Kelompok-3-ASKEP-Ketidakberdayaan-Keputusasaan.doc
May 29, 2018 | Author: Putri Pratiwi | Category: N/A
Short Description
Download Kelompok-3-ASKEP-Ketidakberdayaan-Keputusasaan.doc...
Description
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL: KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN
MAKALAH
oleh Kelompok 03 Yunizar Firda Alfianti
NIM 142310101013
Rize Kumala Putri Pratiwi
NIM 142310101043
Kelas C
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2016
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN MASALAH PSIKOSOSIAL: KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN
MAKALAH
disusun sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa dengan dosen: Ns. Enggal Hadi, M.Kep
oleh Kelompok 03 Yunizar Firda Alfianti
NIM 142310101013
Rize Kumala Putri Pratiwi
NIM 142310101043
Kelas C
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS JEMBER 2016
BAB. 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selaulu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Akan tetapi, kondisi kehidupan di era modern seperti saat ini semakin kompleks. Proses modernisasi sangat cepat berkembang pada masyarakat, terutama di kota-kota atau negara yang sedang berkembang, seperti halnya di Indonesia, tentunya dari proses moderenisasi ini akan memiliki dampak positif dan negatif. Akibatnya akan meningkatkan beban terutama pada psikologis, sosio cultural, maupun ekonomi seseorang. Peningkatan beban psikologis yang menjadi salah satu prevelensi peningkatan masalah kesehatan mental pada masyarakat akibat modernisasi. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, menunjukkan rata-rata nasional gangguan mental emosional yang dimulai dengan perasaan cemas dan depresi adalah 11.6% atau sekitar 19 juta penduduk dan itu terjadi pada penduduk mulai usia 15 tahun. Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu, baik yang bersifat psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik. Masalah kejiwaan dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat menimbulkan gangguan jiwa. Beberapa contoh kasus gangguan psikososial adalah gangguan konsep diri, ketidakberdayaan, dan keputusasaan. Gangguan ini dapat membuat seseorang tidak dapat menjalankan aktivitasnya secara normal. Gangguan psikososial harus segera mendapatkan penanganan yang tepat, karena jika gangguan psikososial berlangsung lama maka akan terjadi masalah gangguan jiwa yang berat dan dapat berujung pada kematian. Oleh karena itu, diperlukan perawatan secara medis maupun asuhan keperawatan agar kasus gannguan psikososial dapat menurun.
1.2 Tujuan Tujuan disusunnya makalah ini adalah agar dapat: 1.2.1
Memahami
tentang
contoh
kasus,
pengertian,
psikopatologi
atau
psikodinamika ketidakberdayaan dan keputusasaan. 1.2.2
Memahami diagnosa medis dan diagnosa keperawatan dengan pasien ketidakberdayaan dan keputusasaan serta cara penatalaksanaan secara medis maupun keperawatan
BAB. 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Contoh kasus A. Ketidakberdayaan Tn. D berusia 40 tahun tinggal bersama istri Ny. K berusia 35 tahun beserta 3 orang anaknya. Tn. D merupakan seorang perokok berat dan sangat gemar mengkonsumsi kopi. Tn. D adalah seorang guru di salah satu sekolah, namun sejak 3 tahun yang lalu Tn. D tidak lagi menjadi seorang guru dikarenakan menderita penyakit stroke. Sejak saat itu istri Tn. D yaitu Ny. K bekerja sebagai pembantu rumah tangga untuk menghidupi kebutuhan keluarganya. Penyakit yang diderita oleh Tn. D tersebut membuatnya tidak mampu menggerakkan sebagian tubuhnya yaitu pada sebelah kanan. Oleh karena itu, hidup Tn. D berubah. Tn. D bedrest total, dia sudah tidak mampu untuk berjalan, jika ingin keluar rumah dia menggunakan kursi roda. Tn. D sering mengeluarkan air liur, ketika tetangganya menjenguknya, dia sering teriak-teriak, dia mengatakan malu dan tidak ingin diliat orang. Tn. S juga sering menangis sambil berteriak-teriak tidak jelas. Tn. D terlihat sangat frustasi dengan penyakit yang dialaminya tersebut. B. Keputusasaan Sdr. A (24 tahun) didiagnosa oleh dokter menderita penyakit HIV setelah bekerja di salah satu restoran yang ada di Jakarta sejak 4 tahun yang lalu. Ia merasa hidupnya sudah tidak berguna lagi dan ia merasa hidupnya sudah tidak akan lama lagi. Keluarganya selalu memberikan dukungan agar Sdr. A melakukan pengobatan secara rutin dan percaya bahwa penyakitnya bisa disembuhkannamun, Sdr. A tidak pernah menghiraukan dukungan dan semangat dari keluarganya, bahkan ia sering mengurung diri di kamar, tidak mau makan dan uring-uringan pada setiap anggota keluarga yang mencoba membujuknya. Tetangga sekitar rumahnya sering menggunjingkan penyakit yang dialami Sdr.A sehingga ia merasa malu. Ia sering mencoba menyakiti dirinya sendiri dan mencoba bunuh diri, sehingga ia dipasung oleh keluarganya.
2.2 Pengertian A. Ketidakberdayaan
Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku atau tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang diharapkan atau tidak akan membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan, sehingga klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi atau mengendalikan situasi yang akan terjadi (NANDA, 2011). Menurut Nanda (2012) Ketidakberdayaan memiliki definisi persepsi bahwa tindakan seseorang secara signifikan tidak akan mempengaruhi hasil; persepsi kurang kendali terhadap situasi saat ini atau situasi yang akan terjadi. Menurut Wilkinson (2007) ketidakberdayaan merupakan persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna, kurang penggendalian yang dirasakan terhadap situasi terakhir atau yang baru saja terjadi. Menurut Carpenito-Moyet (2007) ketidakberdayaan merupakan keadaan ketika seseorang individu atau kelompok merasa kurang kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu. Stephenson (1979) dalam Carpenito (2009) menggambarkan dua jenis ketidakberdayaan, yaitu; a. Ketidakberdayaan situasional Ketidakberdayaan yang muncul pada sebuah peristiwa spesifik dan mungkin berlangsung singkat. b. Ketidakberdayaan dasar (trait powerlessness) Ketidakberdayaan yang bersifat menyebar, mempengaruhi pandangan, tujuan, gaya hidup, dan hubungan. B. Keputusasaan Menurut NANDA (2015-2017), keputusasaan adalah keadaan subyektif ketika seorang individu memandang keterbatasan atau tidak adanya pilihan alternative serta tidak mampu memobilisasi energy untuk kepentingannya sendiri. Keputusasaan menurut NANDA ini memiliki beberapa batasan karakteristik, diantaranya: gangguan pola tidur, kurang inisiatif, pasif, meninggalkan orang yang diajak bicara, penurunan selera makan, kurang kontak mata, dan sebagainya. Factor-faktor yang berhubungan yakni: isolasi soasial, penurunan kondisi fisiologis, stress jangka panjang, serta kehilangan nilai kepercayaan. Keputusasaan merupakan suatu keadaan emosional yang dialami ketika individu merasa kehidupannya sangat berat untuk dijalani dan dirasa mustahil. Seseorang tersebut tidak akan memiliki harapan untuk memperbaiki kehidupannya, tidak
memiliki solusi untuk masalah yang dialaminya dan ia merasa tidak aka nada orang yang dapat membantuya menyelesaikan masalahnya (Carpenito, 563). Keputusasaan ini berbeda dengan ketidakberdayaan. Orang yang merasa utus asa tidak mampu melihat adanya solusi untuk masalah yang dihadapinya dan tidak menemukan cara untuk mencapai sesuatu hal yang diinginkan. Sedangkan ketidakberdayaan adalah seseorang menemukan solusi masalahnya namun memiliki keterbatasan untuk melakukannya akibat kurangnya kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu. 2.3 Psikopatologi atau Psikodinamika A. Ketidakberdayaan Patofisologi ketidakberdayaan secara pasti sampai saat ini belum diketahui, tetapi bisa dianalisa dari proses terjadinya depresi karena salah satu manifestasi depresi adalah ketidakberdayaan. Ketika seseorang mengalami stres, otaknya akan berespon untuk menafsirkan dan menterjemahkan perubahan yang terjadi. Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk melakukan perubahan. Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah yang bertanggung jawab terhadap status emosional seseorang. Gangguan pada sistem limbik menyebabkan hambatan emosional, perubahan perilaku dan kepribadian (Kaplan et all, 2007). Kerusakan pada hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan malas melakukan sesuatu. Hambatan emosi pada klien dengan ketidakberdayaan, kadang berubah sedih/ murung, dan terus merasa tidak berguna atau merasa gagal terus menerus Sumber koping yang dapat digunakan terutama yang berhubungan dengan masalah ketidakberdayaan adalah dukungan sosial. Keterlibatan keluarga yang luas dan dalam serta hubungan dengan teman-teman atau orang lain yang mendukung merupakan sumber koping yang lain. Adapun mekanisme koping yang biasa dipakai pada individu dengan ketidakberdayaan yaitu represi, supresi, denial, dan disosiasi. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya masalah ketidakberda-yaan menurut Stuart (2009) pada Seseorang antara lain: a. Biologis
-
Status nutrisi: berat badan pasien sangat menurun karena pasien tidak berolahraga sejak terkena penyakit stroke. Massa otot berkurang
b. Psikologis
Psikologis pasien sedikit terguncang sejak terkena penyakit stroke tersebut, sehari-hari yang dilakukannya hanya diam tanpa melakukan latihan apa-apa, terkadang istrinya juga merasa sedih melihat keadaaan suaminya seperti itu. c. Sosiokultural
Hubungan pasien selama mengalami penyakit stroke mengalami hambatan selain tidak mampu untuk berinteraksi dengan orang luar. Juga komunikasi yang kurang jelas karena pelo d. Spiritual
Spiritual Pasien terganggu karena pasien tidak mampu melakukan ibadah sholat Faktor presipitasi (waktu
View more...
Comments