Kelainan Kongenital Pada Anak

July 30, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Kelainan Kongenital Pada Anak...

Description

 

Kelainan Kongenital pada Anak PENDAHULUAN   PENDAHULUAN Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan dengan masalah perubahan dalam ukuran fisik seseorang. Sedangkan perkembangan (development  ( development ) berkaitan dengan pematangan dan penambahan kemampuan (skill  (skill ) fungsi organ atau individu. Kedua proses ini terjadi secara sinkron pada setiap individu. Proses tumbuh kembang seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling terkait, yaitu ; faktor genetik / keturunan , lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial dan perilaku. Proses ini bersifat individual dan unik sehingga memberikan hasil akhir yang berbeda dan ciri tersendiri pada setiap anak. Penilaian terhadap pertumbuhan seorang anak dapat dinilai melalui pertambahan berat dan tinggi badan dan sampai anak berusia berusia 2 tahun masih dapat digunakan penilaian melalui lingkar kepala yang biasanya dibandingkan dengan usia anak. Beberapa cara penilaian melalui pemeriksaan fisik atau k klinikal linikal , pemeriksaan antropometri ( membandingkan membandingkan tinggi badan terhadap umur, berat badan terhadap umur, lingkaran kepala terhadap umur, lingkar lengan atas terhadap umur ) , contohnya KMS (kartu menuju sehat ) yang membandingkan berat badan terhadap umur , pemeriksaan radiologis, laboratorium, dan analisa diet. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan bagi perkembangan selanjutnya. Perkembangan yang optimal sangat dipengaruhi oleh peranan lingkungan dan interaksi antara anak dan orang tua / orang dewasa lainnya. Interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan, bahkan sejak bayi dalam kandungan. TINJAUAN PUSTAKA  PUSTAKA  Kelainan Bawaan (Kelainan (Kelainan Kongenital ) adalah suatu kelainan pada struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi ketika dia dilahirkan. Sekitar

3-4%

bayi

baru

lahir

memiliki

kelainan

bawaan

yang

berat.

Beberapa kelainan baru ditemukan pada saat anak mulai tumbuh, yaitu sekitar 7,5% terdiagnosis ketika anak berusia 5 tahun, tetapi kebanyakan bersifat ringan.

 

PENYEBAB Kebanyakan bayi yang lahir dengan kelainan bawaan memiliki orang tua yang jelas-jelas tidak memiliki gangguan kesehatan maupun faktor resiko. Seorang wanita hamil yang telah mengikuti semua nasihat dokternya agar kelak melahirkan bayi yang sehat, mungkin saja nanti melahirkan bayi yang memilii kelainan bawaan.

60% kasus kelainan bawaan penyebabnya tidak diketahui; sisanya disebabkan oleh faktor lingkungan atau genetik atau kombinasi dari keduanya. Kelainan struktur atau kelainan metabolisme terjadi akibat: - hilangnya bagian tubuh tertentu - kelainan pembentukan bagian tubuh tertentu - kelainan bawaan pada kimia tubuh. Kelainan struktur utama yang paling sering ditemukan adalah kelainan jantung, diikuti oleh spina Kelainan metabolisme

biasanya

berupa

hilangnya enzim atau

bifida dan hipospadia hipospadia.. tidak sempurnanya

pembentukan enzim. Kelainan ini berbahaya bahkan bisa berakibat fatal, tetapi biasanya tidak

menimbulkan

gangguan

yang

nyata

pada

anak.

Contoh dari kelainan metabolisme adalah penyakit adalah  penyakit Tay-Sachs Tay-Sachs(penyakit (penyakit fatal pada sistem saraf pusat) dan fenilketonuria fenilketonuria.. Penyebab lain dari kelainan bawaan adalah:



 

Pemakaian

alkohol

oleh

ibu

hamil

Pemakaian alkohol oleh ibu hamil bisa menyebabkan sindroma alkohol pada janin dan obat-obat tertentu yang diminum oleh ibu hamil juga bisa menyebakan kelainan bawaan. 

 

Penyakit Rh Rh,, terjadi jika ibu dan bayi memiliki faktor Rh yang berbeda.Beberapa faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya resiko kelainan bawaan:

1.  Teratogenik   Teratogen adalah setiap faktor atau bahan yang bisa menyebabkan atau meningkatkan resiko suatu Radiasi , Secara -

kelainan obat

tertentu

umum,

mengkonsultasikan

seorang dengan

-

dan

dokternya

bawaan. racun

merupakan

wanita setiap

hamil obat

berhenti tidak

teratogen.

yang

sebaiknya: dia

minum merokok

mengkonsumsi

- tidak menjalani pemeriksaan rontgen kecuali jika sangat mendesak.

alkohol

 

2.  Infeksi pada ibu hamil juga bisa merupakan teratogen. Beberapa infeksi selama kehamilan yang dapat

menyebabkan

sejumlah

kelainan

bawaan:

- Sindroma rubella kongenital ditandai dengan gangguan penglihatan atau pendengaran, kelainan

jantung,

keterbelakangan

mental

dan cerebral

palsy  

- Infeksi toksoplasmosis pada ibu hamil bisa menyebabkan infeksi mata yang bisa berakibat fatal,

gangguan

pendengaran,

ketidakmampuan

belajar,

pembesaran

hati

atau

limpa,

keterbelakangan mental dan cerebral palsy - Infeksi virus herpes genitalis pada ibu hamil, jika ditularkan kepada bayinya sebelum atau selama proses persalinan berlangsung, bisa menyebabkan kerusakan otak, cerebral palsy, gangguan

penglihatan

atau

pendengaran

serta

kematian

bayi

- Penyakit ke-5 bisa menyebabkan sejenis anemia yang berbahaya, gagal jantung dan kematian  janin - Sindroma varicella kongenital disebabkan oleh cacar air dan bisa menyebabkan terbentuknya  jaringan parut pada otot dan tulang, kelainan bentuk dan kelumpuhan pada anggota gerak, kepala yang berukuran lebih kecil dari normal, kebutaan, kejang dan keterbelakangan mental. 3.  Gizi Menjaga kesehatan janin tidak hanya dilakukan dengan menghindari teratogen, tetapi juga dengan

mengkonsumsi

gizi

yang

baik.

Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalahasam adalah asam folat . Kekurangan asam folat bisa meningkatkan resiko terjadinya spina bifida atau kelainan tabung saraf lainnya. saraf lainnya. Karena spina bifida bisa terjadi sebelum seorang wanita menyadari bahwa dia hamil, maka setiap wanita usia subur sebaiknya mengkonsumsi asam folat minimal sebanyak 400 mikrogram/hari. 4.  Faktor

fisik

pada

rahim

Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan pelindung terhadap cedera. Jumlah cairan ketuban yang abnormal bisa menyebabkan atau menunjukkan adanya kelainan bawaan. Cairan ketuban yang terlalu sedikit bisa mempengaruhi pertumbuhan paru-paru dan anggota gerak tubuh atau bisa menunjukkan adanya kelainan ginjal yang memperlambat proses pembentukan

air

kemih.

Penimbunan cairan ketuban terjadi jika janin mengalami gangguan menelan, yang bisa disebabkan oleh kelainan otak yang berat (misalnya anensefalus atau atresia esofagus). esofagus). 5.  Faktor

genetik

dan kromosom kromosom  

Genetik memegang peran penting dalam beberapa kelainan bawaan. Beberapa kelainan bawaan merupakan penyakit keturunan yang diwariskan melalui gen yang abnormal dari salah satu atau kedua

orang

tua.

Gen adalah pembawa sifat individu yang terdapat di dalam kromosom setiap sel di dalam tubuh manusia. Jika 1 gen hilang atau cacat, bisa terjadi kelainan bawaan.

Pola pewarisan kelainan genetik:

 

1.   Autosom

dominan   dominan

Jika suatu kelainan atau penyakit timbul meskipun hanya terdapat 1 gen yang cacat dari salah satu

orang

tuanya,

maka

keadaannya

disebut

autosom

dominan.

Contohnya adalah akondroplasia dan sindroma Marfan. Marfan. 2.   Autosom

resesif  

Jika untuk terjadinya suatu kelainan bawaan diperlukan 2 gen yang masing-masing berasal dari kedua

orang

tua,

maka

keadaannya

disebut

autosom

resesif.

Contohnya adalah penyakit Tay-Sachs atau kistik fibrosis. fibrosis. 3.   X-linked   Jika seorang anak laki-laki mendapatkan kelainan dari gen yang berasal dari ibunya, maka keadaannya

disebut X-linked , disebut X-linked 

karena

gen

tersebut

dibawa

oleh

kromosom

X.

Laki-laki hanya memiliki 1 kromosom X yang diterima dari ibunya (perempuan memiliki 2 kromosom X, 1 berasal dari ibu dan 1 berasal dari ayah), karena itu gen cacat yang dibawa oleh kromosom X akan menimbulkan kelainan karena laki-laki tidak memiliki salinan yang normal dari gen

tersebut.

Contohnya adalah hemofilia dan buta warna.

Kelainan pada jumlah ataupun susunan kromosom juga bisa menyebabkan kelainan bawaan. Suatu kesalahan yang terjadi selama pembentukan sel telur atau sperma bisa menyebabkan bayi terlahir dengan kromosom yang terlalu banyak atau terlalu sedikit, atau bayi terlahir dengan

kromosom

yang

telah

mengalami

kerusakan.

Contoh dari kelainan bawaan akibat kelainan pada kromosom adalahsindroma adalah sindroma Down. Down. Semakin tua usia seorang wanita ketika hamil (terutama diatas 35 tahun) maka semakin besar

kemungkinan

terjadinya

kelainan

kromosom

pada

janin

yang

dikandungnya.

Kelainan bawaan yang lainnya disebabkan oleh mutasi  mutasi genetik genetik (perubahan pada gen yang bersifat spontan dan tidak dapat dijelaskan). Meskipun bisa dilakukan berbagai tindakan untuk mencegah terjadinya kelainan bawaan, ada satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa suatu kelainan bawaan bisa saja terjadi meskipun tidak ditemukan riwayat kelainan bawaan baik dalam keluarga ayah ataupun ibu, atau meskipun orang tua sebelumnya telah melahirkan anak-anak yang sehat. GEJALA Kelainan bawaan menyebabkan gangguan fisik atau mental atau bisa berakibat fatal. Terdapat lebih dari 4.000 jenis kelainan bawaan, mulai dari yang ringan sampai yang serius, dan meskipun banyak diantaranya yang dapat diobati maupun disembuhkan, tetapi kelainan bawaan tetap merupakan penyebab utama dari kematian pada tahun pertama kehidupan bayi. Beberapa kelainan bawaan yang sering ditemukan:

 

1.  Celah

bibir

atau

langit-langit

mulut

( sumbing)) (sumbing

Terjadi jika selama masa perkembangan janin, jaringan mulut atau bibir tidak terbentuk sebagaimana Bibir

sumbing

mestinya. adalah

suatu

celah

diantara

bibir

bagian

atas

dengan

hidung.

Langit-langit sumbing adalah suatu celah diantara langit-langit mulut dengan rongga hidung. 2.  Defek

tabung

saraf 

Terjadi pada awal kehamilan, yaitu pada saat terbentuknya bakal otak dan korda spinalis. spinalis. Dalam keadaan normal, struktur tersebut melipat membentuk tabung pada hari ke 29 setelah pembuahan. Jika tabung tidak menutup secara sempurna, maka akan terjadi defek tabung saraf. Bayi yang memiliki kelainan ini banyak yang meninggal di dalam kandungan atau meninggal segera 2

setelah

macam

defek

tabung

saraf

lahir.

yang

paling

sering

ditemukan:

- Spina bifida, bifida, terjadi jika kolumna spinalis tidak menutup secara sempurna di sekeliling korda spinalis. - Anensefalus  Anensefalus,, terjadi jika beberapa bagian otak tidak terbentuk. 3.  Kelainan

jantung

- Defek septum atrium dan ventrikel (terdapat ventrikel  (terdapat lubang pada dinding yang meimsahkan jantung kiri

dan

kanan)

- Patent ductus arteriosus (terjadi jika pembuluh darah yang penting pada sirkulasi janin ketika masih berada di dalam rahim; setelah bayi lahir, tidak menutup sebagaimana mestinya) - Stenosis katup aorta atau pulmonalis (penyempitan katup aorta atau katup pulmonalis) - Koartasio - Transposisi

aorta (penyempitan arteri

besar (kelainan besar (kelainan

letak

aorta)

aorta

dan

arteri

pulmonalis)

- Sindroma hipoplasia jantung kiri (bagian kiri (bagian jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh tidak terbentuk

sempurna)

- Tetralogi Fallot (terdiri Fallot (terdiri dari stenosis katup pulmonalis, defek septum ventrikel, transposisi tr ansposisi arteri besar

dan

hipertrofi

ventrikel

kanan).

Pemakaian obat tertentu pada kehamilan trimester pertama berperan dalam terjadinya kelainan  jantung

bawaan

(misalnya

obat

anti-kejang fenitoin,

talidomid

dan

obat

kemoterapi).

Penyebab lainnya adalah pemakaian alkohol, rubella dandiabetes dan diabetes selama hamil. 4.  Cerebral

palsy  

Biasanya baru diketahui beberapa minggu atau beberapa bulan setelah bayi lahir, tergantung kepada beratnya kelainan. 5.  Clubfoot   Istilah clubfoot digunakan untuk menggambarkan sekumpulan kelainan struktur pada kaki dan pergelangan kaki, dimana terjadi kelainan pada pembentukan tulang, sendi, otot dan pembuluh darah. 6.  Dislokasi

panggul

Terjadi jika ujung tulang paha tidak terletak di dalam kantung panggul.

bawaan  bawaan 

 

7.  Hipotiroidisme

kongenital  

Terjadi jika bayi tidak memiliki kelenjar tiroid atau tiroid atau jika kelenjar tiroid tidak terbentuk secara sempurna. 8.  Fibrosis

kistik  

Penyakit ini terutama menyerang sistem pernafasan dan saluran pencernaan. Tubuh tidak mampu membawa klorida dari dalam sel ke permukaan organ sehingga terbentuk lendir yang kental dan lengket. 9.  Defek

saluran

pencernaan

Saluran pencernaan terdiri dari kerongkongan, lambung, usus halus dan usus besar, rektum serta

anus.

Diantaranya - Atresia

adalah: esofagus (kerongkongan

tidak

terbentuk

sempurna)

- Hernia

diafragmatika  diafragmatika 

- Stenosis

pilorus  pilorus 

-

Penyakit Hirschsprung Hirschsprung  

- Gastroskisis dan omfalokel   - Atresia

anus   anus

- Atresia bilier   10.  Sindroma

Down  Down 

Merupakan sekumpulan kelainan yang terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dengan kelebihan kromosom

nomor

21

pada

sel-selnya.

Mereka mengalami keterbelakangan mental dan memiliki wajah dan gambaran fisik lainnya yang khas; kelainan ini sering disertai dengan kelainan jantung. 11.  Fenilketonuria Fenilketonuria   Merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi pengolahan protein oleh tubuh dan bisa menyebabkan

keterbelakangan

mental.

Bayi yang terlahir dengan fenilketonuria tampak normal, tetapi jika tidak diobati mereka akan mengalami gangguan perkembangan yang baru terlihat ketika usianya mencapai 1 tahun. 12.  Sindroma

X

yang

rapuh  rapuh 

Sindroma ini ditandai dengan gangguan mental, mulai dari ketidakmampuan belajar sampai keterbelakangan mental, perilaku autis dan gangguan pemusatan perhatian serta hiperaktivitas. Gambaran fisiknya khas, yaitu wajahnya panjang, telinganya lebar, kakinya datar dan persendiannya

sangat

lentur

(terutama

sendi

pada

jari

tangan).

Sindroma ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki. 13.  Distrofi

otot  

Distrofi otot adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan lebih dari 40 macam penyakit otot yang berlainan, yang kesemuanya ditandai dengan kelemahan dan kemunduran yang progresif dari otot-otot yang mengendalikan pergerakan.

 

Anemia 14.  Anemia

sel

sabit  

Merupakan suatu kelainan sel darah merah yang memiliki bentuk abnormal (seperti bulan sabit), yang menyebabkan anemia kronis, serangan nyeri dan gangguan kesehatan lainnya. 15.  Penyakit Tay-Sachs Tay-Sachs   Penyakit ini menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan kebutaan, demensia demensia,, kelumpuhan, kejang dan ketulian. 16.  Sindroma

alkohol

pada

janin   janin 

Sindroma in ditandai dengan keterlambatan pertumbuhan, keterbelakangan mental, kelainan pada wajah dan kelainan pada sistem saraf pusat.

DIAGNOSA Selama menjalani perawatan prenatal, ada beberapa jenis tes yang ditawarkan kepada semua wanita hamil (tes (tes skrining) skrining) dan ada pula beberapa jenis tes yang ditawarkan hanya kepada

wanita/pasangan

suami-istri

yang

memiliki

faktor

resiko

( tes (tes

diagnostik ). ).

Tidak ada tes yang sempurna. Seorang bayi mungkin saja terlahir dengan kelainan bawaan meskipun hasil tesnya negatif. Jika tes memberikan hasil yang positif, biasanya perlu dilakukan tes lebih lanjut. Tes

skrining  skrining 

Tes skrining dilakukan meskipun seorang wanita hamil tidak memiliki gejala maupun faktor resiko. Bila tes skrining menunjukkan hasil positif, dianjurkan untuk menjalani tes diagnostik. Skrining prenatal bisa membantu menentukan adanya infeksi atau keadaan lain pada ibu yang berbahaya bagi janin dan membantu menentukan adanya kelainan bawaan tertentu pada

janin.

Tes skrining terdiri dari:





   

Pemeriksaan darah Pemeriksaan USG.

Tes

diagnostik  diagnostik 

Tes diagnostik biasanya dilakukan jika tes skrining memberikan hasil positif atau jika wanita hamil Tes diagnostik terdiri dari:



   Amniosentesis  Amniosentesis  



 

Contoh vili korion  korion 



 

Contoh darah janin

memiliki

faktor

resiko.

 



 

Pemeriksaan USG yang lebih mendetil.Kelainan bawaan yang bisa diketahui melalui skrining prenatal adalah:



 

Defek tabung saraf (spina bifida, anensefalus anensefalus))



 

Sindroma Down



 

Kelainan kromosom lainnya



 

Kelainan metabolisme yang diturunkan



 

Kelainan jantung bawaan



 

Kelainan bentuk saluran pencernaan dan ginjal



 

Sumbing bibir atau langit-langit mulut



 

Kelainan bawaan tertentu pada anggota gerak



 

Tumor

bawaan.PENCEGAHAN bawaan.PENCEGAHAN

Beberapa kelainan bawaan tidak dapat dicegah, tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kelainan bawaan: 

 

Tidak merokok dan menghindari asap rokok



 

Menghindari alkohol



 

Menghindari obat terlarang



 

Memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi mengkonsumsi vitamin prenatal



 

Melakukan olah raga dan istirahat yang cukup



 

Melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin



 

Mengkonsumsi Mengkonsu msi suplemen asam folat



 

Menjalani vaksinasi sebagai perlindungan terhadap infeksi



 

Menghindari zat-zat yang berbahaya.Vaksinasi berbahaya.Vaksinasi  

Vaksinasi membantu mencegah penyakit akibat infeksi. Meskipun semua vaksin aman diberikan pada masa hamil, tetapi akan lebih baik jika semua vaksin yang dibutuhkan telah dilaksanakan

sebelum

hamil.

Seorang wanita sebaiknya menjalani vaksinasi berikut: 1.  Minimal 3 bulan sebelum hamil : MMR MMR   2.  Minimal 1 bulan sebelum hamil : varicella varicella   3.  Aman - Booster

diberikan

pada

tetanus-difteri (setiap tetanus-difteri (setiap

saat 10

hamil tahun)

-

Vaksin

hepatitis

A

-

Vaksin

hepatitis

B

 

- Vaksin influenza (jika pada musim flu kehamilan akan memasuki trimester kedua atau ketiga) - Vaksin pneumokokus Vaksin pneumokokus..

Zat

yang

berbahaya   berbahaya 

Beberapa zat yang berbahaya selama kehamilan:



 

Alkohol



   Androgen dan turunan testosteron (misalnya danazol)



   Angiotensin-co  Angiotensin-converting nverting enzyme enzyme (ACE) inhibitors inhibitors (misalnya enalapril, captopril)



 

Turunan kumarin (misalnya warfarin)



 

Carbamazepine



 

Antagonis asam folat (misalnya metotrexat dan aminopterin)



 

Cocain



 

Dietilstilbestrol  



 

Timah hitam



 

Lithium



 

Merkuri organik



 

Phenitoin



 

Streptomycin dan kanamycin



 

Tetrasyclin



 

Talidomide



 

Trimethadion dan paramethadion



 

Asam valproat



 

Vitamin A dan turunanny turunannya a (misalnya isotretinoin, etretinat dan retinoid)



 

Infeksi



 

Radiasi.Meskipun Radiasi.Meskipu n bisa dilakukan berbagai tindakan untuk mencegah terjadinya kelainan bawaan, ada satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa suatu kelainan bawaan bisa saja terjadi meskipun tidak ditemukan riwayat kelainan bawaan baik dalam keluarga ayah ataupun ibu, atau meskipun orang tua sebelumnya telah melahirkan anak-anak yang sehat.

EPIDEMIOLOGI / PROGRAM PUSKESMAS  PUSKESMAS   Untuk kasus yang kami dapat di Salaman 1, yaitu kasus tentang gangguan tumbuh kembang yang disebabkan karena kelainan kongenital, oleh Puskesmas Salaman 1 mengakatan bahwa ini adalah kasus yang pertama kalinya sejak 5 tahun terakhir.

 

KASUS   KASUS ANAMNESIS   ANAMNESIS Identitas Pasien :  : 



 

Nama

: An. ADA



 

Umur

: 13 Bulan



 

Jenis kelamin

: Laki-laki



 

Agama

: Islam



 

Alamat

: Sumberan Sidomulyo salaman RT 2, RW 4

Identitas Orang tua Pasien :  : 

 Nama Usia Jenis Kelamin

Ibu S 28 Th Perempuan

Bp. A 30 Th Laki-laki

Agama Status Pekerjaan Alamat

Islam Menikah Buruh Tani Sumberan sidomulyo RT2/RW4

Islam Menikah Buruh Tani Sumberan sidomulyo RT2/RW4

:  Keluhan Utama :  Anak belum bisa apa-apa, belum ibisa miring, angkat-angkat kaki dan d an kepala. Riwayat Penyakit Sekarang :  : 

Anak sampai sekarang belum bisa apa-apa, anak baru bisa bicara 1 kata contohnya bapak, maem, dan apa. Dari dulu sampai sekarang anak belum bisa merangkak, berjalan, tengkurep, anak juga tidak memiliki refleks fisiologis layaknya anak normal, namun anak bisa menuju kesumber suara, pasien tidak sedang demam, batuk atau pilek saat ini. Anak bisa mengenali orang-orang tertentu, selain itu di bagian punggung bawah anak, terdapat benjolan, yang menurut Ibunya dari lahir sudah ada dan terus membesar hingga sebesar sekarang ini. Anamnesis Sistem :  : 





 

Cerebrospinal

 

Respirasi

: Demam (-), Kejang(-), Penurunan Kesadaran (-) : Sesak napas (-), Batuk (-), Pilek(-)

 



 

Cardivaskular



 

Digestiva

: Nyeri dada (-), Sianosis (-) : Nafsu makan baik, BAB normal, Penurun Penurunan an Berat badan (-), Diare (-),

Kelainan Organ (+), anus buatan 

 

Urogenital

: BAK normal, Kelainan Organ (-), Warna Normal, Darah (-)



 

Integumentum Integumentu m

: Biang keringat di daerah lipatan dan kulit (+), Kebiruan Kebiruan (-)



 

Muskuloskeletal: Muskuloskele tal: Benjolan pada lumbal (+), Kaki kiri gerak tanpa sadar pasca operasi anus

Riwayat Penyakit Dahulu :  : 



 

Atresia Ani



 

Spina bifida



 

Kaki kaku saat lahir



 

Saat usia 6 bulan masuk ICU karena Bronkhitis



 

Saat usia 8 bulan masuk rumah sakit karena Bronkhitis

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :  : 



 

Kehamilan

: HPMT: 13-08-2008, HTP: 20-05-2009, LLA ibu: 25 cm, Tinggi badan: 154 cm,

rajin kontrol saat hamil, ibu minum suplemen penambah darah dan tablet kalsium saat hamil, ibu menggunakan kontrasepsi suntik 

 

Kelahiran

: lahir dengan usia kehamilan 38 minggu, dibantu bidan, lahir dirumah sendiri,

lahir normal dan spontan, saat lahir langsung menangis, merupakan anak ke2 dari 2 bersaudara, BB saat lahir 2800kg TB: tidak dapat diukur karena kaki bayi tidak dapat diluruskan.

Riwayat Makanan :  : 

Sampai sekarang pasien masih menyusu namun pasien tidak mendapat ASI eksklusif karena ketika baru lahir pasien langsung dirujuk kerumah sakit karena Atresia ani, namun anak makan dengan lahap, ketika berusia 6-11 bulan pasien diberi makan sereal, bubur dan ASI, saat Usia 12-13 bulan Pasien masih makan dengan nasi tim dan minum ASI, Riwayat Tumbuh Kembang dan Kepribadian :  :  Gigi pasien sudah tumbuh gigi atas 4 buah, dan gigi bawah 2 buah. Anak belum dapat berbicara, namun hanya berucap 1 –  2 kata saja, yaitu, “mama..papa..”  dan dapat menangis normal.

 

Berat Badan dan Tinggi Badan Anak sekilas terlihat sesuai dengan umurnya, untuk Berat Badannya 10 Kg dan untuk Tinggi badannya tidak dapat diukur, karena Anak sudah mulai rewel, serta lingkar kepalanya tidak dapat diukur juga, namun kepala tampak besar dengan adanya penarikan kelopak mata. Dari denver II untuk Area :  : 



 

Personal sosial



 

Adaptif motorik



 

Bahasa



 

Motorik Kasar

: Sebatas kemampuan anak usia 4 bulan : Sebatas kemampuan anak usia 4 bulan : Sebatas kemampuan anak usia 4 bulan : Tidak dapat sama sekali

Status Imunisasi:  Imunisasi:  Pasien Belum pernah imunisasi karena pasien masih mengkonsumsi obat Antibiotik untuk penyakit Bronkhitisnya. Kepribadian :  :  Anak tidak dapat bergaul dengan teman-teman seumurannya, dikarenakan gerakan motorik kasarnya tidak dapat dilakukannya, serta karena keterlambatan perkembangan yang dapat disebabkan karena defek kongenital yang dideritanya, serta Ibu atau Ayahnya yang tidak pernah ada upaya untuk menstimulasi anak tersebut, sehingga hanya digendong terus setiap harinya. Riwayat Penyakit keluarga :  : 







 

Tidak ada keluarga yang sakit serupa dengan pasien

 

Riwayat Hipertensi disangkal

 

Riwayat Diabetes Mellitus disangkal

Kebiasaan dan Lingkungan :  : 



 

Rumah semi permanen, permanen, lantai tegel, ventilasi kurang, kurang, pencahayaan kurang, dinding dinding sebagian tembok dan sebagian dari bamboo, langit-langit tanpa eternit.



 

Kebersihan Kurang.



 

Sumber air berasal dari air sumur.



 

Orangtua mengkonsumsi mengkonsumsi miras dan merokok pada saat hamil.

Ringkasan Anamnesis :  : 

 





 

Masalah Aktif:

-

Gangguan tumbuh kembang

-

Bronkhitis

 

Masalah Pasif:

-

Atresia ani

-

Spina bifida

PEMERIKSAAN FISIK  FISIK 



 

Keadaan Umum : Cukup



 

Kesadaran : Compos Mentis



 

Antropometri :



-

TB

: Tidak dilakukan

-

BB

: 10 kg

-

Lingkar kepala: tidak dilakukan

 

Vital sign:

-

Nadi

: 100 kali permenit

-

Nafas

: 19 kali permenit

-

Suhu

: 36,5ºC

-

Tensi

: Tidak dilakukan



 

Kepala

: Slekra ikterik (-), Konjungtiva anemis (-)



 

Leher

: Limfonodi teraba (-), Nyeri (-)



 

Faring Tonsil



 

Thorak:

: Tidak dilakukan

-

Jantung

: Tidak dilakukan

-

Paru-paru

: Tidak dilakukan

 



 

Abdomen

: Tidak Dilakukan



 

Anogenital

: Anus buatan



 

Ekstermitas

: Lemah secara umum, tidak ada refleks, genggaman tangan lemah

DIAGNOSIS BANDING  BANDING 



 

Atresia Ani



 

Spina Bifida



 

Bronkhitis Kronik

DIAGNOSIS KERJA  KERJA 



 

Gangguan Tumbuh Kembang et causa defek kongenital

RENCANA PENATALAKSANAAN  PENATALAKSANAAN 



 

Sembuhkan Bronkhitis



 

Operasi Atresia Ani yang ke II



 

Operasi Spina Bifida



 

Stimulasi dari orang tua untuk perkembanga dan pertumbuhan.

RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG  PENUNJANG  Pemeriksaan Rontgen untuk Bronkhitis Pemeriksaan darah rutin

PEMBAHASAN KASUS  KASUS  I. Atresia Ani  Ani   Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus  juga dikenal sebagai anus imperforata meliputi anus, rectum atau keduanya. (Donna L. Wong, 520 : 2003). Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu: 1.  Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus 2.  Membran anus yang menetap

 

3.  Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak dari peritoneum 4.  Lubang anus yang terpisah dengan ujung

Etiologi   Etiologi

Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur 2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan 3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan. Patofisiologi   Patofisiologi Atresia ani atau anus imperforate dapat disebabkan karena : 1.  Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik. 2.  Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur. 3.  Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan. 4.  Berkaitan dengan sindrom down. 5.  Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan.

Klasifikasi berdasarkan letak/lokasinya  letak/lokasinya   1.  Tinggi (supralevator)



rektum berakhir di atas M.Levator ani (m.puborektalis) dengan jarak

antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital. 2.  Intermediate 3.  Rendah





rectum terletak pada m.levator ani tapi tidak menembusnya. menembusnya.

rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan ujung rectum

paling jauh 1 cm. 4.  Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina/perineu vagina/perineum m

 

5.  Pada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus urinarius.

Tatalaksana   Tatalaksana 1.  Tatalaksana cairan dan pasang kateter uretra 2.  Cegah distensi abdomen dengan memasang NGT 3.  Cegah hipotermi 4.  Cegah infeksi 5.  Evaluasi kelainan bawaan lain yang mungkin menyertai

II. Bronkhitis  Bronkhitis  Bronkitis (Bronchitis; (Bronchitis; Inflammation – bronchi ) adalah penyakit pernapasan obstuktif yang sering dijumpai dan merupakan suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paruparu). Etiologi   Etiologi Bronkitis infeksiosa penyebab nya adalah : 1.  Virus 1.  a. Virus common cold   2.  b. Rhinovirus  Rhinovirus  3.  c. Coronavirus  Coronavirus  4.  d. Virus patogen pada saluran pernapasan bawah: virus influenza, adenovirus, respiratory  syncytial virus.  virus.  5.  Patogen lainnya adalah Mycoplasma pneumonia,C pneumonia,Chlamydi  hlamydi a pneumoniae, Bordetella pertussis.

Bronkitis iritatif bisa iritatif bisa disebabkan oleh: 1.  Berbagai jenis debu 2.  Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida dan bromin 3.  Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida 4.  Tembakau dan rokok lainnya.

Faktor Perdisposisi  Perdisposisi  1.  Alergi

 

2.  Cuaca dingin 3.  Infeksi saluran pernafasan atas kronik mempernudah terjadinya bronkitis 4.  Polusi udara

Patofisiologi   Patofisiologi Penemuan patologis dari bronkitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronkus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil– kecil –kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel –sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan– Perubahan –perubahan pada sel– sel –sel penghasil mukus dan

sel–sel sel–

silia

ini

mengganggu

sistem

eskalator

mukosiliaris

dan

menyebabkan

penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas. Manifestasi Klinik  Klinik  1.  Bronkitis biasanya diawali dengan gejala infeksi saluran pernafasan atas seperti: 1.  Tidak enak badan 2.  Ingusan (pilek) 3.  Sakit kepala 4.  Sakit leher

  5. Batuk adalah penanda bronkitis akut yang akan menetap walaupun keluhan nasal dan nasofaring menghilang, awalnya batuk nonproduktif tapi berkembang menghasilkan sputum yang mukopurulen dapat hilang setelah satu atau daua minggu. Bila setelah dua minggu batuk masih tetap ada perlu dicurigai adanya kolaps paru segmental atau infeksi sekunder. 6.  Anak mula-mula tidak dapat bernafas ataupun sesak nafas dan kadang-kadang mengeluh sakit retrosternal 7.  Terdapat mengi “wheezing” murni tetapi perlu diingat kemungkinan manifestasi asma pada anak terlebih jika keadaan ini terjadi berulang-ulang. 8.  Suara serak.

Diagnosis   Diagnosis

 

1.  Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan dada terdapat ronki basah kasar dan suara basah kasar serta whezzing. 1.  Pemeriksaan menunjang 1.  Pemeriksaan Serologi:

Untuk M. pneumoniae  pneumoniae  1.  Pemerksaan kultur atau deteksi antibodi:

Secara fluoresecensi untuk B.pertusis B.pertusis   1.  Pemeriksaan sinar X

Hasil Normal sehingga tidak dianjurkan 1.  Pemeriksaan radiologis

Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah a dalah bayangan bronchus yang menebal. 1.  Analisa gas darah 

 

Pa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)



 

Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).



 

Saturasi hemoglobin menurun



 

Eritropoesis bertambah

Penatalaksanaan   Penatalaksanaan Farmakologi   Farmakologi 1.  Terapi simtomatis dan suportif 

Analgetis-antipiretik untuk lemah dan demam



 

Parasetamol: Dosis 10-15mg/k 10-15mg/kgbb/kali gbb/kali maksimum 60mg/kgbb



 

Ibuprofen: Dosis 10mg/kgbb/kali maksimum 40mg/kgbb setiap 4-6 jam

1.  Batuk ringan yang menetap diberikan:

Dekstromethophan: Dosis

 

1.  Antibiotik jika terjadi Infeksi sekunder yang ditandai dengan demam yang menetap dan gejala pernafasan yang lebih dari 4-6 hari.

Non farmakologi  farmakologi  1.  Menganjurkan pasien untuk minum cairan yang lebih baik sehingga dapat mencegah terjadinya dehidrasi dan kemungkinan penurunan sekresi respirasi dan kekentalan mukus. 2.  Terapi embun dan penggunaan uap untuk mengencerkan secret. 3.  Tirah baring untuk mengurangi kebutuhan oksigen. 4.  Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang : 1.  Menghindari merokok 2.  Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup. 3.  Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan. 4.  Nutrisi yang baik.

Prognosis   Prognosis Bila tidak ada komplikasi, prognosis umumnya baik. Pada bronkitis akut yang berulang dan sering terpapar rokok terus-menerus cenderung menjadi bronchitis kronis pada waktu dewasa. III. Spina Bifida  Bifida  Spina Bifida (Sumbing Tulang Belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang (vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh. Spina bifida adalah gagal menutupnya columna vertebralis pada masa perkembangan fetus. Defek ini berhubugan dengan herniasi jaringan dan gangguan fusi tuba neural. Gangguan fusi tuba neural terjadi sekitar minggu ketiga setelah konsepsi, sedangkan penyebabnya belum diketahui dengan jelas. Beberapa hipotesis terjadinya spina bifida antara lain adalah : 1.  Terhentinya proses pembentukan tuba neural karena penyebab tertentu 2.  Adanya tekanan yang berlebih dikanalis sentralis yang baru terbentuk sehingga menyebabkan ruptur permukaan tuba neural 3.  Adanya kerusakan pada dinding tuba neural yang baru terbentuk karena suatu penyebab.

 

Penyebab   Penyebab Resiko melahirkan anak dengan spina bifida berhubungan erat dengan kekurangan asam folat, terutama yang terjadi pada awal kehamilan. Kelainan bawaan lainnya yang juga ditemukan pada penderita penderita spina bifida bifida (diagnosa banding) banding) :   1. Hidrocephalus 2.  Siringomielia 3.  Dislokasi pinggul

Beberapa jenis spina bifida : 1.  Okulta : merupakan spina bifida yang paling ringan. Satu atau beberapa vertebra tidak terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan selaputnya (meningens) tidak menonjol.

Gejalanya :



 



 

Lekukan pada daerah sakrum



 

menonjolnya meninges



 

sumsum tulang belakang



 

cairan serebrospinal

Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul (pa nggul bagian belakang)

1.  Meningokel : meningens menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan dari cairan dibawah kulit. 1.  Mielokel : jenis spina bifida yang paling berat, dimana korda spinalis menonjol dan kulit diatasnya tampak kasar da merah.

Manifestasi Klinis  Klinis  Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan saraf  yang terkena. Gejalanya berupa:



 

Penonjolan seperti kantung dipunggung dipunggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir



 

Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya



 

Kelumpuhan/kelemahan Kelumpuhan /kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki



 

Penurunan sensasi



 

Inkontinensia Inkontinen sia urine, maupun inkontinensia tinja



 

Korda spinalis yang terkena, rentan terhadap infeksi (meningitis).

 

Komplikasi   Komplikasi Terjadi pada salahsatu syaraf yang terkena dengan menimbulkan suatu kerusakan pada syaraf spinal cord, dengan itu dapat menimbulkan suatu komplikasi tergantung pada syaraf  yang rusak.

Patofisiologi   Patofisiologi Cacat terbentuk pada trisemester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak terbentuknya mesoderm pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (prosesus nasalis dan maksilaris) pecah kembali. Hidrosefalus seringsepalus empuan 3 kali lebih dominan. pusatsi i foramen Luschkahasilkan peningkatan tekanan dan dilatasi dari aliran proksikali dihubungkan dengan Mielomeningokel yang seharusnya diamati perkembangannya pada bayi. Pada kasus yang masih tersisa terdapat riwayat infeksi intrauterin (toksoplasmosis, sitomegalovirus), perdarahan perinatal (anoksik atau traumatik), dan meningoensepalitis neonatal (bakteri atau virus). Pengobatan   Pengobatan Tujuan dari pengobatan awal adalah: 1.  Mengurangi kerusakan saraf akibat spina bifida 2.  Meminimalkan komplikasi (misalnya infeksi) 

 

Pembedahan

dilakukan

untuk

menutup

lubang

yang

terbentuk

dan

untuk

mengobati

hidrosefalus, kelainan ginjal dan kandung kemih serta kelainan bentuk fisik yang sering menyertai spina bifida. 



 

Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk memperkuat fungsi otot.

 

Untuk mengobati atau mencegah meningitis, infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya, diberikan antibiotik.



 

Untuk membantu memperlancar aliran air kemih bisa dilakukan penekanan lembut diatas kandung kemih.



 

Diet kaya serat dan program pelatihan buang air besar bisa membantu memperbaiki fungsi saluran pencernaan.

Pencegahan   Pencegahan 1.  Resiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan mengkonsumsi asam folat. 2.  Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus ditangani sebelum wanita tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi sangat dini.

 

3.  Pada

wanita hamil dianjurkan dianjurkan untuk mengkonsumsi mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4 mg/hari.

Kebutuhan asam folat pada wanita hamil adalah 1 mg/hari.

Pemeriksaan Diagnostik  Diagnostik  1.  USG : Untuk mengetahui apakah ada kelainan spina bifida pada bayi yang dikandung adalah melalui pemeriksaan USG. Hal itu dapat diketahui ketika usia bayi 20 minggu. 2.  Pemeriksaan darah pada ibu

Dengan teknik AFP : hanya membutuhkan sedikit sampel darah dari lengan ibu dan tidak beresiko terhadap janin. Bila hasil skrining positif biasanya diperlukan test lanjutan untuk memastikan adanya kelainan genetik pada janin yang lahir kelak menderita cacat. 1.  Pemeriksaan air ketuban ibu

Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang  kembang  1.  Faktor genetik

Faktor genetik merupakan dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik adalah sebagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa,. Potensi genetik yang bermutu jika berinteraksi dengan lingkungan secara positif akan dicapai hasil akhir yang optimal Faktor herediter, sebagai faktor yang sudah dipastikan.

75% dari faktor keturunan resesif dan 25% bersifat dominan. 

 

Mutasi gen.



 

Kelainan kromosom

1.  Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan merupakan faktor

yang sangat menentukan menentukan tercapai atau tidaknya potensi potensi

bawaan. Lingkungan yang baik memungkinkan potensi bawaan tercapai, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan “ bio -fisiko-psikososial” yang mempengaruhi individu setiap hari mulai dari konsepsi sampai akhir hayat, antara lain :



 

Faktor usia ibu

 



 

Obat-obatan. Asetosal,

Aspirin

(SCHARDEIN-1985)

Rifampisin,

Fenasetin,

Sulfonamid,

Aminoglikosid,

Indometasin, Asam Flufetamat, Ibuprofen, Penisilamin, Antihistamin dapat menyebabkan celah langit-langit. Antineoplastik, Kortikosteroid

 

Nutrisi

   

Penyakit : infeksi Sifilis, virus rubella



 

Stres emosional



 

Trauma (trimester pertama)



 

Rasa bersalah



 

Kemampuan membuat keputusan tentang pengobatan/ tindakan segera



 

Kemampuan untuk berkomunikasi dengan yang lain







Radiasi

1.  Faktor psikososial : Respon orang tua terhadap bayi/anak :

Pertumbuhan dan Perkembangan selama masa bayi :  : 

Fisik Penambahan berat badan 150 sampai 210 gr setiap minggu selama 6 bulan  pertama.

Motorik kasar Memilih posisi fleksi dengan felvis tinggi tetapi lutut tidak dibawah abdomen bila telengkup.

Motorik halus Tangan tertutup secara umum.

Refleks menggenggam kuat.

Penambahan tinggi badan Dapat memutar kepala dari 2,5 cm setiap bulan selama satu sisi ke sisi lain bila Tangan mengatup pada telengkup. 6 bulan pertama. kontak dengan mainan. Peningkatan lingkar kepala Mengalami head lag yang sebesar 1,5 cm setiap bulan nyata, khususnya bila menarik kepala dari posisi selama 6 bulan pertama.  berbaring ke posisi dudu duduk. k. Ada refleks primitif dan Menahan kepala sebentar  kuat secara faralel dan dlam Refleks mata boneka dan garis tengah dan tertahan refleks dansa menghilang menghilang.. dlam posisi telengkup. Pernafasan hidung harus terjadi.

Menunjukan refleks leher  Menunjukan tonik asimetris bila telentang Bila menahan dalam posisi  berdiri, tubuh tubuh lemas pada

 

lutut dan panggul DOKUMENTASI   DOKUMENTASI KESIMPULAN DAN SARAN  SARAN  KESIMPULAN :  :  -

Dari kasus yang kami dapat, kami menyatakan bahwa ini adalah kasus gangguan

pertumbuhan dan perkembangan anak yang disebabkan karena kelainan bawaan yang disebabkan karena konsumsi alkohol dan rokok. -

Kesadaran dan pengetahuan orang tua akan bahaya dari mengkonsumsi zat

teratogenik sangat kurang, sehingga sang anak mengalami defek kongenital akibat alcohol dan rokok. -

Kemudian orang tua pasien tidak pernah menstimulasi sang anak, sehingga sang

anak yang sudah berusia 13 bulan ini sangat terlambat pertumbuhan dan perkembangannya, yang hanya dapat melakukan apa yang anak usia 4 bulan dapat lakukan. SARAN :  :  -

Untuk Orang Tua, sebaiknya lebih memperhatikan lagi mengenai cara menstimulasi

anak agar pertumbuhan dan perkembangannya tidak terhambat. -

Untuk Puskesmas, sebaiknya lebih memperhatikan lagi kasus tentang anak, baik dari

penyakit, pertumbuhan dan perkembangan yang ada di Salaman 1, sehingga dapat tercover dengan merata. DAFTAR PUSTAKA  PUSTAKA  Buku :  :  -

Elizabeth J.C. 2001. Buku Saku patofisiologi . Jakarta : EGC

-

Markum A.H. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak , Jakarta : EGC

-

Media Aesculapius. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-3 Jilid 2. Jakarta: MA

-

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. 2. Jakarta : EGC.

Website :  :  -

http://medicastore.com/penyakit/415/Kelainan_bawaan_Kelainan_Kongenital.html   http://medicastore.com/penyakit/415/Kelainan_bawaan_Kelainan_Kongenital.html

 

-

http://www.infoibu.com/tipsinfosehat/tumbuhkembang.htm   http://www.infoibu.com/tipsinfosehat/tumbuhkembang.htm

Jurnal :  :  -

Alison

D.

McDonald,

MD,

Ben

G.

Armstrong,

PhD,

and

Margaret

Sloan.  2002 Sloan. 2002.. Cigarette, Alcohol, and Coffee Consumption and Congenital Defects. Defects. American Journal of Public Health. Vol. 82, No. 1 -

Cecilia P. Margret Æ Tyson D. Chappell, Cheng X. Li Æ Taha A. Jan Æ Shannon G.

Matta, Andrea J. Elberger Æ Robert S. Waters. 2006. Prenatal alcohol exposure (PAE) reduces the size of the forepaw representation in forepaw barrel subfield (FBS) cortex in neonatal rats: relationship between periphery and central representation. USA : Department of  Anatomy and Neurobiology, University of Tennessee Health Science Center, College of  Medicine, 855 Monroe Avenue, Memphis, TN 38163. -

Elizabeth M. Armstrong. 2003. conceiving risk, bearing responsibility: fetal alcohol

syndrome and the diagnosis of moral disorder. Baltimore : Johns Hopkins University Press.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF