Keamanan Data Pada Jaringan Cloud
June 8, 2018 | Author: Bagus Firmansyah | Category: N/A
Short Description
Download Keamanan Data Pada Jaringan Cloud...
Description
Keamanan Data pada Jaringan Cloud Berbasis Open Source
Kelompok 3: Abdul Salim Sawal (59410207) Bagus Firmansyah Kusuma Bahri (51410298) Mohamad Arif Budiman (54410468) Muhamad Reza Chaedar Fata (54410597) Muhammad Yusuf Hanafiah (54410841)
Universitas Gunadarma
Istilah Cloud Computing akhir-akhir ini semakin sering terdengar.Namun sebenarnya implementasi konsepnya sendiri sudah ada sejak puluhan tahun lalu, sebelum internet berkembang seperti sekarang. Saat ini memang Cloud Computing identik dengan internet.
Apa iu Cloud Computing ? Jika diartikan perkata, cloud berarti awan, computing sendiri berarti komputer, apakah yang dimaksud dari kata tersebut adalah komputer awan? Mungkinkah dalam benak anda terlintas ilustrasi komputer anda berarti harus berada di atas awan agar bisa bekerja, namun bukan itu yang disebut komputer awan atau dengan bahasa asing disebut Cloud Computing .
Dengan mengetikkan kata kunci "Cloud Computing Definition" di search engine atau wikipedia, dalam sekejap ratusan definisi tentang "Cloud Computing" akan muncul. Dari mulai yang sangat teknis, sampai yang sangat simplistis. Namun
semuanya
sepakat
bahwa
yang
dimaksud
dengan
"Cloud
Computing" secara sederhana adalah "layanan teknologi informasi yang bisa dimanfaatkan atau diakses oleh pelanggannya melalui jaringan internet". Katakata "Cloud" sendiri merujuk kepada simbol awan yang di dunia TI digunakan untuk menggambarkan jaringan internet (internet cloud). Namun tidak semua layanan yang ada di internet bisa dikategorikan sebagai Cloud Computing , ada setidaknya beberapa syarat yang harus dipenuhi : 1. Layanan bersifat "On Demand", pengguna dapat berlangganan hanya
yang dia butuhkan saja, dan membayar hanya untuk yang mereka gunakan saja. Misalkan sebuah layanan menyediakan 10 fitur, user dapat berlangganan 5 fitur saja dan hanya membayar untuk 5 fitur tersebut.
2. Layanan bersifat elastis/scalable, di mana pengguna bisa menambah atau
mengurangi jenis dan kapasitas layanan yang dia inginkan kapan saja dan sistem selalu bisa mengakomodasi perubahan tersebut. 3. Layanan sepenuhnya dikelola oleh penyedia/provider, yang dibutuhkan oleh pengguna hanyalah komputer personal/notebook ditambah koneksi internet. Dari sisi jenis layanan tersendiri, Cloud Computing , terbagi dalam 3 jenis layanan, yaitu : 1.
Software as a Service (SaaS) - memfokuskan pada aplikasi dengan web based interface yang diakses melalui web service dan web 2.0.
2.
Platform as a Service (PaaS) - memfokuskan pada aplikasi dimana dalam hal ini seorang developer tidak perlu memikirkan hardware dan tetap fokus pada pembuatan aplikasi tanpa harus mengkhawatirkan sistem operasi, skala infrastruktur, load balancing, dan sebagainya.
3.
Infrastructure as a Service (IaaS) - meliputi Grid untuk virtualized server, storage & network.
Sementara dari sifat jangkauan layanan, terbagi menjadi Public Cloud, Private Cloud dan Hybrid Cloud. Intinya, Cloud Computing adalah sebuah mekanisme yang memungkinkan kita "menyewa" sumber daya teknologi informasi (software, processing power, storage, dan lainnya) melalui internet dan memanfaatkan sesuai kebutuhan kita dan membayar secukupnya pula. Dengan konsep ini, maka semakin banyak orang yang bisa memiliki akses dan memanfaatkan sumber daya tersebut, karena tidak harus melakukan investasi besar-besaran.
Apalagi dalam kondisi ekonomi seperti sekarang, setiap organisasi akan berpikir panjang untuk mengeluarkan investasi tambahan di sisi TI. Terlebih hanya untuk mendapatkan layanan-layanan yang mungkin hanya dibutuhkan sewaktu-waktu saja. Seperti kecenderungan beberapa tahun terakhir dimana banyak perusahaan telah melakukan outsourcing terhadap pekerjaan non-core mereka. Demikian juga dengan kebutuhan layanan TI, kecenderungan untuk "menyewa" sumber daya TI melalui mekanisme Cloud Computing ini, menunjukan peningkatan signifikan dalam 3 tahun terakhir. Makanya tidak heran, jika nama-nama besar itu sudah memulai memukul genderang perang menjadi penguasa awan. Everybody wants to be in the Cloud! Sebenarnya Cloud Computing adalah teknologi yang menggunakan jaringan internet dan server terpusat untuk mengelola data dan menjalankan aplikasi. Cloud Computing membantu user untuk menggunakan aplikasi tanpa melakukan instalasi, mengakses file pribadi mereka di komputer manapun dengan akses internet. Teknologi ini memungkinkan efisiensi lebih dengan memusatkan penyimpanan data, memory, pemrosesan aplikasi, dan resource lainnya di Internet (server). Dengan Cloud Computing , seorang user hanya membutuhkan komputer dengan web browser dan akses Internet untuk menjalankan
berbagai aplikasi seperti
game, office application, Web
Desktop/Web Operating System, dan sebagainya. Menurut sebuah makalah tahun 2008 yang dipublikasi IEEE Internet Computing “Cloud Computing adalah suatu paradigma di mana informasi secara permanen tersimpan di server di internet dan tersimpan secara sementara di komputer pengguna (client) termasuk di dalamnya adalah desktop, komputer tablet, notebook, komputer tembok, handheld, sensor-sensor, monitor dan lainlain.”
Manfaat dari Cloud Computing yang dirasakan oleh user yakni user tidak perlu menginstal program di komputernya semua nya bisa dilakukan secara online contohnya banyak web yang menyediakan penggunaan adobe photoshop dengan gratis yang bisa dimanfaatkan oleh user namun dengan catatan user hanya sebatas menggunakan tanpa harus memiliki. nah begitulah nantinya teknologi cloud komputing bekerja. untuk saat ini pengusa internet yakni google telah mengembangkan google apps nya untuk menjadi layanan komputer awan.
Sejarah dan Perkembangan Cloud Computing
Ide awal dari cloud computing bisa ditarik ke tahun 1960-an, saat John McCarthy, pakar komputasi MIT yang dikenal juga sebagai salah satu pionir intelejensia buatan, menyampaikan visi bahwa "suatu hari nanti komputasi akan menjadi infrastruktur publik--seperti listrik dan telpon". Namun baru di tahun 1995 lah, Larry Ellison, pendiri Oracle , memunculkan ide "Network Computing" sebagai kampanye untuk menggugat dominasi Microsoft yang saat itu merajai desktop computing dengan Windows 95-nya. Larry Ellison menawarkan ide bahwa sebetulnya user tidak memerlukan berbagai software, mulai dari Sistem Operasi dan berbagai software lain, dijejalkan ke dalam PC Desktop mereka. PC Desktop bisa digantikan oleh sebuah terminal yang langsung terhubung dengan sebuah server yang menyediakan environment yang berisi berbagai kebutuhan software yang siap diakses oleh pengguna. Ide "Network Computing" ini sempat menghangat dengan munculnya beberapa pabrikan seperti Sun Microsystem dan Novell Netware yang menawarkan Network Computing client sebagai pengganti desktop. Penulis sendiri pada tahun '98 sempat mencoba Network Computing yang dikoneksikan ke sebuah Windows NT Server di mana NC client dapat
menggunakan berbagai aplikasi yang tersedia di dalam server tersebut secara remote. Namun akhirnya, gaung Network Computing ini lenyap dengan sendirinya, terutama disebabkan kualitas jaringan komputer yang saat itu masih belum memadai, sehingga akses NC ini menjadi sangat lambat, sehingga orang-orang akhirnya kembali memilih kenyamanan PC Desktop, seiring dengan semakin murahnya harga PC. Tonggak selanjutnya adalah kehadiran konsep ASP (Application Service Provider) di akhir era 90-an. Seiring dengan semakin meningkatnya kualitas jaringan komputer, memungkinkan akses aplikasi menjadi lebih cepat. Hal ini ditangkap sebagai peluang oleh sejumlah pemilik data center untuk menawarkan fasilitasnya sebagai tempat ‘hosting’ aplikasi yang dapat diakses oleh pelanggan melalui jaringan komputer. Dengan demikian pelanggan tidak perlu investasi di perangkat data center. Hanya saja ASP ini masih bersifat "privat", di mana layanan hanya dikastemisasi khusus untuk satu pelanggan tertentu, sementara aplikasi yang di sediakan waktu itu umumnya masih bersifat client-server. Kehadiran berbagai teknik baru dalam pengembangan perangkat lunak di awal abad 21, terutama di area pemrograman berbasis web disertai peningkatan kapasitas jaringan internet, telah menjadikan situs-situs internet bukan lagi berisi sekedar informasi statik. Tapi sudah mulai mengarah ke aplikasi bisnis yang lebih kompleks. Dan seperti sudah sedikit disinggung sebelumnya, popularitas Cloud Computing semakin menjulang saat di awal 2000-an, Marc Benioff ex VP di Oracle, meluncurkan layanan aplikasi CRM dalam bentuk Software as a Service, Salesforce.com, yang mendapatkan sambutan gegap gempita.
Dengan misinya yang terkenal yaitu "The End of Software", Benioff bisa dikatakan berhasil mewujudkan visi bos-nya di Oracle, Larry Elisson, tentang Network Computing menjadi kenyataan satu dekade kemudian. Selanjutnya jargon Cloud Computing bergulir seperti bola salju menyapu dunia teknologi informasi. Dimulai di tahun 2005, mulai muncul inisiatif yang didorong oleh nama-nama besar seperti Amazon.com yang meluncurkan Amazon EC2 (Elastic Compute Cloud), Google dengan Google App Enginenya, tak ketinggalan raksasa biru IBM meluncurkan Blue Cloud Initiative dan lain sebagainya. Semua inisiatif ini masih terus bergerak, dan bentuk Cloud Computing pun masih terus mencari bentuk terbaiknya, baik dari sisi praktis maupun dari sisi akademis. Bahkan dari sisi akademis, jurnal-jurnal yang membahas tentang ini hal ini baru bermunculan di tiga tahun belakangan. Akhirnya seperti yang kita saksikan sekarang, seluruh nama-nama besar terlibat dalam pertarungan menguasai awan ini. Bahkan pabrikan Dell, pernah mencoba mempatenkan istilah "Cloud Computing", namun ditolak oleh otoritas paten Amerika. Walaupun di luaran perebutan kapling awan ini begitu ingar-bingar, tidak demikian dengan di tanah air Indonesia tercinta ini. Pemain yang benar-benar mencoba masuk di area ini masih sangat sedikit, bahkan jumlahnya bisa dibilang belum sebanyak jari sebelah tangan. Salah satu yang cukup serius bermain di area ini adalah PT Telkom, yang setidaknya saat ini sudah menawarkan dua layanan aplikasi berbasis Software as a Service. Salah satunya melalui anak usahanya, Sigma Cipta Caraka, yang menawarkan layanan aplikasi core banking bagi bank kecil-menengah.
Kemudian bekerjasama dengan IBM Indonesia dan mitra bisnisnya, PT Codephile, Telkom menawarkan layanan e-Office on Demand untuk kebutuhan kolaborasi/korespondensi di dalam suatu perusahaan atau organisasi. Sepinya sambutan dunia teknologi informasi dalam negeri terhadap Cloud Computing ini, mungkin disebabkan beberapa faktor, di antaranya: 1.Penetrasi infrastruktur internet yang bisa dibilang masih terbatas. 2.Tingkat kematangan pengguna internet, yang masih menjadikan media
internet utamanya sebagai media hiburan atau sosialisasi. 3.Tingginya investasi yang dibutuhkan menyediakan layanan cloud ini, karena harus merupakan kombinasi antara infrastruktur jaringan, hardware dan software sekaligus. Namun demikian, sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-5 di dunia--yang berarti juga pasar terbesar ke-5 di dunia--para pelaku teknologi informasi dalam negeri harus sesegera mungkin mempersiapkan diri dalam arti mulai mengembangkan layanan-layanan yang siap di-cloud-kan. Sehingga saat gelombang besar Cloud Computing ini sampai di sini, tidak hanya pemain asing besar saja yang akan menangguk keuntungan. Tentu saja peran pemerintah sebagai fasilitator dan regulator sangat diperlukan di sini, karena sekali lagi: Everybody wants to be in the Cloud!
Cloud Berbasis Linux dan FOSS (Free And Open Source) Salah satu sistem cloud yang paling di gandrungi adalah yang berbasis open source. Dikarenakan harga yang cukup terjangkau kita bisa membuat server private. Banyak sekali contoh FOSS di sistem cloud, yaitu: 1. Ubuntu Enterprise Cloud (UEC) 2. eyeOS
3. Proxmox 4. OpenStack 5. OpenNebula 6. Eucalyptus
Dari banyak jenis FOSS di atas mempemudah kita memilih mana FOSS yang menurut kita lebih bagus untuk di pakai dari segala aspek. Yang paling di utamakan adalah faktor kenyamanan interface dan
kemudahan untuk
menyetting atau membuat sistem cloud itu sendiri.
Keamanan Data Keamanan data merupakan faktor terpenting dalam pembuatan sistem cloud. Ketika kita menggenggam data itu sendiri terkadang data bisa bocor ke tangan orang lain. Apa lagi data yang istilahnya “di simpan di tempat lain”. Kemanan data tidak hanya mencakup kerahasiaan itu sendiri. Tetapi juga mencakup dari ketersediaan dan bencana.
1. Kerahasiaan
Kerahasiaan data dari sistem cloud merupakan faktor pertama yang harus di perhatikan. Mengapa demikian, secara logika tidak mungkin kita ingin repotrepot membuat sistem cloud yang cukup rumit untuk intranet atau internet yang artinya kita menyewa dari perusahaan cloud hanya untuk data yang sepele. Terlalu banyak buang materi dan waktu. Menurut Doddy Dewanto, IT Manager Primaasset Karunia Sinergi "Mobile cloud menjadi salah satu mesin pendapatan bagi pelaku usaha, namun ada ancaman besar yaitu masalah keamanan jaringan,".
Menurut Doddy, trafik data di Indonesia kian tinggi seiring makin banyaknya pengguna internet. "Namun, ada bahaya yang mengancam, Indonesia berada di posisi nomor dua yang diserang Distributed Denial of Service (DDoS)," katanya. Yang dimaksud DdoS adalah penyerangan suatu sistem dimana sistem yang di serang tidak mengetahui bahwa sedang di serang dan menganggap bahwa itu adalah trafik normal. Faktor-faktor Kemanan jaringan informasi pada cloud computing (komunikasinya) : 1. Struktur 2. Metode transmisi 3. Transport formats 4.
Perhitungan keamanan yang mendukung : integrity, availability, dan authentication (untuk private dan public jaringan komunikasi). Diketahui juga komunikasi pada cloud computing dikatakan aman jika
telah memastikan beberapa hal yaitu : 1. Confidentiality Kepastian bahwa hanya orang/bagian yang berhak atau yang seharusnya, yang boleh mengakses data dan menerima data. Beberapa hal yang menjadi bagian dari kebutuhan telekomunikasi dalam menjamin confidentiality : •
Network security protocols
•
Network authentication services
•
1.
Data encription services
Integrity Kepastian
bahwa
data
tidak
berubah
karena
suatu
yang
tidak
direncanakan atau tidak diinginkan. Integrity berarti menjamin pesan telah terkirim dan diterima. Dan pesan tersebut tidak berubah. Beberapa bagian dari integrity yaitu :
1.
•
Firewall servicess
•
Communications Security Management
•
Intrusion detection services
Availability Kepastian bahwa data atau informasi pada jaringan dapat diakses di
waktu dan dimana data/informasi itu dibutuhkan. User yang terotorisasi dapat diijinkan mengakses jaringan atau sistem saat mereka membutuhkan. Beberapa bagian yang harus diperhatikan untuk menjamin availability yaitu : •
Fault tolerance untuk availability data, seperti backups, redundant disk system
•
Acceptable logins and operating process performances
•
Reliable and interoperable security processes and network security mechanisms
2. Ketersediaan
Ketersediaan sistem cloud juga mempengaruhi dalam hal keamanan data. Ketersediaan yang dimaksud disini adalah dalam hal ketersediaan bandwith dalam mengakses serta ketersediaannya space yang cukup dalam sistem cloud yang di kembangkan oleh perusahaan cloud itu sendiri. Ketersediaan dalam bandwith adalah ketika kita ingin mengakses data yang akan kita ambil atau simpan apakah berjalan lambat atau kencang. Pikirkan apabila kita ingin mengakses data yang besar sebuah perusahaan dan
itu sangat rahasia. Akan memakan waktu yang lama dan sangat tidak efisien dalam menjalankan sistem perusahaan tersebut. Banyak sistem cloud yang ditawarkan peusahaan-perusahaan ke Indonesia. Tetapi server cloud mereka tidak ada di Indonesia melainkan di negara yang mereka percayakan untuk di bangun server cloud atau bahkan negara yang menjadi asal perusahaan mereka sendiri. Dengan jarak yang seperti ini maka anda bisa bayangkan apabila ketersediaan bandwith untuk mengaksesnya kecil maka akan sangat lama sekali. Dengan kadaan jarak sejauh itu juga nantinya harus dipikirkan tentang gangguan bandwith ketika terjadi gaangguan dalam hal komunikasi (unduh dan unggah) data. Ketersediaan dalam hal space ini juga termasuk penting. Sebuah perusahaan cloud harus memikirkan faktor berapa besar data yang dapat di tampung oleh server cloud kembangannya artinya dia juga harus memikirkan apakah perusahaan itu mampu memantau keamanan data dan mengurusi semua maintenance dalam server cloud kembangannya. Pemantauan keamanan data dalam server cloud itu berkaitan dengan kerahasiaan datanya. Artinya pihak perusahaan cloud harus membuatkan firewall yang cukup kuat serta pegawai IT yang memang berkompeten dalam bidang kemanan data. Kalau sudah menyangkut pembuatan sistem firewall dan pegawai yang mengurusi pemantauan sistem cloud maka perusahaan akan membutuhkan biaya. Nah itu juga yang harus jadi pertimbangkan oleh perusahaan. Perusahaan cloud harus bisa memenuhi pembiayaan internal mereka dengan membebankan dalam pendapatan perusahaan. Artinya pendapatan dalam penyewaan sistem cloud mereka oleh perusahaan-perusahaan atau pribadi.
Tetapi
perusahaan juga
harus
memikirkan
segi ekonomis bagi
perusahaan-perusahaan penyewa cloud mereka. Di Indoensia sudah mulai banyak perusahaan cloud yang menawarkan sistem cloud mereka dengan harga beragam. Menurut dari azas ekonomi kita harus memberi modal sekecil-kecilnya dan
mendapatkan
untung
sebesar-besarnya.
Ini
juga
harus
menjadi
pertimbangan perusahaan cloud agar sistem mereka menjadi laku di pasaran Indonesia ini.
3. Disaster
Disaster (bencana) didefinisikan sebagai kejadian yang waktu terjadinya tidak
dapat
diprediksi
dan
bersifat
sangat
merusak.
Pengertian
ini
mengidentifikasikan sebuah kejadian yang tiba-tiba, tidak diharapkan, bersifat sangat merusak, dan kurang perencanaan. Bencana terjadi dengan frekuensi yang tidak menentu dan akibat yang ditimbulkannya meningkat bagi mereka yang tidak mempersiapkan diri terhadap kemungkinan-kemungkinan timbulnya bencana. Berbagai bencana yang mungkin terjadi antara lain adalah: 1.
Bencana alam disebabkan oleh kondisi geografis dan geologis dari
lokasi. 2.
Kebakaran disebabkan oleh faktor lingkungan dan pengaturan
sistem elektrik yang dapat menyebabkan korsleting. 3.
Kerusakan pada jaringan listrik disebabkan oleh sistem elektrik.
4.
Serangan teroris disebabkan oleh lemahnya keamanan fisik dan
non fisik data center. 5.
Sistem atau perangkat yang rusak terkait dengan kesalahan
manajemen pengawasan perangkat.
6.
Kesalahan operasional akibat ulah manusia.
7.
Virus misalkan disebabkan oleh kesalahan pemilihan anti virus
yang digunakan. Namun sebagai server cloud computing kita harus membuat sebuah perencanaan untuk menghindari bencana tersebut, antara lain: •
Catu Daya
Membuat catu daya redundan. Maksudnya kita membuat sumber daya listrik dimana ketika mati listrik kita masih mempunyai sumber daya cadangan untuk beberapa saat sampai listrik nyala kembali atau di teruskan ke mesin genset. Catu daya juga termasuk dalam dalam kestabilan daya listrik ke server cloud. Ketika listrik tidak stabil masuk ke dalam sebuah elektronik maka dapat di pastikan elektronik itu tidak akan mempunyai umur yang cukup lama.
•
Sistem Pencegahan Kebakaran
Pemadam Kebakaran (Fire Suppression Systems) – berguna untuk mencegah kebakaran, dengan menggunakan kombinasi bahan kimia kering atau basah. Sistem anti kebakaran seperti ini juga dilengkapi dengan sensor panas, perkabelan, atau deteksi manual lainnya.
•
Kemanan Fisik Server
Keamanan fisik berarti berhubungan dengan tempat server dan client di tempatkan yaitu, di rack. Rak digunakan untuk menempatkan server-server dengan rapi. Rack yang bagus memiliki desain yang netral (tidak tergantung pada vendor tertentu), memiliki rails (rel) supaya server
atau perangkat bisa mudah ditarik keluar masuk seperti laci lemari. Rack harus mampu mengalirkan udara dari bawah lantai ke atas (ke arah perangkat). Rack harus cukup kuat untuk menahan beban server dan perangkat yang berat. Untuk kawasan yang rawan getaran (seperti dekat rel kereta api atau sering gempa), rack juga harus memiliki suspensi khusus, sehingga getaran gempa/kereta api tidak merambat ke perangkat di dalam rack. Setelah pencegahan di optimalkan maka tetap saja bencana bisa menghancurkan sistem cloud yang kita buat maka dari itu perusahaan yang mengembangkan sistem cloud haruslah berfikir untuk memulihkan data setelah terkena bencana yang disebut Disaster Recovery. Disaster Recovery menurut terjemahan aslinya mengandung
arti
pemulihan bencana. Satu hal yang menjadi sangat krusial dalam Pemulihan Bencana adalah data dan informasi, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya sangat penting untuk menjaga kekonsistenan dari data dan informasi bagi perusahaan. Kebutuhan ini dapat diakodomasi dengan menggunakan teknologi replikasi data. Replikasi data adalah sebuah proses yang mengkopi isi data ke suatu lokasi remote baik yang berlangsung secara kontinu ataupun pada interval tertentu. Replikasi data akan menyediakan hasil kopi data yang lengkap untuk tujuan Pemulihan Bencana. Lokasi remote biasanya merupakan secondary data center. Teknologi replikasi data memiliki fungsi yang rumit karena secara cerdas mengkopi data ke lokasi yang remote, setelah data yang lengkap sudah direplikasi ke target yang dimaksud maka hanya data yang berubah yang akan direplikasi selanjutnya, sehingga akan menghemat kebutuhan bandwith. Data kopian
inisial
yang
ada
di
penyimpanan
remote
biasa
disebut
sebagai seeding (penanaman benih). Setelah data di-"seeding", fungsi replikasi berikutnya dapat berjalan pada dua mode yaitu:
•
Mode Replikasi Synchronous
Mode replikasi sinkron memungkinkan pertukaran data secara realtime sehingga kesinkronan suatu data akan terjaga, dimana saat ada transaksi operasional yang sedang menulis sesuatu ke disk sumber, maka saat yang bersamaan penulisan juga dilakukan terhadap disk target yang ada di lokasi remote. Keseluruhan proses penulisan pada disk sumber dan disk target harus selesai terlebih dahulu sebelum beranjak ke transaksi operasional selanjutnya dan diberi acknowledge untuk keduanya jika telah selesai. Pada mode replikasi ini, kebutuhan akan performansi sistem yang tinggi harus dipertimbangkan. Selain itu jarak antara disk sumber dan disk target juga menjadi prasyarat utama, bahwa pihak yang terlibat dalam mode replikasi ini harus berjarak < 100km antara keduanya. Keuntungan dari mode replikasi ini adalah menyediakan recovery yang konsisten dan lengkap untuk semua jangka waktu. •
Mode Replikasi Asynchronous
Mode
replikasi
asinkron
memungkinkan
pertukaran
data
secara buffering dalam artian bahwa data akan diletakkan dalam sebuah 'penampung sementara terlebih dahulu, kemudian pada jangka waktu tertentu akan direplikasi ke disk target. Data yang direplikasi ke disk target tidak membutuhkan acknowledgement agar penulisan transaksi operasional pada disk sumber dapat berlangsung kembali. Sehingga mode replikasi ini tidak menjamin kesinkronan suatu data pada dua pihak yang terlibat karena jika suatu saat terjadi crash pada salah satu pihak dan data belum sempat direplikasi maka data yang terdapat pada kedua pihak tidak bisa dikatakan sebagai sebuah data yang sinkron. Walaupun hal ini dapat meningkatkan performansi sistem, namun lebih memiliki banyak risiko. Jika hal ini terjadi maka recovery yang cukup rumit dilakukan (namun tidak menjamin data hasil recovery adalah data yang
benar dan konsisten karena ada kemungkinan hilangnya beberapa data). Keuntungan dari mode replikasi ini adalah efektivitas biaya. Selain itu, berdasarkan tempat dimana proses replikasi berjalan, dapat ditentukan tipe replikasi yang cocok untuk kebutuhan bisnis perusahaan, yaitu: •
Database to Database
Proses replikasi berlangsung pada server basis data. Satu server basis data akan bertindak sebagai master dan kemudian ada beberapa server basis data sebagaislave yang menyimpan kopi dari basis data tersebut. Ketika terjadi proses penulisan pada basis data maka akan terjadi penulisan tersebut akan segera dikirim ke basis data master yang kemudian akan direplikasi oleh server basis data yang bersifat slave. Ketika dilakukan proses pembacaan pada basis data, maka dapat dilakukan terhadap semua server basis data yang tersedia, hal ini tentu saja
akan meningkatkan
performansi
sistem
basis
data
terkait
dengan load sharing. Keunggulan lain dari replikasi basis data adalah tingkat availabilitas yang tinggi, karena ketika terjadi crash terhadap server master basis data, server slave basis data dapat mengambil alih pekerjaan server master. •
Host to Host
Disebut juga sebagai replikasi yang processor-based. Proses replikasi berjalan pada sistem sumber dan target. Oleh karenanya, sangat mungkin terjadi perselisihan antara sistem sumber dan target saat berlangsung proses replikasi. Hal ini terjadi karena agen yang berjalan pada masing-masing sistem dalam menjalankan prosestracking perubahan data dan replikasi data, jalur yang dilakukan adalah melalui koneksi IP. Replikasi data mode ini berjalan pada level aplikasi atau level OS. Host-
to-host merupakan mode replikasi yang paling umum diimplementasikan karena merupakan solusi software. Replikasi host-to-host memanfaatkan sumber daya pada server sumber dan target yang akan berdampak pada performansi, kemudian mensyaratkan bahwa sistem yang berada di lokasi remote harus selalu dalam keadaan up sepanjang waktu. Keuntungan yang signifikan dari mode replikasi ini adalah storage agnostic, yang berarti bahwa dapat dilakukan pen-deployan tanpa memperhatikan tipe storage yang digunakan (internal, eksternal, SAN atau NAS). •
Disk to Disk
Replikasi mode disk-to-disk berjalan pada perangkat eksternal storage seperti SAN atau NAS. Mode replikasi ini secara normal diimplementasikan pada vendor-vendor disk array seperti EMC, Hitachi, IBM,
HP
dan
lainnya.
aplikasi software yang vendor.Kebanyakan disk
cocok
Setiap
vendor
dengan array
array menggunakan
akan
menyediakan
storage masing-masing koneksi fibre
channel,
sehingga router storage diperlukan untuk meningkatkan kemampuan koneksi melalui link WAN. Replikasi disk-to-disk memanfaatkan sumber daya dari perangkat eksternal storage dan bersifat transparan ke host. Karena proses replikasi berjalan pada perangkatstorage, maka host yang menjadi target tujuan tidak diperlukan lagi.
View more...
Comments