Kelompok Khusus Dan Resiko Tinggi
October 30, 2017 | Author: Nana Dayva | Category: N/A
Short Description
MAKALAH KOMUNITAS KELOMPOK KHUSUS DAN TINGGI...
Description
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung
pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran indeks pembangunan manusia, kesehatan adalah salah stu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan dalam undang – undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan di tetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sebagaimana di dalam bidang keperawatan yang lain, keperawatan komunitas pun tidak akan lepas dari istilah maslah keperawatan/kesehatan pada kelompok resiko tinggi dan kelompok resiko khusus. Oleh karena itu, dibutuhkan banyak usaha/uapay yang harus dilakukan untuk peningkatan kesehatan pada kelompok-kelompok tersebut. Bentuk upaya yang harus dilakukan adalah seperti usaha kesehatan di sekolah-sekolah, di komunitas/masyarakat, dan upaya kesehatan lainnya. Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas, beban dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (Undang-Undang Kesehatan Tahun 1992). 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimana Konsep Usaha Kesehatan di Sekolah? 1.2.2 Bagaimana Konsep Kesehatan Kerja?
1
1.2.3 Bagaimana Konsep dari Kelompok Resiko Tinggi dalam Komunitas? 1.2.4 Apa saja Upaya Peningkatan Kesehatan pada Kedua Kelompok diatas? 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Menjelaskan Konsep Usaha Kesehatan di Sekolah 1.3.2 Menjelaskan Konsep Kesehatan Kerja 1.3.3 Menjelaskan Konsep Kelompok Resiko Tinggi dalam komunitas 1.3.4 Mengetahui Upaya-Upaya Peningkatan Kesehatan pada Kedua Kelompok diatas
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Usaha Kesehatan Sekolah UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) adalah upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan yankes di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan dilingkungan sekolah (Departemen Pendidikan & Kebudayaan). UKS merupakan wahana untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan selanjutnya membentuk perilaku hidup sehat, yang pada gilirannya menghasilkan derajat kesehatan yang optimal (Departemen Kesehatan). Perlunya UKS dikarenakan : a. Anak usia sekolah merupakan kelompok umur yang rawan terhadap masalah kesehatan. b. Usia sekolah sangat peka untuk menanamkan pengertian dan kebiasaan hidup sehat. c. Sekolah merupakan institusi masyarakat yang terorganisasi dengan baik. d. Keadaan kesehatan anak sekolah akan sangat berpengaruh thd prestasi belajar yang dicapai. e. Anak sekolah merupakan klpk terbesar dari klpk usia anak-anak yang menerapkan wajib belajar.
3
f. Pendidikan kesehatan melalui anak-anak sekolah sangat efektif untuk merubah perilaku dan kebiasaan hidup sehat umumnya. Tujuan UKS : a. Tujuan umum : Meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. b. Tujuan khusus : Memupuk kebiasaan hidup sehat dan mening katkan derajat kesehatan peserta didik. Prinsip-prinsip pengelolaan UKS : a. Mengikutsertakan warga sekolah, meliputi guru, peserta didik, karyawan sekolah, Komite Sekolah (orang tua murid). b. Kegiatan yang terintegrasi. Pelayanan kesehatan menyeluruh yang menyangkut segala upaya kesehatan pokok puskesmas sebagai satu kesatuan yang utuh dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan peserta didik. c. Melaksanakan rujukan. Mengatasi masalah kesehatan yang tak dapat diatasi di sekolah ke fasilitas kesehatan ( puskesmas/ RS). d. Kolaborasi Tim. Melibatkan kerja sama lintas sektoral à diperlukan kerja sama tim dan terorganisasi, tiap-tiap instansi mempunyai tugas yang jelas à tidak tumpang tindih dalam kegiatan 2.2 Konsep Kesehatan Kerja 2.2.1 Prinsip dasar kesehatan kerja
4
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas, beban dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (Undang-Undang Kesehatan Tahun 1992). Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi permasalahan, mengevaluasi, dan dilanjutkan dengan tindakan pengendalian. Sasaran kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek kesehatan dari pekerja itu sendiri. 2.2.2 Ruang lingkup kesehatan kerja Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun spikis dalam hal cara atau metode, proses dan kondisi pekerjaan yang bertujuan untuk: a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya. b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan kerja pada masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh keadaan atau kondisi lingkungan kerjanya. c. Memberi pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaanya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang membahayakan kesehatan. d. Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkunagn pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya. 2.2.3 Mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya dilingkungan Untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya dilingkungan kerja ditempuh tiga langkah sebagai berikut a. Pengenalan lingkungan kerja, dengan cara melihat dan mendengar b. Evaluasi lingkungan kerja Tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi-potensi bahaya yang mungkin timbul, sehingga dapat dijadikan alat untuk menentukan prioritas dalam mengatasi permasalahan. c. Pengendalian lingkungan kerja
5
Mengurangi atau menghilangkan pemajanan terhadap zat yang berbahaya dilingkungan kerja. 1. Pengendalian lingkungan Desain dan tata letak yang adekuat Penghilangan atau pengurangan bahan berbahaya pada sumbernya 2. Pengendalian perorangan, pengendalian alat pelindung peroranagn 2.2.4 Tujuan penerapan keperawatan kesehatan kerja Secara umum, tujuan keperawatan kesehatan kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut (Rachman, 1990) : 1. Agar tenaga kerja dan setiap orangyang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan selamat. 2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan. 2.2.5 Kecelakaan kerja Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: 03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang dimaksud dengan kecelakaanadalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tiddak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Penyebab kecelakaan kerja : a. Penyebab dasar 1. Faktor manusia atau pribadi, antara lain karena kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologis, kurang atau lemahnya pengetahuan dan keterampilan (keahlian), stress dan motivasi yang tidak cukup atau salah. 2. Faktor kerja atau lingkungan, antara lain karena ketidakcukupan kemampuan kepemimpinan dan atau pengawasan, rekayasa, pembelia atau pengadaan barang, perawatan, alat-alat, perlengkapan, dan barang-barang atau bahan-bahan, standar-standar kerja, serta penyalahgunaan yang terjadi di lingkungan kerja.
6
b. Penyebab langsung 1. Kondisi berbahaya (kondisi yang tidak standar – unsafe condition), yaitu tindakan akan menyebabkan kecelakaan misalnya peralatan pengaman, pelindung atau rintangan yang tidak memadai atau memenuhi syarat; bahan dan peralatan yang rusak ; terlalu sesak atau sempit; sistem tanda peringatan yang kurang memadai; bahayabahaya kebakaran dan ledakan; kerapian atau tata letak yang buruk; lingkungan berbahaya atau beracun (gas, debu, asap, uap, dan laiinya); bising paparan radiasi; serta ventilasi dan penerangan yang kurang (B.Sugengg, 2003). 2. Tindakan berbahaya (tindakan yang tidak standar- unsafe act) yaitu tingkah laku, tindak tanduk atau perbuatan yang akan menyebabkan kecelakaan misalnya mengoperasikan alat tanpa wewenang; gagal untuk memberikan peringatan dan pengamanan; bekerja dengan kecepatan yang salah ; menyebabkan alat-alat kesehatan tidak berfungsi; memindahkan alat-alat keselamatan; menggunakan alat yang rusak; menggunakan alat dengan cara yang salah; serta kegaggaln menggubakan alat pelindung. 2.2.6 Diagnosis spesifik penyakit akibat kerja Secara teknis penegakan diagnosis dilakukan dengan cara berikut ini (B. Sugeng, 2003). a. Anamnesis (wawancara) meliputi identitas, riwayat kesehatan, riwayat penyakit, dan keluhan yang dialami saat ini. b. Riwayat pekerjaan 1. Sejak pertama kali bekerja 2. Kapan , bilamana, apa yang dikerjakan, bahan yang digunakan, jenis bahaya yang ada, kejadian sama pada pekerja lain, pemakaian alat pelindung diri, cara melakukan pekerjaan, pekerjaan lain yang dilakukan, kegemaran (hobi), dan kebiasaan lain. 3. Sesuai tingkat pengetahuan, pemahaman pekerjaan c. Membandingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan dalam keadaan tidak bekerja
7
1. Pada saat bekerja maka gejala timbul atau menjadi lebih berat, tetapi pada saat tidak bekerja atau istirahat maka gejala berkurang atau hilang 2. Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja 3. Informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesis atau dari data penyakit di perusahaan d. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan catatan 1. Tanda dan gejala yang muncul mungkin tidak spesifik 2. Pemeriksaan laboratorium penunjang membantu diagnostik klinis 3. Dugaan adanya penyakit akibat kerja dilakukan juga melalui pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis e. Pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis 1. Seperti pemeriksaan spirometri dan rontgen paru 2. Pemeriksaan audiometri 3. Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah dan urine f. Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data higiene perusahaan yang memerlukan : 1. Kerjasama dengan tenaga ahlii higiene perusahaan 2. Kemampuan mengevaluasi faktor fisik dan kimia berdasarkan data yang ada 3. Pengenalan secara langsung sistem kerja, intensitas dan lama pemajanan g. Konsultasi keahlian medis dan keahlian lain 1. Sering kali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis klinis, kemudian dicari faktor penyebabnya di tempat kerja, atau melalui pengamatan (penelitian) yang relatif lebih lama 2. Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi dan dokter penasihat (kaitan dengan kompensasi) 2.2.7 Penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit pada penyakit akibat kerja a. Peningkatan kesehatan Misalnya; pendidikan kesehatan, peningkatan gizi yang baik, pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi, lingkungan kerja yang memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan seksual, konsultasi tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
8
b. Perlindungan khusus Misal: imunisasai, higiene perorangan, sanitasi lingkungan serta proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan kerja. c. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan tepat Misalnya: diagnosis dini setiap keluhan dan pengobatan segera serta pembatasan titik-titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi. d. Membatasi kemungkinan cacat Misalnya: memeriksa dan mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati tenaga kerja secara sempurna dan pendidikan kesehatan e. Pemulihan kesehatan Misalnya: rehabilitasi dan mempekerjakan kembali parapekerja yang menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba menempatkan karyawan-karyawan cacat di jabatan-jabatan yang sesuai. 2.2.8 Fungsi dan tugas perawat dalam keselamatan dan kesehatan kerja Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di industri adalah sebagai berikut (Nasrul Effendy, 1998). Fungsi perawat : a. b. c. d.
Mengkaji masalah kesehatan Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawtan terhadap pekerja Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah dilakukan
Tugas perawat : a. b. c. d.
Mengawasi lingkungan pekerja Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja
e. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di rumah kepada pekerja dan keluarga pekerja yang mempunyai masalah kesehatan f. Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap pekerja g. Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja
9
h. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja dan keluarganya i. Membatu usaha penyelidikan kesehatan pekerja j. Mengoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3 2.3 Konsep Kelompok Resiko Tinggi di Komunitas 2.3.1 Definisi keluarga berisiko tinggi Keluarga berisiko tinggi merupakan keluarga yang memiliki kebutuhan untuk menyesuaikan diri terkait siklus perkembangan anggota keluarga, keluarga dengan faktor risiko penurunanstatus kesehatan. (KepMenKes No. 908 tahun 2010 tentang pedoman mpenyelenggaraan pelayanan keperawatan keluarga). Keluarga resiko tinggi adalah keluarga dimana terdapat faktor resiko yang dapat mengancamkesehatan keluarga karena keadaan fisik, mental, maupun sosial ekonominya perlumendapatkan bimbingan dan asuhan keperawatan serta pelayanan kesehatan karena tidak tahu, tidak mampu dan tidak memelihara kesehatan dan perawatan ( Effendi. N, 1998 : 24 ). Kelompok Yang Termasuk Keluarga Berisiko yaitu: a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah: 1. Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah 2. Keluarga tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri 3. Keluarga yang kurang baik atau dengan penyakit keturunan b. Keluarga dengan ibu yang berisiko tinggi kebidanan Pada waktu hamil: 1. Umur ibu (35 tahun) 2. Menderita kekurangan gizi atau anemia 3. Menderita hipertensi 4. Primipara atau multipara 5. Riwayat persalinan dengan komplikasi c. Keluarga dengan anak menjadi risiko tinggi, karena: 1. Lahir prematur atau BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) 2. Berat Badan sukar naik 3. Lahir dengan cacat bawaan 4. ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi 5. Ibu menderita penyekit menular yang dapat mengancam bayinya d. Keluarga yang bermasalah dalam hubungan antar anggota keluarga: 1. Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan
10
2. Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbulketegangan 3. Ada anggota keluarga yang sering sakit 4. Salah satu orang tua meninggal, cerai atau lari meninggalkan keluarga Menurut sumber lain yang dikatakan keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga denganibu hamil yang memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi berat (HB kurang dari 8 gr%)ataupun Kurang Energi Kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti perdarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga denganneonates BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri. 2.3.2 Faktor penyebab resiko tinggi Faktor penyebab risiko tinggi menurut Nazziruddin (1998 : 78) antara lain : a. Kemiskinan b. Lingkungan kurang sehat c. Keadaan lingkungan yang merugikan adalah : 1. Udara yang berdebu, mengandung gas gas yang merugikan yang berasal darikendaraan bermotor
2. 3. 4. 5.
maupun pabrik pabrik. Iklim yang buruk Tanah yang tandus Air rumah tangga yang buruk Perumahan yang memiliki syarat kesehatan, dengan memiliki ventilasi yang cukup,memiliki jamban keluarga, ubin kedap air,
jumlah anggota keluarga tidak terlalu banyak. 6. Pembuangan sampah dan kotoran yang tidak teratur. 2.4 Upaya Peningkatan Kesehatan Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran
11
indeks pembangunan manusia, kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan dalam undang – undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan di tetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. 2.4.1 Upaya peningkatan kesehatan kelompok khusus Kelompok hkusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah: a
Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan pertumbuhannya, seperti; 1
Ibu hamil
2
Bayi baru lahir
3
Balita
4
Anak usia sekolah
5
Usia lanjut b
Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah: 1. Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin lainnya. 2. Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
c
d
Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya: 1.
Wanita tuna susila
2.
Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
3.
Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah: 1.
Panti wredha
2.
Panti asuhan
12
3.
Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
4.
Penitipan balita
2.4.2 Upaya peningkatan kesehatan kelompok resiko tinggi Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehata keluarga, yang menjadi prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang risiko tinggi dalam bidang kesehatan, meliputi: a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah sebagai berikut: 1. Tingakat social ekonomi keluarga rendah 2. Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi maslaah kesehatan sendiri 3. Kelurga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan penyakit keturunan b. Keluarga degan ibu risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil: 1. Umur ibu (16th atau lebih 35th) 2. Menderita kekurangan gizi atau anemia 3. Menderita hipertensi 4. Primipara atau multipara 5. Riwayat persalinan dengan komplikasi c. Keluarga dimana anak menjadi risiko tinggi, karena: 1. Lahir prematur atau BBLR 2. Lahir degan cacat bawaan 3. ASI ibu kurang sehigga tidak mencukupi kebutuhan bayi 4. Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya d. Kelurga mempunyai maslah dalam hubungan antara anggota keluarga: 1. Anak yag tidak dikehendaki dan pernah dicoba untun digugurkan 2. Tidak ada kesesuaiana pendapatantara anggota keluarga dan sering cekcok dan ketegangan 3. Ada anggota keluarga yang sering sakit 4. Salah satu orang tua (suami atau istri) meinggal, caria, atau lari meninggalka keluarga Strategi pelaksanaan keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam perawatan kesehatan masyarakat adalah : a. Pendidikan kesehatan ( Health Promotion) Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukandengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehinggamasyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau 13
dan bisamelakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan(Naomi, 2002).Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dankesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapaisuatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat (Yuddi, 2008).Menurut Notoatmodjo pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan (Mubarak, 2005). b. Proses kelompok (Group Process) Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas darikelompok masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yangterdapat di dalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus.Menurut Nies dan McEwan (2001), perawat spesialis komunitas dalammelakukan upaya peningkatan, perlindungan dan pemulihan statuskesehatan masyarakat dapat menggunakan alternatif model pengorganisasian masyarakat, yaitu: perencanaan sosial, aksi sosial atau pengembangan masyarakat. Berkaitan dengan pengembangan kesehatanmasyarakat yang relevan, maka penulis mencoba menggunakan pendekatan pengorganisasian masyarakat dengan model pengembanganmasyarakat (community development) (Palestin, 2007). c. Kerjasama atau kemitraan (Partnership) Kemitraan adalah hubungan atau kerja sama antara dua pihak ataulebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Partisipasi klien dalam halini adalah masyarakat dikonseptualisasikan sebagai peningkatan inisiatif diri terhadap segala kegiatan yang memiliki kontribusi pada peningkatan kesehatan dan kesejahteraan (Palestin, 2007).Kemitraan antara perawat komunitas dan pihak-pihak terkaitdengan masyarakat digambarkan dalam bentuk garis hubung antara komponen-komponen yang ada. Hal ini memberikan pengertian 14
perlunyaupaya kolaborasi dalam mengkombinasikan keahlian masingmasingyang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi peningkatan kesehatanmasyarakat (Palestin, 2007). d. Pemberdayaan ( Empowerment ) Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksitransformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Palestin, 2007).Perawat komunitas perlu memberikan dorongan atau pemberdayaan kepada masyarakat agar muncul partisipasi aktif masyarakat. Membangun kesehatan masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas, kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Palestin, 2007). Sasaran dari perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok khusus, komunitas baik yang sehatmaupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan(Effendy, 1998).
Model teori Neuman dilandasi oleh teori sistem dimana terdiri dari individu, keluarga atau kelompok dan komunitas yang merupakan target pelayanan kesehatan. Kesehatan masyarakat ditentukan oleh hasil interaksi yang dinamis antara komunitas dan lingkungan serta tenaga kesehatan untuk melakukan tiga tingkat pencegahan yaitu; pencegahan primer, sekunder dan tersier. a. Pencegahan Primer Pencegahan primer dari arti sebenarnya, terjadi sebelum sakit atau diaplikasikan ke populasi yang sehat pada umumnya. Pencegahan primer ini mencakup kegiatan mengidentifikasi faktor resiko yang terjadinya penyakit, mengkaji kegiatan-kegiatan promosi kesehatan dan pendidikan dalam komunitas. Pencegahan ini mencakup peningkatan kesehatan pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit.
15
b. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder adalah intervensi yang dilakukan pada saat terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukannya masalah kesehatan. Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosa dini intervensi yang tepat, memperpendek waktu sakit dan tingkat keparahan atau keseriusan penyakit. c. Pencegahan Tersier Tingkat pencegahan ini adalah untuk mempertahankan kesehatan setelah terjadi gangguan beberapa sistem tubuh. Rehabilitasi sebagai tujuan pencegahan tersier tidak hanya untuk menghambat proses penyakitnya, tetapi juga mengendalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari ketidakmampuannya. Keperawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan kesehatan baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, maupun resosialitatif, sebagai berikut : 1. Upaya promotif Dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan,olahraga teratur, rekreasi dan pendidikan seks. 2. Upaya preventif Untuk mencegah terjadinya penyakit dan gang¬guan kesehatan terhadap individu, keluarga kelompok dan masyarakat melalui kegiatan imunisasi, pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan kunjungan rumah, pemberian vitamin A, iodium, ataupun pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui. 3. Upaya kuratif Bertujuan untuk mengobati anggota keluarga yang sakit atau masalah kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit dirumah, perawatan orang sakit sebagai tindaklanjut dari Pukesmas atau rumah sakit, perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis, perawatan buah dada, ataupun perawatan tali pusat bayi baru lahir 4. Upaya rehabilitatif
16
Upaya rehabilitatif atau pemulihan terhadap pasien yang dirawat dirumah atau kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta dan cacat fisik lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada penderita kusta, patch tulang dan lain sebagai¬nya, kegiatan fisioterapi pada penderita stroke, batuk efektif pada penderita TBC, dll. 5. Upaya resosialitatif Upaya untuk mengembalikan penderita ke masyarakat yang karena penyakitnya dikucilkan oleh masyarakat seperti, penderita AIDS,kusta dan wanita tuna susila. Sasaran di komunitas bukan hanya masyarakat kelompok khusus tetapi juga kelompok masyarakat dengan resiko tinggi. Kegiatannya yaitu melaksanakan perawatan kesehatan perorangan, keluarga dan kelompok masyarakat lainnya, memberi asuhan keperawatan kepada individu di puskesmas ataupun di luar puskesmas kegiatan pokok puskesmas yang merupakan upaya wajib puskesmas yang dilakukan sesuai kebutuhan masyarakat dan juga disesuaikan dengan fungsi puskesmas dan kemampuan sumber daya yang tersedia (Depkes RI, 2004). Kegiatan pokok tersebut antara lain: a. Promosi Kesehatan Upaya promosi kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan nilai kesehatan sehingga dengan sadar mau mengubah perilakunya menjadi perilaku sehat. Sasarannya yaitu masyarakat yang beresiko tertular penyakit maupun masyarakat umum. Upaya ini dilakukan melalui penyuluhan, baik di klinik, rumah penduduk, balai pertemuan melalui ceramah maupun dengan menggunakan alat peraga. b. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan Keluarga Berncana (KB) Upaya KIA bertujuan untuk menurunkan kematian dan kejadian sakit pada ibu dan meningkatkan derajat kesehatan anak. Sasarannya adalah ibu hamil, ibu menyusui dan balita, dukun bersalin, dan kader kesehatan. Kegiatannya antara lain: 1. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui. 2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan yang sehat. 3. Mengamati perkembangan balita terkait dengan program gizi.
17
4. 5.
Memberikan pelayanan KB dan PUS. Memberikan pertolonagan persalinan dan bimbingan selama masa nifas serta mengadakan pelatihan bagi dukun bersalin dan kader kesehatan posyandu. Menurut Muninjaya (2004), upaya KB bertujuan untuk menekan
angka kelahiran dan meningkatkan kesehatan ibu sehingga di dalam keluarga akan berkembang norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS). Sasarannya yaitu pasangan usia subur (PUS) dan dukun bersalin. Kegiatannya anatara lain: 1. Mengadakan penyuluhan tantang KB. 2. Menyediakan dan pemasangan alat-alat kontrasepsi serta pelayanan pengobatan efek samping KB. 3. Mengadakan kursus keluarga berencana untuk dukun bersalin. c. Perbaikan Gizi Menurut Muninjaya (2004), upaya perbaikan gizi bertujuan meningkatkan status gizi masyarakat melalui usaha pemantauan status gizi kelompok masyarakat beresiko tinggi, terutama ibu hamil dan balita. Sasarannya yaitu ibu hamil, ibu menyusui, balita, dan penduduk yang tinggal di daerah rawan pangan. Kegiatannya antara lain: 1. 2.
Memberikan penyuluhan tentang gizi. Menimbang serta badan dan tinggi badan balita untuk memantau pertumbuhannya. Memberikan makanan tambahan (PMT) untuk balita yang kurang
3.
gizi. 4. Pemberian vitamin A untuk balita. d. Kesehatan Lingkungan Muninjaya (2004), menyebutkan upaya kesehatan lingkungan bertujuan menanggulangi dan menghilangkan unsur-unsur fisik berbahaya pada lingkungan sehingga faktor lingkungan yang kurang sehat tidak menjadi faktor resiko timbulnya penyakit di masyarakat. Sasarannya yaitu tempat-tempat umum seperti rumah makan, pasar, sumber air minum, dan tempat pembuangan limbah. Kegiatannya antara lain: 1. 2. 3.
Memperbaiki sistem pembuangan kotoran. Menyediakan air bersih Memperbaiki pembuangan sampah. 18
4. Pengawasan sanitasi tempat umum. e. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M) Muninjaya (2004) menyebutkan, upaya P2M bertujuan menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin dan memberikan proteksi bagi masyarakat agar terhindar dari penularan penyakit. Sasarannya yaitu ibu hamil, balita, anak-anak dan lingkungan pemukiman masyarakat. Untuk pemberantasan penyakit menular tertentu, misalnya penyakit kelamin, kelompok-kelompok tertentu masyarakat yang berperilaku resiko tinggi juga perlu dijadikan sasaran kegiatan P2M. Kegiatannya antara lain: 1. 2. 3.
Menemukan kasus sedini mungkin. Mengumpulkan dan menganalisa penyakit. Melaporkan kasus penyakit menular yang sedang berjangkit di masyarakat. Pemberantasan vektor yang dilakukan dengan penyemprotan
4.
menggunakan insektisida. 5. Kegiatan imunisasi pada kelompok masyarakat tertentu. f. Pengobatan Muninjaya (2004) menyebutkan, pengobatan bertujuan memberikan pengobatan dan perawatan kepada masyarakat. Program ini merupakan bentuk pelayanan kesehatan dasar yang bersifat kuratif. Sasarannya yaitu seluruh masyarakat di wilayah kerja puskesmas yang mengunjungi puskesmas untuk mendapatkan pengobatan. Kegiatannya antara lain: 1. Menegakkan diagnosa. 2. Memberikan pengobatan untuk penderita yang berobat jalan atau pelayanan rawat inap khusus untuk puskesmas perawatan. 3. Merujuk penderita ke pusat-pusat rujukan medis sesuai dengan jenis penyakit yang tidak mampu ditangani oleh puskesmas. 4. Menyelenggarakan puskesmas keliling untuk menjangkau wilayah kerja puskesmas yang belum mempunyai puskesmas pembantu atau wilayah pemukiman penduduk yang masih sulit sarana transportasi. BAB III PENUTUP
19
3.1 Kesimpulan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) adalah upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan yankes di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan dilingkungan sekolah (Departemen Pendidikan & Kebudayaan). Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi permasalahan, mengevaluasi, dan dilanjutkan dengan tindakan pengendalian. Sasaran kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek kesehatan dari pekerja itu sendiri. Keluarga berisiko tinggi merupakan keluarga yang memiliki kebutuhan untuk menyesuaikan diri terkait siklus perkembangan anggota keluarga, keluarga dengan faktor risiko penurunanstatus kesehatan. (KepMenKes No. 908 tahun 2010 tentang pedoman mpenyelenggaraan pelayanan keperawatan keluarga). Dalam pengukuran indeks pembangunan manusia, kesehatan adalah salah satu komponen utama selain pendidikan dan pendapatan dalam undang – undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan di tetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. 3.2 Saran
Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap kita
sebagai perawat dapat memahami konsep-konsep yang telah dijelaskan diatas dan dapat menjalani tugas kita dengan sebaik-baiknya sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. 20
View more...
Comments