Kelompok 4 Bubu
November 12, 2017 | Author: Maria Friska Hutabarat | Category: N/A
Short Description
Fishing Aggregating Device...
Description
TUGAS MAKALAH METODE PENANGKAPAN IKAN Alat Tangkap Bubu
Disusun oleh: Gama Bagjalaksana
230210120005
M. Kautsar Arviandri
230210120025
Rahmatul Zamzami
230210120039
Aizzah Huriatul Haq
230210120048
Retno Kusuma Ningrum
230210120049
Faeza Amella Vadiany
230210120057
Khalis Dwi H
230210120064
UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JATINANGOR
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas makalah Metode Penangkapan Ikan ini yang Alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Alat Tangkap Bubu. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah metode penangkapan ikan. Diharapkan dengan tersusunnya makalah ini dapat memenuhi syarat pemenuhan nilai dalam mata kuliah metode penangkapan ikan dan juga dapat memberikan ilmu kepada banyak orang khususnya kami para penyusun. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak maupun sumber yang telah berperan dalam penyusunan laporan akhir praktikum ini dari awal hingga akhir.
Kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan untuk
kesempurnaan makalah ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Jatinangor, 23 Maret 2014
Penyusun
ii
DAFTAR ISI BAB
I.
Halaman KATA PENGANTAR ....................................................................... ii DAFTAR GAMBAR ......................................................................... iv PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1.2 Tujuan dan Manfaat ............................................................. II.
ISI
2.1 Pengenalan Bubu ............................................................... 2.2. Deskripsi Alat .................................................................. 2.3. Jenis-jenis Bubu ............................................................... 2.3.1. Secara Operasional ............................................................ 2.3.2. Berdasarkan Desain dan Konstruksi ................................ 2.4. Metode Pengoperasian Bubu ............................................ 2.5. Target Penangkapan Bubu ................................................ III.
1 1 3 4 8 8 11 15 17
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan ........................................................................... 3.2 Saran .....................................................................................
19 19
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................
20
iii
DAFTAR GAMBAR Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
Halaman Bubu ..................................................................................................... Bubu untuk menangkap ikan dan cephalopoda .................................... Bubu untuk menangkap udang ............................................................. Bubu dari paralon ................................................................................. Bubu udang barong ............................................................................. Bubu Dasar .......................................................................................... Bubu Apung ......................................................................................... Bubu Hanyut ....................................................................................... Bubu Jermal ......................................................................................... Bubu Ambai ........................................................................................ Tubular Traps ...................................................................................... Gravity Traps ...................................................................................... Box Traps ............................................................................................ Spring Traps ........................................................................................
iv
3 6 6 7 8 9 10 10 11 11 12 14 14 14
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pemanfaatan sumberdaya perikanan dari waktu ke waktu terus mengalami
peningkatan, dengan mengikuti permintaan yang cenderung terus bertambah, baik jumlah maupun jenisnya. Meningkatnya upaya sumberdaya perikanan mendorong berkembangnya teknik dan taktik penangkapan (fishing technique and fishing tactics) untuk dapat memproduksi secara lebih efektif dan efisien (tadjuddah, 2009). Alat tangkap merupakan sarana dan perlengkapan atau benda-benda lainnya yang dipergunakan untuk menangkap ikan. Berbagai macam kepentingan yang dapat “hidup” dan berkembang karena adanya alat penangkap ikan yang diperankan oleh para nelayan di seluruh dunia adalah aspek ketenaga-kerjaan, aspek ekonomi, aspek perdagangan/komersial, aspek sosial dan organisasi, aspek pertahanan dan keamanan Negara, aspek kesehatan. Keberadaan alat penangkapan ikan di Indonesia ini sudah berkembang pesat, dengan berbagai macam alat tangkap yang telah dimiliki sudah beredar diseluruh sektor perikanan Indonesia. Salah satunya adalah Bubu. Bubu adalah alat tangkap yang umum dikenal dikalangan nelayan, yang berupa jebakan, dan bersifat pasif. Bubu sering juga disebut perangkap “ traps “ dan penghadang “guiding barriers”. Alat ini berbentuk kurungan seperti ruangan tertutup sehingga ikan tidak dapat keluar. Bubu merupakan alat tangkap pasif, tradisional yang berupa perangkap ikan tersebut dari bubu, rotan, kawat, besi, jaring, kayu dan plastik yang dijalin sedemikian rupa sehingga ikan yang masuk tidak dapat keluar. Prinsip dasar dari bubu adalah menjebak penglihatan ikan sehingga ikan tersebut terperangkap di dalamnya, alat ini sering diberi nama ftshing pots atau fishing basket.(Brandt, 1984). 1.2
Tujuan dan Manfaat Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memberi informasi kepada
pembaca dan khususnya penyusun tentang pegertian alat tangkap Bubu, jenis-jenis
1
2
alat tangkap Bubu, deskripsi alat dan juga metode penangkapannya. Sedangkan manfaatnya adalah dengan mengetahui lebih dalam tentang alat tangkap bubu, diharapkan tidak ada penyalahgunaan dalam menggunakan alat tangkap ini.
BAB II ISI 2.1
Pengenalan Bubu Bubu adalah alat tangkap yang berupa perangkap atau jebakan. Alat ini
berbentuk kurungan seperti ruangan tertutup yang mana mempunyai satu atau dua pintu masuk dan dapat diangkat dengan atau tanpa perahu dan kapal ke daerah penangkapan ikan. Bubu biasanya dipasang di dasar atau dekat permukaan perairan selama jangka waktu tertentu, dan untuk menarik perhatian ikan agar masuk ke dalam perangkap didalamnya dipasang umpan. Bubu dapat terbuat dari rotan, kawat, besi, jaring, kayu, dan plastik yang dirangkai sedemikian rupa agar ikan tidak dapat keluar.
Gambar 1. Bubu (www.academia.edu) Bubu merupakan salah satu alat tangkap tradisional yang sering digunakan oleh nelayan Indonesia, adapun alasan penggunaan bubu ini sendiri adalah : a.
Adanya larangan untuk mengoperasikan alat tangkap.
b.
Topografi daerah penangkapan yang tidak mendukung untuk alat lainnya.
c.
Kedalaman
daerah
penangkapan
pengoperasian alat lainnya.
3
yang
tidak
memungkinkan
untuk
4
d.
Biaya pembuatan alat tangkap tergolong murah.
e.
Pembuatan dan pengoperasian alat tangkap tergolong murah.
f.
Hasil tangkapan dalam keadaan hidup.
g.
Kualitas hasil tangkapan bagus.
h.
Hasil tangkapan biasanya bernilai ekonomis tinggi.
i.
Tersedianya stok ikan atau biota air lainnya yang dapat ditangkap dengan bubu.
2.2
Deskripsi Alat Alat tangkap bubu dan trap digunakan untuk menangkap ikan, udang, kerang-
kerangan dan cephalopods (cumi-cumi, gurita,dll.). Alat ini didesain dalam berbagai bentuk model serta ukuran dari bahan yang berbeda. Alat ini dioperasikan pada dasar atau diatas dasar perairan dengan atau tanpa menggunakan umpan. Konstruksi bubu yang digunakan oleh nelayan merupakan warisan turun temurun. Selain itu, ada juga kontruksi yang merupakan hasil introduksi dari nelayan asing. Konstruksi ini disesuaikan dengan karakteristik daerah penangkapan dan tingkah laku ikan yang menjadi target tangkapan. Schlack dan Smith (2001) menyatakan bahwa bubu terdiri dari: a)
Rangka Rangka dibuat dari material yang kuat dan dapat mempertahankan bentuk
bubu ketika dioperasikan dan disimpan. Pada umumnya rangka bubu dibuat dari besi atau baja. Namun demikian dibeberapa tempat rangka bubu dibuat dari papan atau kayu. Rangka beberapa jenis bubu dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dilipat ketika bubu tersebut tidak dioperasikan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah ketika bubu tersebut disimpan di atas kapal. Beberapa jenis bahan seperti bamboo digunakan sebagai rangka pada bubu loster (Brandt, 1984). Di Indonesia bubu untuk menangkap ikan karang sebagian besar terbuat dari besi, karena biasanya untuk menangkap ikan karang diperlukan bubu dengan ukuran besar.
5
b)
Badan Bahan yang digunakan oleh nelayan untuk membuat badan bubu sangat
tergantung pada ketersediaan bahan pembuat di lokasi pemukiman nelayan. Di Indonesia bubu masih banyak yang terbuat dari bahan alami seperti bambu, kayu, maupun rotan. Hal ini terlihat pada bubu tambun yang bahan utamanya adalah bambu. Selain bahan alami, bahan sisntetis juga digunakan dalam membuat bubu. Badan bubu banyak yang terbuat dari jaring, kawat yang dianyam, bahkan ada yang terbuat dari plastik. Adapun rangka bubu umumnya terbuat dari baja atau besi. Bubu yang terbuat dari kawat pada umumnya berukuran relatif lebih besar jika dibandingkan dengan bubu yang terbuat dari jaring. Hal ini dikarenakan target tangkapan bubu ini merupakan ikan-ikan dasar yang berukuran besar yang ada di daerah karang. Jadi bahan atau material yang umum digunakan untuk membuat bubu adalah bambu, rotan, kawat, jaring, tanah liat, plastik dan lain sebagainya. Untuk bubu laut dalam biasanya digunakan rangka berupa besi massif (kokoh). Hal ini bertujuan agar bubu dapat bertahan dengan baik selama dioperasikan di dalam air. Karena sebagaimana kita ketahui keadaan arus di dasar perairan relatif lebih kuat dari pada di perrmukaan. Dewasa ini, penggunaan material bubu yang ramah lingkungan sangat dianjurkan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi resiko ghost fishing akibat hilangnya alat tangkap ketika dioperasikan.
c)
Mulut Salah satu bentuk mulut pada bubu adalah corong. Lubang corong bagian
dalam biasanya mengarah ke bawah dan dipersempit untuk menyulitkan ikan keluar dari bubu. Jumlah mulut bubu bervariasi ada yang hanya satu buah dan ada pula yang lebih dari satu.
6
Bubu itu sendiri memiliki bentuk yang beragam, sesuai dengan kebutuhan nelayan dan lokasi nelayan ingin menangkap ikan apa saja. Adapun bentukbentuk bubu terlihat seperti gambar dibawah ini :
. gambar 2. Bubu untuk menangkap ikan dan cephalopoda (FAO, 2010)
gambar 3. Bubu untuk menangkap udang (FAO, 2010) Salah satu contoh bubu yang akan dibahas yaitu bubu paralon. Bahan untuk bubu paralon adalah paralon yang biasa dipakai untuk keperluan saluran air dengan berdiameter antara 10-15 cm, panjang antara 60-80 cm atau tergantung keinginan masing-masing yang akan mengoperasikannya, pintu masuk dapat
7
dibuat dari plastik atau anyaman bambu sedangkan pengikat pintu masuk dapat dibuat dari ban dalam bekas dengan lebar I-2 cm. Alat bantu penangkapan dapat memakai gardan yang dapat dibuat dari bambu, kayu atau besi. Ikan yang didapatkan merupakan ikan lindung jenis Fluta alba, anago anago, astroconger myriaster, congriscus megastornus dan jenis ikan lindung Iainnya
gambar 4. bubu dari paralon (retro, 2011) Selanjutnya yaitu bubu untuk menangkap udang yang disebut bubu udang. Konstruksi untuk bubu udang barong, diusahakan serendah mungkin untuk memudahkan udang barong memasuki bubu. Rangka bubu keseluruhannya memakai rangka dari besi behel 0.8 cm, badan jaring memakai jaring sintetis multifilamen dengan mesh size 0.5 inchi dan kantung umpan memakai bahan kawat kasa. Ukuran bubu ke arah panjang 100 cm, lebar 40 cm dan tinggi 30 cm. Untuk pintu masuk panjang 25-30 cm, lebar 20 cm dan tinggi 10-12 cm atau ukuran pintu masuk disesuaikan dengan besar kecilnya udang barong yang ada di daerah penangkapan. Tali pelampung, tali utama, tali cabang dan tali pemberat semuanya memakai tambang berdiameter 8-10 mm. Jarak antara satu bubu dan bubu lainnya antara 8-12 m, panjang tali utama disesuaikan dengan banyak sedikitnya jumlah bubu yang dipergunakan, sedangkan untuk tali pelampung disesuaikan dengan kedalaman. Alat
8
bantu penangkapan dapat memakai gardan yang dapat dibuat dari bambu, kayu atau besi.
gambar 5. Bubu udang barong (PPL, 2011) 2.3
Jenis - Jenis Bubu
2.3.1 Secara Operasional Bubu sebagai alat tangkap yang berupa perangkap, biasanya disesuaikan dengan jenis ikan atau biota lautnya dan tempat dimana mereka biasa mencari makan. Jenis Bubu ini mehiliki beberapa jenis berdasarkan cara pengoperasiannya, yaitu Bubu dasar (stationary fish pots), Bubu apung (floating fish pots), dan Bubu hanyut (drifting fish pots). a. Bubu Dasar (stationary fish pots) Jenis alat tangkap ini disebut Bubu dasar karena dalam pengoperasiannya bubu ditanam di dasar laut. Umumnya bubu diletakkan di dekat karang bebatuan. Bubu ini bersifat tetap sebab nelayan hanya menanamkan bubu di dasar laut lalu mininggalkannya selama 2-3 hari.
9
Bubu jenis ini disesuaikan dengan biota laut yang hidup secara demersal (di dasar laut). Biasanya tiap unit bubu terdiri dari satu perangkap besar atau perangkap ganda yang berukuran lebih kecil. Jenis biota yang biasa tertangkap dengan bubu ini adalah ikan karang seperti Baronang (Siganus sp), Kerapu (Epinephelus sp), dan jenis crustacea seperti udang dan crayfish.
Gambar 6. Bubu Dasar (Herry Boesono, 2013)
b. Bubu Apung (floating fish pots) Bubu apung disebut demikian karena cara pengoperasiannya dengan diapungkan sedemikian rupa sehingga alat ini dapat melayang di perairan. Metode yang umum digunakan adalah menggunakan pelampung baik dengan bantuan rakit bambu ataupun pelampung lainnya. Bubu ini kemudian dihubungkan dengan suatu pemberat sehingga tidak terbawa arus. Bubu ini biasanya berbentuk silindris ataupun kurungan yang disesuaikan dengan jenis ikan yang akan ditangkap. Bubu ini diapungkan karena target penangkapannya adalah ikan-ikan pelagis yang berenang hingga ke dekat permukaan. Jenis ikan yang biasa terperangkap seperti ikan Tembang / Sarden (Sardinella sp), ikan Kembung (Rastrelliger sp), ikan Selar (Selaroides sp), dan ikan-ikan pelagis sedang hingga kecil lainnya.
10
Gambar 7. Bubu Apung (Herry Boesono, 2013 – FAO, 2001)
c. Bubu Hanyut (drifting fish pots) Seperti namanya bubu jenis ini dioperasikan dengan cara dihanyutkan, namun tidak sampai mencapai dasar laut. Bubu ini dihubungkan dengan kapal nelayan agar mudah ditarik kembali dan tidak bersifat tetap. Bubu hanyut biasanya berupa rangkaian perangkap kecil yang dapat terdiri dari 20 hingga 30 buah. Metode yang digunakan untuk bubu jenis ini menyesuaikan dengan jenis yang akan ditangkap, yaitu ikan-ikan pelagis kecil yang berenang ke permukaan seperti ikan terbang (Exocoetidae) dan torani.
Gambar 8. Bubu Hanyut (Dias, 2013)
11
d. Jenis Bubu Lainnya Selain jenis bubu yang diatas, terdapat juga jenis lain yang merupakan hasil dari modifikasi metode bubu yang disesuaikan dengan daerah penangkapannya. Jenis bubu ini terdiri dari Bubu Jermal (Tidal Trap), Bubu Ambai, dan Bubu Apolo. Bubu Jermal atau Tidal Trap adalah jenis perangkap jermal besar yang digunakan pada daerah pasang surut. Ide dari penggunaan bubu ini adalah memerangkap ikan yang datang saat pasang, agar tidak dapat kembali lagi ke laut.
Gambar 9. Bubu Jermal (http://ngada.org/menkp6kep-2010.html)
Bubu Ambai memiliki prinsip kerja yang sama dengan Bubu jermal, namun dalam skala yang lebih kecil dan bentuk konstruksi yang berbeda.
Gambar 10. Bubu Ambai (http://ngada.org/menkp6kep-2010.html)
2.3.2
Berdasarkan Desain dan Konstruksi Bentuk bubu bervariasi. Ada yang seperti sangkar (cages), silinder
(cylindrical), gendang, segitiga memanjang (kubus) atau segi banyak, bulat setengah lingkaran, dll. Bahan bubu umumnya dari anyaman bambu (bamboo`s splitting or-
12
screen). Badan bubu berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan terkurung. Mulut bubu (funnel) berbentuk corong, merupakan pintu dimana ikan dapat masuk tapi tidak dapat keluar dan pintu bubu merupakan bagaian temapat pengambilan hasil tangkapan. Bubu memiliki dua cara kerja, yaitu secara manual dan secara mekanis, berikut penjelasannya : a. Secara Manual Merupakan mekanisme penangkapan yang melibatkan kerja nelayan untuk mengoperasikan. Kerugian :
Harus bilik masukan (bukaan) yang mudah dilihat oleh nelayan
Keterlibatan nelayan besar
Keuntungan : jumlah mangsa disesuaikan dengan keinginan nelayan dan kapasitas alat tangkap Contoh alat yang bekerja secara manual adalah Tubular Traps
Gambar 11. Tubular traps (Fishing target behavior against traps design, 2013) Ciri-ciri : -
Tanpa non return devices
-
Panjang melebihi lebarnya
-
Disetting di arus deras
13
Agar ikan yang kita tangkap tidak lolos, maka dilakukan cara seperti :
Luasan bubu semakin panjang, semakin sempit terhalang arah sirip dorsal
Arus yg kuat > kemampuan renang ikan
Permukaan badan bubu dilengkapi duri
Cara yang dilakukan untuk mengurangi kemungkinan lolosnya ikan yaitu:
Membuat penutup yang diletakkan di mulut bukaan
Menambahkan duri pada badan bubu yang didesain bengkok sehingga menyulitkan ikan untuk keluar
Membuat bukaan mulut bubu berlapis
b. Secara Mekanis Merupakan mekanisme khusus yang dapat menutup mulut bubu secara mekanis ketika mangsa telah berada di dalam bubu Keuntungan:
Keterlibatan nelayan kecil
Kerugian :
hanya mampu digunakan untuk menangkap mangsa dalam satuan (single)
Alat yang bekerja secara mekanis, contohnya adalah: 1. Gravity traps
Menggunakan gantungan beban yang dengan mudah akan menimpa target tangkapan.
Dibantu dengan umpan
14
Gambar 12. Gravity Traps (Fishing target behavior against traps design, 2013) 2. Box traps
Tetap menggunakan prinsip gravitasi
Umpan merupakan alat utama sebagai penutup bukaan mulut
Gambar 13. Box Traps (Fishing target behavior against traps design, 2013)
3. Spring traps
15
Gambar 14. Spring Traps (Fishing target behavior against traps design, 2013)
Menggunakan kekuatan elastis dari batang yang dibengkokkan
Batang dibengkokkan akan kembali ke posisi semula (lurus) jika ada suatu mekanisme pelepasan.
2.4
Metode Operasi Penangkapan Menurut BPPI (1996), alat tangkap bubu lebih cocok dioperasikan di perairan
dangkal, berkarang dan berpasir dengan kedalaman 2-7 meter karena umumnya terbuat dari bambu. Bubu diletakkan pada celah karang untuk menghadang ikan yang keluar dari celah karang dan posisi mulutnya harus menghadap ke hilir mudik ikan yang berada di perairan karang. Menurut Direktorat Jendral Perikanan (1997), cara pengoperasiaan bubu dapat dimulai antara lain pemberian umpan, selanjutnya perahu berangkat menuju daerah operasi (fishing Xrouncl) sambil mengamati kondisi perairan. Berikut ini merupakan metode operasi penangkapan dari berbagai bubu.
a. Bubu Dasar (Ground Fish Pots) Dalam operasional penangkapannya bisa tunggal (umumnya bubu berukuran besar), bisa ganda (umumnya
bubu berukuran kecil atau sedang) yang dalam
pengoperasiannya dirangkai dengan tali panjang yang pada jarak tertentu diikatkan pada bubu tersebut. Bubu dipasang di daerah perairan karang atau di antara karangkarang atau bebatuan. Bubu dilengkapi dengan pelampung yang dihubungkan dengan tali panjang. Setelah bubu ditinggalkan di daerah operasi, bubu ditinggalkan untuk kemudian diambil 2-3 hari setelah dipasang.
16
b. Bubu Apung (Floating Fish Pots) Bubu apung dilengkapi dengan pelampung dari bambu atau rakit bambu, dilabuh melalui tali panjang dan dihubungkan dengan jangkar. Panjang tali disesuaikan dengan kedalaman air, umumnya 1,5 kali dari kedalaman air.
c. Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots) Pada sekeliling bubu diikatkan rumput laut Bubu disusun dalam 3 kelompok yang saling berhubungan melalui tali penonda (drifting line) Penyusunan kelompok (contohnya ada 20 buah bubu): 10 buah diikatkan pada ujung tali penonda terakhir, kelompok berikutnya terdiri dari 8 buah dan selanjutnya 4 buah lalu disambung dengan tali penonda yang langsung diikat dengan perahu penangkap dan diulur sampai kurang lebih 60-150 meter.
d. Bubu Jermal
Pada bubu jermal, operasi penangkapan dilakukan dengan menekan galah yang terdapat pada kanan atau kiri mulut jaring ke bawah sampai di dasar sehingga mulut kantong jaring terbuka. Bubu kemudian diangkat setelah dibiarkan 20-30 menit. Pengambilan hasil tangkapan dilakukan dengan menutup mulut jaring dengan cara mengangkat bibir bawah ke atas, kemudian diikuti mengangkat bagian-bagian tengah kantong melalui katrol-katrol. Pengambilan hasil dilakukan dengan membuka ikatan tali pada ujung belakang kantong. e. Bubu Ambai
Penangkapan dengan bubu ambai dilakukan saat pasang maupun surut. Arah dari mulut jaring dapat dibolak-balik dihadapkan darimana datangnya arus. Setelah 15-20 hari pemasangan, dapat dilakukan pengambilan hasil, yaitu dengan mengangkat bagian bawah mulut ke permukaan air dengan mempertemukan bibir
17
atas dan bawah. Kemudian dilakukan pembukaan tali-tali pengikat pada ujung belakang kantong. Operasi penangkapan dilakukan oleh 2-3 orang untuk tiap kali penangkapan, tergantung dari banyaknya jaring yang dipakai. f.
Bubu Apolo Pengoperasian bubu apolo dilakukan baik siang maupun malam hari pada saat
pasang dan surut. Pengoperasiannya memerlukan 2-3 orang dan dilakukan di jarak 12 mil dari pantai.
2.5
Target Penangkapan Bubu Jenis target penangkapan bubu adalah ikan yang termasuk ke dalam family
Serranidae, Lutjanidae, Lethrinidae, Acanthuridae, Mullidae, Siganidae, Haemullidae, Labridae, Nemipteridae, Priacanthidae, Carangidae, dan Sphraenidae (Iskandar, 2009). a. Bubu dasar (Ground Fish Pots). Hasil tangkapan dengan bubu dasar biasanya terbagi dalam beberapa jenis ikan, udang mutu baik, seperti Kwe (Caranx spp), Baronang (Siganus spp), Kerapu (Epinephelus spp), Kakap (Lutjanus spp), kakatua (Scarus spp), Ekor kuning (Caeslo spp), Ikan Kaji (Diagramma spp), Lencam (Lethrinus spp), udang penaed, udang barong, kepiting, rajungan. b. Bubu Apung Hasil tangkapan bubu apung yaitu beberapa jenis ikan pelagik, seperti tembang, japuh, julung-julung, torani, kembung, selar. c. Bubu Tenggelam Hasil tangkapan bubu tenggelam yaitu ikan torani, ikan terbang (flying fish). d. Bubu Ambai Hasil tangkapan bubu ambai beragam menurut besar kecilnya mata jaring yang dipakai. Tetapi, biasanya hasil tangkapannya yaitu beberapa jenis udang.
18
e. Bubu Apolo Hasil tangkapan bubu apolo sama juga dengan hasil tangkapan dengan memakai bubu ambai, yaitu beberapa jenis udang.
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1
Kesimpulan Bubu merupakan alat tangkap tradisional dimana proses penangkapannya
seperti jebakan atau trap. Bubu merupakan alat tangkap pasif, tradisional dan ramah lingkungan. Bubu terbuat dari berbagai macam bahan, awalnya hanya tebuat dari bamboo namun seiring berkembangnya jaman kini bubu banyak yang terbuat dari rotan, kawat, besi, jaring, kayu, paralon dan plastik yang dijalin sedemikian rupa sehingga ikan yang masuk tidak dapat keluar. Bubu ini biasa dipasang di dalam air dan ditinggal beberapa saat untuk mendapatkan tangkapan. Alat tangkap bubu dan trap digunakan untuk menangkap ikan, udang, kerang-kerangan dan cephalopods (cumi-cumi, gurita,dll.). Adapun jenis-jenis bubu secara operasional dibagi menjadi tiga yaitu bubu dasar, bubu apung, dan bubu hanyut. Jenis bubu lainnya yang sering digunakan yaitu bubu ambai dan bubu jermal. Bubu memiliki dua cara kerja yaitu secara manual dimana melibatkan kerja nelayan untuk pengoperasiannya dan bubu secara mekanis dimana terdapat mekanisme khusus yang dapat menutup mulut bubu secara mekanis ketika mangsa telah berada di dalam bubu. Adapun contoh bubu yang bekerja secara mekanis yaitu gravity traps, box traps, dan spring traps. Metode pengoperasian bubu sangat beragam sesuai dengan masing-masing jenis bubu.
3.2
Saran Pada dasarnya alat tangkap bubu merupakan salah satu alat tangkap
tradisional dan ramah lingkungan. Selain itu bubu juga sangat mudah dijangkau pembuatannya. Namun saran kelompok kami yaitu dalam penggunaan alat tangkap bubu, nelayan tetap memperhatikan alat dan bahan yang dipakai. Bahan bubu setidaknya harus terawat dan tidak mudah rusak atau terbawa arus sehingga tidak menjadi ghost fishing di perairan tersebut.
19
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Bubu atau Traps and Pots http://diaselalubahagia.blogspot.com/2013/12/traps-and-pots.html. Diakses pada 22 Maret 2014, Pukul 20.32 WIB Ariyogagautama, Dwi. 2011. Bubu dasar di perairan Alor http://www.wwf.or.id/berita_fakta/blog/2011/?25061/bubu-dasar-di-perairanalor. Diakses pada 22 Maret 2014, Pukul 19.34 WIB Ayha. Alat Tangkap Ikan di Laut http://www.academia.edu/3304700/Jenis_-_Jenis_Alat_Tangkap_Ikan_dan _Pengoperasiannya. Diakses pada 22 Maret 2014, pukul 22.40 WIB Boesono, Herry. 2014. Traps and Guiding Barriers. http://dc315.4shared.com/doc/uzHH4hRP/preview.html. Diakses pada 22 Maret 2014, pukul 19.23 WIB FAO. 2010. alat penangkapan ikan dan pengoperasiannya. http://www .fao.org/docrep/010/ah827o/ah827id04.htm. Diakses pada 22 maret 2014, pukul 20.00 WIB Menteri Kelautan dan Perikanan RI, 2104. Alat Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. http://ngada.org/menkp6kep-2010.htm. Diakses pada 22 Maret 2104, pukul 22.43 WIB. PPL. 2011. bubu udang barong. http://mimbarpenyuluhanpertanian.blogspot. com/2011/04/bubu-udang-barong.html. Diakses pada 24 maret 2014, pukul 18.35 WIB Prof. Dr. Ir. H. Sudirman, M.Pi. 2013. Mengenal Alat dan Metode Penangkapan Ikan. Jakarta : Rineka Cipta, diakses pada Sabtu, 22 Maret 2014 pukul 20.30 WIB
20
retro. 2011. bubu ikan lindung dari paralon. http://budidayaukm.blogspot.com /2011/05/bubu-ikan-lindung-dari-paralon.html. Diakses pada 22 maret 2014, pukul 19.00 WIB Von Brandt, A. 1984. Fish Catching Methods of The World. Fishing News Books. Ltd, London. 190 hal.
21
View more...
Comments