Kelompok 2_usada Bali

June 18, 2019 | Author: Bayu Somantara | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

USADA BALI...

Description

USADHA BALI SEBAGAI PUSTAKA DALAM PENGOBATAN TRADISIONAL DI BALI

“Diajukan untuk pemenuhan salah satu tugas  mata kuliah Ilmu Kesehatan  Masyarakat jurusan farmasi” farmasi”

OLEH : KELOMPOK 2/C ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

I GEDE BAYU SOMANTARA

161094

EKA SRI DIAH DHARMAYANTI

161095

I GST A ARYA DITHA SUARI

161096

NI PUTU SASMITA CLAUDIA

161097

I GEDE AGUS SUYOGA ADI P.

161098

YAYASAN PERGURUAN RAKYAT MAHA SARASWATI DENPASAR AKADEMI FARMASI SARASWATI DENPASAR TAHUN AKADEMIK 2016/2017

1

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas asung kerta waranugraha-NYA lah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Adapun judul makalah yang kami buat adalah ”Usada ” Usada Bali sebagai Pustaka dalam Pengobatan Tradisional di Bal i” Judul tersebut merupakan  judul yang telah kami pilih sendiri menurut pertimbangan pribadi kami. Bali pada khususnya dan Indonesia pada umumnya masih memiliki budaya  pengobatan yang ternyata cukup manjur dan masih dipercayai oleh masyarakatnya untuk menanggulangi menanggulangi penyakit penyakit yang ada. Peninggalan budaya budaya ini hendaknya hendaknya tetap dipelihara dan dilestarikan, sehingga mampu dipergunakan untuk menunjang  pembangunan manusia Indonesia seutuhnya

lahir dan

 pengetahuan orang Bali tentang penyembuhan

bathin.

Dewasa ini

(usadha) masih mempunyai

kehidupan yang sungguh-sungguh berhubungan dengan agama Hindu, hanya sedikit orang yang mau mempelajari secara seksama. Namun banyak umat Hindu yang mengabaikan ajaran tersebut. Pengobatan tradisional Bali (usadha) yang dikenalkan oleh para leluhur merupakan ilmu pengetahuan penyembuhan yang dijiwai oleh nilainilai agama Hindu. Karya tulis ini kami buat agar bisa lebih mengerti dan paham tentang ajaran tersebut. Setelah membaca makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran yang  bersifat membangun dari bapak/ibu dosen demi kesempurnaan makalah kami ini. Sekian dan terima kasih, kami akhiri dengan parama santih. s antih. Om Santih, santih, santih Om.

Denpasar, 5 Mei 2017

Penulis

2

DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN .......................................... .................................................................. ............................................... ......................... .. 4 1.1 Latar Belakang ..................................................... ............................................................................. ...................................... .............. 4 1.2 Rumusan Msalah ................................... .......................................................... ............................................... .............................. ...... 5 1.3 Tujuan .............................................. ...................................................................... ............................................... .................................. ........... 6 1.4 Manfaat ............................................ .................................................................... ............................................... .................................. ........... 6 1.4.1 Manfaat Praktis ............................................................. ................................................................................ ................... 6 1.4.2 Manfaat Teoritis ......................................... ................................................................. ...................................... .............. 7 BAB 2 ISI ............................................... ...................................................................... ............................................... .............................................. ...................... 8 2.1 Pengertian Usada Bali .................................. .......................................................... .............................................. ...................... 8 2.2 Konsep Sehat dan Sakit serta Pengobatannya dalam Usadha Bali .......... 11 2.2.1 Konsep Sehat dan Sakit................................................. Sakit.................................................................. ................. 11 2.2.2 Pengobatan dalam Usada Bali.................................................... Bali........................................................ .... 17 2.3 Jenis-Jenis Usada Bali ............................................. ..................................................................... ................................ ........ 19 2.4 Penggunaan Usada Bali di Masyarakat ............................................... ................................................... .... 24 2.5 Jenis-jenis Tanaman yang Terdapat Pada Usadha Bali Baik yang Telah Terbukti Secara empirik dan Secara Ilmiah yang Didukung Oleh JurnalJurnal Penelitian Ilmiah ............................. ..................................................... ................................................ ........................ 34 2.5.1 Tanaman yang terdapat pada Usada Bali yang Teruji secara Empiris ............................................ .................................................................... ............................................ ....................34 2.5.2 Tanaman yang terdapat pada Usada Bali yang Teruji secara Ilmiah .............................................. ...................................................................... ............................................ ....................39 BAB 3 PENUTUP ............................................. ..................................................................... ............................................... ................................ ......... 50 3.1 Kesimpulan ............................................... ...................................................................... .............................................. ......................... 50 3.2 Saran................................................. ......................................................................... ................................................ ................................ ........51 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

3

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Indonesia adalah suatu negara yang berbentuk kepualaun. Pulau-pulau tersebut membentang dari ujung Sabang hingga Merauke. Indonesia, dengan 1001 keanekaragaman adat, tradisi, dan budaya yang dimilikinya telah tumbuh dan  berkembang hingga mendarah daging pada generasinya. Adat, tradisi, dan budaya tersebut memberi warna warni tersendiri yang patut dijaga keharmonisannya. Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang masih sangat kental dengan budaya dan tradisi leluhurnya, tak pelak lagi Bali telah terkenal ke pelosok manca negara dengan tradisi dan budayanya tersebut. Implementasi budaya, adat, dan tradisi tersebut dapat berupa dalam bentuk seni ataupun pengetahuan. Pengetahuan yang diwariskan memang cukup luas cakupannya, salah satu diantaranya yaitu mengenai  pengetahuan tentang pengobatan tradisional. Indonesia pada umumnya, dan Bali pada khususnya telah didukung dengan biodiversitas hayati yang melimpah dan menjadi modal tersendiri untuk mengembangkan pengobatan tradisional ini.

Pengobatan tradisional di Bali disebut dengan “usada”, k ata usada berasal dari kata

“ausadhi” (bahasa Sansekerta) yang berarti tumbuh-tumbuhan yang

mengandung khasiat obat-obatan (Nala, 1992:1). Dewasa ini pengetahuan orang Bali tentang penyembuhan (usada) masih mempunyai relasi yang erat dengan agama Hindu, karena usada ini dijiwai oleh nilai-nilai agama Hindu. Mayoritas penduduk Bali beragama Hindu, namun masih sedikit orang yang tertarik untuk mempelajari usada dengan seksama. Hal ini disebabkan masyarakat Bali mengalami hambatan sosio-psikologis untuk mempelajari usada yang masih dalam bentuk “ lontar ” (usada dan tutur). Karena ada wacana yang ditafsirkan dan ditransformasikan secara keliru sehingga masyarakat merasa sungkan dan ragu bahkan takut untuk mempelajari teks lontar tersebut. Misalnya adanya wacana “aywa wera”  (pengendalian diri atau agar hati-hati) dalam belajar, hal ini diartikan tidak boleh diberitahu atau dipelajari. Sukantra (1992) menyatakan, usada adalah ilmu pengobatan tradisional Bali yang sumber ajarannya terdapat pada lontar. Lontar usada di Bali dapat dibagi menjadi dua golongan yakni golongan lontar usadha dan lontar tutur (Nala, 2002). Di dalam lontar tutur (tatwa) berisi tentang ajaran aksara gaib atau wijaksara. Ajaran anatomi, phisiologi, falsafah sehat-sakit, padewasaan mengobati orang sakit, sesana

4

 balian, tatenger sakit. Sedangkan di dalam Lontar Usada berisi tentang cara memeriksa pasien, memperkirakan penyakit (diagnosa), meramu obat (farmasi), mengobati (terapi), memperkirakan jalannya penyakit (prognosis), upacara yang  berkaitan tentang masalah pencegahan (preventif), dan pengobatan (kuratif). Dengan kompleksitas yang dimiliki oleh usada sebagai ilmu pengobatan tradisional mengenai seluk beluk dari pengobatan tradisional, maka sangat ideal untuk menjadikan lontar usada Bali sebagai suatu pegangan pengobatan tradisional.  Namun, jauh diluar ekspektasi, eksistensi Usada Bali hanya masih berupa suatu  budaya saja, dan dengan paradigma masyarakat bahwa Usada Bali (pengobatan tradisional) merupakan suatu pilihan terakhir bahkan telah jarang digunakan untuk  pengobatan pada dewasa ini seiring maraknya obat-obat sintetis. Selain itu, menurut Adiputra (2016) masih diperlukan suatu pengkajian lebih mendalam terutama untuk menyamakan persepsi dari apa yang tersurat dalam lontar usadha dengan dunia medis, khusunya farmasi. Berbagai jenis tanaman obat seharusnya diberi nama sesuai dengan nama daerahnya juga, sehingga dikenal bisa nama Jawa, Sunda, Batak, Bali, Dayak, dllnya. Dalam beberapa buku referensi yang memuat tanaman obat di Indonesia, banyak tanaman obat tidak disebutkan nama Balinya sehingga seolah-olah tumbuhannya tidak terdapat di Bali. Padahal penggunaan tanaman sebagai bahan obat, sudah dikenal di Bali sejak dahulu kala. Kurangnya edukasi dan juga minimnya  pengembangan atau pengkajian tentang Usada Bali menyebabkan Usada Balikini kian tergerus dan dilupakan dengan segudang pengetahuan dan ilmu tentang  pengobatannya, padahal Usada Bali berpotensi menjadi tolak ukur dan pegangan dalam mengembangkan pengobatan tradisional. Dengan adanya ketimpangan antara ekpekstasi dengan realita yang terjadi seperti yang telah disebutkan diatas, maka dalam makalah ini, penulis bermaksud untuk mengeksplorasi lebih jauh mengenai Usada Bali. Dengan demikian penulis membuat suatu makalah yan g berjudul “Usada Bali sebagai Pustaka dalam Pengobatan Tradisional di Bali ”

1.2

Rumusan Masalah

Adapun rumusan-rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud dengan Usada Bali? 2. Bagaimana konsep sehat dan sakit serta pengobatannya dalam Usadha Bali? 3. Apa saja jenis-jenis Usadha Bali?

5

4. Bagaimana penggunaan Usadha Bali di masyarakat? 5. Tanaman apa saja yang terdapat pada Usadha Bali baik yang telah terbukti  baik secara empiris maupun secara ilmiah yang didukung oleh jurnal-jurnal  penelitian ilmiah?

1.3

Tujuan

Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah untuk memecahkan rumusan masalah yang diantaranya : 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Usada Bali 2. Untuk mengetahui bagaimana konsep sehat dan sakit serta pengobatannya menurut Usadha Bali 3. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis Usadha Bali 4. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan Usadha Bali di masyarakat 5. Untuk mengetahui tanaman apa saja yang terdapat pada Usadha Bali yang telah terbukti baik secara empiris dan secara ilmiah yang didukung oleh  jurnal-jurnal penelitian ilmiah

1.4

Manfaat

Dengan dibuatnya makalah ini, penulis berharap karya tulis ini dapat memberi manfaat baik secara praktis maupun secara teoritis.

1.4.1

Manfaat Praktis

1. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat kepada masyarkat yang sebagai  pelaku dalam pemanfaatan atau pengimplementasian dari Usadha Bali sebagai salah satu pegangan dalam membuat atau memanfaatkan  pengobatan tradisional. 2. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai gambaran teknis  pengembangan obat tradisional di dunia medis untuk meminimalisir  penggunaan obat modern sehingga sesuai dengan gerakan untuk kembali ke alam “Back to Nature”

1.4.2

Manfaat Teoritis

6

1. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai tambahan sumbangan khazanah ilmu pengetahuan di bidang kesehatan khususnya pengobatan tradisional Usadha Bali. 2. Dapat bermanfaat bagi peneliti atau penulis lain sebaagi referensi atau literatur dalam mengeksplorasi dan mengeksistensikan Usadha Bali sebagai salah satu warisan leluhur nenek moyang dalam bidang  pengobatan tradisisonal.

7

BAB II ISI

2.1

Pengertian Usada Bali

Kata usadha berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “ausadha   yang berarti ”

tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat, atau dibuat dari tumbuh-tumbuhan. Tetapi  batasan usadha di Bali lebih luas, usadha adalah semua tata cara untuk menyembuhkan penyakit, cara pengobatan, pencegahan, memperkirakan jenis  penyakit/diagnosa, perjalanan penyakit dan pemulihannya. Jika dilihat secara analogi, hampir sama dengan pengobatan modern. Pengobatan tradisional Bali (usada) yang dikenalkan oleh para leluhur merupakan ilmu pengetahuan penyembuhan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama Hindu Bali/ Siwasidhanta. Usada Bali merupakan suatu  pengetahuan pengobatan yang disusun berdasarkan suatu acuan tertentu digabungkan dengan pengalaman praktik pengobatan di Bali selama ratusan tahun. Dalam usada tidak hanya terdapat penyakit dengan ramuan tumbuhan saja, tetapi mencangkup  pengetahuan tentang medico-psikomatik, farmakologi, farmasi, cara mendiagnosis  penyakit, tanda  –   tanda kehamilan, merawat bayi, hari baik untuk melaksanakan  pengobatan, sampai tanda-tanda seseorang yang akan meninggal (Sutara, 2007). Usada umumnya terdapat dalam naskah kuno lontar yang ditulis dengan Bahasa kuno (Sansekerta) tersebar di masyarakat atau etnis Bali, terutama dari Balian, pemuka adat, para pelaksana upakara adat dan ada yang telah tersimpan di Gedung Kertya (Singaraja), Perpustakaan Pusat Denpasar, dan Fakultas Sastra Universitas Udayana. Isi dari satu usada dengan usada lain terdapat persamaan pengobatan tetapi  penggunaan bahan dapat berbeda, selalu ada kekhasan masing  –   masing sesuai nama usada. Pokok pengetahuan yang menjadi dasar usada adalah mencangkup pandangan masyarakat Bali tentang sifat manusia (Bhuana alit, mikroskosmos) dan hubungannya dengan alam nyata (sekala), alam gaib (niskala), dan lingkungan tempat manusia hidup (Bhuana agung, makrokosmos) (Sutara, 2007). Sukantra (1992) menyatakan, usada adalah ilmu pengobatan tradisional Bali, yang sumber ajarannya terdapat pada lontar. Lontar tersebut dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu lontar tutur dan lontar usadha. Di dalam lontar tutur (tatwa) berisi tentang ajaran aksara gaib atau wijaksara. Ajaran anatomi, phisiologi, falsafah sehatsakit, padewasaan mengobati orang sakit, sesana balian, tatenger sakit. Sedangkan di dalam Lontar Usada berisi tentang cara memeriksa pasien, memperkirakan penyakit

8

(diagnosa), meramu obat (farmasi), mengobati (terapi), memperkirakan jalannya  penyakit (prognosis), upacara yang berkaitan dengan pencegahan penyakit dan  pengobatannya. Pengobatan penyakit dalam Usada didasarkan pada konsep sekala dan niskala. Dari aspek sekala, pengobatan dilakukan dengan menggunakan bahan bahan obat dari tumbuhan, hewan, maupun mineral, sedangkan dari aspek niskala  proses pengobatan dipadukan dengan mantra-mantra yang lebih ditujukan untuk menenangkan pikiran dan mental pasien (pengobatan secara spiritual). Dasar  pengobatan dalam Usada Dalem juga berpedoman pada kepercayaan agama Hindu  bahwa sejak semula dalam tubuh manusia terdapat kandungan alam semesta, di mana sumber penyakit senantiasa melekat dan sumber penyakit baru akan hilang setelah Sanghyang Atma meninggalkan badan manusia tersebut. Dengan demikian, sumber  penyakit tidak sepenuhnya bisa dihilangkan dari tubuh manusia, melainkan dapat dijaga keseimbangannya agar tidak menimbulkan penyakit berbahaya (Sutara, 2007). Usada Dalem membahas tentang penyakit dalam terutama penyakit tuju. Penyakit tuju biasa dikenal dengan nama penyakit rematik, yaitu penyakit yang menyebabkan rasa nyeri dan kaku pada sendi, otot, dan tendon. Dalam lontar Usada Dalem memuat 10 jenis penyakit tuju dengan gejala atau tanda-tanda yang berbeda, penyakit gila,  barah, buh, badasa, gering agung atau kusta lepra, gudig, kurap gatal dan hangus, gigitan ular, gigitan anjing, obat muka, sasak, sakit bagian pelepasan, penyakit kulit,  penyakit perut, penyakit yang tidak mempan diobati, tuju dan bebai, dan cara membuat banten untuk orang sakit. Bila dibandingkan dengan cara pengobatan lain, dengan pengobatan tuju menurut Usada Dalem lebih banyak menggunakan bahan,  biasanya dibuat boreh. Dari 10 jenis penyakit tuju, dapat digunakan 30 jenis tumbuhan dari 17 suku, tumbuhan yang digunakan umumnya, mengandung minyak atsiri dan glukosida yang bersifat antiradang, antipiretik, dan analgesic (Prastika, 2008). Dalam dunia kedokteran modern, kita mengenal dokter sebagai pelaksana  praktisi sedangkan dalam usadha Bali, dokternya dikenal dengan istilah Balian. Balian adalah pengobat tradisional Bali yakni, orang yang mempunyai kemampuan untuk mengobati orang sakit. Balian juga beragam jenis dan klasifikasinya yang diuraikan sebagai berikut. A. Jenis balian berdasarkan pengetahuan yang diperoleh (berdasarkan lontar Boda Kecapi) :

9

1. Balian katakson (tetakson) adalah balian yang mendapat keahlian melalui taksu, roh atau kekuatan gaib yang memiliki kecerdasan, mukzijat ke dalam dirinya. Taksu adalah kekuatan gaib yang masuk kedalam diri seseorang dan mempengaruhi orang tersebut, baik cara  berpikir, berbicara maupun tingkah lakukanya. Karena kemasukan taksu inilah orang tersebut mampu untuk mengobati orang yang sakit. 2. Balian kapican adalah balian yang mendapat keahlian karena memperoleh suatu pica atau benda bertuah dan berkhasiat yang dapat dipergunakan

untuk

menyembuhkan

orang

sakit.

Dengan

mempergunakan pica yang didapatkan balian tersebut mampu untuk mendiagnosis,

menyembuhkan penyakit dan memperkirakan berat

 penyakit yang dideritanya. Pica ini dapat berupa batu permata, lempengan logam, keris, cincin, kalung, tulang dan benda lainnya. Pica ini diperoleh baik melalui mimpi, petunjuk misterius atau cara lainnya. 3. Balian usada adalah seseorang dengan sadar belajar tentang ilmu  pengobatan, baik melalui guru waktra, belajar pada balian, maupun  belajar sendiri melalui lontar usada. Adapun yang termasuk balian golongan ini adalah tidak terbatas hanya mempergunakan ramuan obat dari tumbuhan saja, tetapi termasuk balian lung (patah tulang), limpun (pijat), uut, manak(melahirkan) dan sebagainya, yang keahliannya diperoleh melalui proses belajar (aguron-guron). Mereka mempelajari masalah penyakit yang disebabkan baik oleh sekala (natural) maupun niskala (supernatural). B. Jenis balian berdasarkan atas tujuannya, dikelompokkan menjadi dua yaitu : 1. Balian penengen yaitu balian yang beraliran kanan, pengobatannya ditujukan untuk kebaikan, menyembuhkan orang yang sakit. 2. Balian pangiwa atau dukun aliran kiri dimana tujuannya adalah membuat orang jatuh sakit/ membencanai orang lain. C. Balian berdasarkan sifat kekuatan yang dimiliki terdiri atas : 1. Balian lanang (maskulin, sifat kejantanan) 2. Balian wadon (feminim) 3. Balian kedi (netral, bersifat kebancian).

10

2.2

Konsep Sehat dan Sakit serta Pengobatannya dalam Usadha Bali

2.2.1

Konsep Sehat dan Sakit

Secara komprehensif yang dimaksud dengan sehat, yaitu suatu keadaan dalam mana seseorang dapat mempergunakan secara efektif keseluruhan fungsi fisik, mental dan sosial yang dia miliki dalam berhubungan dengan lingkungannya, sehingga hidupnya berbahagia dan bermanfaat bagi masyarakat. Menurut definisi Word Health Organization (WHO) sehat adalah suatu kondisi manusia yang bukan saja bebas dari penyakit dan kecacatan fisik, tetapi juga bebas dari gangguan mental. Sebaliknya secara mikro dan emik, oleh karena adanya perbedaan latar belakang  budaya dan lingkungan masyarakat menyebabkan konsepsi tentang sehat – sakit sering dijumpai sangat bervariasi dan bersifat subyektif antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Pada dasarnya masalah kesehatan bersifat biologis. Namun kesehatan dapat ditinjau dari segi sosial dan kebudayaan karena ternyata pandangan dan konsepsi tetang sehat-sakit tidak selalu sama antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Perbedaan itu timbul karena adanya perbedaan-perbedaan pola adaptasi masyarakat

terhadap

lingkungan

baik

fisik

maupun

sosialnya,

sumber

daya kesehatan yang tersedia, serta kemampuan cara berpikir dari masing-masing masyarakat. Dengan kata lain pandangan masyarakat terhadap kesehatan merupakan  bagian yang tidak terpisahkan dari kebudayaan dan pola-pola adaptasi suatu masyarakat terhadap lingkungannya. Pada masyarakat Bali konsepsi tentang kondisi sehat atau sakit mengacu pada  prinsip keseimbangan dan ketidakseimbangan sistemik unsur-unsur pembentuk tubuh dan unsur-unsur yang ada di dalam tubuh manusia, serta keseimbangan hubungan dengan lingkungan yang lebih luas. Keseimbangan dan berfungsinya unsur-unsur sistemik dalam tubuh serta terpeliharanya keharmonisan hubungan dengan lingkunggan, baik fisik maupun sosial, budaya dan psikis menjadi penyebab utama terbentuknya kondisi sehat. Sebaliknya, ketidakseimbangan unsur-unsur tersebut menjadi faktor utama gangguan kesehatan atau penyebab sakit. Dengan demikian, menurut konsepsi orang Bali sehat tidak hanya menyangkut bebas dari sakit atau  penyakit, tetapi juga untuk menikmati seterusnya tanpa terputus-putus terhadap keadaan fisik, mental dan spiritual yang bahagia dan utuh. Konsep dari keadaan keseimbangan yang benar dan hakeki, tidak hanya menyangkut berfungsinya sistem dan organ tubuh manusia dengan baik dan lancar, psikis dan spiritual, tetapi juga

11

menyangkut keseimbangan hubungan secara dinamis dengan lingkungan yang lebih luas,

yakni

hubungan

harmonis

dengan

sesama

ciptaan

Tuhan

( bhuana,

makrokosmos), antaranggota keluarga sendiri, tetangga, teman dekat dan anggota masyarakat secara lebih luas, dan antara kita dengan Tuhan Sang Pencipta. Dalam kosmologi Bali alam semesta dipandang sebagai sesuatu yang bersifat nyata ( sekala) dan dapat ditangkap dengan panca indra serta bersifat tidak nyata (niskala/ gaib) yang tidak dapat ditangkap dengan panca indra, tetapi dipercaya ada. Secara keseluruhan isi alam semesta ini terdiri atas lima unsur, yaitu (1 ) bayu, (2) teja, (3) apah, (4) akasa, dan (5) pertiwi. Semua unsur itu disebut Panca Maha Bhuta yang keseluruhannya merupakan sumber dari kehidupan manusia. Alam semesta sebagai kesatuan kehidupan terwujud dalam dua kosmos, yaitu makrokosmos  dan

mikrrolosmos.  Makrokosmos  merupakan

suatu

wadah

keseimbangan dunia yang amat besar tak terhingga, tetapi tetap diakui memiliki batas yang jelas dengan keadaan yang bersifat teratur dan tetap ( fixed)  dengan Tuhan sebagai pusat pengendali keseimbangan alam sermesta. Sebaliknya, mikrokosmos adalah manusia itu sendiri yang merupakan reflika dari makrokosmos dengan unsurunsur  Panca Maha Bhuta  sebagai inti kehidupan. Walaupun manusia merupakan reflika dari makrokosmos dan memiliki kemampuan untuk mencipta, namun mereka  pun menyadari akan keterbatasan akan kemampuannya dan tidak pernah bisa menolak

kehendak-Nya.

Dalam

kehidupan

masyarakat

Bali,

penggambaran

keterbatasan manusia dihadapan-Nya tererfleksi dalam sebutan-sebutan, seperti Tuhan Maha Besar (Sang Hyang Widhy), Maha Tahu (Sang Hyang Wisesa), Maha Kosong ( Sang Hyang Embang ), Maha Kuasa (Sang Hyang Wisesa), Maha Pencipta (Sang Hyang Rekha), dan seterusnya. Orang Bali, di samping percaya bahwa mereka tidak kuasa untuk menolak kehendak-Nya, baik berkenaan dengan hal-hal yang dianggap buruk, seperti kematian, kesakitan, kecelakaan, kesengsaraan, dan lain-lain, maupun hal-hal yang  baik, seperti keselamatan, kebahagiaan, kesehatan, kemuliaan dan rejeki, dan sebagainya. Mereka juga percaya bahwa manusia akan bisa terhindar dari hal-hal yang dianggap buruk jika mereka senantiasa mampu menjaga dan menciptakan keseimbangan atau keharmonisan hubungan dengan alam, dengan manusia lain, dan dengan Tuhan. Prinsip keharmonisan hubungan antara manusia dengan alam, dengan sesama manusia, dan dengan Tuhan oleh orang Bali sangat populer disebut dengan Tri Hita Karan, yaitu tiga penyebab utama kebahagian dan keselarasan hidup

12

manusia. Kosmologi orang Bali yang menekankan pada prinsip keseimbangan atau

keteraturan

hubungan

dan

ketidakseimbangan

kosmos

(mikrokosmos-

makrokosmos) tersebut senantiasa dijadikan sebagai konsep dasar untuk mencegah dan

sekaligus

menanggulangi

berbagai

hal

yang

dianggap

buruk,

seperti

terganggunya kesehatan atau sakit, kecelakaan, kesengsaraan, ketidakberuntungan,  perceraian, dan bahkan kematian. Dalam konteks sistem medis etnis Bali atau Usada  dan konsepsi balian tentang sehat-sakit, bahwa orang bisa disebutkkan sebagai manusia sehat apabila semua sistem dan unsur pembentuk tubuh ( panca maha bhuta) yang terdiri dari: pertiwi, apah, bayu, teja dan akasa, dan unsur dalam tubuh (tri dosha), yaitu udara (vatta), api ( pitta), dan air (kapha) serta aksara panca brahma yang terdiri dari: aang, bang, tang, ang, ing ) dan aksara panca tirta yang terdiri dari: nang, mang,  sang, sing, dan  wang,  berada dalam keadaan seimbang dan dapat berfungsi dengan  baik. Sebaliknya manusia akan menjadi sakit apabila unsur-unsur  panca brahma sebagai kekuatan panas, dan unsur-unsur  panca tirta  sebagai kekuatan dingin saat  berinteraksi dengan udara, ada dalam keadaan tidak seimbang. Atau di antara keduanya, (unsur panas dan dingin ) ada dalam kondisi yang berlebihan sehingga fungsi-fungsi unsur pembentuk tubuh ( panca maha butha) terganggu. Terganggunya fungsi unsur-unsur tubuh inilah yang menyebabkan orang menjadi sakit. Dengan kata lain, terganggunya keseimbangan unsur-unsur pembentuk tubuh dan fungsi unsur dalam tubuh manusia dapat menyebabkan orang bersangkutan menjadi sakit. Karena itu, mengembalikan keseimbangan seperti semula usur-unsur dan fungsi pembentuk tubuh merupakan prinsip dan tindakan utama dalam proses penyembuhan penyakit. Menurut sistem pengobatan usada Bali  yang bersandarkan pada sistem  pengobatan Ayurveda dan naskah-naskah pengobatan kuno yang ada di Bali, bahwa  berfungsinya sistem organisme tubuh manusia secara normal dikendalikan oleh tiga unsur humoral, yaitu unsur udara (vatta), unsur api (pitta),  dan unsur air (kapha). Ketiga unsur tersebut dalam sistem pengobatan Ayurveda dan pengobatan usada Bali disebut dengan istilah Tridosha. Konsepsi tentang Tridosha (adanya tiga unsur cairan dalam tubuh) manusia itu selajutnya dijadikan sebagai salah satu kerangka dasar pijakan oleh sebagian balian usada  di Bali dalam menjalankan  profesinya, baik dalam tahap menegakkan diagnosis maupun terapinya. Dalam kosmologi berkenaan dengan konsepsi orang Bali tentang Tuhan atau  Ida Sang Hyang Widhi Wasa,  bahwa  Bhatara Ciwa dipandang sebagai segala

13

sumber yang ada di dunia, atau menciptakan semua yang ada di jagad raya ini, termasuk berbagai jenis penyakit dan obatnya. Tuhan dalam wujudnya sebagai Trimurti  bermanifestasi sebagai dewa Brahma yang menjadi sumber panas, dewa Wisnu menjadi sumber air yang bersifat dingin, dan dewa Iswara menjadi sumber udara. Dengan mengacu pada konsepsi itu, maka masyarakat Bali secara global menggolongkan jenis dan penyebab sakit menjadi dua, yaitu penyakit yang bersifat fisik ( sekala)  dan nonfisik (niskala); demikian juga penyebabnya ada yang dipandang karena faktor yang bersifat alamiah (naturalistik), ada juga yang bersifat nonalamiah (personalistik), dan supranaturalistik, atau gabungan dari kedua atau ketiganya. Secara

fisik

atau

naturalistik,

berdasarkan

pada

gejala-gejala

atau

simtomatisnya, masyarakat Bali menggolongkan penyakit ke dalam tiga kelompok, yaitu (1) penyakit yang tergolong  panes  (panas), (2) nyem (dingin), dan (3)  sebaa (panas-dingin). Sebaliknya, kualitas dan kasiat bahan obat dan obat yang dibuat untuk mengobati jenis penyakit tersebut, juga diklasifikasi ke dalam tiga kelompok, yaitu (1) berkasihat anget   (hangat), (2) berkasiat tiis  (sejuk), dan (3) berkasiat dumelada (sedang). Penggolongan penyakit dan jenis obat tersebut jika mengacu pada konsep kepercayaan

terhadap

wujud

Tuhan

sebagai

Brahma,

Wisnu

dan

Iswara

(Trimurti/Tripusrusa/Trisakti  ) maka  Brahma  dipandang sebagai wujud api yang menciptakan penyakit panes, maka obat yang diciptakan kualitasnya berkasiat anget ; Wisnu yang menciptakan penyakit nyem, maka obat yang diciptakan berkasiat tiis, dan Iswara yang menciptakan penyakit  sebaa, maka obat yang diciptakan berkasiat dumelade/jumelade. Sebagaimana telah juga disinggung di atas, bahwa dalam kosmologi dan sistem medis orang Bali, masalah sehat sakit merupakan masalah yang berkaitan dengan harmoni/keseimbangan dan disharmoni/ketidakseimbangan hubungan antara buana agung   (makrokosmos) atau alam semesta, dan buana alit   (mikrokosmos) manusia itu sendiri, dan Sang Hyang Widhi (Tuhan) sebagai pencipta dan pengendali. Oleh karena itu, orang Bali percaya dan yakin, bahwa sehat, bahagia, dan sejahtera  sekala-niskala (lahir-batin) akan terwujud atau terjadi apabila hubungan antara ketiga komponen tersebut berada dalam keadaan seimbang. Hubungan serasi antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam lingkungannya, dan manusia dengan Tuhan sebagai pencipta segala yang ada di jagat raya ini disebut dengan Tri Hita Karana. Artinya hubungan harmonis ketiga unsur tersebut merupakan sumber penyebab

14

kesejahteraan, kebahagiaan dan kesehatan bagi manusia. Sebaliknya kondisi buruk seperti sakit, tidak bahagia, sengsara, dan sebagainya, bisa terjadi manakala hubungan ketiga komponen tersebut terganggu atau tidak harmonis. Bagi orang Bali, apabila hal ini terjadi, maka upaya mengembalikan keseimbangan hubungan sistem, baik dalam konteks mikrokosmos maupun makrokosmos merupakan upaya yang penting. Dalam konteks sehat-sakit, terganggungnya fungsi-fungsi elemen tubuh (panca maha butha dan tri dosha) baik karena faktor alamiah, personalistik

maupun supranatural,

menyebabkan seseorang menjadi sakit. Dalam lontar Wrehaspati Tatwa ( sloka 33) penyakit diistilahkan dengan dukha.  Menurut lontar ini terdapat tiga macam dukha atau penyakit, yaitu , (1)  penyakit yang diakibatkan oleh kekuatan supranatural, (2) adhyatmika duka  yaitu  penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan mental, dan (3) bhautika dukha adalah penyakit yang diakibatkan oleh berbagai mahluk renik yang disebut butha. Lebih lanjut dalam sloka 52 dijelaskan bahwa ada tiga cara mengatasi dukha tersebut, yaitu (1) tresna dosaksaya, yaitu berusaha melenyapkan dosa akibat dari perbuatan atau dengan pengendalian diri, (2) indriya yogamarga  yaitu melepaskan diri dari kitan duniawi dengan melakukan yoga, dan (3 ) jnana bhudireka  yaitu memupuk  pengetahuan spiritual. Menurut orang Bali, oleh karena sakit dipandang tidak hanya merupakan gejala biologis yang bersifat individual, tetapi dipandang berkaitan secara holistik dengan alam, masyarakat dan Tuhan, maka setiap upaya kesehatan yang dilakukan tidak hanya menggunakan obat sebagai sarana pengobatan, tetapi juga menggunakan sarana ritus-ritus tertentu, mantra-mantra yang termuat dalam aksara suci sebagai  bagian dari proses tersebut. Dengan demikian, menyembuhkan atau menanggulangi suatu penyakit tertentu umumnya yang digarap oleh balian  usada di Bali, bukan hanya aspek biologis dari pasien, tetapi juga aspek sosial-budaya dan spiritualnya. Pada masyarakat Bali umumnya seseorang mencari pertolongan pengobatan ke sektor-sektor perawatan kesehatan yang tersedia, seperti ke balian (dukun), dokter, atau para medis bukan saja karena faktor penyakit yang patogen, tetapi sering juga akibat dirasakan adanya kelainan atau gangguan fungsi unsur-unsur dari tubuh (illness). Sehubungan dengan hal ini, secara empiris tampak bahwa walaupun telah  banyak ada Puskesmas tersebar merata di setiap kecamatan, dan sistem pengobatan  barat (moderen) sudah sangat lama dikenal, namun sebagian masyarakat Bali baik yang tinggal di kota maupun di desa masih banyak yang suka dan sering

15

menggunakan balian atau pengobatan usada Bali  sebagai alternatif pilihan,  berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Secara empiris menurut keterangan  beberapa pasien yang sempat diwawancarai di rumah balian yang ada di desa Sanur, Kota Madya Denpasar, dan desa Pemaron, Kapupaten Buleleng, bahwa kepercayaan terhadap etiologi penyakit, tingkat keparahan, dan pengalaman pengobatan sebelumnya menjadi alasan utama mereka memilih balian sebagai alternatif. Dengan demikian, respons dan penghargaan masyarakat Bali terhadap pengobatan tradisional atau usada di Bali masih tinggi. Secara umum penyakit ada tiga jenis, yakni ·

penyakit panes (panas),

·

nyem (dingin), dan

·

sebaa (panas-dingin).

Demikian pula tentang obatnya. Ada obat yang berkasihat ·

anget (hangat),

·

tis (sejuk),dan

·

dumelada (sedang).

Untuk melaksanakan semua aktifitas ini adalah ·

Brahma,

·

Wisnu, dan

·

Iswara.

Disebut juga dengan Sang Hyang Tri Purusa atau Tri Murti atau Tri Sakti wujud Beliau adalah api, air dan udara. Penyakit panes dan obat yang berkasihat anget, menjadi wewenang Bhatara Brahma. Bhatara Wisnu bertugas untuk mengadakan penyakit nyem dan obat yang berkasihat tis. Bhatara Iswara mengadakan penyaki sebaa dan obat yang berkasihat dumelada. Penyakit seperti kita ketahui, tidaklah hanya merupakan gejala biologi saja, tetapi memiliki dimensi yang lain yakni sosial budaya. Menyembuhkan suatu penyakit tidaklah cukup hanya ditangani masalah biologinya saja, tetapi harus digarap masalah sosial budayanya. Masyarakat pada umumnya mencari pertolongan pengobatan bukanlah karena  penyakit yang patogen, tetapi kebanyakan akibat adanya kelainan fungsi dari tubuhnya. Masyarakat di Bali masih percaya bahwa pengobatan dengan usada banyak maanfaatnya untuk menyembuhkan orang sakit. Walaupun telah banyak ada Puskesmas tersebar merata di setiap kecamatan, tetapi berobat ke pengobat tradisional Bali (balian) masih merupakan pilihan yang tidak dapat dikesampingkan  begitu saja baik bagi orang desa maupun orang kota.

16

Penyakit secara umum dapat dibedakan atas dua macam yaitu : 1. Penyakit Sekala (Penyakit naturalistik) : a) Dalem (Penyakit Dalam) 

Penyakit Panas



Penyakit Panas-Dingin



Penyakit Dingin.

 b) Barah (Bengkak local) c) Mokan (Badan bengkak dan sakit) d) Buh (perut bengkak dan berair) e) Pemali (Sakit seperti ditusuk-tusuk) f) Sula (Sakit melilit di perut atau kolik) g) Sirah (sakit kepala, pusing) h) Kulit (Penyakit kulit) i) Tuju (Rematik, bengkak berpindah)  j) Tiwang (Sakit ngilu atau kejang) k) Upas (Gatal dari dalam badan atau luar badan) 2.

Penyakit Niskala (Penyakit Personalistik) a) Leyak (Penyakit disebabkan oleh manusia yang dilihat lain)  b) Desti (Penyakit dengan mempergunakan media milik yang akan dituju) c) Teluh (Penyakit yang disebabkan oleh makhluk mirip manusia seperti  bayangan, dll) d) Papasangan (Penyakit disebabkan oleh benda yang berkekuatan magis ditanam di tempat orang yang dituju)

2.2.2

Pengobatan dalam Usadha Bali

Pengobatan yang dilakukan oleh Balian di Bali dikenal dengan istilah Tatambaan, dimana Tamba berarti obat (ubad). Dalam prosesi pembuatan obat oleh  balian ada dua hal yang perlu mendapat perhatian yakni serana dan tamba. Tamba adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyembuhkan orang sakit,  pada umumnya terdiri dari ramuan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan serana adalah merupakan alat penghubung antara kekuatan Balian dengan penyebab penyakit yang ada pada pasien. Obat yang diberikan oleh orang biasa tanpa disertai dengan kekuatan gaib, maka dikatakan bahwa obat itu tanpa serana. Tamba dan serana merupakan satu

17

kesatuan sebagai suatu alat untuk menyembuhkan orang yang sakit. Keduanya saling menunjang agar dapat berfungsi maksimal. 1.

Penyakit Sekala : 





Bahan Obat : 

Taru (tanaman)



Sato atau Buron (binatang)



Yeh atau Toya (air)



Sarana pertiwi (garam, mineral)



Madu, susu, arak, tuak, dan brem.

Bentuk Obat 

Padet (padat)



Enceh (cair)



Belek (setengah padat-cair)

Cara Pembuatan : 

Ulig (digerus)



Pakpak (dikunyah)



Lablab (direbus)



Goreng (digoreng)  Nyahnyah (dioseng)







Tambus (dimasukkan diabu panas)



Tunu (dipanggang)

Cara Penggunaan : 

Tetes (diteteskan)



Tutuh (dimasukkan melalui hidung)



Loloh (diminum)



Oles (dioleskan)



Boreh (dilulur)



Simbuh (disembur)



Uap (diurapkan)

18





Usug (dikompres)



Ses (pembersihan luka)



Limpun (diurut)



Kacekel (dipijat)



Tampel (ditempel).

Khasiat obat : 

Anget (panas)



Tis (dingin)



Dumalada (sedang).

2. Penyakit Niskala : 

2.3

Dengan mempergunakan prana (energi) melalui : 

Meditasi



Menghidupkan chakra.



Menghidupkan aksara dalam diri



Dengan dasa bayu



Dengan kanda pat.



Dan Lain Sebagainya.

Jenis-jenis Usada Bali

Pada dasarkan usada-usada tersebut dapat diklasi kasi ke dalam beberapa  jenis, di antaranya Usada buduh, Usada Rarae, Usada kacacar, Usada Tuju, usada Paneseb, Usada Dalem, Usada Ila, Usada bebai, Usada Ceraken Tingkeb, Usada Tiwang, Usada Darmosada, Usada Uda, Usada Indrani, Usada Kalimosada, Usada Kamarus, Usada Kuranta Bolong, Usada Mala, Usada Rukmini Tatwa, Usada Smaratura, Usada Upas, Usada Yeh, Usada Buda Kecapi, Usada Cukil Daki, Usada Kuda, Usada Pamugpug, dan Usada Pamugpugan. Usada yang terekam dalam lontarlontar tersebut sangat menarik dan berbagai obat yang disajikan dijelaskan dengan sangat rinci dan renik. Masing  –   masing usada tersebut memiliki spesialis penjelasan tentang penyakit, bahan-bahan pembuatan obat, cara pembuatan obat, hingga cara  penggunaan obat. Dibawah ini merupakan penjela san dari masing-masing jenis usada yang sudah disebutkan diatas yaitu sebagai berikut :

19

1. Usada Buduh, yakni usada yang dipakai untuk pengobatan penderita  penyakit jiwa. Dalam naskah ini dijelaskan bahwa penyakit jiwa ini  bermacam-macam dan cara pengobatannya juga berbeda-besa. Dalam usada itu ada sekitar 11 jenis orang yang berpenyakit jiwa. Pertama,  penyakit jiwa yang diderita oleh orang gila yang suka bernyanyi-nyanyi. Kedua, penyakit jiwa pada orang yang perpenyakit sering menangis. Obat lainnya adalah obat untuk orang gila yang senang tertawa, orang gila yang senang bermain kotoran, orang gila yang sering disertai epilepsi, orang gila yang sering berbicara tidak karuan, orang gila yang dengan ciri yang suka tidur dan tidak mau makan, orang gila dengan ciri galak, orang gila dengan  perut bengkak, obat untuk orang gila yang umum, dan orang gila yang sering memaki-maki dukun. Adapun obat penyakit orang gila yang suka memaki-maki (dukun) atau yang dalam bahasa Bali disebut bebainan adalah daun pungut (tanaman liar di daerah tropis) yang tumbuhnya mengapit jalan masing-masing 3 helai, daun lada dakep (yang menjalar di tanah), 3 helai, 3 biji merica gundul. Obat ini disemburkan pada yang sakit, setelah itu dipijit. Setelah terlihat penyakitnya lalu ambil dan tarik dengan cepat. (2) mantranya  Ih madra macah, sira anikep larane I yono....  dan diberi rajah. Obat lainnya adalah untuk mengobati orang gila dengan ciri yang suka tidur dan tidak enak makan dan minum. Obat yang harus diberikan adalah 7 helai daun sirih yang urat daun kiri dan kanan bertemu di

tengah-tengah,

dirajah

seluruhnya,

7

butir

merica,

garam

diminumkannya. Ampasnya dipakai untuk menyemburi seluruh ubunya. Obat untuk orang gila dengan ciri suka meratap dan menangis tidak karuan siang dan malam adalah kelapa mulung, kemiri jetung (biji buahnya satu), kemiri biasa sama-sama satu biji, bawang, mungsi, ketumbar diteteskan di hidung, di mata, dan di telinga. Ampasnya dipakai untuk membedaki seluruh tubuhnya (FS Unud, 2007, hlm.10 — 11). 2. Usada Rare , adalah Usada yang ditujukan untuk anak-anak. Dalam bagian ini dijelaskan tanda-tanda bayi jika terkena penyakit. Misalnya jika bayi lemah tanpa tenaga, bayi terkena penyakit upas tawun, obatnya adalah ramuan yang terdiri atas gula, sinrong , dan air jeruk nipis. Obat ini diramu lalu diminum. Obat lainnya adalah jika bayi terkena penyakit tiwang  penyu, tanda-tandanya jika tangan, kaki, dan tubuh bayi kejang-kejang,

20

matanya merah. Ramuan obatnya adalah tuba  jenu, buah pala, kemenyan,  sarilungid , sinrong , lalu diramu dan diminum (FS Unud, 2007, hlm. 693). 3. Usada Kacacar, adalah usada yang digunakan untuk mengobati penyakit orang sakit cacar. Dalam dunia kesehatan, sakit cacar disebut penyakit varisela yang berasal dari bahasa Latin. Penyakit ini sangat menular dan  banyak menyerang anak-anak di bawah usia 10 tahun. Pengobatan  penyakit cacar ini agak rumit karena disertai dengan upacara pengobatan dan dalam pengobatan itu harus digunakan kepeng. Pada halaman 289--

290 dinyatakan “Ini kurban orang sakit kacacar, bila penyakitnya dikira akan menjumpai kematian, upakaranya, 1 buah tumpeng brumbun, dialasi dengan daun andong merah, dialalsi dengan sengkwi yang berekor, diisi seekor daging ayam brumbun, dibelah dari punggungnya, isi jeroannya masih utuh, hanya dibelah dalam keadaan masih mentah, disertai ketupat sidapurna, diisi telur bekasem 1 butir, serta 11 buah kewangen, yang 3  buah diisi uang jepun masing-masing 1 kepeng. Yang 8 buah lagi diisi uang kepeng yang biaisa saja serta canang gantal, canang rokok, serta canang lengawangi buratwangi, panyeneng, tulung, ras, dan satu buah daksnina dengan perlengkapan secukupnya. Kurban tersebut diisi uang kepeng sebanyak 175 kepeng. Ketupatnya diisi 33 kepeng, canang diisi uang 11 kepeng, masing-masing 3 tanding (buah). Daksina tersebut diisi uang 225 kepeng. 4. Usada Tuju (Pemkab Buleleng, 2007:49), Usada ini di antaranya menyebutkan beberapa obat. Obat tuju adanya di dalam perut. Kalau mempunyai penyakit ini, obatnya jeruk 2 butir, muncuk uyah- uyah hitam 3 muncuk, kapur bubuk sedikit saja. Kamudian dimasak lalu dipergunakan mengobati si sakit disertai dengan perapalan mantra yang bunyinya antara lain, Om tuju klinglang anta, duk sateka sabrang malayu mwah po kitaa ring bali, amatenin tuju teluh trajanan. Obat lainnya yang direkam dalam usada tuju adalah obat pinggang panas. Jika sakit pinggang yang tarasa  panas sarana obatnya adalah isi buah kemiri, beras yang telah direndam,  bawang merah yang dibakar (metambus). Lalu obat ini dihaluskan dan digunakan dengan menyemburkan ke pinggang yang sakit. Obat badan  panas diobati dengan sarana kulit kayu puri, nasi yang dijemur yang masih mentah, lalu kedua benda itu digiling dan cara menggunakannya dengan

21

membedaki badan yang panas tersebut. Obat menyakit lainnya adalah jika darah keluar terus menerus tanpa henti, obatnya dengan sarana tempel  perut disertai dengan perapalan “Rapet, Banyah pet, teka pet, mising ne  syanu, ya teka di tambun aku warana.” Pengobatan bermacam-macam  penyakit yang sudah disebutkan di atas harus dilakukan dengan penuh kepercayaan bahwa penyakit itu akan sembuh. Kepercayaan itu penting karena dalam tradisi usada di Bali, masyarakatnya yang beragama Hindu mempunyai keyakinan bahwa obat-obatan yang menjadi warisan nenek moyang itu menjadi bermanfaat. 5. Usada Paneseh, adalah pengobatan dan pemeliharaan untuk ibu-ibu hamil. Dalam buku Dinas Kebudayaan (2015:49) dinyatakan jika plasenta tidak keluar harus diobati dengan air tawar putih yang masih baru lalu air itu ditempatkan pada tempurung hitam lalu dirajah sangga dan minum airnya. Mantranya adalah ong luwu tumbuh di duhur batu, teka kapo blabare uli di gunung, teka anud. Untuk mengeluarkan plasenta dapat juga diobati dengan kaun kamurugan dan arak lalu diminum. Penyakit itu bisa diobati dengan jahe 7 iris, urang-aring lalu keduanya dilumatkan di depan pintu. Kemudian obat itu diminum. 6. Usada Dalem adalah pengobatan untuk penyakit dalam. Penyakit ini sangat  banyak jenisnya sehingga berakibat juga pada macam-macam pengobatan.

Dalam “Usada Dalem” di antaranya diuraikan berbagai obat yang berkaitan dengan tubuh manusia bagian dalam, seperti penyakit terkena racun, sakit  perut, obat anyang- anyangan, perut bengkak, tanda orang meninggal, dan obat yang berkaitan dengan kesehatan alat reproduksi wanita dan pria. Misalnya obat perut bengkak dan batuk- batuk keluar nanah diobati dengan kunyit warangan, kulit pohon pule, kayu batu maswi, tumukus, 3 ketumbar, minyak kelapa lalu diminum. Daun kemiri muda, cendana, pohon kembang sepatu, maswi, kemiri lalu disemburkan (Dinas Kebudyaan, 2015: hlm. 169). 7. Usada ila, adalah usada yang digunakan untuk penyakit lepra. Jenis  penyakit ini ditandai dengan warnanya. Pada halaman 1 dinyatakan waspadailah penyakit lepra dari warnanya. Jika warnanya putih disebut ila lungsir, bila berwarna merah disebut ila brahma. Bila putih berbintik-bintik disebut ila kangka dan bila berwarna merah dan tebal dinamai ila dedek

22

dan bila merah dan melingkar-lingkar dengan pinggir putih disebut ila kakarangan. Jika lepra itu warnanya merah bertumpuk-tumpuk disebut ila  buta. Dalam teks tersebut berbagai ila diobati sesuai dengan jenis  penyakitnya. Salah satu jenis pengobatan jika terkena penyakit ila lungsir (Dinas Kebudyaan, 2015: hlm. 3) adalah sebagai berikut. Obat itu adalah kulit kayu pangi, kulit kayu bila, dan sinrong wayah. Lalu kulit kayu tersebut dilumatkan sampai lembut dan ditambah dengan air cuka tahun. Kemudian obat-obat itu diramu menjadi seperti bedak. Bila pengakit ila lungir dengan gejala melingkar-lingkar tebal warna putih, obatnya adalah  jahe pahit, isin orong, bunga cengkeh, cabe jawa, terusi warangan, belerang merah, dan belerang kuning lalu ditumbuk dan dicampur dengan air jeruk limau. Obat itu dipakai untuk mengolesi pada bagian tubuh yang sakit 8. Usada Bebahi, adalah usada yang khusus menjelaskan tentang seseorang yang kena santet atau guna-guna ilmu hitam. Menurut Usada Sasah Bebai tanda-tanda orang bebainan ialah orang merasakan sakit di daerah siksikan (perut diatas kemaluan, di bawah pusar). Terasa seperti ada benda keras sebesar pisang menyumbat di hulu hati.Akhirnya si sakit jatuh pingsan. Ada pula yang berasal dari nyeri, diikuti kesemutan,gelisah dan terasa sakit seperti ditusuk-tusuk di seluruh tubuh serta badan terasa bengkak. Bila sakitnya sampai ke kepala, si sakit seperti orang gila. Jika sakitnya menjalar ke pergelangan tangan, maka penderita akan kejang-kejang dan mengigau. Jika sakitnya di lidah, maka penderita akan berbicara tak karuan-karuan. Sering pula menjerit-jerit dan menangis sejadi-jadinya. Kalau penderita ini dipegang, dia akan meronta-ronta dan mengeluarkan tenaga yang luar biasa, melebihi kekuatan orang biasa. 9. Lontar usada cukil daki, menjelaskan tentang berbagai teknik pengobatan dalam

berbagai

jenis

penyakit

seperti

rematik/tuju,

lemah

syahwat/impoten, sperma encer, sakit kusta., beberapa jenis caru yang digunakan di sawah dan tidak kalah pentingnya dicantumkan ilmu kawisesan yang wajib dimengerti dan dijalani oleh para pengusadha (balian) yang hendak mengobati dengan metode alternatif. Selanjutnya untuk jenis-jenis Usada yang lain, diantaranya usada Paneseb, Usada Ceraken Tingkeb, Usada Tiwang, Usada Darmosada, Usada Udan, Usada Indrani, Usada Kalimosada, Usada Kamarus, Usada Kuranta Bolong, Usada Mala,

23

Usada Rukmini Tatwa, Usada Smaratura, Usada Upas, Usada Yeh, Usada Buda Kecapi, Usada Cukil Daki, Usada Kuda, Usada Pamugpug, dan Usada Pamugpugan telah dijelaskan langsung dengan terjemahan lontarnya masing-masing pada bagian lampiran.

2.4

Penggunaan Usada Bali di Masyarakat

Usada Bali merupakan ilmu pengobatan yang tumbuh dan berkembang Di Bali, sehingga masyrakat Bali tidak akan asing lagi dengan adanya berbagai macam  pengobatan tradisional seperti yang terdapat pada Usada Bali. Penggunaaan atau implementasi Usada Bali di masyarakat Bali sendiri berkembang dengan adanya suatu pembicaraan dari mulut ke mulut tentang khasiat tanaman yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit tertentu. Bentuk pengobatan yang biasanya digunakan oleh masyarakat Bali ini lumayan beragam, mulai dari sediaan obat yang  berbentuk cair seperti loloh, air kumkuman, hingga campuran bahan cair lainnya. Sediaan yang berbentuk padatan atau serbuk seperti boreh  (semacam lulur),  simbuhan

(campuran

rempah-rempah

yang

dikunyag/dihaluskan)

dan

lain

sebagainya. Dalam Usada Bali dikenal telah beberapa jenis penyakit beserta dengan  pengobatan yang dilakukan dengan tradisional serta bahan-bahanya pun diperoleh dari alam. Penyakit-penyakit yang diuraikan dalam Usada Bali diberi nama sesuai dengan daerahnya (Bali) lokal dan sering dilakukan atau digunakan oleh masyarakat Bali. Adapun beberpa penyakit dan obatnya yang lumrah atau lazim digunkan oleh masyarakat menurut Usada Bali dikelompokkan menjadi beberpa jenis penyakit yaitu sebagai berikut :

A. Kelompok Penyakit Kulit : 1. Tilas Naga 

Bahan Obat Luat: Kules lelipi (kulit ular), Daun Nasi-Nasi, Injin, Kunyit, Hati ayam Bihing (merah) dibakar.



Cara Pembuatan : Semua bahan obat tersebut di gerus (Ulig) ditambah air panas, setelah itu disaring. Air saringannya ditambahkan bedak. Dipakai sebagai bedak pada kulit yang sakit.



Bahan Obat Dalam : Lunak (asem), Gula Bali, Kunyit (kunir), Madu.

24



Cara Pembuatan : Kunyit (kunir) dikikih (diparut), lunak, gula bali, dan madu di gerus dan ditambahkan air angat satu gelas kemudian disaring. Air saringannya diminum 3 X sehari (Pagi, Sore, dan Malam).

2.

Tilas Bunga 

Bahan Obat Luar : Jahe, Kunyit (kunir), Kencur, kerikan pohon cempaka, jajan begina matah dibakar, air cuka.



Cara Pembuatan : Jahe, Kunir, Kencur, Kerikan Pohon Cempaka, Jajan  begina digerus (ulig) ditambah air cuka kemudia disaring. Air saringan dipakai obat Oles pada kulit yang sakit.



Obat Dalam : Padang Sendok, Lamongan, Temu-temu, madu, jeruk  Nipis.



Cara Pembuatan : Padang Sendok, Lamongan digerus ditambahkan air angat satu gelas kemudian airnya diperas. Air perasan ditambahkan air  jeruk nipis dan madu, diminum 3 kali.

3.

Penyakit Lepra 

Bahan Obat : Hong taen sapi, hong tiing, hong telagi, hong dedalu, hong  bulan, buni selem, umbi game, lunak tanek selem, cuka belanda, wiski.



Cara Pembuatan : Hong taen sapi, hong tiing, hong telagi, hong dedalu, hong bulan, buni selem, umbi game, lunak tanek selem, semua bahan tersebut digerus sampai halus kemudian disaring dan ditambahkan cukabelanda, dan wiski. Catatan dilakukan pembersihan (lukat) di Pemuhun

(tempat

Pembakaran

jenazah;

dan

disertai

dengan

mengaturkan caru. 4.

kusta, bulenan (kurap), dan Lepra. 

Bahan Obat

Dalam : Buah jebug + Kakap Sedah + Buah Base +

Gambir 

Cara Pembuatan : Buah jebug + Kakap Sedah + Buah Base + Gambir digerus sampai alus kemudian ditambahkan air panas secukupnya

25

disaring; airnya diminum satu sendok makan setiap hari 3 kali (Pagi, Siang, dan Sore). 

Obat Luar : Kakap sedah + Jahe + Isen Kapur + Kesune Jangu + Akah Paku Dukut + Inan Kunyit.



Cara Pembuatan : Kakap sedah + Jahe + Isen Kapur + Kesune Jangu + Akah Paku Dukut + Inan Kunyit semuanya digerus dipakai boreh.

5.

Alergi Kulit 

Bahan Obat : Kakap Base + Inan Kunyit + Dakep -dakep



Cara Pembuatan : Kakap Base + Inan Kunyit + Dakep-dakep digerus kemudian ditambahkan air panas disaring diminum sebagai loloh.

B. Kelompok Penyakit Saluran Pernapasan : 1.

Bengek (Sulingan) 

Bahan Obat : Air Bungkak (kelapa Muda), Daun Kesimbukan, Daun Pancar Sona, Sari Kuning, Air Damuh.



Cara Pembuatan : Air Bungkak (kelapa Muda), Daun Kesimbukan, Daun Pancar Sona, Sari Kuning direbus. Airnya disaring ditambahkan air Danuh dipakai Tutuh (obat masuk melalui hidung).

2.

Batuk Kering 

Obat Dalam : Bunga belimbing Buluh, Daun Pancar Sona, Bawang Metambus, Daun Sulasih mihik, Kencur. Jeruk nipis.



Cara Pembuatan : Bunga belimbing Buluh, Daun Pancar Sona, Bawang Metambus, Daun Sulasih mihik, Kencur ditumbuk dimasukkan dalam kantong plastik kemudian dikukus setelah itu diperas. Air perasannya ditambahkan jeruk nipis diminum 3 X dalam sehari.



Obat Luar : Biji Nangka, Mesui, Jebuharum, jahe



Cara Pembuatan : Biji Nangka, Mesui, Jebuharum, jahe digerus (ulig) ditempelkan pada dada (ulu hati).

3.

Kohkohan (Batuk Berdahak)

26



Obat Dalam : Daun Belimbing Besi, Kunir, Kulit Kelapa Ditambus, Bawang ditambus, Lunak.



Cara Pembuatan : Daun Belimbing Besi, Kunir, Kulit Kelapa Ditambus, Bawang ditambus, Lunak. Digerus (ulig) ditambahkan air Panas, kemudian disaring. Air saringannya diminum.



Obat Luar : Bungkil Biu dang saba, Bawang metambus, kepik Waru, minyak kelapa bali.



Cara pembuatan : Bungkil Biu dang saba, Bawang metambus, kepik Waru digerus kemudian ditambahkan minyak kelapa bali dipakai obat tempel pada tulang Gihing.

4.

Penyakit saluran Pernapasan 

Bahan Obat Luar : Liligundi Sekemulan + Kesuna Jangu + Kencur + Beras



Cara Pembuatan : Liligundi Sekemulan + Kesuna Jangu + Kencur + Beras digerus sampai alus ditambahkan air panas secukupnya.

5.

Penyakit batuk Berdarah 

Bahan Obatnya : (Jahe Pahit + Jeruk Nipis + Minyak Dehe digunakan sebagai loloh).

C. Kelompok Penyakit Perut : 1.

Buh (Perut Membesar) 

Bahan Obat : Biji Tabu (waluh), Pepaya matang, Kentang, Wortel, ½ sendok cuka, ½ sendok brem, ½ kecap manis.



Cara Pembuatan : Biji Tabu (waluh) dinyanyah kemudian digerus, Pepaya matang, Kentang, Wortel dikihkih kemudian dikukus airnya diambil ditambahkan ½ sendok cuka. ½ sendok brem, ½ kecap manis, lalu diminum untuk obat.

27

2.

Mag. 

Bahan Obat Dalam : Ketela Bun (rambat), Garam sedikit, Air Titisan.



Cara Pembuatan : Ketela Bun (rambat) diparut, ditambahkan Garam sedikit, Air Titisan kemudian dimakan sehari empat kali.



Obat Luar : Kulit manggis, Kesuna Jangu, Abu (arang), minyak kelapa  bali.



Cara Pembuatan : Kulit manggis, Kesuna Jangu, Abu (arang) digerus sampai halus kemudian ditambahkan minyak kelapa bali ditempelkan  pada ulu hati.

3.

Perut Panas dan Atau dingin karena infeksi. 

Bahan Obat : Bidara Upas



Cara Pembuatan : Bidara Upas Direndam Dengan Air Panas, setelah dingin diminum dengan dosis tiga gelas dalam satu hari.

4. Berak Darah 

Bahan Obatnya : Sri Kaya Masak + Es Batu sampai dingin, kemudian dimakan. Babakan Jati + Bawang Adas + asaban Cenana digerus sampai alus kemudian disaring dijadikan loloh.

5.

Perut Sakit : 

Bahan Obat : Kerikan Buah + Kerikan Gedang + Bangle Tiga Iria + Uyah Areng.



Cara Pembuatan : Kerikan Buah + Kerikan Gedang + Bangle Tiga Iria + Uyah Areng dipapak disimbuhkan dibagian perut yang sakit.

D. Kelompok Penyakit Tulang : 

Bahan Obat Luar : Akar Kayu Tulang, Akar Sambung Tulang, Akar kayu Tiwang, Akar liligundi, kelapa ental, sindrong jangkep.



Cara Pembuatan : Akar Kayu Tulang, Akar Sambung Tulang, Akar kayu Tiwang, Akar liligundi, kelapa ental, sindrong jangkep digerus kemudian digoreng dipakai untuk boreh pada bagian yang sakit. Bata

28

merah digambar dengan Ongkara dipanaskan dan diatasnya diisi daun liligundi secukupnya dan diinjak dengan kaki yang sakit sampai keluar air pada kaki yang sakit. 

Obat Dalam : Daun Paye Puuh, Kuncuk Pule, Daun Ginten Cemeng, Temukus, akah kayu angket, temu ireng, jahe pahit



Cara Pembuatan : Daun Paye Puuh, Kuncuk Pule, Daun Ginten Cemeng, Temukus, akah kayu angket, temu ireng, jahe pahit digerus kemudian ditambahkan air panas secukupnya dan disaring. Air saringannya diminum 3 kali dalam sehari.

E. Kelompok Penyakit Kepala : 1.

Puruh atau Belahan 

Obat Luar : kulit telur ayam, daun sembung, mesui, cekuh nunggal,  buah base, daun dagdag.



Cara Pembuatan : kulit telur ayam, daun sembung, mesui, cekuh nunggal, buah base digerus sampai halus kemudian ditempelkan pada kepala ditutup dengan daun dagdag. Catatan dalam pengobatan tidak  boleh kena asap, merokok, kena air. Dan untuk obat urutnya dipergunakan bawang merah, kayu putih, limo diurut pada tulang  belakang (tulang gihing).

2.

Obat Rambut Rontok 

Bahan Obat Luar : Kelabet, daun langir, daun mangkok, lidah buaya,  putih semangka pusuh.



Cara Pembuatan : Kelabet, daun langir, daun mangkok, lidah buaya,  putih semangka pusuh di lablab kemudian disaring, airnya dimasukkan ke dalam botol ditutup kemudian didinginkan dalam air baru dipakai dikepala sampai kena kulit kepala.



Obat Dalam : Daun jempiring, gula bali,



Cara Pembuatan : Daun jempiring, gula bali digerus kemudian disaring diminum.

29

F. Kelompok Penyakit Pada Wanita : 1.

Keputihan 

Bahan Obat Luar : Daun keliki, kulit manggis, bawang merah.



Cara Pembuatan : Daun keliki, kulit manggis, bawang merah digerus ditempelkan pada perut.



Obat Dalam : Akah kemogan, tain yeh, umbi ikose (sejenis isen).



Cara Pembuatan : Akah kemogan, tain yeh, umbi ikose (sejenis isen) digerus dan ditambahkan air panas secukupnya kemudian disaring dan diminum sebagai loloh.

2.

Datang Bulan Tak Lancar. 

Bahan Obat Luar : temako, lunak, minyak tandusan



Cara Pembuatan : temako, lunak, minyak tandusan digerus ditempelkan  pada pusar pada malam hari.



Obat Dalam : daun isen, gula bali, akah biu dang saba, blangsah buah, sari kuning.



Cara Pembuatan : daun isen, gula bali, akah biu dang saba, blangsah  buah, sari kuning digerus kemudian ditambah air panas dan disaring, airnya diminum untuk obat.

3.

Vagina Sakit 

Bahan Obat Luar : untuk Mandi : daun candi late direbus untuk air mandi.



Untuk oles : jagung muda, gadung cina, buah kem, umbi ilak, daun ilak, semuanya direbus disaring kemudian ditambahkan dengan perbandingan 1 : 1 air mawar.

G. Kelompok Penyakit Gigi : 1.

Sakit Gigi tidak ada ocel

30



Bahan Obat : Untuk gosok gigi : Getah kamboja ditambah odol atau garam. Obat kumur : Babakan ental, garam direbus, air rebusan dipakai kumurkumur. Obat oles : Daun kayu anyeket, daun tabia lombok, hatin  bawang, air cendana semua bahan digerus sampai halus.

2.

Sakit Gigi Yang Berlubang 

Bahan Obat : arang Kau-kau, sembung, trusi.



Cara Pembuatan : arang Kau-kau, sembung, trusi digerus ditambahkan air panas dijadikan obat kumur.

3.

Sakit Gigi 

Bahan Obat : Jahe Pahit + Jeruk Nipis + Minyak Dehe + Boton Tuwung Kanji yang Tua.



Cara Pembuatan : Jahe Pahit + Jeruk Nipis + Minyak Dehe + Botun Tuwung Kanji yang Tua di lablab, kemudian airnya disaring dipakai obat kumur. Air Lumut dipakai Kumur-Kumur.

H. Obat Untuk Vitalitas : 

Bahan Obat Dalam : Kuning Telur ayam, air kunir 1 sendok, serbuk merica, madu dicampur dijadikan satu dan diminum sebagai loloh. Kuud ental, wortel, ketela. Kelapa metunu; semuanya itu digerus kemudian dikukus, airnya diambil dijadikan loloh.



Obat Luar : Buah Tibah dicocok dimasukkan garam, kemudian ditambus, kemudian diinjak tepat kena cekok kaki. Kelapa hijau muda+27 biji merica -------- minum Mempeenak Rasa : sari bunga  pudak+madu+pijer,

lalu

disaring

---

Dioleskan

pada

kelamin.

Menghidupkan Penis : Lawos 3 iris+bawang Tunggal 7 iris+daun jeruju dijadikan loloh + Tuak ----minum.

I. Obat Luka :

31



Bahan Obat : Minyak Alu, Yeh Lunak, Yeh Jeruk Purut, dipakai obat oles luka. Isen, Batang jepun di lablab atau ditambus airnya dipakai obat oles.

J. Kelompok Penyakit Mata : 1.

Mata Merah : 

Bahan Obat : Air Batang Simbukan, Umbi tunjung, air kakap.



Cara Pembuatan : Umbi Tunjung ditambus , ditambah air batang simbukan dan air kakap kemudian disaring; airnya dijadikan obat tetes. Air rebusan daun Kelor dipakai air mencuci mata setiap bangun pagi.

2.

Mata Tumbuhan (ada daging di dalam mata) 

Bahan Obatnya : Darah Bulu ekor ayam, Darah Ekor lindung dipakai obat tetes mata.



K. Kelompok Penyakit Saluran Kencing : 1.

Kencing Darah 

Bahan Obatnya : Semangka + Gula Batu



Cara Pembuatan : Semangka dicocok sampai berlubang kemudian dimasukkan gula batu didiamkan selama satu hari, kemudian air semangka itu diminum untuk obat.

2.

Kencing Batu 

Bahan Obatnya : Kelungah Nyuh Mulung + Bunga Gedang Renteng + Bawang Adas + Bulih Sutra + Jeruk Nipis.



Cara Pembuatan : Kelungah Nyuh Mulung dilobangi dan dimasukkan Bunga Gedang Renteng + Bawang Adas + Bulih Sutra + Jeruk Nipis, kemudian didadah sampai matang. Airnya diminum lebih kurang dengan dosis 2 sampai 3 kelapa dalam sehari.

32

3.

Penyakit Kencing Manis 

Bahan Obatnya : Widara Upas + Jahe Pahit + Jeruk Nipis + Sambi Roto + Bidara

L. Kelompok Penyakit Lainnya :

10. Obat Upas : 

Cara Pembuatan : Widara Upas + Jahe Pahit + Jeruk Nipis + Sambi Roto + Bidara Upas direbus sampai mendidih dan air tinggal sepertiganya, kemudian disaring. Air saringannya diminum sebagai obat.

10. Obat Asam Urat : 

Bahan Obat Luar : Babakan Juwet + Babakan Book + Babakan Jepun + Pomor Bubuk + Kesuna Jangu + Isen Pabuan + Air Cuka.



Cara Pembuatan : Babakan Juwet + Babakan Book + Babakan Jepun + Pomor Bubuk + Kesuna Jangu + Isen Pabuan digerus sampai alus kemudian ditambahkan air panas secukupnya disaring kemudian + Air Cuka.

10. Obat Bengkak : 

Bahan Obatnya : Jabug Arum 3 Biji + Inan Kunyit + Temutis



Cara Pembuatan : Jabug Arum 3 Biji + Inan Kunyit + Temutis di kunyah sampai alus kemudian disimbuhkan pada tempat yang bengkak.

10. Darah Kotor 

Bahan Obat : Buah Menori (di ambil bijinya yang muda) + Pancar Sona Sekembulan.



Cara Pembuatan : Buah Menori (di ambil bijinya yang muda) + Pancar Sona Sekembulan di Gerus Sampai Alus ditambahkan air panas secukupnya, kemudian disaring. Diminum sebagai loloh.

33

10. Obat Jerawat 

Bahan Obatnya : Kakap Tabia Bun + Kesuna Jangu + Akah Paku Jukut + Inan Kunyit.



Cara Pembuatan : Kakap Tabia Bun + Kesuna Jangu + Akah Paku Jukut + Inan Kunyit di gerus sampai alus dijadikan boreh (bedak) pada Jerawat.

2.5

Jenis-jenis Tanaman yang Terdapat Terdapat Pada Usadha Bali Baik yang Telah Terbukti Secara empirik dan Secara Ilmiah yang Didukung Oleh JurnalJurnal Penelitian Ilmiah

2.5.1 Tanaman yang terdapat pada Usada Bali yang Teruji secara Empiris

1.

Cempaka Kuning, cempaka Kuning digunakan untuk badan sakit, ngilu dan nyeri di seluruh bagian tubuh yang telah lama diderita dan tidak mempan diobati. Bahan-bahan obat yang digunakan, yaitu pohon cempaka kuning,  pohon sandat (kenanga), pohon majagaru, pohon dedak dan ditambah beras merah. Semua bahan-bahan digiling halus. Setelah halus, kemudian dibungkus daun pisang lalu dibakar dengan abu bara. Sewaktu diperkirakan matang, diisi dengan air cendana. Campuran dibedak paremkan sampai beberapa hari secara tetap dan teratur (Pulasari, 2009).

2.

Daun Intaran, daun intaran digunakan untuk sakit gila dengan gejala selalu mau melepaskan pakaian dari badannya. Bahan-bahan obat yang digunakan adalah daun intaran, munggi, sesawi, dan teriketuka. Bahan-bahan tersebut dibuat menjadi obat tetes (Pulasari, 2009).

3.

Jeruk Nipis, jeruk nipis digunakan untuk pengobatan penyakit tuju, gila, badan kotor, dan gudig yang disertai kurap. Untuk pengobatan penyakit tuju dengan gejala kaki meluang dan sakit berdenyut-denyut, bahan obat yang digunakan adalah air jeruk nipis dicampur dengan serbuk batu merah dan teriketuka, kemudian dibuat menjadi boreh. Untuk penyakit gila dengan gejala berupa  penderita berteriak-teriak berte riak-teriak atau menjerit-jerit menjer it-jerit seperti kesakitan, bahan obat yang digunakan adalah jeruk nipis dicampur dengan daun keling, sesawi, dan jeruk  purut, kemudian dibuat menjadi obat tetes hidung. Untuk penyakit gila dengan gejala penderita selalu berbicara sendiri tak menentu atau tak berarti, kadang memaki-maki, dan suka makan sesuatu yang tidak pantas untuk dimakan, bahan obat yang digunakan adalah merica putih yang digiling halus dicampur dengan

34

air jeruk nipis, dan diremas bersama dengan semut hitam. Hasilnya langsung diteteskan pada mata, telinga, dan hidung. Untuk badan kotor (daki), kurus keriput, atau sakit gudig, bahan obat yang digunakan adalah jeruk nipis, daun dausa keling, daun teked-teked, dan garam. Bahan-bahan tersebut dibuat dalam  bentuk jamu minum atau loloh. Untuk sakit gudig disertai kurap, bahan obat yang digunakan adalah bubuk buah asam (cempaluk), lengkuas, bangle, jeruk nipis, dan minyak kelapa tandusan. Bahan dicampur dan dilumaskan atau diparemkan di seluruh badan. Dibuat obat minum (Pulasari, 2009). 4.

Jeruk Purut, jeruk purut digunakan untuk pengobatan penyakit tuju, gila, dan ayan. Untuk seseorang yang terkena penyakit tuju dan terasa meluang, bahan obat yang digunakan adalah jeruk purut, kayu kesambi, dan kecemcem. Masing-masing bahan diambil kulitnya, kemudian dicampur dengan teriketuka, tai ayam, tangkai sate, kemudian ditumbuk untuk dibuat menjadi boreh/parem. Untuk sakit gila dengan gejala berteriak-teriak atau menjerit-jerit seperti kesakitan, bahan obat yang digunakan, yaitu jeruk purut dicampur dengan daun keling, sesawi, dan jeruk nipis, kemudian dibuat menjadi obat tetes hidung. Untuk sakit ayan (epilepsi), bahan yang digunakan adalah jeruk purut, uku-uku yang kehitaman, dan garam dibuat menjadi obat jamu minum (Pulasari, 2009).

5.

Kencur, kencur digunakan untuk sakit encak (luka kena tindih benda berat hingga memar). Bahan obat yang digunakan adalah beras putih dengan kencur, keduanya dikunyah di mulut dan langsung disembur pada bagian yang sakit encak (Pulasari, 2009).

6.

Kunir, kunir digunakan untuk pengobatan gatal karena jelatang dan untuk meningkatkan nafsu pada wanita. Untuk sakit gatal-gatal karena terkena  jelatang, bahan yang digunakan adalah kunir warangan dan kapur bubuk. Kunir warangan digiling dicampur kapur bubuk, kemudian diurutkan pada bagian  badan yang gatal karena kena jelatang. Untuk seorang istri, yang tidak bernafsu atau bergairah dalam bersenggema dan tidak lagi kotor kain (menstruasi), bahan obat yang digunakan adalah temu tis, cengkeh, dan santan tane. Bahan-bahan ini diolah sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai obat tetes mata, hidung dan telinga. Setelah diteteskan, sisanya diberikan sebagai obat untuk diminum (Pulasari, 2009).

7.

Lengkuas, lengkuas digunakan untuk pengobatan linu, epilepsi, gila, gudig yang disertai kurap, dan gatal. Untuk penyakit linu-linu, bahan obat yang

35

digunakan antara lain lengkuas, daun sembung, daun pule, temutis, temu kunci, kunir, bangle, dan jahe pahit masing-masing sepanjang satu buli, serta gegambiran anom. Bila ingin dalam keadaan hangat, diisi lagi dengan sinderong dan diambil air endapannya. Mula-mula tumbuk semua bahan, isi sedikit air, diperas dan disaring, kemudian langsung diminum. Untuk sakit ayan dan sering mengalami pingsan (epilepsi), bahan obat yang digunakan adalah lengkuas, paci-paci beserta bunganya, kemiri, dan jebugarum (pala, jangu, dan musi). Semua bahan dibuat menjadi obat jamu minum dan ampas jamu dipakai sebagai bedak parem (boreh). Untuk sakit gila dengan gejala selalu ngomel,  bersengut-sengut, dan merengut, bahan obat yang digunakan adalah lengkuas, lenga wangi, selasih harum, dan musi. Semua bahan dibuat menjadi obat tetes hidung dan telinga. Ampasnya dibuat menjadi bedak parem (boreh). Untuk seseorang yang telah lama menderita gila, kadang-kadang sudah sembuh dan kadang-kadang kambuh lagi, bahan obat yang digunakan antara lain 2 iris lengkuas, daun uku-uku yang warnanya agak hitam, dan musi. Semua bahan ditumbuk atau digiling, direndam dengan air cuka, lalu dimasak dalam periuk (digodok). Setelah matang, dibiarkan sampai keesokan harinya dan diambil air yang bening. Air tersebut dipakai sebagai obat minum dan obat tetes pada mata, hidung, dan telinga. Untuk badan sakit gudig disertai kurap, bahan obat yang digunakan antara lain lengkuas, bubuk buah asam (cempaluk), bangle, jeruk nipis, dan minyak kelapa tandusan. Bahan dicampur dan dilumaskan atau diparemkan di seluruh badan. Untuk badan gatal dan binil-binti seperti digigit nyamuk, bahan obat yang digunakan adalah lengkuas, daun pepe, daun pisang saba, kemiri, bawang, dan adas. Semua bahan dibuat dalam bentuk paremnya (Pulasari, 2009). 8.

Liligundi, liligundi digunakan untuk salit gila dan bengkak. Untuk saki gila dengan geala selalu senyum-senyum, bahan obat yang digunakan adalah akar liligundi, akar intaran, biji bah kelor, dan teriketuka. Bahan-bahan dibuat menjadi obat tetes hidung. Untuk sakit gila dengan gejala tampak menari-nari,  bahan obat yang digunakan adalah liligundi sekawit, sesawi, dausa keeling, dan gula. Semua bahan dibuat menjadi obat tetes mata dan hidung. Untuk bengkak bengkak di badan, bahan obat yang digunakan adalah liligundi, kantewali, musi, ebug harum, dan air cuka. Bahan-bahan ini dicamur dan dimasak sekaligus. Setelah matang, airnya dipakai sebagai obat minum (Pulasari , 2009).

36

9.

Pule, pule digunakan untuk pengobatan penyakit tuju. Untuk sakit tuju dengan gejala ruam di bagian badan mana saja (seluruh badan), bahan obat yang digunakan adalah kulit pule, akar awar-awar, beras merah, teriketuka, dan air abu dapur (yang telah diendapkan). Bahan-bahan tersebut ditumbuk halus, lalu dituangi air abu dapur, kemudian diborehkan.

10.

Sembung, sembung digunakan untuk kepanasan karena terbakar dan perut yang terasa kaku. Untuk seorang yang menderita badan kepanasan karena kena  bakar, bahan obat yang digunakan adalah getah kayu sembung tulang. Diambil setangkai cabang sembung tulang, dipatahkan ranting-rantingnya, kemudian diteteskan getahnya pada bagian yang panas karena terkena bakar. Untuk perut yang terasa kaku serta dugalan (ada endapan kotoran akibat berbagai penyakit),  bahan obat yang digunakan adalah sembung, pule, kayu melelo, dan umah sepuh (sejenis semut). Semua bahan dicampur, digiling, diperas, lalu disaring. Air sari dicampur dengan madu dan diberikan sebagai obat minum (Pulasari, 2009). Dari beberapa contoh yang telah dijelaskan, terlihat bahwa obat-obat dalam Usada Dalem paling banyak diberikan dalam bentuk boreh, tetes (baik mata, hidung, maupun telinga), dan loloh. Selain tanaman-tanaman yang telah disebutkan, masih terdapat banyak tanaman yang digunakan untuk pengobatan dalam Usada Dalem. Beberapa tanaman yang digunakan dalam pengobatan  beserta khasiatnya menurut Usada Dalem dapat dilihat pada tabel berikut.

11.

Adas ( Foeniculum vulgare) Upas

Hyang,

mencret, panas biasa, demam,

 panas dan gelisah, sakit pjen, sakit perut disertai panas, daging dan otot kaku, gila dan menyebut nama dewa, gila dengan tanda tertentu di tubuhnya, gila dengan tanda senang menangis setiap hari, gila menahun, mata rabun karena tuju rambat, pusing, tuju gumi, panas dalam, panas pusing, jampi wangke, hati nek, tidak bisa berak dan kencing. Adas umumnya digunakan untuk mengobati sakit perut (mulas), perut kembung, rasa penuh di lambung, mual, muntah, diare, sakit kuning (jaundice), kurang nafsu makan, batuk berdahak, sesak napas (asma), haid: nyeri haid, haid tidak teratur, air susu ibu (ASI) sedikit,  putih telur dalam kencing (proteinuria), susah tidur (insomnia), buah pelir turun (orchidoptosis), usus turun kelipat paha (hernia inguinalis), pembengkakan saluran sperma (epididimis), penimbunan cairan di dalam kantung buah zakar (hidrokel

testis),

mengurangi

rasa

sakit

akibat

batu

dan

membantu

37

menghancurkannya, rematik gout, dan keracunan tumbuhan obat atau jamur (Hasanah, 2004). 12.

Bawang merah (Allium cepa var. aggregatum L.) Obat bengkak, obat keringat tidak bias keluar, gila suka menyanyi, obat gila, obat pusing, tiwang tojos.

13.

Bawang putih (Allium sativum L.) Upas rambat, bengkak, mokan beseh mangrekurek, mokan kakipi, obat tidak mengeluarkan keringat, upas kebo ingel, Cetik tiwang saliwah putih, upas rambat, obat bengkak.

14.

Bangle (Zingiber purpureum Roxb) Penyakit linu-linu, loyo, segala penyakit tuju, obat gila suka menyanyi, kulit tidak berkeringat, obat bengkak, hati terasa  bengkak, tidak sadarkan diri, tiwang angin.

15.

Dadap (Erythrina lithosperma Miq) Terkena racun, badan kurus dan mengeluarkan darah, obat pjen, obat bengkak, sembelit, kerambit disertai tuju, mencret-mencret.

16.

Buah delima (Punica granatum L.) Jampi amengka (membengkak), mencret mengeluarkan darah dan nanah.

17.

Jangu (Acorus calamus L) Cetik tiwang saliwah putih.

18.

Kelembak Rheum officinale Baill Pergelangan tangan gemetar akibat terkena cetik, obat terkena reratus (campuran racun).

19.

Kelor Moringa oleifera Lam Penyakit kusta, gila yang suka tersenyum-senyum, gila yang suka tertawa, tiwang belabur, merintih-rintih (kriyak-kriyok)  perutnya.

20.

Kembang sepatu Hibiscus rosa-sinensis L. Obat tuju raja bengang, obat  bengkak di dalam perut dan bernanah, obat pjen, tuju gumi, racun warangan, merapatkan vagina, obat kuat saat bersengggama.

21.

Kemiri Aleurites moluccana (L.) Willd Obat bengkak, bengkak dalam perut dan keluar nanah, obat demam, penyakit perut, panas dalam, sakit perut, jampi amengka, obat sembelit.

22.

Kenanga Cananga odorata (Lamk.) Hook. ngilu di seluruh bagian tubuh,tiwang  jawat, gatal seluruh tubuh.

23.

Ketumbar Coriandrum sativum L. Obat bengkak, bengkak dalam perut dan  bernanah, tiwang ketket, jampi agung, obat tubuh terasa panas, upas bengang, muntah mencret dan gelisah, penyakit linu-linu.

38

24.

Lengkuas Alpinia galanga (L.) Sw.v Penyakit linu, penyakit ayan dan sering  pingsan karena epilepsi, untuk badan sakit gudig disertai kurap dan untuk badan gatal.

25.

Mengkudu Morinda citrifolia L. Luka digigit anjing, perut bengkak.

26.

Pala (jebug arum) Myristica fragrans Houtt Gila yang tidak betah diam, obat kemaluan, tiwang, pinggang terasa kaku, panas dingin, jampi amengka, sakit  perut.

2.5.2 Tanaman yang terdapat pada Usada Bali yang Teruji secara Ilmiah

1.

Buah adas ( Foeniculum vulgare Mill .) 

Kandungan Kimia : stigmasterol, kamfena, limonen, arginin, umbeliferona, saponin, flavonoida, polifenol, anetol, fenkom, pinen, dipenten, felandren, metilkavikol, anisaldehid, minyak atsiri (asam anisat, trans-anetol, limonen, estragol, fenkon, terpinen), senyawa kumarin, xantotoksin, ßsitosterol, a-amirin, asam klorogenat, dan kuersetin-3-O- ß-glukoronida (Ismawan, tt; Anonim, 2004).



Khasiat Secara Ilmiah : Minyak atsiri buah dan batang adas secara in vitro dapat menghambat pertumbuhan bakteri E.coli dan bakteri S. aureus. Senyawa ini juga mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram negatif lain yakni Serratia marcesence dan Klebsiella (El-Adly dkk., 2007)



Efek Tosik : Uuji toksisitas dilakukan pada mecit dengan memberikan minyak atsiri biji buah adas. Setelah 72 jam pemberian, diamati bahwa LD50 dari minyak atsiri adas adalah 1.038 ml/kg berat badan mencit (Zein, 2004).

2.

Delima ( Punica granatum L.) 

Kandungan Kimia : Pada buah delima mengandung senyawa saponin, flavonoid dan polifenol. Senyawa yang terkandung di dalam kulit batang,  bunga dan buahnya juga adalah tanin (Hutapea, 2000)



Khasiat Secara Ilmiah : Dalam Usada Rare, kulit buah delima digunakan untuk mengobati anak diare. Efek antidiare kulit buah delima dibuktikan dengan melakukan uji pada infusa kulit buah delima aktif terhadap Salmonella typhimurium dengan konsentrasi hambat minimum 1,1 mg/ml  pada dosis 800 mg/kg BB dan mengurangi diare pada dosis 400 dan 800 mg/kg BB (Ismawan, tt).

39



Efek Toksik : Mengkonsumsi kulit akar dan batang delima secara  berlebihan (>80 g) dapat menyebabkan mual dan muntah, perut kembung serta sakit perut. Senyawa tanin yang terkandung di dalamnya dapat menimbulkan diare. Efek lain yaitu tremor, kelemahan otot, dan kram pada ekstremitas, pusing, kebingungan mental, diplopia dan midriasis , serta gangguan okuler lainnya (Aviram, 2000)

3.

Bangle ( Zingiber purpureum Roxb) 

Kandungan Kimia : minyak atsiri seperti sabinene, ß-pinene, karyopilen oksida, pada rizom bangle mengandung triquinacene, 1,4-bis (methoxy), (Z)-ocimene,

terpinen-4-ol,

terpinene,

ß-phellandrene

dan

cis-

sabinenehydrate (Anonim. 2010) 

Khasiat : mengobati perut si anak terasa panas (panas dalam) karena ada infeksi di dalam perut (Suwidja, 1991)

4.

Belimbing Besi ( Averrhoa carambola L.) 

Kandungan Kimia : alkaloida, saponin dan flavonoida, sedangkan kandungan kimia buah Averrhoa carambola adalah protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B, dan C (Hutapea, 2000)



Khasiat : mengobati anak demam dan batuk, anak hangat badannya, anak  batuk kering, perut bayi jampi atau barah-panas dalam, badan panas dan  batuk, serta sebagai obat sakit panas (Suwidja, 1991)

5.

Bawang merah ( Allium cepa L.) 

Kandungan Kimia : flavonoid, tannin, fenol, minyak atsiri yang Obat sakit  perut dan mengatasi perut mengandung komponen sikloaliin, metilaliin, kembung pada bayi (Suwidja, 1991) dihidroaliin, kaempferol, kuersetin,

cepaene,tiosulfonat dan floroglusin (Anonim, 1995) 

Khasiat : Obat sakit perut dan mengatasi perut kembung pada bayu (suwidja,1991)

6.

Kelor ( Moringa oleifera) 

Kandungan Kimia : di dalam daun kelor mengandung saponin dan  polifenol, sedangkan dalam kulit batang mengandung minyak atsiri.



Khasiat : mengatasi perut bayi jampi atau barah panas-dalam (Suwidja, 1991)

7.

Kemiri ( Aleurites moluccana (L.) Willd .) 

Kandungan Kimia : saponin, flavonoida dan polif enol (Tengah dkk., 1995)

40



Khasiat : mengobati guwam, bayi badannya panas dan tidak mau makan,  bayi batuk dan serak, dan perut si anak terasa panas (Suwidja, 1991)

8.

Ketumbar (Coriandrum sativum) 

Kandungan Kimia : saponin, flavonoida, tanin, sedangkan minyak atsiri mengandung d-linalool, geraniol, borneol (Anonim. 1995; Hutapea, 2000)



Khasiat : sebagai obat batuk, bayi sesak napas, anak muntah-muntah, anak sering mencret, dan perut anak terasa panas (Suwidja, 1991)

9.

Kunir (Curcuma longa L.) 

Kandungan Kimia : flavonoid kurkumin (diferuloylmethana) dan berbagai  jenis minyak atsiri seperti tumeron, atlanton, dan zingiberon. Kandungan

kimia yang lain meliputi gula, protein, dan resin (Hutapea, 2000) . 

Khasiat : mengobati perut si anak terasa panas dan muntah-muntah pada anak (Suwidja,1991)

10.

Bawang Putih (Garlic) 

Khasiat Secara Empiris : Menurunkan kadar kolesterol darah, anti agregasi  platelet,

antiinflamasi,

menghambat

sintesis

kolesterol,

antibakteri,

antifungi, antikanker, antiviral, dan antispasmodik (Annisa, 2008). 

Efek Klinis/Preklinis : Berdasarkan suatu penelitian, bawang putih memiliki efek sebagai antioksidas. Namun, penelitian tersebut baru mencapai tahap uji preklinis pada tikus (Gorinstein, 2006).

11.

Cempaka Kuning (Chempaka) 

Khasiat Secara Empiris Cempaka umumnya digunakan sebagai diuretik dan ekspektoran. Daunnya digunakan untuk pengobatan batu ginjal, mulas, dan napas/mulut bau. Kulit kayu digunakan untuk pengobatan demam dan haid tidak teratur. Bunganya dapat dipakai untuk aroma perawatan rambut. Adanya senyawa bioaktif seskuiterpen lakton (termasuk ke dalam senyawa terpenoid) yang terkandung di dalam ekstrak daun cempaka kemungkinan  besar

mengakibatkan

terjadinya

penghambatan

pertumbuhan jamur

Fusarium oxysporum (Padmiari, 2010).

41



Efek Klinis/Preklinis

Berdasarkan suatu penelitian, cempaka

kuninga memiliki efek menyembuhkan luka. Namun, penelitian tersebut  baru mencapai tahap uji preklinis pada tikus (Dwajani, 2009). 12.

Dadap Serep ( Ethyrina miq) 

Khasiat Secara Empiris Daun tanaman ini digunakan untuk mengobati demam, pelancar ASI, sariawan perut, mencegah keguguran (obat luar),  perdarahan bagian dalam, dan sakit perut. Sedangkan, kulit kayunya digunakan untuk mengobati batuk dan sariawan perut (Gunawan, 1993).



Efek Klinis/Preklinis Belum ditemukan hasil penelitian mengenai efek farmakologi dari tanaman ini, baik secara preklinis maupun secara klinis.

13.

Daun Siris ( Piper bettle) 

Sirih adalah merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat

atau bersandar pada batang pohon lain. Sebagai budaya daun dan buahnya  biasa

dikunyah

bersama gambir, pinang, tembakau dan kapur.  Namun

mengunyah sirih telah dikaitkan dengan penyakit kanker mulut dan  pembentukan

squamous cellcarcinoma yang

bersifat malignan. 

Juga

kapurnya mebuat pengerutan gusi (periodentitis) yang dapat membuat gigi tanggal, walaupun daun sirihnya yang mengandung antiseptik mencegah gigi berlubang. 

Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (betIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur.Sirih  berkhasiat menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan cendawan.Daun sirih juga bersifat menahan perdarahan, menyembuhkan luka pada kulit,  dan gangguan saluran pencernaan.Selain itu juga bersifat mengerutkan, mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah, hemostatik, dan menghentikan perdarahan. Biasanya untuk obat hidung berdarah, dipakai 2 lembar daun segar Piper betle, dicuci, digulung kemudian dimasukkan ke dalam lubang hidung. Selain itu, kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih hutan juga dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama penghisap.

14. Daun sirsak 

Daun

sirsak

ternyata

mengandung

banyak

manfaat

untuk

bahan

 pengobatan herbal, dan untuk menjaga kondisi tubuh. Dibalik manfaatnya

42

tersebut

ternyata

tak

lepas

dari

kandungannya

yang

banyak

mengandung acetogenins, annocatacin, annocatalin, annohexocin, annonacin, annomuricin, anomurine, anonol, caclourine, gent isicacid, gigantetronin, linoleic acid, muricapentocin. Kandungan senyawa ini merupakan senyawa yang banyak sekali manfaatnya bagi tubuh, bisa sebagai obat penyakit atau untuk meningkatkan kekebalan tubuh. 

Manfaat daun sirsak ternyata 10.000 kali lebih kuat kandungan dan kemampuannya dari kemoterapi dalam mengobati kanker.Ini berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan, pada masyarakat kuno daun sirsak sudah diketahui manfaatnya dan banyak diguinakan untuk mengobati  penyakit.Sekitar tahun 1965,  berbagai studi para ilmuwan membuktikan ekstrak daun sirsak memiliki khasiat yang lebih baik dari kemoterapi,  bahkan ekstrak tersebut bisa memperlambat pertumbuhan kanker.Pada tahun 1976, National Cancer Institute telah melakukan penelitian ilmiah dan hasilnya menyatakan batang dan daun sirsak efektif menyerang dan menghancurkan sel-sel kanker.Ini karena kandungannya yang sangat tinggi senyawa proaktif bagi tubuh, ini jarang ditemukan pada buah lainnya

15.

Sambiloto 

Sambiloto merupakan tumbuhan berkhasiat obat berupa terna tegak yang tingginya bisa mencapai 90 sentimeter.Asalnya diduga dari Asia tropika.Penyebarannya dari India meluas ke selatan sampai di Siam, ke timur sampai semenanjung Malaya, kemudian ditemukan Jawa.Tumbuh  baik di dataran rendah sampai ketinggian 700 meter dari permukaan laut.Sambiloto dapat tumbuh baik pada curah hujan 2000-3000 mm/tahun dan suhu udara 25-32 derajat Celcius.Kelembaban yang dibutuhkan termasuk sedang, yaitu 70-90% dengan penyinaran agak lama.



Tanaman sambiloto digunakan untuk mencegah pembentukan radang, memperlancar air seni (diuretika), menurunkan panas badan (antipiretika), obat sakit perut, kencing manis, dan terkena racun. kandungan senyawa kalium memberikan khasiat menurunkan tekanan darah. Hasil percobaan farmakologi menunjukkan bahwa air rebusan daun sambiloto 10% dengan takaran 0.3 ml/kg berat badan dapat memberikan penurunan kadar gula darah yang sebanding dengan pemberian suspensi glibenclamid.[3] Selain

43

itu, daun Sambiloto juga dipercaya bisa digunakan sebagai obat penyakit tifus dengan cara mengambil 10-15 daun yang direbus sampai mendidih dan diminum air rebusannya. 16.

Papaya 

Pepaya (Carica papaya L.), atau betik adalah tumbuhan yang berasal dari Meksiko bagian selatan dan bagian utara dari  Amerika Selatan,  dan kini menyebar luas dan banyak ditanam di seluruh daerah tropis untuk diambil

buahnya. C.

papaya adalah

satu-satunya

jenis

dalam genus Carica. 

Manfaat buah pepaya: Pepaya memiliki manfaat yang banyak karena  pepaya banyak mengandung vitamin A yang baik untuk kesehatan mata,  pepaya juga memperlancar pencernaan bagi yang sulit buang air besar. Di  beberapa tempat buah pepaya setengah matang dijadikan rujak buah manis  bersama dengan buah bengkoan, nanas, apel, belimbing, jambu air. Getah  buah pepaya juga tergolong mahal karena getah pepaya bida diolah menjadi tepung papain yang berguna bagi kebutuhan rumah tangga dan industri.Pada pengobatang herbal pepaya dapat mencegah kanker, sembelit, kesehatan mata.

17.

Mengkudu 

atau keumeudee (Aceh);  pace, kemudu, kudu (Jawa); cangkudu (Sunda); k  odhuk (Madura); tibah(Bali)  berasal daerah Asia Tenggara, tergolong dalam

famili Rubiaceae. 

adalah noni (Hawaii),

Nama

lain

untuk

tanaman

ini

nono(Tahiti), nonu (Tonga), ungcoikan (Myanmar)

dan ach (Hindi). Tanaman ini tumbuh di dataran rendah hingga pada ketinggian 1500m. Tinggi pohon mengkudu mencapai 3 – 8 m, memiliki  bunga bongkol berwarna putih. Buahnya merupakan buah majemuk, yang masih muda berwarna hijau mengkilap dan memiliki totol-totol, dan ketika sudah tua berwarna putih dengan bintik-bintik hitam. Secara tradisional, masyarakat Aceh menggunakan buah mengkudu sebagai sayur dan rujak.Daunnya

juga

digunakan

sebagai

salah

satu

bahan nicah

 peugaga  yang sering muncul sebagai menu wajib buka puasa.Karena itu, mengkudu sering ditanam di dekat rumah di pedesaan di Aceh.Selain itu mengkudu juga sering digunakan sebagai bahan obat-obatan.

44



Manfaat: Zat nutrisi: secara keseluruhan mengkudu merupakan buah makanan bergizi lengkap. Zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh, seperti  protein, viamin, dan mineral penting, tersedia dalam jumlah cukup pada  buah dan daun mengkudu. Selenium, salah satu mineral yang terdapat pada mengkudu merupakan antioksidan yang hebat. Berbagai jenis senyawa yang terkandung dalam mengkudu : xeronine, plant sterois,alizarin, lycine, sosium, caprylic acid, arginine, proxeronine, antra quinines, trace elemens,  phenylalanine, magnesium, dll. Terpenoid. Zat ini membantu dalam proses sintesis organic dan pemulihan sel-sel tubuh. Zat anti bakteri.Zat-zat aktif yang terkandung dalam sari buah mengkudu itu dapat mematikan bakteri  penyebab infeksi, seperti Pseudomonas aeruginosa, Protens morganii, Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, dan Escherichia coli. Zat anti  bakteri itu juga dapat mengontrol bakteri pathogen (mematikan) seperti Salmonella montivideo, S .scotmuelleri, S . typhi, dan Shigella dusenteriae, S . flexnerii, S . pradysenteriae, serta Staphylococcus aureus. Scolopetin. Senyawa scolopetin sangat efektif sebagi unsur anti peradangan dan antialergi. Zat anti kanker. Zat-zat anti kanker yang terdapat pada mengkudu  paling efektif melawan sel-sel abnormal. Xeronine dan Proxeronine. Salah satu alkaloid penting yang terdapt di dalam buah mengkudu adalah xeronine. Buah mengkudu hanya mengandung sedikit xeronine, tapi  banyak

mengandung bahan

pembentuk

(precursor)

xeronine

alias

 proxeronine dalam jumlah besar. Proxeronine adalah sejenis asam nukleat seperti koloid-koloid lainnya. Xeronine diserap sel-sel tubuh untuk mengaktifkan protein-protein yang tidak aktif, mengatur struktur dan  bentuk sel yang aktif. 18.

Lidah Buaya ( Aloe vera) 

Lidah

Buaya (Aloe

vera; Latin: Aloe

barbadensis

Milleer )

adalah

sejenis tumbuhan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun silam dan digunakan sebagai penyubur rambut, penyembuh luka, dan untuk  perawatan kulit. Tumbuhan ini dapat ditemukan dengan mudah di kawasan kering di Afrika.  Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, manfaat tanaman lidah buaya berkembang sebagai bahan baku industri farmasi dan kosmetika, serta sebagai bahan makanan dan minuman kesehatan. Secara umum, lidah buaya merupakan satu dari 10 jenis

45

tanaman terlaris di dunia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman obat dan bahan baku industri. Berdasarkan hasil  penelitian, tanaman ini kaya akan kandungan zat-zat seperti enzim, asam amino, mineral, vitamin, polisakarida dan komponen lain yang sangat  bermanfaat bagi kesehatan. Selain itu, menurut Wahyono E dan Kusnandar (2002), lidah buaya berkhasiat sebagai anti inflamasi, anti jamur, anti  bakteri dan membantu proses regenerasi sel. Di samping menurunkan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes, mengontrol tekanan darah, menstimulasi kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit kanker,  serta dapat

digunakan

sebagai

nutrisi

pendukung

penyakit

kanker,

 penderita HIV/AIDS.  Salah satu zat yang terkandung dalam lidah buaya adalah aloe

emodin, 

sebuah senyawa

antrokuinon yang mengaktivasi jenjang

organik

dari

golongan

sinyal insulin seperti pencerap

insulin- beta dan  – substrat 1, fosfatidil inositol-3 kinase dan meningkatkan laju sintesis glikogen dengan menghambat  glikogen sintase kinase 3 beta, sehingga sangat berguna untuk mengurangi rasio gula darah.  Di negaranegara Amerika, Australia, dan Eropa,  saat ini lidah buaya juga telah dimanfaatkan sebagai bahan baku industri makanan dan minuman kesehatan. Aloe vera/lidah buaya mengandung semua jenis vitamin kecuali vitamin D, mineral yang diperlukan untuk fungsi enzim, saponin yang  berfungsi sebagai anti mikroba dan 20 dari 22 jenis asam amino. Dalam  penggunaannya untuk perawatan kulit, Aloe vera dapat menghilangkan  jerawat, melembabkan kulit, detoksifikasi kulit, penghapusan bekas luka dan tanda, mengurangi peradangan serta perbaikan dan peremajaan kulit.Aloe vera juga mengandung asam folik yang melindungi sistem kekebalan tubuh dan kesehatan tubuh yang seringkali terefleksi pada kulit. 

Manfaat: Di India lidah buaya banyak dikonsumsi masyarakat sebagai makanan ringan harian dan sebagai kosmetik alami.Salah satu masalah rutin yang kerap menimpa manusia seperti komedo bisa diatasi oleh lidah  buaya, caranya pun cukup sederhana hanya dengan mengupas lidah buaya dan

ambil

intinya

yang

berupa

lendir

tersebut.Caranya

dengan

membasuhkan lendir lidah buaya ke area komedo. Lidah buaya berkhasiat menghaluskan dan mempercepat proses penyembuhan kulit. Selain untuk  penyembuhan, lidah buaya juga dapat memberikan kesegaran pada wajah.

46

19.

Katuk 

Katuk (Sauropus (Sauropus androgynus) merupakan tumbuhan sayuran  sayuran yang banyak androgynus ) merupakan tumbuhan terdapat di Asia di Asia Tenggara. Tumbuhan Tenggara. Tumbuhan ini dalam beberapa bahasa dikenali sebagai mani cai ( cai ( 马 尼 菜 ; bahasa Tionghoa) , cekur manis (bahasa Melayu)  Melayu)  dan rau ngót (bahasa ngót  (bahasa Vietnam). Vietnam). Daun katuk merupakan sayuran minor yang dikenal memiliki khasiat memperlancar aliran air susu ibu (ASI).



Manfaat: Daun katuk dapat mengandung hampir 7% protein 7%  protein dan serat kasar sampai 19%. Daun ini kaya vitamin K,  K,  selain pro-vitamin pro-vitamin A (betakarotena), karotena), B, dan C. Mineral yang dikandungnya adalah kalsium (hingga 2,8%), besi, 2,8%), besi, kalium,  kalium, fosfor,  fosfor, dan magnesium. dan magnesium.   Warna daunnya hijau gelap karena

kadar

klorofil

seperti kangkung seperti kangkung atau mengonsumsi

daunnya

yang

tinggi.

Daun

daun bayam. daun bayam.Ibu-ibu Ibu-ibu untuk

katuk

dapat

menyusui

memperlancar

diolah

diketahui

keluarnya

ASI.Perlu

diketahui, daun katuk mengandung papaverina, mengandung  papaverina,   suatu alkaloid suatu alkaloid yang juga terdapat pada candu pada candu (opium). Konsumsi berlebihan dapat menyebabkan efek samping seperti keracunan papaverin. Pucuk  tunas  tunas yang muda dijual orang di Indocina di Indocina dan dimanfaatkan seperti asparagus. seperti asparagus. Tanaman  Tanaman ini banyak ditanam

di pekarangan di pekarangan karena

mudah

diperbanyak

dan

biasa

dijadikan pagar dijadikan pagar hidup. 20.

Jeruk nipis 

Jeruk

nipis atau limau

nipis adalah tumbuhan adalah tumbuhan perdu  perdu yang

menghasilkan buah menghasilkan buah dengan nama sama. Tumbuhan ini dimanfaatkan  buahnya,

yang

biasanya

bulat,

berwarna

hijau

atau

kuning,

memiliki diameter memiliki diameter 3-6 cm, memiliki rasa asam dan agak pahit,agak serupa rasanya dengan lemon. dengan lemon.Jeruk Jeruk nipis, yang sering dinamakan secara salah kaprah

sebagai jeruk sebagai jeruk

limau, limau,

dipakai

perasan

isi

buahnya

untuk

memasamkan makanan, seperti pada soto. pada soto. 

Manfaat: Jeruk nipis memiliki kandungan vitamin C lebih banyak dibandingkan jenis jeruk lainnya. Selain digunakan untuk penyedap makanan jeruk nipis bisa menyembuhkan berbagai penyakit banyak antara lain: -

Ambeien

47

-

Amandel

-

Anyang-anyangan

-

Batuk

-

Batuk disertai influenza

-

Bau badan

-

Batu ginjal

-

Difteri

-

Demam

-

Haid tidak teratur

-

Jerawat

-

Radang tenggorokan

-

Tekanan darah tinggi

-

Sakit gigi

-

Pegel Linu

-

Terkilir

Jeruk

nipis

juga

bermanfaat

untuk

kecantikan,

antara

lain:

menghilangkan jerawat, membuat kuku cemerlang, membuat rambut halus, lembut dan berkilau, dan dapat menghilangkan ketombe.

48

BAB III PENUTUP 3.1

Kesimpulan

Dari uraian yang terdapat pada bagian isi di at as, dapat disimpulkan beberapa hal antara lain : 1. Pengertian

usada

yaitu

usadha

adalah

semua

tata

cara

untuk

menyembuhkan penyakit, cara pengobatan, pencegahan, memperkirakan  jenis

penyakit/diagnosa,

perjalanan

penyakit

dan

pemulihannya.

Pengobatan dalam Usada Bali dilakukan dengan berbagai ramuan tradisional dan dilakukan oleh seorang pendeta atau balian tertentu balian tertentu sesuai dengan jenis penyakitnya. 2. Pandangan sehat dan sakit pada Usada Bali didasarkan pada dua arah dan dua dunia, masyarakat bali percaya akan adanya dunia sekala (nyata) dan dunia niskala (tidak nyata). Penyakit dapat berasal dari sekala maupun niskala.

Berbeda

penyakitnya

berbeda

pula

jenis

dan

ramuan

 pengobatannya.

49

3. Jenis-jenis Usada Bali cakupannya cukup luas, bisa dilihat dari adanya  berbagai spepsialisasi pengobatan yang tertuang pada beberapa jenis Us ada yang menjelaskan penyakit-penyakit tertentu, adapun usada tersebut diantaranya Usada buduh, Usada Rarae, Usada kacacar, Usada Tuju, usada Paneseb, Usada Dalem, Usada Ila, Usada bebai, Usada Ceraken Tingkeb, Usada Tiwang, Usada Darmosada, Usada Uda, Usada Indrani, Usada Kalimosada, Usada Kamarus, Usada Kuranta Bolong, Usada Mala, Usada Rukmini Tatwa, Usada Smaratura, Usada Upas, Usada Yeh, Usada Buda Kecapi, Usada Cukil Daki, Usada Kuda, Usada Pamugpug, dan Usada Pamugpugan. 4. Penggunaan Usada Bali oleh masyarakat Bali masih terbilang eksis, hal ini ditunjukan dengan adanya berbagai ramuan obat yang awalnya bersumber dari lontar usada hingga kini masih sering digunakan. Seperti halnya boreh, looloh, simbuhan, dan lain sebagainya. 5. Jenis-jenis tanaman yang terdapat pada Usada Bali yang telah teruji empirik maupun yang telah teruji klinis merupakan jenis tanaman endemik dari daerah Bali. Pengujian secara empirik dilakukan dengan pengalaman pengalaman masyarakat Bali yang langsung mengggunakan dan merasakan khasiat dari obat atau ramuan yang dibuatnya. Sedangkan yang telah teruji klinis atau preklinis merupakan jenis obat atau ramuan yang telah teruji dan terstandar secara pasti serta telah dipublikasikan dengan jurnal-jurnal ilmiah.

3.2

Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Kepada masyarakat diharapkan tetap selalu menjaga dan melestarikan aset  budaya yang telah diwariskan oleh nenek moyang berupa ilmu pengobatan atau Usada Bali ini. Dalam penggunaannya juga diharapkan tetap selalu  berhati-hati untuk tidak mendapatkan efek yang tidak diinginkan, melainkan  bisa mendapatkan efek terpetik sesuai dengan jenis penyakitnya

2. Kepada peneliti atau penulis lain diharapkan kian gencar melakukan  penelitian, pengkajian, atau pengeksplorasian terhadap budaya khususnyta Usada Bali ini, karen masih ada segudang manfaat yang belum diketahui oleh

50

khalayak banyak. Selain begitu hal tersebut dapat mengeksistensikan kembali Usada Bali sebagai pegagangan untuk pengobatan tradisional.

3. Kepada pemerintah agar bisa lebih memperhatikan aset-aset budaya untuk tetap ajeg   dan lestari, selain itu Usada Bali bisa sebagai ujung tombak dalam

melakukan gerakan “ back to nature ” yang sejalan dengan program  pemerintah baik dalam skala daerah maupun internasional yaitu “ Go Gr een”. Diharapkan ada banyak pengembangan-pengembangan ilmu pengetahuan di  bidang Usada pada khususnya dan pemerintah bisa mengakomodasi hal tersebut.

51

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1995. Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan: Jakarta Anonim. 2004. Ekstrak Tumbuhan Obat Indonesia Vol. 1. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Behrend, T.E. 1998. Katalog Induk Naskah Nusantara Perpustakaan Nasional . Jakarta: Yayasan Obor. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. 2007. Usada Sari. Singaraja: Gedong Kirtya. ------. 2007. Usada Tuju, 2007, Singaraja: Gedong Kirtya ------. 2012. Usada: Salinan Lontar Druwen UPTD Gedong Kirtya Singaraja . Singaraja: Gedong Kirtya. ------. 2015. Pañeseh Usada. Singaraja: Gedong Kirtya. Forster, George M. Dan Anderson. 1978. Medical Anthropology. New York: John Wiley & Son. http://lontar-usada.blogspot.co.id/search/label/Lontar%20Usada%20Rare (diakses  pada Rabu, 4 Mei 2016. Pukul 21.00 wita) http://smart-fresh.blogspot.co.id/2011/09/tanaman-usada-dalem.html (diakses pada Rabu, 4 Mei 2016. Pukul 21.40 wita) https://power-metafiska.blogspot.co.id/2016/02/pengobatan-menurut-usada-bali.html (diakses pada Rabu, 4 Mei 2016. Pukul 21.40 wita) Hutapea, J. R. 2000. Inventarisasi Tanaman Obat Indonesia (I). Jakart a. Balitbangkes Depkes RI.

Lestyawati, Endang.1984. “Pengobatan Tradisional di Balekerto”. Yog yakarta: Universitas Gadjah Mada.

Sedyawati, Edi. 1997. “Naskah dan Pengkajiannya: Tipologi Pengguna”. Makalah

52

dalam Simposium Masyarakat Pernaskahan Nusantara Suwidja, K. 1991. Berbagai Cara Pengobatan Me nurut Lontar Usada Pengobatan Tradisional Bali. Indra Jaya: Singaraja.

Sukera, I Wayan. 1996. “Usada Taru Pramana Satu Kajian Filologis”. Bandung: Program Pascasarjana, Universitas Padjadjaran. Suparta, I Made. 1998. Lontar 1998.  Lontar Usada Sawah: Sebuah Sebuah Sumber Pengetahuan Pengetahuan Budaya tentang Tata Cara Penanggulangan hama Padi dalam Pertanian dan Tata  Lingkungan Hidup Masyarakat Masyarakat Bali. Jakarta: Masyarakat Pernaskahan  Nusantara. Tengah, I Gst. Putu, I Wyn. Arka, Ni Md. Sritamin, I. B. Indra Gotama, dan B. Sihombing. 1995. Inventarisasi, Determinasi dan Cara penggunaan Tanaman Obat Pada Lontar Usada di Bali. Jakarta . Departemen Kesehatan Republik Indonesia Zein, U., K. H. Sagala, dan J. Ginting. 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri. e-USU Repository Universitas Sumatera Utara. 1- 15.

53

LAPIRAN-LAMPIRAN

54

LAPIRAN 1 JENIS-JENIS USADHA BALI

55

Lontar Usada Budhakcapi 1. Semoga tidak menemui rintangan. Mohon maaf kepada Dewa Siwa. Apakah disebut awighna, apakah yang disebut nama siddham, sebaiknya kau mengetahui makna awighnamastu. Jika kau paham, kau boleh menggunakan ilmu ini untuk mengobati. Jika kau tidak paham makna awighnamastu,  janganlah kau berani melecehkan ilmu ini. Ilmu ini dinamakan Siwalingga, firman Tuhan yang dianugrahkan kepada para guru dunia. Om maksudnya sarira (badan), awi maksudnya aksara (huruf), ghna artinya tempat  bersemayam, mastu artinya kepala, nama maksudnya anugrah, si maksudnya matahari; dham maksudnya bulan. Itulah yang patut dipahami tentang tempat  bersemayam Dewa. Kau tidak akan menemukan bencana. Demikianlah firman Dewa pada zaman dulu. Ini merupakan ilmu rahasia, Usada Sari. Ketika diturunkan di Pura Dalem, ini adalah sabda Hyang Pramakawi. "Begitu

2. amat tergesa-gesa kalian berdua, cepatlah katakan sekarang, agar aku tahu!" Demikian kata sang Budhakecapi kepada mereka berdua. Selanjutnya, sang Klimosadha menjawab bersama sang Klimosadhi: "Kami berasal dari Lemah Surat, kami sedesa. Kami ini bernama sang Klimosadha dan sang Klimosadhi!" Lalu sang Budhakecapi berkata: "Baiklah, aku bertanya kepada kalian berdua, aku mendengar berita tentang orang yang bernama sang Klimosadha dan sang Klimosadhi, terkenal ahli dalam meramal dan mengobati, konon demikian!" Mereka berdua segera menjawab: "Hamba memang begitu, (tetapi) hamba berdua ingin berguru kepada Tuan, jika Tuan  berbelas kasih

3. memberi anugrah kepada hamba berdua, hamba menyerahkan nyawa seumur hidup kepada Tuan, tetapi maafkanlah. Apakah sebabnya (hamba ingin  berguru)? Karena Tuan yang bernama sang Budhakecapi, melakukan semadi, amat tekun dan teguh, sepanjang umur, serta telah sempurna dalam batin, doa  pujianmu sang Budhakecapi menembus ke tujuh lapisan bumi, menembus ke

56

angkasa". Selanjutnya, Bhatara Siwa turun menuju Kahyangan Cungkub,  bertemu dengan Hyang Nini di Pura Dalem. Setelah beliau bertemu, beginilah sabda Bhatara Siwa: "Wahai sang Nini Dalem, aku menitahkanmu sekarang, turun menuju kuburan tempat pembakaran jenasah, kau Hyang Nini berhak memberkahi segala doa sang Budhakecapi, yang sangat tekun bersemadi. Kau Hyang Nini berhak mengabulkan segala permintaannya,

4. segala

kesempurnaan

batin,

sebab

sang

Budhakecapi

sangat

tekun

 bersemadi!" Lalu Hyang Nini berkata kepada Bhatara Siwa: "Jika itu perintah Bhatara, hamba menuruti titah Bhatara, sekarang hamba turun menuju kuburan tempat pembakaran mayat!" Kemudian Bhatara Siwa me lesat menuju alam Siwa. Kini dikisahkan Hyang Nini Dalem datang ke kuburan tempat  pembakaran mayat. Maksud Hyang Nini adalah memberikan berkah kepada sang Budhakecapi, karena telah direstui oleh Bhatara Siwa. Dengan cepat tiba di tempat sang Budhakecapi melakukan semadi. Segera sang Budhakecapi menghormat. Lalu Bhatari Hyang Nini berkata: "Wahai kau sang Budhakecapi, cukup lama kau berada di

5. sini, bermalam di tempat pembakaran mayat, apakah yang kau harapkan? Apakah yang kau minta kepada Bhatara?" Lalu sang Budhakecapi menjawab: "Daulat Paduka Hyang Nini, doa harapan hamba adalah hamba memohon  belas kasih Bhatara agar hamba paham hakikat makrokosmos dan mikrokosmos. Semoga Paduka Bhatari berkenan menganugrahkan kekuatan  batin yang sempurna supaya hamba tidak terkalahkan oleh semua pesaing hamba, dan juga segala tatacara orang dalam memahami asal-usul penyakit, supaya hamba memahami hakikat bisa, racun, dan penyakit tiwang moro, ilmu desti teluh taranjana, serta hakikat pamala-pamali, dan segala ajian ampuh, demikian pula hakikat hidup dan mati, serta hakikat kekuatan sabda, itulah permintaan hamba kepadamu Bhatari Nini!" Kemudian Hyang Nini  berkata: "Wahai sang Budha-

6. kecapi, sekarang aku akan memberimu anugrah, baiklah, cepatlah julurkan lidahmu keluar, aku mau me-rajah1 lidahmu dengan mantera Om nama siwaya. Satu persatu mulai dengan Om, na untuk hidungmu, ma untuk

57

mulutmu, si untuk matamu, wa untuk tubuhmu, ya untuk telingamu. Demikian pula makna Sanghyang Omkara, seperti windu, nadha, ardhacandra yang berada dalam tubuh, yang dinamakan asal mula Sanghyang Candra Raditya. Yang berada di mata kanan adalah Sanghyang Raditya, yang berada di mata kiri adalah Sanghyang Candra. Wahai sang Budhakecapi semoga kau  paham tentang tatacara mencapai moksa karena lidahmu telah dirasuki kekuatan tulisan gaib, yang merupakan anugrahku, Hyang Nini Dalem, kepadamu! Inilah yang dinamakan tempat Sanghyang Omkara Sumungsang yakni di pangkal lidah,

7.  batu manikam, tempat pertemuan Sanghyang Saraswati, di lidah. Ini merupakan pemberi kekuatan gaib kepada batin, sangat utama, jangan sembrono, kau tidak akan berhasil (jika sembarangan). Inilah mantera kumpulan sumber kekuatan: "Om lep rem, ngagwa rem, papare, dewataning  bayu pramana". Inilah menjadi persemayaman Sanghyang Saraswati, sebagai tulisan ajaib di lidah sang Budhakecapi, dan inilah doa untuk tempat aksaranya, yakni Om Sanghyang Kedep di pangkal lidahmu, Sanghyang Mandiswara di ujung lidahmu, Sanghyang Mandimanik di tengah lidahmu, Sanghyang Nagaresi di dalam otot lidahmu, Sanghyang Manikastagina di kulit lidahmu, dewanya adalah Bhatara Siwa, sebagai pemberi kekuatan hidup adalah Hyang Brahma Wisnu Iswara, sorganya adalah di hati, di empedu, di  jantung,

8. inilah persebaran tempat beliau Sanghyang Tiga, yakni Ang di hati, Ung di empedu, Mang di jantung. Inilah ajian Sanghyang Triaksara yang patut diingat, manteranya Om Ang Mang. Ajian ini sangat utama, jangan sembrono, memusatkan kekuatan batin, semoga kau sang Budhakecapi dapat memahami ajian Nitiaksara Sari, serta hakikat arti Sanghyang Pancaksara yang berada di alam, yang mana tempatnya, yang mana pula lambang aksara sucinya, inilah yang harus kau ingat wahai sang Budhakecapi, semoga kau paham, tinggalah kau di sini, aku akan pulang kembali menuju Kahyangan Cungkub!" Lalu segera sang Budhakecapi menghormat kepada Hyang Bhatari Nini, dengan mantera: "Om niratma ditempatkan di leher, atyatma di antara kedua alis,

58

niskalatma di pusat telapak tangan, sunyatma di pusat kepala, alam dewata yang kokoh". Setelah Hyang Nini terbang melesat,

9. menuju Kanghyangan Cungkub. Ceritanya dihentikan sebentar. Cerita  berganti,

dikisahkan

sang

Budhakecapi,

sangat

terkenal

ke

seluruh

masyarakat, sangat kuat dan sempurna, pandai dan ampuh dalam berucap, segala ragam bahasa, mahir dalam doa pemujaan, bertempat tinggal di kuburan, sangat tekun, demikianlah kisah sang Budhakecapi dihentikan dulu. Kini cerita berganti, adalah dua dukun laki-laki, bernama sang Klimosadha dan sang Klimosadhi, tinggal di satu desa, yakni Lemah Tulis. Mereka sangat terkenal sakti, mahir mengobati, dan tidak pernah terkalahkan oleh segala  jenis penyakit, dan sang Klimosadi tidak pernah terkalahkan oleh bisa dan obat racun, tetapi

10. ada kekurangannya, ia tidak tahu mendeteksi (meramal) penyakit, hanya  berpegang teguh pada keyakinan dan memaksakan, mencari orang sakit dan yang menyakiti, hanya sebegitu saja kepandaiannya. Dihentikan dulu kisah sang Klimosadha. Kini diceritakan ada orang sakit bernama Sri Hastaka. Ia sangat menderita kesusahan, maksudnya hanya mencari sang Klimosadha. Kemudian ia datang ke rumah sang Klimosadha. Baru saja ia tiba di rumah sang Klimosadha, dengan cepat sang Klimosadha menyapa: "Wahai, Tuan dari mana? Apa maksud kedatanganmu ke mari? " Si pencari dukun menyahut: "Hamba mengundang Tuan, maksud hamba menemui Tuan adalah hamba memohon keselamatan, semoga Tuan berbelas kasihan kepada hamba,

11. semoga Tuan berkenan datang ke rumah hamba, untuk memeriksa kakak hamba, yang menderita penyakit!" Sang Klimosadha berkata: "Aku menuruti  permintaanmu!" Tidak diceritakan (panjang lebar), ia telah tiba di rumah si  pasien. Sang Klimosadha tanpa sepatah katapun memperhatikan dengan saksama si pasien, serta memegang tubuh bagian bawah dan bagian atas si  pasien, segala kondisi si pasien juga diperhatikan dengan saksama. Setelah itu, lalu sang Klimosadha duduk. Kini si pencari dukun tadi bertanya: "Baiklah, hamba berkaul kepadamu, jika nyawa kakakku bisa diselamatkan, hamba tidak takut memberi upah dan hadiah yang sepantasnya. Jika ia akan

59

mati, dimanakah kesulitan mendeteksinya?" Sang Klimosadha menjawab: "Menurutku, jika aku memegangnya, orang ini tidak akan mati, janganlah kau sedih, tenangkanlah hatimu, carilah ramuan obat minum dan ramuan bedak serta ramuan untuk obat semburan!"

12. Orang yang disuruh mencari ramuan segera berangkat. "Dulu, aku sering menyembuhkan penyakit semacam ini, tidak pernah sampai dua kali aku memberikan-nya obat, hanya sekali saja sudah sembuh, sangat mudah aku menangani penyakit seperti ini!" Orang yang disuruh mencari bahan obat segera datang, serta dengan cepat pula telah matang. Lalu sang Klimosadha segera meracik obat. Setelah memberi obat minum, bedak, dan obat semburan, sang Klimosadha duduk. Jika bisa sembuh, tentu banyak orang akan merasa ikut berbahagia. Tiba-tiba saja sang Klimosadha lupa memeriksa nyawa si pasien, sehingga si pasien pun mati. Sang Klimosadha sangat malu. Semua orang yang berada di sana berwajah curiga, sebab baru saja diberi obat minum, bedak, dan obat semburan, si pasien kemudian mati, dan juga sang Klimosadha telah mengatakan bahwa si pasien tidak akan mati, namun kini mati.

13. Sang Klimosadha sangat malu dalam hatinya, akhirnya ia pergi tanpa pamit menuju rumahnya. Setelah tiba di rumahnya, ia tidak enak makan dan minum, siang malam, sang Klimosadha sangat malu. Cerita sang Klimosadha dihentikan sejenak. Kini dikisahkan sang Klimosadhi, termashur dalam mengobati pasien yang terserang bisa dan racun. Diceritakan seorang wanita  bernama Sridhani, yang sudah berusia cukup tua, tertimpa penyakit kronis, sangat sukar menangani penyakitnya. Si pencari dukun datang ke rumah sang Klimosadhi. "Wahai Ibu, darimana asalmu? Apa maksud kedatanganmu ke mari?" Si pencari dukun itu menjawab: "Hamba minta tolong, hamba menangani orang sakit. Jika Tuan berbelas kasih kepadaku, sudilah Tuan datang ke 14. rumahku, agar Tuan mengetahui si pasien!" Sang Klimosadhi menjawab: "Jika begitu, aku menurutimu!" Setelah datang di rumah si pasien, lalu sang Klimosadha memeriksa si pasien, dipegangnya bagian bawah dan bagian atas tubuh si pasien. Setelah itu, lalu sang Klimosadhi berkata: "Ini orang sakit

60

terserang racun, ia terkena racun yang diracik orang. Sekali saja, sangat gampang menyembuhkan penyakit ini. Aku sering menyembuhkan penyakit seperti ini. Tidak usah dua kali, cukup sekali saja sudah sembuh, sangat mudah menolong orang sakit semacam ini!" Orang yang punya pasien  bergegas membuat sesajen hadiah. Lalu sang Klimosadhi merapalkan mantera untuk membuat obat, bedak, dan obat semburan. Setelah itu, lalu sang Klimosadhi mengunyah daun sirih, dan memberikan sepahnya kepada si  pasien, serta menyandangnya.

15. Setelah itu, tiba-tiba si pasien pusing, tidak sadarkan diri hingga malam hari, dan dadanya sesak, kerongkongannya seperti tersumbat!" Si pencari dukun  berkata: "Mengapa bisa begini? Lalu apa yang dapat dilakukan, apakah obatnya perlu diganti? Hamba minta tolong dengan sangat agar ipar hamba ini  bisa sembuh. Hamba tidak takut kepada upah, maupun hadiah!" Lalu sang Klimosadhi mengganti obat. Setelah obat itu diminum, tetap saja si pasien  pusing tidak sadarkan diri, tidak bisa makan, lalu akut. Kemudian dengan cepat sang Klimosadhi mengeluarkan mantera, melalui ubun-ubun, telinga, hingga sang Klimosadhi kehabisan akal, memusatkan batin bersemadi  bertumpu satu kaki. Si pasien semakin tidak sadarkan diri. Lalu sang Klimosadhi berkata:

16. "Ah, jika demikian keadaan si pasien, aku yang salah memberi obat!" Tibatiba sang Klimosadhi pergi, ia sangat merasa malu, bertolak pulang. Setelah tiba di rumahnya, muncul niat sang Klimosadhi, bermaksud berguru kepada sang Klimosadha. Segera sang Klimosadhi pergi ke rumah sang Klimosadha. Begitu ia tiba, sang Klimosadha menyapanya: "Wahai adikku, sang Klimosadhi, selamat datang di rumahku, apakah maksud kedatanganmu, adikku?" Sang Klimosadhi menjawab: "Aku bermaksud berguru kepadamu, kakak!" Sang Klimosadha berkata: "Mengapa kau ingin berguru kepadaku? Jika begitu, adikku, kau tidak akan mendapat apa-apa. Kakak juga tidak ingin mengangkat murid. Apa sebabnya, katakanlah, wahai adikku!" Sang Klimosa-

17. dhi menjawab: "Beginilah asal mulanya. Aku mengobati seorang wanita, yang  bernama Sridhani. Ia terserang penyakit kronis. Di situlah aku kalah, aku

61

sangat malu, itulah sebabnya aku hendak berguru kepada kakak!" "Jika  begitu, kau sia-sia saja, kakak juga ingin berguru, sebabnya adalah kakak mengobati orang sakit bernama Sri Hastaka, seorang lelaki, di situ kakak kalah!" Sang Klimosadhi berkata: "Jika begitu, marilah kita melakukan semadi, aku menurutimu, jika kakak mendapat wahyu, aku minta tolong kepadamu, jika aku mendapat wahyu, aku akan menolongmu, demikianlah maksudku!" Lalu sang Klimosadha berkata: "Jika begitu, sulit rasanya, adikku.

18. Jika kau setuju denganku, marilah bersama-sama denganku, aku ingin berguru kepada sang Budhakecapi, sebab sang Budhakecapi mendapat anugrah dari Hyang Nini!" Sang Klimosadhi menyahut: "Jika begitu, baiklah, aku setuju denganmu, kakak!" Akhirnya, segera mereka berangkat menuju kuburan tempat pembakaran mayat. Setelah tiba di tempat sang Budhakecapi, lalu mereka berdua disapa oleh sang Budhakecapi: "Wahai Tuan berdua, apa maksud Tuan datang ke mari, begitu tergesa-gesa, berdua, silakan katakan agar aku mengetahui!" Sang Klimosadha dan sang Klimosadhi menjawab: "Hamba ini berasal dari Lemah Tulis, hamba sedesa, demi-

19. kianlah Tuan, hamba berdua bernama sang Klimosadha mwang sang Klimosadhi!" Lalu sang Budhakecapi berkata: "Baiklah, aku ingin bertanya kepada kalian berdua, aku mendengar berita orang yang bernama sang Klimosadha dan sang Klimosadhi, terkenal mahir dalam pengobatan,  begitulah konon!" Segera mereka berdua menjawab: "Hamba memang begitu, (namun) hamba ingin berguru kepada Tuan, jika Tuan berkenan kepada hamba berdua, hamba menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuan, disertai dengan permohonan maaf hamba!" "Wahai, adikku berdua, agar aku dapat mengetahuimu, apa sebabnya kau ingin berguru kepadaku? Katakanlah dengan sejujurnya kepadaku agar aku paham!" Sang Klimosadha menjawab: "Sebabnya hamba berniat keras berguru karena hamba pernah mengobati

62

Lontar Usada Buduh

1. Ini pengetahuan segala penyakit gila. Obat segala macam penyakit gila, sarana. Air putih yang baru, bunga kamboja, 11 biji beras galih (beras yang tidak patah), peras dan masukkan ke dalam sibuh ( bagian dari tempurung kelapa kecil), setelah dipuja, dipercikkan, diraupkan, dan diminum 3 kali, sisanya usapkan pada orang yang sakit. Pada saat membacakan mantranya, mata tertuju ke air itu, pujalah Sang Hyang Tiga, satukan rwa bhineda (dualistis) itu, di ujung grananta (hidung), dengan sungguh-sungguh, jika terlihat terang seperti awun-awun namanya, luruskan dengan pasti,  pertaruhkan tenaga kita. Namanya. Demikianlah keadaannya, mantra: Ih Babu Kamulan ingsun anyaluk tetamban lara edan, babune si anu maor usuasa, karusakena panone si anu salah oton, pangelipur ring ati, muwaras, 3, sidi mandi sapanku maring si anu, muwaras.

2. Obat penyakit orang gila dengan ciri bernyanyi-nyanyi dan menyebut-nyebut nama Dewa. Sarana: Kunir (Curcuma domistica VAL) yang warnanya kemerah-merahan, ketumbar, garam bercampur arang, dipakai jamu, masukkan setetes ke hidung dan mata. Setelah itu kembali diminumkan air kelapa muda dari jenis kelapa mulung (kulitnya hijau, sabut di bawahnya  berwarna merah). Obat orang gila dengan ciri menangis siang malam sambil menyebut-nyebut nama seseorang. Sarana: putik kelapa nyuh mulung dan akarnya yang masih muda, pantat bawang dua biji, adas (Foeniculum Vulgare MILL) dua biji, dan ketan hitam, minumkannya. Obat orang gila dengan ciri suka pergi kesana-kemari. Sakit itu namanya edan kabinteha. Sarana: ketumbar 25 biji, asam tanek (asam dikukus), gula enau, santan kane (kental) minumkannya. Sebagai bedaknya, sarana: kelor munggi (Moringga Oleifera LAMK) setangkai, setangkai kesawi , pala, tri ketuka (bawang merah, bawang  putih, dan jerangan), air cuka. Inilah mantra obat dan borehnya, Mantra: Ong

3. asta astu ya nama swaha, ala-ala ilili swaha, sarwa bhuta wistaya,sarwa guna wini swaha, ah astu ya astu, 3. Obat orang gila dengan ciri suka tertawa dan melucu, sarana: Paria lempuyang (sb Zingiber), ketumbar, tri ketuka, air cuka,

63

minumkannya. Lagi borehnya semua, sarana-sarana kelor munggi,intaran  bersama kulitnya, liligundi ( vitele trivolia ) 9 pucuk daun, Ramuan-ramuan umbi gadung (dioseoria hirsuta ), air cuka teri ketuka, Mantra : Ong edanedan a nama swaha waras. Obat orang gila yang suka bermain kotoran ( tinja ). Sarana-sarana setangkari sulasih, ginten hitam dan buyung-buyung ( sejenis  perdu bunganya seperti lalat ), bersama daunnya. Setelah diulek remasi sidem (semut hitam ) dan semut tungging teteskan di mata sampai telinganya . Obat sakit gila dengan ciri suka berkata aneh dan suka turun . Sarana: kelor munggi , kesawi, bawang

4. adas , tri ketuka, minumkannya , dan teteskan pada hidung sampai mata . mantra-mantra : Ong hyang astu ala-ala ili-ili sarwa brang grang wini swaha, waras. Obat sakit gila yang sering disertai epilepsi , sarana : paci-paci (sejenis  perdu berbatang kering berdaun lancip dan kasar ) besert a bunganya, memetik  jangan menginjak bayangan kita, isi kemiri , pala , jarangan ( Acous Calamus LINN ) , mungsi ( Carum Copticum BENTH ), dicampur, minumkannya, ampasnya pakai boreh . Mantra : Ong sang Depadaa angumbang ring saksi, luarakena banyu wus wasane si anu, mundurana kita den agelis, mundur kita wetan, kidul kulon lor ring tengah, metu ngambah ke baga purus. Obat orang sakit gila dengan ciri ngomong tidak karuan dan sering mengambil barang yang tidak berguna ( pati jelamut ) , nama penyakit itu edan kabinteha, sarana : merica putih diulek , dengan air jeruk . Ramuan : uleni dengan semut hitam ( sidem ), beningannya teteskan pada mata , telinga , pada hidung. Setelah dipuja lagi

5. tetesi hidungnya, sarana : bawang putih 2 biji, me rica putih 2, air dari gosokan cendana , air jeruk yang bening , banyaknya berimbang . Beningnya itu teteskan pada hidungnya . Obat sakit gila dengan ciri suka tidur dan tidak enak makan serta minum , sarana : 7 helai daun sirih yang urat daun kiri dan kanan bertemu di tengah-tengah , dirajah seluruhnya , 7 butir merica , garam diminumkannya . Ampasnya dipakai menyemburi seluruh tubuhnya . Obat sakit gila dengan ciri suka meratap,menangis tidak karuan, siang malam, sarana : kelapa mulung , kemiri jetung ( biji buahnya satu ) , kemiri biasa , sama-sama satu biji , bawang , mungsi , ketumbar , teteskan di hidung , di

64

mata , dan di telinga . Ampasnya dipakai membedaki seluruh badannya . Obat orang sakit gila dengan ciri galak terhadap semua orang, sarana : daun sirih tua temu rose, dirajah /gambar seperti ini :

6. Ketumbar, mungsi sama-sama 3 biji, lengkuas, 3 iris, teteskan pada hidung dan telinga, ampasnya dipakai membedaki seluruh badannya. Obat sakit gila dengan ciri suka menari dan bernyanyi, sarana: sembung bangke (jenis tanaman perdu yang tumbuhnya merambat, daunnya panjang dan runcing), sembung gantung, liligundi (vitek tripolia), intaran, bersama akarnya, tri ketuka, air cuka. Beningnya dipakai menetesi telinga dan hidung, ampasnya  pakai bedak dan boreh.. Mantra: Ong arah-arah greha ah teka sidhi swaha. Obat sakit gila dengan ciri bernyanyi-nyanyi siang malam , sarana: kejanti, kencur, lempuyang, bangle (sejenis temu rasanya pedas, pahit, bau kurang enak), jahe, merica, teri ketuka, bawang, sinrong ((rempah yang biasa dipakai  parem), air cuka, sidem (semut hitam pohon). Teteskan pada telinga, pada hidung. Ampasnya pakai bedak. Obat orang sakit gila dengan ciri suka mengulum sesuatu, sarana: minyak wangi, sula-

7. sih wangi, mungsi, dicampur. Teteskan pada hidung dan telinga. Ampasnya  pakai bedak, mantra: Ong arah-arah, wayamanisa, wagrana, wisuaha. Obat orang gila dengan ciri perutnya bengkak, sarana: liligundi, kantawali (tumbuhan menjalar dengan rasa amat pahit), mungsi, pala, air cuka didadah (digoreng dengan air), minumkannya, mantra: Ong arah-arah, ya atutur-tutur namah swaha. Obat orang sakit gila dan juga badannya panas, sarana: selegui laki perempuan tampak liman disebut juga tutup bumi (Elephantopus LINN), gelagah, ilalang, kasembukan (urang-aring), bersama akarnya yang muda dipakai, kulit akar kendal (sejenis pohon waru, ujung daun runcing dan  buahnya kecil-kecil bergetah), pulasari (Alixia stellata R & N), ginten hitam,  bawang adas, sepet-sepet (tumbuhan berbatang keras daunnya kecil-kecil lancip memanjang, salah satu jenis rempah-rempah), lapisan lendir pohon kendal, daun dapdap tis (Erythrina Varegita), kendal, beligo arum (lagenaria leucantha Rusby), segumpal tombong (kentos kelapa), beras merah, digilas dan dibuat tum (dibungkus daun lalu dikukus), agar masak sekali. Setelah matang, tuangi air tebu hitam yang dibakar. Beningannya tetes-

65

8. kan di telinga, di hidung, di mata, dan minumkannya. Ampasnya dipakai memborehi seluruh badannya, dan semburkan pada sisi dahinya sampai sisi seluruh rambutnya. Sarana: daun kenanga yang kuning-kuning, sari lungid, kemenyan madu, kerokan cendana. Ramuan: sintok (salah satu rempah), lempuyang, perasannya dipakai menetesi . Ada lagi sebagai uap ( boreh pada  bagian tertentu seperti dada , perut bagian bawah ) segala yang tis ( sejuk ) . Boreh kakinya segala yang hangat pakai dan mentrai seperti di depan. Obat orang yang lama mengidap sakit gila , kadang kumat dan kadang ia sehat . Sarana: sebagai dasar 2 iris lengkuas , daun uku-uku / lampes / ruku-ruku ( Ocimum Sanctum LINN ) hitam, mungsi , ampasnya rendam dengan cuka , sekarang rebus , besoknya baru diminumkannya , dan teteskan pada telinga ,  pada mata , pada hidung . Ampasnya pakai bedak . Obat orang sakit gila dengan ciri ia sering menari

9. sarana: dause keling ( tanaman pagar berbatang keras , buahnya kemerahmerahan ) bersama akarnya, gula enau , teteskan dan minumkannya, mantra: Ong paraatma atma pariatma, sarwa graha wina sidhem swaha, waras, 3. Obat orang sakit gila dengan ciri sembrono tak menentu , sarana : Segala jamur yang tumbuh di atas batu , akar hawa keroya / beringin ( Eicus Benyamina LINN ) , teri ketuka , bangle 7 iris , mungsi , air cuka , intinya . Air  perasannya kemudian rebus , setelah itu beningannya teteskan pada telinga ,  pada hidung , pada mata . Ampasnya dipakai memborehi seluruh badannya, mantra : Ong lara muksah tutur remut, 3, anduh kita manongosin, jadma manusa maluaran kita, tan pamangan. Malih kita maring panangkan kita rauh sang bayu teka lara lunga waras. Obat orang sakit gila dengan ciri menunjukkan rasa takut, sarana: akar kekara (Dilicos Labb LINN ) sejenis kacang-kacangan buahnya agak pipih ) merah, kekara putih, tetapi yang sudah  berumur tahun-

10. an, memetik jangan melewati bayangan kita, bawang adas , diperasi jeruk . Beningannya teteskan pada telinga, pada hidung, dan minumkannya . Ampasnya dipakai memborehi seluruh badannya . Obat segala sakit gila , sarana: air perasan lempuyang , kotoran kerbau hitam , memakai alas, tempat

66

itu dirajah ( gambar ) berupa gambar kerbau . Mantra: Ong ra nini paduka  bhatari Durga, ingsun anyaluk tatamban lara edanne sue nu, apan aku mawarah, sidi sapujanku mandoi waras. Ada lagi sebagai tutuh ( tetes ) pada hidung dan mata, sarana : Lampuyang dirajah seperti ini perasan airnya isi serbuk merica yang disaring . Ada lagi sarana : kencur dirajah seperti ini:  bangle dirajah seperti ini : air perasannya diteteskan. Obat segala penyakit gila, sarana: ginten hitam, sepohon

11. garam arang , minumkan dan teteskan pada mata, pada hidung. Ampasnya  pakai bedak pada mukanya. Mantra : Ong kaki cemeng, angundurang lara edane si anu, angimut-ngimut ring jeroning atine si anu, aku angeruek maring  jero wetwnge si anu, sing teka pupug punah, sing lunga, sing teka, pada mapupug punah, 3, kedep sidi mantranku, telas. Ada lagi jika sakitnya tidak sembuh, sarana: air perasan lengkuas, adas, garam arang, minumkannya. Ampasnya disemburkan pada seluruh badannya. Obat sakit segala penyakit gila,

sarana:

lempuyang

dan

air

jeruk,

teri

ketuka,

garam

arang,

minumkannya, mantra: Ong sang baga purus wisesa , sira ngelaranin baga  purusa si anu, sira apurusit, maring si anu, aku weruh ring kamulanmu nguni, matanta tangen sanghyang Raditia, matanta kiwa sanghyang Ratih, kadi  pedangane sanghyang Raditia, sanghyang Ratih samangkana pe-

12. padangane, matane si anu, biar, 3, biar cali ring hening. Obat segala penyakit gila, sarana: manuri, undur-undur, semua daunnya yang kuning-kuning, lempuyang, asam yang telah direbus, sinrong, inggu, air jeruk 1 biji, dan garam. Rebus dan minumkannya serta teteskan pada hidung, telinga, mantra:  pukululun aranira batara Guru maha sakti, aku angunduraken batara Gana,  banta wengi, banta weghah, bante papet, aje sira anta anggel ring jero ragane si anu, mundur lunga ko mangke pugpug geseng mpug saguna pangaruhmu kabeh, sing teka guna pupug punah, 3, sidi mandi mantranku. Obat segala  penyakit gila, sarana: daging buah rerek (buah yang dagingnya berbusa bisa dipakai mencuci perak dan batunya hitam), bawang tunggal, air cuka, teteskan  pada hidung, pada mata. Ampasnya pakai membedaki mukanya, mantra: Ung arah-arah, ngelimus ring atimu waras.

67

13. Obat segala penyakit gila, sarana: lempuyang dirajah seperti ini lagi kencur diiris dan dirajah: .Lagi sarana: bangle diiris juga dirajah: lagi sarana: selembar daun sirih tua temurose dirajah, ma: setelah semua dirajah, gabungkan jadi satu, ditambah lima butir merica, tiga ujung lada, tiga biji mungsi, air cuka. Air perasannya diminumkannya, dan teteskan pada mata,  pada telinga., pada hidung. Ampasnya campur teri ketuka. Semua itu pakai membedaki tubuhnya, mantra: Ong hyang ma- hyang, 3, ong manglimur ring ati, muwaras, 3, ang banyu mapupul, budeng mapupul, kelingsih mapupul,  buyanati mapupul, dahah, mapupul, bayu mapupul, ong sang hyang ayu ulihakena bayu sabda idep si anu maho usuase, mu-

14. lih bayu premanane si anu maring kadam suaha, waras, 3. Obat segala  penyakit gila, sarana: daun katimahan (Kleinhopia Vosvita LINN) sampai ke akarnya, kecemcem (sejenis daun kedondong/ Spondias Dulcis FORST)  putih, padang kesisat (rumput yang dapat dipakai sayur), tujuh butir merica, sejemput semut hitam, air cuka. Minum dan teteskan pada telinga, mata, dan  pada hidung. Ampasnya dipakai membedaki seluruh badannya, mantra: Ong hyang pala pilu, 3, ih teka banta amulanta, sang kama putih saking bapanmu, sang kama bang saking ibunta, tutur si kita, aja lali ring si anu, mangke mamuliang maring raga waluyanta manih, akueh kang amidenane, wastu kita tan mandi, tan waras sakueh ki si ta midenin, sabda idepkune sidi mandi, waras, 3, ya namah suaha. Obat segala penyakit gila, sarana: 11 lembar daun ginten hitam dirajah rambut sudamala, campurannya:

15. 11 biji mungsi, ingggu (zat untuk obat), inti bawang, adas, air cuka. Air  perasannya diminumkannya dan teteskan pada hidung serta mata. Ampasnya dipakai membedaki seluruh badannya, mantra: Ong sang rambut sudamala, dakonkon aya langgana, lah sira anambanin wong katepuk tegeh, kaparag maring buta kabeh, wastu si anu purna punah, lengleng bungeng edane si anu salah ton, lah waras, 3, iko maranane, lah waras, 3, kedep mandi mantranku. Obat segala penyakit gila, sarana: jamur yang bisa dimakan beri rajah tunggang meneng, daun bangle, rajah seperti ini daun lempuyang dirajah seperti ini: sa ba ta a i, lagi dicampur bawang adas , air jeruk, teteskan pada hidung, pada telinga, dan minumkannya.

68

16. Ini rajah rambut sudamala: Ampasnya dipakai bedak semua. mantra: Ong ra nini paduka batari Durga, ingsun anyaluk tatamban lara, edane si anu, sama ta kang lara iku murnanu pukulun, a, sira walang ati apan ingsun mawarah sidi saujar ingsun wastu si anu teka waras, 3. Ada lagi jika orang sakit gila suka memaki-maki

dukun,

itu

namanya

bebainan.

Obat,

sarana:

daun

 pungut(tanaman liar di daerah tropis, sekarang dicari untuk bonsai) yang tumbuhnya mengapit jalan, sama-sama tiga helai, daun lada dakep (yang menjalar di tanah) tiga helai, tiga biji merica gundul, disemburkan pada yang sakit, setelah itu dipijit. Setelah kelihatan penyakitnya ambil tarik dengan cepat, inilah mantranya: Ih madra macah, sira anikep larane I yono

17. den cokot keret kekrug, 3. Obat segala penyakit akibat gangguan, apakah itu gila, banta (infeksi), epilepsi, disentri, kaki bengkak, gatal-ghatal, beri-beri  basah, lever, dan busung lapar. Semua itu harus diruat. sarana: semua dirajah: ong ka ra. Bangle dirajah , kencur di rajah: , lempuyang dirajah: . Lengkuas dirajah . Kunir dirajah . Temu tis dirajah . , bawang dirajah. . Daun sirih tua dirajah , semua itu sama-sama diiris. Sebuah jeruk linglang dirajah seperti ini , ditambah paria (Memordica Charantia LINN) puyuh yaitu buahnya kecil-kecil  bulat, sampai akarnya, daunnya dirajah dicampur lagi dengan majakane (Quercus Lusi Tanica LANK) dan maja keling (Terminalia Arboerea K.& V.), ketan gajih ( putih bersih/Oryza Sativa LINN), sari kuning, daging baligo harum, diulek, air gosokan cendana. Ambil perasan air kentalnya, beningnya teteskan pada hidung. Arti obat itu

18. jika sakit gila, dapat diteteskan obat itu pada telinga, mata, pada hidung dan diminumkannya. Jika selain sakit gila, kegunaannya dibedakkan dan diminumkannya, ini lanjutannya, mantra: Ang, mang, ong ung nini Siwogotra, ingsun mawak hyang Darma wisesa, ungguanta ring pucuking wurungwurung gading ingsun mangerah sasanakta manusa kabeh, I Yanta, Preta, kala, dengen, aku weruh ring kadadenta kabeh, pawetun kita saking gua garbane ibunta, arania anta ari-ari, nga, preta, nga, nanah, kala, nga, getih, dengen, nga yeh nyom, ika sasanak manusa kabeh, aku weruha, ika margane agering kang manusane sianu, ih angeringin manusane si anu, margane

69

mangeringin ika, apan umijil saking pitra puja sesana, mangke ingsun angundurangken gering awak sarira-

19. nta, yen ana pitra puja sasana manggawe gring awak sariranta, ingsun angunduraken pitra puja sesana, mundur mulih kita kabeh, yanta sah ring awak sariranta, mulih kita ring batukau, preta sah, ring awak sariranta, mulih kita ring pasaren kala sah ring awak sariranta, mulih kita ring catu, dengen sah ring awak sariranta, mulih kita ring cungkub kahyangan dalem, mangke ingsun angeluarang geringe ring awak sariranta, buung ikang gering kabeh, kesah ikang geringe apadang, mantuk kita ring sanghyang tiga, basmi wisesa, ana desa sajeroning pukuhing lidah, agelijih mirah, abias padi, anatar emas sinangling tan payuna, ring gana gulgul, nidra amargana, byah er, ingsun angunduraken pitra puja sesana ika, mundur kita, 3, apan aku weruh ring kasurupanta kabeh

70

Lontar Usada Cukil Daki 1. Ya Tuhan semoga tiada halangan, semoga tujuan tercapai. Inilah mantra untuk segala jenis caru (kurban, dan mantra untuk kurban, semua golongan mahluk halus , mantra, Ong bhuktiantu durgga katari, bhuktiantu kala mocani,  bhuktiantu pisaco waci, bhuktiantu sarwa bhutani. Ini sakit yang tidak berhasil disembuhkan dengan obat, agar dibuatkan kurban, dengan sarana batang tumbuhan yang merambat, memakai alas daun andong, sampian yang  bahannya dari daun andong, sebut nama bhuta bhanaspati , melaksanakan kurban di halaman rumah. Ini hendaknya diketahui bila orang terserang  penyakit, pada waktu musim wabah penyakit, karena para dewa ba-

2. nyak yang melepaskan mahluk halus, ada kurban penangkal, bila sakit badan gemetar kedinginan, barong rentet yang membencanai, buatkan kurban nasi segenggam, disertai dengan telor mentah, kibaskan ke arah penderita. Lagi  bila terserang sakit desentri, barong macan yang membencanai, buatkan kurban, nasi segenggam, berisi bagian rongga perut babi yang mentah, kibaskan ke arah penderita. Bila menderita sakit perut, sang kebo yang membencanai, dibuatkan kurban nasi tlompokan , diisi dengan bagian rongga  perut babi yang mentah, disertai dengan campuran lima macam palawija, karena kurban untuk mengusir penyakit, disertai dengan mantra penolak  bencana, dan mantra segala penangkal, hendaknya waspada. Inilah upacara kurban bagi orang sakit, yaitu, satu biji tumpeng, diberi alas nasi yang diberi warna, disertai dengan buah-buahan, diisi dengan bermacam-macam (binatang) yang berbisa, disertai dengan sesajen (canang ), tiga porsi, diisi, dupa, disertai dengan ucapan mantra, penjaga jiwa, tempatkan pada bagian kaki penderita, bila belum saatnya meninggal, akan segera dapat berbicara dan menjadi sembuh. Ada lagi

3. cara perlakuan terhadap orang yang menderita sakit bertahun-tahun, sulit sembuh, buatkan kurban ayam brumbun (merah), sasayut pangambeyan , diisi  pras panyeneng , dan buah-buahan, karena sakit sangat keras, tenangkan dengan ucapan mantra, jika sudah pulih, baru kemudian diberi obat. Inilah

71

kurban bagi orang terkena bebai (roh jahat yang menyebabkan orang menjadi gila), juga terkena penyakit, bhicari , akan sembuh olehnya, kurban  persembahan berupa tumpeng tiga biji, merah hitam kuning, diberi alas nasi  berwarna, diisi dengan telur yang hampir menetas, beralaskan kulit sasayut ,  buah-buahan dan geti-geti. Inilah pembuat dukun agar ampuh, perlengkapan sesajennya beras, tiga genggam, tiga jemput, kelapa, sebiji, sesisir pisang, satu  biji gula merah, pada saat memuja memegang linting (api dengan sumbu dari kapas dan diberi tangkai), minyaknya harum, setelah mengucapkan mantra, si sakit diobori, sebanyak tiga kali, kurban persembahan itu kemudian dibuang di jalan simpang tiga, jangan menoleh. Juga kurban persembahan untuk  penolak sakit, sasayut , tumpeng satu biji, dialasi dengan kulit sasayut , berisi  buah-buahan

4. yang semuanya masak, bunga, tiga warna, pelita tiga, tangkai, daksina,  penyeneng, sesajen , tiga, porsi, lengkapi dengan sesari (uang). Lagi untuk menyucikan orang terkena bebai , dan penyakit yang disebabkan gangguan oleh gangguan ilmu hitam, jangan diberi obat, ini yang boleh, ikan asin dan telur, pulut dan pulut hitam, buah sirih dan boreh harum, minyak harum,  benang satukal, uang kepeng, 225, dipersembahkan di s anggah kemulan (pura tempat pemujaan keluarga yang beruang tiga), mantra, Om ang ung ung ung mang Om, anampek dewa tiga hyang pukulun anampa dewa kamulan, ngawijilang kasakten, carma saji dewa di dhalem purusa sakti, dewa di puseh, ulun angaji kasakten, mijil kasakten amor sakti, hyang hyang sakti, Om bhuta taksu asih, manut sore dewata bayu,bahan ramuannya kulit widuri putih, kulit  pohon kendal, kulit pohon bekul , temu tis , gula, sinrong , diminum. Obat, orang sakit disentri badannya ge-

5. metar bahan ramuannya, daun akar hawa dari berbagai jenis tumbuhan, beras merah, adas, balurkan. Obat penyakit kusta yeh , bahan ramuannya, kulit  pohon mangga hijo , beras merah, lengkuas, empu kunir yang warnanya kemerah-merahan, ketumbar, babolong diisi cuka sedikit, disangrai, dijadikan serbuk. Kompresnya cuka yang telah dipanaskan. Obat sakit jantung  berdebar-debar, disertai dengan pusing-pusing, kepayahan, seperti kena sihir, terkena kutukan olehdewa hyang , juga napas terengah-engah, rasa sakit pada

72

dada, jampi namanya, bahan ramuannya, akar pohon kenanga, pangkal pohon  bungli , pangkal kayu kendal, buah beringin, santan, gula, kemiri, ditambus, diminum. Obat batuk yang disertai napas terengah-engah, seperti terputus putus, dan terasa menyumbat pada hati, siyak , namanya, bahan ramuannya,  pucuk daun andong, bagian batang pohon kepah , minyak kelentik, garam yang telah mengeras, diminum. Obat disentri, bahan ramuannya, silaguri,  pangkal jaruti , pangkal rumput carma , santan kental, bawang ditambus, gula, garam yang dicampur dengan arang, diminum. Obat

6. desentri, keluar darah nanah, air darah, yang kelihatannya seperti lendir dahak, bahan ramuannya, kulit pohon turi merah, air panas, garam bercampur arang, diminum. Obat desentri, bahan ramuannya, tain besi (serbuk kikiran  besi), jahe pahit, temu ireng , temu giring, temu lawak, bawang putih, geraham warak, darah warak, sari kuning , setelah matang tetesi hidungnya. Obat tetes sakit sebehajai (perut panas dan perih), dan otot tegang, bahan ramuannya, selasih harum,miana cmeng , buah sirih, daun dadap yang telah gugur dari pohonnya, daun suren yang telah gugur dari pohonnya, masingmasing satu helai, tmu tis, jruk linglang (jeruk nipis), bawang digoreng, minyak kelapa dan air yang belum diendapkan, dimasak s ampai matang, peras ambil airnya. Lagi obat tetes untuk sebaha(perut terasa panas), dan pinggang sakit, bahan ramuannya, umbi tunjung, akar pohon bayam yang daunnya sebagian kemerah-merahan, endapan air yang warnanya kekuning-kuningan, geraham warak, darah warak, peras ambil airnya. Obat batuk yang disertai ayan, bahan ramuannya, akar cangkem butuh , jarak putih, dikukus, dipipis,  balurkan, dapat menyembuhkan.

7. Obat gelisah (sulit tidur), bahan ramuannya, daun jruk linglang (jeruk linglang), tiga, helai, dirajah begini, _____________________,merica, tiga,  biji, sembur pada telapak kaki. Obat lunglai (lemas), bahan ramuannya, akar  pohon maja, bawang putih jerangan, dipipis, dibalurkan. Obat bangkig (kurus), bahan ramuannya, serat pohon dedap, simbukan, pacarsona, kulit  pohon pule yang kering, bawang yang ditambus, dikukus, diminumkan. Obat lumpuh, bahan ramuannya kemiri yang bentuknya cembung, tiga, empu temu ireng , bangle , lempuyang, kencur, kunir, masing-masing tujuh, iris, cengkeh,

73

lumatkan dan diborehkan. Bila tidak sembuh, bahan ramuannya, buah dan akar delima, sindrong , pangkal pohon pudeh , bawang putih jerangan, airnya cuka, dimasak, dibalurkan. Obat baled (exim basah) yang lama tidak keluar air/ nanah, bahan ramuannya, kulit pohon temen yang dikikis, bawang adas, dibalurkan. Babungut baled , bahan ramuannya, daun terung kanji (terung yang buahnya kecil dan pohonnya berduri), pecahan cawan, air. Ada lagi,  bahan ramuannya, garam yang sudah mengental diremas. Obat encok yang dapat menjadi lumpuh, linu, terkena

8. ilmu hitam, terasa berdenyut-denyut ke seluruh tubuh, bahan ramuannya, kulit  pohon kecemcem , pangkal pohon widuri putih, ambil semua kulitnya, akar  pohon dan daun gentawas , yang teleh ditebang, akar pohon kelor, kulit pohon kulanggeyan , ketumbar, semburkan. Kompresnya, bahan ramuannya, daun  pepe , daun lengkuas. Bila tidak sembuh, bahan ramuannya kulit pohon mangga, kepundung, kasambi, semua yang dipakai kulit pohonnya, daun pepe , daun mangga hijo , daun nagka, daun paso-paso , daun jeruk, lengkuas, kunir, ketumbar, semua diiris, disangrai, semburkan. Kompresnya, bahan ramuannya, bangle , merica, airnya cuka, dimasak dengan air. Obat, baledan ,  bahan ramuannya, kulit wangkal , bawang putih jerangan, dipipis, air cuka, masak dengan air, balurkan. Lagi, bahan ramuannya, akar taked- taked . Lagi  bila sakitnya di dalam suara menjadi serak,bahan ramuannya, lengkuas yang umbinya keputih-putihan, kulit kayu buhu, pohon basa-basa yang meliputi akar, batang dan daun, disemburkan, juga bisa dibalurkan. Ada lagi yang lain,  bahan ramuannya, lengkuas yang umbinya keputih-putihan, kulit kayu buhu,  beras merah,

9. dua puluh satu biji, duri pohon bunga merak, borehkan. Pencegah bal\f2\'ec\f0 d , bahan ramuannya kulit pohon kalampwak putih , bakar di atas bara, buah  pinang yang telah tua, dilubangi, diisi kemenyan, ditambus, diiris-iris, disemburkan. Obat terkena baled , bahan ramuannya, kulit pohon kecemcem , kulit kayukepuh, piso-piso , daun jeruk, daun kalampwak putih , bangle , lengkuas, semuanya diiris, remas dicampur dengan garam, cuka, balurkan. Lagi, bahan ramuannya, daun sangga langit , bawang putih jerangan, kapur tohor, air jeruk, diremas-remas. Ada lagi yang lain, bahan ramuannya, kulit

74

 pohon turi putih, kulit pohon sekoi putih, pisang batu (biji), degan sumambuh (kelapa muda yang dagingnya masih tipis), bawang ditambus, diminum. Lagi ada, bahan ramuannya, daun kayu jampi , bawang dan adas, dilumatkan,  balurkan. Obat, mbokan (gusi sakit dan bengkak kemerahan), panas, dan sakit tumbuhan (jenis bisul pada pangkal paha), jika pada pusar, bahan ramuannya,  benalu, ketumbar, bawang putih jerangan, semburkan. Bila pada kaki, bahan ramuannya, arang cabai, air ludah merah (air ludah sehabis makan sirih), dibalurkan. Obat, mbokan gata-

10. Hal bintik-bintik, berujung, lagi bengkak, mbokan , namanya, bahan ramuannya, minyak babi, air jeruk purut, badung , diurapkan. Borehnya,  bahan ramuannya, kulit pohon kamboja, lengkuas. Obat buh segara (perut kembung dan bersuara), perutnya gembung, bersuara mengruduk seperti ombak, bahan ramuannya, pangkal pohon pace, seratnya, rumput laut, air  basuhan pulut, garam yang telah mengental, minum. Ada lagi, bahan ramuannya, daun pohon nagka yang buahnya kecil-kecil, ketumbar, babolong , kunir, sepet sepet , pulasari, garam, diminum. Obat rematik, bahan ramuannya, simbukan cemeng , akarbelimbing basi putih (belimbing yang rasanya sangat masam dan jenisnya putih), akar dedap, setelah masak diminum, air basuhan pulut, air tmu tis yang digosok-gosokan pada tembikar,  jeruk linglang (jeruk nipis), ginten cemeng , garam yang telah mengental, diteteskan pada hidungnya. Obat, kena tiwang (kejang),pamali tuju  papasangan ( sakit encok yang rasanya menusuk-nusuk sebagai akibat terkena ilmu hitam), bahan ramuannya, lengkuas yang diparut, dicampur minyak kelapa, ditambus sampai matang, sari kuning , bangle , lempuyang, bawang  putih jerangan, dicampur, daun dedap yang telah gugur dari pohonnya, gu-

11. guran daun kemiri, liligundi . Obat bisa (racun), daun sirih yang telah tua, tmu tis , daun sirih yang uratnya menyambung, disemburkan. Obat sakit panas yang terus menerus, bahan ramuannya, kulit pohon turi putih, kulit pohon kemiri, daun kacang kara lungsir , campurannya rempah-rempah secukupnya, gula, minyak, rebus sampai matang, minumkan. Ada yang lain, bahan ramuannya, kulit kayu bekul , kulit pohon kemiri, kulit pohon turi merah, daun kacang kara lungsir , tmu tis, kunir, asam, gula, rempah-rempah,

75

minyak, dimasak dengan air, minum. Ada lagi yang lain, pangkal pohon kelapa merah, jarak merah, merica, tujuh, biji, ketumbar, babolong , beras merah, digerus, diborehkan. Lagi boreh untuk tubuh, bahan ramuannya,  pangkal pohon gentawas, ginten , kencur, babolong , bawang putih dan  jerangan, air jeruk, air limao, kapur tohor, borehkan di tubuh, mentra, Om Om gmung durgga wwe tatwa yanamah, ang pratma siwa yakrama,ya namah Om syah, Om syah, Om syah . Obat segala rematik, ter jangkit sa-

12. sakit

kelamin,

bengkak

kemerahan,

keluar

nanah,

darah,

untuk

 penanggulangannya, bahan ramuannya, kulit kayu krepetan , kulit pohon  bengkel , dilumatkan, ginten cmeng , disaring kemudian diminum. Ada lagi,  bahan ramuannya, kulit pohon suren, diisi cuka, bata sebesar gambir, didadah (dimasak dengan air) minum, mentranya, Om ang ung mang ah , lagi dicampur dengan madu, buah pala, dimasak dengan air, diminum. Ada lagi  berupa kulit pohon kemiri yang muda (belum berbuah), daun kacang kara lungsir , tmu tis , asam, gula, rempah-rempah, minyak, dimasak dengan air, diminum. Ada lagi berupa kraras pisang ktip (daun pisang ktip yang telah tua dan kering), direndam sampai sore hari, besoknya diperah, air tebu cemeng (tebu yang berwarna kehitaman), rempah-rempah, minum. Borehnya, semanggi gunung (semanggi yang tumbuh di darat dan daunnya agak kecil), marunggi, minyak wijen, borehkan. Tetes mata, daun suren, geraham badak, air darah badak, ginten cmeng , tetesi matanya, baluri dengan air cendana yang warnanya merah tua yang telah digosok-gosokan pada tembikar. Obattuju bang rasa (sakit dan terasa perih pada kemaluan), bila saat kencing tidak terasa, dan kencing batu, bahan ramuannya, air

13. yang jernih keluar dari mata air, rumah tabuhan kangka (tabuhan yang daya sengatnya lemah), diremas-remas, disaring, dipersembahkan di kamulan (pura keluarga yang beruang tiga), letakkan beberapa saat dan jangan dilihat. Obat mata sakit tumbuhan (bintik-bintik pada mata), bahan ramuannya, majakane , gosok pada cawan putra (mangkuk kecil), jeruk, mantra, Ong windhu hring, hyang ulan hning, lintang hning, poma, poma, poma, tetesi. Lagi bahan ramuannya, daunpaso-paso , bawang dan adas, digerus, dibalurkan. Obat mata tuju (mata terasa sakit seperti tertusuk), dan ada bintik-bintik, bahan

76

ramuannya, empedu kodok yang besar, empedu ular, empedu dled , gosok,  buah pisang saba, buah pepaya renteng (pepaya yang buahnya kecil-kecil dan tangkainya panjang), dimasak dalam tabung bambu, bubur beras pulut, majakling , samparwantu , cengkeh, garam yang telah mengental, diminum,  borehnya, bahan ramuannya, kulit pohontinggulun , pulasahi , cendana,  bawang putih, batang tumbuhan merambat yang tanpa akar, diborehkan. Untuk bahan urutnya, bahan ramuannya, daun dusa keling , pulasahi , cendana, air lempuyang, digosok-gosokan. Obat segala jenis sakit

14. mata,tidak bisa duduk, juga punggung sakit, kedingsih , namanya, bahan ramuannya, daun kendal, sejemput musi, sari patinya diminum. Ada yang lain, miana cemeng , adas, kemiri, digerus, borehkan. Lagi perkiraan orang akan meninggal, kira-kira lagi dua puluh hari jika ada orang tampak anakanakan matanya dua, seperti kunang-kunang, sebentar bersinar sebentar pudar gusinya kelihatan agak pucat, bila saat bicara keluar ludah, badannya kelihatan

lemas,

itu

tanda-tandanya

akan

meninggal,

bila

ingin

menghidupkan, obatnya, buah majagau tua yang telah lepas dari pihonnya,  buah beringin tua yang telah lepas dari pohonnya, daun ingkel tua yang telah gugur dari pohonnya, kemenyan, gamongan kecil, kencur, musi, sembur dadanya. Obat penolak sakit tuju kawisian (encok yang disebabkan oleh  pengaruh ilmu hitam), bahan ramuannya jeruk purut, jeruk linglang (jeruk nipis), lunak tanek (asam yang telah dipisahkan dari bijinya kemudian dikukus), santan yang bahannya dari jenis kelapa yang berkulit hijau, diminum. Obat terkena wisia madat (ketergantungan candu), bahan ramuannya, kelapa nyambulung (kelapa yang kulitnya berwarna hijau dan sabut dibawah tampuknya berwarna merah kehitaman), delima putih, daun simbukan, daun pancar-

15. sona , santan kelapa yang terbuat dari jenis kelapa yang kulitnya berwarna hijau, diminum. Obat tampias (sering mengoceh seperti gila), bahan ramuannya, daunliligundi yang jenis daunnya agak tebal, segenggam, yang diperoleh dari tiga desa (lokasi), pangkal pohon widuri, yang tumbuh di  pinggir jalan raya, bawang putih dan jerangan, semuanya dibakar, saring diminum, ampasnya dicampur dengan kapur tohor, limau, cuka, mesui,

77

kikisan tongkat, borehkan, untuk kompres, bahannya, belerang, mesui, minyak kelapa nyambulung , untuk air mandi, bahan ramuannya, air hangat, yang telah diisi dengan kulit pohon keluak, kalampwak . Obat pilek dan  batuk, bahan ramuannya, belimbing buluh (belimbing yang buahnya kecilkecil dan bentuknya bulat panjang), yang disertai dengan akar batang dan daun, semanggi gunung (semanggi yang tumbuh di darat dan daunnya agak kecil), diisi arak dibungkus dan ditambus, diminum. Urap hulu hati, daun kemoning, ketumbar, tiga biji, kunyit, tiga, iris. Obat bengkak keluar darah  busuk, dari dubur, bahan ramuannya, bagian akar, batang, dan daun kasinen , tanah tunggak(tanah pada pangkal pohon yang telah lapuk), , ginten cmeng , majakling , majakane, gula, duri, sa-

16. ntan, diminum. Obat bengkak keluar darah, dari lubang luka terus menerus,  bahan ramuannya, tunas pisang ktip , ditambus, pada waktu mencari bahan ramuannya jangan terkena bayangan, ditetesi lukanya, kulit pohon asam, ketumbar, sari lungid, kapur tohor, diminum, diborehkan. Keluar darah dari mulut, dari dubur hidung, bahan ramuannya, pangkal pohon jeruk purut (jenis  jeruk yang buahnya keriput dan terasa asam), madu, semua secukupnya, diminum. Lagi pangkal pohon jeruk purut , jeruk nipis, badung , cendana, semua ditakar secukupnya, diminum. Obat keluar darah mengucur dari kemaluan, sakit tuju buh putra , namanya, bahan ramuannya, belimbing buluh yang terdiri dari akar, batang, daun, pangkal pohon manguwut , rumput laut, air kelongkong jenis kelapanyambulung , diminum. Ada lagi cendana jenggi (cendana yang warnanya merah tua), digosok-gosokkan pada tembikar dan diisi air, klabet , endapan minyak kelapa, sindrong , semua secukupnya, dimasak dengan air, diminum. Ada lagi daun sembung, tmu tis (jenis temu yang umbinya menyerupai kunyit), sindrong , diminum, yang terlebih dahulu dimasak dengan air. Obat sakit dele -

17. (sakit tenaga lemah), pinggang terasa sakit, bagian hulu hati, keluar bintik bintik, sakit delem brahma , namanya, ramuan bahan obatnya, bunga kembang sepatu jenis lamba , terasi merah, garam, airnya arak, diminum. Obat sakit kening yang terasa seperti ditusuk-tusuk, pandangan terasa samar, kepala terasa seperti dibelah, terasa pusing, sakit puruh untek , namanya, ramuan

78

 bahan obatnya, daun sirih yang tua, merica, daun jeruk, sembur pangkal lehernya. Obat pinggang sakit mengeluarkan nanah darah, juga hulu hati terasa sesak, tiwang kapu , namanya, bahan ramuannya, kunyit, pangkal tampak liman , semua ditakar, dicampur dengan air, juga pangkal pohon tampak bela , diminum. Bahan borehnya belimbing basi (belimbing yang sangat masam) meliputi akar batang dan daun, merica, bawang putih dan  jerangan, diisi arak, dipipis, diborehkan. Obat, lumpuh, bahan ramuannya,  pangkal pohon teter (tembakau hutan), bawang putih dan jerangan, diisi dengan arak, borehkan.Lagi jeruk nipis, ditambus, semasih panas gulinggulingkan pada sakitnya. Penolak sakit antara lain, rajah (gambar) pada telapakan kaki orang yang sakit, seperti ini,

18. Obat sakit bisul-bisul pada tubuh, keluar darah dari lukanya, namanya mbokan (bengkak), bahan ramuannya daun tamba bisa ( basa-basa ), daun kemuning, kunir, masui, dilumatkan, dibalurkan. Obat gelisah dan kepala sakit, bahan ramuannya, kotoran sebatah (ulat kayu) yang hidup pada batang  pohon dadap, beras merah, menyan madu (madu kental yang warnanya kekuningan dan terdapat pada sarang lebah), cendana, upih yang tersaluk pada  pohonnya, kikisan dari bangunan bale gede (rumah Bali yang bertiang dua  belas), tanah kolong balai tersebut, ambil dengan menjemput sebanyak tiga kali, bawang putih dan jerangan,biah kedis (tumbuhan sejanis talas), minyak, dimasak dengan air, di hadapan penderita. Obat lumpuh, bahan ramuannya, ular, kalajengking, lipan, pepetet(binatang seperti kadal dan kulitnya mengkilap), minyak kelapa yang masih baru, semuanya digoreng, dipakai untuk mengurut. Ada lagi, bahan ramuannya, umbigedang saba (pisang kepok), sindrong, bawang putih dan jerangan, dicampur dengan cuka, diborehkan.

Obat

tuju

rumpuh

(rematik

yang

dapat

menyebabkan

kelumpuhan), akibat terkena sihir, bahan ramuannya, tinga-tinga , culung (anak babi yang baru beberapa hari lahir dan belum bisa makan) kotoran induk babi dan dibakar, bawang putih dan jerangan, pecahan mangkok,  pecahan periuk tanah yang didapat di kuburan, dilumatkan, diborehkan, bahan untuk mengasapi, ko-

79

19. toran kuda, rumah rayap. Obat krambit moro (bintik-bintik dan luka pada kemaluan), muncul bisul-bisul, pada tubuhnya, keluar nanah berurai, Obatnya, daun simbukan putih, ketumbar, babolong , lumatkan, dimasak dan diisi air, dibalurkan. Obat krambit wong (bintik-bintik dan luka yang bentuknya bulat bulat jamur), bahan ramuannya, daun pakis yang bisa dijadikan sayur, sagon,  beras merah, disangrai, disembar. Obat krambit api (bintik-bintik luka dan melepuh seperti terbakar) bahan ramuannya, daun bengkel yang telah gugur dari pohonnya, daun kayu kutat kedis , daun bun nanipi , disemburkan. Obat, gemetar tangan dan kakinya karena kedinginan, bahan ramuannya, kulit  pohon asam, lempuyang, tunas lengkuas, sindrong yang cukup usia, cuka, dilumatkan, diminum. Ada lagi, bahan ramuannya, kulit pohon asam, dan kulit buah asam, kulit kusambi, temu ireng (temu yang warnanya agak kehitaman), lengkuas, lempuyang, kunir , borehkan. Obat, tubuh kudis, bintik bintik gatal, mbokan leplep (bintik-bintik yang melebar), namanya, bahan ramuannya, kulit pohon kusambi, bagian akar, pohon dan daun pohon sekoi,  bengke -

80

Lontar Usada Dalem 1. Ya Tuhan Semoga terhindar dari segala rintangan. Tanda- tanda kematian  pada orang yang akan meninggal, ini Wariga Dalem , (bersumber) dari  pengetahuan sejati, tersebut sejak semula dalam tubuh manusia terdapat kandungan alam semesta, sebab sumber penyakit senantiasa melekat, setelah Sanghyang Atma meninggalkan badan baru dia akan pergi. Dan lagi jika sudah merasakan dan memahami tanda-tanda (tentang) penyakit , itu hendaknya diketahui oleh manusia. Ini di antaranya ilmu tentang pengobatan. Inilah tanda-tanda tentang penyakit, di antaranya, jika nafas hampir meninggalkan raga, upas tahunan menyakiti, sarana, buah jeruk, gula, isinrong (rempah-rempah), dilumat, airnya diminum. Jika kukunya (tampak) kuning, krikan gangsa , (sumber) penyakitnya, sarana,

2. air kencing bebek, kunyit warangan , di minum. Jika matanya kuning kemerah-merahan, upas dewek yang menyakiti, sarana, kulit mangga hijau, asam yang direbus, air bayam puring , diminum. Jika mata kukunya tampak kemerahan, upas Hyang yang menyakiti, sarana, akar paku nasi, adas, bawang yang dipanggang, diminum. Mata merah, seakan hendak keluar, senantiasa gelisah, pelipis mata bagai ditusuk, kuku (tampak) biru, racun yang menyebabkan, hendaknya diobati. Gigi goyah dan gatal, itu terkena racun warangan , dikumur dengan air hangat, menggigil kedinginan, dan batuk

3. yang terus menerus, terkena raratus (campuran racun), sarana, daun kembang sepatu putih termasuk akar, daun dan kulitnya, diminum, dimantrai dengan mantra penawar, borehnya daun ketepeng, ditetesi boreh dahuti , kasisat putih, sari kuning, klembak, kasturi , teteskan, jika pergelangan tangannya terasa gemetar, itu terkena c\'ebtik (racun), teteskan, hendaknya diobati. Jika terkena c\'ebtik (racun) upasmat , sarana, cendana digosokkan pada dulang, tahi \'f1lati (sari-sari tanah), kulit pohon bengkel , kulit pohon kendal , semua dipanggang tanpa dibalik, dilumatkan, air saringan airnya, diminum, mantra , ong hayu gumi,kewu hana janma manusa,

81

4. teja bhumi hana teja manusa, bhatara hana manusa, amlaku kasakten, makasiddha siddhi mandi mantranku , Sakit melilit di dalam perut seperti lembam, itu terkena upas (racun), cepat diobati, jika masih melilit, sakitnya, itu terkena upas banten , sarana, buah pepaya muda dipanggang, arang dapur, ditutupi dengan asap dari dedak padi terhadap orang yang terkena sakit, upas kbo ingel yang menyakiti, tiada dapat berkata senantiasa diam, sarana, minyak arungan , sebiji bawang putih, padang lepas, mantra, ong bengkek . Obat, terkena racun, sarana, daun -

5. dadap, daun kemiri yang masih muda, buah tingkih , bawang, temu tis , diborehi. Lagi , sarana daun muda dadap tis ( yang tidak berduri), santan, ketan gajih , adas, mantra, ong ctik tiwang galuga atal putih, ctik tiwang sawari  putih, mantra saliwah putih, diminum. C\'ebtik tiwang saliwah putih , mantranya seperti tersebut di atas. Lagi, sarana, kulit pohon pule , santan, ginten , sari , bawang putih dan jangu (jerangau), dilumatkan perasannya diminum, mantra, ong ctik tiwang galuga, ctik tiwang macan punah, ctik tiwang kbo putih punah, ctik bhuta ya punah, gseng sira gseng , campa tebah cabar . Obat, terkena upas Sanghyang, sarana, paya puwuh (peria yang  buahnya kecil-kecil), kelapa, kunyit-

6. warnanya kemerahan, adas, di lumat kemudian diminum, mantra, ong awuning karuyu kahla, amademi wong, wruh aku ring kamulanmu tka tawar, 3 x, awuning upas sanghyang, amademi wong, wruh aku ring kamulanku, tka tawar, 3x, siddhi mantranku . Obat, terkena racun, sarana, daun terung kuanji , air beras, bawang, pulasari, perasannya diminum. Lagi, sarana, lublub tingkih (kerikan pada tangkai pohon kemiri), air gosokan cendana, santan kane (parutan kelapa tanpa diisi air / santan kental), isinrong (rempah-rempah), majakane (sejenis buah maja), diminum. Lagi, sarana, akar pohon dadap, daun sembung, buah kelapa muda, diborehkan pada keseluruhan badan, gagambi-

7. ran (rempah), perasannya diminum. Racun / upas rambat yang mematikan,  panas menggelisahkan, sarana, tebu, air buah pinang, bakung, bawang putih ,  perasannya diminum. Obat, keluar nanah dan darah di berbagai tempat pada  badan, sarana, inan kunyit warangan (kunyit yang sudah tua), kencur,

82

lempuyang, lengkuas, daun jeruk yang disangrai , perasannya diminum, di campurkan sari lungid , jika hendak dimakan, kulit pohon cempaka dipanggang, dimantrai dengan mantra tuju (rematik). Obat, keluar nanah di  berbagai tempat pada badan, sarana, daun tuju musna , sembung , lengkuas, sari lungid , santan, diminum. Obat keluar darah dari vagina, sarana, gamongan kedis (lempuyang yang umbinya kecil-kecil), air susu ibu, temu tis , labu pahit, air cuka, diminum. Obat, mengeluarkan darah

8. kotor, sarana, jeruk purut, diminumkan. Obat, anak yang mengeluarkan darah, sarana, toktokan nyuh sari (kulit akar kelapa hijau), pulasari, diminum. Obat, mengeluarkan darah, sarana, lunak tanek (asam rebusan), palit uyah (garam yang mengkristal), santan kane (perasan kelapa diparut tanpa air/ santan kental), gula, diminum. Obat, pendarahan, sarana, isinrong (rempah), kapur, madu, kayu manis, kulit pohon asoka, perasannya diminum. Obat,  pendarahan, sarana, merica, daun uyah-uyah, pule , asam tahun (asam yang diawetkan), bawang, adas, perasannya diminum. Lagi, sarana, pangkal daun andong yang berwarna keputihan, adas, diminumkan. Lagi, sarana, jika  banyak mengeluarkan darah dan tidak putus-putusnya, maka sarananya,  jantung buah pisang warangan (yang kemerahan) seibujari pan -

9.  jangnya, dirajah, jika dipetik, kemudian dimakan, sembuh karenanya. Obat, mengeluarkan darah segar dan sejenisnya, sarana, daun pulet , akar sidaguri ,sarilungid , majakane , majakeling , tanjung raab , arang dapur, perasannya diminum. Obat, tuju raja bengang, keluar nanah dan darah di mana-mana, sarana, kulit pohon jambu kalampwak putih, lengkuas, cendana, sari kembang sepatu, majakane , diminum. Lagi, sarana, kulit pohon karesek , kulit pohon kalepu ,sembung benda , semua diremas isinya, ginten , dikunyah, perasannya diminum. Obat, pendarahan kritis, dan rasa, sarana, akar kelapa merah ( nyuh udang), pohon jarak merah, merica, 9, butir, sari padi, ketum-

10. bar, beras merah, diaduk (dicampur). Lagi, sarana, daun antawas , ginten , dresan, sari padi, diborehkan. Obat, anyang-anyangan (sebentar-sebentar kencing), sarana, daun uyah-uyah , 21 lembar, daun bayam luhur , 21 lembar, daun kaliki , dipanggang, daun pule , 21 lembar, perasannya diminum. Lagi,

83

sarana, lengkuas kapur, kemiri, rempah-rempah ( isinrong ), diminum, ampasnya dilulurkan, sembuh akibatnya. Obat, beser (kencing tanpa mengenal waktu : mimpi basah), sarana, kambo-kambo , kunyit, dilulurkan pada sekitar  bawah pusar. Lagi, sarana, kunyit, madu, takarannya sama, diminum, dilulurkan juga dapat. Lagi, sarana, lempuyang, 7, iris, merica, 7, butir

11. uku-uku (lampes , ruku-ruku ) , air hangat, diminum. Obat, karangan, sarana, daun kelapa, daun unhusilit , sampai pada daunnya, daun raja tangi , limau  bali , airnya , diminum. Obat , badan kurus, mengeluarkan darah, sarana, kulit  pohon dadap tis , dan kerikannya, merica, 1, air aron-aron (air kukusan nasi), diminum. Obat, kurus kepala pusing, sarana, panggaga , tebu, katimaya, tain we (kotoran yang mengendap di dasar sungai berwarna kuning), air, mantra, ong kita upas baruwang, ki ingunduraken, dening katimaya, apan panangkanta saking nusa kling, undur ta salutapa lunga sanutangin . Diminum. Obat, kurus lesu, sarana, cabang kayu jok , direndam, dengan

12. air lengkuas, diminum. Obat tuju bok dan bengang , sarana, lampeni putih, lengkap dengan kulit dan akarnya, kelapa di bakar, bawang di peps, adas, mantra, ong bolaning wong, bol mengkem, naneh mnong, pramana mantram, 3x . Obat berak nanah, kulit pohon tui bang, ligundi, kusambi, ampo, air hangat, diminum. Obat mencret, sarana, rendaman injin (ketan hitam), adas, diminum. Lagi, sarana, kulit pohon tui bang , sari gula, dipanggang jangan dibalik, minum. Obat, loyo, sarana, pucuk simbukan, bangle , 3, irisan, ginten hitam, diminum, Obat, mien (dysentery), sarana, gu-

13. -la, kelapa, segenggam beras, dimakan, lagi, sarana, yeh bayu (air saringan) , diminum, mantra, ong barah mintar, banu mintar, banu saking sagara, tka sirep banu agung, siddhi mantranku . Obat, mengeluarkan darah dan nanah, sarana, akar gantung pohon beringin, tebu hitam, santan , gula, diminum, mantra, ong pjen angamuk sakwehing lara ring jro wtong, padha ngamuk  puput dening hyang taya, wars, 3x . Obat mencret mengeluarkan darah dan nanah, lama tidak sembuh, sarana, kulit buah delima, cincang seperti samsam , disangrai hingga matang, setelah disangrai sampai matang, dicampur dan diaduk-aduk, dengan air hangat, kemudian lulurkan

84

14. sampai pada pinggang. Obat batuk muntah darah, sarana, daun susukup , daun tapakliman , perasannya di minum. Obat batuk kronis ,bercampur darah dan nanah, sarana, akar pohon kendal, daun kasiden (pohon sampat-sampat), daun  pohon waru, gula, ginten , kulabet, temu , asam yang baru dikelupas, airnya diminum. Obat bengkak di mana-mana, bungah mambahang , mokan leplep , namanya, sarana, kulit pohon juwet, kulit pohon kusambi, sarin tanah, dicampur dan dilumatkan, dilulurkan. Obat, bengkak dalam perut, suara keluar serak, sarana, lengkuas, kapur, kulit pohon buu , beras merah, 21, butir, duri wrak , dilulurkan.

15. Obat, bengkak ( mokan leplep ), sarana, pohon juwet lengkap dengan akan dan kulitnya, kalepu lengkap dengan akar dan kulitnya, kayu sangka , kunyit warangan, lengkuas kapur, sari podi, dilulurkan pada pinggang, ketumbar, kemiri, bawang merah bawang putih dan jerangan, kulit pohon kusambi, dipanggang jangan dibalik, dilulurkan. Obat , mokan ring jro, mokan nanu , namanya, sarana, akar ptingan , akar atas pohon beringin, uyah-uyah  bercabang, daun tuju musna , perasannya diminum. Obat, mokan beseh mangrekurek , mokan kakipi , namanya, sarana, temu tis yang sudah tua, ketumbar, tanjung raab , sarana, bawang merah bawang putih dan jerangan / trikatuka , sari podi , diminum, disemburkan

16. Obat, bengkak dalam perut, batuk-batuk, keluar nanah, sarana, kunyit warangan , duri jeruk nipis, sebagai obat, diminum. Obat, bengkak dalam  perut, keluar nanah, sarana kunyit warangan , kulit pohon pule , kayu batu, maswi, tumukus , 3, ketumbar, minyak kelapa, diminum, disemburkan dengan daun kemiri muda, cendana, pohon kembang sepatu, maswi , kemiri. Obat, segala jenis bengkak, keluar darah dari mulut, hidung, mata, penis, vagina, dubur, sarana, daun kesuna (dasun ), cendana, tanah pada bekas tebangan kayu, ampo kulabet , gula, ginten hitam, santan,

17. pohon kembang sepatu, perasannya diminum. Obat, perut, sakitnya bengkak di dalam, sarana, kapkap , ati lempuyang, lengkuas kapur, merica, beras yang utuh, disemburkan. Obat panas dingin (demam), sarana, lempuyang, minyak

85

kelapa, dilumatkan kemudian dilulurkan. Lagi, sarana, jebuggarum , rendaman air ketan gajih , dilulurkan. Obat, badan panas, sarana, buah sirih,  beras merah, dilulurkan. Obat, panas biasa, sarana, kelapa, adas, jeruk nipis, dilumatkan.

Obat,

demam,

sarana,

lengkuas,

kemiri,

bawang,

adas,

dilumatkan, diperas, panggang hasil pelumatannya.

18. Obat, tidak mengeluarkan keringat, sarana, daun pohon pule , bawang merah  bawang putih dan jerangan, santan kental, panggang, dilumatkan. Panas gelisah, sarana, papasan , padang lepas, asam rebusan, adas, panggang kemudian dilulurkan. Obat, gelisah kebingungan, seperti kepanasan, sarana,  pule , bawang, adas, air jeruk nipis, diminum. Obat jampi agung (sariawan  panas dalam), sakitnya membengkak atau kaku, pada perut terasa kaku, pada hulu hati terasa perih, dan nek, batuk tiada henti dan kering, sarana, akar kutat kedis , akar kelapa hijau yang masih muda, dikerik, dicampur dengan garam,  bawang yang dipepes, kulit kerbau dicuci dan

19. dibersihkan, dipanggang, diminum. Disemburkan pada perut, dan hulu hati, sarana, kulit pohon pule , kelapa yang dipanggang, temu tis , ketumbar,  babolong . Obat, perut bengkak, dan kemerahan, sarana daun kemenir, semanggi gunung, kulit pohon pule , air ketan gajih , diminum. Obat, penyakit  perut, sarana, gosokan air cendana, kemiri, bawang yang dipepes / panggang, diminum. Lagi, sarana, jebuggarum , cendana, ketan gajih , perasannya diminum. Obat, arak secukupnya, madu secukupnya, cuka secukupnya, dibiarkan sehari, yang sakit perut, sembuh karenanya. Obat, pemali (karena melanggar pantangan)

86

Lontar Usada Ila 1. Ya, Tuhan semoga tiada halangan. Inilah perawatan penyakit ila (lepra), waspadailah warnanya. Apabila putih warnanya, ila lungsir namanya; bila merah rupanya, ila brahma namanya; bila putih dan berbintik-bintik, ila kangka namanya; bila merah dan tebal, ila dedek namanya; bila merah dan melingkar-lingkar dengan pinggir putih, ila kakarangan namanya; bila merah  padat bertumpuk-tumpuk, ila buta namanya. Dukun tidak berani mengobati  penyakit itu. Penyakit itu meradang di dalam tubuh. Pemunahnya di dalam  jantung. Nama penyakit itu adalah gering agung katemran. Lagi pula apabila ada penyakit ila sampai melewati leher, naik ke wajah, jenis penyakit ila itu dinamakan ila anglangkar gunung. Itu besar biayanya. Patut dipunahkan  penyakit itu. Pemunah semua penyakit ila, kategori upacaranya terdiri atas kecil, menengah, dan besar. Untuk kategori kecil, jumlah uangnya 2500, yang menengah uangnya 5500,

2. yang besar uangnya 10.700. Upacaranya juga dilengkapi dengan periuk tanah yang baru 1 buah, dilingkari benang satu gulung dengan uang 225, dan tiga macam air, yaitu air palungan, air pande besi, dan air pancuran. Air itu diisi irisan daun kayu tulak, dedap, waribang, temen, kamurugan, dan tujuh jenis kembang. Upacara dilaksanakan di depan sanggar kamulan, dengan sesajen canang rebong 2 buah, masing-masing diisi uang 111 dan 66, disertai caru ayam merah diolah dalam bentuk sesajen bangun urip, diisi lawar merahlawar putih, disuguhkan dalam lima porsi berbentuk sengkwi, serta dilengkapi dengan sesajen peras, tulung sesayut, pengambian, panyeneng, dan daksina selengkapnya. Setelah selesai memohon, air tersebut dipercikkan kepada  pasien 9 kali. Setelah dipercikkan, sisanya dipakai memandikan pasien. Sesajen caru itu dipersembahkan untuk keselamatan pasien. Setelah selesai, caru itu ditaruh

3. di perempatan jalan untuk disuguhkan kepada Sang Kama Sunya, dengan mantra: "O÷ sang kamà kala sunya, iki gañjaran sira, buktiaknà, mantuk ring unggwanta, poma, poma, poma". Uang persembahannya diserahkan kepada

87

dukun. Ada lagi mantra penawar penyakit ila: "O÷ tulak sambo endah, guóaguóa jawa endah mandi, guóa sabrang, guóa mlayu mu endah mandi, guóa  bun, guóa lombok mu endah mandi, guóa sasab, guóa bali mu endah mandi, guóa suódha, guóa pangaruh he mu endah mandi, guóa papasangan, acêpacêpan, mu endah mandhi, guóa tatujon mu endah maódhi, têka punah ta ko dengku, keðêp siddhi mantranku, maódhi, maódhi, maódhi. O÷ iðêp aku sanghyang brahmà tiga úakti, anganggo pangolih-olih

4. Hangulihakên saguóa wiseûà, gring sasinggulan, gring acêp-acêpan, padha kapupug denta, tuju tatujon, tuju papasangan, padha katulak den aku, gring sasawangan, gring agung kakna tumpur, gring sasàb tatêmwan, padha mulih kita denku, apan aku pangawak bhaþara brahmà tigà wiúeûà, angulihakên  pangawening wong, asing kriyopayà, tkà padhà mulih kiteng kayanganmu, mulih, mulih, mulih. O÷ O÷ sanghyang aji jagatnathà, amupugana sakwehing kalà, tkà pupug punah, spi sunya, sirêp-sirêp, sidhi keðêp mantranku. Malih sasapan carunya, ma, O÷ sang bhuþa hastra-hastra, sang bhuþa amangan mantra, aja sira amangan mantran ulun, sandi, iki

5. tadðah saji nirà, ambuktya sira kabeh, tka lunga". Obat penyakit ila lungsir, yang warnanya putih, sarananya adalah kulit kayu pangi, kulit kayu bila, sinrong wayah, dilumatkan sampai lembut, diisi air cuka tahun, diramu untuk  bedak. Obat penyakit ila lungsir, dengan gejala yakni apabila tampak melingkar-lingkar tebal dan berwarna putih, sarananya adalah jahe pahit, isin rong, bunga cengkeh, cabe jawa, terusi, warangan, belerang merah, belerang kuning, ditumbuk, dicampur dengan air jeruk limau, dipakai obat oles. Sarana obat tetes hidung terdiri atas belerang merah, belerang biru, belerang kuning, gadung cina, sarikuning, air jeruk nipis. Obat penyakit ila dengan gejala badan  pasien bengkak dan kesemutan, dinamakan penyakit ila agung pepasangan, sarananya adalah kulit kayu leca, kulit kayu endep, laos kapur, maja-

6. kane, majakeling, dilumatkan dicampur dengan cuka tahun, dipakai bedak. Obat penyakit ila brahma dengan ciri berwarna merah, sarananya adalah kulit kayu sulatri, kulit kayu tingulun, kayu asem (akar, kulit, daun), isin rong lengkap, diulek untuk bedak. Obat penyakit ila, sarananya adalah daging buah

88

 pangi mentah, jahe pahit, bawang putih, sandawa, ditumbuk, diisi air jeruk nipis, diramu untuk obat oles. Obat penyakit ila kakarangan, sarananya adalah cipakan, belerang, warangan, sandawa, buah liligundi, diramu untuk obat oles. Obat penyakit ila, sarananya adalah kulit pohon mangga kuning, kulit kayu tigaron, laos, masui, bawang putih, jangu. Obat untuk penyakit ila buta, sarananya adalah kulit kayu wangkal, kulit kayu batu, serpisan besi, kulit udang laut (lobster),

7.  bawang putih, jangu, dilumatkan untuk bedak. Obat penyakit ila, sarananya adalah tulang harimau, tulang menjangan, tulang kukang, tulang trenggiling, tulang ular gunung, cendana, digosok dicampur dengan air jeruk nipis, untuk obat tetes hidung. Obat penyakit ila yang ada di dalam, dengan gejala badan  pasien sembab dan keluar darah dari hidung, penyakit itu dinamakan ila  papasangan, sarana obatnya adalah buah purnajiwa, rendaman permata mutiara, dicampur dengan air arak, belerang, air cendana, air jeruk nipis, diramu untuk obat tetes hidung. Inilah mantra penawar untuk segala jenis  penyakit ila: "ih bhuþa kalà yodha, sang bhuþa kala yoói, ênduh ko dadi êtuh, sanghyang bayu mêntas ring irung rumawak bimà úakti, angagêm gadhà lohithà, wadaódha

8. amupuh tuju druwe kombalà wintên, ilà papasangan, gring agung kakênan tumpur, sami kapupuh dengku, apan ku mawak bimà úakti, sanghyang bayu rumawak úariranku, keðêp sidhi maódhi mantranku". Adalagi mantra untuk  bedak: "ih sang bhuþa kala sisik, sang bhuþa kala dangu, aja ko kita amangan ri kulit ðaging ðalême syanu, apan sanghyang rekanatà, mangaðêg ring otot, anyapuh mala patakane pun anu, anulakanà tuju maódhi, upas maódhi, tkà tulak tkà lêbur, mukûah ilang, waras, keðêp sidhi maódhi mantranku". Obat  penyakit ila, yang muncul di seluruh kulit, berwarna kemerahan, sarananya adalah jahe manis, sintok, bunga cengkeh, warangan, sandawa, ditumbuk dicampur dengan arak prahu,

9. dipakai obat oles. Ada lagi sarana lain yaitu kulit kayu pangi, kulit kayu bila, isin rong lengkap, ditumbuk dicampur dengan cuka tahun untuk bedak. Ada

89

 pula sarana lain yaitu kulit kayu meduri putih, kulit kayu bila, bangle, temutis,  bawang putih, jangu, sandawa, dilumatkan untuk bedak. Atau sarana lain yaitu kulit kayu bohok, temuireng, bangle, warangan, dilumatkan untuk obat oles. Ada lagi sarana yang lain yaitu jahe pahit, warangan, arang, sandawa, ditumbuk untuk obat oles. Atau sarana lain terdiri atas kalembak, kasturi,  belerang merah, temukus, digosok, dicampur dengan air jeruk nipis, diramu untuk obat tetes hidung. Mantranya: "O÷ sapa siku ko syok, aparan ring aku, lungà lara lah waras, sidhi úwaha". Obat penyakit ila berwarna putih kekuningan, sarananya adalah kulit kayu tanjung, kulit kayu bila, kulit kayu kamoning, isin rong lengkap,

10. diulek, dicampur dengan air kapur. Mantranya: "O÷ ya ramantà saking tana na, mukûah saking tananà, tkà lêja, tkà lêha, tkà lêja". Ada lagi sarana yang lain yaitu kulit kayu asam, kulit kayu kusambi, temuireng, temukonci, diramu dengan bawang putih, jangu, diulek, dicampur air jeruk nipis untuk bedak. Ada pula sarana berupa kulit kayu kepah, kulit kayu nangka hijau, kulit pohon cermai, musi 1 jumput, bawang putih, dan jangu, diisi air jeruk limau untuk  bedak. Atau sarana kulit kayu sulatri, kulit kayu jadma, sinrong gagambiran, ditumbuk, diisi air warangan, diramu untuk bedak. Ada pula sarana berupa kulit kayu base, kulit kayu pule, kulit kayu bangbang, jahe pahit, gadung cina, isin rong wayah, ditumbuk untuk bedak. Obat penyakit ila, sarananya adalah kulit kayu mangga gading, kulit kayu bangiang, umbi ilak, umbi teki laut,

11. isin rong lengkap, diisi air kapur untuk bedak. Jika ada darah keluar dari hidung pasien, sarana obatnya adalah buah paspasan, ginten cemeng, pulasari, ditumbuk, dicampur dengan air cendana, disaring untuk obat tetes hidung. Mantranya: "O÷ sang bhuþa hastra-hastra, amalaku pawtuning lara, sanghyang puratha anambanin, sidhi waras, sidhi, waras, sidhi waras". Obat tetes hidung untuk penderita penyakit ila, sarananya adalah belerang merah,  belerang biru, belerang kuning, madu klupa, kemenyan, gadung cina, sarikuning, lungid, air jeruk nipis. Sarana obat penyakit ila, terdiri atas daun saksak, umbi teki laut, masui, bawang putih, jangu, dilumatkan untuk bedak. Atau sarana berupa kulit pohon nangka hijau, kulit pohon jeruk purut, kulit

90

 pohon bengkel, laos kapur, cendana, bawang putih, dan jangu, dilumatkan, diisi air sandawa,

12. untuk bedak. Ramuan minyak oles untuk penderita sakit ila, terdiri atas buah cempaka kuning, buah jeruk purut, buah basa-basa, pancalang 1 jumput, kulit  pohon badung yang kering, kemenyan, belerang kuning, bawang putih, dan  jangu, isin rong lengkap, seharga 1 kepeng, semua ramuan ditumbuk, diisi minyak kelapa hijau, lalu dipanaskan dengan wajan, setelah matang, dipakai obat oles setiap hari. Mantranya: "O÷ lêngisku sanghyang tayà, lulutku sanghyang mahning, jênar asak sidha rapuh, ilà brahma, ilà lungsir, ila ðêðêk, ilà tatujon, pupug punah, tkà punah, keðêp sidhi mandi mantranku, keðêp sidhi mandi mantranku, keðêp sidhi mandi mantranku". Ada lagi sarana lain, yaitu buah kusambi, buah kambika, buah bila, buah kalundehan, belerang  biru, belerang kuning, gadung cina, bunga cengkeh,

13. sampar wantu, isin rong lengkap, seharga 3 kepeng, ditumbuk, lalu digoreng dengan wajan. Pada saat menggoreng, diperlukan sesajen daksina, beras 1 kulak, uang 777, lengkap sesuai isi daksina, canang 2 buah, uang 66 kepeng, ditaruh di depan dapur. Mantranya: "O÷ brahmà paripùrnà jati ya namah swaha". Rapalkan mantra itu tiga kali. Lakukan pembuatan obat itu pada hari Sabtu Kliwon. Pada saat menggoreng ramuan obat itu dengan wajan di dapur, rapalkan mantra: "O÷ sang úatru rudra ya namah, ilang lwar sunya mukûah,  pupug upas, pupug tuju, pupug desti, pupug têluh punah, ilang waras". Setelah ramuan obat itu matang, oleskan pada setiap hari Kliwon, juga dilakukan di depan sanggar kamulan. Bila ingin membuat minyak oles untuk penyakit ila, sarananya adalah kulit kayu

14. base, buah pangi mentah, buah bila, jeruk purut, limau, jeruk nipis, masingmasing 5 biji, temuireng, buah badung kering, laos kapur, isin rong wayah, seharga 3 kepeng, diramu dan ditumbuk sampai lembut, diisi arak dua botol, dan nira kelapa tua, lalu direbus sebagaimana proses membuat arak. Setelah ramuan matang, dimohonkan keselamatan di sanggar kamulan dengan sesajen  beras 2 kulak, kelapa 2 butir, telor 2 butir, benang 2 gulungan, pisang mentah 2 sisir, uang 3663, lengkap sesuai perlengkapan upacara itu, disertai canang 3

91

 buah, yaitu 1 canang berisi uang kepeng 33, 1 canang lagi berisi uang 25, dan 1 canang lagi berisi kain rantasan 1 gabung. Sesajen caru terdiri atas nasi merah 3 kepalan, lauk usus babi mentah, bawang merah, jahe, dialasi daun kumbang,

15. diwadahi sidi. Sesajen itu ditaruh di samping tempat membuat ramuan obat. Cara melaksanakannya adalah dengan memegang air untuk peruwatan, sambil memuja dengan merapalkan mantra: "O÷ sanghyang triúakti amupug lara ilà, ilà abang, ilà kuning, ilà irêng, ilà putih, ilà mañcawaróà, kapupug de nira sanghyang triúakti, pupug punah, pupug punah, pupug punah, mtu kita wetan kapupug, mtu kita kidul kapupug, mtu kita kulon kapupug, mtu kita lor kapupug, mtu kita madhya kapupug, tkà pupug punah, tkà êhêp jalan mulà. O÷ sidhi maódhi mantranku". Setelah selesai sembahyang, sesajen itu diantarkan tiga kali pada ramuan obat dengan menyebut Sang Bhuta Tiga. Pasien diperciki air suci tujuh kali, setelah itu, pasien dimandikan di halaman rumah. Sesajen caru dibuang di pertigaan jalan. Obat untuk penyakit ila, sarananya adalah

16. geluga, gerabah di kuburan, diberi tulisan suci Ongkara, disertai ramuan cengkeh, terusi, air jeruk nipis, untuk obat oles. Obat penyakit ila, sarananya adalah gamongan, kunir warangan, sandawa, warangan, kemenyan, ditumbuk diisi air jeruk nipis, untuk obat oles. Obat penyakit ila, sarananya adalah kulit kayu base, sintok, masui, sandawa, pandida bubuk, dilumatkan, diisi air jeruk limau, untuk obat oles. Obat penyakit ila, sarananya adalah akar, daun, kulit  pohon kaliapuh, dan pohon kaliasem, temuireng, gamongan, isin rong wayah, ditumbuk, diisi cuka tahun, untuk bedak. Ada lagi obat sakit ila, yaitu biji  buah utu, biji peron kering, buah basa-basa, isin rong wayah, ditumbuk, diramu dengan arak, berem, untuk bedak.

17. Obat sakit ila, sarananya adalah daun merica, akar pohon awar-awar, akan  pohon badung, isin rong wayah, ditumbuk untuk bedak. Obat sakit ila  berwarna kemerahan, sarananya adalah kulit kayu base, temugiri, temukonci,  bawang putih, dan jangu ditumbuk, diisi cuka tahun untuk bedak. Obat sakit ila, sarananya adalah daun kambo-kambo, daun jeruk rendetan, daun piduh,

92

sulur kantawali, bangle, bawang putih, dan jangu, diramu dengan kapur, ditumbuk, diisi arak, untuk bedak. Obat sakit ila, sarananya adalah sintok, kulit buah badung yang kering, terusi, warangan, gadung cina, bawang putih, dan jangu, ditumbuk diisi air jeruk nipis, untuk obat oles. Obat sakit ila, sarananya adalah kulit kayu kaliasem, kulit kayu pakel, kulit kayu tingulun,  bara api, sandawa, bunga cengkeh, bawang putih, jangu,

18. ditumbuk, diisi air jeruk limau, untuk obat oles. Obat sakit ila brahma, sarananya adalah bama bang, terusi, warangan, dilumatkan, diisi arak prhu, untuk obat oles. Obat sakit ila, sarananya adalah daun pancar putih, kulit udang laut, kulit kepiting bintang, jahe pahit, sandawa, bawang putih, dan  jangu, diulek, diisi air jeruk nipis, jeruk purut, untuk obat oles. Mantra: "O÷ ilà ta lut maha taya, rêp ta ngko dengku, sidhi mandhi mantranku, waras, waras.waras". Obat sakit ila, sarananya adalah daun sulasih merik, myana cemeng, pulasari, belerang merah, belerang biru, gadung cina, sarikuning, lungid, dicampur dengan air jeruk nipis, dipakai obat tetes hidung. Obat sakit ila, sarananya adalah labu besar, laos kapur, temutis, temukonci, temugiri, temupoh, temuireng, temulawak, diparut,

19. lalu masukkan ke dalam labu, dikukus hingga matang. Setelah matang, diperas, lalu dicampur dengan belerang merah, sarikuning, lungid, kemenyan, air jeruk nipis, untuk obat tetes hidung. Obat sakit ila, sarananya adalah buah  paspasan, kemenyan, belerang biru, buah pala, pulasai, sintok, air cendana, digosok, dicampur dengan jeruk limau, untuk obat tetes hidung. Obat sakit ila, sarananya adalah pohon katang-katang putih, gegambiran anom, kemenyan, sarilungid, ditumbuk, diisi air jeruk nipis, untuk obat tetes hidung. Oabt sakit ila, sarananya adalah galuga, madu klupa, air arak, belerang, majakane, majakeling, tanjung raab, sari sapodi, jelawe, diramu dengan cuka tahun, untuk obat tetes hidung. Obat sakit ila, sarananya adalah kulit kayu kamangi, sintok, belerang kuning, jahe pahit,

Lontar Usada Kacacar

93

1. Mudah-mudahan tiada rintangan. Ini kurban sering kematian, sarana upakaranya, satu buah panjang ilang, 11 butir telur, 11 buah kewangen, satu  buah daksina, disertai perlengkapannya, diisi uang kepeng sesuai bilangan utama bagi kaum sudra sebanyak 1700 kepeng disertai mantra sebagai  berikut,

bhuktyantu

bhuta

kalara,

bhuktyantu

pisaca

wicitram,

 bhuktyantusarwa bhuta kala nama swaha, pukulun sang bhuta karimpus, iti tadhah sajinira, panjangilang, ajak rowang ira kabeh, wus ira amukti caru, mantuk sira ring kayanganira swang-swang, ong durgga ya nama swaha . Ini tentang pertolongan seorang dukun kepada seorang penderita sakit kecacar,  bila si penderita diperkirakan akan menemui ajalnya, agar segera dibuatkan upacara penebusan berupa upakara uang sebanyak 118 kepeng. Uang tersebut ditempatkan pada sebuah tamas, disertai samsam daun

2. temen, daun dapdap, serta beras berwarna lima macam, kemudian disaat menaburkan dilakukan seperti menabur sakarura, dilakukan berputar ke kiri sebanyak 3 kali, disertai mantra sebagai berikut; dhuh sira bhtara kala, dhuh nini bhagawan gayatri, haywa wineh wadwanira angrusuhin tatepetaningsun apan ingsun madana-dana artha, ring sarwwa bhuta bhumi, mwang ingsun tan lampetan ring margga agung, den sang bhuta lampet jalan, tananang ngringin, Ong sarwwa bhuta ya nama swaha. Ini kurban orang sakit kacacar, bila  penyakitnya keras dikira akan menjumpai kematian, upakaranya, 1 buah tumpeng brumbun, dialasi dengan daun andong merah, dialasi dengan sengkwi yang berekor, diisi seekor daging ayam brumbun, dibelah dari  punggungnya, isi jajeronnya masih utuh, hanya dibelah dalam keadaan masih mentah, disertai ketupat sidapurna, diisi telur bakasem 1 butir,

3. serta 11 buah kewangen, yang 3 buah diisi uang jepun masing-masing 1 kepeng, yang delapan buah lagi diisi uang kepeng yang biasa saja, serta canang gantal, canang, rokok, serta canang lengawangi buratwangi,  panyeneng, tulung, pras, dan satu buah daksina dengan perlengkapan secukupnya, kurban tersebut diisi uang kepeng sebanyak 175 kepeng, ketupatnya diisi uang 33 kepeng, canangnya diisi uang 11 kepeng, masingmasing 3 tanding (buah), daksina tersebut diisi uang 225 kepeng,

94

dipersembahkan kepada panghulun kuburan, disanalah memohon keselamatan hidup, setelah selesai dipersembahkan, kurban tersebut diperuntukan orang yang sakit, daksina tersebut ditaruh diatas tempat tidurnya, setelah selesai dipersembahkan lalu kurban itu dibuang di perempatan jalan raya, demikian  pula bila ada orang sakit kecacar, bila tubuhnya sedikit panas, serta denyut  jantungnya kadang-kadang cepat dan kadang-kadang lemah,

4. tubuhnya terasa dingin setengah dan panas setengah, serta cacarnya tidak merata keluar pada permukaan kulit, tetapi tidurnya gelisah selalu memanggil menjerit-jerit, orang yang demikian telah dikuasai oleh panca maha bhuta, serta dikuasaioleh Dewi Durga, rohnya telah disambut oleh buta kala dengen, hendaknya segera dibuatkan upacara penebusan di panghulun kuburan, upakara penebusannya sebagai berikut; salaran itik putih, ayam putih, serta tegen-tegenan selengkapnya, serta sebuah daksina diisi upakara selengkapnya dan uang kepeng sebanyak 1700 kepeng. Setelah demikian, bila orang sakit tersebuttelah dalam keadaan tenang, itu berarti orang sakit tersebut akan sembuh kembali, bilamana ia masih menjerit-jerit, itu cirinya orang tersebut akan menemui ajalnya. Bila ada orang sakit kecacar menangis tersedu-sedu, tidak menentu sakitnya, itu berarti orang tersebut ditimpa penyakit, cacar lingga, cacar api, cacar taruna, cacar sirah,

5. gejala penyakit cacar yang diderita oleh orang sakit seperti tersebut diatas; disaat ia menangis perasaannya sangat gelisah, hendaknya dibuatkan upacara kurban. Upakaranya sebagai berikut; tumpeng putih kuning, ayam putih siayangan dipanggang, kemudian dipersembahkan di sanggar kemulan di halaman depan bagian bawah. Sebagai obatnya, sarana, menyan madu, cendana, dan diberi doa puja srawe, kemudian obat tersebut diminum. Ini kurban sakit kecacar, sebagai penolaknya, sarana, nasi tiga kepal, diisi bunga awon, ditutup dengan daun kayu tulak, dialasi dengan kipas, kemudian ditaruh (di tebenan) diarah kaki tempat tidur orang sakit tersebut, mantranya; Ong tulak tulik, lebur awu, tan dadi wong sing ada paksanira kira-kira wong kacacar, singlah singlar, mingmang , diucapkan tiga kali. Ini kurban sakit

95

kecacar bila penyakitnya keras, upakara; kurban sebagai berikut; nasi satu kepal, dialasi dengan tiga helai daun dapdap,

6. lalu diletakkan diatas kelakat sudamala, kemudian ditaruh di tempat tidur (di tebenan) pada arah kaki orang sakit, mantranya; tutup mata kala, cekuk cangkem kala, aku angering agumi pritiwi, luwate aku tguh ta rep, diucapkan tiga kali, lamun dadi puwuh sanggowak, puwuh ganti, mtu dadi punah, tka singlar, tka punah ilang diucapkan tiga kali. Lagi kurban kecacar, upakaranya; nasi satu kepal, diisi bunga-bungaan yang berbau harum, diisi bawang jahe, garam hitam (garam dicampur arang), doanya; Ong Ang Ung Mang, Ong ring idhep , lalu kurban tersebut ditaruh disamping orang sakit itu. Ini  penyembuhan penyakit cacar yang beragam rupanya, mantra; Ong gtih mati  banyeh mapupul, tka sahak , diucapkan 3 kali. Lagi mantranya; Ong syapa syanu, yah tka upas, tka tawar, tka punah , diucapkan 3 kal, lagi, sarana, tempayan baru, diisi air,

7. akar rumput belulang, umbi kayu tawa, bunga sempol, pangkal gedang saba,  bayam lalahan, daun pungut, jangu, asam, semuanya direndam dengan air, mantra;Ong sang bhuta kacacar, aja sira amangan ring daging kulite syanu, hana sing pepanganira lemah putih, andadi sira tai, entut, uyuh, aja sira amtu ring jro wtenge syanu, tka sahak, punah, diucapkan 3 kali. Tentang pembuatan sajen yang lengkap, serta canang dilengkapi dengan buah-buahan, sajen itu diisi beras 1 kilogram dan uang sebanyak 700 kepeng. Obat cacar rusak, bila tumbuh di wajah, sarana, jebugarum, diasab, lalu dioleskan ditempat yang sakit. Bila tumbuh di badan, sarana, isen kapur, air beras, dibedakan ditempat yang sakit. Bila cacar di kakinya, sarana,

8. cabai bun yang melengkung, sebanyak 3 buah, daun sirih tua yang uratnya sama, kencur, merica, ditumbuk yang halus lalu dioleskan. Obat cacar yang telah parah lagi membusuk, sarana, cabai bun 21 buah, merica 21 butir, daun sirih tua 21 helai, isen 3 iris, lempuyang 3 iris, kasuna (bawang putih), jangu sepanjang 2 cm, sepet-sepet, ditumbuk halus lalu dioleskan, dengan bulu ayam putih, doanya; Ong sang bhuta kala, anungku rat, wadwanira sang Bhagawati, andadi kita puwuh kabeh saking kling, saking Bali, aja sanget

96

amangan ring daging, sarirane syanu, apan aku lakinira bhtara guru sakti, Ong nama swaha . Tentang pembuatan daksina diisi selengkapnya serta uang 777 kepeng. Obat cacar yang telah rapuh,

9. kulit pohon mangga aplem, isen kapur, diparut, ambil airnya dalam takaran yang sama lalu dipanaskan, kemudian disemburkan pada tempat yang sakit. Obat segala macam rupa penyakit cacar yang telah parah, serta untuk  penyembuhannya, sarana, air, akar pare ambulungan, akar tabu puwuh (tabu yang bentuknya bulat), darah babi, seharga satu kepeng jangan minta lebih, santan kelapa hijau, diminum setelah ditumbuk dan disaring, doanya; srewah srowih, nyanyah monyah, lwir tatelu tawar , diucapkan tiga kali. Obat cacar rusak, untuk penyembuhannya, agar kembali sempurna, inilah digunakan sebagai obatnya, sarana, pangkal pisang gedang saba, tmutis, ditumbuk halus, diperas disaring, kemudian dicampur dengan air bersih, lalu digunakan sebagai air mandi oleh orang sakit tersebut. Lagi obat untuk diminumnya, sarana, slagwi, pakis hijau, kendal batuka, pakuaji, tampak liman, dalimo,  bayam lalahan, paya puwuh (paya yang bentuknya bulat), semua diambil akarnya,

10. pangkal pisang gedang saba, graham barak, kasuna (bawang putih) jangu, ditumbuk halus disaring lalu diminum, bisa juga digunakan sebagai  pengobatan cacar yang rapuh. Obat cacar yang telah rapuh, termasuk cacar  besi, cacar sukun, cacar tembaga, cacar dalwang, cacar kakarangan, sarana, daun sirih tua yang uratnya sama, sebanyak 3 helai, cabai bun 3 buah, merica gundil 3 butir, ditumbuk halus, dicampur arak lalu dibedakan, bila sakit semua  persendiannya itu disebut cacar dhaka (cacar air), sarana, kunir 3 iris, masui dipanggang, kemudian disemburkan pada tempat yang sakit, bilamana seluruh tubuhnya membengkak, termasuk tangan dan kakinya, itu disebut cacar kangka, sarana, daun dausahaya, daun kayu kuning, garam uku, kunir 3 iris, disemburkan ditempat yang sakit. Obat cacar rapuh, sarana, lempuyang, terung, kelapa disemburkan pada sakitnya.

11. lagi sebagai bedaknya, sarana, daun sirih tua sebanyak 3 helai, merica 3 butir,  bawang putih jangu, dicampur arak, dibedakan, obat kecacar bila ingin

97

secepatnya keluar dari dalam tubuh agar merasa redah, sarana, buah delima  putih, ambil airnya, dicampur mentimun diparut, akar sla gwi, ditumbuk halus, diperas disaring dicampur madu, gula cair, sari kembang sepatu, mantranya sari manobhawa, jangan menggunakan mantra yang lain, ini mantra sari manobhawa tersebut, mantra; arep mampaha ring wteng, mrga mtu mnga , diucapkan tiga kali, disaat melakukan mantra tersebut, melemaskan  pernafasan memejamkan kelopak mata, pikiran dipusatkan, dalam hati, demikianlah tentang melakukan penyakit kecacar, dibuatka upakara sebuah daksina diisi bahan selengkapnya, beras 1 kilogram, diisi uang 500 kepeng,  jangan dikurangi, bila ingin cepat penyakit cacar keluar,

12. dari dalam tubuh tampak jelas dipermukaan kulit, sarana, daun paya puyuh,  bawang putih jangu, air santan kane (kelapa diparut diminum setelah ditumbuk dan disaring lalu diperas), mantranya sama seperti tersebut diatas serta upakaranya sama serta upakaranya sama.Obat segala macam penyakit cacar yang telah rapuh, termasuk cacar tembaga, cacar kekarangan, cacar lintah, cacar nanipi (ular), cacar daluang, cacar balulang, cacar nasi-nasi, cacar mirah, sarana, isen, kasuna, jangu, katumbar, semuanya dinyahnyah, lalu disemburkan pada sakitnya. Obat cacar yang telah rapuh, termasuk cacar  besi, cacar tembaga, cacar sukun, sarana, lempuyang, isen, cendana, air beras, semuanya diasab, disemburkan pada tubuhnya, serta digunakan serbuk sebagai pengobatan tubuhnya, jangan dimandikan selama 3 pekan, setelah lebih dari 3 pekan lalu dimandikan hanya secukupnya, selesai mandi lagi disemburkan obat seperti tersebut di atas.

13. obat cacar rapuh, termasuk cacar besi, cacar sukun, cacar tembaga, cacar  balulang, cacar kekarangan, sarana, daun sirih tua yang uratnya sama sebanyak 3 lembar, cabai bun 3 buah, merica gundil 3 butir, ditumbuk halus, lalu diisi cuka tahun, dibedakkan pada tubuhnya. Lagi sebagai pengompres orang sakit kecacar, sarana, lempuyang, ketumbar, bawang putih, jangu, kemiri lanang, merica, cabai bun, santan, jeruk, lalu direbus hingga matang, dikompreskan pada tubuhnya. Obat bila cacarnya rapuh, sarana, air isen disaring, air bangle disaring, dicampur musi, kasuna, jangu, air cuka tahun,

98

lalu diminum setelah disaring, obat cacar rusak, sarana, tembakau bali, isen, masui, cendana, semuanya diasab, dimana yang rapuh itu diobati.

14. mantra obat sakit cacar yang rapuh, bermacam-macam sakit cacar yang rusak, selayaknya diberi mantra-mantra, Ong sang bhuta kacacar, aja sira anglaranin sajroning wteng, mlesat mandadi banyeh, mandadi gtih, hephep sempyar , diucapkan tiga kali. Rah akarah akarih, rep ta ngko kita, tka wurung , diucapkan tiga kali, gtih ring sor mandadi gtih kekalas mingsera ngenakin, tka mingser, diucapakan tiga kali, Bhuta ngamuk ring jro wteng, kawon dening sanghyang Taya . Lagi mantra sakit kecacar yang telah rusak, mantra;  pukulun bhatara buddha, bhatara guru, anguripakna manusa kabeh, Ong  parama siwa swaha, Ang ah jeng. Ini obat sakit kecacar yang warnanya kehitaman, sarana, daun libukit, asam lama (asam tanek), campur lungid, santan kelapa hijau, diminum setelah ditumbuk dan disaring.

15. Dan sebagai bedaknya, sarana, daun libukit, kemiri lanang, asam tanek, adas, ditumbuk halus lalu dibedakkan. Obat cacar sukun, segala macam penyakit cacar yang tidak ada ujungnya, obat dan bedak ini sebagai pengobatannya, tetapi jangan dimandikan dengan air sungai, sarana, daun sembung bangke, daun nasi-nasi, daun kwanji, kemiri, asam tanek, adas, dipijat-pijat pada  bengkaknya. Obat cacar udep, sarana, daun kwanji, kemiri, bawang, ditumbuk, lalu dibedakkan. Obat cacar ahep, sarana, daun sembung, kemiri, dibedakkan. Obat cacar berwarna hitam dan tidak berujung, sarana, tombong, ketumbar 3 jumput, sanggawak 3 jumput, disemburka seluruh tubuhnya. Obat  bila cacarnya sudah berkurang, dan meninggalkan bekas, sarana, daun dausahaya,

16. diremas-remas, air beras, dicampur bawang mentah, sari, disemburkan seluruh tubuhnya. Obat bila penyakitnya tidak berujung, tampak biru, dan  permukaanya tampak hitam, itu disebut cacar tnangan, siapa yang membuat  padat, itu disebut tnangan desti, sarana, air ditempatkan pada batok hitam, , diberi doa panjang umur, orang yang demikian akan hidup kembali. Obat cacar bila terasa gatal-gatal, sarana, air basuhan cendana, isen kapur, samasama diasab, lalu dioleskan, dan sebagai obat minumnya, sarana, anak pisang

99

gdang saba yang baru tumbuh, silagwi, ktan gajih, air basuhan cendana diminum. Obat gatal-gatal, sarana, silagwi panjangnya satu jari, sunggawuk 3  butir, bawang putih satu buah, ditumbuk diperas lalu diminum. Obat gatalgatal, sarana, daun kecubung kasyan, kapur

17. Halaman 9b

Kembali ke atas

18. bubuk, dibedakkan. Obat penyembuhan gatal-gatal, bermacam-macam gatal, mantra; pukulun Kaki Bhagawan Citragotra, Nini Bhagawan Citragotri, manusan pukulun atetamban wisya gnit, hana prettha katara, hana pawu Bhatari aglah upas ika, saraya pitung punggul, tuges akna waras, setelah selesai mendoanya diperciki orang sakit tersebut dengan pucuk waru tersebut sebanyak 7 kali, diminum 7 kali, disiram seluruh tubuhnya, sisanya dipercikkan di pekarangan rumah, dan di temapt tidur orang sakit tersebut, sarana; air bertempat pada batok hitam, pucuk waru 3pucuk, diikat dengan  benang tridatu (tiga warna), 3 putaran. Obat cacar berwarna hitam, sarana,  buah sirih, daun dadap yang muda, umbi kayu tawa, air cuka tahun, dioleskan dengan bulu ayam putih.

19. Obat cacar bila terasa gatal-gatal, sarana, sari diasab, diperaskan air jeruk linglang (nipis), dioleskan gatalnya. Obat cacar bila badannya gatal-gatal, sarana, montong isen (isen yang baru tumbuh yang disebut tajin isen), lempuyang, beras merah, ditumbuk diperas dan disaring, lalu diteteskan pada tubuhnya, mantra;Hyang tan katinghalan, lan tan palawat . Obat cacar bila gatal-gatal, disaat mandi, lagi dimandikan dengan air hangat, diisi rebusan daun lempeni, setelah demikian lagi dioleskan dengan embun, selesai dioleskan, lagi disembur dengan isen kapur, diparut dibuang airnya, ampasnya dipakai menyemburkan setiap hari, semasih gatal-gatal, pahalanya akan sembuh kembali. Bilamana ada orang sakit kecacar badannya selalu gatalgatal, hendaknya diawasi dengan cermat karena itu ciri-cirinya sakit kecacar yang tumbuh akan berat,

20. diperhatikan nama kecacr tersebut, bila terasa tumbuh kecacar yang membahayakan, janga memendikan dengan air sungai, sebagai air mandinya, sarana, air hangat diisi rebusan daun lempeni yang putih, itu digunakan mandi

100

setiap hari, selesai mandi dioleskan dengan embun, selesai dioleskan lagi disemburkan dengan isen parut, airnya dibuang. Obat kecacar bila warnanya  putih, dan sedikit kering, itu disebut cacar daluang, agar hati-hati, jangan dimandikan, sarana, cuka tahun, air basuhan candana, diminum setelah dicampur. Obat kecacar daluang, sarana, beras putih, isen dipanggang, disemburkan pada tubuhnya, bila masih sakit, sarana, kulit pohon mangga amplem, isen kapur, diperas dibuang airnya, lalu ampasnya dinyahnyah,

101

Lontar Usada Kuda

1. Ini adalah obat kuda ingusan, sarana: minyak digoreng, jerangan, jasun, diulek dan dimasukkan ke dalam minyak, lalu diurutkan pada hidung kuda, serta  pada muka. Jika kuda ingusan, sarana: tumukus, jeruk linglang

2. digosokkan keras-keras di hidungnya. Obat kuda ingusan, sarana: kasturi dijadikan bubuk, dimasukkan ke dalam hidungnya. Obat kuda ingusan, sarana: jerangan, jasun, digoreng dengan minyak kelapa, hidungnya diurut,  juga pada kepala. Jika kuda

3. ingusan, sarana: air liurnya yang masih melekat di bawah dagunya ambil, kasturi berat 1 kepeng, ditiupkan pada hidungnya. Obat kuda ingusan, sarana: minyak kelapa dipanaskan ( hangat ) diusapkan ke hidungnya, maka akan keluarlah ingusnya. Jika kuda ingusan, sarana: lemak babi digoreng

4. ditambah garam, merica, dipakai mengompres hidungnya. Ini adalah jamu untuk kuda yang kurus, sarana: kantawali, dapdap kong, liligundi, pancasona,  padang tata - iwak, kasebseb, daun sulasih, garam manggala, diulek halus, direbus lalu ditambah minyak kelapa,

5. untuk jamu. Jika kurus, sarana: mengkudu yang masak, merica gundul, kemiri  bawang putih, biji wijen, semua diulek, untuk jamu. Jika kurus, sarana: daun liligundi

6. antawali, kasimbukan, pancasona, padang tata iwak, kasebseb, dapdap tis, sembung, ginten hitam, kalabet untuk jamu. Jika kurus, sarana: daun maduri yang kering, daun liligundi, daun asam, daun kecubung

7. dicampur daun basa-basa, direbus masih hangat, digosokkan pada kakinya. Jika kuda lumpuh, sarana: majakeling dibakar, kulitnya diulek, garam manggala, dioleskan pada hidung. Jika ingin memberi obat yang hangat, sarana: umbi kayu tawa, maja

102

8. keling, dicampur, airnya dioleskan pada mata. Jika kuda luka, sarana: padang lepas, abu dapur, garam manggala, campur / aduk dan ditempelkan pada luka. Jika kuda sakit mata, sarana: majakeling, merica gundil, garam manggala, ambil ekstraknya,

9. dioleskan dengan jantung pisang, ditiupkan pada hidung. Jika kuda sakit mata ( ada ulatnya ) , bersihkan/ buang kotorannya bersama ulatnya terlebih dahulu, obatnya, garam, kalau ulatnya sulit diambil, dikeluarkan dengan jarum agar kotoran pada hidungnya menjadi bersih, hendaknya agak ke bawah, sampai sela-sela mata. Jika sakit matanya, sarana: maja

10. keling, garam manggala, dibasahi diisi air dengan air bayu (air yang dihasilkan melalui konsentrasi), dihirupkan pada hidungnya. Jika kedua matanya luka, sarana: daun lontar muda diiris, ancung rahab, direndam dalam air, ditiupkan pada hidung. Jika kuda sakit karena terkena panas, sarana: daun kalimoko, daun teges, daun sirih muda, kayu apuh,

11. paiduh, urang-aring, asam, merica untuk jamu. Jika sakit matanya, sarana:  jahe, garam manggala, jeruk purut, santan, laos, ditiupkan pada hidung ( tutuh ). Jika luka, sarana: buah pohon pala dibakar, dibubuhkan pada luka. Jika mata-

12. nya tumbuhan ( trachoom ), sarana: lontar muda dibakar, abunya yang putih diambil, dicampur garam manggala, diulek lalu dioleskan pada mata. Jika mata kuda keluar air, sarana: jeruk linglang dikeruk tampuknya dikeluarkan  bijinya, hatinya ( bagian dalamnya ), sumpal ( dimasukkan )

13. kunir kedalamnya, dibakar dalam bara api, kalau sudah hangat diangkat, dan setelah dingin diurapkan pada matanya. Ini adalah obat kuda yang sakit, yang diutamakan, sarana: sindura, terasi, sendawa gunung, pijer cina, jeruk linglang, merica gundil, liligundi diambil ekstraknya,

103

14. Halbunga cengkeh digoreng, diulek halus, diobati selama sepuluh hari. Tutuh (tetesi) kuda sakit mata tumbuhan (trachoom), sarana: abu pelepah pohon arem, biji buah kelor, garam manggala, diulek sampai halus, dioleskan. Jamu untuk kuda

15. yang perutnya kembung, sarana: ketan gajih, santan kental, ekstrak air induk kunir, gula, garam manggala, diminumkan. Jamu untuk kuda yang perutnya kembung, sarana: jahe pahit, gula, garam untuk jamunya. Jamu untuk kuda yang perutnya bentang (kembung padat) , daun bambu tali yang masih muda (  bambu tali= bambu yang khusus dipakai tali ),

16. ditaburi garam, dimasukkan ke dalam mulutnya. Jamu untuk kuda mencret, sarana: ekstrak induk kunir, mur, remek daging, asam tanek (asam yang dikukus, santan murni, pancasona, garam manggala, semua diulek, untuk  jamu. Ini

17. adalah obat kuda keseleo, sarana: bangle (salah satu jenis temu yang rasanya  pahit dan baunya khas), merica, kapulaga, sama-sama diulek halus, minyak kusambi yang banyak untuk bedak, dibebat pada bagian kaki yang sakit, bisa sembuh karenanya, obatnya sama

18. dengan obat kuda yang sulit melangkah ( kaku/ lamban ). Jika keseleonya keras, suruh berenang di air yang dalam serta dengan cara yang benar, kalau sudah selesai, dipijat dengan bangle, merica, kapulaga, asam tanek, minyak kusambi yang cukup banyak, ditempelkan dan dibebatkan

19. pada bagian yang sakit atau bengkak. Jamu untuk kuda kapileg ( kaki tertekuk tak semestinya dengan tak sengaja ), sarana: laos sebesar kepala ayam, pala 20  biji, temu ireng 2 bagian, garam manggala sejumpit, mengkudu, ginten hitam,  jerangan, bawang putih, sama-sama 7 iris, batu bata merah,

Lontar Usada Kurantobolong

104

1. Ya Tuhan, dalam wujud-Mu sebagai Siwa, semoga kami tidak menemukan rintangan. Inilah yang dinamakan Usada Kurantobolong, yakni tentang  pengobatan bayi (anak-anak), berkat anugrah Bhatara Wisnu, yang demikian sangat ampuhnya, dalam menciptakan kesejahteraan dunia, yang bisa menyelamatkan bayi (anak-anak), dan dapat menyebabkan umur panjang, terhindar dari penyakit, dan kematian. Caranya adalah berwaspadalah dalam menangani pengobatan bayi (anak-anak). Inilah yang dinamakan dharma bakti  bagi seorang dukun dalam mengobati bayi (anak-anak). Sarana obat untuk  bayi menderita sakit nguwus terdiri atas daun canging yang di tengah-tengah 11 lembar, alang-alang 11 lembar, diramu dengan bawang dan adas, dipakai  pupuk

2. untuk menutupi ubun-ubun bayi. Adapun sarana untuk bedak tubuhnya terdiri atas daun canging yang di tengah-tengah 7 lembar, alang-alang 7 lembar, diramu dengan adas 7 biji. Sarana obat sakit nguwus, terdiri atas daun sirih tua dan daun temurose 3 lembar, diberi tulisan gaib Ang Ung Mang, lalu dipakai menutup ubun-ubun pasien dan dipakai bedak. Sar ana obat untuk bayi menderita nguwus, terdiri atas daun canging yang di tengah-tengah 3 lembar, kencur jantan 3 iris, alang-alang 3 lembar, ditumbuk hingga hancur, dipakai obat tetes. Sarana obat untuk bayi menderita sakit bolong, terdiri atas kulit tribulus, kepiting batu jantan, jamur kuning, daun kangkang yuyu 7 lembar, semua sarana itu dibakar, abunya diambil, ditorehkan berbentuk tanda tambah  pada bagian tubuh yang bocor. Sarana obat

3.  pengunci untuk anak-anak menderita sakit nguwus, terdiri atas tunas pohon nagasari, sulatri, dan camplung masing-masing 7 lembar; sularih merik dan alang-alang masing-masing 9 lembar, diramu dengan klabet 9 biji, dipakai menutup ubun-ubun pasien. Adapun sarana obat untuk pupuk dan bedak dahi terdiri atas tunas nagasari, sulatri, kecapi, dan emben canging diramu dengan klabet 11 biji. Sarana untuk bedak tubuh terdiri atas serpihan kulit pohon dedap yang masih muda dan gamongan kedis. Sarana obat bedak kaki terdiri atas buah sirih dan mesui. Sarana obat untuk bayi menderita sakit kasaban, gerah dan sawan, terdiri atas tunas uku-uku 3 batang, diramu untuk obat tetes mata pasien. Dan

105

4. sarana untuk bedaknya terdiri atas daun dedap yang berwarna kuning, diramu dengan kencur jantan. Sarana obat untuk bayi terserang penyakit sarab angin,  perut kembung, terdiri atas daun adas dan bawang. Sarana untuk menyembur  perut pasien terdiri atas daun canging yang di tengah-tengah, bawang, adas. Sarana obat untuk bayi menderita sarab angin dan sarab api, wajah bayi tampak kemerahan, terdiri atas daun labu pahit, daun sunti-sunti, daun katepeng, daun kliki bang, bawang. Sarana obat untuk bayi menderita sebaha (peradangan saluran pernafasan), batuk-batuk, terdiri atas daun gatep, gula kelapa, diperas dan disaring, lalu diminum. Sarana untuk obat sembur terdiri atas daun belimbing buluh, kelapa bakar, temulawak, diramu untuk menyembur leher, dada, hingga ke hulu hati pasien.

5. Sarana obat untuk bayi menderita batuk kering, terdiri atas daun belimbing  besi yang sudah rontok, diramu dengan bawang putih dan jangu, dipakai menyembur dada pasien. Sarana obat bayi menderita batuk berdahak, terdiri atas daun pancarsono diiris-iris, dicampur dengan kepala bakar, bawang merah, dipepes, dan setelah matang, didinginkan semalam, keesokan harinya diperas dan disaring untuk jamu. Obat untuk bayi menderita muntah-muntah adalah kencur jantan, empu kunir warangan, diramu dengan majakling, ketumbah dan garam, dipendam dalam abu panas, dan setelah matang, saripatinya diambil untuk diminum. Obat untuk bayi menderita mencret, terdiri atas

6. kulit kerbau dibakar diramu dengan bawang tambus, air ketan gajih, lalu diminum. Dan sebagai obat gosoknya terdiri atas kulit turi putih dan adas. Obat untuk menggosok pinggang, terdiri atas kulit buni tahi, beras merah, dan adas. Obat untuk anak-anak menderita mencret, terdiri atas akar dan daun  belimbing besi, bawang tambus, diramu untuk minuman. Obat untuk bayi (anak-anak) menderita batuk, terdiri atas akar ketepeng, akar tampak liman, daun dan akar sokanatar, kelapa bakar, bawang tambus, diramu untuk minuman. Dan obat batuk untuk orang dewasa, ramuan di atas ditambah dengan bangle, akar kedondong putih, diramu dengan bawang putih dan  jangu. Ramuan itu dipendam dalam abu panas, lalu dimakan.

106

7. Obat untuk anak-anak menderita mencret, terdiri atas kulit buah delima, beras merah diramu untuk obat gosok. Jika tubuh pasien terasa gerah, sarana obatnya adalah daun bulun bawang, dipakai menggosok, dicampur dengan  bawang dan adas yang telah direbus. Obat untuk anak-anak (bayi) menderita mencret, terdiri atas kulit turi putih, asam dibakar, diramu dengan adas, lalu diminum. Obat untuk anak-anak menderita sakit pejen (disentri), terdiri atas akar, kulit pohon, dan tunas daun bintenu, sulur kresek muda, santan, gula,  bawang tambus, diramu untuk minuman. Dan sebagai obat gosoknya adalah daun mentimun, tunas mentimun, tahin cicing, diramu dengan adas. Obat untuk anak-anak (bayi) menderita sakit pejen (disentri), terdiri atas daun ketepeng, adas dipakai obat gosok. Obat untuk anak-anak menderita sakit  pejen (disentri),

8. dan panas, terdiri atas akar kopok-kopokan yang putih diramu dengan bawang dan adas dipakai menggosok perut pasien. Obat untuk anak-anak tidak bisa  berak dan kencing, terdiri atas serpihan kemiri dan bawang diramu untuk obat gosok. Sarana obat untuk anak-anak (bayi) menderita perut kembung, meradang, dan panas dalam, serta tidak mau makan, terdiri atas semanggi gunung segenggam, daun pepe gunting, inti kunir, isi buah kemiri, bawang. Jika tubuh pasien terasa gerah ramuan itu perlu ditambahi tunas pohon  pandan, diramu untuk minuman. Obat untuk anak-anak menderita mata memar, sarananya adalah daun canging yang di tengah-tengah, bawang merah, dan adas dipakai menggosok tulang punggung, bahu, hingga ke lekuk dada. Sarana obat untuk anak-anak menderita mata bengkak, tanpa diketahui sebab-sebabnya, terdiri atas

9.  beras basah, bawang mentah, dipakai untuk menggosok. Obat untuk anakanak menderita mata bengkak, terdiri atas air susu ibu yang melahirkan  pertama kali, dipakai menetesi hidung pasien bayi itu. Obat untuk anak-anak (bayi) menderita tubuh kegerahan, gelisah resah, dan melemas, sarananya terdiri atas daun canging yang di tengah-tengah, alang-alang, kulit telor ayam, dilumatkan untuk bedak. Obat untuk anak-anak (bayi) menderita gatal-gatal di kulit, sarana obatnya terdiri atas daun nangka yang kuning, diramu dengan

107

laos untuk dipakai bedak. Obat untuk anak-anak menderita gatal-gatal dan  berbintik-bintik, sarananya adalah kulit pohon kalimoko, merica, laos

10. dilumatkan untuk bedak. Obat untuk anak-anak yang menangis terus menerus, tubuhnya berkedut-kedut, dan kadangkala terkejut-kejut, penyakit akibat gangguan roh jahat Men Bajang, sarananya adalah kulit pohon kalimoko, kapur, diberi mantra "Ong kaki dangu, nini dangu, lare ngiwan lanang wadon, kinasihan, yan hana i kira-kira hala ri anak ingsun, lanang wadon kinasihan, kaki mwak bun, ki bandeng blang nguyang, tututwin aku saparan-paranku, yan hana memen bajang hala paksane, akira-kira ingsun, lanang wadon kinasihan, tka tulah, tulah, tulah, sidi mandi mantranku". Setelah ramuan itu diberi mantra, lalu ditaburkan di bawah tempat tidur bayi sebanyak 3 kali. Obat untuk bayi (anak-anak) yang diganggu oleh roh jahat Men Bajang, sarananya adalah daun

11. ambulu 1 lembar, dipakai menyembur ubun-ubun pasien bayi sebanyak tiga kali. Lalu ditempelkan bersama-sama dengan selembar daun canging yang di tengah-tengah, yang telah diberi tulisan suci A, lalu disembur dengan bawang  putih dan jangu sebanyak tiga kali. Obat untuk bayi (anak-anak) yang menangis tidak henti-hentinya, tidak bisa tidur karena diganggu oleh roh jahat Men Bajang, sarananya adalah daun bulu bawang, beras basah, bawang putih, dan jangu, dilumatkan untuk menggosok tubuh bayi. Inilah ajian untuk  penjaga jiwa bayi, yang selalu melindungi dan menjaga jiwanya, sarananya adalah lontar diberi gambar Bhatara Hyang Guru, Bhatara Wisnu. Setelah selesai dilukis, lontar itu diberi mantra: "Bapa-bapa Hyang

12. Kamulan, Hyang Bhatara Wisnu, sampun ko latri, raren titiang nyaluk dalan aturu, sampura raren titiang, apang melah duk ira hana, empu raren titiang apang melah, haywa waweka, empu raren titiange apang melah, poma, poma,  poma". Lontar ini digantung di bagian atas tempat bayi tidur. Atau juga boleh dibungkus dalam ikat pinggang. Hasilnya adalah semua penyakit berbahaya, wisya, sasab, merana, grubug, tatumpur pada musnah semuanya. Demikian  pula kekuatan ilmu sihir seperti guna-guna leak, tuju, teluh, taranjana, desti,

108

dusta, pepasangan, rerajahan, umik-umikan, papendeman, acep-acepan, dan semua guna-guna manusia jahat akan musnah,

13. dibuat tidak mempan. Mantra ini harus dirahasiakan sebab sangat rahasia. Inilah ajian untuk keselamatan bayi yang sering menangis siang-malam, sarananya adalah lontar ditulisi mantra "Hurjro upet-upet, syah Ah, Ah, Ah". Bayi disembur dengan bawang putih dan jangu. Bayi itu diberi gelang dari  benang tridatu (benang berwarna merah, hitam, putih). Sesajen caru untuk  bayi yang sering menangis siang-malam, terdiri atas sasayut, segeh beras 1 ceeng, memakai daging ayam yang sudah bisa bercelotek. Dada ayam itu dibelah dan dipanggang sebagian, diberi bumbu bawang jahe, serta dilengkapi dengan ikan teri (gerang asem) sebagian, dan lengkap dengan buah-buahan, galahan, sampian nagasari, peras panyeneng, biakawon,

14. tatebus serta lengkap dengan uang sasari. Tempat untuk melakukan upacara caru adalah di halaman rumah, pada saat matahari sedang berada di titik  puncak. Adapun doanya adalah: "Kaki Kala Dengen, kaki Kala Pitungtung, iki tadah sajinira, segeh adulang, iwaknya ayam pinanggang, mwang gerang asem, mwah sarananya genep, sasari genep, maduluran pras panyeneng, mwang byakawonan, iki buktinen sajinira, wus sira anadah sari, mantuk sira swang-swang, aja sira anggulgul lare ingsun, poma, poma, poma". Penyelamatan bayi yang banyak ulah dan sering menangis siang malam, sarananya adalah kelopak bambu petung, diisi gambaran raksasa berpelukan, raksasa telanjang, suami-istri. Sesajennya terdiri atas kue bantal 5 biji,

15. buah pinang 1 tandan, sirih ambungan, digantung bersama-sama di bagian atas tempat tidur bayi. Adapun sesajen caru terdiri atas penek bang adanan, memakai daging ayam berbulu merah, dipanggang, lengkap dengan jajan dan  buah-buahan, bunga merah, aled sampian andong merah, dan benang tebusan merah. Mantranya adalah : "Ong indah to Hyang Kala, ulatana tatadahanta, sajinira, haywa gageti, haywa gagila akti, pada patuh, ingkup, ingkup, ingkup". Sarana penawar untuk bayi (anak-anak) sering menangis siangmalam, terdiri atas ketupat 1 kelan, memakai daging ayam, pisang kayu,  bunga baha-baha, jajan kukus berisi unti bungkus, dilengkapi dengan berbagai

109

 buah-buahan, canang 1 tanding, disajikan dalam 1 wadah, dipersembahkan di  palangkiran. Biarkan sesajen itu, jangan ditarik. Maka bayi itu akan berhenti menangis.

16. Sarana untuk penawar bayi menangis tidak bisa dihibur, terdiri atas kelopak  bambu kuning, diisi gambaran kera bergelut, jantan-betina, digantungi buah  bengkudu 2 biji, diikat dengan benang tridatu, digantung bersama-sama di  bawah tempat tidur bayi. Mantranya adalah "Hana kita anaku, laba kita, aku adwe kita, druwe aku si jabang bayi, aja sira ulik siligawe, ring jabang raren ingsun, Ah Ah siyah Ih Ah". Bayi itu akan berhenti menangis. Jika bayi masih tetap menangis, maka perlu diberi tambahan caru terdiri atas ketupat sirikan 1 kelan, bantal lenged 6 biji, pisang mas 6 biji, canang buratwangi lengawangi, uang sasari 22, dilengkapi dengan jajan dodol,

17. geti-geti, jajan satuh. Sesajen itu dipersembahkan di Kumbara, maka bayi akan berhenti menangis. Inilah sarana untuk menghentikan bayi menyusu, terdiri atas bengkudu 2 buah, telor. Satu buah bengkudu dipakai mainan untuk anak-anak. Satu lagi dilemparkan ke kotoran sapi. Pada saat melemparkan  buah bengkudu itu harus lebih tinggi daripada bahu, dan jangan menoleh. Satu  buah bengkudu itu diletakkan di samping tempat tidur bayi. Mantranya adalah: "Ong tka gila, gila, gila, tka ser, ser, ser, tka seneb, seneb, seneb" (ucapkan mantra itu tiga kali. Bayi tidak akan mau menyusu lagi. Sarana memperlancar kelahiran bayi, terdiri atas mentimun uku, diberi gambar buaya mencari bayi. Mantranya: "Ong lebu wong, tka muru rare ring jro weteng, Ong metu, metu, metu". Mentimun itu dimakan sampai habis oleh ibu yang hamil. Ada lagi sarana untuk melancarkan kelahiran bayi yang mati dalam kandungan,

18. terdiri atas daun sente merah, diberi gambar gajah, lalu direndam di dalam air  bersih yang dituangkan ke dalam sibuh hitam yang berisi alat gantung. Mantranya: "Ong den kadi gelisanira rare, binuru dening liman, mangkana gelisan ni rare ring jro weteng metu, lah ser, ser, ser". Air itu diminum oleh ibu yang hamil, dan sisanya disiramkan ke perutnya. Sarana untuk melancarkan kelahiran bayi yang mati di dalam kandungan, terdiri atas

110

waribang, lenga wijen, diramu menjadi saripati lalu diberikan kepada ibu hamil itu untuk diminum. Maka bayi itu akan cepat lahir. Sarana pangeger (jimat pengundang) bayi di dalam kandungan, terdiri atas tahi subatah diramu dengan adas, dilumatkan dan digosokkan di pusar ibunya. Mantranya: "Ong rare cili, banyu kita ring jro lawangan, teka blas, blas, blas, kedep sidi mandi mantranku".

19. Sarana pangeger (jimat untuk mengundang) bayi di dalam kandungan, terdiri atas air ditungkan ke dalam tundak. Mantranya: "Ong sasano roro, hug hug, munggwing watu, leh metu, metu, metu". Siramlah perut ibunya. Sarana  pangeger bayi di dalam kandungan, terdiri atas daun sirih dan daun temurose, diisi gambar gajah, serta banyu tuli dituangkan ke dalam sibuh hitam yang diberi gambar gajah. Mantranya: "Ong sang bhuta liman, pamburu rare ring  jro weteng, lah den age metu". Berikanlah air itu kepada ibunya untuk diminum. Sedangkan daun sirih itu disemburkan di perut ibunya. Jimat  pangeger supaya bayi cepat lahir, terdiri atas sirih dan bulun butuh 6 lembar.

111

Lontar Usada Pamugpug 1. Semoga tiada halangan Ini adalah " Pamungkah Bhatara Guru". Media atau sarananya berupa: air tawar yang bening dimasukkan ke dalam tempayan (jun ) dari tanah liat, rajangan daun kemoning, satu buah sajen sesantun yang lengkap, yaitu berupa: beras satu liter, sebutir telur itik, sebutir buah kelapa yang dikupas bersih, kemiri, pangi, sebutir buah pisang, sirih yang telah ditata/ base tampen, pancha phala, bija ratus, benang putih satu gulung kecil, dan buah pinang beserta uang kepeng sebanyak 1700 kepeng. Japa mantranya: " Iki pamungkah Bhatara Guru, saking swargan, pinaraga aku Sang Empu Pradhah, ingiring aku dening Cambra Brag, sakti wisesa, Cambra Brag layahnya rengreng, iniring dening sona satus wulu, blang huyang muser gantung, mapuyang-puyangan, ring hangkon-hangkon, nguniweh blang kuning wlengker, sukunya huyang-huyangan, ki tampak meles arane, nguniweh kiptaka sapta arane layahmu bebed, yan tukar pancasona sakti iki iniring dening babekelan, pancasona padha sapulung, panca ambek lin tigang likur, kari ajeng si pancasona sakti, aken amburu bhuta amburu dengen, amburu wong andesti, anluh asnranjana

2. amburu wong amasang papendemen, acep-acepan, umik-umikan, sasawangan, angadakaken panes bhara, rarajahan, ya ngko padha binuru, dening sona satus wulu, manglup alesu tan pagalih. Tan kawasa tumindaka, dungkut sukumu, kukuh tanganmu, bga cangkemmu, beseh atinmu, sawdhang kitanmu, bingung karepmu, sidha punah papaksanmu, waya kita blas, kita tan paksa, i leyak katon dene padha-padha nmu janma, tan kawasa kita masiluman, wus waya nama swaha. Ong sarining puja ya namah, amatenin desti tluh taranjana, amatenin palwasan hili-hili. Ong Gangga Saraswati ya namah. Ong Sadhasiwa ya namah, tutur jati ya namah, sawanekang namah, buru bhuta putih, kalakali, yaksa-yaksi, pamala-pamali, sampulung.

3. Darah, si kundala si kundali, mwah sakwehing dngen preksa kabeh padha ingiring dening sona satus walu, bengbeng balanira, I Rangdeng Jirah, Ni Calon Arang, Ni Calon Kuning, Ni Balung Kuning. I Macan Angreng, Ni

112

Lenda, Ni Lendi, Ki Balung Kurung, Ni Buta Cremi, Ni Bhuta angadangadang ring dalan agung, Ni Mahisa Wdhana, padha ngeb tan kawasa tumindakaken sukune, tangane tan kawasa lumimbeyan, socane tan kwasa tuminghal, karnane tan kawasa angrenga, irunge tan kawasa angungas, cangkeme tan kawasa angucap, tan pakarika mayawakta, lesu lipya lumah atinmu tan pangen-angena, uwug layahmu, bhaddisu tuli, kadi tunggak  padhamu. Ong Sijabhahi, tan kwasa kita maranin, apan ko anuh desti, anluh awakmu dewek, anranjana awakmu

4. dewek, Ong saselo wangke, tiwang bangke apteng idep, tiwang jangat tan mandi ya, tiwang sagara tan mandi ya, tiwang kbo tan mandi ya, tiwang jaran tan mandi ya, tiwang kdet tan mandi ya, tiwang pamali tan mandi ya, tiwang  bga tan mandi ya, i bhuta saliwah tan mandi ya i bhuta latek tan mandi ya, sapakaya magawe tiwang, danawa tan mandi ya, aku jati bhatara guru, anglanglang ring madyapaddha, aku amugpug amunah, si tamisaya, sing angkaranin janma manusa, pugpug punah ta ngko denku, Sang Bang Tang Ang Ing Nang Mang Sing Wang Yang, Wang Yang Ang Ong Mang Ung, Ah Ah, Kdreyah, Ung Ung Mang Bang Sang. Enwrog-enwrog sakti wisesa, saking durggamaya, sing kajoto maka sama sakti, sang hyang prekasa, saala sariyut, mwah sakwehing breghala kabeh, sasiddha karyyane, sira sang calo-

5. narang, sakwehing desti kabeh, aja sira wani siddhi gawe, mwah tluh tranjana, apan aku kamulanira bhtari durgga, tan wani ta ngko sakwehing desti tluh tranjana, apan aku sang hyang mahasakti, durggamaya, apa aku amugpug amunah, sakwehing sangti aeng, mwah sakwehing sanjata nira ni calonarang, apan aku wnang, sababekelan I randeng jirah, ni calonarang, ni balung kurung, ni balung kuning, sang macan anggreng, sang bhujangga windu, sang hyang candu sakti, angapih-apih, sang ratu rantek, sang kalika abhang, haywa ta moruk siddha gawe, aja ta kita ulik silih gawe, apan aku amrethana sira, sira maratuning desti, tluh tranjana kabeh, kita winaton denku, yan kita anama desti, anluh anranjana,

6. tan tumanah papaksanta, ring awak sariranmu, tka rep sirep kita, tka tulaktulak sakwehing desti, tluh tranjana, pangemban-pangemban sang bhuta

113

 banaspatiraja, sang hyang ngalawati, sang kumbawati, apan aku angaruh kita kabeh, sira pinaka ratuning desti tluh tranjana, yan ana wong andesti, anluh anranjana, wastu ta ngko tan teka maring awak sariranmu, wastu ta ngko den kadhi aku dening watu, wastu den kadhi akmuh dening malela, sinusunira ring awakmu dewek, Om tulak tanggul, ta ngko kala kabeh, jati ring awakmu dewek, ANG ANG ANG, ONG ONG ONG, MANG MANG MANG, BANG, BANG BANG, MANG. Ada lagi Pamugpug Sang Hyang Ghnicandra, mantranya: Ong sang kalacandraghni, candra berawa, Ong Cakraghni srasah, MANG ghni jayeng rat, ANG,

7. ghni muka, ih, ghni muka murtti jati, Ong ghni resya muka, Ong ghni sewaka, Ong ghni bhajra, Ong ghni angalayang, Ong ghni mkah, Ong ghni mirah, Ong ghni puspha jati, ANG ONG MANG, Om murub ring sariraning lidah, ANG, murub ikang ghni bajra ring tinghal, murub ikang ghni muka ring cangkem, murub ikang ghni mrettha tungting nging lidah, murub ikang ghni sewaka ring irung, murub ikang ghni resya muka ring pupusuh, murub ikang ghni angalayang reng tlenging tinghal, murub ikang ghni srasah ring gtih, murub ikang ghni kirah ring hati, murub ikang ghni manila ring inan lima, murub ikang ghni jayeng rat ring dasaring pritiwi, murub ikang satingkebing rat  pancering pritiwi jati, murub ikang ghni lodra srasah ring dasaring sagara, murtub ikang ghni wisesa ring dasaring danu, ih ih ih, gseng ikang lara rogha wighna ring puser tasiking sari-

8. ra, gseng salwiring papa ndrakanira ring kasaktening sarira, gseng salwiring gring agung ring sandining sarira, gseng salwiring papaning apapa, papaning angucap ring gumining sarira, Ong gseng ikang gring ring sarining kulit, MANG, gseng raraning arara ring kawawaning gtih, Ih, gseng narakanira ring suksmaning daging, Wong , gseng salwiring gring ngura ring suksmaning gajih carmma, ONG, gseng salwiring gring ngagung ring kawtuwaning hwat, ONG MANGKARA wastu, aku aku anglekas wateking ghni wisesa, mangurip kulit daging gtih, hwat gajih carmma, sarira bhatara bhayu, miwah bhtara yama, ONG MANG GANG SANG MANG gseng, mangurip manusa,  papaning apapa, manusa gring hnyag patladtad, kusta empas, kusta pnyu, kusta banyeh, kusta gtih, kusta babi, kusta pahi, sakwehing kusta bseh,

114

9. kusta gringsing, kusta bhintang, kusta tembaga, kusta papasangan, kusta alu, kusta

jangat,

salwiring

kusta

lumbang,

tan

tumamahing

manusa,

 padarwwaning dewa, waras salwiring manusa, urip salwiring gumi sarira,  janma manusa, matamba gring kagseng, gring katundhung, gring kasengker, aku mangalahang gring agung, salwiring sopamastuning cor, tmah bhujangga lewih, tmah brahmana, kanca desa sakaton, sakatoning lara rogha wighna, alah punah jangkah rebah, gseng anyud kumaritis dadi wringet, apan dewaning ghni angalahang, gring agung, angeseng gring salwiring lara, salwiring papaning apapa, sandhrakaning wong manusa, tka gseng anyud, luhur ring ulu puhun, tka alah, tka bungkah, tka kdas, ikang gring, waluya jati ikang sarira, suksmanira ring sabdha bayu idep, mulih sa-

10. rira ring suksma, mulih maring sabdha, mulih maring bayu, mulih maring idep, ANG ANG ANG UNG MANG ONG, mulih maring suksmaning sang hyang ghni puspha jati, ring murttining idep, mulih maring swargganing surapathi, ika suksmaning idep, ika putusing ghni, putusing lara, putusing tamba, ika swargganing I bapa, ni meme, ika pagnahan I kaki, ni dadong, ika maka

swargganing

sabdha,

swargganing

bhayu,

swargganing

idep,

swargganing ajnana, mulih tunggal dadi sawiji, ika ingaranan sura wdhu, ika mawak pritiwi, rumawak akasa, slaning ika maniking na hulu dadi suryya,  bungkahning ika manikaning lara, dadi hyang rathih, titiing ika ndadi bintang damuh, kawruhakna ring raghanta. Poma. Sebagai materi atau bahannya adalah: air tawar yang bening ditaruh di dalam buyung (jun tanah liat), rajangan (samsam) bunga pucuk arjuna, daun temen, rajangan daun endong  bang, bras merah, sasantun secukupnya, beserta perlengkapan sesantun.

11. Dan uang kepeng 2700 buah. Sesajennya berupa dua buah tumpeng berwarna merah, pucak dari tumpeng diisi nasi beras hitam. Sebuah sampian beras andong bang, ayam berbulu merah (biing) dipanggang, jejeroan rempelanya dipanggang. Sesajen itu semuanya dialasi dengan klatkat sudamala. Mantranya: "Ih sang kala ghni lodra, iki tadah cacaronta, gseng ikang gring,  poma, poma, poma". Setelah mengucapkan mantra, sesajen dibuang ke  prapatan jalan. Sedangkan air yang ada di dalam buyung (jun) dipakai

115

memandikan orang yang sakit, sebagaimana halnya orang mandi. Ini ada lagi Panca Ghni, media saranya bebas (apa saja boleh digunakan). Mantranya: ANG UNG MANG, ANG uriping brahma, UNG uriping wisnu, MANG uriping Iswara, idep aku angerehang Sang Suksma, ngawijilaken ghni panca, SANG BANG TANG ANG ING, Ong ghni putih mtu ri ng pupusuh, angeseng sahananing durgga tka saka wettan, mtu gseng, gseng, gseng. ONG ghni abhang mtu ring hati, angeseng sahananing durgga tka saka kidul, mtu gseng gseng gseng. ONG ghni

12. Halkuning mtu saking ungsilan, angseng sahananing durgga tka saka kulon, mtu gseng, gseng gseng. Ong ghni ireng metu saking ampru, angeseng sahananing durgga tka saka lor, mtu gseng gseng gseng. Ong ghni manca warnna ring tumpuking, angeseng sahananing durgga tka saka ring tengah, mtu gseng gseng gseng. Ong ghni pangrenga mtu ring karnna, ghni tinghal mtu ring socca, ghni Ongkara ring irung, ghni maya mtu ring tungtung nging lidah, angeseng sahananing tuju tluh tranjana, desti moro tiwang sampulung,  babahi, sahananing lara roga, ring kulit ring daging, ring otot ring balung, ring sumsum, kalebur kagseng denira sang hyang aghni sabwana, mtu gseng gseng gseng. Ong ghni sabwana murub makabar-makar, murub sira angebekin  pakaranganku ne, yen ana wong ala pakane, ala kira-kirane, wastu kita gseng manda-

13. di awu, sing angungkulin sing anulubin, waluya gseng mamnadadi awu, mtu gseng gseng gseng, apan geni murub ring harepku, ring kiwa ring tngenku, ANG AH, ANG AH, ANG AH, aku pangalah sakti. Ini adalah Astu Pungkuh,  penolak segala penyakit dan cemar. Sarananya berupa air tawar dimasukkan ke dalam sangku, buatkan rajangan dari daun dedap, bhija (beras) putih. Keduanya dimasukkan ke dalam sangku yang telah diisi air. Japa mantranya: Ong wastu pungkuh dangarcaya ya siwah, astu bhatara siwa, angluaraken sakwehing lare mtu aku wala waddhi, kasungsang carik, katadah kala, katiti  bhaya, kabanda bandana, katadah kala, kalwarana dening bhatara siwa, maka nguni mtu kadana kadini, pamtuning jong ngunting-ngunting, sara padha tunggaking wareng, prawu sarat panya, buncing kembar, kang trisula, kresna

116

 bala dewa, sanak pandawa uruju, tulaking kdhukan, kama jaya kama ratih, kalwa-

14. rana dening bhatara siwa, yan ka toya ka gangga dewi, ka pangawan, ka sambet ring glap, ka pritiwi ka catur loka, ka guru paduka, ka clapati, ka upaya pati, ka ayap kala, katadah kala, kalwaran dening bhatara siwa, maka uni wtu uku wala waddhi, sinta landep, ukir, kurantil, tolu, gumbreg, warigha, warihadyan, julungwangi, sungsang, dungulan, kuninbgan, langkir, mdangsya,  pujut, pahang, krulut, mrakih, tambir, mdangkungan, matal, uye, mnahil,  prangbakat, bala, ugu, wayang, klawu, dukut, watugunung kalwarana denoing  bhatara siwa, yan katibanan saraswati, katibanan dangdang, sathasah saking guwungan, salakunang, yan karubuhan padha ring ngana lumbung, karubuhan sanggar,

15. kagunturaning hod, karubuhan kayu agung, kapancingan buron, kapancingan kakuwung, kapancingan caraking tahun, kapancingan linus, kaghne kalebon amuk, kalwarana dening bhatara siwa, nguni ika lemah sanggar lemah mbang, lemah mdek, balembong caraking tahun, setra wates pabajangan, pakatkan  pamenggahan agung, pahumbukana bhuta, samur pangkung jurang rejeng atukad bangka batu lumbang palungguhaning bhuta, pisaci pisaci, dngen sampulung, pamala pamali, ngdo kpuh karameyan, alas agung padha dawa,  pawubaning bhutakala dngen, undung-undung silunglung watu tinumpuk,  parang rejeng, lemah gigiring sampi, amundhuking lebuh, lemah mendek, ucur-ucur balembong caraking tawun, paguyanganing warak, pasrukaning landak, lemah anggawe

16. ning kapitan, kela kapitan, yan yan uta-utu agung kabuyutthan, tanananing saupatakaning uphata, upadarwwaning cor, gagodhan bancana, apenala ujar ala, muksah hilang dening kidul, kaki sarayu, kalwarana dening bhatara siwa, makanguni sakryaning upaya durjjana dusta, ctik racun, upas buntek, basang basang, upas wat warangan, desti tiwang moro tluh tranjana, kalwarana dening bhtara siwa, uniwehaning atma candala papa, mijil saking samayaning loka, cebol, mbor, bhuta, plud, kicer, borang, sudat, dileng, ba, bisuk,

117

sombeng, bengior, prut, bongol, pancek curek, gondhong, pela, sunggaran, lawedig, brekut, borok, kipak, kiting, kutung, tuna, juget,

17. udug, edan, busung, kahangan, ayan, ckehan, manjukuming, banang, bluh,  beseh, ungkuk, darih, tapas, bulenan, dyag, tubug, tunjuk, bteg, buyan, sangar, rumpuh, cebol, dengkek, blang, parang, koreng, kalebura, kalukata denira sang hyang wastu pungkuh, dangascaryya, kalwarana dening bhtara siwa, kasaksenan denira sang hyang triyoddhasakti, bro bhumi rapuh, candra rakta agni yasa manili, ratri wisandyan anincah, kajnengana dening sapta resi, panca resi, karawetana dening sang hyang mandi raksa, sang hyang taya, sang hyang candu sakti, kawastu wanana dening sang hyang saraswati, kalukat kalwarana kang arupa jati, tanana mandi-mandi, tanana tulah-tulah, sapa-sapa, swati dirggayu-

18. sa purnna jati, dening sang hyang wisnu murtti jati, swasti swaha. Itulah puja Sang Hyang Wastu Pungkuh. Ini adalah Danur Weddha, penolak segala wabah dengan menggunakan sarana air yang dimasukkan dalam buah kelapa dan juga bisa menggunakan meswi. Adapun japa mantranya sebagai berikut. Ong pritiwi pinaka pangadegan ingulun, akasa pinaka panjengan ingulun, kadhi amanah angagem sanjataning dewata kabeh, duppa, danda, trisula, moksala, konta, gaddha, bayubhajra, gunung, sing kala dangastra, skarura kenjoti, sun panahaken ring pritiwi, bubur ikang pritiwi, sun panahaken ring akasa, buntal ikang akasa, sun panahaken ring sagara, asat ikang segara, sun  pnahaken ring gunung, rubuh ikang gunung,sun panahaken ring durgga kalika, ruwaten durgga kalika, sun panahaken ring pepelika wewelika, ruwaten pepelika wewe-

19. lika, sun panahkaken ring satru musuhku, lebur tan pasesa ikang satru musuhku. Ong kami siddhi tan atmahan ajanma, ring tuju tluh tranjana, desti upaya krya upaya, ujar ala, ipen ala, Ong aji danurweddha, para satata, rep sirep, rep sirep, rep sirep. Ini adalah pencabut orang kena guna-guna. Sarananya, air tawar dimasukkan ke dalam buah kelapa yang berwarna hitam dipotong ujungnya hingga berlubang dan alasnya dipotong sedikit hinga buah kelapa itu bisa tegak berdiri (sibuh cemeng). Tuangkan air tawar ke dalam

118

sibuh sebanyak tiga kali, dalam kalipatan hitungan yang ketiga sibuh menjadi  penuh. Kemudian masukkan bunga barwarna merah, kuning, dan putih ke dalam sibuh. Selanjutkan rapalkan japa mantra ini: Ong pritiwi akasa, sakalangan, apan aku anambanin janma buduh, apan aku amugpug sakwehing gunna, gunna sasapi, gunna pelet, gunna saliwah, guna ireng, gunna boolot, tka pugpug denku, tka waras. Ong sya megha, sya tamba, sya larane syanu, lamun ko mtu tan pahari-ari, kwasa ngko anglaranin,

119

Lontar Usada Pamugpugan 1. Ya Tuhan, semoga kami tidak menemukan rintangan. Inilah disebut Usada Babugbugan. Sarana untuk menghidupkan rasa adalah air diberi mantra "Ong Ah, Ung Ang Ah". Sarana obat untuk penyakit cacar, terdiri atas air diberi mantra "Ong Ang Ung Mang Mang Mêh, Awreyah". Sarana untuk penawar  penyakit adalah air diberi mantra "Ang Asweryêr". Sarana untuk pematuh terdiri atas air diberi mantra "Asweryuh, Ong masaý". Sarana penempur segala penyakit terdiri atas air diberi mantra "Ong tayà I yà. Ong tayà A I, yata A I Ong". Sarana penawar penyakit batuk, mata mengeluarkan darah dan nanah terdiri atas air ditaruh di dalam sibuh (tempurung kelapa kecil), diisi  bunga kamboja, diberi mantra "Ong Ai Ih, Ong Ih A Ah", lalu air itu diminum. Sarana obat penyakit mata, terasa sakit seperti menusuk-nusuk, terdiri atas air ditaruh dalam sibuh, berisi bunga waribang, diberi mantra

2. "Ong Ang Ah, Ong Ah Ang". Sarana untuk peruwatan terdiri atas air diberi mantra "Ong Ang Ah, Ah Ang Ong". Sarana obat penyakit filek disertai dan  panas badan terdiri atas air diberi mantra "Ong A AH, Ih Ah Ong". Atau juga  boleh menggunakan sarana apa saja untuk menyembuhkan segala jenis  penyakit, diberi mantra "Ong Ang Ah, Ong Ah Ang". Sarana obat penyakit  perut terdiri atas air diberi mantra "A A A, Ah Ah Ah, Ah A, A, A". Sarana  penawar segala jenis penyakit terdiri atas air ditaruh dalam sibuh berisi bunga merah, diberi mantra "Ong Ih Eh Ah Ung Oh Ah, Ong Ih Ong Ih Ung". Sarana untuk penawar panas badan terdiri atas air diisi bunga merah, diberi mantra "Ong Eh Ang, Eh Ong Ang, Ong Ang Eh, ngryaý madhisêng". Sarana obat untuk segala jenis penyakit, terdiri atas air diberi mantra. Ketika merapalkan mantra, dukun wajib mendampingi sesajen terdiri atas sesajen sagi-sagi, uang 7, beras 7 genggam, sirih 3 lembar. Mantranya adalah "Ung Ang Ang Ung Ah Ang". Sarana obat lesu terdiri atas air. Ketika merapalkan mantra, janganlah bernafas (nafas ditahan). Mantranya adalah "Ong

3. Ang Ah". Sarana obat sakit terasa seperti menusuk-nusuk, terdiri atas air diberi mantra "Ong Mang Ah, Ong Ah Mang". Sarana obat untuk sakit perut,

120

terdiri atas buah pinang diberi tulisan gaib A diberi mantra A. Lalu buah  pinang itu dimakan oleh pasien. Sarana untuk menghidupkan tenaga terdiri atas air, dipercikkan di atas ubun-ubun pasien, diberi mantra "Ong Ah, Ah Ong". Sarana untuk pembangkit darah terdiri atas air diberi mantra "Ong Ah Ang, Ang Ah Ung". Cara untuk menaklukkan guna-guna, seperti desti, dengen, dan babai boleh menggunakan sarana apa saja, diberi mantra "úaúaúàs, úaúa sangsayà". Sarana untuk memproteksi rumah dari berbagai  pengaruh jahat, terdiri atas segenggam nasi ditaruh di halaman rumah, diberi mantra "Apah pasa A". Sarana untuk penawar segala jenis penyakit terdiri atas air diberi mantra "A Ang, A Ang". Mantra untuk menambah kekuatan doa adalah "Ong Ang Ah, Ong Ah Ang". Sarana penawar untuk penyakit akibat terserang racun hewan/binatang, terdiri atas air diberi mantra "Ah Ih Ih A". Sarana untuk penakut lawan terdiri atas tanda tambah diberi mantra "Ong Ong Ong". Adapun yang dimaksud adalah

4. letak tempat sucinya di dalam tubuh, yaitu Ong berada di tengah lidah sebagai tempat Bhatari Durga, Ong di pangkal lidah, dan Ong di ujung lidah. Mantranya adalah "Mryuh, Ang Ah A". Ada lagi mantra yang lain yaitu "Ah Ah Ang, A Ang Ah, mryuh". Sarana untuk mengusir roh-roh jahat seperti Kala, Bhuta, Dengen terdiri atas air diberi mantra "Ang Ung Mang, Ung Mang Ang". Sarana untuk melepaskan panas di dalam tubuh, terdiri atas air diberi mantra "Uh Ah Aih Ih"; atau dengan mantra "Ah Ih Uh Aih mryuh". Sarana untuk mengikat panas di dalam tubuh terdiri atas air diberi mantra "Ing Ung mang Ang Ong, Ong Ung Mang Ang Ing". Sarana untuk peruwatan terdiri atas air diberi mantra "Ariyuah, Ong Ang Ung Ing Yang". Sarana untuk  penawar racun hewan/binatang terdiri atas air diberi mantra "Ong Ang A, Ang A Ong". Sarana untuk pengampuh obat supaya obat itu menjadi ampuh,

5. terdiri atas air diberi mantra "Mriyuêm, Ung Ang Ong Mang Mêng". Sarana untuk penawar guna-guna Bali, guna-guna Sasak, guna-guna Jawa terdiri atas air ditaruh di atas ubun-ubun pasien. Peruwatan terhadap pasien dilakukan di Pura Dalem. Mantra peruwatannya adalah "Driyeryuh, Ariyeryuh, Ah Jêng, Ong Ang Ung Mang O E Ah Ih". Sarana untuk mengasapi pasien terdiri atas dupa, kemenyan diberi mantra "Aêh Ah E Ang, Ing Ah, Ung Ong Bêng".

121

Sarana untuk panyarang daging terdiri atas air diberi mantra "Ong Ah Ang". Sarana untuk menyimpan daging, terdiri atas air diberi mantra "Ong Ang Ah, Ung Ah Ang, Ong Ang Ung Mang Sêng Yang Yöng". Sarana obat untuk  penyakit infeksi terdiri atas air diberi mantra "Ong Mang Ah, Ong Ah A". Sarana obat untuk bayi sering menangis terdiri atas air diberi mantra "Ong Mang I, Ong Ang A". Sarana obat untuk bayi semasih dalam kandungan terdiri atas air diberi mantra "Ung Ang Ah". Sarana obat untuk bayi dalam kandungan yang kekurangan air ketuban, terdiri atas air diberi mantra "Ung Ang Ah,

6. Ong Ah Ih". Sarana untuk penyakit berbahaya atau terserang guna-guna terdiri atas air diberi mantra "Ong Ang Ung Mang Ong Ang Ing, Ong A E, Mryuêm". Sarana obat untuk bayi tidak bisa kencing terdiri atas air diberi mantra "Ong Aê Sê, Ong Ang Yang". Sarana untuk penawar sakit perut dan tidak bisa kencing, terdiri atas air diberi mantra "Ong Mang Ang, Ong Ah Ang, Ong Ang Ing". Sarana untuk penyelamat ibu yang sedang melahirkan, terdiri atas air diberi mantra "Uh Aoh Aih Aeh A Ah". Sarana untuk menolong kelahiran bayi terdiri atas air diberi mantra "Ong Ang Ing, Ong Ah Ing". Sarana untuk meruwat bayi yang diserang roh jahat si Bajangan, terdiri atas air diberi mantra "I I Ing, U U Ung, A A Ang, Mriyuêm". Sarana  peruwatan bayi setelah berumur tiga bulan, terdiri atas air diberi mantra "Ong A Ih, Ing Mang Ong". Sarana peruwatan bayi terdiri atas air diberi mantra "Ang Ung Mang Ong Ong, Ong Ang Ung sêyêng". Sarana penawar untuk  bayi sering menangis terdiri atas air diberi mantra "Ong Mang I, Ong

7. aêyêng". Inilah sarana obat untuk penyakit berbahaya terdiri atas air diberi mantra "Ong Ang Ung Mang Ah Ang, Ung Ang Mang". Sarana obat untuk  penyakit tuju (reumatik), terdiri atas air diberi mantra "Oh Ah Ih Ang, Ong Ong Ang Ung Mang Gang". Sarana peruwatan terdiri atas air suci, bunga  putih 5 butir, air liur, uang 1700, lengkap dengan sesajen. Mantranya adalah "Ong pungusyaki sang dewà, iðêp aku anglukat bhaþari dùrggà, apan bhaþara guru sumusup ring awak sarirantà, anglukat bha¨tarì dùrggà, kasmala tka gêsêng, gêsêng, gêsêng, gêsêng, tkà ngayàng, ngayang, ngayang, Ong Ang sêng, tka atas, Ang, Ong tuhun dadi yeh, mnek dadi angin, tkà mukûah, tkà

122

mêntêr, apanàku dewa anglukat bhaþari dùrggà, muwah mbanirà, ingaran i kàli kalikà, mulih maring akaûà, Ang Ung Mang Ang úring sanghyang sandewà bhaþara wiûóu

8. anglukatan bhaþarì dùrggà, mulih maring úarirà, tkà lêpas, lêpas, lêpas, larà ring úarirà, Ong Mriyuh". Sarana obat untuk bayi terserang penyakit migrin, atau dinamakan kasuban, menangis, menggeliat-geliat, terdiri atas sudamala, tutup buah pinang, tutup buah kelapa, inti bawang merah, dilumatkan, diberi mantra "Ong Ba E angrebut dumadi, angrebut atma kabeh, sapulung sapulung tungkat, Ong wruh marupa tungkal, tka patuh ringkup, asih, asih, asih". Ada lagi sarana obat untuk bayi menggeliat-geliat kesakitan, terdiri atas daun sirih tua, biji jambu air putih, alang-alang, bawang putih, jangu, tetapi jangan sampai mengotori bayi itu. Besok sorenya dibuatkan air hangat diisi ramuan  bangle dan air cendana, diberi mantra "Ong bajra wiset swaha". Sarana obat sakit perut mendadak terdiri atas air diberi mantra "Mang Ung ngriyung". Sarana obat untuk penyakit kangsuban (migrin),

9. terdiri atas air diisi bunga meduri putih dan daun wani, ditaruh dalam sibuh, untuk memercikki pasien. Mantranya adalah "Ong idêp aku sanghyang kamalatantra, mêtu ring kundi manik, jêg tumurun ring lêmah, putih  pamatuhang sakwehing dusta durjana, anyatur bhuwana, patuh tka patuh,  patuh, patuh". Sarana untuk mencabut penyakit blagodo (sejenis migrin, vertigo), terdiri atas air tawar ditaruh dalam periuk baru, diisi samsam (irisan daun temen dan kembang), beras kuning, bunga putih, dan uang sesajen 1700. Mantranya adalah "Ong Mang Ah". Sarana untuk melepaskan panas dalam tubuh terdiri atas air diberi mantra "Ang Gang Gang Gang, dadi yeh, dadi api, tka lelo lelontok". Sarana untuk membakar (memusnahkan) segala jenis  penyakit terdiri atas air diberi mantra "Ong Ang kalagni, ludra ya namah". Mantra untuk memulai membuat ramuan obat adalah "Ong Ang Ung mang Ang, Ong Mang Ung Hang Gang Ang, Ong Hang Ung A". Sarana penawar  penyakit panas-dingin terdiri atas air

10. diberi mantra "Ong Mang Ang, Ong Mang Hang Ong Ih Ah, Ung mang Ih Ang". sarana untuk penawar panas terdiri atas air diberi mantra "Ong taya Ah

123

Ih, Ong taya Hing". Sarana obat penyakit mata terdiri atas air diberi mantra "Ong taya Ah Ih". Sarana obat sakit kepala terdiri atas air diberi mantra "Ong Mang Ah, Ah Mang Ung". Sarana obat panas terdiri atas air diberi mantra "Ong Ang Ung Mang Ing, Ong Ang Ung Mang A". Sarana penawar tubuh hangat terdiri atas air diberi mantra "Ong Ing Tang Ang, Ih Ong Ang". Sarana obat sakit ngêd terdiri atas air diberi mantra "Ong Ih Ang, Ang Ong Ih". Sarana obat sakit bêngang terdiri atas air diberi mantra "Ong Mang Ong, Ong Ong". Sarana obat sakit jampi terdiri atas air diberi mantra "Ong Ih Ah, Ih Ah Ong". Sarana obat untuk sakit panas gelisah, terdiri atas air diberi mantra "Ong Ing Hang Gang Ung Mang Ang, Ang Ong Ing Hang Gang Ung Mang". Sarana obat mencret terdiri atas air diberi mantra "Ong Mang Ah,

11. Ang Ong Mang". Sarana obat sakit panas-dingin (dumalada lanus) terdiri atas air diberi mantra "Ang Ang Ah Mang, Ah Ang Ong Ung". Sarana yang digunakan untuk memandikan pasien menderita sakit panas diberi gambar dan tulisan gaib Ayang, dan diberi mantra "Ayang". Sarana obat sakit dingin, terdiri atas air diberi mantra "Ong, Ang, Ong Ang Ung, Ang Ong". Sarana obat sakit kepala dan pusing-pusing terdiri atas air diberi mantra "Ong Mang Ing, Ong Ing Mang". Sarana obat untuk sakit pamali (sakit perut melilit), terdiri atas air diberi mantra "Ong Ing mang Ang, Ing Mang Ang Ong". Sarana obat bengkak, terdiri atas air diberi mantra "Ong mang Ung Ing, Ang Ung Mang". Sarana penawar sakit sariawan terdiri atas air diberi mantra "Oh Uh A I, Eh A Ing Oh". Ada lagi sarana untuk penyakit sariawan terdiri atas air diberi mantra "Ong Ang Mang Ung Ing Mang, Ing Mang Ong Ang Mang Ung, Ong Ma Mang". Sarana untuk penenang tenaga (aliran nafas), terdiri atas air diberi mantra "Ung Mang Ing, Mang Ing Ung". Sarana untuk memulai  pengobatan terdiri atas air diberi mantra "Ong A Ang, Ing Ong Tayaha". Inilah sarana penawar penyakit panas

12. dan cacar, terdiri atas air diberi mantra "Ong A I Taya, Ong taya hiya". Inilah sarana penguat tenaga terdiri atas benang tridatu (merah, putih, hitam), dipakai gelang tangan, dililitkan tiga kali di tangan kanan disertai dengan sesajen canang daksina, uang 1700. Mantranya adalah "Ong suksma  parahyang, para dewa suksma kuta, suksma paribhuta, hilang ywawaka, aweh

124

urip, aweh urip, ring awak sarirane syanu, tka pagêh, pagêh, pagêh". Sarana untuk keselamatan jiwa terdiri atas air diberi mantra "Mang Ung Ong Ang". Sarana untuk peruwatan terdiri atas air diberi mantra "Mryuh O Ang A A Ang Ung Ah pet". Sarana obat untuk segala jenis penyakit akibat serangan racun hewan/binatang, terdiri atas air diberi mantra "Ong Ak Ik Ung Ak Ek".

13. Inilah dinamakan ajian Sastra lingga kuta, boleh menggunakan sarana apa saja. Kedudukan aksara sucinya sebagai berikut.............Ong............Ang.......... Wa Ung Sang Ang Mang Ung............E............Mang............Ong..Inilah sarana  peleburan segala jenis bencana yang menimpa diri kita, terdiri atas air bersih,  bunga-bunga yang harum, diberi mantra "Ong Indraku suksma nama swaha". Inilah

gambar

formulasi

aksara

sucinya.............Ong

I............

A....Ka....Lyu....Yang....Ang....Mang....Ong........Ah

14. Inilah mantra pembukaan ketika dukun mulai melakukan pengobatan, yang konon dilakukan oleh banyak dukun, inilah sarana dan mantra yang dipakai, yakni terdiri atas air ditaruh di dalam sibuh hitam. Inilah mantra/aksara sucinya (lihat pada lembaran teks lontar di atas). Inilah penjelasan tempat keempat dewa yang merasuk menjadi satu, yaitu dinamakan Windu Nur. Windu Nur itu merupakan tempat masuknya keempat dewa, lintas keluarmasuk dewa di makrokosmos dan mikrokosmos. Gambarnya adalah sebagai  berikut (lihat gambar pada teks lontar).

15. Inilah ajian Sastra Wyanjana, atau juga dinamakan Kaputusan Siwagriguh, ajian tersebut harus dipahami dan bagaimana cara penggunaannya. Demikian  pula makna sastra pantên, segala macam makuta, termasuk suaranya, penanda  bunyinya, dan jangan sampai salah paham dalam menggunakan aksara suci ini, sebab sangat berbahaya, serta bisa tertimpa kutukan. "Ong saraswati abrasolah, pasastra nama swaha. Ha na ca ra ka da ta sa wa la ma ga ba nga pa  ja ya nya... (lihat teks lontar) aksa, windu sunya". Inilah ajian untuk memusnahkan mendung. Caranya adalah berkonsentrasi sambil menunjuk matahari. Mantranya adalah "Ong murub ikang surya, gêsêng ikang megha, dadi angin". Inilah dinamakan gambar dasabayu ... (lihat teks lontar)

125

16. Inilah formasi sepuluh aksara suci di dalam kastuban ... (lihat teks lontar). Adapun letak aksara suci di dalam tubuh, yaitu aksara ha berada di angan; aksara na berada di hati; aksara ca berada di pangkal lidah; aksara ra berada di alis; aksara ka berada di telinga; aksara da berada di dada; aksara ta berada di mata; aksara sa berada di putih mata; aksara wa berada di pinggang; aksara la  berada di bibir; aksara ma berada di muka; aksara ga berada di leher; aksara  ba berada di bahu; aksara nga berada di hidung; aksara pa berada di kaki; aksara ja berada di tangan; aksara ya berada di suara; aksara nya berada di asmara; windu berada di empedu; surang berada di ..., guwung kra berada di ..., suku kêmbung berada di ..., cêcêk berada di ruas-ruas tubuh.

17. Ingatlah dengan baik cara membunyikan aksara ini, batas-batasnya, tempat di dalam tubuh, di dalam Usada, di dalam Tutur, di dalam Gata, di dalam Ngadi, di dalam Pranawa, semua sastra cacahan ... Hang Hang Hang. Hram Hram Hram. Hrêm Hrêm Hrêm. Hung Hung Hung. Heng Heng Heng.

18. Hàng Hàng Hàng.Ing Ing Ing. Hong Hong Hong. Hêp Hêp Hêp. Rang Rang Rang. Wrum. Hrang. Hrê, Wreyu. Mrang. Sroh.

19. Hrêm. Wrueh. Trungm. Hrêm. Hi Hi Hi. Hêp, Hêp, Hêp. Hêngp Hangp Hangp. Har Har Har. Hun Hun Hun.

Lontar Usada Rare 1. Semoga tidak menemukan rintangan. Inilah tanda-tanda bayi terkena  penyakit. Jika bayi lemah tanpa tenaga, dinamakan terserang penyakit upas tawun. Ramuan obatnya terdiri atas gula, sinrong, dan air jeruk nipis, diramu untuk diminum. Jika ada tampak garis-garis merah pada kuku si pasien, itu dinamakan terserang penyakit upas hyang. Ramuan obatnya terdiri atas rumput karasti, adas, bawang tambus, diramu untuk diminum. Jika pada kuku si pasien tampak gumpalan darah, dinamakan terkena penyakit upas warangan. Sarana obatnya terdiri atas asam, air beras, diramu untuk diminum. Jika mata si pasien tampak kuning agak kemerahan, dinamakan terserang  penyakit upas dewek. Ramuan obatnya terdiri atas kulit mangga hijau, asam,

126

air bayam merah, diramu untuk diminum. Jika kuku si pasien tampak  berwarna kuning, dinamakan terserang penyakit krikan gangsa. Ramuan obatnya terdiri atas kunir warangan, kotoran itik,

2. diramu untuk diminum. Inilah obat penawar racun, terdiri atas akar pepe dan adas 3 butir, diramu untuk diminum. Jika tangan, kaki, dan tubuh si pasien kejang-kejang, matanya agak memerah, dinamakan terserang tiwang penyu. Ramuan obatnya terdiri atas tuba jenu, buah pala, kemenyan, sarilungid, sinrong, diramu untuk diminum. Jika mulut si pasien menganga atau tertutup rapat, bulu tubuhnya berdiri, rambutnya kaku, dinamakan terserang penyakit tiwang sona. Ramuan obatnya terdiri atas mandalika, daun pangi, bawang merah, bawang putih, jangu, beras merah, diramu untuk bedak. Jika mata si  pasien tampak kering dan berkedip, dinamakan terserang penyakit tiwang kapi. Sarana obatnya terdiri atas air jeruk nipis, merica, kencur, bawang merah, bawang putih, jangu, beras merah, diramu untuk bedak. Jika  berbengah-bengah, dinamakan terserang penyakit tiwang jaran. Sarana obatnya terdiri atas akar dalungdung, kulit dan akar kayu kapal, bawang merah, bawang putih, jangu,

3. diramu untuk bedak. Ada lagi tanda-tanda penyakit tiwang pada bayi, yaitu  jika tangan dan kaki si pasien kejang dan kaku, dinamakan terserang penyakit tiwang gurita. Sarana obatnya terdiri atas daun meduri kuning, bawang merah,  bawang putih, jangu, beras 21 butir, diramu untuk bedak. Jika tubuh si pasien terasa berat, dinamakan terserang penyakit tiwang kebo. Sarana obatnya terdiri atas akar kaktus, akar beluntas, bawang merah, bawang putih, jangu,  beras 11 butir. Jika bayi menangis kesakitan siang-malam, tubuhnya kejangkejang, dinamakan terserang penyakit tiwang kupu-kupu. Sarana obatnya terdiri atas bunga nagasari, dioleskan di antara kedua alis. Sarana obat bayi sering menangis malam-malam hari, terdiri atas daun sembung, sigugu, temulawak, bawang merah, bawang putih, jangu, diramu dan dilumatkan dipakai bedak. Sarana obat bayi sering menangis pada malam hari, abu dapur, dijumput 3 kali, ditorehkan di dahi si bayi. Sarana penawar untuk bayi sering menangis pada malam hari, yakni daun lontar,

127

4. ditulisi kalimat "Om sibyang babyang, Om syah asyah", dan daun lontar itu ditaruh di bawah tempat tidur bayi. Penawar untuk bayi sering menangis malam hari, dinamakan terserang penyakit bajang tumereretan, yakni getah nangka, dioleskan di antara alis si bayi. Sarana penawar untuk bayi suka menangis malam hari, yaitu satu gayung air disiramkan ke ujung atap dapur, dihadangi kukusan, dan air itu dipakai memandikan bayi, dengan memohonkan keselamatan kepada Bhatara Brahma. Sarana penawar untuk  bayi kesakitan adalah daun lontar diberi tulisan "brahoh sasah bwasah litsyaha" dan diberi gambaran raksasa. Lontar itu ditaruh di tangan kanan si  pasien. Jika bayi kadangkala tampak pucat, mukanya tampak agak memerah, dinamakan terserang penyakit katepuk tegah dewa.

5. Sarana obatnya terdiri atas inti laos, inti kunir, inti lampuyang, beras merah 12  butir, diramu untuk diminum. Apabila bayi menderita sakit perut, terasa melilit, dinamakan penyakit tiwang gurita. Sarana obatnya adalah akar dapdap hutan, akar kelor, bawang merah, bawang putih, jangu, diramu untuk diminum. Ada lagi jenis penyakit tiwang tikus yang berjangkit di pusar. Sarana obatnya adalah daun samanjahi, merica 21 biji, bawang putih, jangu, diramu dan dipoleskan di bagian tubuh yang sakit. Jika terserang penyakit tiwang terasa menusuk-nusuk di pusar, sarana penawarnya adalah akar terung  bola, akar lalang, bawang putih, jangu, air liur merah, diramu dan dioleskan  pada bagian tubuh yang sakit. Jika bayi menderita muntah-muntah, dinamakan terserang penyakit tiwang belabur, sarana obatnya adalah daun sirih tua 7 lembar, daun jeruk rontok 7 bidang, bawang merah, bawang putih,  jangu, direbus dipakai minuman. Inilah

6. tanda-tanda bayi menderita sakit panas, atau tubuhnya gerah, janganlah kurang waspada memeriksa nafas dan matanya, jika putih matanya tampak  berisi darah, hitam matanya tampak kekuning-kuningan, pertanda si pasien  panas. Jika putih matanya tampak agak kekuning-kuningan, dan juga anakanakan matanya kekuning-kuningan, bibirnya kering, pertanda si pasien itu  panas. Jika sekujur tubuh si pasien berbuah-buah, bulu tubuhnya berdiri, rambutnya kaku, periksalah dari kedua tangannya, jika ada aliran nafas deras, mendesir, pertanda si pasien panas. Apabila dada si pasien ditekan, muncul

128

detakan tenaga, nafas di hidung terasa panas, bibirnya kering, jari-jari tangan dan jari-jari kakinya dingin, pertanda si pasien panas dalam. Jika putih mata si  pasien tampak kebiruan, juga anak-anakan matanya berwarna biru,

7. aliran nafas berkumpul di mulutnya, pertanda si pasien kedinginan. Jika dada si pasien ditekan, tidak ada getaran, nafas yang keluar dari hidung terasa dingin, pertanda si pasien kedinginan. Apabila jari-jari kaki si pasien terasa dingin, nafas yang keluar di hidung juga terasa dingin, pertanda si pasien kedinginan. Jika putih mata si pasien tampak kekuningan, dan juga hitam matanya berwarna kekuningan, tangan dan kakinya dingin, setiap menjelang sore hari, nafas muncul di bibir terasa panas, pertanda si pasien menderita kegerahan. Apabila tubuh si pasien terasa gerah setiap sore hari, nafasnya kencang, nafas yang keluar dari hidungnya terasa panas, pertanda si pasien menderita panas. Dan jika nafasnya mengendor, jari-jari tangan dan kakinya dingin setiap sore, nafas yang keluar dari mulut terasa panas, pertanda si  pasien menderita penyakit sebaha gantung. Apabila bibir si pasien pecah pecah, nafas di hidungnya terasa panas,

8. aliran tenaganya panas, tangan dan kakinya dingin, pertanda si pasien menderita sebaha jampi. Dan jika bibir si pasien pecah-pecah, nafas di hidung terasa dingin dan agak tertahan, jari-jari kakinya dingin, sekujur tubuhnya gerah, pertanda si pasien menderita sebaha jampi. Jika bibirnya kering, dan mual-mual, nafas di hidung terasa panas, gerah setiap menjelang sore, tangan dan kakinya dingin, pertanda si pasien menderita sebaha jampi. Dan apabila  jari-jari kaki si pasien panas, nafas di hidung terasa dingin, pertanda si pasien menderita asrep kapendem. Jika nafas di hidung si pasien terasa panas, jari jari kakinya panas, kukunya tampak kemerahan, pertanda si pasien menderita  panas terus. Jika jari-jari kakinya dingin, bibirnya terbuka-tertutup, pertanda si  pasien menderita srep terus. Sarana obat untuk bayi tidak

9. mau makan, dinamakan menderita sebaha nyuh, adalah miana hitam, sulasih harum, daun tatahiwak 3 pucuk, jeruk nipis, air cendana, adas, dilumatkan dan direbus, dipakai mandi. Sarana obat bayi menderita panas-dingin adalah lampuyang, lenga wijen, dipakai obat gosok. Dan sarana obat popok kepala

129

adalah gamongan kedis, musi, minyak kelapa, diramu dan dipendam dalam abu panas, dipakai popok kepala. Dan sarana obat popok di pusar adalah serabut dedap, pantat bawang putih. Sarana obat panas-dingin adalah buah  pala, dewandaru, ler wandawa, dipakai bedak. Sarana obat untuk bayi panas adalah beras merah, buah sirih, bawang, adas, dipipis untuk dijadikan bedak. Ramuan obat untuk bayi panas adalah daun waribang, daun gandarusa kling, air arak, dipakai menggosok tubuh pasien.

10. Sarana obat untuk bayi panas adalah daun gandarusa kling, temulawak,  bawang merah, bawang putih, jangu, diramu untuk menyembur. Obat untuk  bayi panas adalah daun sembung, bangle, kelapa bakar, temulawak, dipipis dijadikan obat gosok, dan sarana obat untuk menyembur tubuhnya adalah daun sirih, daun sembung, dilumat lalu dicampur dengan garam, gamongan, dipakai menyembur. Sarana obat panas membara dan gelisah adalah kelapa, adas, air jeruk nipis, dipakai ramuan air mandi. Sarana obat panas gerah gelisah adalah akar sembung, akar kesimbukan, akar pancar sona, kelapa  bakar, bawang tambus, air ketan gajih, garam yodium, diramu untuk diminum. Sarana obat untuk anak-anak menderita kegerahan dan gelisah adalah paspasan, padang lepas, limau, dipakai bedak. Sarana obat bayi (anakanak) gerah gelisah adalah akar

11. katepeng, bunga paspasan, cendana, banyu tuli, dipakai ramuan air mandi. Sarana obat untuk bayi/anak-anak menderita gerah seperti dipanggang adalah kulit pohon pule, air jeruk nipis, bawang, adas, diramu untuk minuman. Sarana obat bayi/anak-anak menderita panas gelisah adalah kayu tulak, kayu sangka, dahusa kling, cendana, air limau, dipakai obat bedak. Dan sebagai obat minum adalah padang lepas, asam, bawang tambus. Sarana obat bayi  panas dalam, dipakai menyembur tubuh si pasien, adalah daun kameniran,  paspasan, adas, pulasari. Sarana obat minum untuk bayi/anak-anak menderita  panas dalam adalah akar silagui, adas, air santan. Sarana obat minum untuk  bayi menderita panas dalam adalah tunas daun pancar sona, bawang mentah, air beras.

130

12. Sarana obat untuk bayi menderita panas dalam adalah kembang wane,  belimbing besi, bawang mentah, air ketan gajih, diteteskan di hidung pasien dan dipakai minuman. Sarana obat untuk penyakit tiksna kapendem adalah labu siam, temulawak, bawang tambus, dipakai menetes hidung dan untuk diminum. Sarana obat bayi menderita panas adalah tunas kapuk, tunas kelapa dibakar, bawang tambus, air ketan gajih, dipakai obat tetes hidung dan juga untuk diminum. Ada lagi ramuan lain terdiri atas tunas kelapa dibakar, tunas kapuk, tirisan rotan, damuh klengis, pijer bakar, dipakai obat tetes dan obat minum. Sarana obat untuk bayi panas adalah kulit pohon ulu, air ketan gajih, air cendana, diisi air jeruk nipis, sarilungid, bawang tambus, dipakai minuman. Obat untuk bayi menderita sebaha jampi adalah akar medong, daun sembung, kesimbukan, dingin-dingin, kelapa bakar, ditim dan dikukus

13. diramu dengan sarilungid, bawang tambus, untuk diminum. Sarana obat untuk  bayi menderita sebaha jampi adalah daun dan akar belimbing besi, daun orob, dan kulit pohonya dibakar, akarnya ditambus, empu kunir tambus diambil intinya saja, asam bakar, bawang tambus. Sarana obat untuk bayi menderita  panas dan perut kembung adalah daun kameniran, daun sumanggi gunung, kulit pohon pule, air ketan gajih, ditumbuk, disaring untuk diminum. Obat  bayi menderita perut kembung adalah daun canging, padang lepas, adas, dijadikan obat sembur. Obat untuk bayi menderita perut kembung dan kaku adalah asam, pulasari, santan, diminum. Obat untuk bayi menderita perut kembung dan kaku adalah daun mer, daun teki, bawang, adas, dipakai obat sembur. Obat untuk bayi menderita perut kembung

14. dan kaku adalah bangle, mesui, diramu untuk menyembur. Obat untuk bayi menderita perut kembung, tidak mau buang kotoran dan kencing adalah daun waribang, air limau, inti kunir, santan, diminum. Obat untuk bayi menderita  perut kembung menggelisahkan adalah daun belimbing besi, bangle, bawang, adas, dipakai menyembur. Ada lagi sarana lain adalah daun tinga-tinga,  bawang, adas, dipakai menyembur. Obat untuk bayi menderita perut kembung adalah sawi, kunir warangan, air hangat, diminum. Obat untuk bayi menderita  penyakit jampi bengka adalah akar sembung, akar silagui, akar dedap, pancar sona, kelapa muda kopyor, dijadikan tim dan dikukus hingga matang, lalu

131

diramu dengan sarilungid, belulang kerbau, dipakai obat minum. Obat untuk  bayi menderita penyakit jampi bengka adalah buah delima, daun kesimbukan hitam, dilumat dicampur dengan air arak, lalu diminum. Obat untuk bayi menderita jampi adalah akar jaruti

15. putih, temulawak, ginten hitam, gula, santan kelapa bakar, garam yodium, diramu untuk diminum. Obat untuk bayi menderita penyakit jampi panas dalam adalah daun dan akar belimbing besi, kelapa bakar, pulasari, diramu dengan sarilungid, adas, inti bawang tambus direbus hingga matang, lalu diminum. Obat untuk bayi menderita sakit jampi, terasa sakit di pinggang, di  bibir, dan di lidah, serta merasa sesak, adalah akar dedap, akar kendal batuka, kulit pohon waribang, sulasih harum, diramu dengan gambir anom, adas,  pulasari, sarilungid, bawang tambus, ditim dan dikukus, disaring untuk diminum. Obat untuk bayi menderita jampi dan perut kembung, dinamakan  penyakit jampi agung, dan terasa kaku di bagian hulu hati, agak perih, batuk agak kering tidak putus-putusnya, sarana obatnya adalah akar kutat kedis, a kar kelapa kopyor muda, kulit pohon ulu, diramu dengan gambir anom,

16. dipipis untuk obat minum. Sarana untuk menyembur tubuhnya adalah daun kutat kedis, diiris tipis dan dicuci dengan air bersih, lalu dipepes diramu dengan ketumbah bolong, untuk menyembar bagian perut pasien. Dan ramuan obat untuk menyembar hulu hati pasien adalah kulit pohon pule yang tebal, kelapa bakar, ketumbah bolong. Obat untuk bayi menderita jampi kalingsih adalah buah belimbing besi, pulasari, dimakan. Daun belimbing besi dicampur dengan adas dipakai bedak di bagian pinggang. Obat untuk bayi menderita  jampi kalingsih adalah daun dan akar pasatan lingir diramu dengan adas,  bawang tambus, gulasari, santan kane, direbus hingga kental, lalu diminum. Obat untuk bayi menderita sakit perut kaku adalah sulasih harum, bangle, ginten hitam, dipakai bedak. Obat untuk bayi menderita perut kaku adalah empu kunir, lampuyang ditambus, ketumbah,

17. kulabet, untuk diminum. Obat untuk bayi menderita sakit perut kaku, di hulu hati membengkak, sarananya adalah buah sirih, temulawak, ginten hitam, untuk diminum. Dan sebagai obat sembur adalah kunir, laos, lampuyang,

132

diiris tipis diramu dengan sinrong. Sarana obat untuk dihirup oleh si pasien adalah laos, cendana, sedikit air kapur, air jeruk nipis. Dan sebagai obat sembur untuk si pasien adalah kulit pohon tibah, daun limau, kunir warangan, ketumbah, garam yodium, disembur pada hulu hati si pasien. Obat untuk bayi menderita mual-mual dan mengeluarkan buih adalah kulit pohon bunut bulu,  bawang, adas diramu untuk diminum. Dan sebagai obat semburnya adalah  bangle, kencur, akar kelor, semua sarana itu dipanggang. Obat untuk bayi menderita penyakit jampi mual-mual adalah laos kapur, garam, santan kane, didinginkan, lalu diminum.

18. Obat untuk bayi menderita mual-mual dan sesak di hulu hati, sarananya: temulawak dicampur madu, diramu dengan sarilungid, lalu diminum. Obat untuk bayi mual-mual dan sesak di hulu hati, sarananya: 3 irisan laos, bawang  putih, kapur sedikit, diramu untuk diminum. Obat untuk bayi menderita panas dan henek di hulu hati, sarananya: daun kasine, adas, banyu tuli, diramu untuk diminum. Obat untuk bayi menderita sakit perut, usus terasa seperti putus, tidak bisa bergerak, sarananya: kulit pohon nyali, daun beluntas, mesui, temulawak, gerabah dibakar lalu dicelupkan ke dalam ramuan obat, kemudian ramuan obat itu diminum. Obat untuk bayi menderita penyakit perut, sarananya: air cendana, kemiri, bawang tambus, diramu untuk diminum. Obat untuk bayi menderita sakit perut, sarananya: pala, air cendana, ketan gajih, diramu untuk diminum. Dan sebagai pupuk di pusarnya, sarananya adalah serabut dedap, pantat bawang putih, dipakai pukuk. Obat untuk bayi menderita sakit perut,

19. sarananya: kapur, bangle, jahe pahit, merica 3 butir, bawang merah, bawang  putih, jangu, air arak, diramu untuk menggosok tubuh pasien. Obat untuk  penyakit sula gurita, sarananya: abu dapur, pantat jeruk nipis, bawang merah,  bawang putih, jangu, air arak, diramu untuk menggosok tubuh pasien. Obat untuk bayi tidak bisa berak, sarananya: tunas daun waru 7 lembar, limau,  bawang tambus, dilumatkan dan disaring untuk diminum. Obat untuk bayi tidak mau berak, sarananya: daun sirih 12 lembar, garam tiga jumputan, dilumatkan dan ditambalkan pada kandung kencingnya. Obat untuk bayi tidak mau berak dan kencing, sarananya: kulit ari buah kemiri dan akar kemiri,

133

ditempelkan pada kandung kencing hingga ke atas kelamin. Obat untuk bayi mencret, sarananya air ambua, bawang tambus, diramu untuk diminum. Bedaknya memakai sarana daun kalayan dan gamongan. Obat untuk bayi

134

Lontar Usada Tiwang 1. Ya Tuhan semoga tiada rintangan. Beginilah akibat kematian yang timbul  bagi orang sakit, sembilan hari tenggang waktunya, sembilan bulan lamanya, sembilan tahun lamanya pada bulan Sakara kematiannya. Bila pada sakara datangnya sakit, delapan hari tenggang waktunya, delapan bulan lamanya, delapan tahun lamanya, pada bulan Wiyanyana kematiannya. Bila Wiyanyana datangnya sakit, lima hari tenggang waktunya, lima bulan lamanya, enam tahun lamanya padaNamarupa kematiannya. Bila pada Sadayatama datangnya sakit, lima hari tenggang waktunya, lima bulan lamanya, lima tahun lamanya,  pada Sparsakematiannya. Bila pada waktu Sparsa datangnya sakit, enam hari tenggang waktunya, lima hari lamanya, delapn tahun lamanya, pada Wedana kematiannya. Bila pada Wedana datangnya sakit, dua hari tenggang waktunya, sepuluh hari lamanya, dua bulan lamanya, delapan bulan lamanya, delapan tahun lamanya

2.  pada Tresna kematiannya, bila Tresna datangnya sakit, sepuluh hari tenggang waktunya, tiga bulan lamanya, empat bulan lamanya, delapan tahun lamanya,  pada Upadana kematiannya, bila pada Upadana datangnya sakit, sembilan hari tenggang waktunya, dua bulan lamanya, sembilan tahun batas waktunya,  padaSparsa kematiannya. Bila pada Bhawa datangnya sakit, satu hari lamanya, delapan bulan lamanya, sembilan tahun batas waktunya, pada Jati kematiannya. Bila pada Jati datangnya sakit, lima hari lamanya, sembilan  bulan lamanya, sepuluh tahun batas watunya pada Janamerana kematiannya. Bila pada Janameranadatangnya sakit, dua hari lamanya, sembilan bulan lamanya, pada Awidya kematiannya. Ini disebut dengan Prathithi Samut Pada , pada bulan ke-6, disebutAwidya , pada bulan ke-5 disebut Janamerana , Pada  bulan ke-4 disebut Jati, pada bulan ke-3 disebut Bhawa , pada bulan ke-2 disebut Upadana , pada bulan ke-1 disebut Tresna , Saddha disebut Wedana . Bulan Destha

3. disebut Sparsa , bulan ke-10, disebut Sadayatana , bulan ke-9 disebut  Namarupa , bulan ke-8 disebut Wiyanyana , bulan ke-7 disebut Sakara disesuaikan pada bulan terang hari pertama. Ini adalah akibat pengaruh

135

 prathithi , sebagai berikut, bila menuju bulan terang pada hari, 1, 8, 15, 8, 9, 1. Bila menuju bulan mati pada hari, 3, 13, 4, 15, gerakannya kebelakang. Bhawa,

Upadana,

Tresna,

Wedana,

Sparsa,

Sadayatana,

Namarupa,

Wiyanyana, Sakara, Awidya yang tersebut diatas dan bedaknya. Pada hari minggu penyakit pandangan hampa yang timbul, disebut Samaya lake Kabuyutan , bedaknya, bunga waluh tekta , akar paspasan, pangkal kasa, beras  putih, bawang, digiling sampai lembut, dan lumuri. Hari senen, datangnya sakit, aliran darah tak lancar dia sakit akibat janji, kena kutukan , bedaknya, air kasimbukan, akar ilalang,

4. akar glagah, bawang dan adas, minum. Selasa, datangnya sakit, tenaganya lemah tidak bisa tidur, bedaknya bunga paspasan masukkan ke dalan air, tetesi matanya, Rabu, datangnya sakit, periksa dengan cermat tenaganya, badannya lemah lesu, bedaknya daun pule yang telah tua, daun maja, serbuk cendana, sembur tengkuknya, Kamis datangnya sakit, napasnya tidak normal, kuping mendengung, bedaknya, air buah pinang, air bawang, tetesi matanya. Jumat datangnya sakit, denyut nadi terasa panas, otot berdenyut, kesemutan, disebut antu ile , bedaknya daun calilingan , kapulaga, inggu, kemangi, bawang, air  jeruk, urut si sakit, bedaknya sampar wantu , dagisekal , irisan kulit jeruk, air  jeruk, Sabtu, datangnya sakit, hendaknya melakukan upacara Upadana Pitre , telinga bersuara dan selalu keluar air disebut Samaya Pati , berikutnya

5. hendaknya dilakukan upacara nyegjeg tuwuh , bedaknya, bunga wari merah,  bunga uwu, beras merah, sembur tengkuknya. Berikutnya upacaranya, nasi merah, ikannya, udang bakar, dan buah-buahan, buat sasayut, ditaruh di depan si sakit, kemudian dilakukan penghormatan oleh si sakit, haturkan upacara itu dan menyentuh kuping kiri. Pada hari Umanis datangnya sakit selalu datang setiap tahun, dan menderita sakit hati. Pada hari Paing , datangnya sakit, Bhatara Wredi Suklilap , perilaku dan upacaranya, dan tempat sucinya rusak, si sakit dikuasai oleh setan. Upacaranya, asu bang bungkem , diolah selengkapnya dan diwujudkan kembali, dan nasi merah, ayam merah dipanggang dibuat sasayut dan haturkan pada hari Pwon . Pada hari Wage datangnya sakit, Bhatara Arerebu , menikmati kesejahteraan dunia, Pada hari Kaliwon datangnya sakit, peringatan

136

6. dari leluhurnya, dan Bhatara Manca Mrana , luka dalam pikirannya tak sehat, upacaranya, nasi lima warna ikannya serba lima, dilakukan di atas balai, tatebasan ayam brumbun, dibakar setengah matang, buah-buahan dibuat sasayut, taruh diatas si sakit, dan diisi dupa, beserta kembang yang berbau wangi dan dihaturkan. Ini adalah ramalan dengan perhitungan sisa , sisa 1, datangnya sakit, tempat suci rusak dan bocor, cepat dia akan meninggal, bisa  juga cepat sembuh bila benar perilakunya, upacaranya, serba suci, a yam putih, dibakar, nasi putih dibakar, minyak wangi, dupa wangi, serba wangi, ditaruh di atas si sakit. Sisa 2, datangnya sakit, disakiti oleh pamali, disebabakan oleh  perilaku pemalas, demikian pula oleh roh leluhur, upacaranya, penek merah, ayam merah

7. dipanggang, dibentuk sasayut, sisa 3, datangnya sakit Bhuta Anggara , Bhuta Kadurgga , menyakiti, halaman rumah menjadi angker dan mencekam, demikian pula disakiti oleh roh jahat, demikian pula tanaman padi di sawah, keadaan semacam itu disebut kadurgga dewi . Upacaranya, ayam ijo dipanggang, periuk parebon, buat sasayut, macam-macam kembang, penah dan sirih yang masih muda. Sisa 4 datangnya sakit, bermacam-macam  penyakit dideritanya, hal itu disebut pati , bila hidup untuk menjadi sehat  butuh waktu lama, penyakitnya sering kambuh, penyakitnya sering disebut durgga wiwil dan saya pati , upacaranya,periuk ireng (hitam), dibakar, buat sasayut, dilakukan upacara walik sumpah di sekitar rumah. Penyakit yang terjadi pada Urukung , dikatakan penyakit luka, padaWas dan Maulu ,  penyakit bai-bai menuh terjangkit diperut. Pada hari Rebo Umanis , janji dari  pihak laki-laki menyakiti. Pada hari Rebo Pon, Kala Graha yang tinggal di kuburan kecil menyakiti, pada hari Rebo Wage , disakiti oleh kala , hendaknya dibayar dengan sesaji di perempatan jalan. Pada hari Rebo Kaliwon

8. disakiti oleh Dewa, hendaknya menghancurkan sesaji di Kamulan . Kamis Umanis , terhalang penyakitnya, Kamis Paing , sakitnya pada urat, Kamis Pwon , terhalang oleh roh leluhur, dibayar pada roh leluhur. Kamis Wage , terhalang di jalan besar, Kamis Kaliwon , roh jahat di jalan menyakiti

137

hendaknya diberi sekepal nasi, ikannya telur mentah, Jumat Umanis , jantung  berdebar penyakitnya , lakukan upacara pada mata air di tengah sungai. Jumat Paing disakiti oleh roh jahat, lakukan upacara di Prajapati . Jumat Pwon , janji dari kakek yang menyakiti. Jumat Wage , roh jahat menyakiti akibat dari unsur makanan. Jumat Kaliwon , sakit karena kutukan, akibat kualat pada ibu. Jumat Umanis , petunjuk orang tua yang benar agar dituruti. Sabtu Paing , tersesat di jalan besar, upakaranya, upacara, lakukan upacara pembersihan,  bebek putih. Sabtu Pwon , disakiti oleh leluhur. Sabtu Wage , kena penyakit rematik. Sabtu Kaliwon , kena pengaruh lingkungan, diupacarai pada balai  pegat. Ini adalah cirri-ciri orang mengundang dukun, perhati-

9. kan perilakunya datang. Bila datang mengusap rambut, kemasukan roh leluhur, upacara sesajen, serba digoreng. Bila datang sambil mengusap mata,  bidadari teratai putih menyakiti, upacara sesaji warna hitam, grang asem . Bila datang dengan mengusap hidung, perilaku orang tua yang menyakiti, upacara sesaji, bubursuci pitre . Bila datang mengusap mulut, ada janji pada leluhur hendaknya dilunasi dengan upacara. Bila datang mengusap dagu, terhalang oleh sesuatu di sungai, upacara sesaji, ayam putih, 3, lengkap dengan uang. Bila datang mengusap lengan, ada janji menghaturkan ikat pinggang dan dikenakan, bhuta Siwa Agni menyakiti, upacara sesaji ayam, uang sembilan,  jangan pepe (sayur daun pepe), lak-lak campurkan dengan darah itu. Bila datang mengusap tangan dewa menyakiti, upacara sesaji, ayam hitam, tumpeng suci, lengkap, sebut Hyang Wisnu Kala . Bila datang mengusap  perut, upacara sesaji, ayam dipanggang, tumpeng sari lengkap, bila pulang tak menoleh ke belakang disakiti oleh dewa pada hari pasah, lakukan upacara selamatan. Bila datang mengusap punggung, kena bencana kematian. Bial datang mengikat tangan kebelakang, pertanda ditimpa kematian.

10. Bila datang mengusap pundak, disakiti oleh Hyang Smara , upacara sesaji, ayam hasil membeli, tumpeng sari lengkap. Bila datang mengusap betis, leluhur yang menyakiti, upacara sesaji, ayam dipanggang, tumpeng sari serba lengkap, dilengkapi dengan dua buah sujang , hendaknya sesajen itu dit aruh di sanggar, bila datang sambil mengusap tempat duduk, karena tempat atau halaman yang tidak baik menyakiti, penawarnya adalah serbuk besi, upacara

138

sesaji, ayam putih kuning, ditaruh di atas tempat pemujaan. Bila datang dengan sikap tangan bersemadi, leluhur menyakiti, upacara sesaji babi dengan harga 500 dicincang sampai halus, ucapkan bayar janji! Selanjutnya bila datang penyakitnya pada saat Umanis , Bhatara Brahma menyakiti, upacara sesaji serba merah, ayam merah sebesar burung tekukur, setelah itu diberikan obat semestinya. Pwon , datangnya sakit Bhatara Mahadewa menyakiti, upacara sesaji, bubur serba dipepes, obatliligundi , jahe tujuh iris. Wage , datangnya sakit Bhatara Siwa menyakiti, upacara sesaji

11. tumpeng putih kuning, ikannya serba digoreng, obat, daun dedap, kelapa,  buah jambu yang jatuh dari pohonnya, sulasih, adas, pakai bedak. Pada Kajeng Umanisdatangnya penyakit, Pamali hyang menyakiti, pada Kajeng Paing datangnya sakit, leluhur menyakiti. Pada Kajeng Pon datangnya sakit, karena kutukan dari leluhur, dewa berkeinginan tempat suci, dewa  berkeinginan upacara pembersihan. Bila pada Kajeng Kaliwon datangnya sakit, jangan sampai lewat lima hari susah akibatnya dan bertambah parah. Demikian pula pada Sapta wara , Minggu manusia yang menyakiti, Senin sakit pada kelamin, Selasa, kena sihir, Rebo kena racun. Kamis karena rumah menyakiti, Jumat manusia menyakiti. Sabtu, rumah dimasuki kala graha dngen bhuta kala , Minggu Umanis datangnya sakit, sesaji, ayam putih, kakinya kuning, tumpeng sari, lengkap, ditaruh di sanggar, sebut nama roh  pada sesaji. Minggu Pon , datangnya

12. sakit, kena sakit jiwa, sesaji, ayam putih dipanggang, nasi empat warna, minuman keras pada batok kelapa, sebagai pembayar, hendaknya disebut Sanghyang Mahadewi Kala . Minggu Wage datangnya sakit, keluarga yang menyakiti, melanggar tabu, sesaji, ayam putih dan hitam, tumpeng sari selengkapnya, sebutHyang Wisnu Kala . Minggu Kaliwon datangnya sakit, lembab yang menyakiti, sesaji, ayam putih, tumpeng sari selengkapnya, telur, 3 butir, ucapkan Sanghyang Puyum . Berikut adalah tanda-tanda orang meninggal, jika kotor giginya pertanda meninggal, bila rambutnya kaku  berdiri tanda mati, bila hidungnya bengkok mati, bila mengkerut telinganya mati, terlihat bibirnya mongering mati, bila kelaminnya jamuran, pertanda mati, bila matanya juling pertanda meninggal, bila saat tidur punggungnya

139

terlihat terangkat keatas pertanda mati. Bila tangannya bergerak-gerak  pertanda mati, keluar air dan pecah dari kakinya pertanda meninggal. Dadanya kelihatan cekung dan menonjol ke depan pertanda mati.

13. Ini adalah pedoman pengobatan hendaknya diketahui, hati-hati dan teliti dalam pelaksanaannya, jangan gegabah! Sebab amat sulit menerapkannya, tentang kala kali dengan datang dan perginya penyakit sesuai dengan Triwara, Saptawara , jangan lupa hendaknya selalu diingat, datangnya tatakson (taksu). Ketupat 6 biji, kacang ijo yang direbus, tuak satu batok kelapa, beras 1kg,  perak 225, benang,1, kelapa, 1 butir, gula 1kg, sirih, buah-buahan, ketan, injin, semua satu kojong. Ini petunjuk bagi yang ingin melakukan pengobatan, hendaknya ketentuan petunjuk selalu diingat, ini penyakit pada empedu menyebabkan pencernaan tidak normal.Ranini pajalangati, Kaka ki pajalang arah, hayu ring sogot akan kembali normal olehnya dengan bahan sebagai  berikut, daun tangguli gending , bawang adas, dicampur sedikit garam, air dingin, minum, upacara sesaji, daging mentah, daging babi seharga 25 kepeng, dilengkapi nasi.

14. Ra nini Paksi Kaja, ayu gri lawang , muncul pulung umbah ambuh, pulung alad-alid, pulung ambeh kambeh, pulung pnek, tempatnya menyakiti pada tenaga, penawarnya semua isi rempah-rempah secukupnya, air arak, minum, sesaji, telur ayam secukupnya, bawang, jahe tua dan kacang ijo, air kelapa muda, Bhatara Sita beryoga di arah selata, kanan , muncul pulung gandha maya, pulung suksmu , membuat pandangan mata kabur, demikian  berpengaruh pada otak, penawarnya dikuskus, garam dapur, bawang, teteskan. Ranini Bhatari Siwi Sakti , beryoga di depan tempat suci, muncul pulung slab,  pulung tuli , sebagai penyebab penyakit, penawarnya daun bobohan ireng ,  bawang jahe pahit, masui, air arak, teteskan pada kupingnya. Ranini Bhatari r i Kedap , beryoga di dapur, muncul pulung kukus, pulung orab-orab , tempat terasa sakit di dada, penawarnya, tmu bawang merah yang tua, takarannya sama, minum dan jangan bernafas

15. Sesaji, sate sanyum , calon sanyum , getih paporot , pencok kasturi , ketumbar, pnek , 3, sabeng bungkak, Bhatari Wastu , beryoga menghadap

140

 bumi, munculpulung alap-alap , penyakitnya terdapat pada telinga, obat  penawarnya, lelengan pusus , adadema , teteskan pada matanya, sesaji, wiwos  pajagalan , dan segala persiapan sesaji yang berhubungan dengan pnek,  bradene pinggali, Bhatari Canda Pinggala beryoga, timbul pulung hite, pulung awrawal, pulung tan bali, sumber penyakit pada perut, terasa melilit-lilit, obat  penawarnya, kembang pepe , nagasari, minum caranya sama dengan yang telah lalu. Bhatari Kala Cakra beryoga sebelah kanan , timbul pulung dara,  pulung gana resi, pulung kekenca, jugil bunga, pulung tuju, Obat penawarnya , gegirang pule, katumahan air , perciki, sesaji serba lengkap. Nini Bhatari Rupakan , beryoga menghadap tempat suci muncul pulung kambung , sumber  penyakitnya pada kaki, penawarnya, bawang, jahe, serbuk besi, air arak, minum dan bedakkan

16. pada persendian tangan, pijat pelan-pelan. Bhatari Amangkurat , beryoga di tengah halaman, timbul pulung angendhara, pulung ameng-ameng, pulung rben , penyakitnya tidak memilih tempat. Penawarnya, batang daun kelapa, sesaji, seperangkat nasi, darah bilanga, bawang jahe, dan nasi yang sudah siap dimakan.Bhatara sira Sangapkik, Bhatara sira Sangayu , beliau beryoga di kuburan untuk anak kecil, pada batas pabajangan , pada Tegal Malakang , timbul pulung sanga rupa, pulung bang, pulung ireng, pulung saliwah, pulung ijo, pulung ckal, pulung mowa, pulung tuntun , tempat terjangkitnya di sekujur tubuh, obat penawar, kulit kayu dedap, kulit kayu tangi, papayam  bulungan, madu klupa , asem lama, diremas dan digiling halus lalu diminum.

17. Bhatara Durgga Dngen beryoga, timbul pulung gaba pati, pulung glap, pulung angepi , tempat terjangkitnya pada tempat pembasuh muka, obat penawarnya garam perciki garam, sesaji, darah cambra tutukan pajagalan , nasi sekadarnya, semangkuk sayur, tuak satu wadah. Berikut adalah penyakit setengah sadar, tanda-tanda baru agak sehat tubuhnya, letak sakitnya bukan  pada perut, itu disebut asrep , hendaknya dibedaki dengan air sawah, upu, namasi asram, mok gurit, denying gringen, pape upu , kayu puh pai, obat, kulit bengkel , jahe, adas, bawang putih, dringo , mantra, sama dengan di depan. Mokan Taluh yang menyakiti itu, pada cekung itu ditetesi, kulit  bangyang, kulit bengkel , mantra, Ong kacubung puceng, angararengada

141

gunning, tengahing sagara, kurang beyah, komba kombuh, mombak ambakan tan katampan, tka urung , ucapkan tiga kali.

18. Mokan gonibeng , yang menyakiti, nampak bernanah, bahan obat, daun tampak lima , bawang putih dan dringo, bangle, adas, bermacam-macam kulit kayu,kayu pait, tuus-tuus, panduh, damuh damuh, tunu tingkih , bawang, adas, mantra sama dengan di depan. Berikut obat orang sakit gejala edan, suka ngoceh, bahan obat, lawos, kencur, bangle, kunir, semua diiris, dan  bermacam-macam rempah, sari, maja, muju, katumbar, tangkai cengkeh, sira meda , merica, disemburkan pada hulu hati, masing-masing tiga kali. Bila merasa lemah, berikanlah obat ini, mantra, aduh bilah setan isa ajim, bismilah ni rohim , lah sluh lah, sama leminni, sari isuk, jangan kaul, lamunta gulunaku salembar, aku tumpakaken kaul, brakta lailalaya lami . Obat, badan lemah,  bahan obat, akar tri kancau , digiling sampai halus, dan dilumurkan.

19. Obat badan sakit, bahan obat, daun sasuruh , isen, bawang putih, rumput baru, garam, digiling dan dicampur, berikan diminum. Obat batuk, bahan obat, masui , ginten, kencur, gamongan , bawang putih, bawang putih dan dringo, sembur dadanya. Obat panas dalam, cendana, isi bermacam-macam rempah, kemiri, remas, kelapa yang diparut, obat badan agak panas, bahan obat, daun kayu puri cangkaruk mentah, diremas dalam air, bedakkan. Obat, panas dalam, bahan obat, lembungan katimahan , ambil airnya, tebu hitam, tain yeh , minum. Obat batuk terus menerus, tmu, daun kamoning, semua ditumbuk, asem kawak , musi, ginten, diperas dan minum, obat rematik ras, mengeluarkan darah di dalam, daun bayam besar, asam tanek , telur ayam hitam, yang baru, semua dicampur dan diperas, air santan, merica, 21 biji, minum.

PENTERJEMAH

1. Drs. I Nyoman Suarka, M.Hum. 2. Drs. I Wayan Sukersa, M.Hum. 3. Drs. I Ketut Jirnaya, M.Hum.

142

4. Drs. I Wayan Suardiana, M.Hum. 5. Drs. Ida Bagus Rai Putra, M.Hum. 6. Drs. I Gde Nala Antara, M.Hum. 7. Drs. I Wayan Suteja 8. Dewa Nyoman Aspada, B.A. 9. A.A. Rai Adnyana 10. A.A. Antara

143

LAPIRAN 2 JURNAL JURNAL ILMIAH

144

145

146

147

148

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF