Kholifatu Sa'Diyah MEMBANGUN KAPAL TEKNIK BLOK
July 17, 2017 | Author: san kukuh | Category: N/A
Short Description
Download Kholifatu Sa'Diyah MEMBANGUN KAPAL TEKNIK BLOK...
Description
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN BLOK 04 PADA KAPAL ALUMINIUM CREW BOAT 40 M
Kholifatu Sa’diyah NRP. 6211030009
Dosen Pembimbing Tri Tiyasmihadi, ST., MT. NIP. 196206181988031001
PROGRAM STUDI TEKNIK BANGUNAN KAPAL Jurusan Teknik Bangunan Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN PEMBANGUNAN BLOK 04 PADA KAPAL ALUMINIUM CREW BOAT 40 M
Kholifatu Sa’diyah NRP. 6211030009
Dosen Pembimbing Tri Tiyasmihadi, ST., MT. NIP. 196206181988031001
PROGRAM STUDI TEKNIK BANGUNAN KAPAL Jurusan Teknik Bangunan Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya 2014
ABSTRAK PERENCANAAN PEMBANGUNAN BLOK 04 PADA KAPAL ALUMINIUM CREW BOAT 40 M
Oleh Kholifatu Sa’diyah NRP : 6211030009
Teknologi yang berkaitan dengan proses pembangunan kapal akan terus dikembangkan, dengan titik perhatian pada pengembangan metode yang digunakan untuk dapat menghasilkan proses pembangunan kapal lebih efisien dan produktif. Menurut Storch (1995) dan Watson (2002) secara umum tahap pembangunan kapal sangat bervariasi, bergantung keinginan pemesan, namun secara umum tahapan ini meliputi : pengembangan keinginan pemesan, desain konsep atau prarancangan, desain kontrak, penawaran/penandatanganan kontrak, perencanaan dan desain detail, fabrikasi dan perakitan. Produktifitas sebuah pembangunan kapal sangat bergantung pada kemampuan dalam penanganan serta pengawasan setiap tahapan secara baik. Salah satu tahapan pembangunan kapal adalah pengkonstruksian material menjadi ril sebuah kapal. Seiring penemuan teknologi las (welding technology) menggantikan teknologi keling (riveting technology), maka teknologi perakitan kapalpun mengalami evolusi teknologi. Teknologi untuk merakit kapal mengalami
perkembangan
mulai
dari
sistem
komponen
atau
metode
tradisional/konvensional sampai dengan sistem blok atau metode modern. Mempelajari perkembangan teknologi produksi kapal memberikan suatu pemahaman secara menyeluruh kelebihan dan kekurangan suatu metode, serta pengaplikasiannya di galangan-galangan.
Kata-kata kunci : metode, efisien, produktif, welding technology, riveting technology, evolusi teknologi, konvensional, modern. iii
ABSTRACT SHIP BUILDING PLANNING ON BLOCK 04 OF ALUMINIUM VESSEL CREW BOAT 40 M
By : Kholifatu Sa’diyah NRP : 6211030009
Technology related to ship building process will continue to be developed, with the focal point on the development of methods used to generate the ship building process more efficient and productive. According Storc (1995) and Watson (2002) generally ship building phase varies, depending on the customer desires, but in general this stage include: the development of customer desires,concept designor pre-design, contract design, bidding/contract signing, planning and detailed design, fabrication and assembly. The productivity of a ship building relies heavily on the ability in handling and monitoring each stage as well. One of the stages of development of the material of construction of the ship is becoming a real ship. As technological inventions weldingtechnology replaces riveting technology, then the assembly technology of the ship to witness technology evolves. Technology to assemble the ship had been developed ranging from system components or traditional methods/systems to conventional block or modern methods. Studying the development of ship production technology to provide a thorough understanding of the advantages and disadvantages of the method, and its application in shipyards.
Key words: methods, efficient, productive, welding technology, riveting technology, the evolution of technology, conventional, modern.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur selalu dipanjatkan kehadirat Tuhan YME, atas segala berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik, lancar, sehat dan selamat. Laporan Tugas Akhir ini berjudul: PERENCANAAN PEMBANGUNAN BLOK 04 PADA KAPAL ALUMINIUM CREW BOAT 40 M, disusun sebagai syarat bagi penulis untuk mendapatkan gelar AhliMadya di Jurusan Teknik Bangunan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya yang penulis banggakan. Penulis menyadari bahwa dalam Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan maupun kesalahan yang perlu dibenahi. Maka dari itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik dari segenap pembaca demi pembenahan dan penyempurnaan Laporan Tugas Akhir ini. Semoga tulisan ini berguna bagi kita semua khususnya dalam dunia ilmu pengetahuan, perusahaan, serta pembaca pada umumnya.
Surabaya, 02 Juli2014
Penulis
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Selama pengerjaan Tugas Akhir ini tentunya penulis banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada banyak pihak yang telah memberikan motivasi, membantu, membimbing pelaksanaan dan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, khususnya kepada : 1. Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini. 2. Ayah, Ibu dan keluarga besarku, yang telah memberikan do’a restu yang tiada henti serta dukungan moril maupun materiil selama penulis menempuh studi di Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. 3. Bapak Ir. H. M. Mahfud, M.MT., FRINA., selaku Direktur Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. 4. Bapak Aang Wahidin, ST., MT., dan Bapak M. Ari, ST., MT., selaku ketua dan sekretaris Jurusan Teknik Bangunan Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. 5. Bapak Tri Tiyasmihadi, ST., MT., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, kritik dan saran selama pengerjaan Tugas Akhir ini. 6. Ibu Ir. Irma Rustini A., MT., selaku Dosen Wali Program Studi Teknik Bangunan Kapal semester VI yang selalu memberi semangat dan motivasi. 7. Teman-teman SB 2011 yang Serba Bisa dan Selalu Bersemangat. 8. Saudara-saudaraku Nikkapala People yang selalu menghibur, membantu dan memberikan semangat selama kuliah. 9. QA/QC dan Tim Engineering PT. Orela Shipyard, yang turut membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. 10. “Someone Special”, yang selalu memberi semangat dan do’anya.
vi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii ABSTRAK …………………………………………………………………... iii ABSTRAC …………………………………………………………………... . iv KATA PENGANTAR…………………………………………………….. ... v UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... vi DAFTAR ISI…………………………………………………………............ vii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x DAFTAR TABEL............................................................................................ xii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1
Latar Belakang.......................................................... .................... 1
1.2
Perumusan Masalah....................................................................... 2
1.3
Tujuan Penelitian........................................................................... 2
1.4
Manfaat Penelitian......................................................................... 2
1.5
Batasan Penelitian ......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 3 2.1
Perkembangan Teknologi Produksi Kapal.................................... 4 2.1.1 Conventional Hull Construction and Outfitting ............... 5 2.1.2 Hull Block Construction Method and Pre-Outfitting ...... . 8 2.1.3 ProcessLane Construction and Zone Outfitting or Full Outfitting Block System (FOBS) ....................................... 9 2.1.4 Integrated Hull-Construction, Outfitting and Painting (IHOP) ............................................................................... 10
2.2
Macam-Macam Pekerjaan Outfitting.................................. .......... 11 2.2.1 Outfitting On-Unit................ ............................................ 11 2.2.2 Outfitting On-Block................ .......................................... 12 2.2.3 Outfitting On-Board................ ......................................... 13
2.3
Proses Pembuatan Kapal ............................................................... 13 2.3.1 Proses Pembuatan Kapal Berdasarkan Sistem.................. 13 2.3.1.1 SistemSeksi........................................................ 13 2.3.1.2 Sistem Block Seksi................. ........................... 14 vii
2.3.1.3 Sistem Block................. ..................................... 14 2.3.2 Proses Pembuatan Kapal Berdasarkan Tempat................ 15 2.3.2.1 Fabrocation................. ...................................... 15 2.3.2.2 Erection ................. ........................................... 15 2.4
Tahap-tahap Pembuatan Kapal...................................................... 15
2.5
Produksi ........................................................................................ 16 2.5.1 Persiapan Produksi................ ........................................... 16 2.5.2 Mould Loft................ ........................................................ 18 2.5.3 Fabrikasi................. .......................................................... 18 2.5.4 Assembly................. .......................................................... 19 2.5.4.1
Perakitan Komponen (Part Assembly) ............. 20
2.5.4.2
Perakitan Sub-blok (Sub-block Assembly) ........ 20
2.5.4.3 Semi-block and Block Assembly dan Grandblock Joining......................................................... 21 2.5.5 Erection …………………….................. ............................. 22 2.6
Sistem Konstruksi.................................................... ..................... 22 2.6.1 Sistem Konstruksi Melintang................ ........................... 22 2.6.2 Komponen Sistem Konstruksi Melintang................. ........ 23 2.6.3 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Konstruksi Melintang..... 25 2.6.4 Sistem Konstruksi Membujur............................................ 25 2.6.5 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Konstruksi Membujur..... 26 2.6.6 Komponen Sistem Konstruksi Membujur......................... 26 2.6.7 Sistem Konstruksi Campuran................ ............................ 27
BAB III METODE PENELITIAN................................................................... 29 3.1 Pengumpulan Data................................................................... ..... 29 3.2 Pengolahan Data danAnalisa......................................................... 29 3.3 Perencanaan Pembangunan Blok 04 Berdasarkan Sistem Galangan........................................................................................ 29 3.4 Perencanaan Pembangunan Blok 04 Menggunakan Metode IHOP ............................................................................................. 29 3.5 Analisa Jumlah Pekerja & Lama Waktu Pengerjaan............ ........ 30 3.6 Analisa Hasil Pembangunan Blok 04............................................ 30 viii
3.7 Jadwal Pelaksanaan Penelitian..................................................... . 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................... .... 32 4.1 Penentuan Blok Kapal Aluminium Crew Boat (CB) Suberko 02................................................................................................... 32 4.2 Fasilitas Yang Terdapat di Galangan............................................ 33 4.2.1 Fasilitas............................................................................. 33 4.2.2 Peralatan Permesinan dan Perlengkapan ...... ................... 33 4.2.3 Peralatan Las dan Potong ....... ......................................... 34 4.3 Proses Penggambaran Model Kapal CB. Suberko 02 untuk Blok 04................................................................................................... 34 4.4 Pemilihan Metode Pengerjaan ... .................................................. 37 4.4.1 Pembangunan Kapal Menggunakan Metode Konvensional............... ..................................................... 38 4.4.2 Pembangunan Kapal Menggunakan Metode IHOP.......... 41 4.5 Analisa Hasil Dari Metode Yang Digunakan............ ................... 43 4.5.1 Hasil Analisa Pada Kapal CB. Suberko 01....................... 43 4.5.2 Hasil Analisa Pada Blok 04 Kapal CB. Suberko 01......... 44 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 45 5.1 Kesimpulan................................................................................... 45 5.2 Saran ............................................................................................. 45 DAFTAR PUSTAKA............................................................................ .......... 47 LAMPIRAN..................................................................................................... 48
ix
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1
Tahapan perkembangan teknologi produksi ............................ 4
Gambar 2.2
Peletakan lunas dengan pendekatan sistem.............................. 6
Gambar 2.3
Perakitan wrang dengan pendekatan sistem............................. 6
Gambar 2.4
Perakitan struktur dasar ganda dengan pendekatan sistem ...... 6
Gambar 2.5
Perakitan struktur dasar ganda telah selesai............................. 7
Gambar 2.6
Perakitan gading-gading dengan pendekatan sistem................ 7
Gambar 2.7
Penegakan sekat dengan pendekatan sistem ............................ 7
Gambar 2.8
Penggunaan perancah pada perakitan kapal dengan pendekatan sistem ....................................................................................... 7
Gambar 2.9
Pembuatan kapal menggunakan teknologi keeling ................. 8
Gambar 2.10 Pembuatan kapal menggunakan teknologi las ......................... 9 Gambar 2.11 Pembuatan kapal menggunakan sistem seksi........................... 9 Gambar 2.12 Fabrikasi komponen outfitting ................................................. 10 Gambar 2.13 Pembuatan kapal mengaplikasikan integrasi antara pekerjaan lambung, instalasi dan pengecatan........................................... 11 Gambar 2.14 Seksi Bulkhead ……………………………………………………. 13 Gambar 2.15 Blok-blok seksi dalam pembangunan kapal............................. 14 Gambar 2.16 Proses kerja pembangunan kapal …………………………… 14 Gambar 2.17 Proses pembuatan Kapal .......................................................... 16 Gambar 2.18 Part fabrication yang tidak dapat dibagi lagi .......................... 19 Gambar 2.19 Part assembly yang berada di luar aliran kerja utama ............. 20 Gambar 2.20 Sub-block assembly berdasarkan tingkat kesulitan .................. 21 Gambar 2.21 Sistem konstruksi melintang .................................................... 23 Gambar 2.22 Sistem konstruksi memanjang Single Bottom/dasar tunggal... 25 Gambar 2.23 Sistem konstruksi campuran .................................................... 27 Gambar 3.1
Diagram Pengerjaan ................................................................. 31
Gambar 4.1
Bentuk lambung blok 04 pada kapal CB. Suberko 02 ............ 35
Gambar 4.2
Bentuk lambung blok 04 pada kapal CB. Suberko 02 ............ 35
Gambar 4.3
Hasil potongan memanjang blok 04 pada kapal CB. Suberko 02 ............................................................................... 36
Gambar 4.4
Bentuk kapal CB.Suberko 01 secara keseluruhan.................... 37 x
Gambar 4.5
Bentuk blok belakang pada kapal CB. Suberko 01 ................. 37
Gambar 4.6
Grafik project progress of production (plan & actual) ........... 38
Gambar 4.7
Grafik manhour selama production (plan & actual) ............... 40
xi
DAFTAR TABEL Tabel 4.1
Fasilitas PT. Orela Shipyard .................................................... 33
Tabel 4.2
Peralatan permesinan dan perlengkapan .................................. 33
Tabel 4.3
Peralatan las dan potong........................................................... 34
Tabel 4.4
Project progresskapal CB.Suberko 01..................................... 39
Tabel 4.5
Plan dan actual manhour selama production .......................... 40
Tabel 4.6
Hasil identifikasi kapal CB.Suberko 02 .................................. 41
Tabel 4.7
Uraian perhitungan jumlah manhour ....................................... 42
xii
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Menurut Tupper (2004), kapal masih tetap sebagai sarana penting dalam bidang ekonomi di beberapa negara dan menjadi alat angkut hampir 95 % total perdagangan dunia. Walaupun industri pesawat terbang telah melayani penyeberangan samudera secara rutin, namun kapal masih tetap mengangkut orang-orang dalam jumlah besar untuk berekreasi/berlibur dan dibutuhkan juga untuk mengeksplotasi kekayaan laut yang berlimpah. Sebagai sarana transportasi paling tua, kapal secara konstan mengalami evolusi baik dari sisi perubahan fungsi maupun perlengkapan/peralatan yang dipasang di atas kapal. Hal ini didorong oleh perubahan pola perdagangan
dunia
sebagai
akibat
dari
tekanan-tekanan
sosial,
perkembangan teknologi khususnya material, teknik-teknik perakitan dan sistem pengendalian terakhir karena tekanan ekonomi. Aluminium dan paduan aluminium termasuk logam ringan yang mempunyai kekuatan tinggi, tahan terhadap karat dan merupakan konduktor listrik yang cukup baik. Kelebihan-kelebihan itulah yang menyebabkan aluminium dipilih sebagai salah satu material pokok produksi perkapalan di dunia, khususnya untuk kapal-kapal berukuran kecil. Dan akhir-akhir ini permintaan akan kapal aluminium cenderung meningkat. Peningkatan jumlah permintaan inilah yang mendorong industrigalangan kapal untuk memproduksinya.
Pemahaman secara mendalam mengenai teknologi produksi kapal diawalidengan
memahami
proses
pembangunan
kapal.
Proses
pembangunan kapal merupakan ratusan bahkan ribuan rangkaian kegiatan yang melibatkan seluruh sumber daya galangan. Sumber daya galangan meliputi tenaga kerja (man), bahan (material), peralatan dan mesin (machine), tata cara kerja (method), dana (money), area pembangunan (space) dan sistem (system).
1
Hal tersebut di ataslah yang melandasi penulis untuk melakukan kajian tentang “Perencanaan Pembangunan Blok 04 Pada Kapal Aluminium Crew Boat 40 m”. Dalam hal ini kaitannya dengan metode pembangunan yang digunakan dalam lingkungan galangan PT. Orela Shipyard, diharapkan penulis mampu memberikan metode-metode yang membantu selama proses pembangunannya yang lebih efisien, baik dari tingkat waktu maupun kualitas hasil produksi.
1.2
Perumusan Masalah Adapun perumusan masalah dari tugas akhir ini adalah : 1. Bagaimana efisiensi produksi kapal aluminium untuk block 04 dengan menggunakan metode yang telah ditentukan pihak galangan? 2. Bagaimana cara mendapatkan hasil produksi kapal aluminium untuk block 04 yang berkualitas dengan waktu yang lebih efektif?
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari tugas akhir ini adalah : 1. Membantu untuk mengetahui efisiensi pekerjaan selama proses produksi kapal, baik dalam hal jumlah pekerja maupun lama waktu pengerjaan dengan metode yang digunakan dan fasilitas yang tersedia 2. Mendapatkan metode yang lebih tepat dan efisien dalam proses pembangunan kapal
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan tugas akhir ini adalah : 1. Mendapatkan identifikasi tingkat efisiensi selama proses pembangunan kapal 2. Mampu menganalisa tingkat produktifitas dari hasil produksi kapal
2
1.5
Batasan Penelitian Yang menjadi batasan masalah dalam tugas akhir ini adalah : 1. Kapal aluminium yang digunakan adalah CB. SUBERKO 0240 m di PT. Orela Shipyard 2. Proses pembangunan kapal yang diambil adalah bagian Block04 berdasarkan gambar General Arrangement, yaitu After (TransomFrame 0-8)
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Perkembangan Teknologi Produksi Kapal Sebelum teknologi las ditemukan, tiap kapal dibangun dengan cara/urutan yang sama yaitu setelah lunas diletakkan, gading-gading diletakkan baru kemudian memasang pelat setahap demi setahap, layaknya pembangunan kapal kayu. Menurut Eyres (2007), berkat teknologi las bagian-bagian seperti gading-gading dapat langsung disatukan dengan pelat kulit, lunas dapat dilas dengan bagian geladak dan sekat sekaligus membentuk panel, subblok atau bahkan blok. Teknologi las juga membuat banyak pekerjaan perakitan dapat dilakukan dengan baik tingkat akurasi, efisiensi dan keamanan yang tinggi di landasan peluncuran maupun di bengkel-bengkel kerja. Blok yang telah dikerjakan dengan menggunakan teknologi las dapat ditegakkan (erected) dengan blok yang lain membentuk sebuah kapal. Proses ini dikenal dengan istilah berorientasi zone (zone oriented). Menurut Chirillo (1983), perkembangan teknologi produksi kapal menjadi empat tahapan, berdasarkan teknologi yang digunakan dalam proses pengerjaan lambung dan outfitting. Evolusi perkembangan teknologi produksi kapal, seperti terlihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Tahapan Perkembangan Teknologi Produksi 4
2.1.1 Conventional Hull Construction and Outfitting Tahapan
pertama
ini,
diberi
nama
tahapan
sistem/tradisional karena pekerjaan dipusatkan pada masingmasing sistem fungsional yang ada di kapal. Kapal direncanakan dan dibangun sebagai suatu sistem. Pekerjaan dimulai dengan peletakan lunas, kemudian gading-gadingnya dipasang dikulitnya. Bila badan kapal hampir selesai dirakit, pekerjaan outfitting dimulai. Pekerjaan outfitting direncanakan dan dikerjakan sistem demisistem, seperti pemasangan ventilasi, sistem perpipaan, perlistrikan dan permesinan. Methode ini merupakan teknologi paling konvensional dimana tingkat produktivitas masih sangat rendah, karena semua lingkup pekerjaan dilakukan secara berurutan dan saling ketergantungan satu sama lain, sehingga memerlukan waktu yang lama. Selain itu, mutu hasil pekerjaan sangat rendah, karena hampir seluruh pekerjaan dilakukan secara manual di dok (building berth), serta tempat kerja yang kurang mendukung dari segi keamanan, kenyamanan, kemudahan/posisi kerja. Metode pekerjaan sistem demi sistem seperti ini merupakan halangan untuk mencapai produktifitas yang tinggi. Karena mengatur dan mengawasi pekerjaan pembuatan kapal dengan ratusan pekerja akan sangat sukar dilakukan. Dan kegagalan seorang pekerja menyelesaikan suatu pekerjaan yang diperlukan oleh pekerja lain sering mengakibatkan overtime untuk pekerja tetrsebut dan idleness bagi pekerja yang lain. Semua keadaan di atas pada prinsipnya sangat menghalangi usaha untuk menaikkan produktifitas.
Kapal
yang
dibangun
dengan
pendekatan
konvensional, terlihat pada gambar 2.2 sampai dengan gambar 2.8.
5
Gambar 2.2 Peletakan lunas dengan pendekatan sistem
Gambar 2.3 Perakitan wrang dengan pendekatan sistem
Gambar 2.4 Perakitan struktur dasar ganda dengan pendekatan sistem
6
Gambar 2.5 Perakitan struktur dasar ganda telah selesai
Gambar 2.6 Perakitan gading-gading dengan pendekatan sistem
Gambar 2.7 Penegakan sekat dengan pendekatan sistem
Gambar 2.8 Penggunaan perancah pada perakitan kapal dengan pendekatan sistem 7
2.1.2 Hull Block Construction Method and Pre Outfitting Pada metode ini, dimulai dengan adanya perkembangan teknologi pengelasan pada pembangunan kapal, yakni dengan melakukan
proses
pembuatan
seksi-seksi
atau
blok-blok
menggunakan las, seperti seksi geladak dan kulit dan lain-lain yang kemudian seksi/blok akan disambung satu sama lain menjadi badan kapal. Selain itu juga beberapa pekerjaan outfitting sudah mulai dilakukan pada blok atau badan kapal yang sudah jadi. Perubahan ini dikenal dengan pre-outfitting. Dengan methoda ini, mengalami peningkatan mutu dan hasil kerja yang baik, karena volume pekerjaan pada dok menjadi berkurang, sedang pekerjaan pengelasan banyak dilakukan dibengkel dengan kondisi lingkungan kerja yang lebih nyaman dan aman, serta telah mulai dilakukan pengelasan dengan mesin las semi/otomatis dengan posisi down hand. Blok-blok/seksi-seksi dapat diputar balik untuk menghindarkan pekerjaan posisi pengelasan overhead. Pada gambar 2.9 memperlihatkan pembuatan kapal menggunakan
teknologi
keling
dan
pada
gambar
2.10
memperlihatkan pembutan kapal menggunakan teknologi las serta pada gambar 2.11 memperlihatkan pembuatan kapal menggunakan pendekatan sistem seksi.
Gambar 2.9 Pembuatan kapal menggunakan teknologi kelling
8
Gambar 2.10Pembuatan kapal menggunakan teknologi las
Gambar 2.11 Pembuatan kapal menggunakan sistem seksi
2.1.3 Process Lane ConstructionandZone Outfitting or Full Outfitting Block System (FOBS) Tahapan berikutnya diberi namazone/area/stage. Evolusi dari teknologi pembangunan kapal modern dari metode tradisional dimulai pada tahapan ini. Tahapan ini ditandai dengan process lane construction dan zone outfitting, yang merupakan aplikasi group teknologi (GT) pada hull construction dan outfitting work. GT adalah suatu metode analitis untuk secara sistematik menghasilkan produk dalam kelompok-kelompok yang mempunyai kesamaan dalam perencanaan maupun proses produksinya. 9
Process lane dari segi praktis adalah suatu seri workstation (bengkel) yang dilengkapi dengan fasilitas produksi (mesin, peralatan dan tenaga kerja dengan keahlian tertentu) untuk membuat satu kelompok produk yang mempunyai kesamaan dalam proses produksinya. Zone outfitting adalah teknologi kedua yang membedakan tahapan ini dengan metode tradisional, yang berarti membagi pekerjaan menjadi region/zone. Dalam metode ini, pekerjaan outfitting dibagi menjadi tiga stage atau tahap, yaitu on-unit, onblock dan on-board (Lamb.T, 1985) dan (Storch, dkk, 1995).
Gambar 2.12 Fabrikasi komponen outfitting
2.1.4 Integrated Hull Construction, Outfitting and Painting (IHOP) Tahapan keempat ini ditandai dengan suatu kondisi dimana pekerjaan pembuatan badan kapal, outfitting dan pengecatan sudah diintegrasikan. Keadaan ini digunakan untuk menggambarkan teknologi yang paling maju di industri perkapalan, yang telah dicapai IHI Jepang. Pada tahapan ini proses pengecatan dilakukan sebagai bagian dari proses pembuatan kapal yang terjadi dalam setiap stage. Selain itu karakteristik utama dari tahapan ini adalah digunakannya teknik-teknik manajemen yang bersifat analitis, khususnya analisa statistik untuk mengontrol proses produksi atau yang dikenal sebagai accuracy control system. 10
Teknologi IHOP mensyaratkan build strategy yang matang dan kemampuan planing and scheduling yang sangat tinggi berdasarkan kondisi potensi sumberdaya galangan yang ada. Tahapan ini sistem Accuracy Control semakin penting dan semakin menuntut kesempurnaan design engineering dan standarstandar kerjanya. Maka dari itu kegiatan produksi dapat berlangsung secara konsisten dan sempurna, dengan tingkat kesalahan dan penyimpangan yang sangat kecil.
Gambar 2.13 Pembuatan kapal mengaplikasikan integrasi antara pekerjaan lambung, instalasi dan pengecatan
2.2
Macam-Macam Pekerjaan Outfitting 2.2.1 Outfitting On-Unit Adalah perakitan produk-produk antara yang terdiri dari komponen/peralatan baik yang dibeli maupun dibuat galangan sendiri, menjadi satu unit. Dalam pekerjaan perakitan ini tidak termasuk pengecatan akhir. Unit disini terdiri dari dari material O/F dan tidak termasuk konstruksi badan kapal. Unit-unit yang ada dalam proses pembuatan kapal dapat dikelompokan menjadi unit fungsional, (contoh: fuel oil purifier unit, water distiling unit), sedang unitgeorafi, (contoh: pipe passage on deck unit, pipe passage in accommodation,dll), unit kombinasi,(engine flat unit, pump room flat unit, dll).
11
Tahapan ini sebaiknya menjadi prioritas utama karena proses perakitannya dibengkel-bengkel produksi yang mempunyai suasana kerja yang relatif lebih baik bila dibandingkan dengan kedua tahapan yang lain (on-blok dan on-board). Kondisi ini akan memberi kesempatan untuk peningkatan produktivitas, selain itu tahapan ini tidak tergantung pada kemajuan pekerjaan konstruksi (hull construction) sehingga dapat dilakukan bersamaan.
2.2.2 Outfitting On-Block Adalah instalasi komponen-komponen outfitting atau unitunit outfitting pada suatu konstruksi rakitan (assembly structural) sebelum dirakit menjadi blok atau pada blok-blok besar (grand block). Tahapan ini adalah prioritas berikut setelah O/F on Unit. Dalam tahapan ini termasuk pekerjaan pengecatan, kecuali pengecatan akhir dan pengecatan yang tidak boleh dilakukan karena masih ada peroses pengelasan yang harus dilakukan. Pelaksanaan tahapan ini memerlukan koordinasi yang baik antara
fungsi-fungsi
perencana
konstruksi,
outfitting
dan
pengecatan. Demikian juga pengaturan pekerjaannya harus melibatkan ketiga kelompok yaitu : konstruksi, outfitting dan pengecatan. Pemasangan unit-unit pada produk antara yang berupa blok atau blok besar akan meningkatkan produktivitas, karena waktu dalam tahapan ini akan dipersingkat. Pekerjaan ini biasa dikerjakan pada suatu tempat yang digunakan untuk perakitan konstruksi atau lokasi khusus yang direncanakan untuk keperluan tersebut, biasanya dilengkapi dengan peralatan angkat yang memadai untuk membalik blok-blok tersebut.
12
2.2.3 Outfitting On-Board Adalah tahapan yangmeliputi perakitan unit-unit pada konstruksi kapal dan perakitan blok-blok lengkap (outfitting block) menjadi kapal, pengecatan akhir, pengujian dan percobaan peralatan. Selain itu adalah pemasangan komponen-komponen outfitting yang belum dipasang pada tahapan on-unit atau on-block pada badan kapal yang sudah selesai.
2.3
Proses Pembuatan Kapal Pada umumnya metode atau cara dalam proses pembuatan kapal terdiri dari dua cara yaitu cara pertama berdasarkan sistem dan cara kedua berdasarkan tempat. 2.3.1 Proses Pembuatan Kapal Berdasarkan Sistem 2.3.1.1 Sistem Seksi Sistem seksi adalah sistem pembuatan kapal dimana bagian-bagian konstruksi dari tubuh kapal dibuat seksi perseksi (perbagian). contoh: seksi bulkhead (sekat kedap air)
Gambar 2.14Seksi Bulkhead Keuntungan Dan Kerugian Sistem Seksi: a. Keuntungan 1) Tiap seksi dapat dibangun dalam waktu yang bersamaan tergantung kapasitas kerja bengkel. 2) Waktu pembangunannya lebih pendek. 3) Kualitas produksi lebih unggul dibanding sistem konvensional. 4) Mutu dari tiap seksi dapat dikontrol secara rinci. 13
b. Kerugian 1) Kekuatan pada kapal, tergantung pada perencanaan pembagian badan kapal menjadi beberapa seksi dan juga teknik penyambungan antara dua buah seksi. 2) Pengerjaan
lebih
sulit
karena
dalam
proses
penggabungan antara seksi memerlukan ketepatan ukuran yang prima.
2.3.1.2 Sistem BlokSeksi Sistem blok seksi adalah sistem pembuatan kapal dimana bagian-bagian konstruksi dari kapal dalam fabrikasi dibuat gabungan seksi-seksi sehingga membentuk block seksi, contohbagian dari seksi-seksi geladak, seksi lambung dan bulkhead dibuat menjadi satu block seksi.
2.3.1.3 Sistem Block Sistem block adalah sistem pembuatan kapal dimana badan kapal terbagi beberapa block,dimana tiap-tiap block sudah siap pakai (lengkap dengan sistem perpipaannya).
Gambar 2.15 Blok-Blok Seksi Dalam Pembangunan Kapal
Desain
Fabrikasi
Assembly
Out Fitting
Block Joint or Erection Peluncuran dng Ship Lift
Gambar 2.16 Proses Kerja Pembangunan Kapal
14
2.3.2 Proses Pembuatan Kapal Berdasarkan Tempat 2.3.2.1 Fabrication adalah semua pekerjaan pembuatan kapal
yang
dikerjakan diluar tempat peluncuran dimana badan kapal dimasukkan dalam air. 2.3.2.2 Erection adalah
semua pekerjaan pembuatan kapal
yang
dikerjakan di tempat dimana kapal akan diluncurkan. Dalam hal ini pembuatan baik berupa seksi, block seksi, dan block semuanya dilakukan/dikerjakan di tempat tersebut.
2.4
Tahap-Tahap Pembuatan Kapal Dalam pembangunan kapal selalu mengikuti tahapan sebagai berikut : 1. Tahap Pembuatan Awal 2. Tahap Perakitan Awal 3. Tahap Perakitan 4. Tahap Pembangunan
15
Gambar 2.17 Proses Pembuatan Kapal
2.5
Produksi 2.5.1 Persiapan Produksi Tahap persiapan produksi merupakan tahap awal yang harus dilakukan sebelum melakukan proses produksi. Tujuan dari tahap ini adalah untuk mengatur keadaan-keadaan sehingga pada waktu yang ditentukan pekerjaan pembangunan kapal dapat dilaksanakan dan ditetapkan. Ruang lingkup tahap ini yaitu : 1. Dokumen produksi (umum) yang meliputi gambar dan daftar material, perkiraan kebutuhan tenaga kerja, dan perkiraan kebutuhan material. 2. Tenaga kerja yang kaitannya dengan kualifikasi dan jumlah tenaga kerja dan pekerjaan lain.
16
3. Material yang perlu dipersiapkan dengan mempertimbangkan : keadaan atau stock gudang, pemakaian material untuk pekerjaan, pemesanan/pembelian material dari luar (jumlah dan waktu pembelian). 4. Fasilitas dan sarana produksi yang meliputi : kemampuan bengkel produksi, kapasitas mesin-mesin, alat-alat angkat yang tersedia (jumlah, kapasitas, macam dan tempat), keadaan building berth. Dalam hal ini, untuk pertama kalinya spesifikasi kapal yang ditentukan sesuai dengan pesanan, yang meliputi : 1. Rancangan Dasar a. Rencana garis (Lines plan) b. Rencana umum (General arrangement) c. Penampang melintang dan konstruksi profil (Midship section) d. Bukaan kulit (Shell expansion) 2. Rancangan Rinci a. Konstruksi block termasuk sambungan-sambungannya. b. Gambar perintah kerja. c. Gambar detail untuk pekerjaan out fitting, seperti : konstruksi manhole, tangga akomodasi, pondasi windlass, bollard, towing bracket, pondasi chain stopper, dsb. d. Gambar detail untuk erection yaitu keel laying position. e. Gambar detail peluncuran , seperti : situation building, standing & sliding way, plat pengikat peluncuran, dsb. Pekerjaan selanjutnya adalah planning yang merupakan pembuatan rencana produksi yang terdiri dari : 1. Pembuatan schedule, pembangunan (penjadwalan tiap tahap dan keseluruhan) 2. Alokasi standar kerja (kebutuhan dan kualitas tenaga kerja) 3. Perkiraan peralatan yang dibutuhkan subkontraktor.
17
2.5.2 Mould Loft Pada tahap ini yang dilakukan adalah pembuatan gambar produksi
ke
ukuran
yang
sebenarnya.
Namun
karena
perkembangan zaman, penggambaran ini bisa diganti dengan gambar produksi yang dibuat dengan menggunakan software dengan skala yang diperlukan.
2.5.3 Fabrikasi Pekerjaan yang dilakukan dalam proses fabrikasi adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi Material 2. Marking 3. Cutting 4. Forming Part Fabrication adalah tingkat pertama manufaktur.Tahap ini memproduksi komponen-komponen atau zona-zona untuk perakitan badan kapal menjadi bagian-bagian yang tidak bisa dibagi lagi. Paket-paket pekerjaan dikelompokkan dalam zone, problem area dan stage. Perbedaan dasar problem area tergantung bahan baku, bahan jadi, proses fabrikasi dan fasilitas yang digunakan seperti : 1. Parallel parts from plate (pelat datar beraturan) 2. Non Parallel parts from plate (pelat datar tidak beraturan) 3. Internal parts from plate (komponen internal dari pelat) 4. Part from rolled shape (komponen dari bentukan roll) 5. Other parts (komponen-komponen yang lain misalnya pipa, dan lain-lain).
18
Gambar 2.18 Part fabrication yang tidak dapat dibagi lagi
2.5.4 Assembly Pekerjaan yang dilakukan oleh bagian assembly adalah sebagai berikut: 1. Penggabungan beberapa wrang. 2. Penggabungan seksi menjadi sebuah blok. 3. Penggabungan dua block (grand assembly) Langkah-langkah dalam proses assembly adalah sebagai berikut : 1. Fitting assembly 2. Persiapan pengelasan 3. Welding check 4. Pemeriksaan deformasi 5. Ketepatan ukuran 6. Block blasting & pengecatan
19
2.5.4.1 Perakitan Komponen (Part Assembly) Perakitan komponen (Part Assembly) adalah tingkat manufaktur kedua yang khusus atau di luar aliran kerja utama (main work flow). Tipikal paket-paket pekerjaan inin digroupkan atau dikelompokkan ke dalam problem area sebagai berikut : 1. Built-up part (komponen asli, seperti profile T, profile L atau bentuk-bentuk yang tidak di rol) 2. Sub-block
parts
(seperti
komponen
yang
harus
disatukan dengan las, secara konsisten misalnya pemasangan bracket dengan face plate atau pelat datar.
Gambar 2.19 Part assembly yang berada di luar aliran kerja utama
2.5.4.2 Perakitan Sub-Blok (Sub-Block Assembly) Sub-block Assembly adalah tingkat manufaktur ketiga. Zona secara umum adalah menyatukan komponen dengan las, meliputi memfabrikasi sejumlah komponenkomponen dan atau merakit komponen-komponen, ini dilakukan ke dalam panel saat perakitan blok. Tipikal paket-paket pekerjaan dikeompokkan ke dalam problem areauntuk : 1. Kesamaan ukuran dalam jumlah yang sangat besar, seperti gading-gading besar, penumpu tengah, wrangwrang dan lain-lain. 2. Kesamaan ukuran dalam jumlah kecil 20
Gambar 2.20 Sub-block Assembly berdasarkan tingkat kesulitan
2.5.4.3 Semi-Block And Block Assembly Dan Grand-Block Joining Blok adalah merupakan kunci zona untuk perakitan badan kapal yang terindikasi. Blok direncanakan dalam tiga level perakitan, yaitu : 1. Semi-block assembly (perakitan semi blok) 2. Block assembly (perakitan blok) 3. Grand-block joining (penggabungan blok) Hanya perakitan blok yang menjadi aliran utama pekerjaan, level
lain dianjurkan digunakan sebagai
alternatif perencanaan. Semi block dirakit sebagai zona terpisah dari zona kunci (blok), semi block kemudian dirakit ke dalam blok menjadi blok induk sehingga proses ini kembali masuk ke dalam aliran utama pekerjaan. Penggabungan blok (kombinasi beberapa blok menjadi blok besar disisi dekat landasan pembangunan) mengurangi waktu kerja yang dibutuhkan untuk penegakan blok
(erection)
penggabungan
di blok
landasan sedapat
pembangunan. mungkin
harus
Dalam stabil,
membutuhkan area dan volume yang besar, sehingga harus difasilitasi untuk pekerjaan out-fitting on block dan pengecatan.
21
2.5.5 Erection Penegakan blok (erection) adalah level terakhir dari pembangunan kapal yang menggunakan pendekatan zona. Problem area pada level ini adalah: 1. Haluan atau bagian depan badan kapal (fore hull) 2. Ruang muatan (cargo hold) 3. Ruangan mesin (engine room) 4. Buritan tau bagian belakang badan kapal (aft hull) 5. Bangunan atas Tahap ini merupakan penyambungan seksi/blok kapal yang telah selesai dikerjakan pada tahap assembly sehingga terbentuk badan kapal. Jenis pekerjaan yang dilakukan adalah : 1. Loading 2. Adjusting 3. Fitting 4. Welding 5. Finishing Pada tahap erection ini juga dilakukan pekerjaan outfitting mulai dari outfitting pada seksi blok dasar sampai membentuk badan kapal. Dan dilanjutkan dengan proses pengujian dan percobaan kapal.
2.6
Sistem Konstruksi 2.6.1 Sistem Konstruksi Melintang (Transverse Framing System) Fungsi utama komponen konstruksi melintang adalah untuk mengatasi beban hidrostatik yang dialami kapal. Sistem konstruksi yang mana beban yang bekerja diterima oleh pelat kulit dan selanjutnya diteruskan oleh balok melintang kapal ke hubungan ke struktur membujur kapal. Tumpuan dari struktur membujur kapal : 1. Lambung kapal (hull) 2. Dinding sekat membujur (longitudinal bulkhead) 22
3. Penumpu tengah (center girder) 4. Penumpu tengah geladak (deck center girder) 5. Senta (stringer) 6. Lunas dalam tengah (center keelson)
Gambar 2.21 Sistem Konstruksi Melintang 2.6.2 Komponen Sistem Konstruksi Melintang 1. Wrang (floor) Konstruksi dasar dari lunas (keel) sampai batas bilga (bilge) 2. Gading (frame) a. Komponen konstruksi melintang yang dipasang dari atas wrang sampai geladak. 23
b. Pada wrang terbuka (open floor) terdapat gading alas (bottom frame) dan gading balik (reversed frame). c. Berfungsi untuk mengatasi tekanan hidrostatik, gelombang, impact, dll. 3. Balok geladak (Deck beams) Komponen melintang yang merupakan bagian dari struktur geladak. 4. Pelat kulit (shell plating) a. Pelat kulit yang menutup badan kapal di sisi bawah, samping dan atas. b. Memiliki fungsi untuk memberikan kekuatan melintang dan membujur badan kapal. c. Memberi
perlindungan
terhadap
tekanan
hidrostatik
maupun impact. Beban
konstruksi
geladak
disalurkan
dari
struktur
melintang dari balok-balok geladak (deck beams) ke lambung kapal dan sekat membujur kapal (longitudinal bulkheads). Sedangkan beban pada konstruksi lambung diteruskan ke geladak dan dasar kapal melalui gading- gading melintang (transverse frames). Pada konstruksi melintang juga diperkuat dengan struktur membujur yang fungsinya: 1. Menjamin
kestabilan
bentuk
lengkungan
balok-balok
melintang utama. 2. Pembagian gaya yang terpusatkan pada beberapa balok melintang yang berdekatan (misal : benturan pada sisi kapal). Struktur membujurnya adalah: center girder, side girder, deck girder, stringer.
24
2.6.3
Kelebihan dan Kekurangan Sistem Konstruksi Melintang 1. Kelebihan sistem konstruksi melintang a. Menghasilkan konstruksi yang sederhana. b. Mudah dalam pembangunan. c. Dengan adanya gading-gading (web frames), memberikan kekuatan melintang kapal yang baik.
2. Kekurangan sistem konstruksi melintang a. Modulus penampang melintang akibat tidak adanya balok melintang yang tidak terpotong. b. Kestabilan pelat kulit lebih kecil. c. Diperuntukkan pada kapal-kapal berukuran pendek yang mana kekuatan membujur kapal tidak terlalu besar.
2.6.4 Sistem Konstruksi Membujur (Longitudinal Framing System)
Gambar 2.22Sistem Konstruksi Memanjang Single Bottom / Dasar Tunggal
Fungsidarikomponenkonstruksimembujuradalahuntuk mengatasiteganganlengkungmembujur(longitudinal bendingstress)akibatsaggingdanhogging.
25
Tipikal panjang gelombang di samudera adalah 300 ft. Kapal yang memiliki panjang lebih dari 300 ft (90 m), cenderung memiliki
komponen
konstruksi
membujur
lebih
banyak
dibandingkan dengan komponen melintang. Longitudinal framing system : Jarak antar pembujur (longitudinals) lebih rapat dan jarak antar gading (frames)/ pelintang (transverses) lebih lebar. Beban yang diterima konstruksi membujur diteruskan pada hubungan-hubungan konstruksi melintang (transverse bulkheads) melalui balok-balok membujur. Balok-balok melintang tetap diperlukan namun fungsi utama bukan sebagai penahan balokbalok membujur.
2.6.5 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Konstruksi Membujur 1. Kebaikan sistem konstruksi membujur a. Dengan adanya balok-balok pembujur yang menerus, akan memperbesar modulus penampang melintang. b. Balok-balok pembujur pada pelat dasar memberikan kekakuan pada konstruksi tersebut. 2. Kekurangan sistem konstruksi membujur a. Kesulitan dalam pembangunan
2.6.6
Komponen Sistem Konstruksi Membujur Starting from the keel to the deck 1. Lunas (keel) a. Large center-plane girder b. Membujur di bagian dasar kapal sepanjang badan kapal 2. Pembujur (longitudinals) a. Pembujur yang dipasang parallel dengan lunas sepanjang dasar kapal b. Memberikan kekuatan membujur kapal
26
3. Senta (stringer) a. Penumpu (girder) yang membujur dan dipasang pada sisi kapal b. Memberikan kekuatan membujur kapal 4. Penumpu geladak (deck girder) a. Komponen kekuatan membujur yang dipasang pada geladak.
2.6.7 Sistem Konstruksi Campuran (Mixed Framing Systems)
Bagian Sisi Konstruksi
BagianDasarDan Konstruksi
Gambar 2.23 Sistem Konstruksi Campuran 27
Untuk panjang kapal 90–120 (m), kombinasi antara konstruksi melintang dan membujur, konstruksi dasar dan geladak membujur, konstruksi lambung melintang. Tipikal kombinasi Longitudinals/pembujur dan stringer/senta dengan frame yang lebih pendek, Webframe/gading sarang/besar di setiap 4 jarak gading.
28
BAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dimaksud disini adalah mengumpulkan data kapal aluminium Crew Boat (CB) SUBERKO 02 40 m. Data diperoleh dari kapal yang sudah dibuat dengan standar BV (Bureau Veritas). Selain itu juga diambil data kapal lain yang akan digunakan untuk bahan perbandingan. Data yang dibutuhkan adalah : -
General Arrangement beserta pembagian blok untuk kapal CB. SUBERKO 02 40 m
3.2
-
Konstruksi kapal CB. SUBERKO 02 40 m
-
Data kapal pembanding yaitu kapal CB. SUBERKO 01
Pengolahan Data dan Analisa Data yang diperoleh, selanjutnya dianalisa berdasarkan jenis kapal, ukuran utama kapal serta regulasi yang dipakai untuk memperoleh perbandingan yang maksimum.
3.3
Perencanaan Pembangunan Blok 04 Berdasarkan Sistem Galangan Perencanaan yang dimaksud dalam hal ini adalah perencanaan sistem pembangunan yang dilakukan oleh pihak galangan PT. Orela Shipyard. Dimana pengerjaannya menggunakan sistem block, tanpa melengkapi sistem-sistem dalam blok itu sendiri. Hal ini didapat dari hasil pengerjaan kapal sebelumnya, yaitu kapal CB.SUBERKO 01.
3.4
Perencanaan Pembangunan Blok 04 Menggunakan Metode IHOP Sedangkan perencanaan yang dimaksud dalam hal ini adalah perencanaan yang akan dilakukan oleh penulis untuk pengerjaan kapal CB. SUBERKO 02, yaitu dengan menggunakan metode yang lebih modern Integrated Hull Construction, Outfitting and Painting (IHOP). Hal ini 29
bertujuan sebagai perbandingan dalam menganalisa hasil pengerjaan pembangunan blok 04 pada kedua kapal aluminium tersebut.
3.5
Analisa Jumlah Pekerja dan Lama Waktu Pengerjaan Setelah kedua perencanaan dilakukan, maka hasil perencanaan tersebut dianalisa masing-masing berdasarkan jumlah man hour – man power, sehingga menghasilkan data sebagai bahan perbandingan dari sistem atau metode yang digunakan.
3.6
Analisa Hasil Pembangunan Blok 04 Dalam hal ini, hasil dari kedua perencanaan dianalisa sehingga dapat diketahui tingkat efisiensi dan pengaruh produktifitas pembangunan kapal dalam suatu industri perkapalan.
30
Mulai Studi Lapangan : 1. Mendapatkan Data Kapal Aluminium Crew Boat 40 m dan Pembagian Block
Studi Literatur : 1. Teori Proses Pembangunan Kapal 2. Metode –Metode Pembangunan Kapal
Pengumpulan Data
Pengolahan Data dan Analisa
Menggunakan Metode IHOP
Menggunakan Metode Konvensional
Analisa Jumlah Pekerja dan Lama Waktu Pengerjaan
Analisa Jumlah Pekerja dan Lama Waktu Pengerjaan
Tidak Analisa
Tidak Analisa
Ya
Ya
Analisa Hasil Pembangunan Blok 04
Kesimpulan dan Saran
Selesa
Gambar 3.1 Diagram Pengerjaan
31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Penentuan Blok Kapal Aluminium Crew Boat (CB) Suberko 02 Dalam melakukan penentuan blok kapal dibutuhkan General Arrangement dari kapal tersebut. Sehingga dapat diketahui komponenkomponen yang termasuk didalamnya. Kapal CB. Suberko 02 yang akan dibangun mempunyai Principal Particulars sebagai berikut : 1. LOA
: 40.00 m
2. LPP
: 34.65 m
3. Beam mld.
: 7.60 m
4. Depth
: 3.00 m
5. Draft
: 1.85 m
6. Speed (Trial)
: abt. 26.0 knots
7. Speed (Full Load)
: abt. 22.0 knots
8. Main Engine Power
: 3 x 1400 HP
9. Offshore Personel Seating
: 151 seats
10. Crews
: 12 persons
11. Clear Deck
: 13.4 x 6.0 m (=80 SQ.M)
12. Gross Tonnage
: abt. 240 GT
Dari
data-data
diatas,
maka
diperoleh
gambar
General
Arrangement beserta pembagian blok dari kapal tersebut. Guna mempermudah proses pembangunan, kapal ini dibagi menjadi 6 blok. Dan dalam tugas akhir ini difokuskan pada perencanaan pembangunan blok 04. Gambar General Arrangement beserta pembagian blok dapat dilihat pada lembar lampiran.
32
4.2
Fasilitas Yang Terdapat di Galangan Dalam menunjang pekerjaan selama proses production kapal tersebut, PT. Orela Shipyard menyediakan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan. Selain itu juga terdapat peralatan permesinan beserta perlengkapan yang mampu mendukung proses production itu sendiri. 4.2.1 Fasilitas Fasilitas-fasilitas yang telah tersedia di galangan adalah sebagai berikut. Table 4.1 Fasilitas PT. Orela Shipyard No. 1
2
3
Nama Fasilitas
Spesifikasi
Aluminium Vessel
Tertutup
Workshop
(66 m x 32 m)
Tempat penyimpanan
Tertutup, yaitu di dalam
kawat las
Kontainer
Overhead Crane
Cap. 5 Ton, Ketinggian angkat 12 m
Jumlah 1 unit
1 unit
2 unit
4.2.2 Peralatan Permesinan dan Perlengkapan Peralatan permesinan yang terdapat dalam workshop adalah sebagai berikut. Table 4.2 Peralatan Permesinan dan Perlengkapan No. 1
Nama Peralatan Vertical Milling
Spesifikasi 3 Phase, 380 Volt
Machine
1 unit
2
Mesin Bubut
3
Mesin Scrap
Nakamura, 650 m
1 unit
4
Radial Bor
3 Phase, 380 Volt
1 unit
5
Hack Saw Machine
380 V, 60 Hz, 3 PH
1 unit
Grinding Table
Jinling, panjang 1 m
6
7
-
Jumlah
Machine Bending Machine
For : Max. Aluminium ≤ 8 mm
8 unit
1 unit
1 unit
33
4.2.3 Peralatan Las Dan Potong, Mesin-Mesin dan Pembangkit Peralatan las dan potong yang terdapat di dalam workshop adalah sebagai berikut. Table 4.3 Peralatan Las dan Potong No. 1
Nama Peralatan Mesin Las
Spesifikasi Merek : TIME, ESAB, CNR, NICE, JASIC Alloy 5356
2
Kawat Las
Jumlah 28 unit
1.2 dan
Nikko Steel NSN-316
-
3.2 x350 mm
3
CNC Plasma Cutting
4
Genset
5
Air Compressor
Krisbow BY100LI-4
2 unit
6
Blander
STAR (M & L)
60 unit
7
8
Powermax 1650 80 kVA, 150 kVA dan 250 kVA
Stang Blender
-
Pemanas Circle
Makita
180 mm
1 unit 3 unit
-
-
5800 NB
4.3
9
Jigsaw
10
Dan lain-lain
Makita & Metabo -
7 unit -
Proses Penggambaran Model Kapal CB. Suberko 02 untuk Blok 04 Dari gambar General Arrangement di atas, maka dapat dilanjutkan dengan menggambar model dari kapal tersebut, khususnya pada Blok 04 yang terdiri dari Transom – frame (0 – 8). Penggambaran blok 04 pada kapal CB. Suberko 02 ini, dengan menggunakan software catia. Sama halnya dengan kapal sebelumnya yaitu kapal CB. Suberko 01, sehingga diperoleh model 3D pada blok04 kapal CB. Suberko 02 sebagai berikut :
34
Gambar 4.1 Bentuk lambung blok 04 pada kapal CB. Suberko 02 Setelah mendapatkan model 3D blok 04 dengan menggunakan Catia, maka dapat dihasilkan pula gambar potongan dari blok tersebut. Sehingga dapat diketahui bentuk komponen yang terdapat didalamnya, seperti yang terlihat pada gambar pandangan atas sebagai berikut :
Gambar 4.2 Bentuk pandangan atas blok 04 pada kapal CB. Suberko 02 35
Tampilan gambar-gambar tersebut dibuka dengan menggunakan media GLC Player, yaitu media yang dapat menampilkan model yang digambar menggunakan software catia, sehingga lebih ringan dalam pembukaan filenya. Begitu juga dengan gambar di bawah ini yang merupakan hasil potongan memanjang pada blok 04 kapal CB. Suberko 02, sehingga terlihat bentuk konstruksi yang terdapat di dalamnya, seperti yang terdapat pada gambar berikut :
Gambar 4.3 Hasil potongan memanjang blok 04 kapal CB. Suberko 02
Sebagai perbandingan, berikut merupakan tampilan dari kapal CB.Suberko 01 yang telah diproduksi, sehingga gambar yang ditampilkan adalah gambar kapal jadi secara keseluruhan. Hasil gambar dari kapal CB. Suberko 01 adalah sebagai berikut :
36
Gambar 4.4 Bentuk kapal CB. Suberko 01 secara keseluruhan Dan jika dipotong berdasarkan pembagian blok yang sama dengan kapal CB. Suberko 02, sehingga tampak gambar khusus blok belakang dari kapal CB. Suberko 01, maka bentuk blok tersebut dapat terlihat seperti gambar berikut :
Gambar 4.5 Bentuk blok belakang kapal CB. Suberko 01
37
4.4
Pemilihan Metode Pengerjaan Dalam pembangunan sebuah kapal, terdapat berbagai cara atau metode yang dipilih oleh suatu industri perkapalan. Dengan tujuan agar metode tersebut nantinya mampu memberikan keuntungan bagi industri itu sendiri. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh sumber daya yang tersedia, seperti pekerja, material, peralatan dan fasilitas-fasilitas lainnya yang menunjang keberhasilan pembangunan tersebut. Oleh sebab itu, pemilihan metode pengerjaan ini sangat diperhatikan guna meningkatkan efisiensi pekerjaan dan produktifitas suatu industri kapal. 4.4.1 Pembangunan Kapal Menggunakan Metode Konvensional Metode tradisional atau lebih sering dikenal dengan kata “conventional”, merupakan metode yang dilakukan dengan sangat sederhana. Pengerjaan yang secara berurutan dan adanya saling keterkaitan antara pekerjaan satu dengan yang lain dalam metode ini akan memakan waktu yang cukup lama untuk penyelesaiannya. Pemilihan metode konvensional ini, diterapkan dalam proses pembangunan kapal CB. Suberko 01. Dan menghasilkan data sebagai berikut. 100.0%
90.0%
80.0%
70.0% 1-Apr
11-Apr
21-Apr
1-May
11-May
Gambar 4.6 Grafik Project Progress of Production (Plan & Actual) *Keterangan :
: Plan
: Actual 38
Grafik di atas menggambarkan suatu progress pengerjaan dalam pembangunan kapal CB.Suberko 01. Seperti yang terlihat dalam grafik bahwa garis biru menunjukkan progress yang direncanakan, sedangkan garis merah menunjukkan aktualisasi pengerjaan yang dilakukan. Terjadi selisih yang cukup besar antara yang direncanakan dengan yang dilakukan. Dari grafik tersebut, project progress kapal CB. Suberko 01 antara plan dan actual dapat dipersentasikan seperti tabel di bawah ini. Tabel 4.4 Project Progress kapal CB. Suberko 01 Progress CB. Suberko-01 Engineering Logistic Production Test & Trial Certificate Keterangan :
Plan 99.6%
Actual 84.9%
Breakdown 97.7% 100.0% 100.0% 0.0% 0.0%
88.5% 90.5% 81.2% 0.0% 0.0%
Time Line (Plan)
: 16 Jan 2012 – 01 April 2013 (63 weeks)
Time Prolongation (Plan)
: 08 April 2013 – 13 May 2013 (6 weeks)
Delivery (Count Down)
: 2 weeks
Selain progress dalam pengerjaan, terdapat pula data yang menggambarkan manhour selama production. Sama halnya seperti progress, data yang didapat berdasarkan plan dan actual pelaksanaan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
39
110.0% 100.0% 90.0% 80.0% 70.0% 60.0% 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 10.0% 0.0% 17-Jan10-Mar2-May 24-Jun16-Aug 8-Oct 30-Nov22-Jan16-Mar8-May
Gambar 4.7 Grafik manhour selama production(Plan & Actual) *Keterangan :
: Plan
: Actual
Dari grafik tersebut, terlihat jelas bahwa ada penambahan waktu dalam proses pengerjaan kapal CB. Suberko 01. Jika di persentasikan, maka kebutuhan manhour akan terbilang seperti tabel di bawah ini. Tabel 4.5Plan dan ActualManhour selama Production Production Manhour CB. Suberko-01 Keterangan :
Plan
Actual
100.0%
106.1%
Total Manhour Production (Plan)
: 36.021 MH
Total Manhour Production (Actual) : 38.229 MH
Dari data-data di atas, dapat diketahui bahwa dalam pembangunan kapal CB. Suberko 01 mengalami peningkatan waktu dan kebutuhan jam orangnya. Sehingga mengharuskan adanya perpanjangan waktu pengerjaan selama 8 minggu (40 hari) dan penambahan 2.208 MH.
40
4.4.2 Pembangunan Kapal Menggunakan Metode IHOP Integrated Hull Construction, Outfitting and Painting (IHOP) merupakan metode modern yang mampu menjamin tingkat produktifitas yang tinggi bagi suatu industri perkapalan. Hal ini dikarenakan metode ini adalah perkembangan dari metode-metode sebelumnya. Dimana segala sesuatunya telah terintegrasikan pada masing-masing blok/stage, bahkan sangat mementingkan sistem accuracy control dalam setiap pengerjaan. Sehingga mampu meningkatkan tingkat konsistensi ketepatan dalam proses produksi. Metode ini dipilih untuk diterapkan dalam pembangunan kapal
CB.Suberko
02.Kapal
yang
sejenis
dengan
kapal
CB.Suberko 01. Dalam hal ini difokuskan untuk pembangunan pada blok 04, sesuai dengan pembagian blok pada General Arrangement kapal CB. Suberko 02. Dalam pengerjaan blok ini, sebelumnya telah diketahui data-data seperti dalam tabel di bawah ini : Tabel 4.6 Hasil Identifikasi Kapal CB. Suberko 02 No. Project
L08
Nama Project
CB. Suberko 02
Blok
04
Material
Aluminium
Berat
7.766 kg
Rp/Hour
Rp 12.500,-
Man Power
4 Orang
Time Keterangan :
30 hari
Timeline untuk pembangunan seluruh kapal adalah 140 hari.
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat dari sisi waktu bahwa pengerjaan blok 04 sekitar 21 % dari pengerjaan total satu kapal. Hal tersebut diperoleh dari hasil perhitungan di bawah ini : Diketahui
:
= 140 hari = 30 hari 41
Ditanya
: Persentase Waktu Blok 04 (%)
Jawab
: % Blok 04 = =
x 100 % x 100 %
= 21, 43 %
Selanjutnya adalah perhitungan jumlah manhour dalam pengerjaan blok 04 kapal CB. Suberko 02. Uraian dari jumlah manhour tersebut dapat dilihat pada table di bawah ini : Tabel 4.7 Uraian Perhitungan Jumlah Manhour NO
1
2
3
4
NAMA
HARI
MUIN
SENIN SELASA RABU KAMIS JUM'AT
MOCH. ARIFIN
SENIN SELASA RABU KAMIS JUM'AT
AZIB ARZAQI
SENIN SELASA RABU KAMIS JUM'AT
M. SAIS SAHIM
SENIN SELASA RABU KAMIS JUM'AT
PROGRESS (%)
1 8 8 8 8 8 40 8 8 8 8 8 40 8 8 8 8 8 40 8 8 8 8 8 40
2 8 8 8 8 8 40 8 8 8 8 8 40 8 8 8 8 8 40 8 8 8 8 8 40
16.67% 33.33%
JUMLAH MAN HOUR 3 4 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 40 40 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 40 40 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 40 40 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 40 40
5 8 8 8 8 8 40 8 8 8 8 8 40 8 8 8 8 8 40 8 8 8 8 8 40
6 8 8 8 8 8 40 8 8 8 8 8 40 8 8 8 8 8 40 8 8 8 8 8 40
50.0% 66.67% 83.33% 100.00%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dalam waktu normal (1 hari = 8 jam), blok 04 selesai dalam waktu 30 hari dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 4 orang. Dengan demikian total manhour yang dibutuhkan adalah 960 MH. Hal tersebut didapat dari total jumlah jam dari masing-masing tenaga kerja. 42
TOTAL MAN HOUR
240
240
240
240 960
Dari data di atas pula, dapat ditentukan rupiah yang keluar untuk pembayaran tenaga kerja dilihat dari jam yang digunakan. Perhitungan untuk pengeluaran rupiah adalah sebagai berikut : Total rupiah yang keluar
= total manhour x Rp/hour = 960 x Rp 12,500 = Rp 12,000,000
Dengan demikian, masing-masing tenaga kerja yang jumlahnya 4 orang akan mendapatkan upah sebesar Rp 3,000,000 untuk pengerjaan blok 04 tersebut.
4.5
Analisa Hasil Dari Metode Yang Digunakan Dalam pembahasan sebelumnya telah dilakukan perhitunganperhitungan tentang waktu yang diperlukan pengerjaan pembangunan kapal. Dari hasil tersebut, selanjutnya akan dilakukan analisa sehingga memperoleh hasil perbandingan dalam pemilihan metode pembangunan kapal yang lebih signifikan. 4.5.1 Hasil Analisa Pada Kapal CB. Suberko 01 Waktu yang dibutuhkan dalam proses pembangunan kapal CB. Suberko 01 adalah : Timeline
: 63 minggu = 315 hari
Prolongation
: 6 minggu = 30 hari
Delivery
: 2 minggu = 10 hari
Jadi, total waktu yang dibutuhkan dalam pembangunan kapal CB.Suberko 01 adalah 355 hari. Dengan asumsi pembagian blok yang sama dengan kapal CB Suberko 02, dapat diambil 21 % dari waktu total keseluruhan, sehingga penyelesaian blok tersebut akan memakan waktu sekitar 66 hari (lebih dari setengah pengerjaan pada blok 04 kapal CB. Suberko 02), artinya dalam pengerjaan ini terjadi overtime sekitar 8.5 %.Selain itu, telah dijelaskan sebelumnya bahwa terjadi penambahan 2.208 MH dari plan yang telah ditentukan.
43
4.5.2 Hasil Analisa Pada Blok 04 Kapal CB. Suberko 02 Untuk pengerjaan blok 04 pada kapal CB. Suberko 02 membutuhkan waktu 30 hari, yang artinya 21 % dari waktu keseluruhan.Dan jika dibandingan dengan metode yang digunakan pada kapal CB. Suberko 01, pemilihan metode ini akan selesai hampir 50 % lebih cepat, yakni sekitar 44 %. Hal tersebut dapat dilihat dari waktu yang telah direncanakan untuk penyelesaian kapal secara keseluruhan.
44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa pada masing-masing metode, jika pengerjaan blok 04 pada kapal CB. Suberko 02 menggunakan metode yang digunakan galangan seperti yang dilakukan pada kapal sebelumnya yaitu kapal CB. Suberko 01, maka hasilnya adalah kurang efisien. Karena metode tersebut dilakukan dalam satu sistem, dimana pekerjaan satu dengan yang lain selalu berkaitan yang mengakibatkan memakan waktu yang cukup lama dalam pengerjaannya. Hal tersebut bisa dilihat dari hasil analisa sebagai berikut : 1. Pembangunan blok 04 lebih efisien dengan menggunakan metode blok yang modern, yaitu Integrated Hull-Construction, Outfitting and Painting (IHOP), dengan waktu penyelesaian selama 30 hari dan 960 MH 2. Penyelesaian dengan menggunakan metode IHOP 44 % lebih cepat dari pada konvensional (berdasarkan waktu yang direncanakan). 140 hari / 315 hari = 44 % Selain mendapatkan waktu yang lebih efektif, menggunakan metode IHOP akan membantu meningkatkan produktifitas kapal dengan hasil yang lebih efektif karena adanya sistem accuracy control di dalamnya, sehingga mampu menghasilkan suatu kapal yang berkualitas tanpa terjadi overtime dalam setiap pengerjaan.
5.2
Saran Adapun saran yang dapat diberikan untuk penelitian tentang pemilihan metode yang tepat dalam pembangunan suatu kapal adalah : 1. Perlu adanya penelitian yang bersifat kontinyu terhadap perkembangan metode-metode maupun teknologi yang mampu menunjang kemajuan tingkat produktifitas industri perkapalan, dengan memperhatikan datadata pembanding yang sebelumnya telah diadakan. 45
2. Perlu memaksimalkan dalam pemanfaatan sumber daya yang terdapat di galangan, sehingga hasil produksi kapal pun dapat dimaksimalkan. 3. Perlu adanya standarisasi dalam setiap perhitungan terhadap segala sesuatu yang terkait dengan progress suatu project.
46
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Chirillo, L. D., R. D. Chirillo., Y. Okayama, 1983, Integrated Hull Outfitting and Painting, NSRP, Maritime Administration in cooperation with Todd Facific ShipyardCorp, USA. Eyres D. J., 2007, Ship Construction Sixth edition, Butterworth-Heinemann is an imprint of Elviser, Linacre House, Jordan Hill, Oxford. Lamb Thomas, 1986, Engineering for Ship Production (SP-9), SNAME, U. S. Departement Of Transportation Maritime Administration, Washington, D.C. Storch, R. L., Hammon, C. P., and Bunch H-M., 1995, Ship Production Second Revision, Cornell Maritime Press, Centreville. Tupper, E. C., 2004, Introduction to Naval Architecture, Third Edition. Butterworth & Heinemann, Oxford. Watson D.G.M., 2001, Practical Ship Design.Elseiveir Science Ltd. London. http://www.maritimeworld.web.id/2011/04/proses-pembuatan-kapal.html http://navale-engineering.blogspot.com/2012/02/proses-pembangunan-kapal bangunan-baru.html
47
LAMPIRAN
BLOCK 06 Bulwark 02
BLOCK 05
Bulwark 01
BLOCK 01 BLOCK 04 0
OWNER / VIP GUEST (2P) CREW (2P)
BLOCK 03 5
10
15
20
25
JUNIOR CREW (6P)
CAPTAIN CHIEF ENGINEER
BLOCK 02
30
35
40
45
50
Vessel shall comply with applicable statutory regulation.
VIP 12 SEATS 0
5
10
15
20
DN
25
30
35
40
45
50
Design draft is subject to free board assignment from BV.
DN
Door sill height to be min 600mm. VL
VL
BAGGAGE STORAGE
STORE
MEDICAL ROOM
0
5
10
15
UP
BAGGAGE STORAGE
CO2 RM
CLEAR DECK 13.4 x 6.0 M (= 80.4 M2)
DN 20
25
30
35
40
45
50
139 SEATS UP STORAGE BAGGAGE
TOILET VL
UP
VL
25168J BUREAU VERITAS Section ....................
VU avec observations
Please clarify which doors are watertight among the doors fitted in Bulkheads at Fr 4, Fr 8, Fr 16,Fr 26 and Frame 35.
Singapore, 10-Nov-2013 VL
[Electronic document]
VL
The plan approval office
SEE TECH COMMENT SPO/13/03888-A/RK CAPTAIN
CREW (4P)
LOUNGE VL
JUNIOR CREW (6P) MSB 5 EM'CY FIRE PUMP ENGINE DRIVEN
0
10
15
CONTR. ROOM
UP 20
25
30
35
OWS
GALLEY CHIEF ENGINEER GUEST (2P)
VL
VL
40
VL
45
50
V BRACKET ROOM
CONTROL ROOM
ENGINE ROOM
GALLEY
ACCOMODATION
ACCOMODATION
BOW THRUSTER ROOM
ST.GEAR ROOM
VOID
VALVE DESCRIPTION
SIZE
QTY
V1
SWING CHECK VALVE
DN40
9
BRONZE
JIS 5K
V2
FOOT VALVE
DN40
1
BRONZE
JIS 5K
PART
SYMBOL
MATERIAL
STD
REMARKS
C/W ROSE BOX
PUMPS
PM1
BILGE PUMP, 6.5 m3/h , @1BAR
9
PM2
STAND BY BILGE HAND PUMP
1
PM3
STAND BY BILGE PUMP, 6.5 m3/h , @1BAR
9
ALUMINIUM CREW BOAT 40 M
BILGE AND FIRE SYSTEM
NTS
B-10-003
R-2
L08
VALVE PART
DESCRIPTION
SYMBOL
SIZE
QTY
MATERIAL
STD
REMARKS
V1
BUTTERFLY VALVE
DN40
1
STAIN.STEEL
JIS 10K
V2
HOSE ANGLE VALVE
DN40
3
BRONZE
JIS 5K
V3
BUTTERFLY VALVE
DN150
1
CAST STEEL
JIS 10K TYPE APPROVE
V4
BUTTERFLY VALVE
DN125
1
STAIN.STEEL
JIS 10K
V5
FIRE MONITOR
DN80
2
BRONZE
JIS 10K
V6
BUTTERFLY VALVE
DN50
2
STAIN.STEEL
JIS 10K
S1
BUCKET STRAINER
DN50
1
STAIN.STEEL
JIS 5K
R1
CONN.REDUCER
125X80
1
SS 304
PUMPS
0
5
10
PM4
EMERGENCY FIRE PUMP ENGINE DRIVEN CAP. : 30M3 , PRESS : 4 BAR
1
PM5
FIRE /GEN.SERVIS PUMP PRESS : 2.3 BAR 10,65 M3/H
1
PM6
EXTERNAL FIRE FIGHTING PUMP CAP. : 300M3 , PRESS : 10 BAR
1
15
F
A B
D
C
E
ALUMINIUM CREW BOAT 40 M
BILGE AND FIRE SYSTEM
NTS
B-10-003
R-2
L08
AP16,17
AP5,6 F3
AP6,7
SP12,13 D3
AP14,15 F5
AP11
AP10
AP18
F1,2
SP4,5
D2,5
AP2,3
AP1
AP12,13
SP1 SP2,3
OWNER / VIP GUEST (2P) CREW (2P)
0
5
D3
AP16
SP12
AP14
10
F5
15
20
AP8 AP12
AP11
AP6 SP4
AP10 D2
AP4
F3
F1
25
JUNIOR CREW (6P)
CAPTAIN CHIEF ENGINEER
30
35
40
45
50
AP2
D5
VL
AP18
VL D1 SP2
BAGGAGE STORAGE
AP1
0
5
10
15
BAGGAGE STORAGE
CO2 RM
STORE
SP1
20
25
30
35
40
SP3
45
50
45
50
STORAGE BAGGAGE
D4
VL
D4 AP17
SP13
VL
AP15
F6
AP13
AP7 SP5
AP5 F4
AP3 F2
AP9
VL
SP10
SP6 SP8
0
5
SP9
10
SP7
15
20
25
30
35
40
SP11
ALUMINIUM CREW BOAT 40 M
SOUNDING,FILLING,AIR VENT
NTS
B-10-004
R-2
L08
E
F
C
C A B
A B
t
D
E
D
F
MAIN DECK
E
C A B
F D
"H2"
760 "H1" t
C
25
ALUMINIUM CREW BOAT 40 M
SOUNDING,FILLING,AIR VENT
NTS
B-10-004
R-2
L06
VALVE PART
FUEL OIL TRANSFER SYSTEM
DESCRIPTION
SIZE
QTY
MATERIAL
STD
REMARKS
10 BRONZE
JIS 5K
QUICK CLOSING VALVE DN40
4
BRONZE
JIS 5K
BALL VALVE
DN25
8
BRONZE
JIS 5K
V4
SWING CHECK VALVE
DN25
2
BRONZE
JIS 5K
V5
BALL VALVE
DN15
2
BRONZE
JIS 5K
V8
SELF CLOSING VALVE
DN15
4
BRONZE
JIS 5K
F1
DUPLEX FUEL FILTER
DN15
3
1000 FH
from maker
F2
DUPLEX FUEL FILTER
DN15
2
900 FH
30 MICRON
Y-STRAINER
DN25
1
BALL VALVE
V2 V3
F3
FUEL OIL EXTERNAL & BALLAST SYSTEM
SYMBOL
V1
DN50
BRONZE
JIS 5K
PUMP
PM1
1
PM2
1
PM3
1
PM4
1
ALUMINIUM CREW BOAT 40 M
FUEL OIL SUPPLY SYSTEM FUEL OIL SYSTEM
NTS
B-10-005
R-1
L08
O/B
O/B
O/B
V9
V9
CYCLE INSIDE MACHINERY
DN80 F3
EXHAUST GAS LINE
T
DN20
T
SEA WATER SUPLY FOR COOLING
S/C
V3
DN80
F4 F1
DN40 T
T
F3
T
F2
S/C
DN100 V3
T
M/E(P) EXHAUST LINE
DN20 DN40
DN80
S/C
F1 T
DN80
M/E(P) EXHAUST LINE
S/C
T
DN40
F1
SIZE
STD
QTY
MATERIAL
GATE VALVE
DN80
3
CAST STEEL
JIS 5K
V2
GATE VALVE
DN40
2
BRONZE
JIS 5K
V3
BALL VALVE
DN20
3
BRONZE
JIS 5K
Y1
BUCKET STRAINER
DN80
3
STAIN.STEEL
JIS 5K
SYMBOL
REMARKS
FROM MAKER
Y2
BUCKET STRAINER
DN40
2
STAIN.STEEL
JIS 5K
F1
FLEXIBLE HOSE
DN80
3
RUBBER
JIS 10K
F2
FLEXIBLE HOSE
DN40
2
RUBBER
JIS 10K
BV APPROVAL CERTIFICATE BV APPROVAL CERTIFICATE
TA
HIGH TEMP. ALARM
F3
EXPANSION JOINT
DN200
3
STAIN.STEEL
JIS 5K
ENGINE MAKER
F4
EXPANSION JOINT
DN80
2
STAIN.STEEL
JIS 5K
ENGINE MAKER
V9
FLIP FLAP VALVE
DN250
3
CAST STEEL
JIS 5K
FLAT TYPE
DN40
S/C
DN80
T
F4
DESCRIPTION
V1
PART F2
V3
VALVE
FROM MAKER
5
DN20
F3
DN100
V9
O/B O/B
ALUMINIUM CREW BOAT 40 M
COOLING SYSTEM
NTS
B-10-006
R-1
L08
View more...
Comments