kasus fraktur os femur 1/3 distal
March 14, 2019 | Author: May | Category: N/A
Short Description
rsud margono...
Description
b. Proyeksi Lateral
1) POSisi Pasien Pasien sidur supine dengan kedua tungkai lurus 2) POSisi Objek Femur yang diperiksa diatur di tengah kaset dengan batas atas kaset hip joint dan batas bawah kaset knee joint. 3) Pengaturan sinar: -
Central Ray (CR)
: Horizontal tegak lurus terhadap kaset
-
Central Point
: Pertengahan OS Femur
-
FFD
: 100 cm
-
Faktor EkspOSi
: 60 kVp; 16 mAs; grid
4) Kriteria Radiograf: -
Tampak OS. Femur dextra fraktur di 1/3 distal
-
Tampak knee joint
G. Hasil Pembacaan Radiograf
Dari hasil radiograf pemeriksaan femur proyeksi Antero POSterior (AP) dan Lateral diperoleh (bacaan dokter):
-
32
Lateral
AP
Gambar 3. 14 Hasil Radiograf Femur AP & Lateral
H. Pembahasan Kasus
Berikut ini akan penulis uraikan tentang pembahasan pelaksanaan Teknik Pemeriksaan Radiografi OS. Femur dengan kasus fraktur 1/3 distal yang dilakukan di RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo Purwokerto: 1) Teknik Pemeriksaan Radiografi
fraktur OS. Femur di teori ialah fraktur harus
memperlihatkan kedua sendi. Sedangkan pada kasus fraktur di instalasi radiologi RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo Purwokerto fokus pada kasus patologi nya sehingga lebih memprioritaskan salah satu sendi yang masuk kedalam objek yang akan difoto. Tujuan dilakukan pemotretan ini adalah untuk mengetahui kondisi tulang yang mengalami fraktur pada bagian femur pasien. Sehingga harus
33
dipastikan daerah yang mengalami fraktur tampak jelas pada proyeksi AP maupun Lateral ,dan juga
frakturnya tidak terpotong serta tampak. Sehingga dalam
pembuatan radiografnya harus menggunakan kaset minimal 35 x 43 cm dengan tujuan agar salah satu sendi bisa tampak dan objek tidak terpotong. Mengingat kondisi pasien fraktur femur biasanya sering non kooperatif, sehingga pembuatan radiografnya bisa dilakukan dengan memanipulasi proyeksi. Pada proyeksi AP yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo Purwokerto sesuai dengan teori sedangkan untuk proyeksi Lateral tidak sesuai dengan teori. Pada proyeksi lateral dengan klinis fraktur femur pada Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo Purwokerto dilakukan dengan cara pOSisi pasien supine, arah sinarnya horizontal dan kaset berdiri. Cara ini dilakukan untuk mendapatkan hasil radiograf yang true lateral, yang disebabkan karena kondisi pasien yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pOSisi lateral karena dapat memperburuk kondisi patologi pasien tersebut. 2) Penggunakan proyeksi AP dan Lateral pada pemeriksaan fraktur femur di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo Purwokerto sudah dapat mendukung dalam memberikan informasi yang optimal dari fraktur femur tersebut. Pada proyeksi AP ( Antero POSterior ) bertujuan untuk memperlihatkan anatomi normal dari OS femur dan untuk menampakkan fraktur yang ada dari arah depan atau pada pOSisi AP. Sedangkan proyeksi Lateral bertujuan untuk memperlihatkan OS. femur dari arah samping serta memperlihatkan fraktur yang ada pada pOSisi lateral sehingga dapat melengkapi diagnOSa fraktur yang ada dari pOSisi AP. Informasi diagnOStik yang diperoleh pada penggunaan proyeksi AP dan Lateral sudah
34
optimal dalam mendukung pada penegakkan diagnOSa fraktur femur pada pasien tersebut. Yang dapat terlihat dari sudut pandang seorang radiografer yaitu hasil radiograf dan anatomi gambar femur tersebut.
35
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah membahas uraian-uraian di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan: 1. Teknik radiografi OS. Femur dengan kasus fraktur 1/3 distal di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo Purwokerto, dilakukan dengan proyeksi AP dan Lateral. Dimana proyeksi lateral yang dilakukan dengan pOSisi pasien supine dan arah sinar horizontal dengan kaset berdiri. 2. Penggunaan proyeksi AP dan Lateral pada pemeriksaan radiografi fraktur femur di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo Purwokerto sudah dapat memberikan informasi diagnOStik yang optimal dalam mendukung penegakkan diagnOSa dari fraktur femur . Selain menghasilkan gambaran radiograf yang optimal dan memberikan informasi yang maksimal, disamping itu juga pasien nyaman ketika dipOSisikan.
B. Saran
Dalam melakukan pOSisioning dengan kasus fraktur femur 1/3 distal harus hati-hati agar tidak memperburuk kondisi fraktur femur pasien itu sendiri. Dan dalam memberikan proteksi radiasi pasien yang dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo Purwokerto masih kurang karena masih memberikan paparan radiasi terlalu banyak kepada pasien, seharusnya kolimasi harus selebar obyek bukan selebar kaset.
36
Keluarga pasien yang ikut membantu dalam pemeriksaan seharusnya menggunakan apron serta memanfaatkan dan memaksimalkan penggunaan alat-alat imobilisasi yang ada.
37
DAFTAR PUSTAKA
Bontrager, Kenneth L. 2010. Textbox of Radiographic P OSition and Related anatomi seventh edition, M OSby: United State of America
Ballinger, Philip W. 2003. Merrill’s Atlas Of Radiographic P OSition & Radiologic Pr OSedures. USA: MOSby.
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi Untuk Para Pemula. Jakarta : Penerbit EGC
Potter, Patricia A and Perry, Anne Griffin. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan (edisi ke-4). Jakarta: EGC
Appley, A.G and Louis Solomon.(1995).Terjemahan Ortopedi dan Fraktur Sistem Appley (edisi ke7).Widya Medika
38
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Caput femoris ( Netter, Frank H.,)..................................................................... 12 Gambar 2.2. Anatomi OS Femur ( Netter, Frank H.,)............................................................ 14 Gambar 2.3. Otot femur anterior ( Netter, Frank H.,) ........................................................... 15 Gambar 2.4. Otot femur posterior( Netter, Frank H.,) ........................................................... 16 Gambar 2.5. Posisi Pasien AP Mid dan Distal Femur (Bontrager, 2010)............................. 21 Gambar 2.6. Radiograf Pryeksi AP Mid dan Distal Femur (Bontrager, 2010)..................... 22 Gambar 2.7. Posisi Pasien Mediolateral Mid dan Distal femur ( Bontrager, 2010) .............. 22 Gambar 2.8. Posisi Pasien Lateromedial (Bontrager, 2010) ................................................. 23 Gambar 2.9. Radiograf Femur Lateral (Bontrager, 2010)..................................................... 24 Gambar 2.10. Posisi Pasien Mediolateral- Mid dan Proksimal Femur ( Bontrager,2010) .... 25 Gambar 2.11. Radiograf Mediolateral Mid dan Proksimal Femur (Bontrager, 2010)…...….25 Gambar 2.12. Posisi pasien- Axiolateral Inferosuperior (Bontrager, 2010)… …………….25 Gambar 2.13. Radiograf Axiolateral Inferosuperior (Bontrager, 2010)… …………………25 Gambar 3.14. Hasil radiograf femur AP & lateral ................................................................
30
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tulang femur adalah bagian tubuh terbesar dan tulang terkuat pada tubuh manusia. Ia menghubungkan tubuh bagian pinggul dan lutut. Femur terdiri dari bagian kepala dan leher pada bagian proksimal dan dua condylus pada bagian distal .Kepala femur akan membentuk sendi pada pinggul. Bagian proksimal lainnya yaitu trochanter major dan trochanter minor menjadi tempat perlekatan otot. Pada bagian proksimal posterior terdapat tuberositas glutea yakni permukaan kasar tempat melekatnya otot gluteus maximus. Di dekatnya terdapat bagian linea aspera, tempat melekatnya otot biceps femoris. Salah satu fungsi penting kepala femur adalah tempat produksi sel darah merah pada sumsum tulangnya. Pada ujung distal tulang paha terdapat condylus yang akan membuat sendi condylar bersama lutut. Terdapat dua condylus yakni condylus medialis dan condylus lateralis.
Di
antara
kedua
condylus terdapat
jeda
yang
disebut
fossa
intercondylaris.(wikipedia) Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, ruptur tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya. (smeltzer, 2001)
1
Fraktur femur adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang femur (mansjoer, 2000). Sedangkan menurut sjamsuhidajat & jong (2005) fraktur femur adalah fraktur pada tulang femur yang disebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun tidak langsung. fraktur femur juga didefinisikan sebagai hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur femur secara klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang disertai adanya kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup yang dapat disebabkan oleh trauma langsung pada paha. Dari beberapa penjelasan tentang fraktur femur di atas, dapat disimpulkan bahwa fraktur femur merupakan suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan kontinuitas tulang femur yang dapat disebabkan oleh trauma langsung maupun trauma tidak langsung disertai dengan adanya kerusakan jaringan lunak.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan, maka dapat dirumuskan data sebagai berikut: 1. Bagaimana teknik pemeriksaan femur dengan kasus fraktur 1/3 distal di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto? 2.
Apakah radiograf yang dihasilkan telah cukup memberikan informasi yang diharapkan?
2
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus in i sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi femur pada kasus fraktur 1/3 distal 2. Untuk mengetahui informasi anatomi dan patologi ka sus fraktur 1/3 distal
D. Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan laporan kasus ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: 1. Metode Kepustakaan Yaitu metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencetak serta mengolah bahan penelitian. Penulis lakukan pada metode ini yaitu mengumpulkan informasi dari berbagai buku dan media internet yang berhubungan dengan masalah yang dikemukakan untuk mendukung pembahasan masalah. 2. Metode Observasi Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan observasi secara langsung mengenai teknik pemeriksaan radiografi femur dengan kasus fraktur 1/3 distal di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. 3. Metode Dokumentasi Yakni metode pengumpulan data dengan mengambil data dari dokumen-dokumen antara lain dari hasil radiograf, rekam medik dan hasil pembacaan radiograf.
3
E. Manfaat Penulisan
Manfaat dari pembuatan laporan kasus ini yakni diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk menambah wawasan bagi penulis khususnya bagi para pembaca pada umumnya mengenai patologi fraktur 1/3 distal serta tata laksana pemeriksaan radiografi femur .
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembaca untuk memahami isi laporan kasus ini. Penulis menyajikan sistematika penulisan dengan rincian sebagai berikut : BAB I, Pendahuluan Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan data, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II, Dasar Teori Bab ini menjelaskan tentang anatomi, patologi dan teknik pemeriksaan radiologi serta proteksi radiasi yang dijadikan sebagai dasar teori dalam penulisan laporan kasus ini. BAB III, Profil Kasus dan Pembahasan Bab ini berisi tentang profil kasus pasien yang mengalami fraktur, prOSedur pemeriksaan, hasil pembacaan radiograf serta pembahasannya. BAB IV, Penutup Pada bab ini, dikemukakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya serta saran dari penulis. DAFTAR PUSTA
4
BAB II DASAR TEORI
A. Anatomi Fisiologi
OS F emur Tulang femur merupakan tulang terbesar dari tubuh manusia dan membentuk
sistem muskuloskeletal dari daerah paha.(Netter,2006),(Carolla,1990) Regio femur terletak diantara pinggul (hip) dan lutut (knee). Daerah ini merupakan struktur yang penting karena merupakan struktur utama penyangga tubuh serta berperanan penting dalam pergerakan melalui sendi pinggul (hip joint ) dan sendi lutut (knee joint ). Tulang femur dapat menahan beban tekanan sebesar 3500 kg/cm. Tekanan sebesar ini mampu menahan tekanan yang didapatkan pada saat berjalan, berlari, atau melompat. Tulang femur merupakan tulang yang terkuat, terberat, dan terpanjang dari tulang manusia. Tinggi badan manusia biasanya sekitar empat kali dari panjang tulang femur . Daerah femur mempunyai dua persendian yang utama, yaitu hip joint di proximal dan knee joint di distal . Hip joint adalah jenis persendian yang multi axial, tipenya ball and socket , dan merupakan jenis persendian synovial (diarthrosis).(Carolla,1990) Pada saat ini implantasi dari hip joint adalah salah satu prosedur operasi yang paling berhasil dan jamak dilakukan di bidang ortopedi sebagai operasi penggantian sendi. Knee joint adalah jenis persendian yang paling kompleks dari tubuh manusia. Persendian ini juga merupakan salah satu persendian yang paling lemah dan paling mudah terjadi trauma Knee joint
merupakan jenis persendian synovial (diarthrosis) dengan beberapa 5
modifikasi pada struktur engselnya. Persendian pada lutut mampu melakukan beberapa pergerakan rotasi. Otot – otot pada daerah femur dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu kelompok otot anterior, kelompok otot posterior, dan kelompok otot medial.(Shuler,2008) Kelompok otot anterior mempunyai fungsi utama untuk fleksi padahip jointdan ekstensi padaknee joint , kelompok otot posterior mempunyai fungsi utama untuk ekstensi pada hip joint dan fleksi pada knee joint , sedangkan kelompok otot medial mempunyai fungsi utama adduksi pada hip joint .Persarafan utama pada daerah femur berasal dari nervus femoralis dan nervus ischiadicus yang merupakan cabang dari pleksus lumbosakralis yang keluar dari medulla spinalis setinggi Vertebra torakalis 12 sampai dengan Vertebra sakralis 5, sed angkan pembuluh darah utama pada daerah femur berasal dari arteri femoralis yang merupakan cabang dari arteri iliaka eksterna.
Gambar 2.1 caput femoris( Netter, Frank H., Netter’s Orthopaedic )
6
Caput femoris berbentuk hampir lebih dari setengah lingkaran, berartikulasi dengan asetabulum pada tulang panggul. Pada bagian tengah caput femoris terdapat cekungan kecil yang disebut sebagai fovea capitis. Pada bagian ini terdapat ligamen dan pembuluh darah yang berhubungan dengan caput femoris. Apabila pembuluh darah pada caput femoris ruptur oleh karena trauma maka dapat terjadi kerusakan yang berat dari caput femoris. Leher dari tulang femur , atau yang biasa disebut sebagai collum femoris, menghubungkan antara caput femoris dengan corpus femoris. Pada daerah ini sering didapatkan fraktur femur , terutama pada penderita usia lanjut. Lateral dari collum femoris terdapat trochanter mayor , sedangkan medial dari collum femoris terdapat trochanter minor . Struktur ini penting karena merupakan tempat melekatnya beberapa otot utama pada paha dan pantat.(Carolla,1990) Daerah antara collum femoris dan korpus femoris membentuk sudut yang disebut sebagai sudut collum femoris. Sudut collum femoris disebut juga sebagai sudut kolodifisis. Sudut ini besarnya bervariasi. Pada bayi baru lahir besarnya kira-kira 150° dan pada orang dewasa besarnya kira-kira 126°.(R. Putz; R.Pabst,2000) Coxa valga adalah terminologi yang dipakai untuk menunjukkan sudut collum femoris yang lebih besar dari 135°, sedangkan coxa vara adalah terminologi yang dipakai untuk menunjukkan sudut collum femoris yang kurang dari 115°. Pada keadaaan coxa valga caput femoris terletak lebih tinggi daripada trochanter mayor sehingga merupakan salah satu predisposisi terjadinya subluksasi, sedangkan pada coxa vara terdapat penurunan fungsi dari otot abduktor sehingga dapat menyebabkan terjadinya pemendekan dari paha.(Netter,2006) Ujung proksimal tulang femur juga membentuk 7
sudut anteversi terhadap bidang coronal dengan variasi sekitar 1° sampai dengan 40° dengan sudut rata-rata 14°. (Shuler,2008) Aliran pembuluh darah pada caput femoris berasal dari arteri sirkumfleksa femoralis medialis melalui pembuluh darah retinakuler yang terletak subsinovial.(Netter,2006) Badan dari tulang femur , atau biasa disebut sebagai corpus femoris berbentuk sedikit melengkung ke anterior.(Carolla,1990),(Shuler,2008) Corpus femoris mempunyai struktur yang lembut kecuali pada garis longitudinal yang kasar pada bagian posterior yang disebut sebagai linea aspera. Struktur ini juga merupakan tempat melekatnya beberapa otot. Pada bagian distal dari tulang femur , di atas dari lutut terdapat condylus lateralis dan condylus medialis. Condylus berartikulasi dengan tulang tibia. Proximal dari condylus terdapat epicondylus lateralis dan epicondylus medialis.(Carolla,1990) Epicondylus merupakan tempat melekatnya beberapa otot, sedangkan condylus berperan dalam pergerakan dari persendian. Condylus medialis mempunyai ukuran yang lebih besar daripada condylus lateralis. Struktur ini bermanfaat pada saat lutut atau patella bergerak saat berjalan, maka tulang femur melakukanrotasi ke medial sehingga “mengunci” sendi lutut.
8
Gambar 2.2 Anatomi OS Femur ( Netter,frank H.)
Otot F emur
Otot Anterior
Rektus femur : bagian tengah di depan paha anterior; merentang dari pelvis bagian
bawah melewati persendian pangul dan femur . Berfungsi untuk ekstensi tungkai di lutut dan fleksi paha di panggul.
9
Vastus lateralis: otot terbesar dari keempat vastus lainnya, terletak di sisi lateral
paha; merentang dari sisi proksimal paha ke superior tibia. Berfungsi untuk ekstensi tungkai pada lutut.
Vastus medialis: otot tebal yang terletak pada permukaan medial paha; membentuk tonjolan yang besar di sisi inferior medial paha. Berfungsi untuk ekstensi tungkai pada lutut.
Vastus intermedius: terletak pada bagian anterior tulang femur di antara vastus lateralis dan vastus medialis, lebih dalam dari rektus femur . Berfungsi untuk ekstensi tungkai pada lutut.
Sartorius: otot superfisial yang panjang berbentuk pita yang berasal dari bahian atas sisi lateral pelvis, melewati paha secara melintang. Berfungsi untuk fleksi tungkai pada paha; fleksi paha pada pelvis.
Grasilis: otot superfisial tipis yang panjang pada paha bagian dalam; terletak di antara sisi medial bawah pelvis dan sisi medial atas (tibia). Berfungsi untuk fleksi dan rotasi tungkai kearah medial; aduksi paha. (R. Putz; R.Pabst,2000)
10
Gambar 2.3 otot femoris amterior ( Netter, Frank H., Netter’s Orthopaedic
Otot Posterior
Biseps femur : otot berkepala dua yang melapisi sisi posterior dan lateral paha terletak di antara pelvis interior dan tiia superior. Berfungsi untuk fleksi dan rotasi secara lateral tungkai pada lutut.
Semitendinosus: terletak di bagian belakang di antara pelvis bagian bawah dan tungkai bagian atas (tibia). Berfungsi untuk fleksi dan rotasi secara medial tungkai
pada lutut; ekstensi paha pada panggul.
11
Semimembranosus: otot dengan tendon membranosus yang origo nya terletak elbih dalam dari semitedinosus. Berfungsi untuk fleksi dan rotasi secara medial tungkai pada lutut; ekstensi paha pada panggul. (R. Putz; R.Pabst,2000)
Gambar 2.4 otot femoris pOSterior ( Netter, Frank H., Netter’s Orthopaedic
Fasia Superfisialis F emur
Kulit pada femur bagian anterior dipersarafi oleh cabang femoralis dari nervus genito femoralis, cabang medial, intermedia, dan nervus kutaneus femoris lateralis
12
dan cabang-cabang nervus obturatorius. Paha bagian belakang mendapat persarafan sensoris dari nervus kutaneus posterior femur . Arteri superfisialis termasuk empat cabang superfisialis arteri femoralis; arteri sirkumfleksa iliaka superfisialis, arteri epigastrika superfisiaias, arteri pudenda eksterna superfisialis dan arteri pudenda eksterna profunda. Vena dan limfatik superfisialis: cabang-cabang vena dari bagia anterior paha mengalirkan darah ke vena safena magna sedangkan sebagian vena dari paha posterior bagian bawah mengalirkan darah ke vena popliteal. Vena safena megna juga berjalan bersama pembuluh limfe besar mengalir menuju kelenjar getah bening inguinalis superfisialis, dan dari sana melalui fasia kribriformis menuju kelenjar getah bening inguinalis profunda. (R. Putz; R.Pabst,2000)
B. Patologi 1. Deskripsi Fraktur
Angulasi dan oposisi tulang adalah dua istilah yang sering dipakai untuk menjelaskan fraktur tulang panjang. Derajat dan arah angulasi dari posisi normal suatu tulang panjang dapat menunjukan derajat keparahan fraktur dan tipe penatalaksanaan yang harus diberikan. Deskripsi fraktur ada dua, yaitu: 1) Fraktur tertutup Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang, sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan.
13
2) Fraktur terbuka Fraktur terbuka adalah fraktur dimana kulit dari ekstremitas yang terlibat telah ditembus. Konsep penting yang perlu diperhatikan adalah apakah terjadi kontaminasi oleh lingkungan pada tempat terjadinya fraktur tersebut. Fragmen fraktur dapat menembus kulit pada saat terjadinya cedera, terkontaminasi, kemudian kembali hampir pada posisinya semula. Pada keadaan semacam ini maka operasi untuk irigasi, debridement, dan pemberian antibiotika secara intra vena mungkin diperlukan untuk mencegah terjadinya osteomielitis. Pada umumnya operasi irigasi dan debridement pada fraktur terbuka harus dilakukan dalam waktu 6 jam setelah terjadinya cedera untuk mengurangi kemungkinan infeksi. (Potter, Patricia A and (Perry, Anne Griffin. (2005).
2.
Jenis-jenis Fraktur
Fraktur adalah terjadinya diskontinuitas jaringan tulang. Berdasarkan penyebab fraktur dibedakan menjadi : 1. Fraktur yang disebabkan trauma berat Fraktur ini disebabkan oleh trauma / retak paksa yang terjadi tibatiba dan sangat berat. Kerusakan yang dihasilkan sangat bervariasi tergantung dari besar dan kuatnya trauma, trauma langsung atau tidak langsung, umur penderita dan lokasi fraktur. 2. Fraktur Patologi Fraktur patologi adalah yang terjadi pada tulang yang sebelumnya telah mengalami proses patologi seperti tumor tulang primer atau sekunder,
14
myeloma multiple, cista tulang, osteomilitis dan sebagainya. Trauma ringan saja sudah dapat menimbulkan fraktur. 3. Fraktur Stress Disebabkan oleh trauma ringan tapi terus menerus misalnya fraktur march pada metatarsal, fraktur fibula pada pelari jarak jauh dan sebagainya.
Beberapa tipe fraktur / dilihat dari segi sudut patahnya : 1.
Fraktur Transversal Fraktur transversal adalah yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau direduksi kembali ke tempatnya semula, maka segmen-segmen itu akan stabil, dan biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.
2. Fraktur Oblik Adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki. 3. Fraktur Komunitif yaitu bila lebih dari 2 fragmen 4. Fraktur multiple pada tulang Fraktur multiple pada tulang dibagi menjadi: a) Fraktur Segmental Fraktur segmental adalah dua fraktur berdekatan pada suatu tulang yang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai daerahnya. Fraktur semacam ini sulit ditangani, biasanya satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah menjadi sulit untuk sembuh. Dan keadaan ini mungkin memerlukan pengobatan secara bedah.
15
b) Fraktur Impraksi Fraktur impraksi adalah terjadi ketika dua tulang menumbuk tulang ketiga yang berada di antaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra lainnya. c) Fraktur Spiral Fraktur Spiral adalah timbul akibat torsi pada ekstrimitas. Fraktur ini khas pada cidera main sky, dimana ujung sky terbenam pada tumpukan salju dan sky berputar sampai patah tulang. Dan yang menarik adalah bahwa jenis fraktur rendah energi ini hanya menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak, dan fraktur semacam ini cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar. d) Fraktur Avulasi Memisahkan satu frakmen tulang pada tempat insersi tendon ataupun ligament. Biasanya tidak ada pengobatan yang spesifik yang diperlukan. Namun, bila diduga akan terjadi ketidakstabilan sendi atau hal-hal lain yang menyebabkan
kecacatan,
maka
perlu
dilakukan
pembedahan
untuk
membuang atau meletakkan kembali frakmen tulang tersebut. e) Fraktur Greenstick Fraktur greenstick adalah fraktur tidak sempurna dan sering terjadi pada anakanak. Korteks sebagian masih utuh, demikian juga periosteum. Frakturfraktur ini akan segera sembuh dan segera mengalami re-modelling ke bentuk dan fungsi normal.
16
Tanda dan gejala fraktur, antara lain : 1. Adanya deformitas 2. Adanya krepitasi 3. Nyeri tekan 4. Nyeri ketuk 5. Fungsiolesa (Potter, Patricia A and Perry, Anne Griffin. (2005)
C. Prosedur Pemeriksaan Radiografi F emur A.
Indikasi Pemeriksaan (Bontrager, 2010)
a.
Kondrosarkoma
b.
Sarkoma Ewing
c.
Efusi sendi
d.
Osteoklastoma atau sel tumor besar
e.
Sarkoma osteogenik
f.
Osteoma osteoid
g.
Penyakit paget
h.
Lesi
i.
Fraktur
B. Persiapan Pemeriksaan a. Persiapan Pasien (Frank, 2007)
Pada dasarnya pemeriksaan femur tidak membutuhkan persiapan khusus, hanya pasien dianjurkan memakai baju pasien sehingga memudahkan dalam pengaturan posisi dan melepaskan benda-benda yang dapat menimbulkan bayangan artefak
17
pada radiograf, selain itu sebelum pemeriksaan petugas memberitahu prosedur pemeriksaan sehingga tidak terjadi kesalah pahaman pasien dan tidak terjadi pengulangan foto. b. Persiapan Alat & Bahan (Bontrager, 2010)
Alat dan bahan yang digunakan untuk pemeriksaan OS femur adalah: - Unit pesawat rontgen - Kaset dan film ukuran 35 x 43 cm - Marker R atau L - Grid ukuran 35 cm x 43 cm - Baju pasien - Alat fiksasi (sand bag) - Alat proteksi (apron, gonad shield, ovarium shield) C. Teknik Pemeriksaan Radiografi F emur
Teknik pemeriksaan radiografi femur menurut Bontrager (2010) yaitu sebagai berikut: a. proyeksi antero posterior (AP : Mid dan Distal F emur )
1. Posisi Pasien Pasien supine diatas meja pemeriksaan, femur tepat di tengah meja pemeriksaan, berikan bantal untuk kepala sebagai fiksasi. 2. Posisi Objek - Posisikan femur sejajar dengan central ray tepat di tengah meja pemeriksaan atau image receptor.
18
- Rotasikan kaki kedalam (internal) sekitar 50 supaya true AP. (Untuk proksimal femur , internal rotasi pada kaki 150 sampai 200 jika dibutuhkan untuk AP Hip. - Pastikan knee joint mencakup pada IR Berikut ini adalah gambar posisi pasien AP mid dan distal femur .
Gambar 2.5. P OSisi Pasien AP Mid dan Distal Femur (Bontrager, 2010)
3.
Central Ray
Arah sinar tegak lurus terhadap femur dan IR, dan FFD 100 cm 4.
Kolimasi
Kolimasi mencakup keseluruhan femur 5.
Faktor ekspOSi
Menggunakan tegangan tabung 75 kV dan arus tabung 12 mAs, dengan ukuran kaset 35 cm x 43 cm, menggunakan grid (jika diperlukan). 6.
Kriteria Radiograf:
-
Tampak knee joint, space knee joint tidak terlalu terlihat terbuka
-
Tidak ada rotasi, femorotibial condylus tampak simetris.
-
Head fibula tampak superposisi dengan tibia. 19
-
Femur tepat berada di tengah lapangan kolimasi dan sejajar dengan IR, mencakup minimal 1 inchi dari space knee joint di bagian distal IR.
Berikut ini adalah gambaran radiograf femur proyeksi AP mid dan distal :
Gambar 2.6. Radiograf Pryeksi AP Mid dan Distal Femur (Bontrager, 2010).
b. Proyeksi Lateral (Mediolateral : Mid dan Distal F emur )
1) Posisi Pasien Posisikan pasien lateral recumbent, atau supine pada pasien trauma. 2) Posisi Objek a) Lateral Recumbent (Mediolateral) POSisi ini tidak dianjurkan bagi pasien dengan kondisi trauma. - Fleksikan knee sekitar 450 pada objek yang akan diperiksa, dan femur lurus ditengah meja pemeriksaan atau IR. - Tempatkan femur yang menghindari over rotasi
20
tidak
diperiksa
di
belakang
untuk
- Atur IR mencakup knee joint (bagian bawah IR setidaknya mencakup sekitar 2 inch dibawah knee joint ). IR yang kedua mencakup proksimal femur dan hip joint. Berikut ini adalah gambar posisi pasien mediolateral mid d an distal femur :
Gambar 2.7 . P OSisi Pasien Mediolateral Mid dan Distal femur ( Bontrager, 2010)
b) Lateromedial pada trauma - Berikan pengganjal dibawah kaki yang akan diperiksa supaya ankle pada pOSisi true AP. - Tempatkan kaset di aspek tepi terhadap femur dan mencakup knee, dengan arah sinar horizontal dari sisi lateral.
21
Berikut ini adalah gambar pemeriksaan femur dengan pOSisi pasien lateromedial :
Gambar 2.8. P OSisi Pasien Lateromedial (Bontrager, 2010)
3) Central Ray (CR) Arah sinar horizontal tegak lurus dengan femur dan IR, dengan FFD 100 CM 4) Kolimasi Kolimasi mencakup keseluruhan femur dan bagian tepi pada IR
5) Faktor ekspOSi Menggunakan tegangan tabung 75 kV dan arus tabung 7 mAs, dengan ukuran kaset 35 cm x 43 cm, menggunakan grid (jika diperlukan). 6) Kriteria Radiograf: - Tampak bagian distal dari femur termasuk knee joint - True lateral ditandai dengan margin anterior dan pOSterior dari medial dan lateral condylus tampak superpOSisi dan lurus dengan femoropatellar joint space terbuka. - Femur tampak tepat ditengah lapangan kolimasi dengan space knee joint terlihat minimal 1 inch di bagian distal IR. 22
Berikut ini adalah gambaran radiograf femur dengan proyeksi lateral:
Gambar 2.9 Radiograf Femur Lateral (Bontrager, 2010)
c. Proyeksi Lateral (Mediolateral : Mid dan Proksimal F emur )
1) POSisi Pasien Pasien dipOSisikan lateral recumbent, beri bantalan pada kepala pasien untuk fiksasi. 2) POSisi Objek - Knee difleksikan sekitar 450 dan femur tepat di tengah meja pemeriksaan atau IR. (Ingat, bagian proksimal dan pertengahan femur berada di aspek anterior dari femur ). - Tempatkan kaki yang tidak diperiksa di belakang supaya tidak superpOSisi dengan objek yang akan diperiksa. - Pastikan hip joint masuk dalam IR.
23
Berikut ini adalah gambaran pOSisi pasien mediolateral – mid dan proksimal femur :
Gambar 2.10 P OSisi Pasien Mediolateral- Mid dan Proksimal Femur (Bontrager, 2010)
3) Central ray Arah sinar tegak lurus dengan femur dan IR, tepat di tengah IR, dan FFD 100 cm 4) Kolimasi Luas lapangan mencakup keseluruhan femur dan mencakup tepidari IR. 5) Faktor ekspOSi Menggunakan tegangan tabung 75 kV dan arus tabung 7 mAs, denga ukuran kaset 35 cm x 43 cm, menggunakan grid (jika diperlukan) 6) Kriteria radiograf - Tampak bagian proksimal dari femur dan terlihat pula hip joint. - Proksimal femur dan hip joint tidak saling superpOSisi dengan anggota tubuh lain (kaki yang tidak sakit) - Greater dan lesser trochanter tampak saling superpOSisi, dengan hanya sedikit bagian dari trochanter yang terlihat pada sisi medial. 24
- Femur tepat di tengah lapangan kolimasi dengan hip joint tampak minimal 2,5 cm dari bagian proksimal IR. Berikut ini adalah gambaran radiograf mediolaterl mid dan proksimal femur :
Gambar 2.11.Radiograf Mediolateral Mid dan Proksimal Femur (Bontrager, 2010)
d. Proyeksi Axiolateral Infer OSuperior : Hip dan Proksimal F emur Trauma
1) POSisi Pasien - Pasien tetap diatas brankar atau diatas kasur pasien, jika tidak dapat berpindah ke meja pemeriksaan. - Pasien supine dengan bantalan di kepala, berikan pengganjal di bawah pelvis supaya pOSisi pelvis lebih tinggi 3-5 cm. (lebih penting untuk pasien dengan tubuh kurus dengan bantalan yang empuk)
25
2) POSisi Objek - Tekuk dan angkat kaki yang tidak sakit sehingga femur pada pOSisi vertikal dan diluar dari lapangan kolimasi. - Pastikan tidak ada rotasi pada pelvis. - Tempatkan kaset di lipatan atas crista iliaka dan luruskan kaset sehingga paralel dengan femoral neck dan tegak lurus dengan arah sinar. Gunakan holder kaset jika tersedia, atau gunakan sandbag untuk memegang kaset pada tempatnya. - Rotasi internal pada kaki berpengaruh 150 sampai 200 kecuali kontra indikasi dari kemungkinan fraktur atau patologi lain. Berikut ini adalah pOSisi pasien pada pemeriksaan femur dengan proyeksi axiolateral infer OSuperior :
Gambar 2.12 P OSisi pasien- Axiolateral Infer OSuperior (Bontrager, 2010)
3) Central Ray
26
Arah sinar tegak lurus dengan femoral neck dan IR, menggunakan FFD 100 cm. 4) Kolimasi Rapatkan luas lapangan pada empat sisi dan head femoralis serta bagian neck femoralis 5) Faktor ekspOSi Menggunakan tegangan tabung 80 kV dan arus tabung 40 mAs dengan kaset ukuran 35 cm x 43 cm, menggunakan grid jika diperlukan, tahan nafas saat ekspOSi. 6) Kriteria radiograf - Tampak keseluruhan dari head dan neck femur , trochanter dan acetabulum - Hanya tampak sebagian kecil dari lesser trochanter - Bagian distal dari femoral neck tampak superpOSisi dengan greater trochante Berikut ini adalah gambaran radiograf femur pada proyeksi axiolateral infer OSuperior :
27
Gambar 2.13. Radiograf Axiolateral Infer OSuperior (Bontrager, 2010
D. Proteksi Radiasi 1. Proteksi bagi pasien
Pemeriksaan dengan sinar-x hanya dilakukan atas permintaan dokter
Mengatur luas lapangan pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan
Menggunakan faktor ekspOSi yang tepat untuk menghindari pengulangan foto
Tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan
Waktu penyinaran sesingkat mungkin
Pasien menggunakan apron
Pasien hamil pada triwulan pertama ditunda pemeriksaannya
2. Proteksi bagi petugas
Tidak menggunakan berkas sinar – x yang mengarah ke petugas
Berlindung dibalik tabir / tirai saat melakukan eksp OSi
Menggunakan alat monitoring radiasi secara continue selama b ertugas
3. Proteksi bagi masyarakat umum
Pintu pemeriksaan tertutup rapat
Tidak mengarahkan sinar sumber sinar – X keruangan umum
Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke ruang pemeriksaan
Apabila diperlukan orang lain untuk membantu jalannya pemeriksaan, orang tersebut harus menggunakan apr
28
BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Pasien
Nama
: Muhammad Rifqi Fauzi ,AN
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 13 Tahun
Alamat
:
No. RM
: 18-30925
No. Foto
: 02070861
Dr. Pengirim
: Abdillah,dr.
Tanggal Pemeriksaan
: 09 Oktober 2018
Permintaan Pemeriksaan
: Femur dextra AP & lateral
DiagnOSa
: Fraktur femur 1/3 distal
B. Riwayat Pasien
Pada tanggal 09 Oktober 2018, pasien mendatangi RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo Purwokerto bersama keluarga dan perawat dengan membawa lembar permintaan foto. untuk melakukan pemeriksaan foto AP & lateral femur dextra dengan klinis fraktur di 1/3 distal Adapun identitas pasien tersebut adalah sebagai berikut : Nama
: Muhammad Rifqi Fauzi ,AN
29
Umur
: 13 tahun
Alamat
:
Permintaan foto
: femur dextra AP & lateral
No RM
: 18-30925
C. PrOSedur Pemeriksaan
PrOSedur pemeriksaan femur dengan kasus fraktur femur dextra 1/3 distal yang dilakukan di instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo Purwokerto meliputi persiapan pasien, persiapan alat, teknik pemeriksaan radiografi, pengolahan film pada CR, serta pembacaan radiograf.
D. Persiapan Alat
a) Pesawat Sinar-X siap pakai b) Film dan kaset radiografi ukuran 30 x 40 cm c) Timbal d) Marker R e) Plester f) Gunting g) Computer Radiografi (CR)
E. Persiapan Pasien
Pada dasarnya pemeriksaan Femur tidak membutuhkan persiapan khusus, hanya saja pasien dianjurkan melepaskan benda-benda asing yang berada di sekitar daerah paha
30
agar tidak menimbulkan bayangan radio opaq pada radiograf. Dalam hal ini diantaranya yakni ikat pinggang, resleting, kancing celana dan uang logam pada saku maupun benda – benda logam lainnya. Selain itu juga sebelum pemeriksaan petugas harus memberitahu prOSedur pemeriksaan kepada pasien agar tidak terjadi kesalah pahamaan dari pasien tersebut.
F. Pelaksanaan Pemeriksaan a. Proyeksi Anterior P OSterior
1) POSisi Pasien Pasien sidur supine dengan kedua tungkai lurus 2) POSisi Objek Femur yang diperiksa diatur di tengah kaset dengan batas atas kaset hip joint dan batas bawah kaset knee joint. 3) Pengaturan sinar dan ekspOSi: -
Central Ray (CR)
: Vertikal tegak lurus terhadap kaset
-
Central Point
: Pertengahan OS Femur
-
FFD
: 100 cm
-
Faktor EkspOSi
: 56 kVp; 16 mAs; grid
4) Kriteria Radiograf: -
Tampak OS. Femur dalam pOSisi true AP
-
Tampak OS. Femur 1/3 distal fraktur
-
Tampak knee joint sedikit terpotong
31
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan sebagai laporan guna memenuhi tugas Praktek Lapangan Kerja 1 Program Studi Diploma IV Teknik Radiologi Jurusan Teknik RadiodiagnOStik dan Radioterapi Semarang.
Nama
: May Sarah
NIM
: P1337430217014 P1337430217014
Kelas
: 2D
Judul Laporan Kasus : “Teknik Pemeriksaan Radiografi OS OS Femur Dengan Kasus Fraktur 1/3 Distal 1/3 Distal Di Di Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
”
Purwokerto, 23 Oktober 2018 Pembimbing PKL
Hening fitra dewi , Amd.Rad. NIP 19880503 201001 201001 2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke-hadirat Allah swt karena atas segala rahmat yang dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus “ Teknik Pemeriksaan Radiografi OS
F emur Dengan Dengan Kasus fraktur 1/3 distal Di Instalasi Radiologi Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto ” ini.
Laporan Kasus ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) 1 Semester III, Prodi D-IV Teknik Radiologi Poltekkes Kemenkes Semarang, yang bertempat di Instalasi
Radiologi
RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo
Purwokerto. Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak akan lepas dari segala bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Warijan, SPd, A.Kep, M. Kes, selaku direktur Poltekkes Kemenkes Semarang 2. Pihak RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto yang telah berkenan mengijinkan penulis melakukan PKL 1 hingga tersusunnya laporan kasus ini. 3. Ibu Rini Indrati, S.Si, M. Kes, selaku ketua jurusan Teknik RadiodiagnOStik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Semarang 4. Ibu Siti Masrochah, S.Si, M. Kes. selaku Ketua Prodi D-IV Teknik Radiologi Poltekkes Kemenkes Semarang 5. Ibu dr. Esti E.,Sp.Rad. Selaku Kepala Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto 6. Bapak Agus Sholeh , S.Si selaku Clinical Instructure (CI) Instructure (CI) Praktek Kerja Lapangan I di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
7. Ibu Hening Fitra Dewi , Amd Rad. Selaku pembimbing penulisan laporan kasus ini. 8. Seluruh Radiografer dan Staff Instalasi Radiologi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto 9. Kedua orang tua saya yang selalu memberi dukungan terhadap saya 10. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan Laporan Kasus ini Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca, guna memperbaiki laporan kasus selanjutnya. Penulis juga berharap laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca.
Purwokerto, 23 Oktober 2018
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................................... ii KATA PENGANTAR .............................................................................................................. iii DAFTAR ISI............................................................................ Error! Bookmark not defined. DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... vii BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2 C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 3 D. Metode Pengumpulan Data ............................................................................................. 3 E.
Manfaat Penulisan ........................................................................................................... 4
F.
Sistematika Penulisan ..................................................................................................... 4
BAB II DASAR TEORI ............................................................................................................ 5 A. Anatomi Fisiologi ........................................................................................................... 5 B. Patologi ......................................................................................................................... 13 C. Teknik Pemeriksaan Radiografi OS Femur .................. Error! Bookmark not defined. D. Proteksi Radiasi ............................................................................................................ 28 BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN ................................................................. 29 A. Identitas Pasien ............................................................................................................. 29
B. Riwayat Pasien .............................................................................................................. 29 C. PrOSedur Pemeriksaan ................................................................................................. 30 D. Persiapan Alat ............................................................................................................... 30 E.
Persiapan Pasien............................................................................................................ 30
F.
Pelaksanaan Pemeriksaan ............................................................................................. 31
G.
Hasil Pembacaan Radiograf ......................................................................................... 32
H.
Pembahasan Kasus ....................................................................................................... 33
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 36 A. Kesimpulan ................................................................................................................... 36 B. Saran ............................................................................................................................. 36 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 38 LAMPIRAN............................................................................................................................. 39
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Caput femoris ( Netter, Frank H.,)..................................................................... 12 Gambar 2.2. Anatomi OS Femur ( Netter, Frank H.,)............................................................ 14 Gambar 2.3. Otot femur anterior ( Netter, Frank H.,) ........................................................... 15 Gambar 2.4. Otot femur posterior( Netter, Frank H.,) ........................................................... 16 Gambar 2.5. Posisi Pasien AP Mid dan Distal Femur (Bontrager, 2010)............................. 21 Gambar 2.6. Radiograf Pryeksi AP Mid dan Distal Femur (Bontrager, 2010)..................... 22 Gambar 2.7. Posisi Pasien Mediolateral Mid dan Distal femur ( Bontrager, 2010) .............. 22 Gambar 2.8. Posisi Pasien Lateromedial (Bontrager, 2010) ................................................. 23 Gambar 2.9. Radiograf Femur Lateral (Bontrager, 2010)..................................................... 24 Gambar 2.10. Posisi Pasien Mediolateral- Mid dan Proksimal Femur ( Bontrager,2010) .... 25 Gambar 2.11. Radiograf Mediolateral Mid dan Proksimal Femur (Bontrager, 2010)…...….25 Gambar 2.12. Posisi pasien- Axiolateral Inferosuperior (Bontrager, 2010)… …………….25 Gambar 2.13. Radiograf Axiolateral Inferosuperior (Bontrager, 2010)… …………………25 Gambar 3.14. Hasil radiograf femur AP & lateral ................................................................
30
View more...
Comments