Kelompok 6

August 24, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Kelompok 6...

Description

 

TEORI PERUBAHAN PERILAKU

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 6 : -   Nico Simamora -  Angelina Manurung -  Eva Damayanti Gulo -  Warni Wati Lahagu -  Elisabeth Lastriani Sitorus -  Livoine Bernadeth Siringo-ringo

032017085 032017091 032017098 032017105 032017111 032017117

Fasilitator : Happy Natalia Sebayang, S.Kep.,Ns

STIKES SANTA ELISABETH MEDAN PROGRAM STUDI NERS

 

KATA PENGANTAR Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nya terutama rahmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyusun makalah dengan  judul “Teori “Teori Perubahan Perilaku”. Perilaku”.   Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, terdapat banyak hambatan yang dihadapi, namun dengan ketabahan dan kerja keras kami serta dengan bantuan dari teman-teman sehingga segala sesuatu dapat teratasi. Kritik dan saran dari semu pihak akan kami terima dengan senang hati demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 08 Maret 2018

Penyusun

i

 

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR …………………………………………………………………….i …………………………………………………………………….i  DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...ii ISI……………………………………………………………………………...ii  BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….……………… ………………..…..1 …..1   1.  Latar Belakang………………………………………………………………… Belakang………………………………………………………………….….1 ….1   2.  Tujuan Tujuan………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………….…..1 …..1   BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………… PEMBAHASAN……………………………………………………………….…2 …2   1.  Aliran Psikologi Tingkah Laku (Behavior)……….………………..………… (Behavior)……….………………..…………..…..2 2.  Teori Belajar Skinner (1904-1990)… (1904-1990)….. ..………………………………………… ………………………………………….…3 1.  Kelebihan Teori Skinner…………….…………………………………………6  2.  Kekurangan Teori Skinner……………………………………………………..6  3.  Teori Perubahan Perilaku Saparinah Sadli (1982)………………...……………....7 (1982)………………...……………....7 4.  Teori Perubahan Perilaku WHO………………...……...………………………… WHO………………...……...………………………….9 .9 5.  Teori Perubahan Perilaku Notoatmodjo (2007)….……………………… (2007)….……………………….. ..……... ……....9 .9 1.  Penger Pengertian….. tian…..……………………………………………………………… …………………………………………………………………..9 …..9  2.  Domain Belajar Belajar.………………………………………………………………10 .………………………………………………………………10  3.  Pengukuran Perilaku………………………………………………………….10  4.  FaktorFaktor-faktor faktor Yang Mempengaruhi Perilaku…………………………………10  Perilaku…………………………………10  5.  Perilaku Kesehatan……………………………………………………………11  BAB III PENUTUP……………………………………………………………………...12 PENUTUP……………………………………………………………………...12  1.  Kesimpulan Kesimpulan……………………………………………………………………… ……………………………………………………………………….12 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………... PUSTAKA…………………………………………………………………....13 .13 

ii

 

BAB I PENDAHULUAN 1.  LATAR BELAKANG

Sebelum kita membicarakan tentang perilaku kesehatan, terlebih dahulu akan dibuat batasan tentang perilaku itu sendiri. Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian, dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan  perilaku manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa  perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Hereditas atau faktor keturunan adalah adalah konsepsi dasar atau modal untuk  perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan adalah suatu kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut. Suatu mekanisme pertemuan antara kedua faktor tersebut dalam rangka terbentuknya  perilaku disebut proses belajar (learning process). 2.  TUJUAN

1.  2.  3.  4. 

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini: Mengetahui teori perubahan perilaku WHO Mengetahui teori perubahan perilaku Skinner Mengetahui teori perubahan perilaku Sadli Mengetahui teori perubahan perilaku Notoatmodjo

1

 

BAB II PEMBAHASAN 1.  ALIRAN PSIKOLOGI TINGKAH LAKU (BEHAVIOR) 

Banyak teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi  banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme) behaviorisme).. Behavioris menekankan pada pola perilaku baru yang diulang-ulang sampai menjadi otomatis. Awal mulanya dikembangkan oleh psikolog Rusia Ivan Pavlov (tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical (classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt. Di awal abad 20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme mulai ditinggalkan dan banyak ahli psikologi yang baru lebih mengembangkan teori belajar kognitif dengan asumsi dasar bahwa kognisi mempengaruhi perilaku. Penekanan kognitif menjadi basis bagi pendekatan untuk pembelajaran. Walaupun teori belajar tigkah laku mulai ditinggalkan diabad ini, namun mengkolaborasikan teori ini dengan teori belajar kognitif dan teori belajar lainnya sangat penting untuk menciptakan  pendekatan pembelajaran yang cocok dan ef efektif, ektif, karena pada das dasarnya arnya tidak ada sa satu tu  pun teori belajar yang betul-betul cocok untuk menciptakan sebuah pendekatan  pembelajaran yang pas dan efektif. Teori belajar behavioristik lebih menekankan pada tingkah laku manusia,  bukan pada pemahaman berpikir manusia (kognitif). Individu dipandang sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan  pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan teoriperubahan belajar, karena seluruh perilaku manusiapengaruh adalah hasil belajar. Belajar nama artinya perilaku organise sebagai lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalian oleh faktor-faktor lingkungan.

2

 

Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar, mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R  psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.

2.  TEORI BELAJAR SKINNER (1904-1990) Burrhus Frederic Skinner menekankan pada perubahan perilaku yang dapat diamati dengan mengabaikan kemungkinan yang terjadi dalam proses berpikir pada otak seseorang. Oleh karena itu, para pendahulunya dikatakan sebagai pengguna kondisi klasikal. B.F. Skinner melakukan eksperimen terhadap tikus dan selanjutnya terhadap  burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya : 1. 1. Law  Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus  penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat. 2.  Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan  perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah. Skinner membedakan adanya conditioning dan operant conditioning .

dua

macam

respon,

yaitu

responding

 Respondent conditioning (respondent response) response) adalah respon yang diperoleh dari beberapa stimulus yang teridentifikasi. Stimulus yang teridentifikasi itu menimbulkan respon yang secara relatif tetap. Belajar dengan respondent conditioning ini hanya efektif bila suatu respon timbul karena kehadiran stimulus tertentu. Misalnya, diberikan stimulus berupa masalah yang dapat diselesaikan dengan konsep turunan fungsi, maka timbul respon untuk mempelajari lebih lanjut dalil-dalil turunan fungsi, ibarat makanan yang menimbulkan keluarnya air liur. Stimulus yang demikian, pada umumnya mendahului respon yang dtimbulkan.

3

 

Operant conditioning adalah suatu respon terhadap lingkungannya. Respon yang timbul ini diikuti oleh stimulus-stimulus tertentu. Stimulus yang demikian itu disebut penguatan sebab stimulus-stimulus itu memperkuat respon yang telah dilakukan seseorang. Misalnya seorang peserta didik mengerjakan soal-soal matematika (telah melakukan perbuatan) lalu mendapat nilai baik (ganjaran). Skinner memusatkan kepada operant conditioning tersebut. Operant conditioning itu dapat dipergunakan untuk mendorong peserta didik memberikan respon yang berupa tingkah laku. Peristiwa terjadinya tingkah laku itu disebut respon  belajar (operant learning )).. Operant conditioning untuk respon belajar dikontrol dengan diiringi suatu tingkah laku dan stimulus. Kondisi operasional ini meliputi ganjaran (reward  (reward ) dan penguatan (reinforcement )).. Ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang amat penting dalam proses belajar. Terdapat perbedaan antara ganjaran dan penguatan. Ganjaran merupakan respon yang yang sifatnya menggembirakan dan merupakan tingkah laku yang sifatnya subyektif, sedangkan penguatan merupakan suatu yang mengakibatkan meningkatnya kemungkinan suatu respon dan lebih mengarah kepada hal-hal yang sifatnya dapat diamati dan diukur. Teori Skinner menyatakan penguatan terdiri atas penguatan positif dan  penguatan negatif. Penguatan dap dapat at dianggap sebagai stimulus positif, jika penguatan tersebut seiring dengan meningkatnya perilaku siswa dalam melakukan pengulangan  perilakunya itu. Dalam hal ini penguatan yang diberikan kepada siswa memperkuat tindakan siswa, sehingga siswa semakin sering melakukannya. Contoh penguatan  positif diantaranya adalah pujian yang diberikan kepada siswa, sikap guru yang menunjukkan rasa gembira pada saat siswa bisa menjawab dengan benar. Perubahan tingkah laku anak dari negatif menjadi positif, guru perlu mengetahui psikologi yang dapat digunakan untuk memperkirakan (memprediksikan) dan mengendalikan tingkah laku anak. Guru di dalam kelas mempunyai tugas untuk mengarahkan anak dalam aktivitas belajar, karena pada saat tersebut kontrol berada  pada guru, yang berwenang memberikan instruksi ataupun larangan pada anak didiknya.

4

 

Penguatan positif akan berbekas pada diri siswa. Tanggapan yang dihargai akan cenderung diulangi. Mereka yang mendapat pujian setelah berhasil menyelesaikan tugas atau menjawab pertanyaan dengan benar biasanya akan berusaha memenuhi tugas berikutnya dengan penuh semangat. Penguatan yang berbentuk hadiah atau pujian akan memotivasi siswa untuk rajin belajar dan mempertahankan  prestasinya. Nilai tinggi membuat seseorang belajar lebih giat. Penguatan yang seperti ini sebaiknya segera diberikan dan jangan ditunda-tunda. Bentuk-bentuk penguatan  positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dan sebagainya), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan  jempol, kata-kata pujian), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dan sebagainya). Penguatan negatif adalah bentuk stimulus yang lahir akibat dari respon siswa yang kurang atau tidak diharapkan. Tanggapan yang memungkinkan terjadinya keadaan untuk meloloskan diri dari hal yang tidak diinginkan atau ketidaknyamanan cenderung akan diulangi. Penguatan negatif diberikan agar respon yang tidak diharapkan atau tidak menunjang pada pelajaran tidak diulangi siswa. Penguatan negatif itu dapat berupa teguran, peringatan atau sangsi. Contoh penguatan negatif yaitu pemberian alasan untuk terlambat mengerjakan pekerjaan rumah akan membuat seseorang tidak tepat waktu menyampaikan pekerjaan rumah yang lain.  Namun untuk mengubah tingkah laku siswa dari negatif menjadi positif guru  perlu mengetahui psikologi yang dapat digunakan untuk memperkirakan (memprediksi) dalam mengendalikan tingkah laku siswa. Di dalam kelas guru mempunyai tugas untuk mengarahkan siswa dalam aktivitas belajar, karena pada saat tersebut kontrol berada pada guru, yang berwenang memberikan instruksi ataupun larangan pada siswanya. Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain, menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dan lain lain). Jika respon siswa baik (menunjang efektivitas pencapaian tujuan) harus segera diberi penguatan positif agar respon tersebut lebih baik lagi, atau minimal perbuatan  baik itu dipertahankan. Sebaliknya jika respon siswa kurang atau tidak diharapkan sehingga tidak menunjang tujuan pengajaran, harus segera diberi pengutan negatif agar respon tersebut tidak diulangi lagi dan berubah menjadi respon yang sifatnya  positif.

5

 

Dalam pandangannya Skinner, komponen-komponen penting dalam  pengajaran matematika adalah sebagai berikut. 1. Tujuan yang dinyatakan adalah terminologi te rminologi tingkah laku. 2. Tugas dibagi menjadi ketrampilan-ketrampilan yang satu menjadi prasyarat dari yang lain. 3. Penentuan hubungan antara ketrampilan pra syarat dan urutan logis dari materi yang akan dipelajari. 4. Perencanaan materi dan prosedur mengajar untuk setiap tugas bagian. 5. Pemberian balikan kepada peserta didik yang dapat dilihat penampilan peserta didik di mana peserta didik itu telah selesai melaksanakan tugas-tugas bagian yang mendukung. 1.  Kelebihan Teori Skinner

Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. Hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan. 2.  Kekurangan Teori Skinner

a. Tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. Hal tersebut akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar mengajar.  b. Beberapa kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang  baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak  perlu mengalami mengala mi sendiri kesalahan da dan n merasa merasakan kan akibat dari kesala kesalahan. han. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru  berakibat buruk pada siswa c. Selain itu kesalahan dalam reinforcement  positif juga terjadi didalam situasi  pendidikan seperti penggunaan rangking Juara di kelas yang mengharuskan anak menguasai semua mata pelajaran. Sebaliknya setiap anak diberi penguatan sesuai dengan kemampuan yang diperlihatkan sehingga dalam satu kelas terdapat banyak  penghargaan sesuai dengan prestasi yang ditunjukkan para siswa: misalnya  penghargaan di bidang bahasa, matematika, fisika, menyanyi, men yanyi, menari atau olahraga.

6

 

3.  TEORI PERUBAHAN PERILAKU SAPARINAH SADLI (1982) Saparinah Sadli (1982) menggambarkan individu dengan lingkungan sosial yang saling mempengaruhi didalam suatu diagram. Keterangan : a. Perilaku kesehatan individu; sikap dan kebiasaan individu yang erat kaitannya dengan lingkungan.  b. Lingkungan keluarga; kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai kesehatan. c. Lingkungan terbatas; tradisi, adat-istiadat dan kepercayaan masyarakat sehubungan dengan kesehatan. d. Lingkungan umum; kebijakan-kebijakan pemerintah dibidang kesehatan, undangundang kesehatan, program-program kesehatan, dan sebagainya. Setiap individu sejak lahir terkait didalam suatu kelompok, terutama kelompok keluarga. Dalam keterkaitannya dengan kelompok ini membuka kemungkinan untuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota kelompok lain. Oleh karena pada setiap kelompok senantiasa berlaku aturan-aturan atau norma-norma sosial tertentu maka perilaku tiap individu anggota kelompok berlangsung didalam suatu jaringan normatif. Demikian pula perilaku individu tersebut terhadap masalah-masalah kesehatan. Kosa dan Robertson mengatakan bahwa perilaku kesehatan individu cenderung dipengaruhi oleh kepercayaan orang yang bersangkutan terhadap kondisi kesehatan yang diinginkan dan kurang berdasarkan pada pengetahuan biologi. Memang kenyataannya demikian, tiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam mengambil tindakan penyembuhan atau pencegahan yang berbeda meskipun gangguan kesehatannya sama. Pada umumnya tindakan yang diambil berdasarkan penilaian individu atau mungkin dibantu oleh orang lain terhadap gangguan tersebut. Penilaian semacam ini menunjukkan bahwa gangguan yang dirasakan individu menstimulasikan dimulainya suatu proses sosial psikologis. Proses semacam ini menggambarkan berbagai tindakan yang dilakukan si penderita mengenai gangguan yang dialami dan merupakan bagian integral interaksi sosial pada umumnya.

7

 

Proses ini mengikuti suatu keteraturan tertentu yang dapat diklasifikasikan dalam 4 bagian, yakni : a. Adanya suatu penilaian dari orang yang bersangkutan terhadap suatu gangguan atau ancaman kesehatan. Dalam hal ini persepsi individu yang bersangkutan atau orang lain (anggota keluarga) terhadap gangguan tersebut akan berperan. Selanjutnya gangguan dikomunikasikan kepada orang lain (anggota keluarga) dan mereka yang diberi informasi tersebut menilai dengan kriteria subjektif.  b. Timbulnya kecemasan karena adanya persepsi terhadap gangguan tersebut. Disadari bahwa setiap gangguan kesehatan akan menimbulkan kecemasan baik bagi yang bersangkutan maupun bagi anggota keluarga lainnya. Bahkan gangguan tersebut dikaitkan dengan ancaman adanya kematian. Dari ancamanancaman ini akan menimbulkan bermacam-macam bentuk perilaku. c. Penerapan pengatahuan orang yang bersangkutan mengenai hal-hal yang  berhubungan dengan masalah kesehatan, khususnya mengenai gangguan yang dialaminya. Oleh karena gangguan kesehatan terjadi secara teratur didalam suatu kelompok tertentu maka setiap orang didalam kelompok tersebut dapat menghimpun  pengetahuan tentang berbagai macam gangguan kesehatan kese hatan yang mungkin terjadi. Dari sini sekaligus orang menghimpun berbagai cara mengatasi gangguan kesehatan itu, baik secara tradisional maupun modern. Berbagai cara penerapan  pengetahuan baik dalam menghimpun berbagai macam gangguan maupun cara-cara mengatasinya tersebut merupakan pencerminan dari berbagai bentuk perilaku. d. Dilakukannya tindakan manipulatif untuk meniadakan atau kecemasan atau gangguan tersebut. Didalam hal ini baik orang awam kesehatan melakukan manipulasi tertentu dalam arti melakukan mengaatasi gangguan kesehatan. Dari sini lahirlah pranata-pranata tradisional maupun modern.

8

menghilangkan maupun tenaga sesuatu untuk kesehatan baik

 

4.  TEORI PERUBAHAN PERILAKU WHO Tim kerja pendidikan kesehatan dari WHO merumuskan determinan perilaku. Mereka mengatakan, bahwa mengapa seseorang berperilaku, karena ada empat alasan  pokok (determinan), yaitu : 1. Pemikiran dan perasaan (thoughts ( thoughts and feeling ) 2. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai ( personal references). references ). Di dalam masyarakat, dimana sikap paternalistik masih kuat, maka  perubahan perilaku masyarakat tergantung dari perilaku acuan yang pada umumnya adalah para tokoh masyarakat setempat. Orang mau membangun jamban keluarga, kalau tokoh masyarakatnya sudah lebih dulu mempunyai jamban keluarga sendiri. 3. Sumber daya (resources ( resources)) yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya  perilaku seseorang atau masyarakat. 4. Sosio budaya (culture (culture))

setempat

biasanya sangat

berpengaruh

terhadap

terbentuknya perilaku seseorang. 5.  TEORI PERUBAHAN PERILAKU NOTOATMODJO (2007) 1.  Pengertian

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang  bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. (Notoatmodjo, 2007) Menurut Notoatmodjo (2007) dilihat dari bentuk respon stimulus ini maka  perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: 1) Perilaku tertutup (covert behavior) Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,  pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2) Perilaku terbuka (overt behavior) Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau praktik (practice) yang dengan mudah diamati atau dilihat orang lain.

9

 

2.  Domain Belajar

Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktorfaktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda yang disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni: 1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given bersifat  given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional,  jenis kelamin dan sebagainya. 2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007, p. 139). 3.  Pengukuran Perilaku

Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara, secara langsung, yakni dengan pengamatan (obsevasi), yaitu mengamati tindakan dari subyek dalam rangka memelihara kesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode mengingat kembali (recall ). ). Metode ini dilakukan melalui pertanyaanpertanyaan terhadap subyek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan obyek tertentu (Notoatmodjo, 2005, p.59) 4.  Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku

Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), perilaku diperilaku oleh 3 faktor utama, yaitu: 1) Faktor predisposisi ( predisposing factors) factors) Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, pekerjaan, dan sebagainya.

10

 

2) Faktor pendukung (enabling (enabling factors) factors) Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan bergizi, dsb. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,  posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dsb. Termasuk juga dukungan sosial, baik dukungan suami maupun keluarga. 3) Faktor penguat (reinforcing (reinforcing factors) factors) Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toma), sikap dan perilaku pada petugas kesehatan. Termasuk  juga disini undang-undang peraturanperaturan baik dari pusat maupun dari  pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. 5.  Perilaku Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan adalah sesuatu respon (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan  penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terjadi dari 3 aspek: 1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta  pemulihan kesehatan bilamana telah senbuh dari sakit. 2) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. 3) Perilaku gizi (makanan) dan minuman.

11

 

BAB III PENUTUP 1.  KESIMPULAN

Teori belajar behavioristik lebih menekankan pada tingkah laku manusia,  bukan pada pemahaman berpikir manusia (kognitif). Burrhus Frederic Skinner menekankan pada perubahan perilaku yang dapat diamati dengan mengabaikan kemungkinan yang terjadi dalam proses berpikir pada otak seseorang. Skinner menggunakan kondisi operasional (operant conditioning) atau perilaku sukarela yang digunakan dalam suatu lingkungan tertentu. Kondisi operasional ini meliputi ganjaran (reward) dan penguatan (reinforcement). Ganjaran atau penguatan mempunyai  peranan yang amat penting dalam proses belaja belajar. r. Penguatan ini terdiri atas p penguatan enguatan  positif dan penguatan negatif.

12

 

DAFTAR PUSTAKA Maulana, Herry.( 2007 ). Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC

 Notoatmodjo, Soekidjo.(2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Jakarta : Rineka Cipta. Eny Retna Ambarwati, Konsep Ambarwati, Konsep Dan Prinsip Promosi Kesehatan , Kesehatan , Selasa, 23 Maret 2010 Erwinmuhtaruddin , Promkes , Promkes 1 Sejarah Promosi kesehatan, kesehatan, selasa 26 oktober 2010 Ardi Kaudis , Sejarah , Sejarah Promosi Kesehatan, Kesehatan , rabu, 25 september 2013 Anjar richaro, Pengertian  Pengertian Promkes Dan Sejarahnya , senin 4 maret 2013

Muhammadidris1970 , Konsep , Konsep Dan Prinsip Promosi Kesehatan  Kesehatan  , 11 april 2010 Okti okta viani ,  , Makalah  Makalah Promosi Kesehatan , Kesehatan , rabu 8 mei 2013 Dans, Promosi Dans,  Promosi Kesehatan, Kesehatan, Jumat, 23 November 2012

13

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF