Keefektifan Model Penemuan Terbimbing Dan Cooperative Learning Pada Pembelajaran Matematika

February 22, 2019 | Author: Yoppy Wahyu | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Keefektifan Model Penemuan Terbimbing Dan Cooperative Learning Pada Pembelajaran Matematika...

Description

JURNAL KEPENDIDIKAN Volume 41, Nomor 1, Mei 2011, hal. 37-54

KEEFEKTIFAN MODEL PENEMUAN TERBIMBING DAN COOPERATIVE LEARNING  PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA Yoppy Wahyu Purnomo Guru SMP Negeri 3 Satu Atap Jatipurno e-mail: [email protected] e-mail: [email protected] . HP. 085293223063

 Abstract 

The purposes purposes of this study are: (1) to find out which between between the  study models can give the best mathematics learning results; (2) to find out  which student creativity categories categories can give the best mathematics mathematics learning  result; (3) to find out the interaction between the study models and student  creativities towards the results of learning. The results of learning in this case are limited to the subject of Bangun Ruang Sisi Lengkung. The study uses a quasi-expe quasi-experimen rimental tal design by using using two-way two-way analysis of variance variance with unequal cell sizes. The population of the study refers to all students of  Grad Gradee IX in the the juni junior or high high scho school olss in Dist Distri rict ct Area Area 04 of the the SubSub  Province of Wonogiri sampled into three classes of two schools through   str strat atif ifie ied d and and clus cluste terr rand random om samp sampli ling ng.. Data Data are are coll collle lect cted ed by documentat documentation, ion, question questionnaire naire,, and tests. tests. Results Results of analyses analyses with 0.05 level of significance and continued by double comparation comparation test show: show: 1) The guide guided d discov discovery ery model model and cooper cooperat ative ive learni learning ng give give the the same same learning learning results but are better than the conventional conventional model. (2) Students Students with with a higher higher creat creativi ivity ty level level in mathem mathemat atics ics have have better better result resultss than than   students with a lower creativity level. (3) At the high creativity category level, level, studen students ts show show better better result resultss in guided guided discov discovery ery model model than than coop cooper erat ativ ivee lear learni ning ng and and coop cooper erat ativ ivee lear learn ning ing is bett better er than than the the conven conventio tional nal model. model. At the the low and medium medium creat creativi ivity ty level, level, guided  guided  discovery model and cooperative learning model give the same learning  result resultss but but better better than than the conven conventio tional nal model. model. Beside Besides, s, in the guided  guided  discovery model, students with high creativity level do better than students with medium creativity creativity level level and students students with medium medium creativity creativity level  have the same results results as students students with low creativity creativity level. As with the cooperative learning model and conventional model, students with high, medium, and low creativity models show the same learning results.  Keywords: guided discovery model, cooperative learning model, creativity, mathematics learning 

37

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 41, Nomor 1, Mei 2011

Pendahuluan

Menuru Menurutt Pusat Pusat Penila Penilaian ian Pendid Pendidika ikan n (2009) (2009),, hasil hasil ujian ujian nasion nasional al SMP di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009 dengan jumlah 11.091 peserta, yang tidak lulus seba sebany nyak ak 124 sisw siswaa (1,9 (1,929% 29%)) deng dengan an dist distri ribus busii nila nilaii sisw siswaa pada pada pelaj pelajar aran an matematika di bawah nilai 6 sebanyak 1.447 siswa dengan nilai terendah 1,25. Hal ini ini menun menunju jukka kkan n bahw bahwaa hasi hasill belaj belajar ar mate matema mati tika ka sisw siswaa SMP SMP di Kabu Kabupa pate ten n Wonogiri Wonogiri cukup rendah. Salah satu faktor faktor penyebab penyebab rendahnya rendahnya hasil belajar belajar siswa siswa adal adalah ah pand pandan anga gan n yang ang keli keliru ru terh terhad adap ap pera peran n guru guru.. Pada Pada umum umumny nyaa guru guru mendom mendominas inasii jalanny jalannyaa proses proses pembel pembelaja ajaran ran matema matematik tikaa di Sekola Sekolah. h. Selain Selain itu, itu, murid hanya bersifat pasif dalam proses pembelajaran. Kons Konstr trukt uktiv ivis isme me meny menyat ataka akan n

bahw bahwaa

penge pengeta tahu huan an akan akan ters tersus usun un atau atau

terbangun di dalam pikiran siswa sendiri ketika berupaya untuk mengorganisasikan   pengal pengalama aman n baruny barunyaa berdas berdasark arkan an kerangk kerangkaa kognit kognitif if yang yang sudah sudah ada di dalam dalam   pikir pikiran an siswa. siswa. Hal ini sejalan sejalan dengan dengan yang yang dinya dinyataka takan n oleh oleh Princ Princee & Felder  Felder  (2006:3-4) berikut ini. “An alternative model, constructivism, holds that whether or not there is an objective reality (different constructivist theories take opposing views on that  issue), individuals actively construct and reconstruct their own reality in an effort to make sense of their experience. New information is filtered through mental structures (schemata) that incorporate the student’s prior knowledge, beliefs, preconceptions and misconceptions, prejudices, and fears”. fears”. Sejalan dengan hal tersebut, Liu & Chen (2010: 63) menyatakan bahwa: ”Constructivism is a theory about how we learn and thinking process, rather  than about how student can memorize memorize and recite recite a quantity quantity of informatio information… n… Theref Therefore ore,, const construc ructi tivi vism sm me mean anss that that learn learnin ing g invo involv lves es const construc ructi ting ng,, creating, inventing, and developing one’s own knowledge and meaning ”. ”. Dengan demikian, pengetahuan tidak dapat dipindahkan dengan begitu saja dari dari skema skema seoran seorang g guru guru ke skema skema siswany siswanya. a. Setiap Setiap siswa siswa harus harus membang membangun un  pengetahuan itu di dalam skemanya masing-masing.

38

Yoppy Wahyu Purnomo: Efektivitas model ... (halaman: 37-54)

Terd Terdap apat at dua panda pandanga ngan n yang yang berb berbed edaa dala dalam m konst konstru rukt ktiv ivis isme me,, yakni akni  pandangan yang bersifat cognitive constructivism dan social dan  social constructivism. constructivism. Piaget dalam Powell & Kalina (2009: 242) menjelaskan bahwa fokus utama dari cognitive constructivism adalah pengetahuan dipelajari dari individu siswa untuk membangun   penget pengetahua ahuanny nnyaa sendir sendirii dari dari pengal pengalama aman n yang yang dimili dimilikiny kinya. a. Sebaga Sebagaii salah salah satu satu contoh adalah model pembelajarannya lain discovery learning . Hal ini berlawanan dengan social dengan social constructivism dari Lev Vygotsky dalam Powell & Kalina (2009:243) yang ang menj menjel elas aska kan n bahw bahwaa foku fokuss utam utamaa dari dari   social social constructivi constructivism sm adalah  pengetahuan dibangun dan diperoleh dari proses interaksi social. Sebagai contoh adalah model cooperative cooperative learning  learning . Menurut Marpaung (2005:4-5) Piaget lebih meneka menekankan nkan aktivi aktivitas tas indivi individu du daripa daripada da aktivi aktivitas tas social social,, sedangk sedangkan an Vygots Vygotsky ky mengkritik pandangan Piaget dan menekankan pada aktivitas sosial. Kedua Kedua pandang pandangan an terseb tersebut ut dapat dapat dijadi dijadikan kan dasar dasar di dalam dalam pembel pembelaja ajaran ran matema matematik tika. a. Kesuli Kesulitan tan dalam dalam menger mengerjak jakan an soal-s soal-soal oal matemat matematika ika merupa merupakan, kan, apalagi soal yang diberikan bervariasi, menuntut aktivitas individu dan sosial yang tinggi. Suatu saat siswa dihadapkan pada sebuah masalah yang menuntut berpikir  krea kreati tiff

dalam dalam

meny menyel elesa esaik ikan an

soal soal,,

teta tetapi pi

sisw siswaa

ters tersebu ebutt

tida tidak k

mamp mampu u

meny menyele elesa saik ikann anny ya kare karena na hany hanyaa berk berkut utat at pada pada satu satu jala jalan n kelu keluar ar.. Hal Hal ini ini menunjukkan bahwa kreativitas dalam menyelesaikan soal sangat penting untuk  menc mencar arii alte altern rnat atif if jawa jawaba ban n dari dari perm permas asal alah ahan an yang ang muncu uncul. l. Guru Guru sela selain in memberikan pengetahuan dan pengalaman dengan konsep yang betul, tetapi juga harus dapat memperhatikan sisi kemampuan berpikir b erpikir kreatif siswa.

Model Penemuan Terbimbing (Guided  (Guided  Discovery)  Discovery) Model pembelajaran penemuan terbimbing merupakan model pembelajaran yang bersifat student  bersifat student oriented  oriented dengan dengan teknik trial teknik trial and error , menerka, menggunaan

39

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 41, Nomor 1, Mei 2011

intuisi, intuisi, menyelidiki menyelidiki,, menarik menarik kesimpulan, kesimpulan, serta serta memungkinkan memungkinkan guru melakukan melakukan  bimbingan  bimbingan dan penunjuk penunjuk jalan dalam membantu siswa untuk mempergunaka mempergunakan n ide, konsep, dan keterampilan yang mereka miliki untuk menemukan pengetahuan yang  baru. Menurut Bruner dalam Prince & Felder (2006:132) belajar dengan penemuan meru merupak pakan an pende pendeka kata tan n yang berba berbasi siss peme pemeri riks ksaa aan. n. Para Para sisw siswaa diber diberii suat suatu u   pertanyaan untuk menjawab suatu masalah untuk dipecahkan atau pengamatan pengamatan untuk dijelaskan, mengarahkan dirinya sendiri untuk melengkapi tugastuga tugas, s, mena menari rik k kesim kesimpul pulanan-kes kesim impu pula lan n yang sesu sesuai ai deng dengan an temu temuan anny nya, a, dan "menemukan" pengetahuan konseptual berdasarkan fakta yang diinginkan di dalam  proses. Secara sederhana, peran guru dan siswa dalam model penemuan terbimbing ini dapat dituangkan pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Peran Guru dan Siswa dalam Model Penemuan Terbimbing Penemuan Terbimbing Sedikit bimbingan

Banyak Bimbingan

Peran Guru

Peran Siswa



Menyatakan persoalan



Menemukan pemecahan



Menyatakan persoalan



Mengikuti petunjuk 



Memberikan bimbingan



Menemukan  penyelesaian

(Widdiharto, 2004:5)

Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative (Cooperative Learning) Pemb Pembel elaj ajar aran an

koope koopera rati tiff

meru merupa pakan kan

pemb pembel elaj ajar aran an

deng dengan an

kelo kelomp mpokok-

kelompok kelompok kecil (4-6 siswa) siswa) yang memungkinkan memungkinkan siswa berdiskusi berdiskusi,, berinterak berinteraksi, si, memecahkan memecahkan masalah, masalah, dan melaksanaka melaksanakan n kewajibanny kewajibannyaa dalam kelompok sesuai tugasnya masing-masing untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini sejalan dengan  pend  pendap apat at Slavi Slavin n dalam dalam Ozkan Ozkan (2010 (2010:5 :504) 04) bahw bahwaa “cooperative cooperative learning learning covers learning methods in which students work in small groups (generally 4-6 students)”.

40

Yoppy Wahyu Purnomo: Efektivitas model ... (halaman: 37-54)

Lebih lanjut, Woods & Chen (2010:1) menyatakan bahwa “cooperative “cooperative learning is an instructional in which students work together toward a common goal ”. ”. Menurut Menurut Kastur Kasturiar iarachi achi (2004: (2004:55) 55) terdap terdapat at tiga tiga aspek aspek inti inti pembel pembelaja ajaran ran koop kooper erat atif if,,

yakni akni::

(1) (1)   for format matte ted d

inte interac racti tive ve

lect lecture ure

leave leavess (mengadopsi

 pembelajar  pembelajaran an aktif untuk lingkungan lingkungan belajar belajar yang interaktif), interaktif), (2)  (2)  student projects (membuat proyek-proyek tugas pada masing-masing kelompok siswa), (3) Program (3) Program  for Excellent in Mathematics (yang didasarkan pada pembelajaran kolaboratif untuk  memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik).

Kreativitas Kreativita Kreativitass merupakan merupakan kemampuan kemampuan individu individu yang dapat berupa cipta, karsa, dan dan kary karyaa sese seseor oran ang g untu untuk k dapa dapatt menci mencipt ptak akan an sesu sesuat atu u yang yang baru baru atau ataupun pun mengembangkan pemikiran alternative. Hal ini dimaksudkan agar individu mampu melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang sebagai hasil dari interaksi individu dengan lingkungannya sehingga diperoleh cara-cara baru untuk mencapai tujuan yang yang lebih lebih bermakna bermakna.. Kreati Kreativit vitas as merupa merupakan kan buah pemiki pemikiran ran seseor seseorang ang ketika ketika memiki memikirkan rkan sesuat sesuatu u yang yang bermak bermakna. na. Dengan Dengan kata kata lain, lain, kreati kreativit vitas as merupak merupakan an  produk kemampuan berpikir kreatif. Hal ini sejalan dengan Tatag (2007:5) bahwa kreativitas merupakan suatu produk berpikir (dalam hal ini berpikir kreatif) untuk  menghasilkan menghasilkan suatu cara atau sesuatu yang baru dalam memandang memandang suatu masalah atau situasi. Menurut Depdiknas (2008:10-11) terdapat karakteristik berpikir kreatif yang menghasilkan kreativitas, antara lain: (1) melihat suatu persoalan sebagai tantangan untuk menunjukkan menunjukkan kemampuan kemampuan diri, (2) memikirkan memikirkan alternatif alternatif

solusi/ti solusi/tindakan ndakan

yang tidak dilakukan oleh orang umumnya atau bukan sesuatu yang sudah biasa dilakukan, (3) tidak takut mencoba hal-hal baru, (4) mau belajar mempergunakan cara, teknik, dan peralatan baru, (5) tidak takut dicemooh oleh orang lain karena   ber berbe beda da dari dari kebi kebias asaa aan, n, (6) (6) tidak tidak malu malu bert bertany anyaa untuk untuk meng mengeta etahu huii berba berbagai gai informasi informasi tentang tentang sesuatu yang dianggap dianggap menarik, menarik, (7) tidak cepat puas terhadap terhadap hasil yang diperoleh, (8) toleran terhadap kegagalan, (9) memikirkan kemungkinan

41

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 41, Nomor 1, Mei 2011

yang dapat dilakukan atau dikerjakan dari suatu kondisi, keadaan, atau benda, (10) melakuk melakukan an berbaga berbagaii cara cara yang yang mungki mungkin n dilaku dilakukan kan dengan dengan tetap tetap berdas berdasar ar pada pada integritas, kejujuran, menjujung sistem nilai, dan bertujuan positif, (11) tindakan yang dilakukan efektif, efisien, dan produktif. Aspe Aspek k kogn kognit itif if dari dari berpi berpiki kirr krea kreati tiff terd terdir irii atas atas kela kelanc ncar aran an  fluency), ( fluency), kelenturan ( flexibility),  flexibility), keaslian (originality (originality), ), dan keterincian (elaboration (elaboration)) dalam  berpikir. Aspek dan indikator dari keterampilan berpikir kreatif yang menghasilkan kreativitas dapat dijabarkan sebagai berikut:

Tabel 2 Aspek dan Indikator Berpikir Kreatif  No

Aspek

Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif   Tidak malu bertanya berbagai informasi tentang sesuatu hal yang dianggap menarik. Memikirkan apa yang mungkin dapat dilakukan • atau dikerjakan dari suatu kondisi, keadaan atau benda. • Tindakan yang dilakukan efektif, efisien, dan  produktif. •

a

 b

c

 Fluency (berpikir  lancar)

 Flexibility (berpikir  luwes) Originality (orisinalitas  berpikir)



Cenderung melihat suatu persoalan sebagai tantangan untuk  menunjukkan kemampuan diri Toleran terhadap kegagalan dan frustasi. •



Tidak takut untuk mencoba hal-hal baru • Mau belajar mempergunakan cara, teknik dan  peralatan baru • Tidak takut dicemoohkan oleh orang lain karena  berbeda dari kebiasaan



d

 Elaboration (penguraian)

Cara Penelitian

42

Cenderung memikirkan alternatif solusi/tindakan yang tidak  dilakukan oleh orang-orang pada umumnya atau bukan sesuatu yang sudah biasa dilakukan. • Melakukan berbagai cara yang mungkin dilakukan dengan tetap berdasar pada integritas, kejujuran, menjujung sistem nilai, dan bertujuan positif.

Yoppy Wahyu Purnomo: Efektivitas model ... (halaman: 37-54)

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IX SMP se-Sub se-Sub Rayon Rayon 04 Wonogi Wonogiri. ri. Teknik Teknik penyamp penyampela elan n yang yang digunak digunakan an dalam dalam  penelitian ini adalah stratified adalah stratified random sampling (menggolongkan sampling (menggolongkan SMP di Wilayah Sub Rayon 04 Kabupaten Wonogiri yang terdiri atas 19 sekolah menjadi kategori sekola sekolah h dengan dengan presta prestasi si tinggi tinggi maupun maupun rendah rendah berdas berdasark arkan an hasil hasil ujian ujian nasion nasional al Tahun Tahun 2009. 2009. Berdas Berdasark arkan an kategor kategorii presta prestasi si tinggi tinggi maupun maupun rendah rendah,, dipili dipilih h satu satu sekola sekolah h dan kemudi kemudian an dilanj dilanjutk utkan an dengan dengan mengam mengambil bil tiga tiga kelas kelas dari dari masing masing-cluster random sampling . Juml masing masing sekola sekolah h secara secara cluster Jumlah ah sisw siswaa yang yang menja menjadi di sampel pada penelitian ini adalah 232 siswa. Data, penelitian penelitian ini diperoleh dengan menggunakan menggunakan metode metode dokumentasi dokumentasi,, angk angket et,, dan dan tes. tes. Meto Metode de doku dokume ment ntas asii digu diguna naka kan n untu untuk k memp memper erol oleh eh data data kemampuan awal yang digunakan untuk menguji apakah sampel dalam keadaan seimba seimbang. ng. Angket Angket digunak digunakan an untuk untuk menget mengetahui ahui dan menggol menggolongk ongkan an siswa siswa ke dalam kategori kreativitas tinggi, sedang, ataupun rendah. Tes digunakan untuk  memp memper erol oleh eh data data hasi hasill bela belaja jarr mate matema mati tika ka yang diper diperol oleh eh sete setela lah h samp sampel el memperoleh perlakuan. Sebelum dikenakan pada sampel, instrumen tes dan angket diuji validitas dan reliabelitasnya. Di samping itu, dilakukan pula uji daya beda dan tingkat kesukaran untuk instrumen tes serta uji konsistensi internal untuk instrumen angket. Hipotesis Hipotesis penelitian penelitian ini adalah (1) model penemuan penemuan terbimbin terbimbing g memberikan memberikan cooperative learning, learning, tetapi hasil hasil belaja belajarr yang yang sama sama dengan dengan model model cooperative tetapi lebih lebih baik  baik  daripada model konvensional; (2) kreativitas lebih tinggi memberikan hasil belajar  lebih baik daripada kreativitas lebih rendah; dan (3) terdapat interaksi antara model  pembelajaran dan kreativitas siswa dengan hasil belajar. Interaksi pada hipotesis ketiga penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut. Pada kreativitas tinggi, model penemuan terbimbing lebih baik daripada model cooperative cooperative learning  learning  dan cooperative cooperative learning  learning  lebih baik daripada konvensional. Pada kreativitas sedang, model cooperative cooperative learning  learning  lebih baik daripada model   pene penemu muan an terb terbim imbi bing ng dan mode modell pene penemu muan an terb terbim imbi bing ng lebi lebih h baik baik dari daripa pada da konvensional. Pada kreativitas rendah, model penemuan terbimbing memberikan hasil hasil belaja belajarr yang yang sama sama dengan dengan model model cooperative cooperative learning, learning, tetapi tetapi lebih lebih baik  baik  daripa daripada da model model konvens konvension ional. al. Di sisin sisin lain, lain, pada model model penemua penemuan n terbim terbimbin bing, g,

43

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 41, Nomor 1, Mei 2011

kreativitas tinggi lebih baik daripada kreativitas sedang dan kreativitas sedang lebih  baik daripada kreativitas rendah. Pada model cooperative learning , baik kreativitas tinggi, sedang, maupun rendah memberikan hasil belajar yang sama. Pada model konve konvens nsio iona nal, l, kreat kreativ ivit itas as ting tinggi gi lebi lebih h baik baik dari daripa pada da krea kreati tivi vita tass sedan sedang g dan dan kreativitas sedang lebih baik daripada kreativitas rendah. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Anava dua jalan sel tak tak sama sama deng dengan an desa desain in fakt faktor oria iall 3 x 3 yang ang sebe sebelu lumn mny ya haru haruss meme memenu nuhi hi  persyaratan,  persyaratan, yakni populasi harus berdistribusi berdistribusi normal (dengan metode metode Lilliefor Lilliefors) s) dan homogen (dengan metode Bartlett). Terdapat tiga hipotesis nol pada penelitian ini yang diuji dengan Anava. Tiga pasang tersebut adalah: (1) H0A : Tidak ada  perbedaan  perbedaan efek antarbaris antarbaris terhadap terhadap variabel variabel terikat; terikat; (2) H0B : Tidak ada perbedaan efek antarkolom terhadap variabel terikat; dan (3) H0AB : Tidak ada interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat. Uji analisis variansi dua jalan dapat dirangkum ke dalam Tabel 3 berikut ini. Tabel 3 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Perlakuan Model Pembelajaran (A) Kreativitas (B) Interaksi (AB) Galat (G) Total

JK JKA JKB JKAB JKG JKT

dk  p – 1 q–1 (p - 1) (q - 1)  N - pq N-1

RK RKA RKB RKAB RKG -

Fhitung



Fa F b Fab -

F* F* F* -

-

-

( Budiyono, 2009:231)  Keterangan:  JK = Jumlah Jumlah Kuadrat; Kuadrat; JKA = Jumlah Jumlah kuadrat kuadrat untuk baris (A), JKB = Jumlah Jumlah kuadrat  untuk kolom (B), dan untuk selanjutnya mengikuti; dk = Derajat Derajat Kebeba Kebebasan san untuk untuk masing masing-masi -masing ng jumlah jumlah kuadrat; kuadrat; p = banyakn banyaknya ya kategor kategorii  pada baris; q = banyaknya kategori pada kolom; dan N = Jumlah keseluruhan data;  RK  RK = Rata Rataan an Kuad Kuadra rat; t;  F obs Statistik uj uji; obs= *  F  = Nilai yang yang diperoleh diperoleh dari Tabel distribusi distribusi F dengan derajat kebebasan kebebasan k – 1 dan N   – k.

Setelah Setelah uji Anava di atas, dilanjutkan dilanjutkan dengan uji komparasi ganda dengan menggunakan menggunakan metode metode Scheffe Scheffe dengan empat pengujian pengujian rerata, rerata, yakni antarbaris, antarbaris,

44

Yoppy Wahyu Purnomo: Efektivitas model ... (halaman: 37-54)

antarkolom, antarbaris pada kolom yang sama, dan antarkolom pada baris yang sama. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Setelah data kreativitas dan hasil belajar matematika terkumpul, selanjutnya dilakukan dilakukan pengujian pengujian hipotesis. hipotesis. Rangkuman hasil perhitungan perhitungan Anava dua jalan sel tak sama dengan α = 5 % disajikan dalam Tabel 4 sebagai berikut ini. Tabel 4 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sumber Model Pembelajaran (A) Kreativitas (B) Interaksi (AB) Galat(G) Total

JK

dk

RK

Fhitung

Ftabel

11345,11 6264,61 3059,19 25801,74

2 2 4 223

5672,55 3132,31 764,798 115,703

49,027 27,072 6,610 -

3,036 3,036 2,412 -

46470,65

231

-

-

-

Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat ditarik beberapa simpulan berikut ini. 1.

Terdapat pengaruh model pembelajaran yang diterapkan terhadap hasil belajar  siswa. Hal ini dibuktikan dengan Fhitung = 49,027 > 3,036 = F0,05;2;223 sehingga H0A ditolak.

2.

Terdapat pengaruh kreativitas belajar terhadap hasil belajar. Hal ini dibuktikan dengan Fhitung = 27,072 > 3,036 = F0,05;2;223 sehingga H0B ditolak.

3.

Terdapa Terdapatt intera interaksi ksi antara antara model model pembel pembelajar ajaran an dan kreati kreativit vitas as belaja belajarr siswa siswa terhadap hasil belajar. Hal ini dibuktikan dengan Fhitung = 6,610 > 2,412 = F0,05;4;223 sehingga H0AB ditolak. Dari hasil analisis tersebut perlu diketahui pengaruh dan interaksi seperti apa

yang yang dipero diperoleh leh.. Untuk Untuk menjawa menjawab b hal terseb tersebut, ut, dilaku dilakukan kan uji kompara komparasi si ganda ganda dengan metode Scheefe yang sebelumnya sebelumnya dicari dahulu rerata marginal dan rerata rerata masing-masing sel. Hasilnya adalah seperti berikut ini. Tabel 5 Rerata Marginal dan Rerata Masing-Masing Sel

45

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 41, Nomor 1, Mei 2011

Penemuan Terbimbing Kooperatif Konvensional

Kategori Kreativitas Tinggi Sedang Rendah 90 65,611 59,395 69,111 65,033 59,697 52,5 53,572 40,334

Rerata Marginal

66,869

Model Pembelajaran

61,397

53,543

Rerata Marginal 66,623 65,065 51,710 181,808

Uji Anava pada hipotesis pertama menunjukkan terdapat pengaruh model   pembe pembelaj lajara aran n yang yang ditera diterapka pkan n terhada terhadap p hasil hasil belaja belajarr siswa. siswa. Untuk Untuk menget mengetahu ahuii  pengaruh dari model pembelajaran dilakukan uji komparasi ganda antarbaris (model  pembelajaran) yang hasilnya dapat dirangkum pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6 Uji Komparasi Ganda Rerata antarmodel Pembelajaran Uji ke1 2 3

H0 = µ2 µ2 = µ3 µ1 = µ3 µ1

Fobs 0,808 59,736 74,486

2F0,05; 2,223 6,073 6,073 6,073

Keputusan Uji H0 tidak di ditolak H0 ditolak H0 ditolak

Beda Rerata Tidak Si Signifikan Signifikan Signifikan

Mengacu Tabel 6 di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1.

Pada uji pertama, pertama, karena perbedaan rerata tidak signifikan signifikan,, hasil belajar 

dengan model penemuan penemuan terbimbin terbimbing g dan kooperatif kooperatif sama. Pada pembelajaran pembelajaran   penem penemuan uan,, siswa siswa terlib terlibat at secara secara aktif aktif dalam dalam proses proses pembel pembelaja ajaran ran sehing sehingga ga konsep materi lebih tertanam pada siswa dan tidak tergantung dengan hapalan rumus umus-r -rum umus us,, akan akan tet tetapi api terda erdapa patt

siswa swa yang ang

tidak dak ter terbias biasaa

deng dengan an

  pembe pembelaj lajara aran n penemua penemuan n terleb terlebih ih siswa siswa dengan dengan kemamp kemampuan uan rendah rendah yang yang membutuhkan membutuhkan banyak bimbingan. bimbingan. Pada model kooperatif, kooperatif, siswa kemampuan kemampuan lebih lebih dapat dapat membant membantu u kemampu kemampuan an di bawahny bawahnyaa pada pada saat saat proses proses intera interaksi ksi denga dengan n kelo kelomp mpok okny nya. a. Namun, Namun, sisw siswaa berk berkem emam ampua puan n renda rendah h dala dalam m pros proses es  penyelesai  penyelesaikan kan masalah masalah tidak berkembang berkembang karena hanya bertumpu bertumpu pada siswa  berkem  berkemamp ampuan uan lebih. lebih. Berdas Berdasark arkan an kelema kelemahan han dan kelebi kelebihan han di atas, atas, model model  penemuan  penemuan terbimbing terbimbing dan cooperative learning memberikan learning  memberikan hasil belajar yang sama.

46

Yoppy Wahyu Purnomo: Efektivitas model ... (halaman: 37-54)

Pada uji kedua, karena perbedaan rerata signifikan, dengan rata-rata hasil

2.

  bel belaj ajar ar mode modell

koop kooper erat atif if sebe sebesa sarr

65,0 65,065 65 lebi lebih h

baik baik dari daripa pada da

model odel

konve konvens nsio iona nall denga dengan n rata rata-r -rat ataa 51,7 51,710. 10. Hal Hal ini ini dise disebab babka kan n oleh oleh mode modell konvens konvension ional al yang yang hanya hanya menemp menempatk atkan an siswa siswa untuk untuk meneri menerima ma inform informasi asi sehi sehingg nggaa hasi hasill bela belaja jarr bers bersif ifat at hafal hafalan an jangk jangkaa pende pendek, k, sedan sedangk gkan an pada pada  pembelajar  pembelajaran an kooperatif, kooperatif, siswa berkemampuan berkemampuan tinggi, sedang, maupun rendah dapat saling berinteraks berinteraksii sehingga sehingga hasil belajar meningkat seiring hasil belajar  kelompoknya. Pada uji ketiga, karena perbedaan rerata signifikan, dengan rata-rata hasil

3.

 belajar yang diperoleh dalam model penemuan terbimbing sebesar 66,623 lebih  baik daripada model konvensional yang memperoleh rata-rata 51,710. Hal ini dikare dikarenaka nakan n model model penemua penemuan n lebih lebih menekan menekankan kan dalam dalam pemaham pemahaman an konsep konsep dengan cara ”menemukan” sendiri sehingga dapat mengingat konsep dalam   jangka jangka panjang panjang,, sedangk sedangkan an model model konvens konvension ional al hanya hanya bersif bersifat at menghap menghapal al  jangka pendek. Uji Anava pada hipotesis kedua menunjukkan terdapat pengaruh kreativitas terhadap hasil belajar. Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing kategori kreativitas, dilakukan uji komparasi ganda antarkolom (kreativitas) yang hasilnya dituangkan pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 7 Rangkuman Komparasi Ganda Rerata antarkategori Kreativitas Uji ke1 2 3

H0 µ1 = µ2 µ2 = µ3 µ1 = µ3

Fobs 7,130 14,321 24,937

2F0,05; 2,223 6,073 6,073 6,073

Keputusan Uji H 0 ditolak H 0 ditolak H 0 ditolak

Beda Rerata Signifikan Signifikan Signifikan

Denga Dengan n menga mengacu cu pada pada Tabe Tabell 7 di atas atas,, dapat dapat disi disimp mpul ulka kan n bahwa bahwa seti setiap ap kategori kreativitas memiliki beda rerata yang signifikan. Dengan melihat masingmasi masing ng rera rerata tany nyaa (lih (lihat at rera rerata ta marg margin inal al kate katego gori ri krea kreati tivit vitas as pada pada Tabel Tabel 5), 5), kreati kreativit vitas as yang yang lebih lebih tinggi tinggi lebih lebih baik baik daripa daripada da kreati kreativit vitas as yang yang lebih lebih rendah rendah terhadap hasil belajar. Hal ini dikarenakan siswa dituntut memikirkan dan bertindak 

47

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 41, Nomor 1, Mei 2011

denga dengan n berba berbagai gai cara cara untuk untuk dapa dapatt meng mengur urai aikan kan komp komple leks ksit itas as tant tantan anga gan n dan dan memikirkan berbagai alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk menghadapi tantangan, untuk itulah seseorang membutuhkan kreativitas (Depdiknas, 2008: ). Semakin tinggi tingkat kreativitasnya, semakin tinggi pula hasil belajarnya. Uji Anava pada hipotesis ketiga menunjukkan terdapat interaksi antara model   pem pembel belaj ajar aran an yang dite ditera rapk pkan an dan dan krea kreati tivi vita tass terh terhada adap p hasi hasill belaj belajar ar.. Untu Untuk  k  mengetahui mengetahui interaksi dalam hipotesis ketiga ini dilakukan dilakukan uji komparasi ganda rerata rerata antars antarsel el pada baris baris yang yang sama sama dan kompar komparasi asi ganda ganda rerata rerata antars antarsel el pada pada kolom yang sama. Hasilnya dituangkan pada Tabel 8 dan Tabel 9 berikut ini.

Tabel 8 Rangkum Rangkuman an Kompar Komparasi asi Ganda Ganda Rerata Rerata antark antarkate ategor gorii Kreati Kreativit vitas as pada pada Masing Masing-Masing Model Pembelajaran Uji ke1 2 3 4 5 6 7 8 9

H0 µ11 = µ12 µ12 = µ13 µ11 = µ13 µ21 = µ22 µ22 = µ23 µ21 = µ23 µ31 = µ32 µ32 = µ33 µ31 = µ33

Fobs 28,042 3,105 31,430 1,667 2,226 4,861 0,098 4,525 6,978

8F0,05; 8,22 15,841 15,841 15,841 15,841 15,841 15,841 15,841 15,841 15,841

Keputusan Uji H 0 ditolak H 0 tidak ditolak H 0 ditolak H 0 tidak ditolak H 0 tidak ditolak H 0 tidak ditolak H 0 tidak ditolak H 0 tidak ditolak H 0 tidak ditolak

Beda Rerata Signifikan Tidak Signifik fikan Signifikan Tidak Signifik fikan Tidak Signifik fikan Tidak Signifik fikan Tidak Signifik fikan Tidak Signifik fikan Tidak Signifik fikan

Mengacu tabel 8 di atas dapat disimpulkan sebagai hal-hal sebagai berikut. Pada uji pertama, karena perbedaan rerata yang signifikan, dengan melihat rata-

1.

rata hasil belajar kelompok kelompok penemuan penemuan terbimbing terbimbing diperoleh diperoleh hasil belajar siswa krea kreati tivi vita tass ting tinggi gi deng dengan an rata rata-r -rat ataa sebe sebesa sarr 90 lebi lebih h baik baik dari daripa pada da sisw siswaa kreativitas sedang yang rata-ratanya sebesaar 65,611. Hal ini dikarenakan pada trial and error yang error  yang membutuhkan  penemuan terbimbing terdapat proses untuk  untuk trial  pemikiran  pemikiran kreatif sehingga sehingga kreativitas kreativitas tinggi pada penemuan penemuan terbimbing terbimbing lebih  baik hasil belajarnya daripada kreativitas sedang.

48

Yoppy Wahyu Purnomo: Efektivitas model ... (halaman: 37-54)

2.

Pada Pada uji kedua, kedua, karena karena tidak tidak terdapa terdapatt perbeda perbedaan an rerata rerata yang yang signif signifika ikan n pada kelomp kelompok ok penemu penemuan an terbim terbimbin bing, g, hasil hasil belajar belajar siswa siswa kreati kreativit vitas as sedang sedang sama sama dengan dengan kreati kreativit vitas as rendah rendah.. Hal ini berbeda berbeda dengan dengan hipote hipotesis sis peneli peneliti tian an yang yang mengatakan bahwa kreativitas lebih tinggi memberikan hasil belajar yang lebih   baik baik daripa daripada da kreati kreativit vitas as lebih lebih rendah. rendah. Hal ini dikare dikarenaka nakan n pada kreati kreativit vitas as sedang dan rendah pada saat proses pembelajaran membutuhkan bimbingan yang lebih untuk dapat mengikuti mengikuti proses proses penemuan. penemuan. Namun, proses pembimbingan pembimbingan tidak berjalan maksimal karena keterbatasan waktu.

3.

Pada uji ketiga, karena terdapat perbedaan rerata yang signifikan, dengan melihat rata-rata rata-rata hasil belajar belajar pada kelompok kelompok model penemuan terbimbing terbimbing diperoleh hasil belajar siswa kelompok kreativitas tinggi dengan rata-rata sebesar 90 lebih   baik daripada siswa kelompok kelompok kreativita kreativitass rendah yang memperoleh memperoleh rata-rata rata-rata sebesar 59,395. Hal ini sejalan dengan pembahasan sebelumnya bahwa pada   pen penem emua uan n

terb terbim imbi bing ng,,

krea kreati tivi vita tass

ting tinggi gi

lebi lebih h

mudah udah

meng mengik ikut utii

dan dan

mengembangkan kreativitasnya. 4.

Pada uji keempat, kelima, dan keenam karena tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan pada kelompok model kooperatif, hasil belajar siswa kreativitas tinggi, sedang, dan rendah memiliki hasil belajar yang sama. Pada pembelajaran kooper kooperati atif, f, siswa siswa dihadap dihadapkan kan pada situas situasii berkel berkelomp ompok ok yang yang dimung dimungkink kinkan an terdapat interaksi antara siswa kreativitas tinggi, sedang, dan rendah sehingga keberhasilan individu siswa dapat seiring dengan keberhasilan kelompoknya.

5.

Pada uji ketujuh, ketujuh, kedelapan, kedelapan, dan kesembilan kesembilan karena tidak terdapat perbedaan rerata rerata yang yang signif signifik ik pada pada kelomp kelompok ok model model konvens konvension ional, al, hasil hasil belaja belajarr siswa siswa kelompok kelompok kreativit kreativitas as tinggi, tinggi, sedang, sedang, dan rendah memiliki memiliki hasil belajar belajar yang sama. sama. Hal ini tidak tidak sesuai sesuai dengan dengan hipote hipotesis sis yang yang dirumu dirumuska skan n sebelu sebelumny mnya. a. Kemung Kemungkina kinan n penyebab penyebabny nyaa adalah adalah pada pembel pembelaja ajaran ran konvens konvension ional, al, siswa siswa hanya hanya mendapa mendapatka tkan n inform informasi asi dan mengha menghapal pal apa yang yang dikemu dikemukaka kakan n guru guru sehing sehingga ga untuk untuk kreati kreativit vitas as tinggi tinggi,, sedang, sedang, dan rendah rendah potens potensii mereka mereka tidak  tidak   berkembang dan lemah dalam ingatan jangka panjang.

49

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 41, Nomor 1, Mei 2011

Komparasi ganda rerata antarsel pada kolom yang sama, diperoleh hasil yang dituangkan ke dalam Tabel 9 berikut ini. Tabel 9 Rangkum Rangkuman an Kompar Komparasi asi Ganda Ganda Antarka Antarkateg tegori ori Kreati Kreativit vitas as pada Masing Masing-ma -masin sing g Model Pembelajaran Uji ke1 2 3

H0 µ11 = µ12 µ21 = µ31 µ11 = µ31

4

µ12

5 6

µ22

7

µ13

8 9

µ23

= µ22

= µ32 µ12 = µ32 = µ23

= µ33 µ13 = µ33

Fobs 16,162 15,899 48,616

Ftabel 15,841 15,841 15,841

Keputusan Uji H 0 ditolak H 0 ditolak H 0 ditolak

Beda Rerata Signifikan Signifikan Signifikan

0,080

15,841

H 0 tidak idak dit ditol olak ak

Tidak idak Sig Sign nifik fikan

30,304 36,286

15,841 15,841

H 0 ditolak H 0 ditolak

Signifikan Signifikan

0,004

15,841

H 0 tidak idak dit ditol olak ak

Tidak idak Sig Sign nifik fikan

16,974 16,448

15,841 15,841

H 0 ditolak H 0 ditolak

Signifikan Signifikan

Mengacu Tabel 9 di atas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. Pada Pada uji pertam pertama, a, kedua, kedua, dan ketiga ketiga karena karena terdap terdapat at perbeda perbedaan an rerata rerata yang yang

1.

signif signifika ikan n dengan dengan meliha melihatt rata-r rata-rata ata hasil hasil belaja belajarr pada pada kelomp kelompok ok kreati kreativit vitas as tinggi, tinggi, diperoleh diperoleh hasil belajar belajar penemuan penemuan terbimbing terbimbing dengan rata-rata rata-rata 90 lebih  baik  baik daripa daripada da koopera kooperatif tif yang yang rata-r rata-rata atany nyaa 69,111 69,111 dan koopera kooperatif tif lebih lebih baik  baik  dari daripa pada da konve konvens nsio iona nall yang yang rata rata-r -rat atany anyaa 52,5. 52,5. Hal Hal ini ini dika dikare rena naka kan n pada pada   penemuan terbimbing siswa berkreativitas tinggi selalu terasah kemampuannya  pada saat ”menemukan”, sedangkan pada pembelajaran kooperatif tidak selalu  berkembang kemampuannya, akan tetapi mereka selalu menjadi inspirator dan   pembimbing pembimbing di kelompokny kelompoknya. a. Pada pembelajaran pembelajaran konvensional konvensional mereka tidak   berkembang dan tidak dapat menonjolkan kemampuannya karena hanya bersifat mende mendeng ngar arka kan, n, meli melihat hat,, dan meny menyim imak ak untuk untuk mengi menging ngat at info inform rmas asii yang disamp disampaik aikan an sehing sehingga ga besar besar kemung kemungkina kinan n akan lupa lupa jika jika diberi diberi materi materi yang yang  baru. 2.

50

Pada uji keempat, keempat, karena tidak terdapat perbedaan perbedaan rerata rerata yang signifikan signifikan pada

Yoppy Wahyu Purnomo: Efektivitas model ... (halaman: 37-54)

kelomp kelompok ok kreati kreativit vitas as sedang sedang,, hasil hasil belaja belajarr penemu penemuan an terbim terbimbin bing g sama sama hasil hasil   bel belaja ajarn rny ya denga dengan n koope koopera rati tif. f. Hal ini ini tida tidak k sesu sesuai ai denga dengan n hipo hipote tesi siss yang dirumuskan dirumuskan sebelumny sebelumnyaa dikarenakan dikarenakan pada pembelajara pembelajaran n kooperatif, kooperatif, siswa yang memiliki kreativitas sedang dalam penyelesaian masalah kurang berkembang. Hal ini dimungkinkan di dalam kelompoknya sebagian besar siswa kreativitas sedang kurang aktif bertanya, baik kepada teman dalam kelompoknya maupun guru. 3.

Pada uji kelima dan keenam, karena terdapat perbedaan rerata yang signifikan, denga dengan n meli melihat hat rata rata-r -rat ataa hasi hasill belaj belajar ar pada pada kelo kelomp mpok ok krea kreati tivi vita tass sedan sedang g dipero diperoleh leh hasil hasil belaja belajarr penemu penemuan an terbim terbimbing bing dengan dengan rata-r rata-rata ata 65,611 65,611 dan kooperatif dengan rata-rata 65,033 sehingga keduanya lebih baik daripada model konvensional yang memperoleh rata-rata 53,572. Hal ini seperti yang diutarakan di depan bahwa pada model konvensional siswa hanya bersifat mengingat jangka  pendek sehingga konsep kurang tertanam pada siswa.

4.

Pada uji ketujuh, ketujuh, karena tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan signifikan pada kelompok kreativitas rendah, model penemuan terbimbing sama hasil belajarnya dengan model pembelajaran kooperatif. Siswa pada kelompok kreativitas rendah dibe diberi ri pene penemu muan an terb terbim imbi bing ng memb membut utuh uhka kan n bany banyak ak wakt waktu u pada pada pros proses es  pembimbingannya dan jika diberi kooperatif, mereka sering tidak percaya diri dengan siswa kreativitas lebih tinggi.

5.

Pada Pada uji uji kedel kedelap apan an dan dan semb sembil ilan, an, karena karena terd terdapa apatt perb perbed edaa aan n rera rerata ta yang yang signif signifika ikan n dengan dengan meliha melihatt rata-r rata-rata ata hasil hasil belaja belajarr pada pada kelomp kelompok ok kreati kreativit vitas as rendah rendah,, dipero diperoleh leh penemua penemuan n terbim terbimbin bing g dengan dengan rata-r rata-rata ata 59,395 59,395 dan model model kooperatif dengan rata-rata 59,697 sehingga keduanya lebih baik daripada model konvens konvension ional al yang yang memper memperole oleh h rata-r rata-rata ata 40,334. 40,334. Hal ini sama sama dengan dengan yang yang diutarakan di depan bahwa model konvensional hanya bersifat hapalan jangka  pendek, konsep kurang tertanam, dan hanya mengandalkan hapalan rumus.

51

JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 41, Nomor 1, Mei 2011

Kesimpulan

Berdas Berdasark arkan an hasil hasil analisi analisiss yang yang telah telah dikemu dikemukaka kakan n di atas, atas, dapat dapat ditari ditarik  k   beberapa simpulan berikut ini. 1.

Penggunaan model penemuan terbimbing memberikan hasil belajar yang sama dengan dengan model model cooperative cooperative learning  learning , teta tetapi pi kedu keduany anyaa lebi lebih h baik baik dari daripa pada da  pembelajaran dengan model konvensional.

2.

Kreati Kreativit vitas as yang yang lebih lebih tinggi tinggi memberi memberikan kan hasil hasil belaja belajarr lebih lebih baik baik daripa daripada da kreativitas yang lebih rendah.

3.

Pada kategori tinggi, model penemuan terbimbing lebih baik hasil belajarnya daripada cooperative cooperative learning  learning  dan cooperative cooperative learning  learning  lebi lebih h baik baik hasi hasill   belaj belajarn arnya ya daripa daripada da model model konvens konvension ional. al. Pada Pada kreati kreativit vitas as sedang sedang maupun maupun rendah rendah,, penemua penemuan n terbim terbimbin bing g dan cooperative cooperative learning  learning  memberikan memberikan hasil  belajar yang sama, tetapi lebih baik daripada konvensional. Di sisi lain, pada   pem pembel belaj ajar aran an pene penemu muan an terb terbim imbi bing, ng, krea kreati tivi vita tass ting tinggi gi lebi lebih h baik baik hasi hasill   belajarny belajarnyaa daripada daripada kreativita kreativitass sedang dan kreativita kreativitass sedang memiliki hasil  belajar yang sama dengan kreativitas rendah. Pada model cooperative learning  maupun konvensional, kreativitas tinggi, sedang, maupun rendah memiliki hasil  belajar yang sama.

Daftar Pustaka

Budiyono. (2009). Statistika untuk penelitian (edisi 2). 2). Surakarta: UNS Press. Depdiknas. (2008). Kreativitas (2008). Kreativitas.. Jakarta: Ditjen PMPTK Depdiknas. Kastur Kasturiar iarach achi, i, A. B. (2004) (2004).. “Count “Counting ing on coopera cooperati tive ve learni learning ng to uncover uncover the richness in undergraduates mathematics”. Primus: mathematics”.  Primus: Problems, resources, and  issues in mathematics undergraduate studies. studies. 14 (1). 55-78.

52

Yoppy Wahyu Purnomo: Efektivitas model ... (halaman: 37-54)

Liu, Liu, C.C & Chen, Chen, I. J. C. (2010) (2010).. ”Evolu ”Evoluti tion on of constr construct uctivi ivism”. sm”. Contemporary issues in education research, research, 3 (4). 63-66. Marpaung. (2005). “Peranan psikologi dalam inovasi pembelajaran matematika”. Makalah disamp disampaik aikan an pada pada Semina Seminarr Nasion Nasional al Pendid Pendidika ikan n Matema Matematik tikaa di UNESA. Surabaya, Tanggal 28 Februari 2005. Ozkan, Ozkan, H. H. (2010) (2010).. “Coope “Cooperat rative ive learni learning ng techni technique que throug through h intern internet et based based education: A model proposal”. Academic proposal”. Academic Research Library, Library, 130 (3). 499-508. Powe Powell ll,, K. C & Kali Kalina na,, C. J. (2009 (2009). ). “Cog “Cogni niti tive ve and and soci social al cons constr truc ucti tivi vism sm:: Library. Developing tools for an effective classroom”.  Academic Research Library. 130 (2). 241-250. Prince, Prince, M. J. & Felder, Felder, R. M. (2006). “Inductive “Inductive teaching teaching and learning learning methods: Defi Defini niti tions ons,, compar comparis ison ons, s, and and rese resear arch ch base bases” s”..   Journa Journall of Engine Engineeri ering  ng   Education,  Education, 95 (2). 123-138. Pusat Penilaian Pendidikan. (2009). Laporan (2009). Laporan hasil ujian dan statistik ujian nasional  tahun 2008/2009. 2008/2009. Badan Penelitian dan Pengembangan, Depdiknas. Tata Tatag. g. (2007 (2007). ). ”Pem ”Pembel belaj ajar aran an mate matema mati tika ka huma humani nist stik ik yang meng mengem emban bangka gkan n kreativitas siswa”. Makalah. Makalah. Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika Matematika “Pembelajar “Pembelajaran an Matematika Matematika yang Memanusiakan Memanusiakan Manusia” di Program Program Studi Pendidikan Pendidikan Matematika Matematika FKIP Universita Universitass Sanata Dharma. Yogyakarta, 29-30 Agustus 2007. Widdiharto, R. (2004). ”Model-model pembelajaran matematika SMP”. Makalah. Makalah. Dikl Diklat at Inst Instru rukt ktur ur/P /Pen enge gemb mban ang g Mate Matem matik atikaa SMP. SMP. Yogy Yogyak akar arta ta:: PPPG PPPG Matematika. Wood Woods, s, D. M & Chen Chen,, K. C. (201 (2010) 0).. “Eva “Evalu luat atio ion n tech techni niqu ques es for for loope loopera rati tive ve Learning”. Learning”. International Journal of Management and Information Systems. Systems. 14 (1). 1-5.

53

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF