Kelompok 4 Sikap Profesional Guru
July 6, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Kelompok 4 Sikap Profesional Guru...
Description
PROFESI KEPENDIDIKAN SIKAP PROFESIONAL KEGURUAN
Oleh Kelompok 4/ Kelas 6B :
1. Rina Marwati
NIM. 1413011119
2. Putu Umi Kartika Dewi
NIM. 1513011020
3. I Gede Lanang Paramartha
NIM. 1513011067
4. Ida Ayu Indah Pradnyani
NIM. 1513011084
5. Syaqdiyatun Handayani
NIM. 1513011096
Dosen Pengampu: Prof. Dr. I Made Ardana,M.Pd
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2018
i
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu, Puja dan Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Ida Shang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaiakn makalah seminar seminar yang yang berjudul “Sifar “Sifar Profesional Keguruan” Keguruan” tepat pada waktu yang telah ditentukan. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Profesi Kependidikan. Dalam kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya terhadap seluruh pihak yang telah membantu penyelesaikan makalah ini. Secara khusus, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof.Dr. I Made Ardana, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Profesi Kependidikan, yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menyusun makalah ini. 2. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa atas saran yang diberikan kepada penulis serta pihak lain yang turut membantu proses pembuatan makalah ini. Penulis memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan-kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak. Harapan penulis yaitu semoga makalah makal ah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Akhirya atas segala kerendahan hati, penulis sampaikan terima kasih. Om Santi, Santi, Santi, Om
Singaraja, Februari 2018
Penulis
ii
RINGKASAN
Pendidikan adalah salah satu sat u kunci pokok untuk memajukan bangsa, sedangkan salah satu tempat untuk mendapat pendidikan yaitu disekolah dan guru merupakan salah satu unsur dari sekolah. Guru merupakan seorang pemimpin yang mengatur, mengelola, dan mengawasi seluruh proses pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu, kelancaran proses seluruh kegiatan pendidikan disekolah tergantung pada seberapa besar guru dapat melaksanakan tanggung jawabnya. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU. No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 1.4). Guru sebagai pendidik professional dituntut untuk selalu menjadi teladan bagi masyarakat di sekelilingnya, karena Semakin dituntutnya profesionalitas seorang guru, maka guru sebagai tenaga pengajar dan pemberi informasi kepada siswa tentunya akan berusaha untuk mengetahui dan melakukan dengan maksimal bagaimana seorang guru yang profesional.Pola tingkah laku guru yang berhubugan dengan profesional guru sesuai dengan sasarannya, yakni sikap profesional keguruan terhadap peraturan perundang-undagan, organisasi profesi, teman sejawat, anak didik, tempat kerja, pimpinan, dan pekerjaan. Selain itu juga terdapat pengembangan sikap profesional guru. Pengembangan sikap profesional dapat dilakukan baik dalam pendidikan pra jabatan maupun dalam bertugas atau dalam jabatan. Selama calon guru berada dalam pendidikan pra-jabatan, berbagai latihan, contoh-contoh sikap, aplikasi ilmu, keterampilan dan sikap profesional dirancang dan dilaksanakan oleh para calon guru tersebut. Setelah calon guru menyelesaikan pendidikan pra-jabatan maka saatnya untuk mereka mengabdi sebagai guru. Peningkatan profesional kegururan dapat dilakukan dengan cara formal; melalui kegiatan penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya, atupun secara informal melalui media massa televise, radio, koran, dan majalah maupun publikasi lainnya. Kata kunci: Pendidikan, Sekolah, Guru, Profesi, Profesional.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................... ............................................. ............................................. .................................. ............ i KATA PENGANTAR ............................................ .................................................................. ................................. ........... ii RINGKASAN ...................... ............................................ ............................................. ............................................ ..................... iii DAFTAR ISI ..................... ............................................ ............................................. ............................................ ......................... ... iv BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................... ................................................................ ................................. ........... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................ ................................................................... .......................... ... 2 1.3 Tujuan Penulisan ....................................... ............................................................. ................................. ........... 2 1.4 Manfaat Penulisan .............................................................. ...................................................................... ........ 2 BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sikap Profesional Guru ......................................... ............................................. .... 3 2.2 Sasaran Sikap Profesional Guru....................................... Guru.................................................. ........... 4 2.2.1 Sikap Terhadap Peraturan Perundang - undangan............. 4 2.2.2 Sikap Terhadap Organisasi Profesi ........................... ................................... ........ 6 2.2.3 Sikap Terhadap Teman Sejawat S ejawat ............................. ........................................ ........... 7 2.2.4 Sikap Terhadap Anak Didik .............................................. .............................................. 9 2.2.5 Sikap Terhadap Tempat Kerja ......................................... ......................................... 10 2.2.6 Sikap Terhadap Pimpinan................................................ Pimpinan................................................ 11 2.2.7 Sikap Terhadap Pekerjaan Pekerja an .................................. ............................................... ............. 12 2.3 Pengembangan Sikap Profesional Guru.................................... 13 2.3.1 Pengembangan Sikap Selama Pendidikan Prajabatan ..... 13 2.3.2 Pengembangan Sikap Selama dalam Jabatan .................. .................. 14 BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan............................................................ .................................................................................. ........................ .. 15 3.2 Saran ........................................... ................................................................. ............................................ ........................ .. 15
DAFTAR RUJUKAN
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemerosotan pendidikan bukan diakibatkan oleh kurikulum tetapi kurangnya kemampuan prfesionalisme guru menggunkana kurikulum tersebut dalam kegiatan belajar mengajar dan keennganan siswa belajar sungguhsungguh karena berbagai alasan salah satu alasannya pendekatan guru dalam memberikan pelajaran cenderung tidak menarik. Tentu saja ada guru yang betul-betul menguasai materi pelajaran dan menggunakan pendekatan yang menarik dan komunikatif, tetapi jumlah mereka tidak banyak. Kemampuan dan kualitas guru melaksanakan tugas sebagai pendidik selalu disebut menjadi guru yang profesional atau tidak profesional. Profesionalisme menekankan kepada penguasaaan ilmu pengetahuan khusunya materi pelajaran yang menjadi tanggungjawabnya, kemudian kemampuan manajemen pembelajaran beserta strategi penerapannya. Profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi harus didukung sikap responsif mampu menyelesaikan masalahmasalah pembelajaran. Pengembangan profesionaliem guru tentu harus lebih baik dan ideal dibanding seorang teknisi. Guru bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi dalam hal pengajaran tetapi memiliki suatu tingkah laku pedagogik yang dipersyaratkan. Guru akan diposisikan sebagai suatu profesi, harkat dan martabatnya sebagaimana halnya akuntan, dokter dan pengacara. Tujuan dijadikannya guru sebagai suatu profesi adalah sebagai bagian dari peningkatan kualitas sumber daya manusia pada jalur pendidikan. Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan ini, guru dituntut bersikap profesional. Sikap profesional guru bukan sekadar mempunyai pengetahuan tetapi mempunyai sikap yang dapat mengarahkan dan membimbing peserta diidk agar dapat belajar dalam arti sebenarnya, katena tugas utama seorang guru adalah menyelenggarakan kegiatan pembelajaran agar kegiatan itu terselenggara dengan efektif.
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adaupun permasalahan yang diangkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan sikap profesional guru ? 2. Apa saja sasaran sikap profesional guru ? 3. Bagaimana pengembangan sikap profesional guru ? 1.3 Tujuan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Memahami pengertian sikap profesional guru. 2. Memahami apa saja sasaran sikap profesional guru. 3. Memahami pengembangan sikap profesional guru. 1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah a dalah sebagai berikut : 1. Secara Teoretis Secara teoretis makalah ini diharapakan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi tentang sikap profesional keguruan. 2. Secara Praktis a. Bagi Mahasiswa Makalah ini diharapakan dapat membantu mahasiswa sebagai calon pendidik, agar dapat menerapkan sikap profesional guru dalam pendidikan untuk menjadi pendidik pendidik yang bermutu. b. Bagi Dosen Makalah ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi dosen, untuk aktivitas mendidik untuk mengembangkan individu/mahasiswa. c. Bagi Penulis Penulis dapat dapat mengetahui mengetahui dan dan memahami pengertian, pengertian, sasaran sikap profesional guru serta pengembangan sikap profesional guru tersebut.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sikap Profesional Guru
Sebelum menguraikan definisi Sikap Profesional Guru, terlebih dahulu kita mengetahui apa sebenarnya definisi de finisi dari ketiga kata tersebut. Pengertian sikap menurut Syamsudin (1997) adalah tingkah laku atau gerakan-gerakan yang tampak dan ditampilkan dalam interaksinya dengan lingkungan sosial. Interaksi tersebut terdapat proses saling merepon, saling mempengaruhi serta saling menyesuiakan diri dengan lingkungan sosial. Sedangkan menurut Thursthoen dalam Walgito (1990) menjelaskan bahwa, “Sikap” adalah gambaran kepribadian seseorang yang terlahir melalui gerakan fisik dan tanggapan pikiran terhadap suatu keadaan atau suatu objek. Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya memerlukan/menuntut
keahlian,
menggunakan
teknik-teknik
ilmiah,
memerlukan dedikasi yang tinggi serta memiliki tanggung jawab. Sedangkan profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat (4) tentang guru dan dosen, profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan
yang
memerlukan
keahlian,
kemahiran
atau
kecakapan yang memiliki standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Guru sebagai suatu profesi dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat (1) tentang guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru profesional adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas
3
dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Oleh karena itu, selain terampil mengajar, seorang guru juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak dan dapat bersosialisasi bersosialisa si dengan baik. Sebagai seorang guru, diwajibkan diw ajibkan harus memiliki sikap sesuai dengan profesinya. Hal ini agar seorang guru mempunyai citra yang baik sehingga mampu menunjukkan kepada siswanya bahkan masyarakat sekelilingnya bahwa seorang guru layak menjadi panutan atau teladan. Jadi dapat disimpulkan Sikap Profesional Keguruan adalah sikap seorang guru dalam menjalankan pekerjaannya yang mencakup keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi keguruan.
2.2 Sasaran Sikap Profesional Guru
Secara umum, sikap profesional seorang guru dapat dilihat dar i fak tor
lua r.
Aka n te tap i,
hal te ters rseb ebut ut bel belum um men mence cerm rmin inka kan n
seberapa baik potensi yang dimiliki guru sebagai seorang tenaga pendidik. Sikap dan Pola tingkah laku seorang guru yang berhubungan dengan profesionalisme haruslah sesuai dengan sasarannya. Berikut ini yang dijadikan sasaran dengan profesi keguruan yaitu meliputi sikap profesional keguruan terhadap (1) Peraturan Perundang-undangan, (2) Organisasi Profesi, (3) Teman sejawat, (4) Anak didik, (5) Tempat kerja, (6) pemimpin, dan (7) dan Pekerjaan. (Soetjipto dan Kosasi, 2005). 2.2.1 Sikap Terhadap Peraturan Perundang-undangan
Sikap terhadap peraturan perundang-undangan adalah suatu pola prilaku yang menunjukan guru dalam menjalankan tugas mengajar, membimbing, mendidik dan sebagainya, berdasarkan peraturan peratuaran yang ditetapkan pemerintah terkait dengan peraturan kebijakaan pendidikan. Pada butir sembilan Kode Etik Guru Indonesia disebutkan
bahwa:
“Guru
melaksanakan
segala
kebijaksanaan
ah dalam bidang pendidikan” (PGRI, 1973). Pemerintah Pemerint Kebijaksanaan pemerintah,
dalam
pendidikan hal
ini
di oleh
Negara
kita
Kementrian
dipengang
oleh
Pendidikan
dan
4
Kebudayaan. Dalam rangka pembangunan di bidang pendidikan di Indonesia, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan kententuan-ketentuan
dan
peraturan-peraturan
yang
merupakan
kebijaksanaan yang akan dilaksanakan oleh aparatnya, yang meliputi antara lain: pembangunan gedung-gedung pendidikan, pemerataan kesempatan belajar antara lain melalui kewajiban belajar, peningkatan mutu pendidikan, pembinaan generasi muda dengan menggiatkan kegiatan karang taruna, dan lain-lain. Kebijaksanaan pemerintah tersebut biasanya akan dituangkan ke dalam bentuk ketentuanketentuan
pemerintah.
Dari
ketentuan-ketentuan
pemerintah
ini
selanjutnya dijabarkan ke dalam program-program umum pendidikan. Guru merupakan unsur aparatur Negara dan abdi Negara. Karena itu, guru mutlak mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan, sehingga dapat melaksanakan ketentuanketentuan yang merupakan kebijaksanaan tersebut. Kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan ialah segala peraturan-peraturan pelaksanaan baik yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, dipusat maupun di daerah, maupun lembaga lain dalam rangka pembinaan pendidikan di Negara kita. Sebagai contoh, adanya program beasiswa unggulan, program Indonesia Pintar (PIP), program rumah belajar, program televisi edukasi, penyelenggaraan ujian nasional (UN), dan lain sebagainya. Untuk menjaga agar guru Indonesia tetap melaksanakan ketentuanketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan, Kode Etik Guru Indonesia mengatur hal tersebut, seperti yang tertentu dalam dasar kesembilan dari kode etik guru. Dasar ini juga menunjukkan bahwa b ahwa guru Indonesia harus tunduk dan taat kepada pemerintah
Indonesia dalam
menjalankan tugas pengabdiannya,
sehingga guru Indonesia tidak mendapat pengaruh yang negarif dari pihak luar, yang ingin memaksakan idenya melalui dunia pendidikan. Dengan demikian, setiap guru Indonesia wajib tunduk dan taat kepada segala ketentuan-ketentuan pemerintah. Dalam bidang pendidikan ia
5
harus taat kepada kebijaksanaan dan peraturan, baik yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan maupun lembaga lain yang berwenang mengatur pendidikan, di pusat dan di daerah dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan pendidikan di Indonesia.
2.2.2 Sikap Terhadap Organisasi Profesi
Menurut Richard D. Kellough, ada beberapa kompetensi yang harus dikuasai oleh guru yang profesional. Salah satunya yakni guru merupakan anggota aktif organisasi profesi guru, membaca jurnal profesional, melakukan dialog dengan sesama guru, mengembangkan kemahiran metodologi, membina siswa dan materi pelajaran (Sudarwan Danim, 2010 : 57). PGRI atau Persatuan Guru Republik Indonesia merupakan organisasi profesi guru yang ada di Indonesia. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. PGRI sendiri didirikan sebagai wadah untuk para guru. Guru yang menjadi anggota aktif suatu organisasi keprofesian sudah pasti memiliki kewajiban dan hak anggota. Kewajiban membina organisasi profesi merupakan kewajiban semua anggota beserta pengurusnya. Dalam pelaksanaan
kewajibannya,
seluruh
anggota
harus
memberikan
sebagian waktunya untuk kepentingan pembinaan profesinya dan semua s emua waktu serta tenaga ini akan dikoordinasikan oleh pejabat organisasi tersebut sehingga pemanfaatannya menjadi efektif dan efisien. Guru serta organisasi tersebut juga hendaknya berperan serta dalam pengembangan program-program studi baru, buku-buku pelajaran, pelaj aran, dan alat bantu pengajaran. Selain itu, guru dan organisasi-organisasi tersebut juga diharapkan bekerjasama penuh dengan pihak yang berwenang untuk kepentingan murid-murid, layanan pendidikan dan masyarakat umumnya. Sehingga kerjasama diantara keduanaya amatlah penting.
6
Dalam usaha peningkatan dari pengembangan mutu profesi di Indonesia dapat dilakukan perseorangan maupun secara berkelompok. Peningkatan mutu profesi keguruan secara berkelompok dapat dilakukan melalui penataran, lokakarya dan seminar (Soetjipto dan Kosasi, 2005). Sehingga diharapkan organisasi keguruan dapat mewadahi peningkatan mutu profesi khususnya profesi keguruan di Indonesia secara lebih baik. Sesuai dengan fungsi dan peran organisasi itu sendiri.
2.2.3 Sikap Terhadap Teman Sejawat
Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa secara garis besar, kompetensi guru dapat dibedakan menjadi tiga yakni kompetensi personal, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional (Sudarwan Danim, 2010: 58). Dari tiga kompetensi tersebut, kompetensi sosial merupakan kemampuan guru yang berhubungan dengan partisipasi sosialnya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat baik di tempat kerja maupun tempat tinggalnya. Misalnya kemampuan berkomunikasi dengan siswanya, sesama teman guru, kepala sekolah, orang tua, pegawai tata usaha dan lain-lain, baik secara formal dan informal. Sehingga seorang guru diharapkan dapat membina hubungan baik dengan teman – teman sejawatnya baik di lingkungan kerja maupun lingkungan keseluruhan. Dalam kode etik guru pasal 7 dinyatakan bahwa memelihara
hubungan
seprofesi,
semangat
“Guru
kekeluargaan,
kesetiakawanan sosial.” Kode etik guru di Indonesia menunjukkan bahwa betapa pentingnya hubungan harmonis yang harus diciptakan dengan mewujudkan perasaan bersaudara yang mendalam antara teman/rekan sesama profesi. Hubungan sesama anggota profesi dapat dilihat dari dua segi, yakni hubungan formal dan hubungan kekeluargaan. Hubungan formal adalah hubungan yang perlu dilakukan dalam tugas kedinasan. Sedangkan
7
hubungan kekeluargaan suatu hubungan di lingkungan kerja maupun lingkungan keseluruhan. a. Hubungan guru berdasarkan lingkungan kerja Lingkungan kerja guru sebagian besar akan berpusat pada sekolah. Kegiatan yang dilakukan guru juga banyak di lakukan di sekolah. Seperti yang telah diketahui bersama, di sebuah sekolah tidak
hanya
guru
dan
siswa
yang
berperan
dalam
penyelenggaraannya tetapi juga kepala sekolah, pegawai tata usaha serta pegawai-pegawai lain yang memiliki tujuan bersama yakni ingin memajukan sekolah tersebut. Sebagai seorang guru, sudah selayaknya menjaga keharmonisan di dalam sekolah agar setiap personil sekolah dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sikap profesional lain yang juga harus dimiliki oleh seorang guru adalah sikap saling bekerja sama, saling menghargai, saling pengertian dan tanggung jawab. Apabila seluruh sikap profesional tersebut dapat diterapkan oleh guru, maka keberlangsungan proses belajar-mengajar di sekolah akan menjadi lebih baik. Selain Sela in itu juga, sikap profesional tersebut dapat menghindarkan guru dari perasaan saling
menjatuhkan
satu
sama
lain.
Apabila
sikap
saling
menjatuhkan ini yang dipupuk, tidak menutup kemungkinan bahwa masyarakat luas akan memberi penilaian negatif pada sekolah tersebut. Sehingga sikap profesional antara profesi di dalam lingkungan kerja sangat penting. b. Hubungan guru berdasarkan lingkungan keseluruhan. Tidak hanya pada sekolah bersangkutan, guru juga harus menjaga sikap profesional dengan guru-guru lain yang berada di sekolah lain. Sebagai seorang guru, sudah sepatutnya menganggap bahwa seluruh guru di sekolah manapun guru tersebut mengajar adalah sebuah keluarga besar. Persatuan antara guru di seluruh Indonesia akan membantu mendorong kemajuan dalam bidang profesinya. Sebagai suatu keluarga besar, guru wajib saling mengoreksi dan menegur rekan
8
lainnya apabila terdapat kesalahan maupun penyimpangan yang dapat membawa dampak negatif bagi profesinya. Hal ini berguna bagi kelangsungan pendidikan di Indonesia. Seluruh guru harus bersatu demi melayani kebutuhan pendidikan serta meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
2.2.4 Sikap Terhadap Anak Didik
Sikap
guru
dalam
mendidik
memiliki
pengaruh
terhadap
perkembangan jiwa anak didik, sehingga guru dituntut memiliki sikap yang tepat sesuai dengan tuntutan tugas profesionalnya sebagai seorang pendidik yang bertanggung bertanggung jawab. Dalam kode etik guru indonesia dijelaskan bahwa : Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila, dasar ini mengandung mengandung beberapa beberapa prinsip yang yang harus
dipahami oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, yakni : Tujuan pendidikan nasional, prinsip membimbing, dan prinsip pembentukan manusia Indonesia In donesia seutuhnya .
Tujuan pendidikan nasional dalam UU No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni membentuk manusia Indonesia seutuhnya
yang berjiwa pancasila. Prinsip yang lain adalah membimbing peserta didik, bukan mengajar, atau mendidik saja (Soetjipto, 2004:50). Pengertian seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara dalam sistem amongnya. Tiga kalimat yang terkenal dari sistem itu adalah “ing angarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani”. handayani”. Ketiga kalimat itu mempunyai arti bahwa pendidikan harus dapat memberi contoh, harus dapat dapat memberikan memberikan pengaruh dan harus dapat mengendalikan mengendalikan peserta didik. Dalam tut wuri terkandung maksud membiarkan peserta didik menuruti bakat dan kodratnya dan guru memperhatikannya. Dalam handayani berati guru mempengaruhi peserta didik, dalam arti membimbing atau mengajarnya. Dengan demikian membimbing mengandung arti bersikap menentukan kearah pembentukan manusia yang seutuhnya yang berjiwa pancasila, dan
9
bukanlah mendikte peserta didik, apalagi memaksanya menurut kehendak sang pendidik. Motto tut wuri handayani handayani sekarang telah diambil menjadi motto dari departemen pendidikan dan kebudayaan RI (Soetjipto, 2004:50). Prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang manusia sebagai kesatuan yang bulat, utuh, baik jasmani maupun rohani tidak hanya berilu tinggi tetapi juga bermoral tinggi pula. Oleh Karenanya,
Guru
dalam
mendidik
seharusnya
tidak
hanya
mengutamakan pengetahuan atau perkembangan intelektual saja. Tetapi juga harus memperhatikan memperhati kan perkembangan seluruh pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani dan sosial sesuai dengan dimaksudkan agar peserta didik pada akhirnya akan dapat menjadi manusia yang mampu menghadapi tantangan tantangan dalam kehidupannya sebagi insan dewasa. Peserta didik tidak dapat dipandang sebagai objek semata yang harus patuh kepada kehendak dan kemauan guru. Salah satu implementasi sikap professional guru terhadap anak didik, antara lain: a. Tetap semangat dalam menjalankan tugas b. Selalu melakukan perubahan dalam mengajar c. Ciptakan Kondisi Kondusif d. Pelaksanaan Evaluasi 2.2.5 Sikap Terhadap Tempat Kerja
Tempat kerja merupakan wahana dimana personel sekolah berada. Suasana yang baik di tempat kerja akan meningkatkan produktivitas. Untuk menciptakan suasana yang baik itu terdapat dua hal yang harus dipehatikan (Soetjipto, 2004:51)., yaitu: a. Guru sendiri Guru harus aktif dalam mengusahakan suasana yang baik dengan berbagai cara, baik dengan metode mengajar yang sesuai, penggunaan media yang tepat, maupun pendekatan lainnya yang diperlukan.
10
b. Hubungan guru dengan orang tua dan masyarakat sekeliling. Hal ini harus dilakukan agar orang tua dan masyarakat juga merasa memiliki rasa tanggung jawab terhadap pendidikan anak mereka di sekolah. Terhadap guru sendiri dengan jelas juga dituliskan dalam salah satu butir dari kode etik yang berbunyi : “ Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang keberhasilan proses belajar mengajar ”. ”. Oleh sebab itu, guru harus aktif mengusahakan suasana
yang baik itu dengan berbagai cara, baik dengan penggunaan metode mengajar sesuai, maupun dengan penyediaan alat belajar yang cukup, serta pengaturan organisasi kelas yang mantap, ataupun pendektan lainnya yang diperlukan. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa suasana yang baik di tempat kerja akan meningkatkan produktifitas. Hal ini disadari dengan sebaik-baiknya oleh setiap guru dan guru berkewajiban menciptakan suasana yang demikian dalam lingkungannya, menjalin kerjasama dengan orang tua dan masyarakat, sekolah dapat mengambil prakarsa, misalnya dengan cara mengundang mengundang orang tua
sewaktu mengambil
rapor, mengadakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat sekitar.
2.2.6 Sikap Terhadap Pemimpin
Sikap seorang guru terhadap pemimpin harus positif, dalam pengertian harus bekerja sama dalam menyukseskan program yang sudah disepakati, baik disekolah maupun di luar sekolah. Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi guru maupun organisasi yang lebih besar, guru akan selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan pihak atasan. Dari organisasi guru, ada strata kepemimpinan mulai dari pengurus cabang, daerah, sampai kepusat. Pemimpin
suatu
unit
atau
organisasi
akan
mempunyai
kebijaksanaan dan arahan dalam memimpin organisasinya, di mana tiap
11
anggota organisasi itu dituntut berusaha untuk bekerja sama dalam melaksanakan tujuan organisasi tersebut. Kerja sama yang dituntut tersebut berupa tuntutan akan kepatuhan dalam melaksanakan arahan dan petunjuk yang diberikan mereka. Kerja sama juga dapat diberikan dalam bentuk usulan dan malahan kritik yang membangun demi pencapaian tujuan yang telah digariskan bersama dan kemajuan organisasi. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa sikap seorang guru terhadap pemimpin harus positif.
2.2.7 Sikap Terhadap Pekerjaan
Profesi guru berhubungan dengan anak didik, yang secara alami mempunyai persamaan dan perbedaan. Tugas melayani orang yang beragam sangat memerlukan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi, terutama bila berhubungan dengan peserta didik yang masih kecil. Barangkali tidak semua orang dikarunia sifat seperti itu, namun bila seseorang telah memilih untuk memasuki profesi guru, ia dituntut untuk belajar dan berlaku seperti itu. Orang yang telah memilih suatu karier tertentu biasanya akan berhasil, bila dia mencintai kariernya dengan sepenuh hati. Artinya, ia akan
berbuat
apapun
agar
karirnya
baik,
committed
dengan
pekerjaannya, mampu melaksanakan tugasnya dengan baik dan mampu melayani dengan baik pemakai jasa yang membutuhkannya. Agar dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat, guru harus selalu dapat menyesuaikan kemampuan dan pengetahuannya dengan keinginan dan permintaan masyarakat, dalam hal ini peserta didik dan orang tuanya. Keinginan ini selalu berkembang sesuai perkembangan dengan perkembangan masyarakat yang biasanya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu guru selalu dituntut untuk secara terus menerus meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan mutu layanannya. Keharusan meningkatkan dan mengembangkan mutu ini merupakan butir yang keenam dalam Kode Etik Guru Indonesia yang berbunyi:
12
“Guru secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya”. profesinya”. Dalam butir keenam ini dituntut kepada guru, baik secara pribadi maupun secara kelompok, untuk selalu meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Guru, sebagaumana juga dengan profesi lainnya, tidak mungkin dapat meningkatkan mutu dan martabat profesinya bila guru itu tidak menigkatkan atau menambah pengetahuan dan keterampilannya, karena ilmu dan pengetahuan yang menunjang profesi itu selalu berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Untuk meningkatkan mutu profesi secara mandiri, guru dapat melakukannya secara formal maupun secara informal. Secara formal artinya guru mengikuti berbagai pendidikan lanjutan atau kursus yang sesuai dengan bidang tugas, keinginan, waktu, dan kemampuannya, serta secara informal guru dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya melalui media masa seperti televise, radio, majalah ilmiah, koran dan sebagainya, ataupun membaca buku teks dan pengetahuan lainnya yang cocok cocok dengan bidangnya. bidangnya.
2.3 Pengembangan Sikap Profesional Dalam meningkatkan mutu seorang guru, guru harus meningkatakan
dan mengembangkan sikap profesionalnya. Pengembangan sikap profesional ini dapat dilakukan baik dalam pendidikan pra-jabatan maupun dalam jabatan. Berikut penjelasan mengenai Pengembangan sikap profesional pr ofesional dalam pendidikan pra-jabatan dan dalam jabatan. (Soetjipto dan Kosasi, 2005:5051). 2.3.1 Pengembangan Sikap Selama Pendidikan Prajabatan
Dalam pendidikan prajabatan calon guru dididik dalam berbagai pengetahuan,
sikap,
dan
keterampilan
yang
diperlukan
dalam
pekerjaannya nanti. Karena tugasnya yang bersifat unik, guru selalu menjadi panutan bagi siswanya, dan bahkan bagi masyarakat sekelilingnya. Oleh karena itu, guru bersikap terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu menjadi perhatian siswa dan masyarakat.
13
Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul begitu saja, tetapi harus dibina sejak calon guru memulai pendidikannya di lembaga pendidikan guru. Berbagai usaha, latihan, contoh-contoh, aplikasi penerapan ilmu, keterampilan, serta sikap profesional yang dirancang dan dilaksanakan selama calon guru berada dalam pendidikan prajabatan. Sering juga pembentukan sikap tertentu te rtentu terjadi sebagai hasil sampingan (by product ) dari pengetahuan yang diperoleh calon guru. Sikap teliti dan disiplin, misalnya dapat terbentuk sebagai hasil sampingan dari hasil belajar matematika yang benar, karena belajar matematika selalu menuntut ketelitian dan kedisiplinan penggunaan aturan dan prosedur yang telah ditentukan. Sementara itu tentu saja pembentukan sikap dapat diberikan dengan memberikan pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan khusus yang direncanakan, sebagaimana halnya mempelajari Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) yang diberikan kepada seluruh siswa sejak dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
2.3.2 Pengembangan Sikap Selama dalam Jabatan
Pengembangan sikap profesional tidak berhenti apabila calon guru selesai mendapatkan pendidikan prajabatan. Banyak usaha yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan sikap profesional keguruan dalam masa pengabdiannya sebagai guru. Seperti telah disebut, peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara formal melalui kegiatan mengikuti penataran lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya, ataupun secara informal melalui media massa televisi, radio, koran, dan majalah
maupun
publikasi
lainnya.
Kegiatan
ini
selain
dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, sekaligus dapat juga meningkatkan sikap profesional keguruan.
14
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
Guru merupakan unsur aparatur negara dan abdi negara. Karena itu, guru mutlak perlu mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan, sehingga dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan kebijaksanaan tersebut. Peraturan perundang-undangan adalah suatu pola prilaku yang menunjukan guru dalam menjalankan tugas mengajar, membimbing, mendidik dan sebagainya, berdasarkan peraturan peratuaran yang ditetapkan pemerintah terkait dengan peraturan kebijakaan pendidikan. Sikap Profesional Keguruan adalah sikap seorang guru dalam menjalankan pekerjaannya yang mencakup keahlian, kemahiran dan kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi keguruan. Pola tingkah laku guru yang berhubugan dengan itu akan di bahas sesuai dengan sasarannya, yakni sikap profesional keguruan terhadap peraturan perundang-undagan, organisasi profesi, teman sejawat, anak didik, tempat kerja, pimpinan, dan pekerjaan. Dalam rangka meningkatkan mutu seorang guru, baik mutu profesional maupun mutu layanan, guru harus meningkatakan serta mengembangkan sikap profesionalnya. Pengembangan sikap profesional ini dapat dilakukan baik dalam pendidikan pra-jabatan maupun dalam bertugas atau dalam jabatan.
3.2 Saran
Pada makalah ini penulis berharap agar pembaca dapat mengetahui sikap profesional guru baik itu dari segi sasarannya maupun dari segi pengembangannyaa sehingga pembaca yang dalam hal ini dominan merupakan pengembanganny calon pendidik akan bisa menerapkan sikap profesional guru untuk memajukan kualitas pendidikan di Indonesia.
15
DAFTAR RUJUKAN
Abin, Syamsudin. 1997. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Danim, Sudarman. 2010. Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru. Bandung: Alfabeta Soetjipto dan Kosasi, Raflis. 1994. Profesi Keguruan. Halaman 39 sampai 51. Jakarta : Rineka Cipta. Undang-undang Republik Republik Indonesia, Tentang Guru dan Dosen No. 14 Jakarta, 2005. Walgito, Bimo. 1990. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset
View more...
Comments