Keunggulan Lokal Dan Kearifan Lokal

April 10, 2019 | Author: Tryana W S | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

review...

Description

Keunggulan dan Kearifan Lokal Jepara Perbatasan

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etnocivic Pengampu : Ika Ari Pratiwi, S. Pd, M. Pd.

Disusun Oleh:  Norma Yustitiya Arief

201533006

Fifta Hikmasari

201533012

Triyana Wahyu Sugma

201533016

Qurrota A’yuni  A’yuni 

201533044

Teguh Ihza Mahendra PGSD 6A

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MURIA KUDUS 2018

i

DAFTAR ISI Halaman Sampul............................................................................................................. i Daftar Isi .......................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1

Latar Belakang........................................................................................... 1

1.2

Rumusan Masalah ..................................................................................... 1

1.3

Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Kearifan lokal Jepara Perbatasan .............................................................. 3 2.2 Keunggulan lokal Jepara Perbatasan ........................................................ 6 2.3 Kaitan Antara Kearifan dan Keunggulan Lokal dengan Penerapan Pendidikan Kewarganegaraan.................................................................... 9 2.4 Sikap Masyarakat dari Keunggulan dan Kearifan Lokal ....................... 11 2.5 Dampak bagi Masyarakat dari Adanya Keunggulan dan Kearifan Lokal ........................................................................................................................ 12 2.6 Peranan Kita Sebagai Seorang Pendidik ................................................... 13 BAB III PENUTUP 3.1

Kesimpulan ................................................................................................ 14

3.2

Saran .......................................................................................................... 14

Daftar Pustaka ................................................................................................................ 15 Lampiran ........................................................................................................................ 16

ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu upaya dalam membentuk tingkah laku sseorang untuk menciptakan manusia yang berbudi pekerti. Pendidikan harus mampu memupuk dan menumbuhkan kesadaran akan arti keberadaan manusia untuk lingkungan dan alam sekitar. Dewasa ini arus penetrasi kebudayaan yang datang dari Barat semakin gencar mewarnai sistem kehidupan sosiokultural masyarakat Indonesia. Di perparah lagi dengan adanya kecenderungan sebagian generasi muda bangsa ini berkiblat kepada kebudayaan tersebut

dan

meninggalkan

budayanya

sendiri.

Untuk

itu,

pemerintah

gencar

mencanangkan pendidikan berbasis keunggulan dan kearifal lokal. Hal ini bertujuan untuk memperkenalkan budaya yang ada di sekitar kita agar budaya tersebut tidak dapat tergerus zaman Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia terdiri dari bermacam suku dan budaya, misalnya pada daerah Jepara. Jepara merupakan kota yang terkenal dengan sebutan kota ukir. Tidak banyak yang tahu bahwa Jepara memiliki beragam tradisi dan kebudayaan. Oleh karena itu pada penelitian ini, penulis akan mengupas keunggulan dan kearifan lokal yang ada pada daerah Jepara khususnya pada daerah Perbatasan antara Jepara dengan Kudus. 1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan oleh penulis, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu : 1.

Apa saja kearifan lokal yang ada di daerah Jepara Perbatasan ?

2.

Apa saja kekunggulan lokal yang ada di daerah Jepara Perbatasan ?

3.

Apa kaitan antara kearifan dan keunggulan lokal dengan penerapan Pendidikan Kewarganegaraan ?

4.

Bagaimana sikap masyarakat dari keunggulan dan kearifan lokal tersebut ?

5.

Bagaimana dampak bagi masyarakat dari adanya keunggulan dan kearifan lokal ?

6.

Bagaimana peranan kita sebagai seorang pendidik ?

1

1.3

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pa saja kearifan lokal yang ada di daerah Jepara Perbatasan 2. Untuk mengetahui pa saja kekunggulan lokal yang ada di daerah Jepara Perbatasan ? 3. Untuk mengetahui kaitan antara kearifan dan keunggulan lokal dengan  penerapan Pendidikan Kewarganegaraan. 4. Untuk mengetahui sikap masyarakat dari keunggulan dan kearifan lokal tersebut. 5. Untuk mengetahui dampak bagi masyarakat dari adanya keunggulan dan kearifan lokal. 6. Untuk mengetahuiperanan kita sebagai seorang pendidik.

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1

Keunggulan lokal Jepara Perbatasan

Keunggulan lokal adalah segala sesuatu yang merupakan ciri khas kedaerahan yang mencakup aspek ekonomi, budaya, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain. Keunggulan lokal adalah hasil bumi, kreasi seni, tradisi, budaya, pelayanan  jasa, sumber daya alam, sumber daya manusia atau lainnya yang menjadi keunggulan suatu daerah (Dedidwitagama dalam Warman; 2015). Jepara adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini  berbatasan dengan Laut Jawa di barat dan utara, Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus di Timur, serta Kabupaten Demak di selatan. Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan Karimunjawa yang berada di Laut Jawa. Kabuapaten Jepara secara administratif wilayah daratan Kabupaten Jepara 1.004,132 km 2  dengan panjang garis pantai 72 km, terdiri atas 14 kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah 183 desa dan 11 keluruhan. Wilayah tersempit adaah Kecamatan Kalinyamatan (24, 179 km 2) sedangkan wilayah terluas adalah Kecamatan Keling (231, 758 km 2). Sebagian besar luas wilayah merupakan tanah kering, sebesar 740,052 km 2  (73,70%) sisanya merupakan tanah sawah, sebesar 264,080 km 2 (26,30%). Secara Administratif Kabupaten Jepara terbagi dalam 5 wila yah, yaitu: 

Jepara Pusat

: Jepara, Tahunan



Jepara Selatan : Welahan, Kalinyamatan



Jepara Utara : Karimunjawa, Mlonggo, Bangsri, Kembang, Donorojo, Keling



Jepara Barat

: Kedung, Pecangaan



Jepara Timur : Batealit, Mayong, Nalumsari Pakis Aji

Keunggulan lokal di Jepara sangat banyak. Salah satu keunggulan lokal yang akan di bahas adalah Jepara Perbatasan yaitu Jepara Timur daerah Mayong dan Nalumsari. Diantaranya adalah :

3

1. Horok-horok

Horok-horok adalah makanan ringan yang terbuat dari tepung pohon aren. Makanan ini terbilang unik, karena bisa disantap bersama dengan makanan lain seperti bakso, pecel, gulai, wedang horok-horok, dll. Horok-horok ini merupakan makanan yang hanya ditemukan di Jepara, sehingga dijadikan makanan tradisional khas dari Jepara, Jawa Tengah. Makanan ini sangat di gemari oleh masyarakat di Jepara, selain itu banyak wisatawan memburu makanan satu ini sebagai wisata kuliner mereka.

2. Gebyok Ukir

Desa Blimbing Rejo merupakan sebuah desa yang terletak di kecamatan  Nalumsari Kabupaten Jepara. Desa Blimbing Rejo adalah desa pengrajin kayu ukiran yang digunakan untuk sekat antar ruang atau ditempatkan didepan sebagai pintu masuk rumah. Gebyok ini memiliki ukiran khas Jawa dan diuat dari kayu bermutu tinggi atau kayu jati. Gebyok ukir standar buatan pengrajin di Blimbing Rejo tersedia berbagai ukuran. Ukuran terkecil biasanya setinggi 1,2 meter dengan lebar 2,5 meter. 4

Dilengkapi pintu kupu tarung, sebutan untuk sebuah pintu yang terdiri dari dua  pintu simetris ini dijual dengan harga Rp. 2,25 juta. Sedangkan gebyok dengan ukuran besar dengan tinggi 2,7 meter dan lebar 4 meter, umumnya dipatok Rp. 8  juta hingga 10 juta. Blimbing rejo mulai ada pengrajin Gebyog ini sekitar tahun 1990an yang dimulai dari seorang warga Blimbing Rejo yang belajar ornamen ukir kemudian menerapkannya sebagai kerajinan gebyok dan menjadikan profesi tetap dan kemudian diamalkan keahliannya kepada warga sekitar untuk diajak bekerja sama.

3. Ari-ari Kartini

Merupakan

tempat

 plasenta Kartini yang terdapat di Desa Pelemkerep, Kecamatan Mayong,

Kabupaten

Jepara.

Monumen ari-ari Kartini berada di samping kantor Kecamatan (dulu Monumen

kantor Kartini

wedana). sangat

sederhana. Hanya ada monumen, sumur, dan tugu penanda tempat dia dilahirkan. Penjaga monumen, menuturkan di tempat itu dahulu rumah keluarga Kartini

berada,

Sekarang

sudah

tak

ada

 bekasnya. Ada yang unik di kawasan monumen, yakni monumen ari-ari dan sumur. Monumen dibuat menyerupai bunga teratai dengan lekuk yang bermakna kelahiran. Kuncup kedua dari atas berjumlah 21 yang menunjukkan tanggal kelahiran

Kartini.

Empat

buah

lampu

menunjukkan bulan April, sedangkan 18 kuncup  paling bawah menunjukkan tahun 1800.

5

Ukiran bawah berjumlah tujuh menunjukkan angka tujuh. Kuncup paling atas sembilan menunjukkan angka sembilan. Jika dirangkai menjadi tanggal,  bulan, dan tahun kelahiran Kartini: 21 April 1879. Sumur di depan monumen masih asli. Letak dan bangunan sumur itu tak  berubah. Banyak yang menuturkan sumber air itu tak pernah surut pada musim kemarau sekalipun. Kedalaman sumur sekitar 10 meter.

2.2

Kearifan lokal Jepara Perbatasan

Menurut Gunawan dalam Yuniarni ;2014, Kearifan lokal (local genius/local wisdom) merupakan pengetahuan lokal yang tercipta dari hasil adaptasi suatu komunitas yang berasal dari pengalaman hidup yang dikomunikasikan dari generasi ke generasi. Kearifan lokal dengan demikian merupakan pengetahuan lokal yang digunakan oleh masyarakat lokal untuk bertahan hidup dalam suatu lingkungannya yang menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, budaya dan diekspresikan di dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang lama. Proses regenerasi kearifan lokal dilakukan melalui tradisi lisan (cerita rakyat) dan karya-karya sastra, seperti babad, suluk, tembang, hikayat, lontarak dan lain sebagainya. Hal ini sejalan dengan Rachmadyanti (2017) yang menyatakan bahwa kearifan lokal adalah segala bentuk kebijaksanaan yang didasari oleh nilai-nilai kebaikan yang dipercaya, diterapkan dan senantiasa dijaga keberlagsungannya dalam kurun waktu yang cukup lama (secara turun-temurun) oleh sekelompok orang dalam lingkungan atau wilayah tertentu yang menjadi tempat tinggal mereka. Kearifan lokal memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan tradisional pada suatu tempat, dalam kearifan lokal tersebut banyak mengandung suatu pandangan maupun aturan agar masyarakat lebih memiliki pijakan dalam menentukan suatu tindakan seperti perilaku masyarakat sehari-hari

Selain keunggulan lokal di Jepara sangat banyak, terdapat kearifan lokalnya juga. Diantaranya adalah : 1. Macan Kurung di Perbatasan Kudus-Jepara

6

Macan kurung merupakan kerajinan kuno dari jepara yang berasal dari Desa Mulyoharjo, Jepara. Macan kurung adalah sebuah karya seni ukir khas Jepara yang berkembang sejak jaman RA Kartini. Macan kurung muncul di tengahtengah sistem pemerintahan kolonial dan adatistiadat budaya feodal. Diduga karya seni ini sebagai ekspresi simbolis perlawanan para perajin ukir atas tekanan hidup saat kolonial.

Di dalam kurungan terdapat pula bola yang dapat menggelinding dan rantai pengikat macan. Bagian atas kurungan sering diberi berbagai hiasan  berbentuk binatang, seperti burung, naga jawa, ular.

2. Baratan di Desa Dorang Di Desa Dorang biasanya pada tanggal 15 bulan Ruwah atau 15 Sya’ban (kalender Hijriyah) sering diadakan tradisi pesta baratan. Dalam tradisi tersebut terdapat karnaval kecil-kecilan keliling desa dengan membawa mobil mainan, bis mainan maupun motor mainan yang terbuat dari kayu atau  bambu yang di bungkus dengan kertas. Di dalam mainan tersebut dinyalakanlah lilin. Kirab tersebut diikuti oleh anak-anak kecil. Menurut pendapat dari salah satu warga, baratan merupakan remisi untuk para arwah untuk dilepaskan kedunia kembali. Jadi, satu hari pada tanggal 15 Ruwah tersebut arwah-arwah diberikan kebebasan. Makna dari kendaraan mainan yang di tarik yaitu menandakan bahwa dengan mainan tersebut dapat menciptakan kegembiraan untuk anak-anak sama halnya dengan kegembiraan para arwah yang diberikan kebebasan meskipun hanya satu hari. Sedangkan lilin yang menyala menandakan bahwa pada jaman dahulu  belum ada listrik. Kirab tersebut didampingi dengan menu makanan puli yang kemudian di bawa ke Pondok atau Musholla. Kata puli berasal dari bahasa Arab yaitu afwu lii, yang berarti maafkanlah aku. Puli terbuat dari beras dan ketan yang ditumbuk halus dan dimakan dengan kelapa.

7

3. Makam Datuk Singorojo Datuk Singorojo bernama asli Syekh Gunardi, Beliau adalah putra raja dari kerajaan Singaraja (Bali) bernama Idha Gusnanda dan memiliki seorang adik  bernama Idha Gusnanti. Kala itu, para penduduk kerajaan tersebut masih memeluk agama Hindu. Akhirnya terjadilah perselisihan antara Idha Gunardi (Mbah Datuk Singorojo) dengan ayahandanya, Raja Idha Gus nanda. Perselisihan tersebut terjadi karena perbedaan pendapat mengenai cara  pemakaman orang yang telah meninggal. Karena kepercayaan yang di anut oleh Idha Gunardi sudah tidak sejalan dengan kepercayaan yang di anut oleh ayahandanya sehingga beliau di usir dari tanah Bali. Dengan menempuh jalur laut hanya dengan menggunakan sebuah genthong air bersama adik  perempuannya, Idha Gusnanti. Merekapun sampai di pulau jawa dan belajar agama kepada salah satu Wali di Kadilangu, Demak. Setelah dirasa cukup menuntut ilmu, akhirnya sang guru memandatinya untuk menyebarkan ajaran tersebut kedaerah utara dengan di temani oleh kedua putra dari san g guru. Mbah Datuk memerintahkan Rajasa beserta murid-muridnya untuk membabat (menebangi) pepohonan di sana dan mendirikan sebuah masjid di daerah Singorojo, namun sebelum masjid tersebut selesai beliau pindah ke daerah Mantingan karena ada suatu hal yang mendesak, di daerah ini beliau menetap lama dan mengajarkan agama. Setelah bertahun-tahun didaerah Mantingan akhirnya beliau meninggal dunia dan dimakamkan di daerah Singorojo. Kemudian masyarakat Singorojo menyebutnya dengan sebutan Mbah Datuk Singorojo.

8

Makam mbah Datuk Singorojo ini di kenal angker dan sangat di sakralkan oleh para penduduk sekitar. Banyak sekali orang-orang datang dari berbagai daerah untuk melakukan ritual tirakatan atau yang lebih di kenal dengan istilah “nepi”. Makam ini akan semakin  ramai di kunjungi saat mendekati hari Juma’at (Wage) di bulan Suro, karena pada hari tersebut akan di lakukan ritual “Buka Luwur” atau pergantian kain kafan yang menutupi Kijing (Batu Nisan) makam Mbah Datuk Singorojo. Sehari sebelum ritual tersebut di laksanakan, biasanya akan banyak sekali orang yang datang untuk melakukan Nepi dengan tujuan-tujuan tertentu, terutama para spiritualis. Salah satunya agar mendapatkan mustika atau benda  bertuah melalui penarikan ghoib. Tapi sayangnya tidak semua orang berhasil ketika melakukan penarikan.

2.3

Kaitan Antara Kearifan dan Keunggulan Lokal dengan Penerapan Pendidikan Kewarganegaraan a. Penerapan PPKn Terhadap Keunggulan Lokal di Daerah Jepara Perbatasan a)

Horok-horok

Horok-horok merupakan salah satu makanan tradisional khas Jepara. Untuk itu sebagai salah satu wujud “Cinta Tanah Air”, kita sebagai generasi penerus harus bisa “mencintai produk dalam neger i” salah satunya makanan tradisional horok-horok ini. Karena seiring berkembangnya zaman, banyak sekali produk produk makanan dari luar negeri yang dapat masuk dan berkembang dalam masyarakat dan menyingkirkan makanan-makanan tradisional khas Indonesia sendiri. Untuk itu kita harus selalu melestarikannya. 9

b) Gebyog Ukir

Sama halnya dengan Horok-horok, Gebyog ukir ini merupakan salah satu kerajinan Khas dari daerah Jepara. Jadi, kita harus bisa mencintai produk sendiri. Akan lebih baik apabila kita belajar untuk membuat kerajinan tersebut sebagai wujud “Cinta Tanah Air”. Untuk itu kita memerlukan kreatifitas untuk selalu melakukan inovasi agar gebyog khas Jepara ini memiliki daya tarik yang tinggi dan tidak akan tergerus oleh perkembangan zaman. c)

Ari-ari Kartini

Dengan adanya monumen ini, merupakan salah satu wujud menghargai  prestasi serta jasa pahlawan yang telah memperjuangkan Emansipasi wanita ini. Monumen ari-ari Kartini dapat memberikan motivasi untuk menjadi seseorang yang memiliki semangat kebangsaan yang sesuai dengan nilai-nilai Pendidikan Karakter.

b.

Penerapan PPKn Terhadap Kearifan Lokal di Daerah Jepara Perbatasan a)

Macan Kurung

Macan kurung ini merupakan simbol perbatasan antara Kota Jepara dengan Kota Kudus. Perlu adanya cinta damai dalam mempersoalkan pro dan kontra wilayah kepemilikan dari Macan Kurung ini. Meskipun demikian,

dengan

adanya macan kurung, dapat memudahkan kita mengenali wilayah perbatasan antara Jepara dengan Kudus. b) Baratan di desa Dorang

Baratan sering kali identik dengan adanya karnaval maupun kirab. Banyak sekali nilai-nilai karakter yang terdapat dalam tradisi ini. Karnaval akan  berjalan dengan lancar apabila dimusyawahkan dengan baik antar warga. Selain itu, toleransi dan cinta damai juga diperlukan dalam kegiatan ini. Dan yang tidak kalah penting yaitu sikap tanggung jawab apabila selama acara tersebut terdapat kendala-kendala yang tidak diharapkan c)

Makam mbah Datuk Singorojo

Seperti yang kita ketahui, Datuk Singorojo ini merupakan salah satu tokoh dalam penyebaran agama Islam. Nilai karakter yang dapat kita ambil yaitu nilai Religius. Mbah Datuk rela berselisih dengan saudara sendiri karena  perbedaan pendapat mengenai cara pemakaman orang yang telah meninggal. 10

Untuk itu kita perlu menghargai jasa beliau dalam menyebarkan agama Islam dengan cara mendoakannya.

2.4

Sikap Masyarakat dari Keunggulan dan Kearifan Lokal a.

Sikap Masyarakat Pro dan Kontra Terhadap Keunggulan Lokal di Daerah Jepara Perbatasan

Sikap masyarakat yang pro terhadap keunggulan lokal di daerah Jepara Perbatasan di antaranya adalah banyak memberikan keuntungan dan lapangan  pekerjaan bagi masyarakat. Dengan adanya lawang gebyok ukir dapat memberikan banyak keuntungan, misalnya kurangnya pengangguran di Desa Blimbing Rejo, pada pemotong kayu mempunyai penghasilan sendiri hasil memotong kayu, menjadikan Desa Blimbing Rejo lebih berkembang dan banyak kenali masyarakat karena dengan terkenalnya lawang gebyok ukir tersebut. Sikap masyarakat yang kontra terhadap keunggulan lokal di daerah Jepara Perbatasan

diantaranya

adalah

untuk

pembuatan

lawang

gebyok

ukir

membutuhkan modal yang lumayan besar, mulai dari pembelian kayu, menyewa  para pekerja harian, dan peralatan lengkap untuk mematah dan menghaluskan kayu serta biaya memotong kayu di Kota Jepara, karena sampai sekarang untuk memotong kayu masih harus ke pemotong kayu di Kota Jepara karena di Desa Blimbing Rejo belum memiliki alat atau mesin untuk memotong kayu. Makanan horok-horok saat ini banyak remaja yang kurang suka dengan makanan tersebut. Remaja lebih cenderung menyukai makanan yang berbau instan. Dan cara pembuatannya pun banyak remaja yang kurang tahu dan kurang  berminat. Sedangkan di monumen ari-ari Kartini sekarang sudah jarang dikunjungi masyarakat kecuali di hari kelahiran Kartini.

b.

Sikap Masyarakat Pro dan Kontra Terhadap Kearifan Lokal di Daerah Jepara Perbatasan

Sikap pro terhadap kearifan lokal di Daerah Jepara Perbatasan diantaranya adalah pada macan kurung dapat dijadikan identitas perbatasan antara Kota Kudus dan Jepara. Pada Beratan di Desa Dorang yang dilakukan pada bulan Ruwah tanggal 15 adalah dapat mempererat tali persaudaraan masyarakat sekitar dan menjaga tradisi setiap tahunnya. Selain itu, pada makam Datuk Singorojo, 11

masyarakat sekitar dapat mengingat perjuangan Datuk Singorojo dalam mneyebarkan agamanya dengan mengunjungi makamnya. Sikap kontra terhadap kearifan lokal di daerah Perbatasan Jepara adalah kepemilikan macan kurung belum diketahui. Ada yang menyebutkan bahwa macan kurung termasuk daerah wilayah Kudus, ada juga yang menyebutkan termasuk daerah wilayah Jepara. Sedangkan pada Beratan, ketika mengelilingi desa banyak yang terganggu dengan menghalangi jalan utama desa. Sedangkan di makam Datuk Singorojo dijadikan tempat yang diyakini dapat memberikan ilmu ghaib.

2.5

Dampak bagi Masyarakat dari Adanya Keunggulan dan Kearifan Lokal a.

Dampak dari Keunggulan Lokal di Daerah Perbatasan Jepara Perbatasan

Dampak dari keunggulan lokal di daerah perbatasan Jepara perbatasan yaitu horok-horok dan lawang gebyok ukir adalah sebagai lapangan pekerjaan dari masyarakat sekitar dan menjadi ciri khas dari daerah tersebut. Selain sebagai lapangan pekerjaan, horok-horok bisa digunakan sebagai pengganti nasi. Dan lawang gebyok dapat dijadikan sebagai salah satu sentra produk unggulan ukir milik Desa Blimbing Rejo. Sedangkan ari-ari Kartini sebagai pengingat masyarakat akan kelahiran dari pahlawan yang berasal dari da erah Jepara.

b.

Dampak dari Kearifan Lokal di Daerah Perbatasan Jepara Perbatasan

Dampak dari kearifan Macan kurung adalah dijadikan identitas perbatasan antara Kota Kudus dan Jepara. Sedangkan dampak kearifan Beratan di desa Dorang diantaranya adalah mempererat tali persaudaraan masyarakat sekitar desa tersebut. Dampak kearifan lokal pada makam Datuk Singorojo yaitu masyarakat sekitar dapat mengingat perjuangan Datuk Singorojo dalam meneyebarkan agama islam.

2.6

Peranan Kita Sebagai Seorang Pendidik a. Upaya yang Dilakukan sebagai Pendidik dalam Keunggulan Lokal

Kita sebagai pendidik dapat mengenalkan kepada siswa mengenai keunggulan lokal di daerah Nalumsari, misalnya sesekali kita dapat mengajak siswa untuk mengunjungi tempat pembuatan lawang gebyok ukir can cara 12

 pembuatannya, agar siswa mengetahui keunggulan lokal di daerahnya sendiri supaya keunggulan tersebut tidak tergerus oleh perkembangan jaman. Selain itu, pada makanan horok-horok, siswa diperkenalkan dan cara  pembuatan makanan tersebut. Agar siswa mempunyai keahlian dalam membuat makanan ciri khas daerahnya sendiri. Sedangkan pada monumen ari-ari Kartini sebagai pendidik kita bisa mengajarkan bagaimana cara merawat peninggalan sejarah pahlawan dari Daerahnya, dan memberikan contoh perilaku yang baik dari R.A Kartini semasa perjuangan.

b. Upaya yang Dilakukan sebagai Pendidik dalam Kearifan Lokal

Kita sebagai pendidik memberikan penjelasan kepada siswa tentang  perjuangan Datuk Singorojo dalam penyebaran agama islam di daerah jepara. Kita sebagai pendidik juga membekali siswa agar tidak terlalu percaya dengan hal-hal gaib atau hal yang belum tentu kebenarannya.

13

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan dan Saran 3.1.1. Kesimpulan

Keunggulan dan kearifan lokal di daerah Jepara Perbatasan sangat banyak, diantaranya adalah keunggulan lokalnya yaitu horok-horok, gebyok ukir, dan ari-ari Kartini. Sedangkan kearifan lokalnya yaitu macan kurung, Baratan di Desa Dorang, dan Makam mbah Datuk Singorojo. Keunggulan lokal dan kearifan lokal menjadi ciri khas dari suatu daerah tertentu. Ciri khas tersebut tentunya mempunyai pro dan kontra maupun dampak bagi masyarakat sekitar. Kita sebagai pendidik seharusnya bisa memperkenalkan dan melestarikan keunggulan dan kearifan lokal pada siswa agar mengetahui tentang keunggulan dan kearifan lokal di daerahnya masingmasing.

3.1.2. Saran

Keunggulan dan kearifan lokal sekarang ini jarang diketahui oleh masyarakat. Salah satunya adalah kearifan lokal yaitu Baratan di Desa Dorang yang sekarang ini dari tahun ke tahun semakin sedikit masyarakat yang mengikuti. Hal tersebut dikarenakan kurangnya melestarikan kebudayaan yang sudah tergerusnya sebuah jaman yang semakin modern. Seharusnya, masyarakat tersebut melestarikan kearifan lokal agar menjadi ciri khas dari daerahnya.

14

DAFTAR PUSTAKA

Rachmadyanti, Putri. 2017. “Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Siswa Sekolah Dasar Melalui Kearifan Lokal”. JPSD. 3(2); 201-2014. Warman. 2015.”Penerapan Program Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal di SMK”.  Jurnal Ilmu Pendidikan, 21(1); 88-96. Yuniarni, et.al. 2014. “pengaruh Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal Terhadap Hasil Belajar PKN Siswa Kelas V SD Gugus Viabiansemal”. E-Jurnal MIMBAR PGSD Universitas Ganesha, 2(1).

15

LAMPIRAN

16

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF