Kelainan Kongenital Pada Anak
July 30, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Kelainan Kongenital Pada Anak...
Description
Kelainan Kongenital pada Anak PENDAHULUAN PENDAHULUAN Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan dengan masalah perubahan dalam ukuran fisik seseorang. Sedangkan perkembangan (development ( development ) berkaitan dengan pematangan dan penambahan kemampuan (skill (skill ) fungsi organ atau individu. Kedua proses ini terjadi secara sinkron pada setiap individu. Proses tumbuh kembang seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling terkait, yaitu ; faktor genetik / keturunan , lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial dan perilaku. Proses ini bersifat individual dan unik sehingga memberikan hasil akhir yang berbeda dan ciri tersendiri pada setiap anak. Penilaian terhadap pertumbuhan seorang anak dapat dinilai melalui pertambahan berat dan tinggi badan dan sampai anak berusia berusia 2 tahun masih dapat digunakan penilaian melalui lingkar kepala yang biasanya dibandingkan dengan usia anak. Beberapa cara penilaian melalui pemeriksaan fisik atau k klinikal linikal , pemeriksaan antropometri ( membandingkan membandingkan tinggi badan terhadap umur, berat badan terhadap umur, lingkaran kepala terhadap umur, lingkar lengan atas terhadap umur ) , contohnya KMS (kartu menuju sehat ) yang membandingkan berat badan terhadap umur , pemeriksaan radiologis, laboratorium, dan analisa diet. Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan bagi perkembangan selanjutnya. Perkembangan yang optimal sangat dipengaruhi oleh peranan lingkungan dan interaksi antara anak dan orang tua / orang dewasa lainnya. Interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan, bahkan sejak bayi dalam kandungan. TINJAUAN PUSTAKA PUSTAKA Kelainan Bawaan (Kelainan (Kelainan Kongenital ) adalah suatu kelainan pada struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi ketika dia dilahirkan. Sekitar
3-4%
bayi
baru
lahir
memiliki
kelainan
bawaan
yang
berat.
Beberapa kelainan baru ditemukan pada saat anak mulai tumbuh, yaitu sekitar 7,5% terdiagnosis ketika anak berusia 5 tahun, tetapi kebanyakan bersifat ringan.
PENYEBAB Kebanyakan bayi yang lahir dengan kelainan bawaan memiliki orang tua yang jelas-jelas tidak memiliki gangguan kesehatan maupun faktor resiko. Seorang wanita hamil yang telah mengikuti semua nasihat dokternya agar kelak melahirkan bayi yang sehat, mungkin saja nanti melahirkan bayi yang memilii kelainan bawaan.
60% kasus kelainan bawaan penyebabnya tidak diketahui; sisanya disebabkan oleh faktor lingkungan atau genetik atau kombinasi dari keduanya. Kelainan struktur atau kelainan metabolisme terjadi akibat: - hilangnya bagian tubuh tertentu - kelainan pembentukan bagian tubuh tertentu - kelainan bawaan pada kimia tubuh. Kelainan struktur utama yang paling sering ditemukan adalah kelainan jantung, diikuti oleh spina Kelainan metabolisme
biasanya
berupa
hilangnya enzim atau
bifida dan hipospadia hipospadia.. tidak sempurnanya
pembentukan enzim. Kelainan ini berbahaya bahkan bisa berakibat fatal, tetapi biasanya tidak
menimbulkan
gangguan
yang
nyata
pada
anak.
Contoh dari kelainan metabolisme adalah penyakit adalah penyakit Tay-Sachs Tay-Sachs(penyakit (penyakit fatal pada sistem saraf pusat) dan fenilketonuria fenilketonuria.. Penyebab lain dari kelainan bawaan adalah:
Pemakaian
alkohol
oleh
ibu
hamil
Pemakaian alkohol oleh ibu hamil bisa menyebabkan sindroma alkohol pada janin dan obat-obat tertentu yang diminum oleh ibu hamil juga bisa menyebakan kelainan bawaan.
Penyakit Rh Rh,, terjadi jika ibu dan bayi memiliki faktor Rh yang berbeda.Beberapa faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya resiko kelainan bawaan:
1. Teratogenik Teratogen adalah setiap faktor atau bahan yang bisa menyebabkan atau meningkatkan resiko suatu Radiasi , Secara -
kelainan obat
tertentu
umum,
mengkonsultasikan
seorang dengan
-
dan
dokternya
bawaan. racun
merupakan
wanita setiap
hamil obat
berhenti tidak
teratogen.
yang
sebaiknya: dia
minum merokok
mengkonsumsi
- tidak menjalani pemeriksaan rontgen kecuali jika sangat mendesak.
alkohol
2. Infeksi pada ibu hamil juga bisa merupakan teratogen. Beberapa infeksi selama kehamilan yang dapat
menyebabkan
sejumlah
kelainan
bawaan:
- Sindroma rubella kongenital ditandai dengan gangguan penglihatan atau pendengaran, kelainan
jantung,
keterbelakangan
mental
dan cerebral
palsy
- Infeksi toksoplasmosis pada ibu hamil bisa menyebabkan infeksi mata yang bisa berakibat fatal,
gangguan
pendengaran,
ketidakmampuan
belajar,
pembesaran
hati
atau
limpa,
keterbelakangan mental dan cerebral palsy - Infeksi virus herpes genitalis pada ibu hamil, jika ditularkan kepada bayinya sebelum atau selama proses persalinan berlangsung, bisa menyebabkan kerusakan otak, cerebral palsy, gangguan
penglihatan
atau
pendengaran
serta
kematian
bayi
- Penyakit ke-5 bisa menyebabkan sejenis anemia yang berbahaya, gagal jantung dan kematian janin - Sindroma varicella kongenital disebabkan oleh cacar air dan bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut pada otot dan tulang, kelainan bentuk dan kelumpuhan pada anggota gerak, kepala yang berukuran lebih kecil dari normal, kebutaan, kejang dan keterbelakangan mental. 3. Gizi Menjaga kesehatan janin tidak hanya dilakukan dengan menghindari teratogen, tetapi juga dengan
mengkonsumsi
gizi
yang
baik.
Salah satu zat yang penting untuk pertumbuhan janin adalahasam adalah asam folat . Kekurangan asam folat bisa meningkatkan resiko terjadinya spina bifida atau kelainan tabung saraf lainnya. saraf lainnya. Karena spina bifida bisa terjadi sebelum seorang wanita menyadari bahwa dia hamil, maka setiap wanita usia subur sebaiknya mengkonsumsi asam folat minimal sebanyak 400 mikrogram/hari. 4. Faktor
fisik
pada
rahim
Di dalam rahim, bayi terendam oleh cairan ketuban yang juga merupakan pelindung terhadap cedera. Jumlah cairan ketuban yang abnormal bisa menyebabkan atau menunjukkan adanya kelainan bawaan. Cairan ketuban yang terlalu sedikit bisa mempengaruhi pertumbuhan paru-paru dan anggota gerak tubuh atau bisa menunjukkan adanya kelainan ginjal yang memperlambat proses pembentukan
air
kemih.
Penimbunan cairan ketuban terjadi jika janin mengalami gangguan menelan, yang bisa disebabkan oleh kelainan otak yang berat (misalnya anensefalus atau atresia esofagus). esofagus). 5. Faktor
genetik
dan kromosom kromosom
Genetik memegang peran penting dalam beberapa kelainan bawaan. Beberapa kelainan bawaan merupakan penyakit keturunan yang diwariskan melalui gen yang abnormal dari salah satu atau kedua
orang
tua.
Gen adalah pembawa sifat individu yang terdapat di dalam kromosom setiap sel di dalam tubuh manusia. Jika 1 gen hilang atau cacat, bisa terjadi kelainan bawaan.
Pola pewarisan kelainan genetik:
1. Autosom
dominan dominan
Jika suatu kelainan atau penyakit timbul meskipun hanya terdapat 1 gen yang cacat dari salah satu
orang
tuanya,
maka
keadaannya
disebut
autosom
dominan.
Contohnya adalah akondroplasia dan sindroma Marfan. Marfan. 2. Autosom
resesif
Jika untuk terjadinya suatu kelainan bawaan diperlukan 2 gen yang masing-masing berasal dari kedua
orang
tua,
maka
keadaannya
disebut
autosom
resesif.
Contohnya adalah penyakit Tay-Sachs atau kistik fibrosis. fibrosis. 3. X-linked Jika seorang anak laki-laki mendapatkan kelainan dari gen yang berasal dari ibunya, maka keadaannya
disebut X-linked , disebut X-linked
karena
gen
tersebut
dibawa
oleh
kromosom
X.
Laki-laki hanya memiliki 1 kromosom X yang diterima dari ibunya (perempuan memiliki 2 kromosom X, 1 berasal dari ibu dan 1 berasal dari ayah), karena itu gen cacat yang dibawa oleh kromosom X akan menimbulkan kelainan karena laki-laki tidak memiliki salinan yang normal dari gen
tersebut.
Contohnya adalah hemofilia dan buta warna.
Kelainan pada jumlah ataupun susunan kromosom juga bisa menyebabkan kelainan bawaan. Suatu kesalahan yang terjadi selama pembentukan sel telur atau sperma bisa menyebabkan bayi terlahir dengan kromosom yang terlalu banyak atau terlalu sedikit, atau bayi terlahir dengan
kromosom
yang
telah
mengalami
kerusakan.
Contoh dari kelainan bawaan akibat kelainan pada kromosom adalahsindroma adalah sindroma Down. Down. Semakin tua usia seorang wanita ketika hamil (terutama diatas 35 tahun) maka semakin besar
kemungkinan
terjadinya
kelainan
kromosom
pada
janin
yang
dikandungnya.
Kelainan bawaan yang lainnya disebabkan oleh mutasi mutasi genetik genetik (perubahan pada gen yang bersifat spontan dan tidak dapat dijelaskan). Meskipun bisa dilakukan berbagai tindakan untuk mencegah terjadinya kelainan bawaan, ada satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa suatu kelainan bawaan bisa saja terjadi meskipun tidak ditemukan riwayat kelainan bawaan baik dalam keluarga ayah ataupun ibu, atau meskipun orang tua sebelumnya telah melahirkan anak-anak yang sehat. GEJALA Kelainan bawaan menyebabkan gangguan fisik atau mental atau bisa berakibat fatal. Terdapat lebih dari 4.000 jenis kelainan bawaan, mulai dari yang ringan sampai yang serius, dan meskipun banyak diantaranya yang dapat diobati maupun disembuhkan, tetapi kelainan bawaan tetap merupakan penyebab utama dari kematian pada tahun pertama kehidupan bayi. Beberapa kelainan bawaan yang sering ditemukan:
1. Celah
bibir
atau
langit-langit
mulut
( sumbing)) (sumbing
Terjadi jika selama masa perkembangan janin, jaringan mulut atau bibir tidak terbentuk sebagaimana Bibir
sumbing
mestinya. adalah
suatu
celah
diantara
bibir
bagian
atas
dengan
hidung.
Langit-langit sumbing adalah suatu celah diantara langit-langit mulut dengan rongga hidung. 2. Defek
tabung
saraf
Terjadi pada awal kehamilan, yaitu pada saat terbentuknya bakal otak dan korda spinalis. spinalis. Dalam keadaan normal, struktur tersebut melipat membentuk tabung pada hari ke 29 setelah pembuahan. Jika tabung tidak menutup secara sempurna, maka akan terjadi defek tabung saraf. Bayi yang memiliki kelainan ini banyak yang meninggal di dalam kandungan atau meninggal segera 2
setelah
macam
defek
tabung
saraf
lahir.
yang
paling
sering
ditemukan:
- Spina bifida, bifida, terjadi jika kolumna spinalis tidak menutup secara sempurna di sekeliling korda spinalis. - Anensefalus Anensefalus,, terjadi jika beberapa bagian otak tidak terbentuk. 3. Kelainan
jantung
- Defek septum atrium dan ventrikel (terdapat ventrikel (terdapat lubang pada dinding yang meimsahkan jantung kiri
dan
kanan)
- Patent ductus arteriosus (terjadi jika pembuluh darah yang penting pada sirkulasi janin ketika masih berada di dalam rahim; setelah bayi lahir, tidak menutup sebagaimana mestinya) - Stenosis katup aorta atau pulmonalis (penyempitan katup aorta atau katup pulmonalis) - Koartasio - Transposisi
aorta (penyempitan arteri
besar (kelainan besar (kelainan
letak
aorta)
aorta
dan
arteri
pulmonalis)
- Sindroma hipoplasia jantung kiri (bagian kiri (bagian jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh tidak terbentuk
sempurna)
- Tetralogi Fallot (terdiri Fallot (terdiri dari stenosis katup pulmonalis, defek septum ventrikel, transposisi tr ansposisi arteri besar
dan
hipertrofi
ventrikel
kanan).
Pemakaian obat tertentu pada kehamilan trimester pertama berperan dalam terjadinya kelainan jantung
bawaan
(misalnya
obat
anti-kejang fenitoin,
talidomid
dan
obat
kemoterapi).
Penyebab lainnya adalah pemakaian alkohol, rubella dandiabetes dan diabetes selama hamil. 4. Cerebral
palsy
Biasanya baru diketahui beberapa minggu atau beberapa bulan setelah bayi lahir, tergantung kepada beratnya kelainan. 5. Clubfoot Istilah clubfoot digunakan untuk menggambarkan sekumpulan kelainan struktur pada kaki dan pergelangan kaki, dimana terjadi kelainan pada pembentukan tulang, sendi, otot dan pembuluh darah. 6. Dislokasi
panggul
Terjadi jika ujung tulang paha tidak terletak di dalam kantung panggul.
bawaan bawaan
7. Hipotiroidisme
kongenital
Terjadi jika bayi tidak memiliki kelenjar tiroid atau tiroid atau jika kelenjar tiroid tidak terbentuk secara sempurna. 8. Fibrosis
kistik
Penyakit ini terutama menyerang sistem pernafasan dan saluran pencernaan. Tubuh tidak mampu membawa klorida dari dalam sel ke permukaan organ sehingga terbentuk lendir yang kental dan lengket. 9. Defek
saluran
pencernaan
Saluran pencernaan terdiri dari kerongkongan, lambung, usus halus dan usus besar, rektum serta
anus.
Diantaranya - Atresia
adalah: esofagus (kerongkongan
tidak
terbentuk
sempurna)
- Hernia
diafragmatika diafragmatika
- Stenosis
pilorus pilorus
-
Penyakit Hirschsprung Hirschsprung
- Gastroskisis dan omfalokel - Atresia
anus anus
- Atresia bilier 10. Sindroma
Down Down
Merupakan sekumpulan kelainan yang terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dengan kelebihan kromosom
nomor
21
pada
sel-selnya.
Mereka mengalami keterbelakangan mental dan memiliki wajah dan gambaran fisik lainnya yang khas; kelainan ini sering disertai dengan kelainan jantung. 11. Fenilketonuria Fenilketonuria Merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi pengolahan protein oleh tubuh dan bisa menyebabkan
keterbelakangan
mental.
Bayi yang terlahir dengan fenilketonuria tampak normal, tetapi jika tidak diobati mereka akan mengalami gangguan perkembangan yang baru terlihat ketika usianya mencapai 1 tahun. 12. Sindroma
X
yang
rapuh rapuh
Sindroma ini ditandai dengan gangguan mental, mulai dari ketidakmampuan belajar sampai keterbelakangan mental, perilaku autis dan gangguan pemusatan perhatian serta hiperaktivitas. Gambaran fisiknya khas, yaitu wajahnya panjang, telinganya lebar, kakinya datar dan persendiannya
sangat
lentur
(terutama
sendi
pada
jari
tangan).
Sindroma ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki. 13. Distrofi
otot
Distrofi otot adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan lebih dari 40 macam penyakit otot yang berlainan, yang kesemuanya ditandai dengan kelemahan dan kemunduran yang progresif dari otot-otot yang mengendalikan pergerakan.
Anemia 14. Anemia
sel
sabit
Merupakan suatu kelainan sel darah merah yang memiliki bentuk abnormal (seperti bulan sabit), yang menyebabkan anemia kronis, serangan nyeri dan gangguan kesehatan lainnya. 15. Penyakit Tay-Sachs Tay-Sachs Penyakit ini menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan kebutaan, demensia demensia,, kelumpuhan, kejang dan ketulian. 16. Sindroma
alkohol
pada
janin janin
Sindroma in ditandai dengan keterlambatan pertumbuhan, keterbelakangan mental, kelainan pada wajah dan kelainan pada sistem saraf pusat.
DIAGNOSA Selama menjalani perawatan prenatal, ada beberapa jenis tes yang ditawarkan kepada semua wanita hamil (tes (tes skrining) skrining) dan ada pula beberapa jenis tes yang ditawarkan hanya kepada
wanita/pasangan
suami-istri
yang
memiliki
faktor
resiko
( tes (tes
diagnostik ). ).
Tidak ada tes yang sempurna. Seorang bayi mungkin saja terlahir dengan kelainan bawaan meskipun hasil tesnya negatif. Jika tes memberikan hasil yang positif, biasanya perlu dilakukan tes lebih lanjut. Tes
skrining skrining
Tes skrining dilakukan meskipun seorang wanita hamil tidak memiliki gejala maupun faktor resiko. Bila tes skrining menunjukkan hasil positif, dianjurkan untuk menjalani tes diagnostik. Skrining prenatal bisa membantu menentukan adanya infeksi atau keadaan lain pada ibu yang berbahaya bagi janin dan membantu menentukan adanya kelainan bawaan tertentu pada
janin.
Tes skrining terdiri dari:
Pemeriksaan darah Pemeriksaan USG.
Tes
diagnostik diagnostik
Tes diagnostik biasanya dilakukan jika tes skrining memberikan hasil positif atau jika wanita hamil Tes diagnostik terdiri dari:
Amniosentesis Amniosentesis
Contoh vili korion korion
Contoh darah janin
memiliki
faktor
resiko.
Pemeriksaan USG yang lebih mendetil.Kelainan bawaan yang bisa diketahui melalui skrining prenatal adalah:
Defek tabung saraf (spina bifida, anensefalus anensefalus))
Sindroma Down
Kelainan kromosom lainnya
Kelainan metabolisme yang diturunkan
Kelainan jantung bawaan
Kelainan bentuk saluran pencernaan dan ginjal
Sumbing bibir atau langit-langit mulut
Kelainan bawaan tertentu pada anggota gerak
Tumor
bawaan.PENCEGAHAN bawaan.PENCEGAHAN
Beberapa kelainan bawaan tidak dapat dicegah, tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya kelainan bawaan:
Tidak merokok dan menghindari asap rokok
Menghindari alkohol
Menghindari obat terlarang
Memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi mengkonsumsi vitamin prenatal
Melakukan olah raga dan istirahat yang cukup
Melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin
Mengkonsumsi Mengkonsu msi suplemen asam folat
Menjalani vaksinasi sebagai perlindungan terhadap infeksi
Menghindari zat-zat yang berbahaya.Vaksinasi berbahaya.Vaksinasi
Vaksinasi membantu mencegah penyakit akibat infeksi. Meskipun semua vaksin aman diberikan pada masa hamil, tetapi akan lebih baik jika semua vaksin yang dibutuhkan telah dilaksanakan
sebelum
hamil.
Seorang wanita sebaiknya menjalani vaksinasi berikut: 1. Minimal 3 bulan sebelum hamil : MMR MMR 2. Minimal 1 bulan sebelum hamil : varicella varicella 3. Aman - Booster
diberikan
pada
tetanus-difteri (setiap tetanus-difteri (setiap
saat 10
hamil tahun)
-
Vaksin
hepatitis
A
-
Vaksin
hepatitis
B
- Vaksin influenza (jika pada musim flu kehamilan akan memasuki trimester kedua atau ketiga) - Vaksin pneumokokus Vaksin pneumokokus..
Zat
yang
berbahaya berbahaya
Beberapa zat yang berbahaya selama kehamilan:
Alkohol
Androgen dan turunan testosteron (misalnya danazol)
Angiotensin-co Angiotensin-converting nverting enzyme enzyme (ACE) inhibitors inhibitors (misalnya enalapril, captopril)
Turunan kumarin (misalnya warfarin)
Carbamazepine
Antagonis asam folat (misalnya metotrexat dan aminopterin)
Cocain
Dietilstilbestrol
Timah hitam
Lithium
Merkuri organik
Phenitoin
Streptomycin dan kanamycin
Tetrasyclin
Talidomide
Trimethadion dan paramethadion
Asam valproat
Vitamin A dan turunanny turunannya a (misalnya isotretinoin, etretinat dan retinoid)
Infeksi
Radiasi.Meskipun Radiasi.Meskipu n bisa dilakukan berbagai tindakan untuk mencegah terjadinya kelainan bawaan, ada satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa suatu kelainan bawaan bisa saja terjadi meskipun tidak ditemukan riwayat kelainan bawaan baik dalam keluarga ayah ataupun ibu, atau meskipun orang tua sebelumnya telah melahirkan anak-anak yang sehat.
EPIDEMIOLOGI / PROGRAM PUSKESMAS PUSKESMAS Untuk kasus yang kami dapat di Salaman 1, yaitu kasus tentang gangguan tumbuh kembang yang disebabkan karena kelainan kongenital, oleh Puskesmas Salaman 1 mengakatan bahwa ini adalah kasus yang pertama kalinya sejak 5 tahun terakhir.
KASUS KASUS ANAMNESIS ANAMNESIS Identitas Pasien : :
Nama
: An. ADA
Umur
: 13 Bulan
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Sumberan Sidomulyo salaman RT 2, RW 4
Identitas Orang tua Pasien : :
Nama Usia Jenis Kelamin
Ibu S 28 Th Perempuan
Bp. A 30 Th Laki-laki
Agama Status Pekerjaan Alamat
Islam Menikah Buruh Tani Sumberan sidomulyo RT2/RW4
Islam Menikah Buruh Tani Sumberan sidomulyo RT2/RW4
: Keluhan Utama : Anak belum bisa apa-apa, belum ibisa miring, angkat-angkat kaki dan d an kepala. Riwayat Penyakit Sekarang : :
Anak sampai sekarang belum bisa apa-apa, anak baru bisa bicara 1 kata contohnya bapak, maem, dan apa. Dari dulu sampai sekarang anak belum bisa merangkak, berjalan, tengkurep, anak juga tidak memiliki refleks fisiologis layaknya anak normal, namun anak bisa menuju kesumber suara, pasien tidak sedang demam, batuk atau pilek saat ini. Anak bisa mengenali orang-orang tertentu, selain itu di bagian punggung bawah anak, terdapat benjolan, yang menurut Ibunya dari lahir sudah ada dan terus membesar hingga sebesar sekarang ini. Anamnesis Sistem : :
Cerebrospinal
Respirasi
: Demam (-), Kejang(-), Penurunan Kesadaran (-) : Sesak napas (-), Batuk (-), Pilek(-)
Cardivaskular
Digestiva
: Nyeri dada (-), Sianosis (-) : Nafsu makan baik, BAB normal, Penurun Penurunan an Berat badan (-), Diare (-),
Kelainan Organ (+), anus buatan
Urogenital
: BAK normal, Kelainan Organ (-), Warna Normal, Darah (-)
Integumentum Integumentu m
: Biang keringat di daerah lipatan dan kulit (+), Kebiruan Kebiruan (-)
Muskuloskeletal: Muskuloskele tal: Benjolan pada lumbal (+), Kaki kiri gerak tanpa sadar pasca operasi anus
Riwayat Penyakit Dahulu : :
Atresia Ani
Spina bifida
Kaki kaku saat lahir
Saat usia 6 bulan masuk ICU karena Bronkhitis
Saat usia 8 bulan masuk rumah sakit karena Bronkhitis
Riwayat Kehamilan dan Kelahiran : :
Kehamilan
: HPMT: 13-08-2008, HTP: 20-05-2009, LLA ibu: 25 cm, Tinggi badan: 154 cm,
rajin kontrol saat hamil, ibu minum suplemen penambah darah dan tablet kalsium saat hamil, ibu menggunakan kontrasepsi suntik
Kelahiran
: lahir dengan usia kehamilan 38 minggu, dibantu bidan, lahir dirumah sendiri,
lahir normal dan spontan, saat lahir langsung menangis, merupakan anak ke2 dari 2 bersaudara, BB saat lahir 2800kg TB: tidak dapat diukur karena kaki bayi tidak dapat diluruskan.
Riwayat Makanan : :
Sampai sekarang pasien masih menyusu namun pasien tidak mendapat ASI eksklusif karena ketika baru lahir pasien langsung dirujuk kerumah sakit karena Atresia ani, namun anak makan dengan lahap, ketika berusia 6-11 bulan pasien diberi makan sereal, bubur dan ASI, saat Usia 12-13 bulan Pasien masih makan dengan nasi tim dan minum ASI, Riwayat Tumbuh Kembang dan Kepribadian : : Gigi pasien sudah tumbuh gigi atas 4 buah, dan gigi bawah 2 buah. Anak belum dapat berbicara, namun hanya berucap 1 – 2 kata saja, yaitu, “mama..papa..” dan dapat menangis normal.
Berat Badan dan Tinggi Badan Anak sekilas terlihat sesuai dengan umurnya, untuk Berat Badannya 10 Kg dan untuk Tinggi badannya tidak dapat diukur, karena Anak sudah mulai rewel, serta lingkar kepalanya tidak dapat diukur juga, namun kepala tampak besar dengan adanya penarikan kelopak mata. Dari denver II untuk Area : :
Personal sosial
Adaptif motorik
Bahasa
Motorik Kasar
: Sebatas kemampuan anak usia 4 bulan : Sebatas kemampuan anak usia 4 bulan : Sebatas kemampuan anak usia 4 bulan : Tidak dapat sama sekali
Status Imunisasi: Imunisasi: Pasien Belum pernah imunisasi karena pasien masih mengkonsumsi obat Antibiotik untuk penyakit Bronkhitisnya. Kepribadian : : Anak tidak dapat bergaul dengan teman-teman seumurannya, dikarenakan gerakan motorik kasarnya tidak dapat dilakukannya, serta karena keterlambatan perkembangan yang dapat disebabkan karena defek kongenital yang dideritanya, serta Ibu atau Ayahnya yang tidak pernah ada upaya untuk menstimulasi anak tersebut, sehingga hanya digendong terus setiap harinya. Riwayat Penyakit keluarga : :
Tidak ada keluarga yang sakit serupa dengan pasien
Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat Diabetes Mellitus disangkal
Kebiasaan dan Lingkungan : :
Rumah semi permanen, permanen, lantai tegel, ventilasi kurang, kurang, pencahayaan kurang, dinding dinding sebagian tembok dan sebagian dari bamboo, langit-langit tanpa eternit.
Kebersihan Kurang.
Sumber air berasal dari air sumur.
Orangtua mengkonsumsi mengkonsumsi miras dan merokok pada saat hamil.
Ringkasan Anamnesis : :
Masalah Aktif:
-
Gangguan tumbuh kembang
-
Bronkhitis
Masalah Pasif:
-
Atresia ani
-
Spina bifida
PEMERIKSAAN FISIK FISIK
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
Antropometri :
-
TB
: Tidak dilakukan
-
BB
: 10 kg
-
Lingkar kepala: tidak dilakukan
Vital sign:
-
Nadi
: 100 kali permenit
-
Nafas
: 19 kali permenit
-
Suhu
: 36,5ºC
-
Tensi
: Tidak dilakukan
Kepala
: Slekra ikterik (-), Konjungtiva anemis (-)
Leher
: Limfonodi teraba (-), Nyeri (-)
Faring Tonsil
Thorak:
: Tidak dilakukan
-
Jantung
: Tidak dilakukan
-
Paru-paru
: Tidak dilakukan
Abdomen
: Tidak Dilakukan
Anogenital
: Anus buatan
Ekstermitas
: Lemah secara umum, tidak ada refleks, genggaman tangan lemah
DIAGNOSIS BANDING BANDING
Atresia Ani
Spina Bifida
Bronkhitis Kronik
DIAGNOSIS KERJA KERJA
Gangguan Tumbuh Kembang et causa defek kongenital
RENCANA PENATALAKSANAAN PENATALAKSANAAN
Sembuhkan Bronkhitis
Operasi Atresia Ani yang ke II
Operasi Spina Bifida
Stimulasi dari orang tua untuk perkembanga dan pertumbuhan.
RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG PENUNJANG Pemeriksaan Rontgen untuk Bronkhitis Pemeriksaan darah rutin
PEMBAHASAN KASUS KASUS I. Atresia Ani Ani Atresia Ani merupakan kelainan bawaan (kongenital), tidak adanya lubang atau saluran anus juga dikenal sebagai anus imperforata meliputi anus, rectum atau keduanya. (Donna L. Wong, 520 : 2003). Jika atresia terjadi maka hampir selalu memerlukan tindakan operasi untuk membuat saluran seperti keadaan normalnya Menurut Ladd dan Gross (1966) anus imperforata dalam 4 golongan, yaitu: 1. Stenosis rektum yang lebih rendah atau pada anus 2. Membran anus yang menetap
3. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada bermacam-macam jarak dari peritoneum 4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung
Etiologi Etiologi
Atresia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: 1. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur 2. Kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu/3 bulan 3. Adanya gangguan atau berhentinya perkembangan embriologik didaerah usus, rektum bagian distal serta traktus urogenitalis, yang terjadi antara minggu keempat sampai keenam usia kehamilan. Patofisiologi Patofisiologi Atresia ani atau anus imperforate dapat disebabkan karena : 1. Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan pertumbuhan, pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik. 2. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang dubur. 3. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan. 4. Berkaitan dengan sindrom down. 5. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan.
Klasifikasi berdasarkan letak/lokasinya letak/lokasinya 1. Tinggi (supralevator)
→
rektum berakhir di atas M.Levator ani (m.puborektalis) dengan jarak
antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. Letak upralevator biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital. 2. Intermediate 3. Rendah
→
→
rectum terletak pada m.levator ani tapi tidak menembusnya. menembusnya.
rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan ujung rectum
paling jauh 1 cm. 4. Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina/perineu vagina/perineum m
5. Pada laki-laki umumnya letak tinggi, bila ada fistula ke traktus urinarius.
Tatalaksana Tatalaksana 1. Tatalaksana cairan dan pasang kateter uretra 2. Cegah distensi abdomen dengan memasang NGT 3. Cegah hipotermi 4. Cegah infeksi 5. Evaluasi kelainan bawaan lain yang mungkin menyertai
II. Bronkhitis Bronkhitis Bronkitis (Bronchitis; (Bronchitis; Inflammation – bronchi ) adalah penyakit pernapasan obstuktif yang sering dijumpai dan merupakan suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paruparu). Etiologi Etiologi Bronkitis infeksiosa penyebab nya adalah : 1. Virus 1. a. Virus common cold 2. b. Rhinovirus Rhinovirus 3. c. Coronavirus Coronavirus 4. d. Virus patogen pada saluran pernapasan bawah: virus influenza, adenovirus, respiratory syncytial virus. virus. 5. Patogen lainnya adalah Mycoplasma pneumonia,C pneumonia,Chlamydi hlamydi a pneumoniae, Bordetella pertussis.
Bronkitis iritatif bisa iritatif bisa disebabkan oleh: 1. Berbagai jenis debu 2. Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin, hidrogen sulfida, sulfur dioksida dan bromin 3. Polusi udara yang menyebabkan iritasi ozon dan nitrogen dioksida 4. Tembakau dan rokok lainnya.
Faktor Perdisposisi Perdisposisi 1. Alergi
2. Cuaca dingin 3. Infeksi saluran pernafasan atas kronik mempernudah terjadinya bronkitis 4. Polusi udara
Patofisiologi Patofisiologi Penemuan patologis dari bronkitis adalah hipertropi dari kelenjar mukosa bronkus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronchiolus yang kecil– kecil –kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel –sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan– Perubahan –perubahan pada sel– sel –sel penghasil mukus dan
sel–sel sel–
silia
ini
mengganggu
sistem
eskalator
mukosiliaris
dan
menyebabkan
penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas. Manifestasi Klinik Klinik 1. Bronkitis biasanya diawali dengan gejala infeksi saluran pernafasan atas seperti: 1. Tidak enak badan 2. Ingusan (pilek) 3. Sakit kepala 4. Sakit leher
5. Batuk adalah penanda bronkitis akut yang akan menetap walaupun keluhan nasal dan nasofaring menghilang, awalnya batuk nonproduktif tapi berkembang menghasilkan sputum yang mukopurulen dapat hilang setelah satu atau daua minggu. Bila setelah dua minggu batuk masih tetap ada perlu dicurigai adanya kolaps paru segmental atau infeksi sekunder. 6. Anak mula-mula tidak dapat bernafas ataupun sesak nafas dan kadang-kadang mengeluh sakit retrosternal 7. Terdapat mengi “wheezing” murni tetapi perlu diingat kemungkinan manifestasi asma pada anak terlebih jika keadaan ini terjadi berulang-ulang. 8. Suara serak.
Diagnosis Diagnosis
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dada terdapat ronki basah kasar dan suara basah kasar serta whezzing. 1. Pemeriksaan menunjang 1. Pemeriksaan Serologi:
Untuk M. pneumoniae pneumoniae 1. Pemerksaan kultur atau deteksi antibodi:
Secara fluoresecensi untuk B.pertusis B.pertusis 1. Pemeriksaan sinar X
Hasil Normal sehingga tidak dianjurkan 1. Pemeriksaan radiologis
Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah a dalah bayangan bronchus yang menebal. 1. Analisa gas darah
Pa O2 : rendah (normal 25 – 100 mmHg)
Pa CO2 : tinggi (normal 36 – 44 mmHg).
Saturasi hemoglobin menurun
Eritropoesis bertambah
Penatalaksanaan Penatalaksanaan Farmakologi Farmakologi 1. Terapi simtomatis dan suportif
Analgetis-antipiretik untuk lemah dan demam
Parasetamol: Dosis 10-15mg/k 10-15mg/kgbb/kali gbb/kali maksimum 60mg/kgbb
Ibuprofen: Dosis 10mg/kgbb/kali maksimum 40mg/kgbb setiap 4-6 jam
1. Batuk ringan yang menetap diberikan:
Dekstromethophan: Dosis
1. Antibiotik jika terjadi Infeksi sekunder yang ditandai dengan demam yang menetap dan gejala pernafasan yang lebih dari 4-6 hari.
Non farmakologi farmakologi 1. Menganjurkan pasien untuk minum cairan yang lebih baik sehingga dapat mencegah terjadinya dehidrasi dan kemungkinan penurunan sekresi respirasi dan kekentalan mukus. 2. Terapi embun dan penggunaan uap untuk mengencerkan secret. 3. Tirah baring untuk mengurangi kebutuhan oksigen. 4. Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang : 1. Menghindari merokok 2. Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup. 3. Mengontrol suhu dan kelembaban lingkungan. 4. Nutrisi yang baik.
Prognosis Prognosis Bila tidak ada komplikasi, prognosis umumnya baik. Pada bronkitis akut yang berulang dan sering terpapar rokok terus-menerus cenderung menjadi bronchitis kronis pada waktu dewasa. III. Spina Bifida Bifida Spina Bifida (Sumbing Tulang Belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang (vertebra), yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh. Spina bifida adalah gagal menutupnya columna vertebralis pada masa perkembangan fetus. Defek ini berhubugan dengan herniasi jaringan dan gangguan fusi tuba neural. Gangguan fusi tuba neural terjadi sekitar minggu ketiga setelah konsepsi, sedangkan penyebabnya belum diketahui dengan jelas. Beberapa hipotesis terjadinya spina bifida antara lain adalah : 1. Terhentinya proses pembentukan tuba neural karena penyebab tertentu 2. Adanya tekanan yang berlebih dikanalis sentralis yang baru terbentuk sehingga menyebabkan ruptur permukaan tuba neural 3. Adanya kerusakan pada dinding tuba neural yang baru terbentuk karena suatu penyebab.
Penyebab Penyebab Resiko melahirkan anak dengan spina bifida berhubungan erat dengan kekurangan asam folat, terutama yang terjadi pada awal kehamilan. Kelainan bawaan lainnya yang juga ditemukan pada penderita penderita spina bifida bifida (diagnosa banding) banding) : 1. Hidrocephalus 2. Siringomielia 3. Dislokasi pinggul
Beberapa jenis spina bifida : 1. Okulta : merupakan spina bifida yang paling ringan. Satu atau beberapa vertebra tidak terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan selaputnya (meningens) tidak menonjol.
Gejalanya :
Lekukan pada daerah sakrum
menonjolnya meninges
sumsum tulang belakang
cairan serebrospinal
Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul (pa nggul bagian belakang)
1. Meningokel : meningens menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan dari cairan dibawah kulit. 1. Mielokel : jenis spina bifida yang paling berat, dimana korda spinalis menonjol dan kulit diatasnya tampak kasar da merah.
Manifestasi Klinis Klinis Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan saraf yang terkena. Gejalanya berupa:
Penonjolan seperti kantung dipunggung dipunggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir
Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya
Kelumpuhan/kelemahan Kelumpuhan /kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki
Penurunan sensasi
Inkontinensia Inkontinen sia urine, maupun inkontinensia tinja
Korda spinalis yang terkena, rentan terhadap infeksi (meningitis).
Komplikasi Komplikasi Terjadi pada salahsatu syaraf yang terkena dengan menimbulkan suatu kerusakan pada syaraf spinal cord, dengan itu dapat menimbulkan suatu komplikasi tergantung pada syaraf yang rusak.
Patofisiologi Patofisiologi Cacat terbentuk pada trisemester pertama kehamilan, prosesnya karena tidak terbentuknya mesoderm pada daerah tersebut sehingga bagian yang telah menyatu (prosesus nasalis dan maksilaris) pecah kembali. Hidrosefalus seringsepalus empuan 3 kali lebih dominan. pusatsi i foramen Luschkahasilkan peningkatan tekanan dan dilatasi dari aliran proksikali dihubungkan dengan Mielomeningokel yang seharusnya diamati perkembangannya pada bayi. Pada kasus yang masih tersisa terdapat riwayat infeksi intrauterin (toksoplasmosis, sitomegalovirus), perdarahan perinatal (anoksik atau traumatik), dan meningoensepalitis neonatal (bakteri atau virus). Pengobatan Pengobatan Tujuan dari pengobatan awal adalah: 1. Mengurangi kerusakan saraf akibat spina bifida 2. Meminimalkan komplikasi (misalnya infeksi)
Pembedahan
dilakukan
untuk
menutup
lubang
yang
terbentuk
dan
untuk
mengobati
hidrosefalus, kelainan ginjal dan kandung kemih serta kelainan bentuk fisik yang sering menyertai spina bifida.
Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan untuk memperkuat fungsi otot.
Untuk mengobati atau mencegah meningitis, infeksi saluran kemih dan infeksi lainnya, diberikan antibiotik.
Untuk membantu memperlancar aliran air kemih bisa dilakukan penekanan lembut diatas kandung kemih.
Diet kaya serat dan program pelatihan buang air besar bisa membantu memperbaiki fungsi saluran pencernaan.
Pencegahan Pencegahan 1. Resiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan mengkonsumsi asam folat. 2. Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus ditangani sebelum wanita tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi sangat dini.
3. Pada
wanita hamil dianjurkan dianjurkan untuk mengkonsumsi mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4 mg/hari.
Kebutuhan asam folat pada wanita hamil adalah 1 mg/hari.
Pemeriksaan Diagnostik Diagnostik 1. USG : Untuk mengetahui apakah ada kelainan spina bifida pada bayi yang dikandung adalah melalui pemeriksaan USG. Hal itu dapat diketahui ketika usia bayi 20 minggu. 2. Pemeriksaan darah pada ibu
Dengan teknik AFP : hanya membutuhkan sedikit sampel darah dari lengan ibu dan tidak beresiko terhadap janin. Bila hasil skrining positif biasanya diperlukan test lanjutan untuk memastikan adanya kelainan genetik pada janin yang lahir kelak menderita cacat. 1. Pemeriksaan air ketuban ibu
Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang kembang 1. Faktor genetik
Faktor genetik merupakan dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik adalah sebagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa,. Potensi genetik yang bermutu jika berinteraksi dengan lingkungan secara positif akan dicapai hasil akhir yang optimal Faktor herediter, sebagai faktor yang sudah dipastikan.
75% dari faktor keturunan resesif dan 25% bersifat dominan.
Mutasi gen.
Kelainan kromosom
1. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan merupakan faktor
yang sangat menentukan menentukan tercapai atau tidaknya potensi potensi
bawaan. Lingkungan yang baik memungkinkan potensi bawaan tercapai, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini merupakan lingkungan “ bio -fisiko-psikososial” yang mempengaruhi individu setiap hari mulai dari konsepsi sampai akhir hayat, antara lain :
Faktor usia ibu
Obat-obatan. Asetosal,
Aspirin
(SCHARDEIN-1985)
Rifampisin,
Fenasetin,
Sulfonamid,
Aminoglikosid,
Indometasin, Asam Flufetamat, Ibuprofen, Penisilamin, Antihistamin dapat menyebabkan celah langit-langit. Antineoplastik, Kortikosteroid
Nutrisi
Penyakit : infeksi Sifilis, virus rubella
Stres emosional
Trauma (trimester pertama)
Rasa bersalah
Kemampuan membuat keputusan tentang pengobatan/ tindakan segera
Kemampuan untuk berkomunikasi dengan yang lain
Radiasi
1. Faktor psikososial : Respon orang tua terhadap bayi/anak :
Pertumbuhan dan Perkembangan selama masa bayi : :
Fisik Penambahan berat badan 150 sampai 210 gr setiap minggu selama 6 bulan pertama.
Motorik kasar Memilih posisi fleksi dengan felvis tinggi tetapi lutut tidak dibawah abdomen bila telengkup.
Motorik halus Tangan tertutup secara umum.
Refleks menggenggam kuat.
Penambahan tinggi badan Dapat memutar kepala dari 2,5 cm setiap bulan selama satu sisi ke sisi lain bila Tangan mengatup pada telengkup. 6 bulan pertama. kontak dengan mainan. Peningkatan lingkar kepala Mengalami head lag yang sebesar 1,5 cm setiap bulan nyata, khususnya bila menarik kepala dari posisi selama 6 bulan pertama. berbaring ke posisi dudu duduk. k. Ada refleks primitif dan Menahan kepala sebentar kuat secara faralel dan dlam Refleks mata boneka dan garis tengah dan tertahan refleks dansa menghilang menghilang.. dlam posisi telengkup. Pernafasan hidung harus terjadi.
Menunjukan refleks leher Menunjukan tonik asimetris bila telentang Bila menahan dalam posisi berdiri, tubuh tubuh lemas pada
lutut dan panggul DOKUMENTASI DOKUMENTASI KESIMPULAN DAN SARAN SARAN KESIMPULAN : : -
Dari kasus yang kami dapat, kami menyatakan bahwa ini adalah kasus gangguan
pertumbuhan dan perkembangan anak yang disebabkan karena kelainan bawaan yang disebabkan karena konsumsi alkohol dan rokok. -
Kesadaran dan pengetahuan orang tua akan bahaya dari mengkonsumsi zat
teratogenik sangat kurang, sehingga sang anak mengalami defek kongenital akibat alcohol dan rokok. -
Kemudian orang tua pasien tidak pernah menstimulasi sang anak, sehingga sang
anak yang sudah berusia 13 bulan ini sangat terlambat pertumbuhan dan perkembangannya, yang hanya dapat melakukan apa yang anak usia 4 bulan dapat lakukan. SARAN : : -
Untuk Orang Tua, sebaiknya lebih memperhatikan lagi mengenai cara menstimulasi
anak agar pertumbuhan dan perkembangannya tidak terhambat. -
Untuk Puskesmas, sebaiknya lebih memperhatikan lagi kasus tentang anak, baik dari
penyakit, pertumbuhan dan perkembangan yang ada di Salaman 1, sehingga dapat tercover dengan merata. DAFTAR PUSTAKA PUSTAKA Buku : : -
Elizabeth J.C. 2001. Buku Saku patofisiologi . Jakarta : EGC
-
Markum A.H. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak , Jakarta : EGC
-
Media Aesculapius. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke-3 Jilid 2. Jakarta: MA
-
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. 2. Jakarta : EGC.
Website : : -
http://medicastore.com/penyakit/415/Kelainan_bawaan_Kelainan_Kongenital.html http://medicastore.com/penyakit/415/Kelainan_bawaan_Kelainan_Kongenital.html
-
http://www.infoibu.com/tipsinfosehat/tumbuhkembang.htm http://www.infoibu.com/tipsinfosehat/tumbuhkembang.htm
Jurnal : : -
Alison
D.
McDonald,
MD,
Ben
G.
Armstrong,
PhD,
and
Margaret
Sloan. 2002 Sloan. 2002.. Cigarette, Alcohol, and Coffee Consumption and Congenital Defects. Defects. American Journal of Public Health. Vol. 82, No. 1 -
Cecilia P. Margret Æ Tyson D. Chappell, Cheng X. Li Æ Taha A. Jan Æ Shannon G.
Matta, Andrea J. Elberger Æ Robert S. Waters. 2006. Prenatal alcohol exposure (PAE) reduces the size of the forepaw representation in forepaw barrel subfield (FBS) cortex in neonatal rats: relationship between periphery and central representation. USA : Department of Anatomy and Neurobiology, University of Tennessee Health Science Center, College of Medicine, 855 Monroe Avenue, Memphis, TN 38163. -
Elizabeth M. Armstrong. 2003. conceiving risk, bearing responsibility: fetal alcohol
syndrome and the diagnosis of moral disorder. Baltimore : Johns Hopkins University Press.
View more...
Comments