Kebijakan Kesehatan Karyawan(Ok)

August 31, 2017 | Author: mimi yuliasari | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Kebijakan Kesehatan Karyawan(Ok)...

Description

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RSB. PERMATA SARANA HUSADA N0. 07/SK-DIR/PPI/RSB-PSH/IX/2015 TENTANG KEBIJAKAN PEMERIKSAAN KESEHATAN KARYAWAN RSB. PERMATA SARANA HUSADA

Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan untuk karyawan Rumah Sakit Bersalin Permata Sarna Husada perlu diadakan pemeriksaan kesehatan karyawan. 2. Bahwa dalam meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan karyawan dilakukan pemeriksaan kesehatan karyawan sebagaimana acuan standar pelayanan kesehatan kerja. 3. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Bersalin Permata Sarana Husada.

Mengingat : 1. Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan 2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit 3. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 382 Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan PPI di RS dan FPK lain 4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432 Tahun 2007 Tentang Pedoman Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Rumah Sakit

Menetapkan :

Pertama

: KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PETUKANGAN TENTANG KEBIJAKAN PEMERIKSAAN KESEHATAN KARYAWAN DI RUMAH SAKIT BERSALIN PERMATA SARANA HUSADA.

Kedua

: Kebijakan yang dimaksud dalam keputusan ini adalah Kebijakan Pemeriksaan Kesehatan karyawan Rumah Sakit Bersalin Permata Sarana Husada disusun oleh Tim K3.

Ketiga

: Kebijakan ini mengatur Standar Pelayanan Kesehatan Kerja Karyawan di Rumah Sakit

Keempat

: Rumah Sakit bertanggung jawab atas pelaksanaan pemeriksaan kesehatan pada karyawan Rumah Sakit

Kelima

: Keputusan ini dimulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini

Ditetapkan

: Di Tangerang Selatan

Pada tanggal : 1 September 2015 Rumah Sakit Bersalin Permata Sarana Husada

dr Novi Gracia, SpOG Direktur RSB. Permata Sarana Husada

LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RSB. PERMATA SARANA HUSADA

NOMOR

: N0. 07/SK-DIR/PPI/RSB-PSH/IX/2015

TANGGAL : 15 OKTOBER 2015 TENTANG : KEBIJAKAN PEMERIKSAAN KESEHATAN KARYAWAN

1. PENDAHULUAN Pelayanan kesehatan merupakan sektor yang sangat cepat berkembangnya. Di US terdapat 18 juta pekerja terlibat didalamnya, dan wanita merupakan 80% darinya. Hazard yang terlibat dalam aktifitas ini sangat beragam, seperti needle stick injuries, back injuries, latex allergy, violence, dan stress. Walaupun hal ini sangat mungkin dicegah, namun kejadian injury maupun infeksi tetap saja terjadi. Upaya pelayanan kesehatan seperti pemeriksaan kesehatan selama bekerja belum banyak dilakukan. Menurut WHO, dari 35 juta petugas kesehatan, ternyata 3 juta diantaranya terpajan oleh bloodborne pathogen dengan 2 juta dianatanya tertular virus hepatitis B, dan 170.000 diantaranya tertular virus HIV/AIDS. Menurut NIOSH, untuk kasus-kasus yang non-fatal baik injury maupun penyakit akibat kerja, sarana kesehatan sekarang semakin meningkat, berbanding terbalik dengan sektor konstruksi dan agri culture yang dulu paling tinggi, sekarang sudah sangat menurun. Selain itu Infeksi nosokomial masih menjadi isu cukup signifikan dikalangan pelayanan kesehatan, sehingga pengembangan program patient safety sangat relevan dikembangkan. Karena itu pengembangan program keselamatan dan kesehatan kerja di sarana kesehatan seperti rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya perlu dikembangkan dalam upaya melindungi baik tenaga kesehatan sendiri maupun pasien. Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Upaya penanganan faktor potensi berbahaya yang ada di rumah sakit serta metode pengembangan program kesehatan dan keselamatan kerja perlu dilaksanakan, seperti misalnya perlindungan baik terhadap penyakit infeksi maupun non-infeksi, penanganan limbah medis, penggunaan alat pelindung diri dan lain sebagainya. Selain terhadap pekerja di fasilitas medis/klinik maupun rumah sakit, kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit juga “ concern” keselamatan dan hak-hak pasien, yang masuk kedalam program patient safety.

2. RUANG LINGKUP Petugas kesehatan beresiko terinfeksi bila terekspos saat kerja, juga dapat mentransmisikan infeksi kepada pasien maupun petugas kesehatan lain. Saat menjadi karyawan baru seorang petugas kesehatan harus diperiksa riwayat pernah terinfeksi apa saja dan status imunisasinya,imunisasi yang dianjurkan hepatitis B, bila memungkinkan haemophilus influenza, campak, tetanus, difteri, rubella, mantoux test. Alur pasca pajanan harus dibuat dan dipastikan dipatuhi untuk HIV, HBV, HCV. Pedoman ini merupakan strategi preventif terhadap infeksi yang didapatkan dari rumah sakit, meliputi : a.

Monitoring dan suppprt kesehatan petugas.

b.

Edukasi pada seluruh staf rumah sakit tentang PPIRS

c.

Vaksinasi dan imunisasi bila dibutuhkan .

d.

Menyediakan antivirus profilaksis.

e.

surveilens mengenal tanda awal transmisi infeksi saluran napas akut dari manusia ke manuasia.

f.

terapi dan follow up

g.

Rencanakan petugas diperbolehkan masuk sesuai pengukuran resiko bila terkena infeksi.

h.

upayakan support psikososial.

3. TUJUAN a.

Menjamin keselamatan petugas dilingkungan rumah sakit.

b.

Memelihara kesehatan petugas kesehatan.

c.

Mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB).

Unsur yang dibutuhkan : a.

petugas yang berdedikasi.

b.

SPO yang jelas dan tersosialisi dengan baik.

c.

Koordinasi yang baik antar unit.

d.

Penanganan pasca pajanan infeksius.

e.

Pelayanan konseling dan privasi.

4. PELAKSANAAN a. Perlindungan yang minimal bagi petugas adalah imunisasi hepatitis B, imunisasi masal dan diulang tiap 5 tahun pasca imunisasi . b.

Management pasca pajanan. 1) tes pada pasien sebagai sumber pajanan. 2) tes HBSAg dan Anti HBs petugas. 3) Pemberian immunoglobulin hepatitis B pasca pajanan sebelum 48 jam

5. EVALUASI a. Dilakukan sebelum dan sesudah pajanan. b. Status imunisasi . c. Riwayat kesehatan yang lalu. d. Terapi saat ini. e. Pemeriksaan fisik. f. Pemerisaan lab dan radiologi. g. Edukasi : h. SPO PPI i. Kewaspdaan isolasi j. Kewaspadaan transmisi k. Pelaporan yang meliputi : l. Informasi resiko ekspos. m. Alur mangemen dan tindak lanjut. n. Penyimpanan data 6. PAJANAN DAN TINDAKAN

1. Virus H5N1 Bila terjadi pajanan diberikan oseltaivir 2x 75 mg selama 5 hari. 2. Virus HIV.

Resiko terpajan 0,2 – 0,4 % per injuri.Profilaksis diberikan dalam waktu 4 jam pasca pajanan dengan pemberian ARV, AZT, 3TC dan Indinavir sesuai pedoman.pasca pajana harus dilakukan pemeriksaan HIV seroologi dan dicatat sampai jadwal pemeriksaan monitoring lanjutan nya. 3. Virus Hepatitis B. Resiko terpajan Hepatitis B 1,9-40 % per pajanan, segera pasca pajanan dilakukan pemeriksaan dapat terinfeksi bila sumber pajanan positif HbsAg

7. TATA LAKSANA PENYAKIT MENULAR DAN PENCEGAHANNYA

Penyakit

Masa

Menular selama/ Cara transmisi

Kewaspadaan

inkubasi

virus shedding

yang

Selama

dijalankan Kontak

Abses

luka Kontak

Masa

petugas Tindakan

perlu diliburkan/ tindakan konservatif

mengeluarkan Acinetobacter

cairan tubuh Luka bakar yang Flora N kulit manusia, Standar

baumanii

di hydroterapi

dan

mukus menbran dan tanah. kontak Bertahan di tempat lembab dan

kering

sampai

berbulan, menular melalui peralatan rawat respirasi, tangan petugas, humidifier, stetoscop,

termometer,

matras, bantal, prmk TT, mop, gorden, tempat mandi luka terbuka Adenovirus type 1-7 Aspergilosis

6-9 hari

Sekret

saluran

Droplet, kontak

nafas Infeksi jar luas Inhalasi stadium airbone, Kontak dengan berlebihan

cairan conidia

airbone

dan

Konservatif

candidiasis Chlamidia C

Standar, kontak Standar, kontak,

trachomatis Congenital

Sampai umur 1 Kontak

rubella Conjungtivitis

tahun 14 hari stl onset

5- 12 hari

*adenovirus type 8 Campak

5-21 hari

dengan

termasuk seksual bahan Standar, kontak

Restriksi 7 hari

nasofaring dan urin Kontak dengan tangan, alat Kontak standar

Sampai mata tidak Pengobatan

terkontaminasi

kluar kotoran

3-4 hr stl bercak Droplet yang besar (kontak Transmisi udara

Restriksi

timbul

setelah

mel dekat) & udara

nasofaring

7

hari Pengobatan bercak simtomatik

merah timbul (yg imun)

5hr

stl

ekspos- 21 hr stl ekspos Campilobacter Closrtidium

Standar kontak

difficile Cytomegalo

Tidak

Tahan

virus

diketahui

lingkungan

di Kontak dg sekresi &eksresi Standar dlm : saliva dan urin

hand Tidak perlu

hygiene

wkt pendek Difteria

Sekresi

dr

mulut Droplet, kontak

mengandung c difteriae

Sampai

terapi Pengobatan

antibiotika

telah simtomatik dan

lengkap dan sampai virus. 2 kultur berjarak 24 Minum jam

dinyatakan eritromicin 3x

negatif,

perlu 1 tb sampai 7

imunisasi tiap 10 hari Gastroenteritis

Kontak

px,

*salmonella

makanan/

*shingella

terkontaminasi

konsumsi Standar air kontak

mengolah

makanan

sp

2x

jarak 24jam kultur

*yenterocolitic

feses negatif

a Glardia lambilia Hepatitis A

tahun atau Tidak

Feses 15- 50 hari 2 kadang2

Kontak

minggu, Fekal oral melalui feses sp

Standar

6

bulan (prematur)

Libur

di

area Vaksinasi

perawatan/

hepatitis a

pengolahanmakana n,i minggu setelah sakit imunisasi

Hepatitis B,D

kuning paksa

B:6-

Akut atau kronik Perkutaneus mukosa, kulit Standar

ekspos Tidak perlu dibatasi -segera periksa

24mgg

dg HbsAg positif

yg tdk utuh kontak dgn

smp

darah,

negatif.

D: mgg

3-7

semen,

cairan

vagina, cairan tubuh yg lain

HbeAg HbsAg

atau

HbeAg,tidak perlu divaksin bila

petugas

telah mengandung

Anti HBs ≥ 10 mliu/ml Hepatitis

Perkutaneus mukosa kulit Standar

Restriksi

C,F,G

yg tdk utuh kontak gdn

kondisi membaik

darah,

/

Herpes simplex

HIV

2-14 hr

Asiptomatik

semen,

cairan

vagina, cairan tubuh yg lain dpt Kontak dgn ludah karier Standar,

mengeluarkan

mengandung

virus tangan

virus

langsung/ lwt sekresi luka

sampai

sampai HceAg

negatif kontak Retriksi

tidak

perlu, tp dibatasi kontak dgn px

aberasi/ cairan vesikel Perkutaneus mukosa, kulit Standar

Kurang dari 4

yg tdk utuh kontak dgn

jam

darah,

pajanan

semen,

cairan

paska

vagina, cairan yubuh yg

-diberikan arv,

lain

azt dan 3 tc dilakukan pemeriksaan HIVserologi dan setelah

menitor 3

bln,9bln,11 bln Helicobacter pylori MDRO

Standar Kontak luka

Kontak

(MRSA, VRE, VISA, ESBL, Srep pneumonia Influensa

1-5hr

Infeksius pd 3hr Airbone, kontak langsung/ kontak

Vaksinasi

pertama

petugas yg rentan.

droplet dgn sekresi saluran

sakit.Virus

dpt napas

Amantadin

dikeluarkan sblm

kontak

gejala timbul smp

influensa A

7hr stlh dimulai sakit,

lebih

panjang pd anak dan orang Hemophilus

Standar droplet

Influenzae Dewasa Anak Human

Batuk

Metapneumo

produktif,

virus (HMPV)

kongesti

non Droplet sekret respirasi nasal

whezing, bronkhiolitis, pneumonia

pada

Kontak Droplet

pd untuk dgn

anak Novirus N meningitis

12-48 jam

+ 11,5 tahun Diare, KLB

Makanan,air, terkontaminasi Kontak, makanan, feses air Kontak dgn sekret saluran Transmisi

2-10 hr

napas

mel Libur spm 24jam -perlu

droplet

stlh terapi paska profilaksis dgn ekspos.

Rif2x600

Rifampin2x600mg,

selama

2hr;

hari ,dan dosis

ciprofloxacin1x500

tunggal

mg

atau cipro1x1,atau

ceftriaxon250mg

ceftriaxone

IM Vaksinasi

250 mg IM

Parotitis,

16-18hr

Community

Mumps

(12-25

acquired,

hr)

berada dlm saliva napas, yi saliva, hidung dan

9hr

6-7hr sbl parotitis mulut

parotitis.

sp 9hr stl onset Px

renyan : 12hr paska

immunokomprom

ekspos pertama sp

ls

25 hr stlh ekspos

Menular

terakhir Tidak

Parvovirus/B1 9

6-10hr

Kontak dengan droplet atau Trasmisi droplet virus langsung dgn sekret sal

sblm Kontak dgn droplet besar, Transmisi drolpet

bercak merah sp muntahan 7hr stlh onset

mg

efektif,

MMR Restriksi sp stlh

restriksi

onset Petugas

perlu

2

Pertusis

7-10 hr

F catarrhal sangat Kontak dgn sekresi sal Transmisi droplet Vaksin direkomen menular

napas, droplet besar kontak sp 5 hr menerima umur dekat

antibiotik

11-64

petugas

th dgn

pertusis:

restriksi

fase catarrhal sp mg 3 stl onst / 5 hr stlh tx antibiotik kontak saja tidak Pollomyelitis

Nonparalit

Sal napas 1mgg Kontak cairan sal napas, Transmisi kontak

ik: 3-6hr; stlh

Rubella

gejala benda terkontaminasi fese

perlu retriksi Imunisasi direkomendasi

paralitik

muncul, dlm feses

Kan

7-12hr

bbrp

12-23hr,

stlh gejala muncul Sangat menular Kontak

bintik

saat bintik merah nasofaring px

dan kontak dgn keluar

merah

keluar, virus lepas

cairan sal napas

mgg-bulan dgn

droplet Transmisi droplet 5hr

stlh :

rentan

bintik petugas

7hr

stl

timbul 14- 1mgg sblm smp

ekspos pertama sp

16hr

21hr

ekspos

stlh 5-7hr stl onset, congenital rubella bisa

melepas

virus

berbulan-

bertahun2

stl

terakhir

ekspos

RSV

(infeksi 2-8hr

Orang sakit dapat Tangan terkontaminasi saat Transmisi kontak Batasi kontak dgn

virus

(tersering

mengeluarkan

merawat

respiratorik)

4-6hr)

virus selama 3- menyentuh

benda

8hr. Tp pd bisa transmisi

RSV

bila partikel kecil

KLB

anak 3-4mgg

mata

atau

Restriksi

menyentuh hidung

MRSA

Kontak

atau erat dhn droplrt pasien rawat dan mati, atau

kontak,

karier

airbone

nares

aerosol lingkungan bila ada RSV sampai

gejala akut hilang Strandar transmisi Retriksi perawatan

petugas, mungkn anterior,

Streptococ A

dengan

pasien

tangan,

dapat pasien

dan

pengolahan makanan

bila

axilla, perineum,

petugas dengan lesi

nasofaring,

kulit basah tidak

orofaring

perlu retriksi bila

Kontak terinfeksi mensekresi

kolonisasi sisi Kulit, faring rektum, vagina Standar berdasar Retriksi perawatan &

transmisi

pasien

&

pengolahan makanan sp 24 jam stl antibiotik perlu petugas kolonisasi

mendapat Tidak retriksi dg

Salmonella,

Orang- orang lewat fekal

Shingella

oral

Sypilis

terkontaminasi Kontak langsung dg lesi Kontak primer

Tuberkolosis

air/

atau

makanan

sekunder

sypilis Sp 1 bl minum Inhalasi droplet nuklei

Airbone,

OAT

(mengeluarkan c non infeksius

terexpose

tubuh infeksius)

perlu

kontak Sampai

terbukti -petugas

yg tes

mantoux

bila

indurasinya> 10 mm perlu profilaksis INH

sesuai

rekomendasi Varicella

Sp lesi kering &

lokal Airbone, kontak, 8 hari pasca kontak Vaksinasi

berkusta

standar

sp 21 hari paska varicella kontak, beri imuno globulin IV paska kontak,

imunisasi

petugas

paska

pajanan dalam 4

hari Vibrio kolera Zoster

Tutupi

*lokal

jangan kontak dg

mengering

*menyeluruh

pasien rawat Jangan kontak dg

mengelupas Retriksi sampai

atau

pasien

semua lesi kering

orang

Kontak feces lesi,

immuno

Retriksi sampai lesi dan

dan mengelupas

kompromais * paska

Jangan kontak dg

Dari hr ke 10 paska

pajanan

pasien rawat

pajanan pertama sp

(person rentan)

yang

hari ke 21 atau hr 28 bila di beri lagi atau

sampailesi

kering mengelupas

dan

a. Tindakan pertama pada pasca pajanan bahan kimia atau cairan tubuh 1. Pada mata : Bilas dengan air mengalir selama 15 menit. 2. Pada Kulit : Bilas dengan air mengalir selama 1 menit. 3. Pada Mulut : segera kumur-kumur selama 1 menit 4. Lapor ke komite PPI atau PANITIA PPIatau dokter karyawan b.

Tata laksana bila petugas terpajan sumber infeksius Hepatitis B dari jarum bekas

Orang

yang Sumber HbsAg (+)

terkena Tidak di vaksin

Sumber

Sumber tidak diketahui

HbsAg (-) HIBG 1x dan diberikan Beri

Bila sumber merupakan resiko

vaksin HB

tinggi,dapat

vaksinHB

diperlakukan

sebagai sumber HbsAg diberi Tes untuk HBs: Tidak ada Tidak ada pengobatan 1.jika titernya cukup tidak vaksin tapi tidak pengobatan perlu perlu terapi. diketahui 2.jika tidak cukup titernya serokonversinya beri boosster HB dalam Pernah

Diketahui

waktu 7 hari. non HBIG 1x(dalam waktu 72 Tidak

serokonversinya

jam)+

1x

dosis

ada Jika sumber merupakan resiko

vaksin pengobatan

HB(dalam waktu 7 hari) Tidak diketahui Tes untuk HBs : Tidak ada 1.jika (-) obat seperti non serokonversinya pengobatan serokonversi. 2.jika titer tidak cukup HBIG 1x + booster vaksin HB dan ulangi pemeriksaan setelah 4 minggu. 3.Jika titer cukup,tidak perlu

tinggi

dapat

diperlakukan

sebagai sumber HbsAg (+) Tes untuk anti HBs : 1.jika (-) ,obati seperti non serokonversi. 2.jika titer tidak cukup booster vaksin HB. 3.jika tter cukup tidak perlu diobati.

diobati c. Pengobatan jika sumber positif HIV sbb : Orang yang Sumber positif HIV Sumber negatif HIV

Sumber

terkena HIV(-)

diketahui Konsultasi

Rujuk ke dokter internis Tidak ada pengobatan aagar mendapatkan nasehat. Setelah kejadian diketahui dari pasien HIV (+) staf harus

dirujuk

kefasilitas

tidak dengan

spesilais mikrobiologi/internist mungkin seperti

diobati pasien

HIV

post

exposur

propilaksis(PEP) waktu

2

pajanan. Tes ulang

(+),jika resiko tinggi.

dalam

jam

setelah

saat

itu

6

minggu,3,6dan 12 bulan . Saran :  Lakukan pencegahan penularan .  Tunda proses kehamilan

HIV (+)

selama 3 bulan.  Jangan memberikan donor darah .  Suntikan zidovudine

Tidak perlu diobati

selama 4 minggu (250 mg 3x/hari)

atau

150

mg

2x/hari(untuk tablet)  Tidak perlu pemberian pengobatan propilaksis

d. Pengobatan jika sumber (+) Hepatitis C Orang yang Sumber HbsAg (+) terkena Hepatitis negatif

C Berikan

nasehat

untuk

Sumber

Sumber

HbsAg (-) diketahui melakukan Tidak perlu Tidak

tidak perlu

pemeriksaan 0,3,6,12 bln pemeriksaan diobati

diobati

konsul

HVC dengan PCR dan diperiksa LVT

dokter

internist

untuk mengetahui status infeksinya Sarankan untuk meminalkan penularan Tidak ada chemopropilaksis tersdia ,rujuk

jika perlu.

pada dokter penyakit menular

8. PETUNJUK PENGGUNAAN ARV

1. ARV harus diberikan dalam waktu kurang dari 4 jam. 2. Termasuk didalamnya pajanan tehadap darah,cairan serebrospinal, semen, vagina, amnion dari pasien dengan positif HIV. 3. Tes HIV diulang setelah 6 minggu ,3 bulan dan 6 bulan.

10. STATUS HIV PASIEN Pajanan

Tidak diketahui

Positif

Positif Resiko Rejimen

Tidak perlu PPP

Tidak perlu PPP

tinggi Tidak

Mukosa/kulit

Pertimbangkan

PPP Berikan rejimen Berikan

tidak utuh

rejimen 2 obat

2 obat

Kulit utuh

-

perlu -

rejimen 2 obat x 28 hari,3TC 150

Tusukan Berikan rejimen 2 Berikan rejimen Berikan

benda

tajam obat.

2 obat.

AZT 300mg/12 jam mg/12 jam 28 hari AZT 300mg/12 jam

rejimen 3 obat x 28 hari,3TC 150

solid

mg/12

jam

28

400/100mg/12

jam

hari,Lop/r -

Tusukan Berikan rejimen 2 Berikan rejimen Berikan

benda

tajam obat

3 obat

rejimen 3 obat x28 hari.

berongga

11. PELAPORAN INSIDEN KECELAKAAN KERJA a. Setiap petugas yang mengalami insiden atau kecelakaan kerja karena tertusuk jarum setelah tindakan pada pasien atau tertusuk jarum bekas, jarum infus, pisau bedah dan benda tajam lainnya yang berhubungan dengan pasien segera di bawa ke instalasi gawat darurat untuk diberi pertolongan pertama. b. Setelah mendapat pertolongan dari IGD, petugas IGD memilah apakah korban perlu di rujuk ke poli teratai atau tidak : 1) Bila korban tertusuk jarum pasien pederita HIV-AIDS maka korban perlu dirujuk ke poli teratai. 2) Bila korban tertusuk jarum dengan pasien hepatitis atau penyakit infeksi lain, maka petugas yang mengalami kecelakaan kerja cukup diberi pertolongan di IGD untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan lanjutan di poli pegawai.

3) Setelah mendapatkan pertolongan, petugas atau rekan korban melaporkan kejadian kecelakaan kerja tetapi langsung pada atasan. 4) Koordinator Unit korban segera membuat laporan insiden atau kecelakaan kerja dengan formulir laporan insiden pada jam kerja ditanda tangani pelapor dan diketahui oleh Koordinator Unit langsung. 5) Koordinator Unit langsung akan memeriksa laporan dan melakukan investigasi sederhana penyebab terjadinya kecelakaan. 6) Setelah selesai melakukan investigasi, laporan hasil investigasi dan laopran insiden dilaporkan ke ketua Panitia PPIdalam waktu 2x24 jam setelah terjadinya insiden tau kecelakaan kerja. 7) Panitia PPIakan menganalisa kembali hasil investigasi dan laporan insiden untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan. 8) Hasil investigasi lanjutan, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan ke direktur. 9) Rekomendasi untuk perbaikan dan pembelajaran diberikan umpan balik kepada unit kerja terkait. 10) Unit kerja membuat analisa dan trend kejadian insiden atau kecelakaan kerja di unit kerjanya masing-masing setiap 1 bulan 1 kali. 11) Pengelolaan tumpahan darah 12) Sebelum membersihkan tumpahan darah, harus memakai APD. Tumpahan darah seluruhnya harus didesinfeksi dengan klorin atau alternatif yang sesuai. Siapkan spill kits di setiap area berisiko. 13) Alat medis/ peralatan pasien Alat medis single use tidak boleh dipakai ulang. Alat medis yang dapat dipakai ulang (reuseable equipments) harus didekontaminasi sebelum dipakai untuk pasien lain. 14) Pembersihan dan dekontaminasi lingkungan Memastikan agar semua permukaan yang kontak dengan pasien dibersihkan secara rutin dengan deterjen, air dan desinfektan bia diperlukan. 15) Pengelolaan sampah dan laundry Memisahkan sampah berisiko dan non risiko dalam kontainer yang sesuai. 12. DOKUMEN TERKAIT SPO pelaporan dan pencatatan tertusuk jarum. (Terlampir)

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF