Kebidanan- DISTOKIA pada sapi

July 27, 2020 | Author: Anonymous | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download Kebidanan- DISTOKIA pada sapi...

Description

Ilmu Kebidanan dan Kemajiran “ DISTOKIA "

Dr. drh.Dasrul, MSi Veterinery faculty Syiah Kuala University

Laboratory of Animal Reproduction, Syiah Kuala University

PENDAHULUAN  Kedudukan foetus dalam uterus induk sangat menentukan proses kelahiran seekor hewan Normal atau Tidak Normal  Uterus yang terletak sejajar dengan porus tubuh induk membutuhkan foetus pada bagian ketiga masa kebuntingan untuk mengambil posisi sesuai dengan sumbu panjang induk  Bagian dorsal (punggung) foetus terletak berhadapan dengan curvatura mayor atau permukaan dorsal uterus dan umbilikus foetus terletak pada curvactura minor atau permukaan ventral uterus

 Pada semua spesies ternak dikenal dua macam letak fetus dalam kandungan yaitu letak muka (anterior) dan letak sungsang (posterior).

• letak muka atau Anterior : letak fetus dalam kandungan menghadap ke vulva induk, kepala dan kedua kaki depan masuk ke dalam ruang pelvis dengan bagian punggung fetus menghadap kearah punggung induk, • Letak sungsang atau Posterior adalah letak fetus dalam kandungan dimana kedua kaki belakang dan ekor masuk ke dalam ruang pelvis dan punggung fetus menghadap punggung induk. Atau

Presentasi, Posisi dan Habitus Foetus Normal 1. Presentasi (Letak) foetus mencakup; A. Hubungan antara sumbu spinal (sumbu panjang) foetus terhadap sumbu panjang saluran peranakan induk. Presentasi bisa Longitudinal atau transversal)

B.



Presentasi longitudinal yaitu sumbu panjang (spinal) foetus sejajar dengan sumbu panjang saluran peranakan induk.



Presentasi tranversal yaitu sumbu panjang foetus terletak menyilang atau tegak lurus terhadap sumbu panjang saluran peranakan induk

Bagian foetus yang mendekati atau memasuki rongga pelvis atau saluran kelahiran (Anterior atau Posterior)



Presentasi Anterior : Bagian kepala foetus memasuki rongga pelvis terlebih dahulu



Presentasi Posterior : Bagian ekor foetus memasuki rongga pelvis terlebih dahulu

• Presentasi Longitudinal dapat anterior atau posterior

– Presentasi longitudinal anterior : Sumbu panjang/spinal foetus sejajar sumbu panjang/spinal saluran peranakan induk, dimana kepala foetus muncul duluan – Presentasi longitudinal posterior : Sumbu spinal foetus sejajar sumbu panjang/spinal saluran peranakan induk, dimana bagian ekor foetus muncul duluan

 Presentasi Transversal dapat ventral atau dorsal – Presentasi Transversal Ventral : sumbu panjang foetus terletak menyilang atau tegak lurus terhadap sumbu memanjang saluran peranakan induk, dimana bawah tubuh foetus menghadap keluar saluran kelahiran – Presentasi Transversal Dorsal : sumbu panjang foetus terletak menyilang atau tegak lurus terhadap sumbu memanjang saluran peranakan induk,dimana bawah tubuh foetus menghadap keluar saluran kelahiran

2. Posisi : •

Hubungan antara dorsum atau punggung foetus pada presentasi longitudinal atau kepala pada presentasi transversal, terhadap sisi pelvis induk yaitu sacrum, pubis, illium kiri dan illium kanan

3. Postur/Habitus •

Hubungan ekstremitas (kepala, leher dan kaki), terhadap tubuh foetus (membengkok, lurus, terletak dibawah, disamping kiri, samping kanan atau diatas foetus).



Letak Foetus Keadaan Normal –

Foetus berada dalam presentasi longitudinal anterior, posisi dorso-dorsal atau dorso-sakral dengan postur kepala dan leher terjulur atau bertumpu pada tulang-tulang metakarpal dan lutut pada kaki depan yang melurus



Foetus berada dalam presentasi longitudinal posterior, posisi dorso sakral, dengan kaki-kaki belakang tertahan atau melurus di bawah tubuh. Kecuali pada keadaan foetus yang kecil, posisi lainnya berakhir dengan abnormal atau distokia

 Presentasi Longitudinal posterior, posisi dorso-sakral,

dengan kaki-kaki belakang tertahan atau melurus di bawah tubuh, biasanya disebut letak sungsang

KEMUNGKINAN PRESENTASI, POSISI DAN POSTUR FOETUS PADA WAKTU PARTUS PRESENTASI

Longitudinal anterior Longitudinal Posterior Transversal Ventral Tranversal Dorsal

POSISI

POSTUR

KETERANGAN

Dorso-dorsal atau Dorso-Sacral Dorso illiaca dextra Dorso illiaca sinestra Dorso pubis Dorso-dorsal atau Dorso-Sacral Dorso illiaca dextra Dorso illiaca sinestra Dorso pubis

Kepala bertumpu pada Tulang metacarpal Leher membengkok Flexio kaki depan Flexio kaki belakang Kaki belakang menuju Ke rongga pelvis Leher membengkok Flexio kaki depan Flexio kaki belakang

Normal

Cephalo-illial dextra Flexio kaki depan Cephalo-illial sinestra Flexio kaki belakang Kepala bengkok Flexio kaki depan Cephalo-illial dextra Flexio kaki belakang Cephalo-illial sinestra Kepala bengkok

Abnormal Normal

Abnormal

Abnormal

Abnormal

a.

Foetus pada presentasi longitudinal anterior, posisi dorso dorsal atau dorso sacral (Normal)

b.

Foetus pada presentasi longitudinal posterior, posisi dorso-dorsal atau dorso sacral (Normal)

a) Foetus presentasi longitudinal anterior posisi dorsosacral dengan letak kepala yang mengarah ke dada (Abnormal) b) Foetus pada presentasi longitudinal anterior, Posisi Dorso-sacral chepalo illial sinestra (Abnormal)

a) Foetus dengan presentase Longitudinal anterior : posisi dorso pubis (Abnormal)

b) Foetus pada presentasi longitudinal anterior, posisi dorso-sacral habitus pembengkokan pada bahu kiri (Abnormal)

a) Foetus pada presentasi longitudinal Anterior, posisi dorsodorsal dengan habitus kedua carpal bengkok (Abnormal)

b)

Foetus pada presentasi longitudinal Anterior, posisi dorsosacral dengan habitus kedua kaki bengkok (Abnormal)

a) Foetus pada presentasi longitudinal posterior, posisi dorsosacral dengan kedua kaki belakang bengkok (Abnormal)

b) Foetus pada presentasi longitudinal posterior, posisi dorsosacral, dengan pembengkokan pada pinggul kanan (Abnormal)

a) Foetus pada presentasi longitudinal posterior, posisi dorso illial sinestra dan pembengkokan kaki belakang bagian kiri (Abnormal) b) Foetus pada presentasi longitudinal posterior, posisi dorsopubis (Abnormal)

 Apabila letak foetus dalam kandungan longitudinal anterior atau posterior, maka proses kelahiran berlangsung dengan normal = Eutokia  Apabila letak foetus dalam kandungan transversal dorsal atau ventral , maka proses kelahiran berlangsung dengan tidak normal atau sukar = Distokia

Distokia  Distokia berasal dari bahasa Yunani Dys (sukar/sulit) dan tokus (kelahiran) Distokia  kesulitan dalam proses kelahiran  Eutokia  Kelahiran yang mudah

 Distokia dapat diakibatkan oleh faktor Induk, Anak dan Mekanik Laboratory of Animal Reproduction, Syiah Kuala University

 Ada 3 faktor utama yang mengakibatkan Distokia yaitu;  Kekurangan usaha atau tenaga induk untuk mengeluarkan anak  Saluran Kelahiran induk  Usaha dan kelainan yang terletak pada foetus Laboratory of Animal Reproduction, Syiah Kuala University

Penyebab Distokia  Sebab-sebab Dasar  Sebab-sebab Langsung

Laboratory of Animal Reproduction, Syiah Kuala University

A. Penyebab Distokia sebab-sebab dasar – – – – –

Sebab-sebab herediter Sebab-sebab Nutrisi dan managemen Sebab-sebab Infeksius Sebab-sebab Traumatik Sebab-sebab lain (Inersia Uteri)

Laboratory of Animal Reproduction, Syiah Kuala University

1. Sebab-sebab herediter •

Faktor-faktor pada induk yg berpredisposisi terhadap distokia •

Predisposisi dinding sal. Muller dgn pita besar pada; – Cauda dari os cervicalis externa » Uterus rangkap » hyolasia vagina, vulva atau uterus » Uterus unicornis » anak kembar » Breed yang diturunkan



Gen resesif pada pejantan maupun betina – Patologi pada foetus atau selaputnya » Monster atau kelainan bentuk foetus – Kematian atau kelemahan foetus pada waktu lahir

2. Sebab Nutrisi dan Manajemen – – – – –

Pemberian pakan yang tidak sempurna pada masa bunting Induk yang dikandang terus menerus tidak diberi kesempatan bergerak Induk yang dikawinkan terlalu muda atau terlalu tua Sapi potong yang sedang menyusui dikawinkan Induk yang terlalu kecil, kurus dan pelvis kecil Laboratory of Animal Reproduction, Syiah Kuala University

3. Sebab-sebab Infeksius –

– –

Semua penyakit yang mempengaruhi uterus bunting dan isinya – Abortus – Uterus tak bertonus – Kematian foetus – Metritis Dicegah melalui perkawinan Induk yang sehat dan jantan sehat Perkawinan induk dengan pejantan jangan terlalu cepat Laboratory of Animal Reproduction, Syiah Kuala University

4. Sebab-sebab Trauma •

Sebab-sebab trauma jarang ditemukan • Hernia ventralis dan rupture tendon prepubis • Kontraksi abdomen lemah • Torsio uteri

5. Sebab-sebab faktor lain  Kelainan-kelainan pada postur  Inersia uteri ( ketiadaan kontraksi uterus normal selama atau sesudah partus)  Bersifat primer : Pengandangan induk secara terus menerus; beban uterus yang terlalu berat (hydrops dan kembar)  Bersifat sekunder : Kehabisan tenaga urat daging uterus; diikuti dengan metritis septik, retensio sekundine dan kegagalan involusio uteri

B. Distokia Sebab-sebab Langsung 1. Faktor Foetus atau Anak yang dikandung

(Distokia Foetalis) 2. Faktor Induk (Distokia Maternal)

Laboratory of Animal Reproduction, Syiah Kuala University

1. Penyebab Distokia Faktor Foetus A. Tidak tergantung Pada situs, posisi, posture B. Terpengaruh Situs, posisi dan posture C. Kematian Foetus

Laboratory of Animal Reproduction, Syiah Kuala University

A. Tidak tergantung Pada situs, posisi, Posture/habitus a. Foetus terlalu besar (Oversize foetus)  (46 %) • Absolute oversize foetus • Relative oversize foetus

b. Kelainan Perkembangan Foetus  • Duplifikasi foetus • Ascites Foetus • Anasarca • Hydrocephalus

(9%)

Laboratory of Animal Reproduction, Syiah Kuala University

a. Foetus yang terlalu Besar • Penyebab: – Foetus yang dikandung terlalu lama (graviditatum prolongatus)

– Breed, Induk sapi lokal yang dikawinkan pejantan unggul – Makan banyak dengan kandang yang terlalu sempit, sehingga pertumbuhan foetus cepat tidak sesuai dengan penampang pelvis • Diagnosa: – Pervaginal; • Pengukuran dilakukan dengan meletakan tangan pada os illium kiri kanan dan os pubis, • pada waktu bersamaan diadakan penarikan foetus secara bergantian, sehingga diketahui berapa banyak sisa bagian foetus yang tidak bisa melewati pelvis

• Pertolongan: • Foetus masih hidup 1. Penarikan paksa terlebih dahulu setelah dipastikan tidak ada habitus dan posisi normal, bila tidak berhasil baru dilakukan 2. Secsio Caesaria, pada sapi dilakukan dari fossa paralumbal sebelah kanan dengan posisi berdiri

• Foetus sudah mati 1. Dilakukan foetotomi - Perkutan : Pemotongan langsung pada tubuh yang menghalangi keluarnya foetus. Kalau situs anterior biasanya pada kedua persendian scapula dan kalau situs posterior pada kedua sendi panggul - Subkutan ; Pemotongan dengan pisau kawat dilakukan dibawah kulit Laboratory of Animal Reproduction, Syiah Kuala University

• Foetus masih Hidup:

• Situs Longitudinal Anterior 1. Dengan cara menekan bola mata, bila masih hidup akan diikuti oleh gerakan foetus 2. Dengan cara menarik lidah keluar mulut, kalau foetus masih hidup akan dirasakan usaha tarikan kembali dari lidah

• Situs Longitudinal posterior 1. Jari tangan dimasukan ke dalam anus, kalu foetus masih hidup akan dirasakan jepitan dari spinter ani Laboratory of Animal Reproduction, Syiah Kuala University

b. Foetus yang ukuran Besar relative • Penyebab Saluran pelvis normal tetapi belum pernah dilalui foetus, meskipun foetus normal bisa terjadi distokia • Diagnosa Palpasi Vaginal, situs, posisi, habitus, foetus hidup atau mati

• Pertolongan 1. Koreksi dengan baik terlebih dahulu 2. Bila ketuban sudah habis, beri pelicin 3. Pada situs longitudinal anterior simpul dibuat pada dua perendian carpal dan kepala 4. Pada situs longitudinal posterior simpul dibuat pada kedua persendian tarsal dan ekor, selanjutnya lakukan tarik paksa Laboratory of Animal Reproduction, Syiah Kuala University

B. Distokia terpengaruh Situs, Posisi dan Posture/Habitus  Distokia akibat kelainan situs, posisi dan posture/habitus terjadi 26 %  Distokia akibat kelainan situs, posisi dan posture/habitus yang sukar ditangani pada kuda – Situs tranversal dengan posisi ventral dan posture kaki depan menekuk digerbang pelvis – Situs tranversal dengan posisi ventral dan posture tidak ada (semua kaki keluar melewati rongga pelvis) – Situs tranversal dengan posisi dorsal dan posture kaki menekuk







Situs tranversal dengan posisi ventral dan posture kaki depan menekuk digerbang pelvis pada Kuda Situs tranversal dengan posisi ventral dan posture tidak ada (semua kaki keluar melewati rongga pelvis) pada Kuda Situs tranversal dengan posisi dorsal dan posture kaki menekuk pada Sapi

1. Kelainan Situs, Posisi dan Posture/Habitus kaki depan Situs : transversal Posisi : ventral Posture : semua kaki menekuk digerbang pelvis Diagnosa ; •

Berdasarkan explorasi rektal atau kalau sudah tampak tanda fase I kelahiran dilakkan explorasi vaginal

Pertolongan ; •

Mengikat persendian Carpal atau Tarsal tergantung yang paling dekat dengan pelvis inlet. Kemudian ditraksi ke caudal dorsal. Kalau cairan amnion sudah keluar, sebaiknya diberi pelicin

Pertolongan ;  Lakukan rotasi 90o dengan memasang kayu diikat menyilang pada metatarsal atau metacarpal atau memasang cameron torsion fork sepanjang metatarsal atau metacarpal.  Sebelum ektraksi lakukan pengukuran penampang foetus terhadap penampang pelvis, bila memungkinkan lakukan penarikan foetus. Pada kondisi ini pengkatan dilakukan pada persendian carpal dan persendian mandibula.  Sedangkan pada situs longitudinal posterior pengikatan dilakukan didaerah persendian tarsal.  Penarikan sesuai dengan datangnya dolores uterus

2. Situs Posisi Posture/Habitus

: transfersal : ventral : behip flexion

– Pertolongan 1. Mengadakan pengikatan di daerah Carpal 2. Mengadakan retropulsi di daerah ventral dekat persendian pinggul dengan tongkat ketiak (kunhn crutch) 3. Lakukan pertolongan seperti pertolongan yang diatas Laboratory of Animal Reproduction, Syiah Kuala University

3. Situs : transfersal Posisi : dorsal Posture/Habitus : semua kaki menekuk – Diagnosa

-

Perektal dan bisa vaginal bila sudah ada tampak fase I kelahiran

– Pertolongan



Sukar dilakukan pertolongan, karena tidak ada anggota gerak yang menghadap pelvis inlet yang dapat dipakai sebagai tempat penarikan.



Maskan tali mellui vaginal dengan memilih bagian belakang atau bagian cranial yang mendekati pelvis inlet



Sambil melakukan pengikatan, pasang kuhn cructh pada daerah anterior untuk traksi daerah belakang dan retropulsi di daerah depan.

Laboratory of Animal Reproduction, Syiah Kuala University

Macam-macam Situs, Posisi dan Posture/Habitus foetus distokia

Macam-macam Situs, Posisi dan Posture/Habitus foetus distokia

DISTOKIA MATERNAL  Kejadian distokia akibat induk dilapangan mencapai 19 %  Distokia akibat induk (maternal) terutama disebabkan oleh ; A. Penyempitan Saluran Kelahiran B. Salah letak Uterus Bunting C. Ketidakmampuan pengeluaran foetus

A. Penyempitan Saluran Kelahiran  Penyempitan Rongga Pelvis, diameter sacropubis memendek.  Pembukaan servix uteri yang tidak sempurna  Cystocele Vagina  Tumor  Labium vulva sebagian tertutup  Bekas saluran Mullery yang Persisten  Obstruksi Saluran Vagina oleh Vesica Urinaria yang penuh urine

1. Penyempitan Rongga Pelvis  Biasa terjadi pada induk immature (muda)  Kekurangan komposisi tulang (Ca, Fospor, Vit D)  Adanya tumor tulang atau bekas sambungan tulang yang kurang sempurna  Kelainan respon hormon relaksin pada ligamenta sacro ischiadica dan sacro illiaca  tidak berkembangnya pelvis inlet

2. Permukaan servix yang kurang sempurna • Berhubungan langsung dengan kemampuan kontraksi uterus yang didahului dengan kerja hormon yang dalam proses kelahiran (oxyoxin, relaksin, estrogen dan PGF 2ά) yang rendah • Biasa terjadi pada induk yang sudah sering beranak atau umur sudah tua • Pada Domba kasus ini disebut (Ringwomb) bisa menyebabkan gangguan kelahiran 32 % • Diagnosa – Pertimbangan pada onset atau lama stadium kedua kelahiran – Apakah terjadi pada induk dara atau telah beranak berkali-kali tapi belum tua

• Pertolongan – Pengobatan dengan hormon memperbanyak sekresi servix meningkatkan kontraksi uterus

yang dan

– Lakukan pembukaan servix dengan jari tangan atau dengn serviksdilatator – Kalau mummi atau maserasi ada harus dilakukan pengobatan khusus (penyuntikan PGF 2ά dan irigasi uterus)

3. Cystocele Vagina • Biasa terjadi pada Kuda, karena saat akan melahirkan vesica urinaria membelit berada di vagina atau dipermukaan vulva • Kasus ini terdiri dari 2 bentuk – Inversio Vesica Urinaria • Banyak terjadi pada Kuda dibandingkan Sapi • Adanya starining yang kuat dan dilatasi yang lebih lebar pada urethra • Tidak ada dilatasi kantong vesica urinaria • Urine keluar menetes

– Prolapsus Vesica Urinaria • Jarang terjadi atau terjadi bila ada perobekan dinding vagina • Vesica dalam keadaan berisi berpindah tempat ke vagina dan akan menyumbat saluran kelahiran

4. Tumor • Bisa terjadi pada semua spesies hewan, terutama pada induk yang berumur tua • Dapat bersifat jinak maupun ganas dikaitkan dengan tempat tumbuhnya • Pada sapi bisa terjadi pada saluran kelamin (saromata, papillomata, mocous fibromata dan vulva), sedang pada anjing sering ditemukan pada mixofibroma pada vagina submukosa • Adanya tumur mengakibatkan penampang vagina mengecil, sehingga foetus tidak bisa keluar

• Pertolongan – Incisi bagian tengah tumor memanjang dengan sumbu panjang vagina – Angkat tumor dan lakukan penjahitan – Cari dan ligasi pembuluh darah yang banyak aliran darah – Suntikan vitamin K – Tambah Vaselin sekitar vagina untuk melicinkan badan foetus, bila cairan ketuban sudah pecah – Tarik paksa foetus keluar bila tidak ada habitus

5. Labia Vulva yang sebagian Tertutup • Biasa terjadi pada Sapi Friesien Hollan • Penyebab kelainan sejak lahir (embrional) dimana vulva tidak secara sempurna memisahkan diri satu dengan lain • Bagian atas vulva berlubang langsung dengan serviks uteri dan lubang bagian bawah lubang urine Diagnosa • Masukan jari lewat lubang vulva atas lalu hubungkan dengan ke lubang vulva bawah

Pertolongan • Anestesi epidural • Incisi labia vulva dari atas ke bawah hingga menembus bagian yang seharusnya terpisah, ligasi pembuluh darah • Tarik paksa foetus setelah yakin tidak ada habitus abnormal • Jahit pinggiran ujung vulva dengan pinggiran mukosa vulva sedemikian rupa sehingga permukaan menempel satu dengan lainnya. • Berikan suntikan antibioti keseluruh permukaan yang diincisi

6. Obstruksi Saluran Vaginal Oleh Vesika Urinaria yang penuh urine • Jarang terjadi pada Kuda dan Sapi • Penyebab – Adanya radang pada urethra, sehingga urine terhambat keluar • Diagnosa – Observasi tidak ada kemajuan – Palpasi vaginal pada babi dengan satu jari ditemukan benjolan empuk dibawah vagina • Pertolongan – Catheterisasi melalui meatus urinarius dengan catheter karet dengan introdusernya

II. Salah Letak Uterus Bunting 1.

Hernia Uteri • Penyebab: • Melemahnya otot rectum dan tranversus abdominal sehinga membentuk celah dibelakang pusar • Adanya beban uteri diatasnya terjadi hernia uteri • Biasa terjadi pada umur kebuntingan 2 bulan terakhir • Gejala • Adanya benjolan di depan ambing sebesar bola, kemudian membesar dan akhirnya seluruh uterus turun kebawah abdomen • Oedema di dinding perut akibat gangguan sirkulasi • Saat partus terlihat induk kegelisahan, straining tetapi anak tidak bisa keluar melalui servix dan vagina • Pada sapi dan domba, kelihatan lebih tahan daripada kuda

Diagnosa • Palpasi hernia akan dirasakan gerakan foetus bila masih hidup • Cincin hernia dapat diraba dengan baik • Uterus dan foetus dapat dirasakan dengan organ lain Pertolongan • Reposisi uterus dilakukan bila pada umur 7 bulan hernia, hati-hati jangan sampai usus halus terjepit • Beri balutan stagen hingga umur cukup untuk lahir • Bila tidak ingin menunggu masa gestasi, beri suntikan PGF2ά im 25 – 30 mg/sapi atau 7,5 mg/domba • Setelah anak lahir induk harus dijepit otot yang robek

2. Torsio Uteri   

Pada sapi kejadiannya mencapai 5 – 7,5 % Biasa terjadi pada sebelah anterior vagina sehingga servix uteri terbatas daya bukanya Ering terjadi pada sapi-sapi yang digembalakan dilapangan lepas

Penyebab  Gerakan yang berlebih (beruling-guling) pada stadium I kelahiran sehingga posisi uterus dapat terpelintir 180o atau 360o  Karena adanya predisposisi letak uterus (curvactura mayor uterus dibagian dorsal dan ligamen penggantung uterus ke arah subillial anterior

Gejala Klinis  Sebelum stadium I kelahiran gejala tidak nampak  Setelah stadium I gejala klinis terlihat – Hewan sangat gelisah – Rasa sakit yang berlebihan – Kontraksi metrium tidak mampu membuka servik

Diagnosa:  Palpasi Vaginal terasa tingkat stenosis yang semakin berat karena torsio semakin berat  Servik teraba tidaknya tergantung derajad torsio uteri, torsio 360 o servik uteri tidak teraba lag

Pertolongan • Rotasi foetus lewat vagina dengan memegang kedua kaki depan – Keberhasilannya tergantung derajad pembukaan servik – Foetus hidup atau mati • Rotasi tubuh sapi dengan cara digulingkan • Ratosi dengan cara pembedahan • Sectio Caesaria

III. Ketidakmampuan Pengeluaran Foetus 1.

Inertia Uteri Primer – Penyebab • Terganggunya potensi kontrasi otot uterus • Gangguan endokrine • Rangsangan foetus yang terlalu kuat, akibat anak terlalu besar abnormal • Taxemia (degenerasi otot akibat toksin ) • Infiltrasi lemak pada otot uterus • Ketuaan induk • Rasio antara hormon progesteron yang rendah dan estrogen yang meningkat tidak seimbang

– Diagnosa • Telusuri sejarah penyakit (Anamnesa)

• Adanya rasa sakit yang berlebihan pada stadium I • Tidak diikuti oleh adanya pembukaan servik

• Tidak keluarnya cairan ketuban

2. Inertio Sekunder • Banyak terjadi pada induk politokus (melahirkan anak banyak) • Terjadi akibat kelelahan setelah melahirkan 2 – 3 foetus • Pada monotokus terjadi akibat salah letak, posisi dan habitus foetus • Akibat kelelahan mendorong foetus

Diagnosa



Berdasarkan gejala klinis, straining, kontraksi uterus dan pembukaan servik uteri

Prosedur Penanggulangan Distokia • Anamnesa – Sejarah kejadian distokia • Lama kebuntingan • Sejarah perkawinan terdahulu • Apakah distokia pernah terjadi sebelumnya • Apakah hewan memperlihatkan atau menderita penyakit atau gejala-gejala aneh selama 2 bulan terakhir sampai beberapa jam sebelum lahir • Berapa lama hewan sudah memperlihatkan ketidak tenangan, anoreksia

• Apakah kantong allantosi sudah pecah, kantong amnion terlihat di vulva atau sebagian foetus sudah tampak • Bagaimana sifat perejanan kuat atau lemah, timbul tenggelam atau reguler, ferkuensi meninggi atau menurun • Apakah sudah dicoba tarik paksa • Apakah sedang berbaring atau masih dapat berdiri

Pemeriksaan Umum • Kondisi fisik – Kurus, terlalu gemuk atau dalam kondisi baik – Hewan masih berdiri atau berbaring dan kehabisan tenaga – Pada Sapi Muda :terjadi paralisa obturatorium – Pada Sapi Tua : paresis puerpuralis atau paraplegia kebuntingan – Pulsus agak meningkat atau suhu badan agak lebih tinggi

– Bila hewan kehabisan tenaga, warna selaput lendir harus diperiksa, mungkin ada pendarahan internal karena ruptur pembuluh darah atau uterus – Amati cairan vulva encer, berlendir, berdarah atau membusuk – Apakah terdapat darah segar, mungkin telah terjadi perlukaan pada saluran kelahiran – Apakah sebagian tubuh foetus keluar melalui foetus

PENANGGULANGAN DISTOKIA • Tujuan dasar penanggulangan distokia adalah melahirkan anak yang hidup dan mencegah perlukaan pada induk • Penanggulangan distokia dapat dibagi dalam 4 cara; – Mutasi – Tarik paksa – Foetotomi (embriologi) – Sexio Caesaria (laparohisterectomi)

a. Mutasi • Adalah cara penanggulangan distokia di mana foetus dikembalikan ke presentasi, posisi dan postur yang normal melalui repulsi, rotasi, versi dan pembetulan atau perentangan ekstremitas • Kelahiran normal hanya terjadi dengan foetus dalam presentasi longitudinal anterior atau posterior, posisi dorsoakral dengan kepala, leher dan kaki-kaki berada dalam keadan lurus • Repulsi atau Retropulsi  pendorongan foetus keluar dari pelvis induk atau saluran kelahiran memasuki rongga abdomen dan uterus dimana ruangan cukup tersedia untuk pembetulan posisi atau postur foetus

• Semua kasus yang menggunakan repulsi, dianjurkan memakai anestesi epidural, karean sering menyebabkan perejanan yang kuat

• Repulsi umumnya diperlukan karena jalan kelahiran atau rongga pelvis cukup sempit sehingga tidak mungkin membetulkan foetus • Pelaksanaan repulsi sebiknya hewan dalam posisi berdiri atau sebaiknya bagian punggung ditinggikan • Repulsi berlebih-lebihan dan berlangsung lama berbahaya karena dinding uterus berkontraksi • Diagnosa repulsi sebaiknya dilakukan sedini mungkin

b. Rotasi • Adalah pemutaran foetus pada sumbu memanjangnya untuk membawa foetus pada posisi dorso-sacral, untuk memudahkan kelahiran • Untuk penangan foetus dengan rotasi – Foetus terlebih dahulu didorong ke kranial ke luar rongga pelvis – Bila tidak dapat dilakukan menunjukan bahwa distokia sudah berlangsung lama dan menyebabkan kekeringan pada selaput mukosa saluran kelahiran. – Penarikan bagian distal ektremitas seperti phalank, rahang bawah atau struktur antara badan dan bagian distal ektremitas

• Versi adalah rotasi foetus pada poro transversalnya menjadi situs anterior atau posterior • Perentangan dan pembetulan letak ekstremitas adalah koreksi postur abnormal yang sering terjadi karena fleksio satu atau lebih ektremitas. Hanya dapat dilakukan setelah repulsi dan setelah foetus didorong masuk ke rongga pelvis

• Tiga mekanisme koreksi ektremitas yang berfleksio – Repulsi bagian proksimal ekstremitas misalnya bahu dan dada pada situs anterior atau terhadap daerah perineum atau tarsus pada posisi posterior – Rotasi kelateral bagian tengah ekstremitas karpus, tarsus dan leher

Pertolongan • Pada Sapi dan Kuda (monotokus)

– Bila servik udah terbuka, coba raih bagian ektremitas foetus – Bila masih ada habitus abnormal, maka lakukan reposisi foetus, kemudian lakukan tarik paksa – Bila foetusnya terlalu besar dari pelvis inlet, maka lakukan sectio caesaria bila foetus hidup dan foetotomi bila foetus sudah mati

• Pada Anjing (politokus) – Karena sebagian foetus sudah lahir maka berikan uterogenik sehingga kontraksi uterus jadi panjang • Oxitoksin : 5 – 10 iu - im • PGF2ά : 2 – 5 mg - im – Bila pemberian obat tidak berhasil, maka lakukan

• Tarik paksa dengan forcep • Sectio caesaria

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF