KESETIMBANGAN KETO-ENOL
December 6, 2017 | Author: Puthree Pandjaiitan | Category: N/A
Short Description
Mengetahui tetapan kesetimbangan keto-enol dari dua senyawa karbonil menggunakan perhitungan semi empiris AM1dan untuk m...
Description
Percobaan II KESETIMBANGAN KETO-ENOL I.
Tujuan Mengetahui tetapan kesetimbangan keto-enol dari dua senyawa
karbonil menggunakan perhitungan semi empiris AM1dan untuk menyelidiki
pengaruh
ikatan
hidrogen
intramolekular
pada
kesetimbangan ini. II. Latar belakang Keton dan aldehida selalu dalam keseimbangan dengan bentuk enolnya.Jumlah enol yang ada dalam keseimbangan bergantung pada struktur dari keton dan aldehida, pelarut, suhu dan faktor lain seperti konjugasi dan ikatan hidrogen. Pada percobaan ini akan dievaluasi tetapan keseimbangan dari tiga senyawa karbonil. Enol merupakan suatu struktur dengan gugus –OH yang terikat pada karbon yang berikatan rangkap. Akhiran –ena menunjukkan suatu ikatan karbon dengan karbon rangkap dua, sedangkan –ol menunjukkan gugus alkohol dan keto menunjukkan senyawa tersebut mengandung gugus karbonil. Perubahan cepat yang terjadi antar bentuk keto dan enol disebut sebagai
tautomeri.
Atau
dapat
dikatakan
bahwa
tautomerisasi
merupakan perubahan yang terjadi antara senyawa-senyawa yang mempunyai perbedaan besar dalam susunan atomnya, namun dengan cepat berada dalam kesetimbangan. Sebagaimana tautomeri yang terjadi pada senyawa organik dalam keto-enol, hampir seluruh tautomeri pada senyawa keto-enol, melibatkan struktur – struktur yang berbeda dalam hal letak terikatnya hidrogen secara khas, keseimbangan perubahan ini sangat menyukai struktur yang hidrogennya terikat pada karbon (bentuk keto). Fakta lain menunjukkan bahwa bentuk keto juga lebih stabil daripada bentuk enol. Ilustrasi dibawah ini menunjukkan suatu tautomeri keto-enol, suatu proses yang dapat dikatalis oleh asam
maupun basa. Proses tautomeri selalu dimulai dari gugus karbonil dalam bentuk keton, baik apabila proses menggunakan asam maupun basa. Hidrogen akan ditarik dari karbon-α, dan terbentuk senyawa antara. Hasilnya adalah suatu struktur berikatan rangkap dan sebuah gugus hidroksil-suatu bentuk enol.
III.
Landasan Teori Suatu senyawa karbonil denga suatu hidrogen alfa yang bersifat
asam, dapat baearada dalam dua bentuk yang disebut tautomer: suatu tautomer keto dan sebuah tautomer enol. Tautomer adalah isomerisomer yang berbeda satu denga yang lainnya yang pada posisi ikatan rangkap dan sebuah atom hidrogen yang berhubungan. Tautomer keto suatu
senyawa
karbonil
mempunyai
struktur
karbonil
seperti
diharapkan. Tautomer enol (dari -ena + -ol), yang merupakan suatu alkohol vinilik, terbentuk dengan serah-terima sebuah hidrogen asam dari karbon α ke oksigen karbonil. Karena atom berbeda dalam posisi yang berlainan, kedua bentuk tautomerik ini bukanlah struktur berlainan yang berada dalam kesetimbangan (harus diingat bahwa struktur-struktur resonansi berbeda hanya dalam hal posisi elektron) (Fessenden dan Fessenden, 1982). Tautomerisme, kasus khusus dari isomerisme, memainkan peran penting dalam kimia modern organik, biokimia, kimia obat, farmakologi, biologi molekuler, dan kehidupan itu sendiri. Istilah "Tautomerisme" (Yunani, Tauto - sama, dan meros -bagian) mengacu pada senyawa yang ada dalam kesetimbangan di antara dua atau lebih bentuk isomer yang disebut tautomer. Tautomer mengalami interkonversi dalam
proses
reversibel, baik penataan ulang intra molekuler maupun intermolekuler Senyawa organik dalam senyawa - senyawa karbonil yang mempunyai atom hidrogen
pada karbon-α (karbon yang terletak bersebelahan
karbon karbonil) dengan cepat akan berubah-ubah antara bentuk keto dan bentuk enol . Enol merupakan suatu struktur dengan gugus – OH yang
terikat
pada
karbon
yang
berikatan
rangkap.
Akhiran
– ena menunjukkan suatu ikatan karbon dengan karbon rangkap dua, sedangkan – ol menunjukkan gugus alkohol dan keto menunjukkan senyawa tersebut mengandung gugus karbonil.Sebagaimana tautomeri yang terjadi pada senyawa organik dalam keto – enol, hampir seluruh tautomeri pada
senyawa keto – enol, melibatkan struktur – struktur yang berbeda dalam hal letak terikatnya hidrogen secara khas, keseimbangan perubahan ini sangat menyukai struktur yang hidrogennya terikat pada karbon (bentuk keto) (Ewa dan Wanda, 2005). Menurut Wade,L.G (2006), aseton memiliki gugus karbonil yang mempunyai ikatan rangkap dua karbon oksigen terdiri atas satu ikatan σ dan satu ikatan π. Umumnya atom hidrogen yang terikat pada atom karbon sangat stabil dan sangat sukar diputuskan. Namun lain halnya dengan atom hidrogen yang berada pada karbon (C) disamping gugus karbonil yang disebut atom hidrogen alfa (α). Sebagai akibat penarikan elektron oleh gugus karbonil, kerapatan elektron pada atom karbon α semakin berkurang, maka ikatan karbon dan hidrogen α semakin melemah,sehingga mengakibatkan
hidrogen
terjadinya
α menjadi bersifat asam dan substitusi
α.
Substitusi
α
dapat
melibatkan
penggantian atom H pada atom karbon α dengan elektrofilik. Atom hidrogen α pada aseton dapat dilihat pada Gambar 1
Menurut
Caminati dan
Grabow
(2006),
acetylacetone
(2,4-
pentadion) adalah senyawa organik yang ada di dua tautomerik bentuk yang interconvert cepat dan diperlakukan sebagai senyawa tunggal dalam sebagian besar aplikasi. Meskipun senyawa tersebut secara resmi disebut
sebagai
bentuk
diketon,
2,4-pentanadion,
bentuk
enol
membentuk komponen substansial dari bahan dan sebenarnya bentuk disukai di banyak pelarut. Ini adalah cairan tak berwarna yang merupakan prekursor untuk acetylacetonate (acac), umum bidentat
ligan. Ini juga merupakan blok bangunan untuk sintesis senyawa heterosiklik.
Aseton mempunyai atom hidrogen α bersifat asam, oleh karena itu dapat terionisasi menghasilkan ion enolat. Ion enolat dapat berada dalam dua bentuk yaitu bentuk keto dan bentuk enol atau disebut dapat terjadi tautomerisasi.Tautomer adalah isomer-isomer pada senyawa karbonil yang hanya dibedakan oleh kedudukan ikatan rangkap dan yang disebabkan perpindahan letak atom hidrogen α ke atom oksigen. Bentuk keto dan bentuk enol pada aseton dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Bentuk keto dan bentuk enol pada aseton.
IV. Prosedur Percobaan IV.1 Prosedur Gambarkan senyawa karbonil aseton dan bentuk enolnya. Hitung
panas
pembentukannya
menggunakan
metode
semiempiris AM1 dan catat hasilnya pada lembar laporan. Gambarkan Hilangkan
bentuk atom
menu Select)
keto
hidrogen
dan
dengan
dan
minimisasi
pada
karbon
menggunakan
strukturnya.
alfa
(gunakan
menu Draw.
Gambarkan bentuk enol dengan mengubah ikatan C=O menjadi ikatan tunggal dan C-C menjadi ikatan ganda. Pilih menu Build dan Add
H
&
Model
Build.
Anda
akan
mendapatkan bentuk enol. Lakukan minimisasi dan catat
panas pembentukan-nya. Gambarkan diketon 2,4-pentadion, minimisasi strukturnya
dan catat panas pembentukannya. Pada bentuk sebelah kiri, OH digambarkan menjauh dari C=O sehingga tidak dapat mengadakan ikatan hidrogen dengan gugus karbonil. Jika senyawa tidak nampak seperti itu, pilih mode Select dan klik dan geser dari atom H dari OH ke atom sp2 yang
mengikat
H
(4
atom
terlipih).
Pilih Build dan
atur Constrain Bond Torsion pada Trans. Lakukan Model Build.
Lakukan optimasi struktur dan catat panas pembentukannya. Gambarkan bentuk enol yang lain dengan mengatur Constrain Bond Torsion pada cis. Optimasi struktur dan catat panas pembentukannya.
V.
Hasil dan Pembahasan
Pada pratikum yang berjudu “Kesetimbangan Keto-Enol”
dilakukan
penentuan tetapan kesetimbangan keto-enol dari dua senyawa karbonil yaitu aseton
dan
2.4-Pentadion
dimana
penentuannya
dengan
menggunakan
perhitungan semi empiris AM1. Keto dan Enol merupakan suatu bentuk tautometri. Dimana Tautometri adalah bentuk isomer-isomer yang berbeda antara satu dengan yang lainnya pada posisi ikatan rangkap dan pada sebuah atom
hydrogen
yang berhubungan.
Dimana
pada
perlakuannya
Keto
(tautometri keto) digambarakan dengan struktur karbonil aslinya yakni aseton dan 2.4-Pentadion di tunjukkan pada hasil:
Gambar 1: Struktur keto pada Aseton
Gambar 2: Struktur keto pada 2.4-Pentadion Pada hasil tersebut diperoleh bahwa pada keto karbonil Aseton maupun 2.4-Pentadion ditemukan adanya gugus karbonil yakni adanya ikatan rangkap
pada atom C dengan O dan terdapat hydrogen alfa di karbon terdekat gugus karbonil. Selanjutnya pada pembentukan Enol (tautometri Enol) yang merupakan suatu akohol vinilik yang terbentuk dengan adanya serah terima sebuah hydrogen asam dari karbon alfa ke oksigen karbonil. Yang perlu diketahui dari tautometri Keto-Enol yakni bahwa tautometri bukanlah suatu bentuk resonansi karena pada tautometri atom hidrogen berada dalam posisi yang berlainan yang berada didalam kesetimbangan. Pada perlakuannya dilakukan pembuatan tautometri
enol
pada
aseton
dan
2.4-Pentadion
dimanan
dengan
menghilangkan salah satu aton hydrogen pada karbon alfa lalu disetimbangkan dengan pemutusan ikatan rangkap pada karbonil yakni antara atom karbon dan oksigen. Dengan pemutusan ikatan rangkap pada karbonil tersebut yang kemudian ikatan rangkap pindah menjadi ikatan rangkap antara kaarbonkarbon yang telah dihilangkan satu atom hydrogen alfanya menghasikan atom oksigen yang bermuatan negative. Kemudian dilakukan penyetaran atom oksigen dengan menu build- add H & Model build pada toolsnya sehingga diperoleh alcohol vinilik pada tautometri Enol. Pada hasil percobaan ini diperoleh hasil Enol pada aseton:
Gambar 3: Struktur Enol pada Aseton Sedangkan pada 2.4-Pentadion diperoleh 2 struktur Enol karena pada strukturnya 2.4-Pentadion memiliki 2 gugus karbonil pada posisi karbon ke 2 dan 4 sehingga diperoleh Enol dengan ikatan hidorgen dan tanpa (non) ikatan hydrogen yang diperoleh dengan mengatur Constrain Bond Torsion pada cis. Ikatan hydrogen terjadi dengan adanya ikatan antar atom H pada alcohol
dengan atom O pada gugus karbonil disebelahnya. Dimana pada perlakuan tersebut diperoleh hasil:
Gambar 4: Struktur enol pada 2.4-Pentadion dengan ikatan hydrogen
Gambar 5: Struktur enol pada 2.4-Pentadion tanpa ikatan hydrogen Berdasarkan gambar 4 dan 5 terssebut diperoleh hasil yang berbeda antara kedua Enol tersebut yang mana perbedaan adanya ikatan hydrogen tersebut mempengaruhi tetapan kesetimbangan dari enol pada 2.4-Pentadion. Berdasarkan hasil perhitungan panas pembentukan antara tautometri Keto-Enol pada aseton dan 2.4-Pentadion diperoleh hasil:
Molekul
Aseton 2.4-Pentadion
non
ikatan hidrogen 2.4-Pentadion dengan
ikatan
Hf bentuk Keto
Hf bentuk Enol
(kkal/mol)
(kkal/mol)
-934,1538
-922,3659
-1472,1079
-1461,6573
-1472,1079
-1463,8013
Tetapan Kesetimbangan Keq
0,9873
0,9929
0,9943
hidrogen Pada tabel hasil tersebut diketahui bahwa terjadi perbedaan panas pembentukan pada Keto dan Enol yang mana menurut literatur hasil tersebut mempengaruhi kuantitas relative dalam pembentukan suatu cairan murni. Pada aseton diperoleh panas pembentukan pada keto yang lebih kecil sehingga pada pembentukannya aseton diproduksi dalam bentuk keto-nya yakni menurut literature ditemukan 99,99% aseton dalam bentuk keto (menurut prosedur
titrasi
khusus).
Dengan
perbandingan
pembentukan Enol dan Keto diperoleh kesetimbangan
antara
nilai
panas
0,9873 . Seanjutnya
pada 2.4-Pentadion iketahui bahwa panas pembentukan pada keto lebih kecil dibandingkan enol.
Tetapi menurut literature
2.4-Pentadion lebih banyak
ditemukan dalam bentuk enol yakni sebesar 80% enol. Dimana 2.4-Pentadion dalam bentuk enolnya sedikit lebih stabil dengan ditemukannya ikatan rangkap yang terkonjugasi. Selanjutnya pada perbedaan adanya ikatan hydrogen pada 2.4-Pentadion ditentukan pada tetapan kesetimbangan yang mana pada 2.4-Pentadion non ikatan hydrogen diperoleh
Keq sebagai nilai perbandingan enol terhadap keto
sebesar 0,9929 sedangkan pada 2.4-Pentadion
dengan ikatan hydrogen
memiliki Keq sebesar 0,9943. Dengan ini diketahui bahwa 2.4-Pentadion dengan ikatan hydrogen lebih baik dibandingkan pada 2.4-Pentadion
non ikatan
hydrogen ini disebabkan pada 2.4-Pentadion dengan ikatan hydrogen memiliki susunan struktur yang sedemikian rupa yang memungkinkan terbentuknya
ikatan hydrogen eksternal yang membantu menstabilkan tautomer ini, selain itu juga dengan adanya ikatan hydrogen pada enol tolak menolak antara momen dipole oksigen dapat distabilkan oleh adanya ikatan hydrogen.
VI.
Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa tetapan kesetimbangan dengan perhitungan semi empiris AM1 pada aseton 0,9873, pada 2,4 pantadion dengan ikatan hidrogen 0,9943 dan pada 2,4 pantadion non ikatan hidrogen 0,9929. Serta 2,4 pentadion lebih stabil pada bentuk enol dengan adanya ikatan hidrogen.
DAFTAR PUSTAKA
Caminati, W dan Grabow, J. U. 2006. "Struktur C dari Enolic Acetylacetone". Journal of American Chemical Society .Vol 128 (3): 854-857. Ewa, D. R dan Wanda, K. 2005. Tautomeric Equilibria in Relation to PiElectron Delocalization. Chem. Rev. 105, 3561-3612 The American Chemical Society. Fessenden, R. J dan Fessenden, J. S. 1982. Kimia Organik Jilid II. Jakarta: Erlangga. Wade, L.G. 2006. Organic Chemistry. Sixth edition. New Jersey : Pearson Education International.
PERHITUNGAN
1. Aseton
H f bentuk Enol −922,3659 kkal/mol = =0,9873 −934,1538 kkal/mol
Keq= H f bentuk Keto
2. 2.4-Pentadion non ikatan hydrogen
H f bentuk Enol −1461,6573 kkal /moll = =0,9929 Keq= H f bentuk Keto −1472,1079 kkal/mol 3. 2.4-Pentadion dengan ikatan hydrogen
H f bentuk Enol −1463,8013 kkal /mol = =0,9943 Keq= H f bentuk Keto −1472,1079 kkal /mol
LAMPIRAN 1. Aseton - Struktur keto pada Aseton
- Struktur enol pada Aseton
2. 2,4-Pentadion - Struktur keto pada 2.4-Pentadion
-Struktur enol pada 2.4-Pentadion dengan ikatan hydrogen
-Struktur enol pada 2.4-Pentadion non ikatan hydrogen
LAPORAN PRAKTIKUM KOMPUTASI KIMIA
KESETIMBANGAN KETO-ENOL
Disusun oleh : Meyly Ekawati Thebora S.
(F1C115006)
Anggraini Putri Marsinta Panjaitan (F1C115011)
Dosen Pengampu : Diah Mastutik, S.Pd., M.Si.
PROGRAM STUDI S1 KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2017
View more...
Comments