Kel. 1 - Perencanaan Dan Strategi Pemberdayaan Kader Dan Dukun

April 26, 2019 | Author: Riztin Haryanti | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

ppm...

Description

Perencanaan dan Strategi Pemberdayaan Pemberdayaan Kader dan Dukun Kelompok 1 1. El Elis is Lis ism mayant ntii 2. Emalia 3. Eti Suhesti 4. Ha Hani ni Ha Hand nda ayani 5. Iis Hery rya aningsih 6. Iis Su Sugiarti 7. Imas Ha Haryati 8. Lia Nirmala 9. Li Lili lik k He Herrawati 10. Nia Amelia Amelia Susan Susanti ti

11. Rika Kartika 12. Rini Sunarti 13. Tita Darsita 14. Titin Maryati 15. Yanti Nurmayanti 16. Yulan Yunari 17. Hesty Yuliandini 18. Malida Septian D. 19. Ristin Haryanti 20. Yulia Suryantini

A. STRATEGI PEMBERDAYAAN KADER DAN DUKUN 1. Aras Mikro Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan, konseling, stres manajemen, krisis intervensi. i ntervensi. •

Tujuan ujuan utam utaman any ya adala adalah h membi membimbi mbing ng atau atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas.



2. Aras Mezzo •



Pemberdayaan sekelompok klien.

dilakukan

terhadap

Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan ,dinamika kelompok , biasanya digunakan sebagai strategis dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

3. Aras makro •



  Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial, kampanye, dan aksi sosial. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri dan untuk memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.

B. MATERI PEMBINAAN KADER DAN DUKUN 1. Survei Kebutuhan Kader Dan Dukun Jumlah kebutuhan kader dan dukun setiap wilayah berbeda pada setiap wilayah. Hal itu terjadi karena kebutuhan dan atau keberadaan kader serta dukun bayi tiap wilayah berbeda disesuaikan dengan kondisi keadaan di masyarakatnya.

2. Penyusunan Kompetensi Kader dan Dukun a. Kompetensi yang harus dimiliki oleh Kader: Menggerakan masyarakat untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Bekerjasama dengan masyarakat dalam pengamatan masalah kesehatan di desa  Mengupayakan penyehatan lingkungan Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Mensosialisasikan mengenai Keluarga sadar gizi (Kadarzi) Mampu melakukan pembinaan masyarakat di bidang kesehatan melalui kegiatan di Posyandu Merencanakan kegiatan survei mawas diri dan penanggulangan masalah kesehatan   Membantu tenaga kesahatan memberikan pelayanan kesehatan seperti membagikan obat, pemantauan penyakit serta pertolongan pertama pada kecelakaan •



• • • •





b.Kompetensi yang harus dimiliki oleh dukun bayi 1) Kehamilan Mengusahakan para ibu hamil di wilayahnya untuk memeriksakan diri ke tenaga kesehatan di faskes terdekat dengan memotivasi ibu hamil saat kunjungan rumah   Mengobservasi ibu hamil dan mengetahui secara dini kehamilan dengan resiko tinggi untuk dirujuk segera Membantu tenaga kesehatan untuk menanggulangi masalah pada ibu hamil sepeti anemia pada ibu hamil dengan membagi Tablet Fe •





2) Persalinan Merujuk ibu yang akan melahirkan ke tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan agar pertolongan persalinan dilakukan secara bersih dan aman •

3) Nifas dan BBL  Melakukan perawatan tali pusat dengan baik dan benar serta mengajarkannya pada keluarga bayi Membersihkan tubuh bayi dan menjaga agar tubuhnya tetap hangat Memotivasi ibu untuk menyusui secara eksklusif  Membantu ibu melakukan perawatan payudara dan cara menyusui Mengenali tanda bahaya nifas  Memotivasi ibu tentang gizi ibu hail, bayi dan anak, pemberian ASI eksklusif, KB, imunisasi dan kebersihan diri •



• •

• •

4) Lain-lain Membantu tenaga kesehatan melakukan pendataan dan melaporkan setia persalinan dan kematian ibu dan bayi yang ditemukan Membantu tenaga kesehatan untuk melakukan penyuluhan kesehatan di masyarakat Memberikan motivasi KB di masyarakat •





3. Penyusunan Materi Pelatihan Pemberdayaan Kader dan Dukun a. Materi pelatihan pemberdayaan Kader meliputi:  –

Pengantar tentang Posyandu

 –

Persiapan Posyndu

 –

Kesehatan Ibu dan Anak

 –

Keluarga Berencana

 –

Imunisasi

 –

Gizi

 –

Penanggulangan diare

 –

Pencatatan dan pelaporan

b. Materi pelatihan pemberdayaan Dukun Bayi meliputi:  –

 –  –  –  –  –  –  –

 –

Struktur dan fisiologis sistem reproduksi secara umum Pemeliharaan kesehatan ibu hamil Pertolongan persalinan yang aman  Asuhan ibu nifas  Asuhan pada bayi baru lahir  Bekerja secara aseptik  Penyuluhan kesehatan secara umum Penyakit yang pada umumnya menggangu kesehatan ibu dan bayi  Cara merujuk pasien

C. PENDAMPINGAN SOSIAL •

 Pendampingan sosial berpijak pada paradigma generalis (Johnson, 1989; DuBois dan Miley, 1992) yang memfokuskan pada konsultasi pemecahan masalah, manajemen sumber dan pendidikan.

1. Konsultasi Pemecahan Masalah •



Merupakan proses yang ditujukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai pilihan-pilihan dan mengidentifikasi prosedur-prosedur bagi tindakan-tindakan yang diperlukan. Konsultasi dilakukan sebagai bagian dari kerjasama yang saling melengkapi antara sistem klien dan pekerja sosial dalam proses pemecahan masalah.



Dalam proses pemecahan masalah , pendampingan sosial dapat dilakukan melalui serangkaian tahapan yang biasa dilakukan dalam praktek pekerjaan sosial pada umumnya, yaitu: pemahaman kebutuhan, perencanaan dan penyeleksian program, penerapan program, evaluasi dan pengakhiran.

2. Manajemen Sumber Sumber adalah segala sesuatu yang dapat digunakan klien dan pekerja sosial dalam proses pemecahan masalah. Pengertian manajemen di sini mencakup pengkoordinasian, pensistematisasian, dan pengintegrasian, bukan pengawasan (controlling) dan penunjukkan (directing).   Dengan demikian, tugas utama pekerja sosial dalam manajemen sumber adalah menghubungkan klien dengan sumber-sumber sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri klien maupun kapasitas pemecahan masalahnya. •





3. Pendidikan Semua pertukaran informasi pada dasarnya merupakan bentuk pendidikan. Sebagai fungsi dalam pendampingan sosial, pendidikan lebih menunjuk pada sebuah proses kegiatan, ketimbang sebagai sebuah hasil dari suatu kegiatan. Pendidikan sangat terkait dengan pencegahan berbagai kondisi yang dapat menghambat kepercayaan diri individu serta kapasitas individu dan masyarakat.

D. BIDANG TUGAS PENDAMPINGAN Suharto (2005,h.95) mengatakan proses pendampingan berpusat pada empat bidang tugas atau fungsi, yaitu : 1. Pemungkinan (enabling) atau Fasilitasi  Merupakan fungsi yang berkaitan dengan pemberian motivasi dan kesempatan bagi masyarakat. Beberapa tugas pekerja sosial yang berkaitan dengan fungsi ini antara lain menjadi model, melakukan mediasi dan negosiasi, membangun konsensus bersama, serta melakukan manajemen sumber.

2. Penguatan (empowering) Berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan guna memperkuat kapasitas masyarakat (capacity  building). Pendamping berperan aktif sebagai  agen yang memberikan masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya serta bertukar gagasan dengan pengetahuan dan pengalaman masyarakat yang didampinginya, membangkitkan kesadaran masyarakat, menyampaikan informasi, melakukan konfrontasi, menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat adalah beberapa tugas yang berkaitan fungsi penguatan.

3. Perlindungan (Protecting) Fungsi ini berkaitan dengan interaksi antara pendamping dengan lembagalembaga eksternal atas nama dan demi kepentingan masyarakat dampingannya. Dalam kaitan dengan fungsi ini seorang pendamping bertugas mencari sumber-sumber melakukan pembelaan, menggunakan media, meningkatkan hubungan masyarakat dan membangun jaringan kerja, sebagaikonsultasi.

4. Pendukungan (supporting) Mengacu pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis yang dapat mendukung terjadinya perubahan positif pada masyarakat. Dalam hal ini pendamping dituntut tidak hanya mampu menjadi manajer perubahan yang mengorganisasi kelompok, melainkan pula mampu melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan berbagai keterampilan dasar, seperti melakukan analisis sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi dan mencari serta mengatur sumber dana.

E. PERAN SEBAGAI PENDAMPING 1. Fasilitator •



Barker (1987) memberi definisi fasilitator sebagai tanggungjawab untuk membantu klien menjadi mampu menangani tekanan situasional atau transisional. Strategi-strategi khusus untuk mencapai tujuan tersebut meliputi: pemberian harapan, pengurangan penolakan dan ambivalensi, pengakuan dan pengaturan perasaan-perasaan, pengidentifikasian dan pendorongan kekuatan-kekuatan personal dan assetasset sosial, pemilahan masalah menjadi beberapa bagian sehingga lebih mudah dipecahkan, dan pemeliharaan sebuah fokus pada tujuan dan cara-cara pencapaiannya (Barker, 1987:49)

2. Bioker •



 Pemahaman pekerja sosial yang menjadi broker mengenai kualitas pelayanan sosial di sekitar lingkungannya menjadi sangat penting dalam memenuhi keinginan kliennya memperoleh “keuntungan” maksimal. Dalam proses pendampingan sosial, ada tiga prinsip utama dalam melakukan peranan sebagai bioker: mengidentifikasi dan melokalisir  Mampu sumber-sumber kemasyarakatan yang tepat.  Mampu menghubungkan konsumen atau klien dengan sumber secara konsisten.  Mampu mengevaluasi efektifitas sumber dalam kaitannya dengan kebutuhan-kebutuhan klien.

3. Mediator •



Peran mediator diperlukan terutama pada saat terdapat perbedaan yang mencolok dan mengarah pada konflik antara berbagai pihak.  Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam melakukan peran mediator meliputi kontrak perilaku, negosiasi, pendamai pihak ketiga, serta berbagai macam resolusi konflik. Dalam mediasi, upaya-upaya yang dilakukan pada hakekatnya diarahkan untuk mencapai  “solusi menang-menang” (win-win solution).

4. Pembela Peran pembelaan dapat dibagi dua: a. Advokasi kasus (case advocacy ) Apabila pekerja sosial melakukan pembelaan atas nama seorang klien secara individual, maka ia berperan sebagai pembela kasus. b. Advokasi kausal (cause advocacy ) Pembelaan kausal terjadi manakala klien yang dibela pekerja sosial bukanlah individu melainkan sekelompok anggota masyarakat.

5. Pelindung •



Tanggungjawab pekerja sosial terhadap masyarakat didukung oleh hukum. Hukum tersebut memberikan legitimasi kepada pekerja sosial untuk menjadi pelindung (protector) terhadap orang-orang yang lemah dan rentan. Prinsip-prinsip peran pelindung meliputi:  Menentukan siapa klien pekerja sosial yang paling utama.  Menjamin bahwa tindakan dilakukan sesuai dengan proses perlindungan.  Berkomunikasi dengan semua pihak yang terpengaruh oleh tindakan sesuai dengan tanggungjawab etis, legal dan rasional praktek pekerjaan sosial.

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF