keperawatan gawat darurat

May 12, 2019 | Author: Nurul Hasanah | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

keperawatan gawat darurat...

Description

LAPORAN KELOMPOK XIV

MAKALAH TUTORIAL KGD 1 SKENARIO 1

PENYUSUN KELOMPOK 14: 1. MOCHAMAD ZUNAN A

(201110420311204) / KETUA

2. DEWI PURNAMASARI

(201110420311206)

3. DESTA LIA SYAHELA

(201110420311208)

4. NURUL HASANAH

(201110420311209)

5. ROHMA YUNI AGUSTIN

(201110420311211)

6. NIKA AL VEGA

(201110420311216)

7. AGRISTA Y. P

(201110420311218)

8. YUMIARSIH

(201110420311222)

9. RAHAYU PUSAPA. A

(201110420311225)

10. BAIQ LELY INDRASARI

(201110420311227)

11. INTAN FAUZIA MOCHDAR

(201110420311228)

12. ELLEN FILBIA TESSADENTA

(201110420311229)

13. MUJLIANI

(201110420311230)/ SEKRETARIS

14. NOVICARUALLAH IS. A

(201110420311233)

BAB I PENDAHULUAN 1. Penulisan Kasus 

Kasus I Terjadi kecelakaan mobil dengan mobil. Pertama tabrakan mobil terjadi dari

depan, kemudian terjadi tabrakan susulan dari samping, yang menyebabkan penumpang di dalamnya (mobil pertama warna merah) mengalami multi fraktur. Dalam mobil merah, terdapat 3 korban. Korban pertama (duduk di belakang pengemudi) mengalami benturan hebat di area cervikalnya dan kehilangan kesadarannya. Korban kedua (di samping pengemudi) saat tabrakan dari depan, mengalami benturan dari depan ke belakang mengenai kaca mobil dan kursi mobil. Korban ke- 3 yaitu pengemudi. Saat tabrakan dari depan, korban mengalami benturan hebat dengan stir mobil, kemudian terpantul ke kursi mobilnya, korban ke-3 menangis dan berteriak histeris. Sedangkan di mobil ke- 2 terdapat 3 korban, yaitu seorang bapak, balita dan bayi. Pupil Bayi mengalami midrasis (meninggal) bapaknya di perkirakan meninggal dan balita berteriak “dady wake up”.. Beberapa menit kemudian datang seorang pemuda sambil teriak minta tolong dan menyuruh seseorang untuk menelpon bantuan. Kemudian bantuan datang dan memberikan pertolongan oksigenasi serta fiksasi area fraktur pada korban ke-3. Kemudian mengeluarkan balita dari mobil dengan menggendongnya. 

Kasus II Sedangkan di kasus ke-2 korban dengan perdarahan berat di area femurnya

teriak-teriak minta tolong dengan pola napas yang tersengal-sengal. Kemudian datang beberapa penolong, salah satu penolong menghentikan perdarahannya dengan mengikat ikat pinggang sumber perdarahannya, dan sebagian lagi memberikan terapi oksigen dan menginspeksi thoraksnya.

2. Daftar pertanyaan 1. Cidera apa saja yang dialami pasien pada kasus 1 dan dua? 2. Apakah ada pengetahuan khusus yang harus dimiliki oleh orang awam untuk menjadi penolong kecelakaan? 3. Apakah dalam kasus tetap dilakukan triage? 4. Bagaimana memindahkan pasien dengan trauma pada kasus 1? 5. Bagaimana cara menangani pasien dengan trauma? 6. Bagaimana cara penentuan kebutuhan oksigenasi dan macam-macam alat oksigenasi? 7. BLS CAB aatau ABC? 8. Berapa batas maksimal petugas yang menangani pasien dalam IGD? 9. Bagaimana prinsip kegawat daruratan? 10. Bagaimana seharusnya standart penolong pada kasus 2? 11. Bagaimana dasar Hukum ketika terjadi kesalahan pada pertolongan pertama di Lapangan? 12. Bagaimana penggolongan prioritas pasien pada kasus? 13. Apa saja peran perawat KGD? 14. Bagaimana komunikasi dan transportasi pada KGD? 15. Alat apa saja dan bagaimana cara mengatasi perdarahan? 16. Bagaimana balut bidai yang benar terhadap pasien dengan fraktur femur? 17. Macam-macam syok dan penanganannya? 18. Kenapa pada kasus 2 perdarahannya di tangani terlebih dahulu dari pada oksigenasi nya? 19. Apa tindakan pertama yang harus dilakukan ketika pasien pertama datang ke IGD? 20. Bagaimana peraturan dan UU dalam berkendara? 21. Diagnosa untuk kasus 1 dan 2?

BAB II PEMBAHASAN

1. Cidera apa saja yang dialami Pasien? a. Tabrakan depan / Frontal Benturan frontal adalah tabrakan / benturan dengan benda didepan kendaraan, yang secara tiba-tiba mengurangi kecepatannya, sehingga secara tibatiba kecepatannya berkurang. Pada suatu tabrakan frontal dengan penderita tanpa sabuk pengaman, penderita akan mengalami beberapa fase sebagai berikut : a) Fase 1 Bagian bawah penderita tergeser kedepan, biasanya lutut akan menghantam dashboard dengan keras yang menimbulkan bekas benturan pada dashboard tersebut. Kemungkinan cedera yang akan terjadi :  Fraktur femur karena menahan beban berlebihan  Dislokasi sendi panggul karena terdorong kedepan sehingga lepas dari mangkuknya.  Dislokasi lutut atau bahkan Patah tulang lutut, karena benturan yang keras pada dash board. b) Fase 2 Bagian atas penderita turut tergeser kedepan sehingga thoraks dan atau abdomen akan menghantam setir. Kemungkinan cedera yang akan terjadi :  Trauma abdomen sampai terjadinya perdarahan dalam karena terjadinya perlukaan/ruptur pada organ seperti hati, limpa, lambung dan usus.  Trauma thoraks  Selain itu ancaman terhadap organ dalam rongga dada seperti paruparu, jantung, dan aorta.

c) Fase 3 Tubuh penderita akan naik, lalu kepala membentur kaca mobil bagian depan atau bagian samping. Kemungkinan cedera yang akan terjadi :  Cedera kepala (berat, sedang, ringan)  fraktur servikal d) Fase 4 Setelah wajah

membentur kaca, penderita kembali terpental ketempat

duduk. Perlu mendapat perhatian khusus apabila kursi mobil tidak tersedia head rest karena kepala akan melenting dibagian atas sandaran kursi. Kondisi akan semakin parah apabila penderita terpental keluar dari kendaraan. Kemungkinan cedera yang akan terjadi :  Trauma vertebre (servikal-koksigis) karena proses duduk yang begitu cepat sehingga menimbulkan beban berlebih pada tulang belakang.  Fraktur cervical karena tidak ada head rest  Multiple trauma apabila penderita terpental keluar dari kendaraan (Thomson dan Dains, 1992) b. Tabrakan dari belakang (Rear Collition) Tabrakan dari belakang mempunyai biomekanik tersendiri. Biasanya tabrakan seperti ini terjadi ketika kendaraan berhenti atau pada kendaraan yang kecepatannya lebih lambat. Kendaraan tersebut berikut penumpangnya mengalami percepatan (akselerasi) kedepan oleh perpindahan energi dari benturannya. Badan penumpang akan terakselerasi kedepan sedangkan kepalanya seringkali tidak terakselerasi sehingga akan mengakibatkan hiperekstensi leher. Hal ini akan diperparah apabila sandaran kursi kendaraan tidak memiliki head rest sehingga struktur

penunjang

leher

mengalami

peregangan

yang

berlebihan

dan

menyebabkan terjadinya whiplash injury (gaya pecut). Kemungkinan cedera yang akan terjadi : Fraktur Servical (Thomson dan Dains, 1992). c. Tabrakan dari samping (Lateral Collition)

Tabrakan samping seringkali terjadi diperempatan yang tidak memiliki ramburambu lalulintas. Benturan lateral adalah tabrakan / benturan pada bagian samping kendaraan, yang mengakselerasi penumpang menjauhi titik benturan. Benturan seperti ini adalah penyebab kematian kedua setelah benturan frontal . 31 % dari kematian karena tabrakan kendaraan terjadi sebagai akibat dari tabrakan / benturan lateral. Banyak tipe trauma yang terjadi pada tabrakan lateral sama dengan yang terjadi pada ttabrakan frontal. Selain itu trauma kompreasi pada tubuh dan felvis juga sering terjadi. Trauma internal terjadi pada sisi yang sama dimana lokasi yang tertabrak, seberapa dalam posisi melesaknya kabin penumpang, posisi penumpang / pengemudi, dan lamanya. Pengemudi yang tertabrak pada posisi pengemudi kemungkinan terbesar mengalami trauma pada sisi kanan tubuhnya demikian juga sebaliknya pada penumpang. Kemungkinan cedera yang akan terjadi : 1. Fraktur servical 2. Fraktur iga 3. Trauma pulmo 4. Trauma hati / limpa 5. Trauma pelvis 6. Trauma skeletal (Thomson dan Dains, 1992) d. Terbalik (Roll Over) Pada kendaraan yang terbalik, penumpangnya dapat mengenai / terbentur pada semua bagian dari kompartemen penumpang. Jenis trauma dapat diprediksi dengan mempelajari titik benturan pada kulit penderita.sebagai hukum yang umum, dalam kejadian terbaliknya kendaraan maka terjadi beberapa gerakan yang dahsyat, dapat menyebabkan trauma yang serius. Ini lebih berat bagi penumpang yang tidak memakai sabuk pengaman. Dalam menangani kasus seperti ini harus lebih berhatihati karena semua bagian bisa mengalami cedera baik yang kelihatan atau tidak kelihatan Kemungkinan cedera yang akan terjadi : Multiple trauma, Waspadai kemungkinan cedera tulang belakang dan fraktur servikal (Thomson dan Dains, 1992)

e. Terlempar keluar (ejeksi) Trauma yang dialami penumpang dapat lebih berat bila terlempar keluar dari kendaraan. Kemungkinan terjadinya trauma meningkat 300 % kalau penumpang terlempar keluar. Petugas gawat darurat yang memeriksa penderita yang terlempar keluar harus lebih teliti dalam mencari trauma yang tidak tampak. Kemungkinan cedera yang akan terjadi : 1. Multiple trauma 2. Trauma kepala 3. Trauma organ dalam 4. Fraktur servikal (Thomson dan Dains, 1992) 2. Pengetahuan yang harus dimiliki oleh orang awam (penolong pertama) Pengetahuan dasar BLS untuk penolong Agar menghindari penolong dari bahaya dan BLS dilakukan dengan efektif serta efisien pada korban, hal dasar yang harus diperhatikan untuk penolong yaitu: a) Safety check: untuk menghindari bahaya baik penolong maupun korban b) Evaluation: untuk mengetahui apakah korban masih dapat bernapas spontan atau dengan palpasi nadi korban c) Airwaycontrol: untuk mempertahankan dan menjaga jalan napas korban d) Ventilatory support: untuk menstabilkan ventilasi menggunakan udara dari luar e) Circulatory support: untuk menstabilkan sirkulasi buatan dengan kompresi dada Pendekatan SAFE a) Bila menemukan korban tidak sadarkan diri, langkah yang harus dilakukan pertama adalah Shout (berteriak) meminta tolong. BLS dapat dilakukan dengan efektif bila penolong lebih dari 1 orang, namun penolong dapat melakukan tindakan lain hingga bantuan datang. b) Orang yang tidak sadarkan diri berada dimanapun dan kapanpun dengan sebab yang berbeda. Tindakan penyelamat selanjutnya adalah Approach (mendekat)

ke korban yang tidak sadarkan diri dengan membawa alat bantu menyelamatkan korban. c) Perlu di ingat bahwa penolong maupun korban dapat mengalami bahaya, maka hal yang harus diketahui yaitu Free from danger (bebas dari bahaya) sebelum melakukan tindakan seperti resusitasi. d) Yang terakhir, penolong Evaluation (evaluasi) kondisi pasien dengan pendekatan CAB (circulation, airway and breathing). Tidak semua pasien membutuhkan bantuan sirkulasi buatan dengan kompresi dada (Greaves, 2010). 3. Apakah dalam Kasus tetap dilakukan Triage? Klasifikasi Triage: a) Triage Pre-Hospital Triage pada musibah massal/bencana dilakukan dengan tujuan bahwa dengan sumber daya yang minimal dapat menyelamatkan korban sebanyak mungkin. Pada musibah massal, jumlah korban puluhan atau mungkin ratusan, dimana penolong sangat belum mencukupi baik sarana maupun penolongnya sehingga dianjurkan menggunakan teknik START. Hal pertama yang dapat lakukan pada saat di tempat kejadian bencana adalah berusaha untuk tenang, lihat sekeliling dan menyeluruh pada lokasi kejadian. Pengamatan visual memberikan kesan pertama mengenai jenis musibah, perkiraan jumlah korban, dan beratnya cedera korban. Pengamatan visual juga memberikan perkiraan mengenai jumlah dan tipe bantuan yang diperlukan untuk mengatasi situasi yang terjadi. Laporkan secara singkat pada call center dengan bahasa yang jelas mengenai hasil dari pengkajian, meliputi hal-hal sebagai berikut. 1) Lokasi kejadian. 2) Tipe insiden yang terjadi. 3) Adanya ancaman atau bahaya yang mungkin terjadi. 4) Perkiraan jumlah pasien. 5) No yang bisa di hubungi.

Metode Simple Triage and Rapid Treatment (START) Pasien dapat diklasifikasikan menjadi berikut ini. 1) Korban kritis/immediate diberi label merah/kegawatan yang mengancam nyawa (prioritas 1) Untuk mendeskripsikan pasien dengan luka parah diperlukan transportasi segera ke rumah sakit. Kriteria pada pengkajian adalah sebagai berikut. a. Respirasi >30 x/menit b. Tidak ada nadi radialis c. Tidak sadar/penurunan kesadaran 2) Delay/tertunda diberi label kuning/kegawatan yang tidak mengancam nyawa dalam waktu dekat (prioritas 2) Untuk mendeskripsikan cedera yang tidak mengancam nyawa dan dapat menunggu pada periode tertentu untuk penatalaksanaan dan transportasi dengan kriteria sebagai berikut. a. Respirasi
View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF