Kebijakan Moneter Dan Kebijakan Fiskal Di Indonesia
March 24, 2019 | Author: Nanang Syafruddin Turky | Category: N/A
Short Description
Download Kebijakan Moneter Dan Kebijakan Fiskal Di Indonesia...
Description
KEBIJAKAN MONETER DAN KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA Untuk mengatur kestabilan perekonomian di Indonesia, pemerintah menggunakan dua kebijakan yakni kebijakan moneter dan kebijakan fiscal. Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang digunakan pemerintah untuk mengatur sector financial, ssedangkan kebijakan fiscal adalah suatu kebijakan yang digunakan pemerintah untuk mengatur sector riil. A. Kebijakan Moneter Untuk melihat suatu kebijakan moneter yang diambil efektif atau tidak, pemerintah perlu melihat tolak ukur stabilitas moneter. Setiap kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah harus memiliki target dan ukuran keberhasilan. Hal ini penting, untuk mengukur atau sebagai acuan, apakah kebijakan tersebut berhasil atau tidak. Dalam perekonomian beberapa indkator yang biasanya digunakan untuk menilai kebijakan moneter adalah : 1. Jumlah Uang Beredar (JUB) 2. Laju inflasi yang cukup rendah terkendali 3. Suku bunga pada tingkat yang wajar 4. Nilai tukar rupiah yang realistis, dan 5. Ekspektasi/harapan masyarakat terhadap moneter Dari kelima indikator tersebut, hanya JUB yang tidak dapat dimonitor dan dirasakan lansung oleh masyarakat, sementara itu indikator nomor 2 sampai dengan 5, relatif dapat dilih dilihat at dan dan diras dirasak akan an langs langsun ung g oleh oleh masy masyara araka kat. t. Deng Dengan an alasa alasan n ini, ini, beri beriku kutt ini ini akan akan dijelaskan secara ringkas dari keempat indikator tersebut. Laju Inflasi Bagi dunia perbankan laju inflasi yang tinggi akan menimbukan kesulitan bagi Bank untuk mengerahkan dana masyarakat, karena dengan inflasi yang tinggi tersebut, tingkat (bunga nominal nominal-in -inflas flasi) i) akan akan menuru menurun, n, sehing sehingga ga mengur mengurang angii keingi keinginan nan bung bunga a riil riil (bunga masyarakat untuk menyimpan kekayaannya dalam produk-produk perbankan. Dampak selanjutnya adalah, bunga riil yang menurun bila dibandingkan tingkat bunga riil di luar negeri akan memicu larinya dana masyarakat ke luar negeri, karena dirasakan masyarakat lebih menguntungkan menyimpan dananya di luar negeri. Kedua dampak inflasi diatas akan menyebabkan Perbankan kekurangan dana yang berasal dari masyarakat, dan ini berarti kemampuan Bank dalam menyediakan dana untuk investasi juga turut berkurang, akibatnya laju pertumbuhan produksi dan ekonomi juga akan melambat. Selain Selain itu, itu, inflas inflasii yang yang tinggi tinggi juga juga akan akan memicu memicu ketida ketidakpa kpasti stian an dalam dalam banyak banyak akti aktivi vita tass ekon ekonom omii masy masyara arakat kat,, khus khusus usny nyaa dalam dalam hal hal pere perenc ncan anaan aan dan dan opera operasi sion onal al perusahaan, termasuk dalam perbankan. Suku Bunga Selain yang telah sering dijelaskan sebelumnya, bahwa dari sisi masyarakat tingginya suku bunga memang akan menambah keinginan masyarakat untuk menyimpan dananya di bank, namun di sisi lain, tingginya suku bunga tersebut akan mengurangi niat dunia usaha untuk mengambil kredit bagi pengembangan usahanya. Akibatnya dana yang sudah terlajur masuk masuk ke perban perbankan kan dengan dengan adany adanyaa bunga bunga tinggi tinggi tersebu tersebut, t, tidak tidak dapat dapat tersal tersalurk urkan an dan menimbulka menimbulkan n permasalahan permasalahan baru bagi perbankan, perbankan, yakni, yakni, Kemana dana masyarakat masyarakat tersebut akan disalurkan ? Apabila masalah ini tidak segera mendapat jalar keluar, maka perbankan terancam akan menghadapi masalah likuiditas dan tentu saja masalah penghasilan dari bunga yang seharusnya diperoleh. Dengan Dengan penjelasan penjelasan yang sedikit sedikit berbeda, berbeda, rendahnya rendahnya tingkat bunga bunga memang akan mendorong banyak pelaku dunia usaha untuk mengambil dana di perbankan, namun karena
rendahnya tingkat bunga tersebut, apalagi bila dibandingkan dengan tingkat bunga di luar negeri; negeri; masyarak masyarakat at akan akan lebih lebih tertarik tertarik menyim menyimpan pan danany dananyaa di perban perbankan kan luar luar negeri, negeri, sehingga perbankan dalam negeri akan kekurangan dana yang sedang dibutuhkan oleh dunia usaha. usaha. Dampak Dampak lebih jauh lagi adalah terhambatnya terhambatnya investasi investasi yang terjadi di sektor sektor industri industri karena kesulitan mendapatkan dana, sehingga produksi akan melambat. Nilai Tukar Rupiah Nilai tukar yang stabil tentu akan lebih memberi iklim kepastian bagi semua pelaku usaha, termasuk sektor perbankan, dunia usaha dan masyarakat. Nilai tukar rupiah yang rendah saat ini dapat dijadikan saat yang baik dunia usaha yang beorientasi ekspor, dan ini dapat dapat memicu memicu pening peningkat katan an permin permintaan taan kredit kredit dari dari dunia dunia usaha usaha untuk untuk melanj melanjutk utkan an dan meningkatk meningkatkan an produk produk eksporny ekspornya. a. Dengan Dengan kejadian kejadian ini tentu akan menguntung menguntungkan kan dunia dunia perbankan perbankan.. Penyesuaia Penyesuaian n nilai tukar yang terlalu cepat akan sangat merugikan merugikan karena hal ini dapat dapat mendor mendorong ong berger bergerakny aknyaa aliran aliran dana dana masya masyaraka rakatt ke luar luar negeri. negeri. Dengan Dengan demiki demikian an antara nilai tukar dan inikator kebijakan moneter lainnya memiliki hubungan yang sangat erat, khususnya bagi kebijakan pemerintah yang sedang ditempuh untuk menstabilkan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ekspektasi/harapan Ekspektasi/harapan Masyarakat Meskipun lebih sulit untuk diukur, namun ekspektasi masyarakat mulai mendapat perha perhatian tian besar besar dalam dalam rangka rangka pelaks pelaksana anaan an kebijak kebijakan an monete moneterr di Indone Indonesia sia.. Ekspek Ekspektasi tasi umumny umumnyaa terjad terjadii melalui melalui ekspek ekspektas tasii masyar masyaraka akatt terhad terhadap ap tingka tingkatt inflas inflasii dan ekspek ekspektas tasii terhadap nilai tukar. Ekspektas Ekspektasii masyarakat masyarakat yang berlebihan berlebihan terhadap terhadap besaran besaran inflasi inflasi akan mendorong mendorong semakin tingginya harga-harga, sehingga akan mengurangi tingkat konsumsi dan daya saing produk dalam negeri yang akan ekspor. Sementara itu, ekspektasi masyarakat yang negatif terhadap nilai tukar akan berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat pada mata uang rupiah, sehingga dapat memicu mengalirnya dana masyarakat keluar negeri. Apabil Apabilaa hal ini terjadi terjadi maka maka perban perbankan kan akan akan kesuli kesulitan tan dalam dalam menghi menghimpu mpun n dana dana masyarakat yang sangat diperlukan untuk keperluan investasi dunia usaha. Dengan penjelasan keempat indikator moneter tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa bahwa stabilitas stabilitas dan pertumbuhan pertumbuhan ekonomi Indonesia, Indonesia, sangatlah sangatlah dipengaruh dipengaruhii oleh keempat keempat indikator tersebut, sehingga kebijakan moneter yang ditempuh pemerintah akan hal itu, harus memberikan hasil yang baik, dalam arti terkendali, wajar, dan realistis. Strategi Kebijakan Moneter Untuk mendapatkan indikator moneter seperti disyaratkan di atas, pemerintah yang dalam hal ini otoritas moneter, memerlukan stratei yang tepat dan sesuai dengan kondisi di Indonesia Secara umum, strategi moneter yang dapat dipilih antara lain adalah : 1. Startegi Startegi Kebijakan Kebijakan moneter moneter longgar (Easy Monetar Monetary y Policy) Policy) atau Str Strateg ategii kebijakan moneter ketat (Tight Monetary Policy) Kebijakan moneter longgar akan ditempuh untuk menggiatkan kembali perekonomian yang sedang lesu, dengan cara mempermudah dan menambah jumlah uang beredar, agar permintaan konsumsi naik produksi naik. Namun demikian dalam perekonomian terbuka dan sistem devisa bebas, kebijakan moneter yang longgar dapat menimbulkan dampak seperti gambar berikut ini.
Sementara itu, kebijakan moneter ketat akan memberi dampak sebaliknya, terutama dalam dalam rangka rangka meredam meredam kenaik kenaikan an harga harga atau inflasi inflasi yang yang berleb berlebiha ihan, n, sehing sehingga ga tekana tekanan n terhadap neraca pembayaran berkurang karena produk dalam negeri kembali dapat bersaing, meskip meskipun un dengan dengan kebija kebijakan kan ini akan akan berdam berdampak pak pula pula pada pada menuru menurunny nnyaa pertum pertumbuh buhan an ekon ekonom omi, i, karen karenaa juml jumlah ah uang uang yang yang bere bereda darr diku dikura rang ngi, i, yang yang bera berarti rti perm permin intaa taan n juga juga berkurang produksi berkurang. Sebuah dilema memang akan terjadi, tatkala perekonomian Indonesia menghadapi dua kondisi yang bersamaan, yakni lesunya ekonomi dan tertekannya neraca pembayaran atau melemahnya daya saing produk lokal. Penerapan kebijakan moneter longgar memang akan akan meny menyela elama matk tkan an ekon ekonom omii yang yang lesu lesu,, namu namun n akan akan memp memperp erpar arah ah kond kondis isii nera neraca ca pembayaran Indonesia…sementara penerapan kebijakan moneter ketat akan menyelamatkan nera eraca pembaya ayaran ran dan manik nikkan daya aya saing, namu amun akan berd erdamp ampak pada ada menuru menurunny nnya/le a/lesun sunya ya pereko perekonom nomian ian.. Kalau Kalau sudah sudah demiki demikian, an, kebijak kebijakan an mana mana yang yang akan akan dipilih ? Dengan dilema tersebut, pemerintah kemudian memang dituntut untuk dapat meramu kebijakan yang paling pas dan menetapkan skala prioritas pemecahan masalah yang ada, sehingga sehingga lesunya perekonomian perekonomian dapat diatasi dan daya saing produk produk ekspor ekspor Indonesia Indonesia juga membaik, dan ini memang bukan pekerjaan yang mudah. 2. Count Counter ercyc cyclic lical al Monet Monetar ary y Policy Policy atau atau Accomo Accomodat dative ive Monet Monetary ary Polic Policy y Countercyclical Monetary Policy Untuk Untuk memperl memperluna unak k konjun konjungtu gtur/n r/naik aik turunn turunnya ya pereko perekonom nomian ian,, pemerin pemerintah tah perlu perlu secara aktif malakukan intervensi di pasar uang, yakni dengan melakukan ekspansi moneter disaat disaat pereko perekonom nomian ian mengah mengahada adapi pi masa masa resesi resesi dan melaku melakukan kan konstr konstraks aksii moneter moneter saat saat perekonomian mengalami boom/laju yang terlalu cepat. Penjelasan ini dapat dilihat pada gambar berikut :
Lebi Lebih h jelas jelasny nya, a, saat saat akan akan pere pereko kono nomi mian an cende cenderu rung ng meng mengala alami mi reses resesi, i, maka maka pemer pemerint intah ah harus harus segera segera melaks melaksana anakan kan kebija kebijakan kan moneter moneter yang yang lebih lebih ekspan ekspansif sif dengan dengan tuju tujuan an meni mening ngka katk tkan an jumla jumlah h uang uang bered beredar ar di masy masyara araka kat. t. Deng Dengan an demi demiki kian an,, hasr hasrat at masyarakat atau permintaan konsumsi masyarakat diharapkan akan meningkat, yang berarti akan memberi dorongan bagi dunia usaha untuk meningkatkan produksinya. Pada gilirannya, kondisi ini akan mendorong tumbuhnya tu mbuhnya ekonomi di Indonesia Sement Sementara ara itu, itu, di saat saat pereko perekonom nomian ian mengala mengalami mi boom, yang yang cender cenderung ung memicu memicu naiknya harga-harga atau inflasi, pemerintah perlu segera menerapkan kebijakan moneter yang ketat, dengan tujuan memperlambat dan mengurangi tingkat konsumsi dan permintaan masyarakat, sehingga laju perekonomian dapat diperlambat. Accomodatice Monetery Policy Pendapat Pendapat kedua mengatakan, mengatakan, bahwa sebaiknya sebaiknya pemerintah pemerintah menghindari menghindari intervensi intervensi untuk untuk memperlunak memperlunak konjungtur konjungtur perekonomi perekonomian an yang terjadi, dan membiarkann membiarkannya ya terjadi terjadi secara alami. Pendapat ini didasarkan pada pemikiran : 1. Ekspektasi masyarakat dapat mengalahkan dampak dari variable - variabel moneter lainny lainnya. a. Dengan Dengan kata kata lain, lain, masyar masyarakat akat telah telah mengan mengantis tisipa ipasi si setiap setiap kebijak kebijakan an yang yang akan akan diterapkan oleh masayarakat 2. Kebijakan pemerintah tidak dapat memberi dampak secara langsung dan segera. Sebagai contoh; kebijakan moneter longgar yang ekspansif yang diterapkan saat ekonomi lesu/resesi, tidak akan segera kelihatan dampaknya saat itu juga, namun butuh waktu dan itu dapat terjadi justru ketika perekonomian perekonomian telah mencapai mencapai tahap boom. Begitu pula kebijakan moneter ketat/konstraksi yang diterapkan untuk mengatasi kondisi boom, baru akan terasa dampaknya justru saat ekonomi sedang resesi. Akibatnya Akibatnya adalah, bukan masalah resesi resesi dan boom yang teratasi, tetapi justru justru kedua kondisi ekonomi itu akan bertambah parah, seperti terlihat pada gambar berikut ini.
Oleh karena itu, tidak bijaksana kalau pemerintah melakukan intervensi dengan kebijakan moneter saat terjadi resesi atau boom. Biarka Biarkan n kedua kedua kejadi kejadian an itu berlang berlangsun sung g apa adanya adanya.. Kalaup Kalaupun un pemerin pemerintah tah akan akan membantu, lakukan dengan menyeimangkan jumlah uang beredar dengan kebutuhan saat itu. Efektifitas Kebijakan Moneter Yang dimaksud dengan efektifitas kebijakan moneter adalah, sejauh mana kebijakan moneter moneter yang yang ditemp ditempuh uh pemerin pemerintah tah (apapu (apapun n bentuk bentuknya nya), ), member memberii dampak dampak positi positiff bagi bagi perekonomian dan masyarakat, dalam arti : a. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi b. dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat c. dapat meningkatkan kesempatan kerja d. dapat meningkatkan penerimaan devisa negara e. serta memberi pengaruh pada kebijakan makro lainnya Teori yang membicarakan membicarakan mengenai mengenai efektifitas efektifitas kebijakan kebijakan moneter moneter ini diantaranya diantaranya adalah :
1. Teori Natural Rate Hypothesis , yang percaya bahwa kebijakan hanya akan efektif dan memberi dampak dalam jangka pendek saja, namun tidak akan efektif untuk jangka panjang 2. Teori Rational Expectation Hypothesis , yang percaya bahwa baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, kebijakan moneter tidak akan efektif Keterkaitan Keterkaitan kebijakan moneter m oneter dengan kebijakan makro lainnya Yang perlu diketahui, bahwa dalam perekonomian sebuah negara, kebijakan moneter merupa merupakan kan kesatu kesatuan an yang yang tidak tidak dapat dapat dipisa dipisahka hkan n dengan dengan kebijak kebijakan an – kebijak kebijakan an makro makro pemer pemerint intah ah lainny lainnya, a, sepert sepertii kebijak kebijakan an fiskal fiskal,, kebijak kebijakan an ekonom ekonomii luar luar negeri, negeri, maupun maupun kebijakan sektor riil lainnya. Deng Dengan an demik demikia ian n apap apapun un pili piliha han n kebi kebijak jakan an monet moneter er yang yang ditem ditempu puh h haru harusl slah ah memiliki memiliki keterkaitan keterkaitan dan mendukun mendukung g sasaran sasaran dan tujuan dari kebijakan ekonomi makro lainnya, sehingga secara bersama dapat memberikan dampak yang positif bagi kesejahteraan masyarakat. Seba Sebaga gaii cont contoh oh,, kebi kebijak jakan an mone moneter ter yang yang eksp ekspan ansi siff mema memang ng akan akan mend mendor oron ong g pertumbuhan ekonomi di satu sisi, namun di sisi lainnya, kebijakan ini akan menyebabkan kenaikan harga-harga (inflasi), sehingga akan memberatkan neraca pembayaran luar negeri karena karena produk produk dalam negeri negeri akan akan kehilan kehilangan gan daya saing saingnya nya di pasar pasar luar luar negeri negeri,, yang yang berakibat menurunnya penerimaan devisa negara. Oleh karena itu perlu diimbangi kebijakan sektor sektor luar luar negeri negeri kondus kondusif if yang yang dapat dapat mengat mengatasi asi hal terseb tersebut, ut, sepert sepertii misalny misalnyaa dengan dengan member kemudahan ekspor dan intensi ekspor lainnya. Begitu pula dengan kebijakan moneter ketat yang ditempuh untuk tujuan menurunkan ting tingka katt infl inflas asi, i, akan akan membe memberi ri damp dampak ak nega negati tiff pada pada sekt sektor or riil riil dala dalam m meni mening ngkat katka kan n produksinya. Dalam kasus ini, diperlukan dukungan kebijakan ekonomi makro lainnya agar produksi produksi tetap dapat ditingkatkan. ditingkatkan. Kebijakan Kebijakan ekonomi ekonomi makro lain yang perlu dilakukan dilakukan diantaranya dengan memberikan insentif atau keringan pajak bagi produsen, atau dengan insentif-ins insentif-insentif entif lainnya seperti seperti penetapan penetapan harga khusus khusus untuk bahan bakar industri industri dan kebijakan kemudahan perijinan usaha misalnya. Dengan Dengan dukungan dukungan berbagai kebijakan kebijakan makro lainnya tersebut, tersebut, kebijakan kebijakan moneter moneter yang dijalankan pemerintah akan dapat mencapai sasaran dan dapat diminimalkan dampak negatifnya. negatifnya. Oleh karena itu diperlukan diperlukan sebuah sebuah ramuan dari berbagai kebijakan kebijakan moneter moneter dan kebijakan makro lainnya, sedemikian rupa, agar berbagai kebijakan tersebut tidak saling berte bertentan ntangan gan dan justru justru saling saling meleng melengkap kapii dan menduk mendukun ung g keberh keberhasi asilann lannya, ya, dalam dalam arti jangan sampai yang terjadi adalah : · Harga-harga semakin naik · Daya saing produk dalam negeri semkain menurun · Devisa negara semakin berkurang · Nilai tukar rupiah semakin melemah · Daya beli masyarakat semakin lemah · Produksi nasional semkain berkurang · Pengangguran semakin meningkat · Perekonomian semakin lesu, dan · Kesejahteraan masyarakat semakin memburuk Transmisi Kebijakan Moneter Kebi Kebijak jakan an mone moneter ter adala adalah h sala salah h satu satu kebi kebijak jakan an yang yang seca secara ra lang langsu sung ng dapa dapatt dikend dikendalik alikan an oleh oleh pemerin pemerintah tah,, serta serta memilik memilikii dampak dampak langsu langsung ng pada pada pereko perekonom nomian ian di Indonesia. Secara singkat grafis, pengaruh tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar di atas menunjukkan bahwa melalui instrumen (Operasi pasar terbuka, tk. Diskonto, cadangan minimum, himbauan, dll) serta indikator moneter (tk. Bunga, jumlah uang beredar), kebijakan di bidang moneter akan mempengaruhi perekonomian, yang terlihat dari perubahan pendapatan nasional (GDP), tingkat inflasi, jumlah pengangguran dan neraca pembayaran). Meskipun demikian, kebijakan pemerintah lainnya juga turut mempengaruhi beberapa indicator perekonomian Indonesia tersebut. Tenggang waktu (lag) Efek dari Kebijakan Moneter Dampak Dampak kebijak kebijakan an moneter moneter terhad terhadap ap kestab kestabilan ilan dan pertum pertumbuh buhan an ekonom ekonomii akan akan tergantung pada : 1. Kuat Kuat tidakny tidaknyaa hubung hubungan an antara antara perub perubaha ahan n kebijak kebijakan an moneter moneter yang yang dilakuk dilakukan an dengan kegiatan ekonomi 2. Jangka waktu antara terjadinya perubahan kebijakan moneter sampai terjadinya efek terhadap kegiatan ekonomi (lag) Kebijakan ekonomi Indonesia saat ini Perkembangan berbagai indikator ekonomi menjelang akhir tahun 2009 ditandai oleh terus berlanjutnya perbaikan kondisi makroekonomi makroekonomi Indonesia. Perbaikan tersebut ditopang oleh meningkatnya optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi domestik dan global, serta terja terjaga gany nya a kesta estabil bilan an makro makroek ekono onomi mi domes domestik tik.. Pertu Pertumbu mbuhan han ekono ekonomi mi tahun tahun 2009 diprakirakan tumbuh 4,3%, inflasi tercatat sebesar 2,78%, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat mencatat surplus, surplus, dan nilai tukar tukar secara secara point-to point-to-poin -pointt menguat menguat sebesar sebesar 15,65% 15,65% dibandingkan dengan tahun lalu. Di tengah-tengah tengah-tengah krisis global, berbagai kinerja yang cukup positif positif tersebu tersebutt tidak tidak terlepa terlepass dari daya tahan tahan permint permintaan aan domestik domestik yang kuat, kuat, sektor sektor perbankan yang tetap sehat dan stabil, ekspektasi pemulihan ekonomi global yang semakin optimis, serta respons kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif dalam mendukung terjaganya perekonomian domestik. Kondisi Kondisi pereko perekonomia nomian n dan pasar pasar keuang keuangan an global global secara secara umum terus terus mencata mencatatt perkembangan yang positif. Proses pemulihan ekonomi di negara maju terus berlangsung. Hal tersebut sejalan dengan membaiknya membaiknya kinerja konsumsi dan produksi, serta kondisi pasar tenaga kerja yang mulai mengindikasikan perbaikan. Kondisi pasar tenaga kerja di AS dan Jepang membaik sejalan dengan perbaikan konsumsi dan produksi. Sementara itu, ekonomi Asia yang memiliki peranan semakin penting sebagai penggerak utama pemulihan ekonomi
global juga tumbuh semakin kuat. Sejalan dengan itu, kinerja pasar keuangan global terus membaik. Meskipun sempat mengalami tekanan akibat kembali menurunnya kepercayaan invest investor or terkai terkaitt krisis krisis utang utang Dubai World dan krisis krisis fiskal fiskal Yunani, unani, dampak dampak kedua kedua krisis krisis tersebut berlangsung singkat dan rambatannya bersifat minimal terhadap pasar keuangan dunia. dunia. Inflas Inflasii global global tahun tahun 2009 2009 dipra diprakir kirak akan an mulai mulai mening meningka katt sejal sejalan an denga dengan n prose prosess pemulihan ekonomi dunia, walaupun masih lebih rendah dibandingkan inflasi tahun 2008. Kondisi tersebut memungkinkan sejumlah negara maju untuk cenderung mempertahankan kebijakan moneter yang akomodatif. Sampai saat ini, sebagian besar bank sentral negara maju seperti AS, Inggris, dan Jepang masih menahan kenaikan suku bunganya pada bulan Desember sebagai upaya mendorong pemulihan ekonomi. Di sisi sisi dome domest stik ik,, perb perbai aika kan n ekon ekonom omii globa globall mend menduk ukung ung kine kinerj rja a eksp ekspor or dan dan peningkatan peningkatan investasi. investasi. Kinerja ekspor yang anjlok sangat signifikan di semester I-2009, mulai membaik pada pertengahan tahun sejalan dengan pemulihan perekonomian global yang kian membaik dan peningkatan harga komoditas. Beberapa sektor yang berorientasi ekspor seperti sektor industri pengolahan diperkirakan menunjukkan kinerja yang lebih baik pada kuart kuartal al IV-200 IV-2009 9 seirin seiring g denga dengan n membai membaikn knya ya permi permint ntaan aan ekst ekstern ernal. al. Di sisi sisi domes domestik tik,, konsumsi rumah tangga masih tumbuh pada level tinggi, didorong oleh stabilnya daya beli masyarakat serta keyakinan konsumen yang masih terjaga. Membaiknya ekspor dan tetap tingginy tingginya a konsums konsumsii mendorong mendorong optimisme optimisme pelaku pelaku usaha untuk untuk meningka meningkatka tkan n invest investasi, asi, teruta terutama ma sejak sejak perteng pertengahan ahan tahun tahun 2009. Pada triwulan triwulan IV-2009, IV-2009, invest investasi asi diperkir diperkiraka akan n tumbuh lebih tinggi yang tercermin antara lain pada peningkatan konsumsi semen dan perbai perbaika kan n pertu pertumbu mbuhan han impor impor bara barang ng modal. modal. Denga Dengan n semak semakin in membai membaikn knya ya kondisi ondisi perek perekono onomia mian n ters tersebu ebut, t, pertum pertumbuh buhan an ekono ekonomi mi secar secara a tahun tahunan an di kuart kuartal al IV-200 IV-2009 9 diperkirakan akan mencapai sebesar 4,4%. Secara keseluruhan tahun 2009, perekonomian diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,3%. Ketahanan perekonomian domestik juga dibarengi penurunan tekanan inflasi. Inflasi pada pada bulan bulan Desemb Desember er terc tercat atat at sebesa sebesarr 0,33% 0,33% (mtm) (mtm),, jauh jauh lebih lebih renda rendah h dari dari rata rata-r -rat ata a historisnya. historisnya. Secara tahunan, tahunan, inflasi IHK mencapai 2,78% (yoy), sementara sementara inflasi inti tercatat sebes sebesar ar 4,28% 4,28% (yoy) (yoy) pada pada tahun tahun 2009. 2009. Renda Rendahn hnya ya real realisa isasi si inflas inflasii tidak tidak terle terlepas pas dari dari perkemba perkembangan ngan ekstern eksternal al dan berbaga berbagaii kebija kebijakan kan yang ditempuh ditempuh Pemerin Pemerintah tah.. Kontra Kontraksi ksi ekonomi ekonomi global yang cukup dalam mengakibatkan mengakibatkan turunnya harga komoditas komoditas dunia di tahun 2009. Kondisi tersebut juga menyebabkan perlambatan kinerja ekonomi domestik. Selain dari sisi eksternal, rendahnya realisasi inflasi antara lain juga terkait dengan kecenderungan apresiasi nilai tukar rupiah di tahun 2009. Derasnya aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik telah mendorong penguatan nilai tukar rupiah, terutama sejak akhir triwulan I-2009. Selain itu rendahnya realisasi inflasi selama tahun 2009 juga tidak terlepas dari berbaga berbagaii kebija kebijakan kan yang ditempuh ditempuh oleh Pemerin Pemerintah. tah. Penuruna Penurunan n harga harga komodit komoditas as internasional, termasuk minyak mentah, memberi ruang bagi Pemerintah untuk kembali menurunk menurunkan an harga harga bahan bahan bakar bakar minyak minyak (BBM) (BBM) pada awal tahun. tahun. Sementa Sementara ra itu, upaya upaya Pemerin Pemerintah tah untuk untuk menjaga menjaga pasokan pasokan dan distribus distribusii komodit komoditas as bahan bahan pangan, pangan, terutam terutama a beras, menyebabkan inflasi volatile food tercatat cukup rendah dibandingkan dengan pola
historis historisnya nya.. Dengan Dengan berbagai berbagai perkemba perkembangan ngan tersebu tersebut, t, realisas realisasii inflasi inflasi berada berada di bawah bawah kisaran sasaran sasaran inflasi tahun 2009 sebesar 4,5% ± 1%. Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat surplus mendukung penguatan nilai tukar rupiah. Pada tahun 2009, NPI mencatat mencatat surplus dengan posisi cadangan cadangan devisa mencapai USD66,1 miliar atau setara 6,6 bulan pembayaran impor dan utang luar negeri (ULN) (ULN) Pemer Pemerint intah ah.. Surplu Surpluss NPI terut terutama ama dipeng dipengaru aruhi hi oleh oleh menuru menurunn nnya ya impor impor secar secara a signifikan searah dengan menurunnya kebutuhan bahan baku impor untuk industri yang berorientasi ekspor maupun menurunnya impor barang-barang konsumsi. Kinerja ekspor, walaupun walaupun masih masih mencata mencatatt pertumbuh pertumbuhan an negatif negatif,, namun namun masih masih lebih baik dibandingk dibandingkan an dengan pertumbuhan impor. Hal ini terutama disebabkan oleh menguatnya permintaan ekspor ekspor komodit komoditas as sumber sumber daya daya alam terutam terutama a dari negara negara-neg -negara ara emerging emerging Asia, Asia, yang mengalami mengalami proses pemulihan yang lebih lebih cepat. Di samping itu, surplus NPI didukung oleh derasnya arus modal masuk ke dalam negeri yang didorong oleh prospek makroekonomi yang membaik, imbal hasil rupiah yang relatif tinggi, serta semakin membaiknya tingkat kepercaya kepercayaan an internasional internasional terhadap korporasi korporasi domestik. Sejalan dengan perkembangan perkembangan NPI tersebut, tersebut, perkembangan perkembangan nilai tukar Rupiah cenderung menguat sejak akhir triwulan I-2009. Dibandingkan dengan tahun 2008, rupiah secara point-to-point menguat sebesar 15,65% menjadi Rp9.425/USD. Di sektor keuangan, stabilitas sistem perbankan tetap terjaga, namun penyesuaian suku bunga kredit belum seperti yang diharapkan. Penurunan suku bunga, khususnya suku bunga deposito perbankan, masih terus berlangsung. Namun demikian, transmisi kebijakan moneter melalui suku bunga sebagaimana tercermin pada penurunan suku bunga kredit masih masih relat relatif if terba terbata tas. s. Tingk Tingkat at suku suku bunga bunga kredi kreditt yang yang belum belum turun turun secar secara a signif signifik ikan, an, kegiatan ekonomi yang belum meningkat secara pesat, serta persepsi risiko dari perbankan yang masih tinggi mengakibatkan kredit perbankan sejak Januari hingga November 2009 baru tumbuh 5,7% (ytd). (ytd). Di jalur harga aset, stance kebijaka kebijakan n yang cenderung cenderung longgar longgar direspons secara baik di pasar saham maupun SUN. Indeks harga di bursa saham meningkat sejal sejalan an denga dengan n dera derasn snya ya arus arus masuk masuk modal modal asing asing dan perk perkem emban banga gan n positi positiff di pasar pasar keuangan global. Di pasar obligasi, yield SUN terus menurun sejalan dengan optimisme pemulihan ekonomi dunia, membaiknya persepsi risiko global terhadap Indonesia, disertai terja terjaga gany nya a infla inflasi si dan susta sustaina inabil bilita itass fiska fiskal. l. Di sisi sisi mikro mikro perba perbank nkan, an, stabi stabilit litas as siste sistem m perbankan nasional tetap stabil. Hal itu diindikasikan oleh masih terjaganya rasio kecukupan modal (CAR) per November 2009 sebesar sebesar 17%. Sementara Sementara itu, rasio gross Non Performing Performing Loan (NPL) tetap terkendali pada 4,4% dengan rasio net sebesar 1,4%. Likuiditas Likuiditas Perbankan, termasuk likuiditas di pasar uang antar bank makin membaik dan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
(DPK)
meningkat.
Ke depan, prospek perekonomian perekonomian Indonesia diperkirakan akan membaik, meskipun berbagai faktor faktor risiko risiko dan ketida ketidakpas kpastian tian perlu terus dicermati dicermati.. Bank Indonesia memperkira memperkirakan kan pertumbuhan ekonomi ekonomi mencapai 5,0-5,5% pada tahun 2010. Inflasi ditargetkan ditargetkan mencapai mencapai kisa kisara ran n 5±1% 5±1% pada pada tahu tahun n 2010 2010.. Upay Upaya a perc percep epat atan an mome moment ntum um untu untuk k akse aksele lera rasi si pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga inflasi yang rendah masih dihadapkan pada
berbagai tantangan-tantangan mikro dan struktural dalam perekonomian seperti kelemahan daya daya saing saing sekto sektorr indus industri tri,, struk struktur tur pasar pasar komodit omoditas as bahan bahan pokok pokok yang yang cender cenderung ung oligopolistik dan berbagai permasalahan terkait lokasi sentra produksi, distribusi, dan tata niaga. niaga. Belum Belum optimalny optimalnya a transmis transmisii kebija kebijakan kan moneter moneter melalui melalui jalur kredit merupak merupakan an tantangan yang akan menjadi prioritas untuk segera dipecahkan. Mempertimbangkan permasalahan dan tantangan tersebut, kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mencapai sasaran inflasi sebesar 5±1% di tahun 2010 akan didukung oleh implementasi serangkai langkah kebijakan. Di sisi operasional, fokus kebijakan diarahkan untuk untuk meningka meningkatka tkan n efekt efektifit ifitas as transmis transmisii kebija kebijakan kan moneter moneter,, mengelol mengelola a ekses ekses likuidit likuiditas as perbankan, dan menjaga volatilitas nilai tukar dalam rangka terjaganya ekspektasi inflasi masyarakat. Di sisi struktural, upaya koordinasi koordinasi dengan Pemerintah akan ditingkatkan untuk memitigasi memitigasi dampak struktural struktural inflasi yang bersumber dari masalah distribusi, tata niaga, dan struktur pasar komoditas bahan pokok. Untuk itu, Tim Pengendalian Pengendalian Inflasi yang merupakan tim lintas departemen yang terkait dengan pengendalian inflasi akan terus diefektifkan baik di pusat maupun di daerah. Dengan mempertimbangkan bahwa tingkat BI Rate 6,5% masih konsisten dengan sasar sasaran an infla inflasi si tahun tahun 2010 sebes sebesar ar 5% ±1% dan arah arah kebij kebijak akan an monet moneter er saat saat ini juga juga dipand dipandang ang masih masih kondusi ondusiff bagi bagi prose prosess pemul pemuliha ihan n pere perek konomia onomian n dan berlan berlangsu gsungn ngnya ya inte interme rmedia diasi si perba perbank nkan, an, Rapat Rapat Dewa Dewan n Gubern Gubernur ur Bank Bank Indone Indonesia sia pada pada 6 Januar Januarii 2010 2010 memutuskan memutuskan untuk mempertahankan mempertahankan BI Rate pada level 6,5% dengan koridor koridor suku bunga yang juga tetap sebesar +/-50 bps di sekitar BI Rate, yaitu suku bunga repo sebesar 7% dan suku bunga FASBI sebesar 6%.
B. Kebijakan Fiskal Sebelum kita membahas mengenai kebijakan fiskal terlebih dahulu mungkin kita harus harus menge mengeta tahui hui tent tentang ang hakik hakikat at kebijak ebijakan an dalam dalam siste sistem m ekono ekonomi. mi. Di dalam dalam siste sistem m ekonomi, kita mengenal dua macam kebijakan yaitu kebijakan ekonomi makro dan kebijakan ekonomi mikro. Kebijakan ekonomi makro adalah tindakan atau kebijakan yang dijalankan oleh oleh pemer pemerint intah ah denga dengan n mempe mempenga ngaruh ruhii varia variabel bel-v -vari ariabe abell ekono ekonomi mi sedemi sedemikia kian n rupa rupa sehingga sehingga tercipt tercipta a kondisi kondisi perek perekonomi onomian an yang baik dan dinamis, dinamis, sehingga sehingga perek perekonomi onomian an berjalan berjalan sesuai sesuai dengan dengan yang direncan direncanaka akan. n. Ketika Ketika membahas membahas mengenai mengenai kebijak kebijakan an fiskal fiskal maka sebenarnya kita sedang membicarakan mengenai salah satu alat pelaksanan kebijakan ekonomi ekonomi makro. makro. Untuk Untuk lebih lebih jelasny jelasnya, a, kebijak kebijakan an ekonom ekonomii makro makro dalam dalam pelaksan pelaksanaan aanya ya secara analisis pemikirannya perlu dibedakan menjadi tiga aspek. Ketiga aspek tersebut antara lain: 1. sasaran yang ingin dicapai, 2. efek yang diharapkan dari penggunaan alat kebijakan tersebut, 3. efek yang diharapkan dari penggunaan alat kebijakan tersebut. Sasaran kebijakan ekonomi ada dua, yaitu: a. jangka pendek yang bertujuan untuk: - mengatasi masalah pengangguran
- mengatasi masalah inflasi - mengukuhkan neraca pembayaran b. jangka panjang - mempercepat pertumbuhan ekonomi - meratakan distribusi pendapatan - mengatasi masalah kemiskinan Adapun alat pelaksanaan kebijakan ekonomi terdiri atas dua, a. jangka pendek, terdapat empat alat pelaksanaan kebijakan yaitu: -kebijakan fiskal -kebijakan moneter -kebijakan harga -kebijakan untuk sektor luar negeri b. jangka penjang, terdapat empat alat pelaksanaan kebijakan yaitu: -kebijakan fiskal -kebijakan moneter -kebijakan harga -kebijakan untuk sektor luar negeri (sama dengan alat pelaksanaan jangka pendek). Efek yang diharapkan dari kebijakan ekonomi antara lian sebagai berikut: a. kesempatan kerja penuh( full employment) b. kestabilan harga-harga c. stabilitas neraca pembayaran d. peningkatan kemakmuran masyarakat e. pertumbuhan ekonomi f. distribusi pendapatan yang adil g. nilai tukar yang stabil Kebijakan Fiskal Indonesia saat ini
1.
Dalam Dalam rangka rangka mengemba mengembangka ngkan n rasio rasio ketena ketenagal galistr istrikan ikan nasional, nasional, apabila apabila
dalam dalam tahun tahun 2009 2009 sebesa sebesarr 64,8 64,8 perse persen n melip meliputi uti jumlah jumlah pelan pelangga ggan n sebes sebesar ar 41,0 41,0 juta, juta, diharapkan dalam tahun 2014 dapat mencapai target sebesar 80,3 persen. Oleh karena itu, besarnya besarnya pendanaan/investasi pendanaan/investasi yang diperlukan sampai dengan tahun 2014 mencapai sekitar Rp506 triliun. Jumlah tersebut diharapkan dapat dipenuhi oleh PT. PLN (Persero) dengan sharing Pemerintah Pemerintah sebesar Rp322 triliun, dan dari IPP/PPP Rp184 triliun. Menginga Mengingatt kemampu kemampuan an pendanaan pendanaan Pemerin Pemerintah tah Pusat Pusat melalui melalui APBN, APBN, maupun maupun PT. PT. PLN (Persero) dalam rangka mengembangkan sektor ketenagalistrikan nasional sangat terbatas, sehin sehingga gga peran peran dari dari berbag berbagai ai pihak pihak dihar diharap apka kan n dapat dapat memban membantu tu menga mengata tasi si masala masalah h pendanaan
ketenagalistrikan
nasional
tersebut.
Agar dapat memenuhi pasokan listrik nasional dalam tahun 2010-2014, perlu dilaksanakan beberapa
program
ketenagalistrikan
sebagai
berikut
:
1) Peningk Peningkata atan n kualita kualitass dan kuantit kuantitas as sarana sarana serta serta prasara prasarana na keten ketenaga agalist listrika rikan n ramah ramah lingkungan dengan memprioritaskan pembangunan pembangkit, jaringan transmisi, gardu induk,
jaringan
distribusi,
dan
gardu
distribusi
;
serta
2) Pembangu Pembangunan nan listrik listrik perdesaa perdesaan n dengan dengan memanfa memanfaatk atkan an energi energi baru terbaruk terbarukan an (EBT) (EBT) dalam dalam sasaran sasaran pembanguna pembangunan n infrast infrastrukt ruktur ur minimal minimal 14 persen persen dari kebutuh kebutuhan an nasional. nasional. Untuk memenuhi kebutuhan pendanaan ketenagalistrikan di luar listrik perdesaan sampai dengan dengan tahun tahun 2014 diperkir diperkiraka akan n membutuhk membutuhkan an biaya biaya sebesar sebesar Rp442,700 Rp442,700 triliun, triliun, yaitu yaitu menca mencaku kup p inve invest stas asii pemba pembangk ngkit it sekit sekitar ar Rp348, Rp348,282 282 trili triliun, un, inve invest stasi asi trans transmis misii sekita sekitarr Rp41,3 Rp41,377 77 triliu triliun, n, dan inve invest stasi asi gard gardu u induk induk sekit sekitar ar Rp52,8 Rp52,841 41 triliu triliun, n, sehin sehingga gga setia setiap p tahunnya akan dibangun sekitar 6.318,4 MW untuk mencapai kapasitas pembangkit listrik, 5.555,8 Kms, dengan tambahan rata-rata panjang jaringan distribusi sekitar 175.204 Kms. Sementara itu, untuk memperbaiki kondisi keuangan PT. PLN (Persero) dalam tahun 2009 dan tahun 2010, Pemerintah telah memberikan kebijakan margin keuntungan sebesar 5 persen, sehingga diharapkan akan terselamatkan dari kondisi technical default. Selanjutnya untu untuk k
meng menghi hitu tung ng
kemam emampu puan an
Pemer emerin inttah
dala dalam m
memb member erik ikan an
subs subsid idii
sekt sektor or
keten ketenaga agalist listrik rikan an jangka jangka menenga menengah h dapat dapat diestima diestimasika sikan n dengan dengan menggunak menggunakan an metode metode estimasi Moving Average dalam tahun 2011-2015, hasilnya berkisar antara Rp32,3 triliun hingga Rp90,4 triliun. Ketika kondisi makro ekonomi ekonomi besarnya nilai ICP dan nilai tukar rupiah relatif terkendali terkendali maka kemampuan Pemerintah untuk mengalokasikan mengalokasikan subsidi listrik adalah sebesar Rp32,3 triliun. Jika kondisi yang terjadi adalah sebaliknya, variabel ICP dan nilai tukar rupiah bergejolak secara fluktuatif, maka Pemerintah harus mengalokasikan subsidi listrik sekitar Rp90,4 triliun. Meningkatnya kebutuhan investasi PT. PLN (Persero) tampaknya sulit untuk dapat dipenuhi seluruhnya oleh Pemerintah. Dengan menggunakan metode estimasi Moving Moving Averag Average e dalam tahun tahun 2011-2015 2011-2015 kemamp kemampuan uan pendanaan pendanaan Pemerin Pemerintah tah di sektor sektor “listrik perdesaan” hanya berkisar antara Rp3,3 triliun sebagai batas bawah, dan sebesar Rp10,4 Rp10,4 triliu triliun n sebag sebagai ai batas batas atas, atas, denga dengan n kecende ecenderun runga gan n kemam kemampua puan n pendan pendanaa aan n Pemer Pemerint intah ah Rp6,8 Rp6,8 triliu triliun n pada pada kondisi ondisi perek perekono onomia mian n normal normal.. Meliha Melihatt ketimp etimpang angan an perbandingan antara kebutuhan pendanaan PT. PLN (Persero) dan kemampuan pendanaan Pemerintah, sekiranya peran dan dukungan sektor swasta, serta Pemerintah Daerah sangat diperlukan untuk menjamin suksesnya pelayanan listrik di Indonesia. Tanpa itu semua PT. PLN (Persero) akan menghadapi kendala dalam menyelenggarakan jasa ketenagalistrikan di Indonesia. Dalam kondisi demikian, maka perlu direkomendasikan bahwa penggunaan alternatif sumber pendanaan dalam rangka mengembangkan sektor ketenagalistrikan lainnya, dapat dilaksanakan dilaksanakan melalui : 1. Peran Pemerintah Daerah, dengan : (i) menyediakan tenaga listrik untuk kelompok masyarakat tidak mampu; (ii) membangun sarana penyediaan tenaga listrik di daerah yang belum berkembang; (iii) membangun tenaga listrik di daerah terpencil dan perbatasan, dan (iv) membangun listrik di daerah perdesaan. 2. Peluang investasi Pemerintah Daerah dan swasta, yaitu dengan mendorong pihak swasta
melakukan investasi dan menyempurnakan kebijakan sektor ketenagalistrikan, serta melakukan restrukturisasi untuk meningkatkan kemampuan PT. PLN (Persero) dalam membiayai sendiri proyek-proyeknya. 3. Alternatif pendanaan melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), yaitu dalam menyediakan investasi listrik di daerah dapat memasukkan variabel ketenagalistrikan menjadi salah satu kegiatan yang dapat dibiayai dengan menggunakan DAK. 4. Alternatif lainnya, yaitu seperti program 10 ribu MW tahap II, di mana 40 persen di antaranya akan menggunakan panas bumi (geothermal). Apabila pengembangan ketenagalistrikan sepenuhnya ditanggung oleh Pemerintah, berbagai alternatif pendanaan yang dapat digunakan adalah : (i) pajak dan pendapatan negara lainnya (termasuk penerbitan surat utang), (ii) pinjaman langsung dari kreditor, (iii) user charge, (iv) hibah dan pinjaman, (v) penerbitan surat hutang dengan penjaminan badan multilateral. Selanjutnya apabila pengembangan sektor keteganalistrikan sepenuhnya akan diserahkan pada sektor swasta, maka antara lain dapat ditempuh melalui : (i) strategic investor, (ii) institutional financial investor, (iii) private investor, dan (iv) pembiayaan melalui perbankan dan pasar modal (IPO dan obligasi).
View more...
Comments