(Kelompok 4) Purse Seine Completed

August 29, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download (Kelompok 4) Purse Seine Completed...

Description

 

METODE PENANGKAPAN IKAN

PUKAT CINCIN (PURSE SEINE )

Disusun Oleh : KELOMPOK 4 PERIKANAN C

No 1 2 3 4 5 6

Nama Wahyu Budi Sentosa Emerson Junior Sipahutar Septian Arya Rizky Sri Astuti Prasetia Farras Faishal Thoriq Ilham

NPM 230110150158 230110150165 23011015016 5 230110150185 230110150189 230110150199 230110150235 

Nilai

LABORATORIUM TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP PROGRAM STUDI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2018

 

  DEFINISI DAN KONSTRUKSI ALAT TANGKAP PURSE SEINE Septian Arya Rizky Program Studi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjar Padjadjaran an Korespondensi Koresponde nsi : [email protected] [email protected]  

Abstrak Alat tangkap Purse seine atau pukat cincin efektif untuk menangkap ikan pelagis yang berkelompok (schooling) dalam jumlah yang besar. Metodologi yang digunakan berupa studi pustaka yang mengacu dari buku Alat Penangkap ikan (supardi 2007). Konstruksi alat tangkap merupakan gambaran umum yang menggambarkan bentuk dan bagian-bagian dari alat tangkap dengan jelas. Konstruksi bagian utama dari  purse seine terdiri dari sayap, body, dan bunt. Memiliki bagian penunjang yaitu, tali ris atas, tali ris bawah, tali pemberat, tali kerut, tali cincin, pemberat dan pelampung.

Kata kunci : Konstruksi, purse Konstruksi, purse seine. seine. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara maritim dengan wilayah lautan sebanyak 70% dari luas total teritorial wilayah indonesia (Arisandi 2016),

ditulis oleh Supardi Ardidja (2007) dan beberapa  jurnal yang membahas tentang alat tangkap purse tangkap purse seine.. seine

dengan begitu dibutuhkan sektor penangkapan ikanpengoptimalan agar sumber dalam daya perikanan Indonesia dapat dimanfaatkan dengan maksimal. Dilakukan upaya penangkapan yang dapat menguntungkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, salah satunya dengan menggunakan alat tangkap Purse seine atau pukat cincin. alat   tangkap pukat cincin merupakan salah satu dari beberapa alat tangkap yang banyak digunakan oleh nelayan indonesia. Hal ini dikarenakan dalam sekali pengangkatan, hasil tangkapan yang didapatkan cukup banyak (Winugroho 2006). Alat tangkap yang baik adalah alat tangkap

HASIL DAN PEMBAHASAN Purse seine atau pukat cincin merupakan alat tangkap ikan yang memiliki bentuk segiempat hingga trapesium yang terbentuk dari beberapa lembaran webbing yang terpasang diantara tali pelampung yang berada diatas dan tali pemberat yang berada dibawah, lalu terdapat tali kerut dan beberapa cincin. Alat tangkap yang lebar yang dapat melingkari gerombolan ikan pelagis. Tali kerut yang terdapat di bagian bawah yang dapat ditarik sehingga bagian bawah jaring tertutup dan mengurung gerombolan ikan (Supardi 2007).

yang dibentuk dengan sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan tangkapan yang sesuai dengan dibuatnya alat tangkap tersebut. Alat tangkap Purse seine atau pukat cincin efektif untuk menangkap ikan pelagis yang berkelompok (schooling) (schooling) dalam jumlah yang besar. Dibutuhkan kajian lebih yang lebih mendalam tentang alat tangkap  purse seine  seine  mengenai konstruksi dan bagian-bagian yang lain dari alat tangkap  purse seine, seine, sehingga dapat membantu proses identifikasi langsung pada saat dilapangan.

Bagian utama dari purse dari  purse seine terdiri dari sayap, body, dan bunt. Bunt adalah bagian jaring yang memiliki ukuran ukuran benang paling besar dan juga ukuran mata jaring paling kecil, fungsinya untuk dapat menampung hasil tangkapan pada saat brailing. Menurut Sudirman dan Mallawa (2012), ada beberapa komponen penunjang alat tangkap  purse seine seine yaitu : a.  Tali ris Atas Tali ris atas berfungsi untuk menggantungkan jaring bagian atas sehingga jaring dapat terbentang dengan sempurna, selain itu juga sebagai

METODOLOGI Metodologi penulisan paper ini ditunjang oleh studi pustaka dari buku Alat Penangkap Ikan yang

penghubung dengan tali pelampung. Ukuran tali sama dengan tali pelampung. b.  Tali Pelampung

 

Tali pelampung berfungsi sebagai tempat dipasangnya pelampung satu dengan yang lainnya dan sebagai penhubung dengan jaring bagian atas c.  Srampatan (selvedge) (selvedge)   Srampatan diikatkan pada tali ris atas dan tali ris bawah yang berfungsi sebagai pelindung pada bagian tepi jaring agar tidak mudah putus atau sobek dan ukuran benang pada bagian srampatan lebih besar dibandingkan dengan benang  jaring utama. d.  Tali Ris Bawah Tali ris bawah berfungsi untuk menggantungkan bagian jaring bawah sehingga jaring dapat terbentang dengan sempurna dan sebagai penghubung dengan tali pemberat. e.  Tali Pemberat Tali pemberat berfungsi sebagai tempat dipasangnya pemberat satu dengan yang lainnya dan sebagai penghubung dengan  jaring bagian bagian bawah. f.  Tali cincin Tali cincin berfungsi sebagai tempat dipasangnya cincin. Terdapat 3 macam tali cincin yaitu, kaki tunggal, kaki ganda dan kaki dasi. Namun kebanyakan nelayan menggunakan kaki tunggal karena lebih hemat. g.  Pelampung Pelampung berfungsi sebagai alat untuk mengapungkan seluruh jaring dan membantu membuat jaring tetap terbentang sempurna.

pelampung ditentukan dengan perbandingan yang sesuai dengan pemberat. h.  Tali Kerut Tali kerut berfungsi untuk menyatukan ris bawah sehingga bagian bawah purse bawah purse seine tertutup dan ikan tidak dapat keluar.   i. Pemberat Pemberat berfungsi sebagai alat untuk menenggelamkan jaring dan membantu  jaring tetap terbentang sempurna dengan perbandingan pelampung dan pemberat yang sesuai. Pemberat haruslah terbuat dari benda yang memiliki berat jenis lebih besar dibandingkan dibandingka n dengan berat jenis air laut.  j.  Cincin Cincin berfungsi sebagai tempat masuknya tali kerut yang jika pada saat tali kerut ditarik maka cincin akan terkumpul dan menutup bagian bawah. Biasanya terbuat dari besi atau kuningan sehingga cincin juga bisa dijadikan pemberat.

  Gambar 1. Konstruksi alat tangkap purse seine

 

KESIMPULAN Alat tangkap  purse seine berbentuk segi empat hingga trapesium yang dapat melingkari/mengurung gerombolan ikan pelagis, dengan tali kerut yang akan menutup bagian bawah jaring jika ditarik. Komponen utama dari  purse seine terdiri dari sayap, body, dan bunt. Komponen penunjang

konstruksi alat ris tangkap tangkap purse  purse seine terdiri  terdiri dari tali tali ris atas, tali bawah, taliseine pelampung, pemberat, pelampung, pemberat, srampatan, cincin, tali kerut dan tali cincin. DAFTAR PUSTAKA Ardidja, Supardi. 2007.  Alat Penangkap Ikan. Sekolah tinggi perikanan. Jakarta.

Guritno D, Irnawati R, Susanto A. 2016. Karakteristik Dimensi Utama Kapal Purse Seine di Pelabuhan Perikanan Pantai Lempasing Provinsi Lampung. Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 6 No. 1 : 21-30 Juni 2016. Ismy F, Utomo B, Harahap ZA. 2015. Kajian Unit Penangkapan Purse seine di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan. Levi, Eldon J. 1981. Design and Operation of a Small Two-Boat Purse Seine.  Seine.  Coastal and Estuarine Research Federation.  Federation.  Estuaries, Vol.4, No. 4. December 1981 Rosyidah IN, Farid A, Arisandi A. 2009. Efektivitas  Alat Tangkap Mini Purse Seine Menggunakan Sumber Cahaya Berbeda Terhadap Hasil Tangkap Ikan Kembung (Rastrelliger sp.). Jurnal Kelautan, Volume 2, No. 1. April 2009. Silitonga C, Isnaniah, Syofyan I. 2016. Studi Konstruksi Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse seine) di Pelabuhan Perikanan Nusantaya (PPN) Sibolga Kelurahan Pondok Batu Kota Sibolga Provinsi Sumatera Utara. Sudirman., dan A. Mallawa. 2012. Teknik Penangkapan Ikan. Edisi revisi 2012. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. 211 hal.

 

METODE PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP PURSE SEINE

Thoriq Ilham dan Sri Astuti Prasetia Program Studi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjara Padjadjaran n Korespondensi : : [email protected]  

Abstrak Kegiatan penangkapan ikan merupakan aktivitas mengambil dan mengeksploitasi sumber daya perikanan dengan memperhatikan berbagai macam aspek supaya menjaga ketersediaan sumber daya perikanan di alam. Penangkapan selalu berkaitan dengan alat yang digunakan dalam kegiatan penangkapan. Alat tangkap yang dianjurkan adalah alat tangkap yang ramah lingkungan sehingga tidak merusak ekosistem perairan. Alat tangkap yang ramah lingkungan diantaranya diantaranya yang memiliki selektivitas tinggi, tidak merusak lingkungan, dan diterima secara baik oleh nelayan. Salah satu alat tangkap yang ramah lingkungan adalah pukat cincin, selama dalam pengoperasiannya sesuai dengan aturan yang berlaku. Pemanfaatan teknologi dan alat tangkap mengacu pada kegiatan penangkapan yang ramah lingkungan. Kondisi tersebut dapat dilihat dari segi konstruksi alat, bahan yang digunakan dan metode pengoperasian alat tangkap sehingga tidak menyebabkan adanya kerusakan lingkungan.

Kata kunci : Alat, Lingkungan, Perikanan, Purse seine, seine, Tangkap

PENDAHULUAN Alat penangkap ikan merupakan segala fasilitas dan sarana prasarana pendukung yang digunakan dalam aktivitas penangkapan ikan. Berupa kapal, alat bantu penangkapan (lampu, rumpon), dan alat penangkap itu sendiri. Alat penangkap ikan yang digunakan harus disesuaikan dengan  jenis hasil tangkapan, daerah pengoperasian pengoperasian alat tangkap tersebut dan harus memiliki izin pengoperasian. Alat tangkap  purse seine adalah salah satu alat tangkap yang cukup banyak digunakan oleh nelayan di Indonesia. Menurut Prihartini (2006) sejarah awal pengoperasian alat tangkap  purse seine di Indonesia dimulai pada tahun 1971 dengan daerah penangkapan utamanya yaitu di perairan pantai yang landai sebelah Timur Laut Jawa, mulai dari Kepulauan Karimun Jawa hingga Masalembo bagian timur dan kini terus meluas hingga hampir seluruh perairan laut Indonesia. Alat tangkap  purse seine  seine  banyak digunakan nelayan karena memilki selektivitas yang tinggi dan hasil tangkapan yang banyak. Namun dalam pengoperasiannya harus tetap

memperhatikan aturan-aturan yang berlaku. Pada dasarnya, hasil tangkapan  purse seine berupa ikan-ikan pelagis kecil yang bergerombol di permukaan dan pertengahan perairan, tetapi dapat pula menangkap ikanikan pelagis besar seperti tenggiri, cakalang, tongkol, dan tuna (Sudirman 2013). Dengan demikian, sangat penting untuk mengetahui metode pengoperasian alat tangkap  purse seine   supaya kegiatan penangkapan ikan di seine perairan Indonesia berlangsung sesuai aturan yang berlaku dan sumber daya perikanan tetap terjaga kelestariannya. kelestariannya. METODOLOGI Metodologi yang digunakan untuk mengetahui metode pengoperasian alat tangkap  purse seine  seine  berdasarkan penelitian Sumardi (2014), berupa kuisioner kepada 52 nelayan  purse seine  seine  di Kota Banda Aceh dengan mengacu pada kriteria FAO 1995 sedangkan pada jurnal Bubun dan Mahmud (2015), metode penelitian yang digunakan adalah survei, yaitu dengan mengkaji komposisi hasil tangkapan ikan yang meliputi  jenis, ukuran panjang, dan bobot ikan serta tingkat keramahan lingkungan pengoperasian

 

 purse seine. seine. Selain pengamatan jenis hasil tangkapan, ukuran panjang, dan bobot ikan,  juga dilakukan observasi berupa pengamatan parameter oseanografi yang terdiri dari HASIL DAN PEMBAHASAN Pukat langar, pukat senangin, gae dan qiob merupakan beberapa jenis alat tangkap

dengan konstruksi yang hampir sama dengan pukat cincin ( purse ( purse seine seine)) (Rosyidah et. al 2009). Penciptaan alat tangkap yang selektif menjadi tujuan utama dalam pelaksanaan penangkapan ikan yang bersifat ramah lingkungan karena hal tersebut dapat melindungi ekosistem, melindungi lingkungan perairan dan menjaga kelestarian sumberdaya ikan yang tersedia (Rosyidah et. al 2009) Menurut Rosyidah et. al 2009, terdapat dua acara acara pengoperasian pengoperasian dalam alat tangkap pukat cincin ini yaitu tergantung pada besar kecilnya alat tangkap. 1.  Berukuran kecil Dibutuhkan 12 - 16 0rang sebagai ABK dengan menggunakan perahu motor luar. 2.  Berukuran besar Dibutuhkan nelayan sebanyak 23 - 40 orang sebagai ABK dengan masing-masing tugas seperti juru mudi, juru mesin dan pandega. Dengan perahu yang digunakan yaitu motor yang berkekuatan ±160 PK. Selain itu terdapat variable penting yang mempengaruhi pengoperasian alat tangkap pukat cincin ini, diantaranya kecepatan kapal, daya tenggelam jaring dan kecepatan membentuk mangkuk. Menurut Telaumbanua dan Bukhari 2004, metode pengoperasian alat tangkap pukat cincin adalah sebagai berikut: 1.  Setting Pukul 15.00 WIB saat tibanya kapal di daerah penangkapan, kapal ditambat pada pengapung dari rumpon dengan tali sepanjang 20 m dari kapal guna menjauhi rumpon. Tiga jam kemudian tali tambat dilepaska dari kapal dan dalam waktu 11 jam kapal menjauhi rumpon dengan menghidupkan lampu satu persatu. Sepanjang waktu tersebut ikan akan berkumpul disekitar kapal, setelah itu lampu pada sampan dibiarkan menyala dan diturunkan ke bagian buritan kapal sedangkan yang lainnya dimatikan satu persatu.

penentuan koordinat daerah penangkapan ikan dengan menggunakan GPS, pengukuran suhu air laut, pengukuran tingkat kecerahan air laut, dan pengukuran pengukuran kadar salinitas air laut Kapal bergerak membentuk lingkaran dan menjauhi sampan sambil menurunkan jaring dengan ujung yang telah diberi pelampung tanda sebagai urutan paling awal yang diturunkan dilanjutkan dengan bagian pelampung, selanjutnya badan jaring, pemberat hingga cincin dan tali kolor. Penurunan alat dan pergerakan kapal melingkari gerombolan ikan disekitar sampan dilakukan secara bersamaan. 2.  Hauling Kapal menaikkan ujung tali pelampung tanda ke atas kapal dan kapal mulai berhenti saat kapal sudah pada posisi pelampung tanda. Pada saat itu pula jaring bagian bawah tertutup hingga membentuk seperti mangkuk dengan cara menarik tali kolor menggunkan roller. Dari lingkaran alat dikeluarkan sampan yang selanjutnya berfungsi untuk memudahkan penarikan ke atas kapal dengan mengatur pelampung. Penarikan dilakukan serentak mulai dari pelampung dan badan jaring sehingga hanya bagian kantong yang masih tertinggal di air dengan ujung tali kolor dibelitkan ke boom. Diangkat ke atas kapal ikan-ikan yang terkumpul dibagian kantong tersebut menggunakan tangguk melalui boom. Keseluruhan ikan dinaikkan ke atas kapal saat ikan di dalam kantong tinggal sedikit dan dimasukkan ke dalam palka yang berisi es. Waktu yang dibutuhkan untuk hauling ini ± 4-5 jam dan untuk memudahkan kembali saat pengoperasian selanjutnya maka alat dibersihkan serta disusun kembali.

Gambar 1. Setting dan Hauling Purse Seine (Sumber: tsb.gc.ca)

 

KESIMPULAN Pure seine dapat dikatakan alat tangkap yang efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis yang berada dipermukaan air. Hal tersebut dikarenakan metode pengopersaian purse seine yang membuat sebuah dinding besar dengan menarik bagian bawah jaring dan membentuk sebuah kolam sehingga dapat melingkari gerombolan ikan. Dan yang memudahkan

penarikan jaring untuk membentuk kantong, alat tangkap ini memiliki cincin yang berfungsi sebagai tempat lewatnya tali kerut. DAFTAR PUSTAKA Bubun, R.L dan Mahmud, A. 2015. Komposisi Hasil Tangkapan Pukat Cincin Hubungannya dengan Teknologi Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan.. Fakultas Perikanan dan Ilmu Lingkungan Kelautan Universitas Muhammadiyah Kendari. Kendari http://www.tsb.gc.ca/eng/rapports a/eng/rapportsreports/marin reports/marin http://www.tsb.gc.c e/2004..  Marine Investigation Report e/2004 M04W0225 (Diakses pada 1 Maret pukul 14.50 WIB)

Prihartini, A. 2006. Tesis: Analisis Tampilan Biologis Ikan Layang (Decapterus sp) Hasil Tangkapan Purse Seine yang Didaratkan di PPN Pekalongan. Pekalongan. Universitas Diponegoro. Semarang Rosyidah et. al   . 2009. 2009. Efektivitas Alat Tangkap Mini Purse Seine Menggunakan Sumber Cahaya Berbeda Terhadap Hasil Tangkap Ikan Kembung. Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo. Jurnal Kelautan Vol.2 No. 1 ISSN : 1907-9931 Sudirman, 2013. Mengenal Alat dan Metode Penangkapan Ikan. Ikan. Rineka Cipta. Jakarta Sumardi, Z. et al . 2014.  Alat Penangkapan Penangkapan Ikan Yang Ramah Lingkungan Berbasis Code Of Conduct For Responsible Fisheries Di Kota Banda Aceh. Aceh. Agrisep Vol (15) No. 2. Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Kota Banda Aceh Telaumbanua, JS et. al . 2004. Studi Pemanfaatn Teknologi Rumpon Dalam Pengoperasian Purse seine Di Perairan Sumatera Barat. FPIK-Universitas Bung Hatta Padang. Mangrove dan dan Pesisir Vol. IV No. 3/2004 3/2004

 

ALAT BANTU PENANGKAPAN PURSE SEINE Farras Faishal Program Studi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universita Universitass Padjadjaran Korespondensi : [email protected]  [email protected] 

Abstrak Purse seine  seine  merupakan alat penangkapan ikan yang mana beroperasi dengan cara menarik ikan yang berkumpul menggunakan jaring lingkar. Untuk menarik ikan agar berkumpul disekitar area penangkapan, purse seine dilengkapi dengan alat bantu penangkapan seperti rumpon, cahaya lampu, dan rolller . Setiap alat bantu penangkapan akan membuat operasi penangkapan menjadi lebih efektif agar dapat mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal. Setiap alat bantu penangkapan pada purse seine memiliki prosedur dan aturan nya masing-masing terkait teknis penggunaannya. Ketidaksesuaian dalam penggunaan alat bantu akan memberikan dampak terhadap ketersediaan sumberdaya perikanan yang dijadikan objek tangkapan ataupun keberhasilan proses penangkapan ikan. Untuk itu perlu unytuk mengetahui dan mengenal bagaimana pengoperasian setiap alat bantu penangkapan pada alat tangkap  purse seine agar seine agar mendapatkan hasil tangkapan yang optimal sekaligus menjaga kelestarian sumberdaya perikanan.

Kata kunci : Aturan, Cahaya lampu, Operasi, Roller , Rumpon

PENDAHULUAN Sumber daya laut merupakan salah satu sumberdaya yang dapat diperbaharui (renewable resources). Sejak dahulu manusia sudah memanfaatkan laut sebagai sumber kehidupan. Kegiatan perikanan tangkap pun semakin berkembang terlihat dari variasi alat tangkap yang digunakan. Purse seine  seine  merupakan alat tangkap ikan yang sangat efektif untuk penangkapan ikan pelagis yang mana ikan pelagis memiliki sifat bergerombol (schooling (schooling)) dalam ukuran besar. Hampir keseluruhan bahannya terbuat dari jaring dan pada saat pengoperasiannya jaring ini akan membentuk semacam kantong untuk menarik ikan yang telah berkumpul di area penangkapan penangkapan (Ismy 2013). Purse seine  seine  beroperasi dengan menggunakan beberapa alat bantu penangkapan seperti rumpon, cahaya dan roller. Fungsi dari alat bantu ini selain untuk mempermudah teknis operasi juga sebagai pemikat agar ikan mau bergerombol di sekitar area penangkapan. penggunaan alat bantu yang tepat akan menaikan produksi tangkapan ikan dan menghemat waktu operasi penangkapan. Mengetahui jenis alat bantu penangkapan

ikan untuk alat tangkapfungsi purse seine diperlukan. Meliputi serta sangatlah metode operasinya agar pada saat penerapan atau

mengoperasikan kapal purse seine, seluruh prosedur penangkapan dapat dilakukan secara tepat dan sesuai. Pembahasan mengenai alat bantu penanangkapan ikan untuk alat tangkap purse seine (pukat cincin) disajikan secara singkat dan padat agar pembaca dapat dengan mudah menangkap poin dari setiap pembahasan yang ingin disampaikan oleh penulis. METODOLOGI Penyusunan paper yang berisi pembahasan mengenai alat bantu penangkapan ikan untuk alat tangkap pukat cincin dilakukan melalui metode studi pustaka. Pustaka yang dijadikan rujukan adalah diantaranya jurnal mengenai kajian penangkapan  purse seine, seine, efektivitas penggunaan rumpon pada penangkapan ikan dan thesis mengenai strategi penangkapan produksi nelayan HASIL DAN PEMBAHASAN Alat bantu penangkapan  purse seine  seine  diantaranya adalah roller  roller  sebagai   sebagai penarik jaring, rumpon dan cahaya lampu sabagai attractor  yang  yang biasanya dioperasikan diwaktu yang berbeda

yakni penggunaan untuk kegiatan penangkapan pagi harirumpon dan penggunaan cahaya

 

lampu untuk kegiatan penangkapan malam hari (Sudirman 2013). Rumpon Rumpon merupakan alat bantu penangkapan yang berfungsi untuk menarik ikan agar berkumpul disekitar rumpon dipasang. Rumpon sendiri biasanya dipasang baik di perairan dangkal ataupun dalam baik di badan air

ataupun didasar perairan berupa karang buatan. Pada rumpon permukaan (0-12 m) biasanya terdapat atraktor daun kelapa yang memiliki fungsi untuk persinggahan ikan-ikan karena apabila daun kelapa mulai mengalami pembusukan selanjutnya akan terbentuk suatu rantai makanan yang menjadikan rumpon ini sebagai tempat mencari makan bagi ikan (Jayanto et al . 2014). Rumpon diperbolehkan dipasang dan di legalkan oleh pemerintah dengan tujuan agar produksi tangkapan ikan meningkat dan pendapatan masyarakat pun turut meningkat sesuai seperti yang tercantum pada Pasal 2 Bab II Kepmen KP No. 30/2004. Beberapa aturan dan petunjuk pelaksanaan pemasangan rumpon yang sesuai dengan aturan diatas kerap kali membuat penerapannya dilapangan sedikit terhambat sehingga membuat aturan ini belum sepenuhnya dilakukan dengan benar dan menyeluruh (Nurani 2015).

Gambar 1. Rumpon (Sumber: aquatec.co.id) Pemasangan rumpon didasari pada kondisi dari perairan di daerah yang akan dijadikan area penangkapan. Lokasi pemasangannya merujuk pada suhu permukaan laut dan variabilitas klorofil-a. Masing-masing rumpon ditempatkan pada suatu perairan dengan  jarak 10 mil laut, dipasang sejajar agar tidak mengganggu alur pelayaran. Untuk menarik ikan agar berkumpul disekitar rumpon, maka rumpon

dilengkapi dengan atraktor dan kemudian membentuk  foodweb  foodweb   (jaringan makanan). Apabila ikan sudah berkumpul di area penangkapan yang telah terpasang rumpon maka kegiatan atau operasi penangkapan ikan menjadi lebih mudah. Biomassa yang berada disekitar rumpon bersifat sementara dan peningkatannya tidak akan menambah biomassa secara keseluruhan. Pemanfaatan rumpon haruslah dilakukan dengan benar dan hati-hati. Pasalnya beberapa penelitian salahsatunya Satheeskumar (2012 dalam Nurani 2015) menyatakan bahwa kegiatan perikanan tuna di perairan samudera hindia dalam status membahayakan. Dilansir kembali dalam penelitian Jaquemet et al (2010 dalam Nurani 2015) menyatakan bahwa rumpon merupakan perangkap ekologi (ecological ( ecological trap) trap) untuk ikan tuna jenis  yellowfin berukuran kecil sampai mencapai kematangan gonad. Pada kondisi seperti demikian tertangkapnya ikan tuna yang belum burukuran layak tangkap semakin besar dan pemberlakuan peraturan pun akan sangat sulit diterapkan pada saat pelaksanaannya. Ditambah lagi masih banyak ditemukan pemasangan rumpon yang ilegal. Untuk itu status terkini mengenai aturan yang mengatur pemasangan rumpon telah diperbaharui per januari 2017 seperti berita yang diterbitkan oleh situs berita lingkungan mongabay keberadaan rumpon terkhusus di perairan indonesia sudah tidak akan mendapatkan toleransi lagi dari pemerintah. Pernyataan pembersihan rumpon diseluruh perairan Indonesia telah di  di  keluarkan oleh Kementrian Kelautan Perikanan (KKP). Keberadaan rumpon dikatakan mengancam keberadaan ikan-ikan salah satunya adalah tuna karena rumpon dapat merusak ekologi setempat. Menurut Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang dimuat dalam berita mongabay   menegaskan bahwasannya pergerakan tuna berpotensi teralihkan kedalam perairan Indonesia akibat semakin banyaknya rumpon yang dipasang dan dampaknya adalah merugikan nelayan tradisional dan nelayan kecil. Meskipun penggunaan rumpon di satu sisi memberikan kemudahan dan keuntungan , namun apabila tidak dikelola dengan baik dan tak mengikuti peraturan yang berlaku maka dampaknya adalah tidak terjaminnya keberlanjutan dari sumberdaya  jenis-jenis ikan yang mempunyai nilai ju jual al tinggi dalam hal ini adalah yellowfin adalah yellowfin tuna.

 

Cahaya Lampu ( Artificial light  light ) Berdasarkan respon terhadap cahaya ikan digolongkan salah satunya bersifat fototaksis positif. Secara histologi ikan ini mampu mengenalii karakteristik spektral terhadap cahaya mengenal (Cahyadi 2016). Cahaya lampu biasa digunakan dalam operasi pemancingan pasif, salah satu nya adalah purse seine. Berdasarkan penelitian Khanh and  Phu   Phu (2015) sebagian besar kapal purse seine

tingkat attraction ikan akan jauh lebih terpusat pada attractor   yang digunakan. Namun metode penangkapan ikan ini memiliki kerentanan terhadap overfishing overfishing karena  karena hasil tangkapan yang belum saatnya untuk ditangkap atau ikan yang masih dalam tahap perkembangan tertangkap dalam jumlah yang besar. Maka dari itu, pemberlakuan aturan mengenai ikan yang layak ditangkap dan pelepasan kembali ikan yang

yang menggunakan atraktor cahaya menggunakan dua tipe pencahayaan yang biasa digunakan, yaitu  flourescent   dan metal-halide lamps.. Para nelayan menggunakan dua tipe lamps pencahayaan ini dengan alasan harga dan daya yang terjangkau, warna temperature nya sesuai dengan cahaya matahari dan yang paling penting adalah pencahayaan ini dapat berfungsi normal pada kondisi lingkungan yang memiliki salinitas tinggi. Metode ini menarik sejumlah ikan untuk mendekati zona attraction attraction.. Sehingga proses dan hasil tangkapannya tergantung pada ukuran dari zona attraction attraction   dan kepadatan ikan yang berkumpul di zona tersebut. Cahaya lampu bisa digunakan baik diatas maupun didalam permukaan air, seketika kawanan ikan berkumpul mendekati sumber cahaya jaring yang sudah siap mengelilingi area langsung menangkap tangkapan yang berada dalam zona nya. Beberapa spesies kawanan ikan yang biasa tertangkap adalah Sardinella, sardine, scad, mackarel, sprat, bahkan salmon dan cod. Terkadang dengan menggunakan cahaya lampu sebagai attractor sering kali didapatkan hasil tangkapan sampingan seperti cumi-cumi (Herring ( Herring 1990).

belum memenuhi standar tangkap perlu untuk dilaksanakan agar dapat menjaga keberlanjutan sumberdaya perikanan khususnya sumberdaya ikan pelagis.

Gambar 2. Atraktor Cahaya Lampu (Sumber: tribunnews.com) tribunnews.com) Cahaya lampu beroperasi efektif pada saat malam hari. Sehingga fase dari bulan akan sangat mempengaruhi hasil tangkapan atau  jumlah ikan yang dapat dikumpulkan dikumpul di zona attraction. attraction . Hasil tangkapan rata-rata kan menunjukan menunjuka n hasil paling besar pada saat bulan baru dimana dispersi cahaya bulan masih rendah sehingga

Roller   Salah satu mesin penggulung (roller  (roller ) yang biasa digunakan dalam teknologi penangkapan adalah jenis triple roller . Triple roller   merupakan mesin penggulung atau penarik ganda yang menggunakan sistem winch net   tersinkronisasi. Roller   ini mangangkut jaring secara bersamaan melalui 3 roll   bertenaga yang tersinkronisasi. Kecepatan roller  dapat  dapat ditingkatkan dengan cara merubah posisi kemiringan roller   ke arah horisontal. Saat penarikan pelampung akan secara otomatis terpisahkan dari bagian roller. Keuntungan penggunaan roller   adalah dengan menggunakan sistem pengangkuta tenaga ganda memberikan kemudahan dalam melakukan manuver purse seine  seine  dan menjauhkan jaring dari baling-baling baling-balin g kapal dan buritan (FAO 2018).

Gambar 3. Triple Roller (Sumber: fao.org/fishery/equipme fao.org/fishery/equipment) nt) KESIMPULAN Alat bantu penangkapan pada alat

tangkap purse tangkap  purse seine diantaranya seine diantaranya rumpon, cahaya lampu dan roller  pada  pada dasarnya digunakan untuk meningkatkan efisiensi kegiatan penangkapan.

 

Penggunaan rumpon sebagai ecological trap  trap  meski sudah dilarang pemasangannya akibat mengganggu ekologi lingkungan masih bisa digunakan atraktor lain seperti penggunaan cahaya lampu untuk menarik dan mengumpulkan gerombolan ikan yang dapat dioperasikan pada malam hari. Untuk membuat pengoperasian pengoperasian dan manuver purse seine lebih efektif maka digunakanlah roller   selain waktu pengangkutan

Science and Fishing Technology. Volume 13 Number 1. Southeast Asian Fisheries Development Developme nt Center. M Ambari. http://www.mongabay.co.id . Situs Berita Lingkungan Mongabay. 2017. Rumpon dan Ekologi Kelautan. (Diakses pada 2 Maret pukul 19.30 WIB). WIB). Nurani Tri W. 2014. Model Pengembangan Rumpon Sebagai Alat Bantu dalam

menjadi lebih cepat, penggunaan penggunaan roller  juga  juga dapat meminimalisir kerusakan jaring akibat tersangkut pada buritan ataupun baling-baling kapal. Menggunakan Menggun akan alat bantu secara langsung akan memberikan hasil tangkapan yang lebih besar sehingga dapat meningkatkan pendapatan para nelayan. Namun penggunaannya harus tetap teroptimalisasi dengan mempertimbangkan sumberdaya perikanan, ekologi laut dan aturan-aturan yang berlaku. Mendapatkan hasil tangkap dalam jumlah besar memang menjadi tujuan utama namun menumbuhkan kesadaran akan menjaga lingkungan dan sumberdaya itu perlu agar keberlanjutan dari pemanfaatannya bisa tetap dirasakan.

Pemanfaatan Sumber Daya Ikan Tuna Secara Berkelanjutan. Berkelanjutan. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. Vol. 19 (1) 57-65. April 2014. Sudirman. 2013. Mengenal Alat dan Metode Penangkapan Ikan. Ikan. PT Rineka Cipta. Jakarta

DAFTAR PUSTAKA Cahyadi Agus dan Wong Xing You. 2016. Rekayasa LED Ikan Melalui Pengaturan Lumensi Cahaya Berbasis Perangkat Lunak Versi Betha. Betha. Jurnal Kelautan Nasional. Vol. 11 No. 2 119-125. Agustus 2016. Herring Peter J., et al . 1990. 1990. Light and life In The Sea.. Cambridge University Press. Sea Melbourne, Sydney. http://www.fao.org/fishery/eq rg/fishery/equipment/tripl uipment/triplerolle erolle http://www.fao.o r/en..  Fishing Technology Equipments. r/en Equipments. (Diakses pada 4 maret 2018 pukul 14.00 WIB). 

Ismy Fitria, Utomo Budi, Harahap Zulham Zulham A. 2013. Kajian Penangkapan Purse Seine Di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan. Belawan . Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan. Jayanto, Bogi B., et al . 2014. Pengaruh Atraktor Rumpon Terhadap Hasil Tangkapan Alat Tangkap Bagan (Lift Net) Di Perairan Demak . Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Diponegoro, Tembalang. Khanh, Benefits NguyenofQUsing andLED PhuLight Tran for Duc. Purse 2015. Seine Fisheries: A Case Study in Ninh Thuan Province, Viet Nam. Nam. Institute of Marine

 

 

DAERAH PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP PURSE SEINE Emerson Junior Sipahutar Program Studi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjar Padjadjaran an Korespondensi : [email protected]  [email protected] 

Abstrak Purse Seine merupakan Seine merupakan alat tangkap jenis penjebak ikan sehingga diperlukan alat bantu berupa lampu dan rumpon. Penentuan daerah operasional alat tangkap  purse seine tidaklah sembarangan, diperlukan beberapa variabel keputusan sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Variabel tersebut diantaranya adalah : angin, kecepatan arus, waktu penurunan, suhu permukaan laut, dan klorofil-a. Selain diperhatikan variabel pendukung operasional alat tangkap diperlukan juga faktor nyata yang mempengaruhi hasil produksi. F Faktor tersebut diantaranya: lama lama trip, jumlah ABK, watt lampu dan penggunaan penggunaan rumpon, rumpon, Panjang Panjang dan lebar jaring, kekuatan mesin, BBM, dan pengalaman juragan. juragan.

Kata kunci : Purse seine, variabel pendukung, faktor nyata,jaring, rumpon. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negeri dengan tingkat keragaman hayati yang melimpah terutama dari hasil lautnya. Perlu diadakan pemanfaatan lebih lanjut melalui kegiatan penangkapan, salah satunya dengan alat tangkap  purse seine. seine. Purse Seine  Seine  merupakan alat tangkap jenis penjebak ikan sehingga diperlukan alat bantu berupa lampu dan rumpon. Selain itu diperlukan pengetahuan mengenai variabel pendukung keberadaan ikan, sehingga sangat diperlukan mengapa harus mempelajari daerah operasi alat tangkap purse tangkap  purse seine seine agar  agar hasil tangkapan menjadi maksimal. Tujuan dan manfaat dari paper ini adalah

Arah arus juga perlu diperhatikan karena bagian kapal yang berada di atas air akan terpengaruh oleh angin. angin. Posisi yang salah dapat menyebabkan kapal terdorong masuk ke lingkaran jaring karena itu diharapkan jaring berada antara kapal dan arah datangnya angin sehingga badan kapal terdorong menjauhi jaring. b.  Kecepatan Arus Arah arus perlu diperhatikan karena ketika jaring lingkar telah berada di dalam air maka akan sangat terpengaruh oleh kekuatan arus. Posisi yang diharapkan adalah arus

memenuhi mata kuliah Metode Ikan dan memberikan wawasan bagiPenangkapan pembaca.

HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan daerah operasional alat tangkap  purse seine tidaklah sembarangan, diperlukan beberapa variabel keputusan sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Menurut Akhlak (2015), variabel tersebut diantaranya adalah :

mendorong tangkap badan kapal alat sehingga alatmenjauhi tangkap tidak masuk ke bawah kapal (kapal masuk ke dalam lingkaran jaring) sehingga penaikan alat tangkap tidak terlalu berat atau tidak tersangkut baling-baling. c.  Waktu Penurunan Waktu penurunan jaring yang baik menurut Pratama et al (2016), adalah pada sore atau malam hari dikarenakan dengan bantuan lampu dapat menarik perhatian ikan. d.  Suhu Permukaan Laut

angin, kecepatan arus, waktu penurunan, suhu permukaan laut dan klorofil-a. a.  Angin

Suhu Permukaan Laut ikan (SPL)kisaran yang baik dalam menangkap antara 27-30oC . Menurut Imanda

METODOLOGI Metode penyusunan paper ini dengan melakukan kajian studi pustaka daerah operasi alat tangkap purse tangkap purse seine seine di  di Perairan Jawa.

 

(2016), terdapat korelasi antar SPL dengan hasil tangkapan ikan. e.  Klorofil-a Penentuan daerah operasional alat tangkap juga harus disesuaikan dengan sebaran klorofil-a yang berada diperiran. Untuk mengetahui sebaran klorofil-a dapat dideteksi dengan menggunakan citra satelit. Selain diperhatikan variabel pendukung operasional alat tangkap diperlukan juga faktor nyata yang mempengaruhi hasil produksi. Menurut Pratama et al (2016), faktor tersebut diantaranya: lama lama trip, jumlah jumlah ABK, watt lampu dan penggunaan rumpon, Panjang dan lebar  jaring, kekuatan mesin, BBM, dan pengalaman  juragan. Panjang jaring berarti luas area pelingkaran. Pada saat pelingkaran, semakin besar haluan kapal berarti area pelingkaran akan semakin luas yang berarti membutuhkan jaring yang semakin panjang. Jarak minimal jaring dengan gerombolan ikan adalah 50 meter. Menurut Suryana et al (2013), faktor yang paling berpengaruh terhadap hasil tangkapan ikan adalah panjang jaring dengan hasil penambahan produksi ikan 3,811 kg/kapal tiap 10 kali trip penangkapan. Penggunaan alat bantu berupa lampu dan rumpon juga merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan hasil penangkapan. Diacu dalam Karman et al (2008), yang menyatakan bahwa apabila operasi Purse Seine dibantu dengan rumpon dapat meningkatkan hasil tangkapan hingga 115,19 ton/rumpon. KESIMPULAN Penentuan daerah operasional alat tangkap  purse seine tidaklah sembarangan, diperlukan beberapa variabel keputusan sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Variabel tersebut diantaranya adalah : angin, kecepatan arus, waktu penurunan, suhu permukaan laut, dan klorofil-a. diperlukan juga faktor nyata yang mempengaruhi hasil produksi. Faktor tersebut diantaranya: lama lama trip, jumlah jumlah ABK, watt lampu dan penggunaan rumpon, Panjang dan lebar  jaring, kekuatan mesin, BBM, dan pengalaman  juragan. DAFTAR PUSTAKA Akhlak, Miladiyah Atisanul dan Supriharyono, Agus Hartoko. 2015. Hubungan Variabel Suhu Permukaan Laut, Klorofil-a dn Hasil Tangkapan Kapal Purse Seine yang

didaratkan di TPI Bojo Mulyo Juwana Pati. Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol. 4 No. 4 Imanda, Sakti Nur dkk. 2016. Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi Hasil Tangkapan Kapal Mini Purse Seine di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan. Jurnal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology. Vol. 5 No.1 Karman, Amirul dkk. 2008. Pengembangan Perikanan Mini Purse Seine (Soma Pajeko) Berbasis Rumpon disekitar Pulau Mayau, Kota Ternate Provinsi Malulu Utara. Pratama, Didi Agung, Hapsari T.D, dan Triarso, Imam. 2016. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Produksi Unit Penngkapan Purse Seine (Gardan) di Fishing Base PPP Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. Jurnal Perikanan dan Teknologi Indonesia. Vol. 11 No. 2 Suryana, Solicha Annisa et al. 2013. Pengaruh Panjang Jaring, Ukuran Kapal, PK Mesin, dan Jumlah ABK terhadap Produksi Ikan pada Alat Tangkap Purse Seine di Perairan Prigi Kabupaten Trenggalek-Jawa Timur. Jurnal Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan. Universitas Brawijaya Brawijaya : Jawa Timur

 

HASIL TANGKAPAN ALAT TANGKAP PURSE SEINE Wahyu Budi Sentosa Program Studi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjara Padjadjaran n Korespondensi Koresponde nsi : [email protected] [email protected]  

Abstrak Purse seine atau seine atau pukat cincin merupakan salah satu alat tangkap tradisional yang paling banyak digunakan oleh nelayan di Indonesia. Alat tangkap ini sangat cocok untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil seperti ikan cakalang, layang, lemuru, kembung, dll. Distribusi ikan-ikan tersebut di laut sangat ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor internal dari ikan itu sendiri maupun faktor eksternal dari lingkungan. Faktor lingkungan yaitu berupa parameter oseanografi seperti suhu, salinitas, densitas, oksigen terlarut dan kelimpahan makanan. Selain faktor lingkungan, faktor produksi unit penangkapan juga mempengaruhi hasil tangkapan alat tangkap  purse seine. seine. Faktor tersebut meliputi daya mesin kapal, tinggi jaring, awak kapal, jumlah lampu, perbekalan, dll. Kata kunci: faktor kunci: faktor eksternal, eksternal, faktor internal, pelagis, purse seine PENDAHULUAN

Secara umum, alat tangkap di Indonesia masih didominasi oleh usaha perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005), perikanan skala kecil adalah perikanan tradisional yang melibatkan rumah tangga perikanan, menggunakan modal dan energi relatif kecil, kapal penangkap ikan yang relatif kecil dan daerah penangkapan yang tidak  jauh dari pantai. Alat tangkap yang digunakan perikanan skala kecil untuk menangkap sumber daya ikan di perairan Indonesia bermacammacam, tergantung target penangkapannya. Salah satu alat tangkap yang paling sering digunakan di perairan Samudera Hindia khususnya Indonesia yaitu pukat cincin ( purse seine seine). ). Pukat cincin ( purse  purse seine) seine)  merupakan salah

 purse seine  purse  seine di  di wilayah perairan Indonesia. Hasil dari penelitian diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan mengenai hasil tangkapan alat tangkap purse tangkap purse seine seine.. METODOLOGI Data yang digunakan merupakan data sekunder yang didapatkan melalui studi literatur dan referensi yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait yang meliputi data hasil tangkapan alat tangkap pukat cincin ( purse ( purse seine) seine) dari berbagai wilayah di Indonesia. HASIL DAN PEMBAHASAN Target utama purse utama  purse seine adalah seine  adalah kelompok ikan pelagis besar dan pelagis kecil. Ikan pelagis besar hidup di perairan oseanis (laut lepas atau laut

satu alat penangkap ikan yang digolongkan et dalam kelompok jaring lingkar (Martasuganda al., 2004). Menurut Von Barandt (1984), pukat cincin ( purse  purse seine) seine) merupakan alat tangkap yang lebih efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil di sekitar permukaan air. Pukat cincin merupakan salah satu metode penangkapan yang paling agresif dan ditujukan untuk menangkap gerombolan besar ikan pelagis (Sainsbury, 1996). Dengan melihat fakta bahwa pukat cincin menjadi salah satu alat tangkap paling populer di kalangan nelayan maka perlu adanya pembahasan untuk mengetahui hasil tangkapan dari alat tangkap tersebut.

 jeluk), ikan sampai pelagis kedalaman kecil banyak terdapatsedangkan di perairan pantai 200 meter dari permukaan laut. Ikan pelagis kecil yang memiliki arti penting bagi perikanan Indonesia adalah ikan layang (Decapterus (Decapterus spp.), spp.), selar (Selaroides spp.), spp.), teri (Sardinella (Sardinella fimbriata), fimbriata), lemuru (Sardinella longiceps) longiceps) dan kembung (Rastrelliger (Rastrelliger spp.). spp .). Ikan pelagis kecil merupakan sumber daya yang perilakunya tidak banyak diketahui karena tingkat kerumitan risetnya sangat menantang, terutama yang berkaitan dengan pola makan ikan pelagis kecil yang mengonsumsi plankton dan tingkat kelimpahannya sangat tergantung pada faktor-faktor lingkungan. Kelimpahan yang sangat

Tujuan jenis penelitian adalah untuk mengetahui dan ini faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan dari alat tangkap

tinggi adamassa di daerah mana terjadi proses) penaikan air kedipermukaan (upwelling) (upwelling (Dahuri, 2003).

 

Beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait hasil tangkapan armada penangkapan pukat cincin di Aceh menunjukkan bahwa hasil tangkapan pukat cincin yang dominan yaitu ikan cakalang. Menurut Hariati (2011), jenis-jenis ikan hasil tangkapan pukat cincin di Banda Aceh terdiri atas ikan cakalang sebesar 51,5%, tongkol 31,5%, mandidihang mandidihan g 13,5% dan diikuti beberapa jenis ikan lainnya. Sedangkan di perairan Maluku, jenis hasil

makanan. Komponen-komponen ini akan menentukan keberadaan ikan di lokasi perairan sehingga dapat menjadi petunjuk penentuan  fishing ground   yang dituju. Penentuan daerah penangkapan ditentukan oleh pawang kapal dengan melihat kondisi musim ikan dan keadaan cuaca laut pada saat melaut serta berdasarkan pengalaman nelayan yang diwarisi secara turun temurun dalam melakukan penangkapan. Selain

tangkapan perikanan  purse  purse   seine seine terdiri  terdiri atas ikan layang (Decapterus (Decapterus russeli ), ), selar (Selaroides (Selaroides leptolesis), leptolesis ), tongkol ( Auxis thazard ) dan ikan kembung (Rastrelliger (Rastrelliger spp.). spp.). Namun juga sering ikan pelagis lain seperti ikan cakalang (Katsuwonus (Katsuwonus  pelamis),  pelamis ), tongkol/tuna makerel (Euthynnus (Euthynnus affinis), affinis), albakor (Thunnus (Thunnus alalunga) alalunga) dan cumi-cumi (Loligo (Loligo sp.)) (Simon, 2012). sp. Di Selat Sunda, pukat cincin merupakan alat tangkap dengan produksi paling banyak. Spesies yang merupakan target tangkapannya yaitu tembang, kembung, kembung perempuan, kembung laki-laki, tongkol dan layang (Widyanti et al ., ., 2015). Sementara itu, berdasarkan hasil penelitian Hety et al . (2012) diperoleh bahwa  bahwa  hasil tangkapan armada pukat cincin yang berbasis di PPP Tamperan didominasi oleh cakalang sebesar 57,27%, diikuti oleh layang 26,31% dan yuwana mandidihang 10,05%. Dominasi cakalang hasil tangkapan nelayan pukat cincin yang menggunakan rumpon sebagai alat bantu penangkapan sesuai dengan hasil penelitian Monintja (1993), di mana ada beberapa jenis ikan yang berasosiasi dengan rumpon di antaranya adalah cakalang, tongkol ( Auxis ( Auxis sp.), sp.), tongkol pisang (Euthynus (Euthynus affinis), affinis), tenggiri (Scomberomorus (Scomberomorus sp.), sp. ), mandidihang, tembang (Sardinella ( Sardinella fimbriato) fimbriato) dan japuh (Dussumeria (Dussumeria hosselti ). ). Hasil tangkapan yang diperoleh pukat cincin di antaranya adalah yuwana mandidihang dan yuwana tuna mata besar di mana ikan-ikan tersebut tertangkap dalam ukuran yang kecil. Pianet dan Nordstrom (2002) melaporkan bahwa pukat cincin dengan rumpon yang beroperasi di Samudera Hindia cenderung menangkap jenis ikan tuna berukuran lebih kecil daripada gerombolan bebas ( free ( free schooling). schooling ). Juvenil tuna mata besar kerap kali ditemukan dan tertangkap oleh perikanan pukat cincin (Harley et al ., ., 2010). Distribusi ikan di laut sangat ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor internal dari ikan itu sendiri maupun faktor eksternal dari lingkungan. Faktor lingkungan yaitu berupa parameter oseanografi seperti suhu, salinitas, densitas, oksigen terlarut dan kelimpahan

faktor lingkungan, faktor produksi unit penangkapan juga mempengaruhi hasil tangkapan alat tangkap  purse seine. seine. Faktor tersebut meliputi daya mesin kapal, tinggi jaring, awak kapal, jumlah lampu, perbekalan, dll. (Ratna, 2013). Studi kasus di Kabupaten Maluku Tenggara menunjukkan bahwa rata-rata komposisi hasil tangkapan perikanan di perairan tersebut dipengaruhi oleh faktor lama operasi, biaya eksploitasi, luas jaring, jumlah ABK dan ukuran kapal yang memberikan kontribusi bersama-sama sebesar 89,70%. Faktor produksi memberikan produktivitas pukat cincin pada tingkat kepercayaan 95%. Lama operasi dan luas jaring memberikan produktivitas pukat cincin pada tingkat kepercayaan 95% (Simon, 2012). Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Wudianto (2001) menunjukkan faktor lingkungan yang lebih dominan mempengaruhi sebaran dan kelimpahan salah satu spesies ikan pelagis kecil yaitu ikan lemuru. Sebaran dan kelimpahan ikan tersebut lebih dipengaruhi oleh parameter kandungan klorofil-a dibandingkan dengan parameter suhu permukaan laut. Berdasarkan hal tersebut maka ikan lemuru lebih menyukai daerah dengan kandungan klorofil-a tinggi meskipun suhu permukaan lautnya tidak optimal. KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas dapat diambil beberapa kesimpulan kesimpula n sebagai berikut: 1.  Jenis hasil tangkapan dari alat tangkap pukat cincin ( purse  purse seine) seine) didominasi oleh ikan-ikan pelagis pelagis kecil seperti ikan layang (Decapterus russeli ), ), selar (Selaroides (Selaroides leptolesis), leptolesis ), tongkol ( Auxis thazard ) dan ikan kembung (Rastrelliger (Rastrelliger spp.), spp.), dll. 2.  Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tangkapan alat tangkap pukat cincin ( purse  purse seine) seine) meliputi faktor internal dari ikan itu sendiri maupun faktor eksternal dari lingkungan.

 

DAFTAR PUSTAKA Aprilla, Ratna Mutia et al . 2013. Analisis Efisiensi Unit Penangkapan Pukat Cincin di Pelabuhan Perikanan Pantai Lampulo Banda Aceh. Jurnal Aceh. Jurnal Teknologi Perikanan Perikanan dan KelautanVol. 4 No. 1 Mei 2013: 9-20. 9 -20.   Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut . Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Hariati T. 2011. Status dan Perkembangan Perikanan Pukat Cincin di Banda Aceh.  Jurnal Penelitian Penelitian Perikanan Perikanan Indonesia 17(3): 157-167 . Hartaty, Hety et al . 2012. Perikanan Pukat Cincin Tuna Skala Kecil yang Berbasis di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tamperan. Marine Fisheries Vol. 3 No. 2 November 2012 Hal: 161-167 ISSN 2087-4235. 2087-4235. Octoriani, Widyanti et al . 2015. Laju Eksploitasi Sumber Daya Ikan yang Tertangkap Pukat Cincin di Selat Sunda. Marine Fisheries Vol. 6 No. 1 Mei 2015 Hal. 69-76 ISSN 2087-4235. 2087-4235. Sainsbury JC. 1996. Commercial Fishing Methods,  An Introduction to Vessels and Gears. Third Edition.. Fishing News Books. London. 359 p. Edition Picaulima, Simon Marsholl. 2012. Analisis Pengaruh Faktor Produksi terhadap Produktivitas Peikanan Pukat Cincin di Kabupaten Maluku Tenggara.  Journal of Tropical Fisheries (2012) 7(1): 611 –  616.  616. Wudianto. 2001. Analisa Sebaran dan Kelimpahan Ikan Lemuru (Sardinella (Sardinella lemuru  lemuru  Bleeker 1853) di Perairan Selat Bali: Kaitannya dengan Optimasi Penangkapan. Tesis. Institut Pertanian Bogor.

 

 

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF