Secara fisiologis setelah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormone (prolaktin) saat hamil dan sangat dipengaruhi oleh estrogen tidak diproduksi lagi, sehingga terjadilah sekresi prolaktin oleh hipofisis anterior. Hormon ini mengaktifkan sel-sel kelenjar payudara untuk memproduksi air susu sehingga alveoli kelenjar payudara terisi dengan air susu. Adanya isapan puting payudara oleh bayi akan merangsang pengeluaran oksitosin dari kelenjar hipofisis posterior. Oksitosin mempengaruhi sel-sel mio-epitelial yang mengelilingi alveoli payudara sehingga berkontraksi dan mengeluarkan air susu. Proses ini disebut let-down.
Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke 2 atau ke 3 ketika payudara telah menghasilkan air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bounding) kurang baik dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui. Gejala bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang terasa nyeri serta seringkali disertai peningkatan suhu badan ibu, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan demam. Ibu dianjurkan untuk terus memberikan air susunya. Bila payudara terlalu tegang atau bayi tidak dapat menyusu, sebaiknya air susu dikeluarkan dulu untuk menurunkan ketegangan payudara. Salah satu kelainan payudara pada masa nifas adalah inverted nipple.
DEFINISI Inverted nipple atau retraksi puting merupakan suatu keadaan dimana puting susu tidak menonjol dan cendrung masuk ke dalam, sehingga ASI tidak dapat keluar dengan lancar. Keadaan ini pertama kali ditemukan oleh Cooper pada tahun 1840 dan dilakukan tindakan operasi pertama kali oleh Kehrer pada tahun 1879. Pasien dengan retraksi puting biasanya memiliki duktus laktiferus yang relatif pendek sehingga menyebabkan terjadinya perlengketan dengan papilla mammae oleh jaringan ikat sekitar. Deformitas ini menyebabkan kelainan pada aspek estetika, psikologi dan juga fisiologis yang menyebabkan adanya gangguan pada proses menyusui. Prevalensi dari keadaan ini sekitar 1.8-3.3% sehingga dikatakan tidak jarang.
ETIOLOGI a. Penyebab yang sering terjadi - Faktor menyusui: 1. Penyusuan yang tertunda. 2. Perlekatan yang tidak baik. 3. Penyusuan yang jarang atau dilakukan dalam waktu singkat. 4. Tidak menyusui pada malam hari. 5. Pemberian botol atau empeng. 6. Pemberian minuman lain selain ASI.
- Faktor psikologis ibu: 1. Kurang percaya diri 2. Ibu khawatir / terlalu stres 3. Ibu terlalu lelah 4. Ibu tidak suka menyusui 5. Ibu mengalami baby blues
b. Penyebab yang jarang terjadi - Kondisi fisik ibu: 1. Penggunaan pil kontrasepsi, obat diuretik 2. Kehamilan berikutnya semasa menyusui 3. Kekurangan gizi yang cukup berat 4. Ibu minum minuman yang mengandung alkohol, atau merokok 5. Tersisanya jaringan plasenta dalam rahim 6. Payudara yang kurang berkembangan. - Kondisi bayi: 1. Bayi sakit. 2. Bayi memiliki kelainan, seperti bibir sumbing sehingga bayi menjadi sulit menghisap.
KLASIFIKASI
Derajat 1: Puting susu dapat di tarik keluar dengan mudah dan segera
dalam keadaan protrusi, Jaringan lunak dan duktus laktiferus intak. Derajat 2 : Puting susu dapat di tarik keluar namun tidak semudah derajat 1 dan cenderung kembali mengalami retraksi, Terdapat sedikit jaringan fibrosis pada daerah puting. Pada pemeriksaan histologi puting ini kaya
akan strome kolagen dan serat-serat otot polos. Derajat 3 : Puting susu relatif sulit untuk di tarik keluar, Diperlukan traksi pada bagian sutura untuk mempertahankan posisi protrusi. Pada pemeriksaan histologi akan ditemukan bagian terminal dari duktus laktiferus dan lobular mengalami atrofi dan telah di dominasi oleh jaringan fibrosis.
PENANGANAN
Dengan pengurutan putting susu, posisi putting susu ini akan menonjol keluar seperti keadaan normal. Jika dengan pengurutan posisinya tidak menonjol, usaha selanjutnya adalah dengan memakai Breast Shield atau dengan pompa payudara (Breast Pump). Jika dengan cara-cara tersebut diatas tidka berhasil (ini merupakan True Inverted Nipple) maka usaha koreksi selanjutnya adalah dengan tindakan pembedahan (operatif).
DAFTAR PUSTAKA 1. The Breastfeeding Answer Books. Flat and Inverted Nipple. 2014. https://www.google.co.id/url? sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0ah UKEwiF2uC09InQAhVDrxoKHVqJBk0QFggyMAQ&url=http%3A%2F %2Fwww.llli.org%2Fdocs%2F470.pdf&usg=AFQjCNGbA8Ti2gW6iEOii8QJvUjZciDsw, diakses pada tanggal 2 November 2016 2. Nipple Knowledge. BA. IBCLC. 2015. https://www.google.co.id/url? sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&cad=rja&uact=8&ved=0ah UKEwiF2uC09InQAhVDrxoKHVqJBk0QFghUMAk&url=https%3A%2F %2Fwww.abingtonhealth.org%2Fapp%2Ffiles%2Fpublic %2F4271%2FNippleKnowledge.pdf&usg=AFQjCNGnf33CXoPUjYSHB72x-RMlYtDBxw. Diakses pada tanggal 2 November 2016 3. Correction of Inverted Nipple: Comparison of Techniques with Novel Approaches Ercan Karacaoglu Yeditepe University/School of Medicine Department of Plastic Surgery Turkey, 2015. https://www.google.co.id/url? sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0ah UKEwiF2uC09InQAhVDrxoKHVqJBk0QFggmMAI&url=http%3A%2F %2Fwww.cambridgemedicalconsultants.co.uk %2FInverted_nipple_correction.pdf&usg=AFQjCNFzaSabMTGL_rhrWY BCwz2q34YDFQ. Diakses pada tanggal 2 November 2016 4. Correction of Inverted Nipple Using Subcutaneous Turn-Over Flaps to
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&cad=rja&uact=8&ved=0ah UKEwiF2uC09InQAhVDrxoKHVqJBk0QFgg9MAY&url=https%3A%2F %2Fwww.ncbi.nlm.nih.gov%2Fpmc%2Farticles %2FPMC4514896%2F&usg=AFQjCNEoqnN7tiSJeq7bLP5ohPW87JznQ. Diakses pada tanggal 2 November 2016.
Thank you for interesting in our services. We are a non-profit group that run this website to share documents. We need your help to maintenance this website.