i$as !en#ulan#an I
(o 8 %123 F •
•
•
•
•
•
•
( 8 %''%F t 8 *++ s Lo − L ( 2498 −2332 ) µS = = 1,66 µS / s 100 s t ( 8 %%%F t 8 %++ s Lo − L ( 2498 −2225 ) µS = = 1,365 µS / s 200 s t ( 8 %*%3F t 8 '++ s Lo − L ( 2498 −2128 ) µS = = 1,233 µS / s t 300 s ( 8 %+*F t 8 1++ s Lo − L ( 2498 −2051 ) µS = = 1,12 µS / s t 400 s ( 8 *232F t 8 ++ s Lo − L ( 2498 −1989 ) µS = = 1,02 µS / s 500 s t ( 8 *2%3F t 8 /++ s Lo − L ( 2498 −1928 ) µS = = 0,95 µS / s t 600 s ( 8 *33%F t 8 ,++ s
Lo − L ( 2498 −1882 ) µS = =0,88 µS / s t 700 s ( 8 *3'2F t 8 3++ s Lo − L (2498 −1839 ) µS = =0,82 µS / s t 800 s ( 8 *3+,F t 8 2++ s Lo − L ( 2498 −1807 ) µS = =0,77 µS / s t 900 s ( 8 *,,' F t 8 *+++ s Lo − L ( 2498 −1773 ) µS = =0,725 µS / s 1000 s t ( 8 *,11F t 8 **++ s Lo − L ( 2498 −1744 ) µS = =0,685 µS / s t 1100 s ( 8 *,*1F t 8 *%++ s Lo − L ( 2498 −1714 ) µS = =0,65 µS / s t 1200 s
•
•
•
•
•
Kurva L vs (Lo-L)/t 2500 2000
f(x) = 642 .42x + 1315.28 R² = 0.99
1500
L
Pr!o"aa# 1 L$#ar (Pr!o"aa# 1)
1000 500 0 0.4 0.6 0.8
1
1.2 1.4 1.6 1.8
(Lo-L1)/t
Aenentukan konstanta reaksi orde % •
y 8 /1%$1%J < *'*$' RL 8 +.23,2 &+ 8 +.*A 1
•
=m
C 0 k 1
=642,42
C 0 k
1
C 0 ( 642,42 )
=k
1 0,1 × ( 642,42 ) 1 64,24
= k
=k , k =0,0156
)1 Ui Kondu+$i:i$as Pen#ulan#an II
(o 8 %112 F •
•
•
•
•
•
•
•
•
( 8 %''*F t 8 *++ s Lo − L (2449 −2331 ) µS = =1,18 µS / s 100 s t ( 8 %%% F t 8 %++ s Lo − L (2449 −2225 ) µS = =1,12 µS / s t 200 s ( 8 %*'1 F t 8 '++ s Lo − L ( 2449 −2134 ) µS = = 1,05 µS / s t 300 s ( 8 %+3 F t 8 1++ s Lo − L ( 2449 −2058 ) µS = = 0,98 µS / s 400 s t ( 8 *222 F t 8 ++ s Lo − L (2449 −1999 ) µS = =0,9 µS / s 500 s t ( 8 *2'2 F t 8 /++ s Lo − L (2449 −1939 ) µS = =0,85 µS / s t 600 s ( 8 *332 F t 8 ,++ s Lo − L ( 2449 −1889 ) µS = = 0,8 µS / s t 700 s ( 8 *312 F t 8 3++ s Lo − L (2449 −1849 ) µS = =0,75 µS / s 800 s t ( 8 *3+ F t 8 2++ s
Lo − L (2449 −1805 ) µS = =0,71 µS / s t 900 s ( 8 *,/% F t 8 *+++ s Lo − L ( 2449 −1762 ) µS = =0,69 µS / s t 1000 s ( 8 *,'* F t 8 **++ s Lo − L ( 2449 −1731 ) µS = =0,65 µS / s t 1100 s ( 8 *,+' F t 8 *%++ s Lo − L (2449 −1703 ) µS = =0,62 µS / s 1200 s t
•
•
•
Kurva L vs (Lo-L)/t 2500 f(x) = 106 %.1x + 1036.15 R² = 0.99
2000 1500
L
Pr!o"aa# 2 L$#ar (Pr!o"aa# 2)
1000 500 0 0 .5 0 .6 0 .% 0.8 0 .9 1 1.1 1 .2 1.3
(Lo-L1)/t
Aenentukan konstanta reaksi orde % •
y 8 *+/,$*J < *+'/$% RL 8 +.22', &+ 8 +.*A 1
•
=m
C 0 k 1
=1067,1
C 0 k
1
C 0 ( 1067,1 )
= k
1 0,1 x ( 1067,1 )
= k
1 106,71
= k , k =0,0094
View more...
Comments