KASUS UROLITIASIS PADA ANJING DAN KUCING.docx

November 5, 2018 | Author: Sammy Synyster | Category: N/A
Share Embed Donate


Short Description

Download KASUS UROLITIASIS PADA ANJING DAN KUCING.docx...

Description

KASUS UROLITIASIS PADA ANJING DAN KUCING

MARIYANI B04050321

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

ABSTRACT Mariyani. B04050321. Cases of Urolithiasis in Dogs and Cats. Under the supervision of Prof. drh. Dondin Sajuthi, MST, PhD, dan drh. Sukamto The purpose of this study is to know the amount of urolithiasis cases in dogs and cats. Data of those cases is obtained from medical records in Rumah Sakit Hewan Jakarta, Rumah Sakit Hewan IPB, and clinic PDHB drh. Cucu K, dkk 24 hours from 2007 until 2008. The study shows that urolithiasis cases increased in 2008. It is higher in male compared with female. The incidence in dogs is higher compared with cats. Urolithiasis in dogs was most common appeared at 7 years old dogs and the type of stone were 42% calcium oxalate and 33% struvite, the rest were silica 17% and cystine 8%. Pomeranian and mixed breed dogs predominated. Persian cats predominated with the most common appeared at 5 years old cats.

Based on laboratories examination from six stones samples, each stone had different physical appearance and consist of many crystals. Keywords: cases, urolithiasis, dogs, cats

RINGKASAN Mariyani. B04050321. Kasus Urolitiasis pada Anjing dan Kucing. dibawah bimbingan Prof. drh. Dondin Sajuthi, MST, PhD dan drh. Sukamto. Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengetahui banyaknya kejadian kasus urolitiasis pada anjing dan kucing. Data kasus diperoleh melalui data rekam medis Rumah Sakit Hewan Jakarta, Rumah Sakit Hewan IPB, dan Klinik PDHB 24 jam drh. Cucu Kartini S., dkk pada tahun 2007-2008. Hasil studi menunjukkan kasus urolitiasis meningkat di tahun 2008. Kasus pada jantan lebih banyak daripada betina. Begitu pula kasus pada anjing lebih banyak daripada kucing. Kejadian urolitiasis pada anjing paling banyak didapatkan pada anjing berumur 7 tahun dan jenis batu yang didapatkan adalah kalsium oksalat 42%, struvite 33% dan sisanya adalah silica 17% serta cystine 8%. Ras anjing yang mendominasi adalah Pomeranian dan ras campuran. Ras kucing yang mendominasi adalah ras Persia dan paling banyak terjadi pada umur 5 tahun.

Berdasarkan permeriksaan laboratorium dari enam buah sampel, diketahui bahwa masing-masing batu memiliki penampilan fisik yang berbeda serta tersusun dari banyak jenis kristal. Kata kunci: kasus, urolitiasis, anjing, kucing

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya

KASUS UROLITIASIS PADA ANJING DAN KUCING

MARIYANI B04050321

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

PENDAHULUAN Latar Belakang Meningkatnya

taraf

hidup

masyarakat

berpengaruh

terhadap

gaya

hidup

bermasyarakat. Salah satu diantaranya adalah meningkatnya pemilik anjing dan kucing sebagai hewan kesayangan. Seringkali anjing dan kucing dianggap sebagai bagian dari keluarga mereka. Kecintaan yang berlebih terhadap anjing dan kucing menyebabkan pemilik memberikan makanan yang sama dengan makanan yang dikonsumsinya, selain pet food yang dijual di pasaran dengan berbagai macam merek. Komposisi yang tidak sehat dapat menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi. Dry cat food tertentu juga merupakan faktor resiko terjadinya feline lower urinary tract disease (Buffington et al. 1997). Selain itu, pola pemberian pakan juga dapat merubah pH urin, volume urin, dan solute concentration yang dapat menyebabkan terbentuknya presipitasi mineral, seperti urolit yang terdiri dari berbagai mineral dan terjadinya urethral plugs. Urolitiasis merupakan salah satu penyebab feline lower urinary tract disease selain idiopathic cystitis. The Ohio State University Veterinary Hospital mengevaluasi 109 ekor kucing dengan gejala klinis stranguria dan 15 ekor diantaranya mengalami urolitiasis (Buffington 2001). Selain itu, kejadian kasus baru feline lower urinary tract disease dilaporkan mencapai 0,5-1% per tahun pada populasi kucing di Eropa dan Amerika Selatan (Waltham Centre for Pet Nutrition 1999). Kejadian urolitiasis pada anjing dan kucing di Indonesia kurang mendapat perhatian. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya data mengenai kasus ini sehingga perlu dilakukan pengumpulan data untuk mengetahui frekuensi kejadian urolitiasis di klinik dan rumah sakit hewan di Jakarta dan Bogor.

Rumusan Masalah Resiko terbentuknya kristalisasi urolit sangat tergantung kepada tingkat supersaturasi di urin (Robertson & Markwell 1999).

Jika pembentukkan kristal dapat dicegah maka

urolitiasis dan pembentukkan komponen mineral dari urethral plugs tidak muncul. Hal ini merupakan faktor penting dalam mencegah proses terbentuknya urolit pada kucing ataupun anjing yang memiliki predisposisi. Keberadaan kristal dapat mengindikasikan terbentuknya

urolit, namun adanya kristal tidak selalu mengindikasikan terjadinya urolit (Chew et al. 2004). Hasil ini harus diikuti dengan pemeriksaan parameter urin yang lain seperti pH dan specific gravity. pH urin yang asam atau basa akan membentuk tipe urolitnya tersendiri. Selain itu, anjing ataupun kucing ras tertentu juga memiliki predisposisi terhadap satu jenis urolit. Kucing cenderung memiliki pH urin >6,5 sehingga cenderung mengalami pembentukkan struvite urolit. Adapun ras kucing yang paling banyak dilaporkan membentuk struvite urolit adalah Himalayan dan Persian (Houston 2007) . Bentuk urolit lain sangat jarang pada kucing. Pada anjing, struvite dan kalsium oksalat merupakan tipe urolit yang paling sering terbentuk. Kalsium oksalat sering terjadi pada ras anjing berukuran kecil sampai medium, seperti Miniature Schnauzer, Lhasa Apso, Yorkshire Terrier, Miniature Poodle, Shih Tzu, dan Bichon Frise (Chew et al. 2004). Selain itu, anjing Dalmatian merupakan ras anjing yang memiliki predisposisi terhadap terjadinya urate urolit.

Tujuan Tujuan dilakukannya studi kasus ini adalah untuk mengetahui banyaknya kejadian kasus urolitiasis pada anjing dan kucing di Rumah Sakit Hewan Jakarta, Rumah Sakit Hewan Institut Pertanian Bogor, dan Klinik Praktek Dokter Hewan Bersama 24 jam drh. Cucu Kartini S., dkk.

Manfaat Diharapkan dalam kegiatan studi kasus ini akan diketahui hubungan frekuensi kejadian urolitiasis dengan ras, umur, dan diet/pakan apa yang dapat menyebabkan pembentukkan urolit.

TINJAUAN PUSTAKA Urolitiasis Urolitiasis dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana terdapat mineralisasi makroskopik, urolit, didalam sistem urinari (Waltham Centre for Pet Nutrition 1999). Urolit memiliki ukuran yang bermacam-macam, mulai dari partikel seperti pasir sampai berukuran lebih besar yang terlihat bila dilakukan radiografi. Urolit ini merupakan perwujudan

polycrystalline yang terdiri dari satu atau lebih mineral. Urolit atau disebut juga bladder stone merupakan batu yang terbentuk akibat supersaturasi di urin dengan kandungan mineralmineral tertentu.

Gambar 1 Lapisan-lapisan urolit Sumber : Veterinary Focus vol 17 No 1/2007 hal : 23 Kejadian terbentuknya urolit pada vesica urinaria biasa terjadi pada hewan, terutama pada hewan domestik seperti anjing dan kucing. Urolit ini terbentuk di dalam vesica urinaria dalam berbagai bentuk dan jumlah tergantung pada infeksi, pengaruh diet/konsumsi, dan genetik (Wikipedia 2008). Urolit dapat terbentuk pada bagian manapun dari traktus urinari anjing dan kucing. Urolit dengan berbagai komposisi mineral telah ditemukan pada kucing, termasuk struvite, kalsium oksalat, kalsium fosfat, uric acid/urate, dan cystine. Pada anjing, urolit dengan berbagai komposisi mineral juga telah ditemukan seperti struvite, kalsium oksalat, kalsium fosfat, urate, cystine, silica, dan xanthine (Vogt 2002). Biasanya diidentifikasi oleh mineral yang menyusun 70% atau lebih dari komposisinya. Urolit ini membentuk nidus disekelilingnya, yang dapat terdiri dari leukosit, bakteri, dan matrix organik bercampur dengan kristal, atau hanya kristalnya saja. Nidus menyusun sekitar 10-20% dari total massa urolit. Hal ini memungkinkan nidus dibentuk dari berbagai tipe kristal daripada bagian lainnya, yang biasa dikenal sebagai epitaxial growth. Struvite dan kalsium oksalat adalah yang paling banyak ditemukan pada kasus klinik (Buffington 2001) .

Struvite Struvite atau dikenal dengan magnesium ammonium fosfat heksahidrat dengan komposisi kimia MgNH4PO4·6H20. Struvite merupakan tipe urolit yang paling sering terbentuk yaitu sekitar 50% untuk analisa urolit pada anjing (Ling et al. 1998a). Namun pada kucing berkisar sekitar 30% (Warrak 2006). Biasanya diikuti dengan adanya kalsium fosfat dan terbentuk pada pH urin netral-basa.

Infeksi bakteri dapat meningkatkan pembentukan struvite urolit karena bakteri yang menginfeksi memproduksi urease sehingga akan meningkatkan pH urin menjadi basa. Urease merupakan enzim yang dalam keberadaannya di air akan menghidrolisis urea dan menghasilkan ion ammonia dan karbonat sehingga konsentrasi kedua ion tersebut meningkat (Houston et al. 2004). Ammonia bergabung dengan air atau ion hidrogen untuk membentuk ion ammonium. Ion ammonium di urin akan menyebabkan pH urin yang tinggi. Ketika pH urin basa, fosfat menjadi lebih tersedia untuk pembentukan kristal struvite dan struvite menjadi kurang larut. Selain itu, pH urin yang tinggi akan menurunkan solubilitas magnesium ammonium fosfat dan meningkatkan terbentuknya presipitasi kristal struvite. Ketika konsentrasi fosfat, magnesium, dan ammonium meningkat di urin, supersaturasi terjadi dan membentuk kristal dan urolit (Rinkardt & Houston 2004).

Gambar 2 Batu struvite dengan nidus berupa ammonium urate pada kucing. Sumber : Veterinary Focus vol 17 No 1/2007 hal : 23 Lebih dari 95% anjing dengan struvite urolit ada kaitannya dengan urinary tract infection akibat bakteri yang menghasilkan urease, seperti Staphylococus spp., Proteus spp, dll (Chew et al. 2004). Urinary tract infection akibat bakteri penghasil urease mendahului perkembangan terbentuknya struvite urolit pada anjing (Ling et al. 1998b). Namun struvite urolit pada kucing biasanya terbentuk dalam urin yang steril, tanpa adanya infeksi bakteri (Houston 2007). Hal ini dikarenakan pH urin kucing lebih basa daripada anjing yaitu >6,5 sehingga struvite urolit mudah terbentuk. Telah diperkirakan bahwa urin dengan pH sekitar 6,4 sama dengan solubility product dari struvite dan urin dengan pH 7 sama dengan formation product dari struvite (Buffington 1988). Ras anjing tertentu terpredisposisi dengan struvite, termasuk

Miniature

Schnauzer, Bichon Frise, dan Cocker Spaniel. Anjing dengan struvite urolitiasis lebih banyak terjadi pada anjing betina (85%) dan berumur 2-9 tahun (Ling et al. 1998c).

Adapun ras kucing yang paling banyak dilaporkan menderita struvite urolitiasis adalah jenis Himalayan, Persian, dan kucing lokal Amerika dengan umur rata-rata 5-7 tahun (Houston 2007).

Gambar 3 Batu struvite dengan nidus berupa oksalat pada anjing Sumber : Veterinary Focus vol 17 No 1/2007 hal : 23 Pengobatan disolusi dengan menggunakan calculolytic diet yang spesifik telah terbukti efektif pada kasus struvite urolit pada anjing yang terkait dengan infeksi bakteri ataupun tidak (Abdullahi et al. 1984). Disolusi dari struvite tergantung dari keasaman urin melalui diet/pakan atau urinary acidifier. Maka dari itu, mengubah pH urin menjadi asam merupakan salah satu kunci dalam mengurangi resiko terbentuknya struvite urolit, terutama pada kucing. Diet/pakan khusus untuk disolusi juga harus mengurangi kadar protein, fosfor dan magnesium, menambahkan acidifying serta meningkatkan penggunaan garam. Penurunan kadar protein dalam diet diharapkan akan mengurangi pembentukan urea. Penurunan kadar mineral seperti fosfor dan magnesium diperuntukkan agar terjadi derajat saturasi yang lebih rendah dari urin dengan ion yang dapat membentuk struvite (Chew et al. 2004). Penggunaan acidifying diharapkan akan membentuk urin yang asam dan penggunaan garam akan meningkatkan konsumsi air untuk merangsang urinasi yang lebih banyak sehingga mengurangi terjadinya presipitasi mineral di urin. Diet/pakan harus diberikan secara eksklusif, tapi hanya dapat diberikan untuk beberapa bulan karena terkait dengan efek samping yang dapat ditimbulkan. Efek samping yang ditimbulkan terkait dengan penurunan kadar protein dalam diet. Konsekuensi yang terjadi akibat penurunan kadar protein dalam diet adalah berkurangnya urea dan albumin dalam serum anjing, serta adanya peningkatan aktivitas hepatic alkaline phosphatase dalam serum anjing. Akibat diet rendah protein, terjadi degenerasi hidropis dari hepatosit (Houston et al. 2004). Kontraindikasi untuk diet/pakan ini adalah gagal jantung, gagal hati, gagal ginjal, pankreatitis, hipertensi, dan hipoalbuminemia.

Disolusi struvite pada anjing lebih sulit dibandingkan pada kucing (Houston et al. 2004). Hal ini dikarenakan beberapa hal yaitu, pembentukkan struvite pada anjing lebih disebabkan oleh infeksi bakteri, dan adanya kejadian terbentuknya kalsium karbonat atau kalsium fosfat pada anjing yang mengalami struvite urolit. Pembentukkan kalsium fosfat atau kalsium karbonat pada kejadian struvite urolit dapat terjadi akibat pH urin yang meningkat (Houston et al. 2004). Akibatnya, urin menjadi bersifat basa secara progresif akibat aktivitas hidrolisis urea dari mikroba dan adanya disosiasi dari H2P04− menjadi HP042- dan P043− mengakibatkan peningkatan konsentrasi ion HP042-, dan adanya ion P043−.

Pada akhirnya, akan bergabung dengan kalsium yang

dieksresikan didalam urin. Dengan adanya hidrolisis urea oleh bakteri, akan terbentuk CO2 yang akan bergabung dengan air dan membentuk asam karbonat (H2CO3). Asam karbonat (H2CO3) akan berdisosiasi menjadi HCO3- dan ion H+. Pada urin yang sangat basa, HC03akan kehilangan protonnya dan menjadi CO32-. Anion CO32- ini dapat menggantikan anion PO43- dan membentuk kristal karbonat.

Kalsium Oksalat Kalsium oksalat urolit terbentuk dalam suasana urin yang asam sampai netral. Studi epidemiologi menyatakan bahwa diet yang menghasilkan urin dengan pH 5,8 – 6,3 berhubungan dengan adanya resiko pembentukan kalsium oksalat di traktus urinari (Kirk et al. 1995). Ada dua tipe yang biasanya terbentuk yaitu kalsium oksalat monohidrat/whewellite (CaC2O4.H2O) dan kalsium oksalat dihidrat/weddellite (CaC2O4.2H2O). Kalsium oksalat urolit ini dapat berupa single atau multiple, dengan bentuk dihidrat biasanya berspikula dengan tepi yang bergerigi tajam sedangkan bentuk monohidrat cenderung halus, kecil, dan bundar (Chew et al. 2004). Kalsium oksalat urolit lebih sering terbentuk pada hewan dengan kondisi hiperkalsemia (Houston et al. 2004). Penyakit-penyakit yang berperan yang menye-babkan hiperkalsemia seperti lymphoma, primary hyper-parathyroidism atau Cushing’s syndrome, defective nephrocalcin, dan Addison’s disease. Faktor resiko lain yang dapat menginduksi terbentuknya kalsium oksalat urolit adalah hiperkalsiuria, hiperoksaluria, hipositraturia, hipomagnesemia, asidosis, penurunan macromolecular inhibitors, dan volume urin (Elliot 2003). Selain itu, pembentukkan kalsium oksalat urolit dapat disebabkan oleh penggunaan diet disolusi untuk mengatur struvite urolit secara tidak hati-hati.

Gambar 4 Kalsium oksalat pada kucing. Sumber : Veterinary Focus vol 17 No 1/2007 hal : 23 Faktor resiko lain yang mengakibatkan terbentuknya kalsium oksalat termasuk diet yang berlebih kalsium, vitamin D atau vitamin C, serta diet yang mengandung jumlah derivat asam oksalat yang tinggi seperti bayam, ubi, kacang-kacangan (Abdulahhi et al. 1984). Dalam tubuh anjing dan kucing, vitamin C dimetabolisme menjadi asam oksalat dan diekskresikan ke dalam urin. Anjing yang sering diberikan hati ayam memiliki resiko terbentuknya kalsium oksalat urolit. Hati ayam mengandung taurin yang tinggi. Taurin (2-aminoethanesulfonic acid) berbeda dengan asam amino umum karena mempunyai rantai sulfonic acid yang menggantikan rantai asam karboksilat dan tidak tergabung kedalam asam amino. Taurin disintesis di jaringan hati dari metionin dan cysteine. Sintesis ini memerlukan pyridoxal-5’phosphate, koenzim aktif dari vitamin B6 (pyridoxine).

Pyridoxine meningkatkan

transaminasi glioksilat, prekursor dari asam oksalat, menjadi glisin. Maka dari itu, defisiensi pyridoxine akan menyebabkan peningkatan produksi endogenous dan ekskresi oksalat (Elliot 2003). Taurin terdiri dari 50% lebih total asam amino bebas di jantung. Taurin memiliki aksi positif inotropik pada jaringan jantung. Efek kardiak dari taurin berkaitan dengan kemampuannya melindungi jantung dari adverse effect akibat kelebihan ataupun kekurangan kalsium. Akibat dari kelebihan kalsium adalah terjadinya akumulasi kalsium intrasel yang akan menyebabkan kematian sel. Taurin dapat secara langsung maupun tidak langsung membantu mengatur kadar ion Ca2+ intrasel dengan memodulasi aktivitas Ca2+ channel. Selain itu, pengaturan dapat dilakukan dengan mengatur Na-channel (Birdsall 1998). Taurin juga berperan sebagai transporter. Selain itu, pada salah satu studi menyatakan bahwa taurin berfungsi sebagai membrane stabilizer karena mampu menghambat tekanan dari loncatan membran/membrane-bound NaK ATPase (Birdsall 1998). Taurin akan diekskresikan melalui urin atau empedu. Penyakit ginjal berkaitan dengan adanya kalsium oksalat urolit. Apakah penyakit ginjal merupakan penyebab atau apakah merupakan akibat dari adanya kalsium oksalat urolit? Keadaan hiperoksaluria dapat menjelaskannya. Hipotesis menduga bahwa kelebihan

oksalat dalam tubuh akan merusak tubuli ginjal. Tubuli ginjal yang rusak ini akan termineralisasi, lokasinya disebut Randall's Plaques, dan menjadi nidus bagi presipitasi kalsium oksalat. Dengan peningkatan saturasi urin, hiperoksaluria memungkinkan terjadinya presipitasi kalsium. Sebagai akibatnya, kalsium oksalat urolit dapat menyumbat ureter dan menyebabkan gagal ginjal. Supersaturasi kalsium dan oksalat dalam urin merupakan syarat terbentuknya kalsium oksalat. Kekurangan zat yang menghambat agregasi kristal akan menyebabkan interaksi yang lebih besar antara ion kalsium dan oksalat. Sitrat merupakan zat penghambat agregasi kalsium dengan oksalat (Chew et al. 2004). Sitrat dapat membentuk kompleks yang soluble dengan oksalat. Defisiensi sitrat dapat disebabkan oleh adanya defek turunan atau akibat asidosis, yang meningkatkan penggunaan sitrat di tubuli ginjal (Elliot 2003). Selain itu, sitrat mengurangi absorpsi oksalat di usus sehingga urin yang diproduksi akan bersifat basa. Namun pH urin tidaklah sepenting interaksi fisiko-kimia antara kalsium dan oksalat didalam urin. Walaupun demikian, pH urin menggambarkan keseimbangan sistemik asam-basa. Anjing dengan urin yang asam cenderung membentuk kalsium oksalat urolit. Ini memungkinkan bahwa urin yang asam adalah gambaran dari kompensasi terhadap asidifikasi kronis akibat diet. Diet yang mengandung acidifying yang terus menerus dimakan dapat menyebabkan pelepasan kalsium dari tulang sebagai respon keseimbangan terhadap adanya penambahan ion hidrogen (H+) (Chew et al. 2004). Ginjal kemudian akan menyaring kelebihan kalsium ke dalam urin sebagai usaha agar konsentrasi ion kalsium tetap normal. Hiperkalsiuria ini kemudian akan menjadi faktor resiko terhadap pembentukkan kalsium urolit. Hiperkalsiuria dapat terjadi melalui dua/(2) mekanisme yaitu penyerapan kalsium berlebih oleh usus dan reabsorpsi kalsium yang berkurang di ginjal. Salah satu penyebab terjadinya kalsium oksalat urolit adalah ketidakcermatan penggunaan diet disolusi untuk struvite. Diet disolusi untuk struvite membuat urin menjadi asam, untuk meningkatkan kelarutan kristal struvite dalam urin. Asiduria ini menaikkan mobilisasi karbonat dan fosfat dari tulang untuk menyeimbangkan ion hidrogen (H+). Mobilisasi kalsium dari tulang secara bersamaan akan menyebabkan hiperkalsiuria. Sebagai tambahan, asidosis metabolis pada anjing berakibat pada terjadinya hipositraturia. Tidak ada diet khusus untuk disolusi kalsium oksalat. Komponen kalsium tidak berubah terhadap diet disolusi. Maka dari itu sangat dianjurkan untuk melakukan tindakan operasi untuk membuang kalsium oksalat urolit karena diet disolusi tidak memungkinkan (Chew et al. 2004) . Namun, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengubah

komposisi diet untuk mengurangi resiko terbentuknya kembali kalsium oksalat urolit. Kebanyakan kalsium oksalat urolit dapat muncul kembali (Elliot 2003). Angka kejadian kalsium oksalat yang muncul lagi pada anjing setelah dibuang berkisar antara 25-48% (Chew et al. 2004). Sebenarnya penggunaan magnesium dapat digunakan untuk menangani kejadian kalsium oksalat urolit tetapi hal ini tidak direkomendasikan karena dapat meningkatkan resiko terbentuknya struvite urolit. Berdasarkan pemahaman terhadap kecenderungan perkembangan kalsium oksalat urolit maka perubahan diet dengan membatasi protein dan penggunaan alkalinizing dalam pakan direkomendasikan (Chew, DJ et al. 2004). Namun apakah kalsium sebaiknya ditambahkan atau dibatasi dalam pakan masih membingungkan (Chew et al. 2004). Diet dengan kalsium yang tinggi dapat berakibat pada sedikitnya jumlah kalsium dan oksalat yang diserap. Namun bila jumlah kalsium diturunkan maka tubuh akan menyeimbangkan jumlah kalsium dengan mengambil kalsium dari tulang. Pada anjing, diet tidak boleh ditambahkan dengan natrium karena dapat meningkatkan ekskresi kalsium. Absorpsi kalsium di tubuli ginjal berkurang sehingga terjadi hiperkalsiuria. Keadaan ini akan meningkatkan resiko terbentuknya kalsium oksalat urolit (Hawthorne & Markwell 2004). Jumlah fosfor dalam diet juga tidak boleh dibatasi. Hipofosfatemia menstimulasi produksi vitamin D (Elliot 2003). Bila fosfor dalam serum menurun maka akan terjadi peningkatan aktivasi vitamin D3 menjadi calcitriol oleh 1-α-hydroxylase pada ginjal dibawah pengaturan hormon paratiroid (Westropp 2007). Hal ini akan meningkatkan penyerapan kalsium dan ekskresi kalsium ke dalam urin sehingga akan menyebabkan kondisi hiperkalsiuria.

Pembatasan

penggunaan

oksalat

dalam

diet

direkomendasikan

(Lekcharoensuk et al. 2002b). Diet juga direkomendasikan untuk meningkatkan kadar kelembaban untuk menurunkan konsentrasi urin dari prekursor mineral (Westropp 2007). Kejadian kalsium oksalat urolit mencapai 35% pada anjing sedangkan pada kucing mencapai 50-70% (Warrak 2006). Ras anjing yang cenderung terkena kalsium oksalat urolit adalah Miniature Schnauzer, Lhasa Apso, Yorkshire Terrier, Miniature Poodle, Shih Tzu, dan Bichon Frise. Anjing jantan beresiko lebih tinggi mengalami kalsium oksalat urolit dibandingkan dengan anjing betina (Houston et al. 2004). Resiko tertinggi muncul pada anjing yang berumur antara 8-12 tahun, dengan umur rata-rata 8-9 tahun (Ling et al. 1998b). Adapun ras kucing yang cenderung mengalami kalsium oksalat urolitiasis adalah Burmese, Himalayan, dan Persian (Elliot 2003).

Urate

Uric acid/urate adalah senyawa organik dari karbon, nitrogen, oksigen, dan hidrogen dengan rumus C5H4N4O3. Uric acid/urate merupakan produk akhir dari katabolisme purin (Molecule of The Day 2006). Urate urolit yang terbentuk biasanya berupa ammonium urate (NH4·C5H4N4O3) atau sodium urate monohydrate (Na·C5H4N4O3×H2O) dalam keadaan urin asam sampai netral. Biasanya urate urolit berukuran kecil, halus, dan berwarna kuning kecoklatan. Pembentukkan urate urolit terjadi karena peningkatan ekskresi asam urat di urin. Dalmatian, terutama jantan, dan English Bulldog secara genetik terpredisposisi pembentukkan urate urolit karena adanya perubahan metabolisme purin (Buffington 2004). Dalmatian kurang memiliki kemampuan untuk mengkon-versi hasil metabolit purin yang berupa urate menjadi senyawa yang lebih larut dalam air yaitu allantoin (Rusconi 2003). Purin Dalmatian memiliki rataan urate hepatic transport yang rendah, sekitar 30-40% konversi urate menjadi allantoin dibandingkan dengan ras lain yang hampir 90%. Selain itu peningkatan ekskresi asam urat dalam urin juga terjadi bila hewan dalam keadaan portosystemic shunts atau endstage liver disease. Hal ini berakibat pada

menurunnya

perubahan asam urat menjadi allantoin, dan ammonia menjadi urea sehingga terjadilah hiperammonemia. Kasus urate urolit terjadi sekitar 6% dari keseluruhan bentuk batu pada kucing (Houston 2007). Ras kucing yang telah dilaporkan di Kanada yang mengalami urate urolitiasis adalah Siamese dan Egyptian Maus. Diet menggunakan hati ayam akan meningkatkan resiko terbentuknya urate urolit. Hati ayam memiliki kandungan purin yang tinggi. Urate urolit dapat didisolusi dengan diet yang rendah purin sehingga membuat urin menjadi basa. Allopurinol digunakan pada anjing dengan perubahan purin metabolisme untuk mencegah pembentukkan asam urat.

Cystine Cystine ((SCH2CHNH2COOH)2) merupakan salah satu asam amino yang tidak larut dalam air. Cystine urolit terbentuk dalam keadaan urin asam sampai netral. Biasanya berbentuk bundar dan halus. Terbentuknya cystine urolit disebabkan oleh adanya peningkatan ekskresi cystine di urin. Pada anjing maupun kucing, pembentukkan cystine urolit terkait dengan kondisi cystinuria akibat defek kongenital turunan pada tubulus proksimalis ginjal yang tidak mampu mereabsorpsi asam amino tertentu seperti cystine dan asam amino lainnya seperti ornitin, lisin, dan arginin (Bush 1979). Ras anjing yang terpredisposisi terhadap cystine urolit adalah Welsh Corgi, Bulldog, Dachshund, Basset Hound, Chihuahua, Yorkshire Terrier, Irish Terrier, dan Basenji (Bush

1979). Selain itu, English bulldog, Newfoundland, Dachshund, Mastiff, Bullmastiff, Australian cattle dog, serta Scottish deerhound juga merupakan ras anjing yang terperedisposisi (Houston et al. 2004). Pada kucing, tidak ada predisposisi terhadap ras ataupun jenis kelamin tertentu. Namun telah dilaporkan bahwa Siamese memiliki resiko terhadap pembentukkan cystine urolit (Houston 2007). Pencegahan terhadap pembentukkan cystine urolit adalah dengan menurunkan kadar potein dalam pakan dan alkalinisasi urin. Medikasi seperti D-penicillamine yang mengandung thiol dengan dosis 2,5 mg/kgBB, dapat membentuk komplek soluble dengan cystine

di

urin

(Bush

1979).

Selain

itu

medikasi

dengan

menggunakan

2-

mercaptopropionylglycine (2MPG) juga dapat membentuk komplek yang lebih larut dengan cystine sehingga konsentrasi cystine di urin lebih rendah. Penggunaan D-penicillamine menimbulkan efek samping seperti muntah (Hoppe 1994).

Kalsium Fosfat Kalsium fosfat (Ca10(PO4)6(OH)2) urolit terbentuk dalam keadaan urin netral sampai basa. Biasanya berbentuk bundar dan halus. Kalsium fosfat biasanya merupakan komponen dari struvite atau kalsium oksalat. Pembentukkan lebih sering terjadi pada yang menderita hiperkalsemia. Kalsium fosfat urolit jarang terjadi pada kucing dibandingkan dengan anjing (Houston 2007). Ras anjing yang predisposisi terhadap kalsium fosfat adalah Yorkshire Terrier, Miniature Schnauzer, dan Cocker Spaniel.

Silica Silica (SiO2) urolit terbentuk dalam keadaaan urin asam sampai netral dan biasanya berupa jackstone. Namun silica urolitiasis jarang terjadi. Kemungkinan terjadi karena pemberian pakan yang kaya akan corn gluten dan soybean hulls. Berdasarkan jumlah yang terbatas, pada kucing tidak ada predisposisi terhadap ras, umur, ataupun jenis kelamin walaupun kejadian pada jantan sedikit lebih tinggi daripada betina (Houston et al. 2004). Namun pada anjing, ras

yang predisposisi terhadap pembentukkan silica urolit adalah

German Shepherd, Golden Retriever, Labrador Retriever, dan Miniature Schnauzer.

Xanthine

Xanthine urolit jarang terjadi dan kemungkinan terkait dengan kelainan metabolisme purin bawaan atau mekanisme pengambilan allopurinol. Pada banyak kasus, tidak ada identifying risk factor yang ditinjau. Tidak ada prediposisi breed, umur, dan jenis kelamin yang dilaporkan (White 1997).

Dried Solidified Blood Calculi (DSBC) Dried Solidified Blood Calculi umumnya tidak mengandung material dari kristal dan kebanyakan bersifat radiolucent. Penyebabnya sampai saat ini belum diketahui. Kejadian ini pernah dilaporkan terjadi pada kucing North American (Houston 2007).

Compound Urolith Compound urolith terdiri dari nidus dengan satu tipe mineral dan batu/shell dari mineral tipe lain. Hal ini terbentuk karena faktor yang meningkatkan terjadinya pengendapan dari satu tipe urolit menggantikan faktor sebelumnya dari mineral tipe lain. Beberapa tipe mineral mungkin juga berfungsi sebagai nidus untuk deposisi mineral tipe lain. Sebagai contoh, seluruh tipe urolit memiliki kecenderungan terhadap infeksi traktus urinari yang dapat menyebabkan pengendapan sekunder dari struvite. Mekanisme Terjadinya Urolit Faktor utama yang mengatur kristalisasi mineral dan pembentukkan urolit adalah derajat saturasi urin dengan mineral-mineral tertentu. Faktor penyebab lainnya adalah diet/makanan, frekuensi urinasi, genetik, dan adanya infeksi traktus urinari. Saturasi memberikan energi bebas untuk terbentuknya kristalisasi. Semakin tinggi derajat saturasinya, semakin besar kemungkinan terjadinya kristalisasi dan perkembangan kristal (Waltham Centre for Pet Nutrition 1999). Oversaturasi urine dengan kristal merupakan faktor pembentukkan urolit tertinggi. Oversaturasi ini dapat disebabkan oleh peningkatan ekskresi kristal oleh ginjal, reabsorpsi air oleh tubuli renalis yang mengakibatkan perubahan konsentrasi dan pH urin yang mempengaruhi kristalisasi. Saturasi ditentukan oleh produk dari konsentrasi aktif yang terlarut dalam urin, misalnya kalsium dan oksalat, yang ditentukan dari konsentrasi absolut, interaksinya dengan substansi lain di urin, efek dari pH urin, dan keseluruhan kekuatan afinitas ion dari larutan. Solute activity atau yang dikenal sebagai jumlah yang bebas untuk bereaksi tidaklah sama dengan konsentrasi dari larutan karena ion-ion yang terdapat pada masing-masing individu dapat membentuk kompleks dengan substansi lain yang ada di larutan. Misalnya, kalsium atau magnesium dapat membentuk kompleks dengan urate, sitrat, atau sulfat dan

menyebabkan

terbentuknya

kalsium

oksalat

atau

struvite

urolit.

Perkembangan

pembentukkan kompleks ini dapat diprediksi berdasarkan konstanta disosiasi/known dissociation constants, sehingga konsentrasi substansi kompleks ditentukan. Misalnya urolit kalsium oksalat, maka reaksi konstanta disosiasi/Ksp adalah sebagai berikut : CaC2O4

Ca2+ + C2O4 2-

Ksp = [Ca2+] [C2O42-], Ca2+ dan C2O42- merupakan ion product. Bila perkalian ion > Ksp maka akan terjadi presipitasi membentuk CaC2O4 sampai perkalian ion = Ksp. Namun apabila perkalian ion < Ksp maka akan terjadi disolusi. Derajat saturasi yang meningkat akan mengakibatkan terjadinya presipitasi (Elliot 2003). Proses presipitasi mineral didalam traktus urinari dapat dijelaskan dengan dasar-dasar fisika-kimia dan meliputi sejumlah faktor termodinamik dan kinetik. Salah satu pendekatan yang digunakan untuk mempertimbangkan pembentukkan urolit dalam dua tahap, yaitu proses pembentukkan kristal dan proses agregasi/perkembangan kristal yang berakibat pada perkembangan urolit. Perkembangan kristal dipengaruhi oleh kemampuan nidus untuk tetap berada didalam traktus urinari, durasi supersaturasi urin, serta struktur fisik dari kristal. Kecepatan aktual dari pertumbuhan urolit bergantung pada komposisi mineral dan adanya infeksi (Elliot 2003). Faktor tambahan yang menyulitkan adalah pergerakan bebas ion-ion yang terdapat pada larutan. Ionic strength ditentukan oleh konsentrasi dan valensi ion dalam sampel urin (Waltham Centre for Pet Nutrition 1999). Kekuatan afinitas ion yang tinggi menurunkan aktivitas individual ion. Produk dari aktivitas individual ion dapat dihubungkan dengan dua nilai untuk tipe kristal yaitu solubility product dan formation product, yang memprediksi proses kristalisasi apa yang cenderung terbentuk dalam larutan. Solubility product adalah konstanta termodinamik dan yang menentukan titik dimana larutan menjadi tersaturasi dengan mineral tertentu (Waltham Centre for Pet Nutrition 1999). Pembentukkan kristal secara spontan tidak mungkin terjadi didalam larutan dengan derajat saturasi rendah dan kristal yang timbul akan diperkirakan dapat berdisolusi. Hal ini telah didemonstrasikan pada struvite, walaupun kecepatan disolusi dari kalsium oksalat sangat lambat. Formation product biasanya ditentukan secara empiris dan bukanlah suatu konstanta (Waltham Centre for Pet Nutrition 1999). Larutan dengan derajat saturasi yang lebih tinggi daripada formation productnya akan berada dalam keadaan yang tidak stabil, supersaturasi yang labil, dan menyebabkan kecenderungan terjadinya kristalisasi spontan yang homogen dengan kecenderungan pembentukkan kristal murni dari satu jenis mineral.

Diantara formation product dan solubility product, larutan akan berada dalam keadaan yang metastabil. Kristalisasi yang homogen tidak akan terjadi tetapi akan terjadi kristalisasi heterogen. Kristalisasi heterogen tidak hanya terdiri dari mineral saja, tetapi terdapat pula sel debris ataupun kristal tipe lain, terutama ketika mendekati formation product maka terjadi aggregasi kristal yang telah terbentuk dan terjadi perkembangan kristal yang lambat (Waltham Centre for Pet Nutrition 1999).

HASIL DAN PEMBAHASAN Kasus Urolitiasis Berdasarkan data yang diperoleh dari tiga lokasi, kasus urolitiasis pada anjing dan kucing meningkat sebanyak tiga kasus, yaitu dari 34 kasus pada tahun 2007 menjadi 37 kasus pada tahun 2008 (Gambar 7). Peningkatan urolitiasis ini dapat disebabkan oleh cara pemeliharaan anjing dan kucing yang kurang baik seperti kurangnya beraktivitas dan lebih sering berada di dalam rumah, serta penggunaan dry food sebagai pakan sehari-hari tanpa diimbangi dengan asupan air yang cukup. Waltham Centre for Pet Nutrition (1999) menyatakan bahwa indoor life style dan kurangnya aktivitas merupakan faktor resiko terjadinya Lower Urinary Tract Disease. Selain itu, dry food dapat menjadi faktor resiko terjadinya urolitiasis yang menyebabkan Lower Urinary Tract Disease (Buffington et al. 1997). Gambar 7 Perbandingan kasus urolitiasis yang terjadi per tahun Perbandingan Kejadian Urolitiasis pada Hewan Jantan dan Betina Baik pada anjing maupun kucing, urolitiasis lebih banyak terjadi pada hewan jantan daripada betina. Kasus pada hewan jantan sebanyak 38 kasus sedangkan pada hewan betina sebanyak 33 kasus (Gambar 8). Urolitiasis pada hewan jantan mengambil proporsi sebanyak 54% dari total kasus. Walaupun tidak terjadi perbedaan yang cukup besar, kejadian urolitiasis pada hewan jantan harus mendapatkan perhatian yang lebih besar dibandingkan kejadian urolitiasis pada hewan betina. Hal ini dikarenakan perbedaan anatomi uretra pada hewan jantan dan betina. Pada hewan jantan, uretra lebih panjang dan sempit daripada hewan betina (Houston et al. 2004). Hewan jantan akan mudah mengalami urethral plugs yang akan berakibat pada terjadinya obstruksi uretra jika mengalami urolitiasis. Uretra yang lebih pendek dan lebar pada hewan betina akan membuatnya lebih mudah untuk membuang batu kecil yang pada hewan jantan akan sangat mudah terperangkap (Stevenson et al. 2005). Gambar 8 Perbandingan kasus urolitiasis yang terjadi pada hewan jantan dan

betina Perbandingan Kasus Urolitiasis pada Anjing dan Kucing Frekuensi urolitiasis pada anjing lebih banyak daripada kucing. Jumlah kasus urolitiasis pada anjing mencapai 58 kasus yaitu sebesar 82% sedangkan pada kucing hanya 13 kasus yaitu sebesar 18% (Gambar 9). Hal ini dapat disebabkan oleh lebih banyak masyarakat yang memelihara anjing daripada kucing. Pada kucing kasus Lower Urinary Tract Disease sangat banyak (103 kasus) akan tetapi pembentukkan urolit belum terjadi, baru memasuki tahap adanya kristaluria. Namun kondisi kristaluria ini dapat ditangani dengan mengganti pakan yang biasa dimakan dengan prescription diet. Keberadaan kristal dalam urin tidak selalu menyebabkan penyakit, dan kondisi kristaluria ini dapat terjadi pada hewan sehat. Walaupun demikian, jika pembentukkan kristal dapat dicegah maka urolitiasis serta pembentukkan komponen mineral yang dapat menyebabkan urethral plugs tidak muncul (Waltham Centre for Pet Nutrition 1999). Gambar 9 Perbandingan kasus urolitiasis yang terjadi pada anjing dan kucing Jenis Urolit yang Terbentuk pada Anjing Serta Kaitannya Dengan Umur dan Ras Anjing Dari data yang diperoleh, jenis urolit yang paling banyak terbentuk pada anjing adalah kalsium oksalat 42%, kemudian struvite 33%, silica 17% dan cystine 8% (Gambar 10). Waltham Centre for Pet Nutrition (1999) menyatakan bahwa tipe urolit yang paling sering ditemukan pada anjing adalah struvite. Ling et al. (1998a) juga menyatakan bahwa struvite merupakan tipe urolit yang paling sering terbentuk yaitu sekitar 50% untuk analisa urolit pada anjing. Namun pada hasil studi kasus diperoleh data bahwa kalsium oksalat adalah tipe urolit yang paling banyak terbentuk daripada struvite. Hal ini dapat dijelaskan dengan adanya hubungan antara pembentukkan urolit, dalam hal ini, kalsium oksalat dengan faktor predisposisi. Beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan terbentuknya kalsium oksalat adalah jenis kelamin, umur dan ras anjing (Stevenson et al. 2005). Gambar 10 Perbandingan jenis batu pada kasus urolitiasis anjing Kalsium oksalat urolit muncul lebih sering pada hewan jantan dan pada hewan yang lebih tua, berumur 5 tahun atau lebih, serta lebih sering terjadi pada ras anjing kecil (Stevenson et al. 2005). Hasil yang didapatkan dari studi kasus urolitiasis pada anjing adalah lebih banyak terjadi pada hewan jantan dan kurang dari 5 tahun (Gambar 11). Hal ini dikarenakan proses pembentukkan urolit memerlukan waktu yang lama. Kejadian urolitiasis

paling banyak terjadi pada anjing yang berumur 7 tahun. Ras anjing yang paling banyak mengalami urolitiasis adalah Pomeranian dan ras campuran (mix breed), yang salah satunya adalah anjing campuran Pomeranian. Kemudian diikuti oleh anjing lokal, Golden Retriever, Shih Tzu, Dachschund, Maltese, Pekingese, Mini Pincher, Yorkshire Terrier, Chihuahua, Japanese Chin, Schnauzer, Poodle, Chow Chow, Lhasa Apso, Basset Hound, Doberman, Cocker Spaniel, dan German Shepherd (Gambar 12). Dapat dilihat bahwa dari sekian banyak anjing yang menderita urolitiasis, sebanyak 55% anjing merupakan anjing ras kecil. Gambar 11 Persebaran umur terjadinya kasus urolitiasis pada anjing Gambar 12 Ras anjing yang terkena urolitiasis Jenis Urolit yang Terbentuk pada Kucing Serta Kaitannya Dengan Umur dan Ras Kucing Dari data yang diperoleh, diketahui bahwa tidak ada data mengenai jenis urolit yang sering terbentuk pada kucing. Namun dapat diketahui bahwa ras kucing yang paling banyak terkena urolitiasis adalah Persia (Gambar 13). Kemudian diikuti oleh kucing lokal, Exotic, dan Domestic Short Hair. Kejadian urolitiasis pada kucing paling banyak terjadi pada umur 5 tahun (Gambar 14). Gambar 13 Ras kucing yang terkena urolitiasis Gambar 14 Persebaran umur terjadinya kasus urolitiasis pada kucing Pemeriksaan Makroskopik dan Mikroskopik Sampel Berdasarkan pemeriksaan laboratorium dari enam buah sampel batu yang diperoleh, dapat dilihat bahwa masing-masing batu memiliki bentuk,ukuran, warna, permukaan dan konsistensi yang berbeda-beda (Tabel 1). Penentuan komposisi kalkuli biasanya ditentukan berdasarkan pemeriksaan visual atau makroskopik, penampakkan pada radiograf, keberadaan kristal di urin serta penggunaan test kit komersial yang ada. Penampilan fisik kalkuli merupakan indikasi yang baik terhadap komposisi penyusunnya, namun belakangan diketahui bahwa semua jenis batu yang berbeda dapat membentuk bermacam-macam ukuran, bentuk dan warna. Moore (2007) menyatakan bahwa penampilan fisik kalkuli hampir tidak pernah memberikan indikasi terhadap komposisi penyusunnya. Dari enam buah sampel batu yang diperiksa, diperoleh hasil seperti yang terlihat pada Tabel 1. Setiap sampel batu tersusun dari banyak jenis kristal (Gambar 15). Struktur kristal ini tidak menunjukkan jenis batunya. Penentuan jenis mineral hanya dapat dilakukan dengan analisis mineral (Elliot 2003).

Gambar 15 Hasil pemeriksaan mikroskopik A Kristal cystine dan hippuric acid B Kristal triple phosphate C Kristal uric acid dan kalsium oksalat D Kristal kalsium oksalat

Tabel 1 Data pemeriksaan makroskopik sampel batu. Jenis Hewan Anjing Anjing Anjing Anjing Anjing Anjing

Warna Bentuk Ras Batu Batu Ukuran Permukaan Konsistensi Golden putih diameter ± Retriever kekuningan bulat 4mm halus keras Golden putih diameter ± Retriever kekuningan bulat 3mm kasar keras Golden putih diameter ± Retriever kekuningan bulat 4mm kasar keras agak panjang ± Pomeranian putih kotak 1cm halus keras putih diameter ± N/A kekuningan bulat 3mm halus keras agak panjang ± N/A coklat kotak 2mm halus keras

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kejadian urolitiasis meningkat sebanyak 3 kasus pada tahun 2008 dibandingkan tahun 2007. 2.

Tidak terjadi perbedaan yang terlalu besar antara kasus urolitiasis pada hewan jantan dibandingkan hewan betina (kasus pada hewan jantan sebanyak 38 kasus sedangkan hewan betina sebanyak 33 kasus).

3.

Kasus urolitiasis pada anjing lebih banyak dibandingkan pada kucing (kasus pada anjing sebanyak 58 kasus sedangkan pada kucing hanya 13 kasus).

4.

Pada anjing, kasus urolitiasis paling banyak terjadi pada umur 7 tahun, sedangkan pada kucing paling banyak terjadi pada umur 5 tahun.

5.

Sebanyak 55% ras anjing yang paling banyak menderita urolitiasis adalah ras anjing kecil, sedangkan untuk ras kucing, 53% merupakan kucing Persia.

6. Urolit yang paling banyak ditemukan adalah urolit yang bersifat campuran. Saran 1. Diperlukan studi lebih lanjut mengenai Urinary Tract Infection terkait dengan urolitiasis dan studi mengenai frekuensi urolitiasis secara kontinyu untuk mengetahui perkembangan kasus dari tahun ke tahun.

PS : Keterangan lebih jauh, email me... :) Semoga bermanfaat...

View more...

Comments

Copyright ©2017 KUPDF Inc.
SUPPORT KUPDF