Kasus Delaney Motors
March 17, 2017 | Author: radilla_widyastuti | Category: N/A
Short Description
Download Kasus Delaney Motors...
Description
LANDASAN TEORI
Kebanyakan prosedur perhitungan biaya produk dan akuntansi manajemen yang digunakan pad abad ke 20 dikembangkan antara tahun 1880 dan 1925. Sebelum tahun 1914, banyak perkembangan awal yang menekankan pada perhitungan biaya produk menelusuri tingkat laba perusahaan ke tiap produk dan menggunakan informasi ini untuk pengambilan keputusan strategis. Akan tetapi, penekanan pada hal tersebut mulai ditinggalkan sejak tahun 1925 seiring dengan munculnya pendekatan perhitungan biaya persediaan mengalokasikan biaya manufaktur ke produk agar biaya persediaan dapat dilaporkan kepada pengguna eksternal laporan keuangan perusahaan. Pelaporan keuangan telah menjadi pendorong untuk membentuk desain sistem akuntansi biaya. Manajer dan perusahaan bersedia menerima informasi biaya rata-rata secara gregat atas tiap produk karena mereka merasa tidak membutuhkan informasi biaya dari setiap produk yang lebih terperinci dan akurat mengenai setiap produk. Sepanjang perusahaan memproduksi produk-produk sejenis yang membutuhkan sumber daya pada tingkat yang hampir sama, informasi biaya rata-rata yang disediakan oleh sistem biaya dan dipengaruhi oleh sistem keuangan sudah cukup memadai. Walaupun keanekaragaman jenis produk pada beberapa perusahaan meningkat, kebutuhan informasi biaya yang lebih akurat tidak akan sebanding dengan tingginya biaya yang dibutuhkan untuk menyediakan informasi tersebut. Pada banyak perusahaan, biaya yang dikeluarkan untuk menyusun sistem biaya yang terperinci lebih besar dibandingkan manfaatnya. Beberapa usaha untuk meningkatkan kegunaan manajerial dari sistem biaya konvensional dilakukan pada tahun 1950-an dan 1960-an. Para pengguna mendiskusikan kelemahan informasi yang disediakan oleh sistem yang didesain untuk menyusun laporan keuangan. Akan tetapi, usaha-usaha pada perbaikan sistem tersebut pada dasarnya terpusat untuk membuat informasi akuntansi keuangan yang lebih berguna bagi penggunanya daripada untuk menghasilkan seperangkat informasi dan prosedur baru yang terpisah dari sistem pelaporan eksternal. Pada tahun 1980-an dan 1990-an, praktik-praktik akuntansi manajemen tradisional yang sudah tidka mampu lagi melayani kebutuhan manajerial banyak ditemukan. Beberapa pihak menyatakan sistem akuntansi manajemen yang ada sudah usang dan tidak berguna. Perhitungan biaya produk dan sumber daya yang lebih akurat dibutuhkan untuk memungkinkan manajer meningkatkan kualitas dan produktivitas, serta mengurangi biaya. Sebagai tanggapan terhadap kelemahan sistem akuntansi manajemen tradisional, berbagai usaha dilakukan untuk mengembangkan sistem akuntansi manajemen baru yang dapat memenuhi
kebutuhan lingkungan ekonomi dewasa ini. Tema Baru Dalam Akuntansi Manajemen : 1. Manajemen Berdasarkan Aktivitas (Activity Based Management) Manajemen berdasarkan aktivitas (activity based management) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi di seluruh sistem yang memfokuskan perhatian manajemen pada berbagai aktivitas yang bertujuan meningkatkan nilai bagi pelanggan dan laba yang dihasilkan. Manajemen berdasarkan aktivitas menekankan pada perhitungan biaya berdasarkan aktivitas (activity based costing-ABC) dan analisis nilai proses. 2. Orientasi pada Pelanggan Manajemen berdasarkan aktivitas bertujuan meningkatkan nilai pelanggan dengan cara mengelola aktivitas. Nilai bagi pelanggan adalah fokus utama karena perusahaan dapat menciptakan keunggulan bersaing dengan menciptakan nilai yang lebih baik bagi pelanggan dengan biaya yang sama atau lebih rendah dari pesaing. Nilai bagi pelanggan (customer value) adalah selisih antara apa yang pelanggan terima (realisasi bagi pelanggan) dengan apa yang pelanggan serahkan (pengorbanan pelanggan). Apa yangditerima disebut produk total. 3. Perspektif Lintas Fungsional Pengelolaan rantai nilai berarti akuntan manajemen harus memahami banyak fungsi bisnis, mulai dari manufaktur, pemasaran, distribusi hingga pelayanan konsumen. Kebutuhan ini akan semakin besar saat perusahaan terlibat dalam perdagangan internasional. Ketika pendekatan rantai nilai digunakan dan nilai bagi pelanggan diutamakan, fungsi-fungsi tersebut akan saling berhubungan. Perspektif lintas fungsional memungkinkan kita melihat gambar yang besar. Pandangan yang lebih luas ini memungkinkan manajer meningkatkan kualitas, mengurangi waktu yang diburuhkan untuk melayani pelanggan internal ataupun eksternal, dan meningkatkan efisiensi. 4. Manajemen Kualitas Total Filosofi manajemen kualitas total—dimana perusahaan berusaha menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan pekerjanya menghasilkan produk yang sempurna (zero defect)—telah menggantikan sikap “kualitas yang berterima” di masa lalu. Penekanan total pada kualitas juga telah menciptakan kebutuhan akan adanya suatu sistem akuntansi manajemen yang menyediakan informasi keuangan dan nonkeuangan tentang kualitas. 5. Waktu Sebagai Elemen Persaingan Waktu adalah elemen penting dalam semua tahap rantai nilai. Perusahaanperusahaan kelas dunia mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai pasar dengan cara memperpendek siklus desain, implementasi dan produksi. Tujuan keseluruhannya adalah peningkatan respons terhadap pelanggan.
6. Efisiensi Biaya adalah ukuran kritikal untuk efisiensi. Tren dalam biaya sepanjang waktu dan perubahan produktivitas dapat menjadi ukuran penting atas keefektivan keputusan perbaikan berkelanjutan. Biaya harus ditetapkan, diukur, dan dialokasikan secara tepat agar pengukuran efisiensi menjadi bernilai. 7. Bisnis Secara Elektronik (E-Business) Bisnis secara elektronik (e-business) adalah transaksi bisnis atau pertukaran informasi yang dijalankan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi. Bisnis ini menyediakan kesempatan bagi perusahaan untuk memperluas penjualannya diseluruh dunia dan dapat menurunkan biaya secara signifikan jika dibandingkan dengan transaksi dengan menggunakan kertas.
Perbedaan Akuntansi Keuangan, Akuntansi Biaya, Manajemen Biaya dan Akuntansi Manajemen Akuntansi manajemen : mengukur, menganalisis dan melaporkan informasi keuangan dan non keuangan yang membantu manajer membuat keputusan guna mencapai tujuan organisasi. Manajer akan menggunakan informasi akuntansi manajemen itu untuk memilih, mengomunikasikan, dan mengimplementasikan strategi. Mereka juga menggunakan informasi akuntansi manajemen untuk mengoordinasi keputusan-keputusan desain produk, produksi serta pemasaran. Akuntansi manajemen berfokus pada pelaporan internal. Akuntansi keuangan : berfokus pada pelaporan kepada pihak eksternal seperti investor, lembaga pemerintah, bank dan pemasok. Akuntansi keuangan mengukur dan mencataat transaksi-transaksi bisnis serta menyajikan laporan keuangan yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum (Generally Accepted Accounting Principles - GAAP). Akuntansi biaya : mengukur, menganalisis, dan melaporkan informasi keuangan dan nonkeuangan yang terkait dengan biaya perolehan atau penggunaan sumberdaya dalam suatu organisasi. Akuntansi biaya menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan. Manajemen biaya : mengggambarkan pendekatan serta aktivitas manajer dalam membuat keputusan-keputusan perencanaan dan pengendalian jangka pendek serta jangka panjang, yang akan meningkatkan nilai bagi pelanggan dan yang akan menurunkan biaya produk dan jasa. Manajemen biaya memiliki fokus yang luas dan tidak boleh hanya diinterpretasikan dalam hal pengurangan biaya secara terus menerus. Manajemen biaya tidak diterapkan terpisah dari yang lain.
Manajemen biaya merupakan bagian integral dari strategi manajemen umum dan penerapannya. (Hongren, Datar and Foster : 2-4, 2008)
Keterangan Pengguna informasi
Akuntansi Manajemen Manajer yang ada di dalam perusahaan
Peraturan
Tidak dibutuhkan, karena hanya untuk pengguna internal
Sumber data
Sistem akuntansi dasar ditambah berbagai macam sumber lainnya Laporan berfokus pada subunits. Disusun berdasarkan kombinasi dari data historis, estimasi dan proyeksi dari masa depan
Sifat dari laporan dan prosedur
Keterangan Pengguna utama Pembatasan pada masukan dan proses Jenis informasi Orientasi waktu Tingkat agregasi
Keluasan
Akuntansi Manajemen Fokus internal Tidak ada aturan yang mengikat
Akuntansi Keuangan Pihak-pihak yang berkepentingan diluar perusahaan Dibutuhkan. Harus disusun berdasarkan GAAP yang diatur oleh FASB dan SEC Hampir seluruhnya berasal dari sistem akuntansi dasar Laporan berfokus pada perusahaan secara keseluruhan. Disusun berdasarkan transaksi di masa lalu.
Akuntansi Keuangan Fokus eksternal Harus mengikuti aturan tertentu dari pihak eksternal Informasi keuangan dan Informasi keuangan nonkeuangan, informasi yang bersifat objektif dapat bersifat subjektif Penekanan pada masa Berorientasi historis yang akan datang Evaluasi dan keputusan Informasi mengenai internal didasarkan atas perusahaan secara informasi yang sangat keseluruhan terperinci Sangat luas dan Lebih independen multidisiplin
Konsep dan Perilaku Biaya Akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan informsi biaya yang akurat dan tepat bagi manajemen dalam mengelola perusahaan atau divisi secara efektif. Oleh karena itu biaya perlu dikelompokkan sesuai dengan tujuan apa informasi biaya tersebut digunakan, sehingga dalam pengelompokkan biaya dapat digunakan suatu konsep “Different Cost Different Purposes” artinya berbeda biaya berbeda tujuan Biaya digolongkan atas dasar tujuan penggunaan dari data terebut.Pengertian klasifikasi biaya menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2007) adalah: “Klasifikasi biaya atau penggolongan biaya adalah suatu proses pengelompokkan biaya secara sistematis atas keseluruhan elemen biaya yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan penting.” Berdasarkan pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa klasifikasi biaya dikelompokkan menurut golongan biaya tertentu yang lebih ringkas, jelas dan terperinci sesuai dengan elemen-elemen tertentu. Perilaku biaya adalah cara biaya berubah dalam hubungannya dengan perubahan penggunaan aktivitas. Atau dengan kata lain perilaku biaya adalah istilah untuk menggambarkan apakah biaya berubah seiring dengan perubahan output. Biaya-biaya bereaksi pada perubahan output dengan berbagai macam cara yaitu: 1. Biaya tetap Biaya tetap adalah biaya yang dalam jumlah total tetap konstan dalam rentang yang relevan ketika tingkat output aktivitas berubah. Rentang yang relevan adalah rentang output di mana asumsi hubungan biaya/output berlaku. Contoh: biaya listrik, biaya penyusutan, biaya sewa gedung 2. Biaya variabel Biaya variabel adalah biaya yang dalam jumlah total bervariasi secara proporsional atau sebanding dengan perubahan output, Rumus total biaya variabel = biaya variabel per unit x jumlah unit. Contoh : biaya bahan baku 3. Biaya campuran/semivariabel Biaya campuran adalah biaya yang memiliki komponen biaya tetap dan biaya variabel sekaligus. Contoh : gaji dan bonus penjualan untuk bagian marketing. Rumus total biaya = biaya tetap + total biaya variable. Untuk dapat mengklasifikasikan biaya sesuai dengan perilakunya maka diperlukan berbagai pertimbangan atas dasar: 1. Waktu
Menentukan apakah suatu biaya merupakan biaya tetap atau biaya variable bergantung pada batasan waktu, tetapi batasan ini bersifat subjektif, tergantung dari prespektif tiap-tiap manajer. Dalam ilmu ekonomi dalam jangka panjang semua biaya merupakan biaya variabel sedangkan dalam jangka pendek minimal ada satu biaya tetap. Contoh : perbedaan perspektif manajemen terhadap biaya tenaga kerja, ada yang memandang sebagai biaya variabel karena dapat memberhentikan dan mempekerjakan karyawan sesuai dengan kenaikan atau penurunan output. Tetapi ada juga yang dipandang sebagai biaya tetap karena adanya kontrak yang membuat pihak manajemen tidak bias seenaknya memberhentikan karyawan. 2. Sumber daya dan ukuran output Setiap aktivitas memerlukan sumber daya, sumber daya ini kemudian digabungkan dan diolah untuk menghasilkan output. Salah satu bentuk untuk mengukur output adalah frekuensi dilakukannya aktivitas tersebut. Semakin sering frekuensi melakukan aktivitas, semakin besar pula biayanya. Istilah lain untuk pengukuran output adalah penggerak. Untuk dapat memahami perilaku biaya perlu menentukan aktivitas yang dilakukan dan penggerak yang terkait, yang berfungsi sebagai pengukur kapasitas atau penggerak aktivitas. Penggerak aktivitas ini dibagi menjadi: i. Penggerak tingkat produksi (tingkat unit) adalah perubahan dalam biaya ketika unit yang diproduksi berubah. Contoh: biaya pemakaian bahan baku. ii. Penggerak tingkat non unit adalah perubahan dalam biaya ketika factorfaktor lain selain unit berubah. Contoh: biaya penyusutan mesin Dalam pembahasan perilaku biaya perilaku biaya diasumsikan bahwa biaya bersifat kontinyu, padahal dalam kenyataannya fungsi biaya tidaklah kontinyu yang dikenal dengan fungsi biaya bertahap. Biaya bertahap menampilkan tingkat biaya yang konstan untuk rentang output tertentu dan pada titik tertentu naik ke tingkat biaya yang lebih tinggi dimana biaya tersebut tidak berubah untuk rentang output yang sama. Lebar dari tiap tahap menunjukkan rentang output yang mengharuskan diperolehnya sumber daya tersebut, sedangkan penilaian rentang juga bersifat subjektif. Rentang yang sempit akan menjadi biaya variabel, sedangkan rentang yang lebar merupakan biaya tetap. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya campuran perlu dipisahkan ke dalam komponen-komponen tetap dan variabel. Ada tiga metode yang digunakan secara luas untuk memisahkan biaya campuran menjadi komponen tetap dan variabel., yaitu metode tinggi rendah, metode scatterplot, dan metode kuadrat terkecil. Masing-masing metode menggunakan asumsi hubungan linear. 1. Metode Tinggi Rendah Metode tinggi rendah adalah suatu metode untuk menentukan persamaan suatu garis lurus dengan terlebih dahulu memilih dua titik (titik tinggi dan rendah) yang akan digunakan untuk menghitung parameter pemintas dan kemiringan.
Titik tinggi di definisikan sebagai titik dengan tingkat output atau aktivitas tertinggi. Titik rendah di definisikan sebagai titik dengan tingkat output atau aktivitas terendah. Persamaan untuk penentuan biaya variabel per unit dan biaya tetap adalah sebagai berikut: Biaya variabel per unit = perubahan biaya / perubahan output Biaya variabel per unit = (biaya tinggi – biaya rendah) (output tinggi – output rendah) Biaya tetap = biaya total titik tinggi – (biaya variabel per unit x output tinggi) Biaya tetap = biaya total titik rendah (biaya variabel per unit x output rendah) 2. Metode Scatterplot Metode scatterplot adalah suatu metode penentuan persamaan suatu garis dengan memplot data dalam suatu grafik. Langkah pertama dalam menerapkan metode scatterplot adalah memplot titik-titik data sehingga hubungan antara biaya penyetelan dan aktivitas dapat dilihat. Plot ini disebut dengan grafik scatter. Grafik scatter memungkinkan seseorang untuk secara visual menyesuaikan suatu garis dengan titik-titik dalam grafik scatter. Dalam melakukan hal ini, garis yang dipilih seharusnya adalah garis yang paling sesuai dengan titik-titik tersebut. Keunggulan signifikan metode scatterplot adalah memungkinkan kita untuk melihat data secara visual. Sedangkan kelemahannya adalah tidak adanya kriteria objektif untuk memilih garis terbaik. 3. Metode Kuadrat Terkecil Kedekatan setiap titik pada garis dapat diukur dengan jarak vertikal titik dari garis. Jarak vertikal ini adalah perbedaan antara biaya aktual dengan biaya yang diprediksi oleh garis. Untuk titik 5, biaya yang diprediksi adalah 5*, dan deviasinya adalah jarak antara titik 5 dan 5* (jarak dari titik ke garis). Metode kuadrat terkecil pertama-tama mengkuadratkan setiap deviasi dan kemudian menjumlahkan deviasi yang dikuadratkan tersebut sebagai ukuran kedekatan keseluruhan. Pengkuadratan deviasi ini menghindari masalah yang disebabkan oleh bauran angka positif dan negatif. Karena ukuran kedekatan adalah jumlah deviasi kuadrat titik-titik dari garis, maka semakin kecil ukurannya, semakin baik garisnya. Garis yang lebih mendekati titik disbanding garis lainnya disebut garis kesesuaian terbaik, yaitu garis dengan jumlah kuadrat deviasi terkecil. Rentang yang relevan adalah Rentang tingkat aktivitas atau volume normal dimana terdapat hubungan khusus antara tingkat aktivitas atau volume dengan biaya yang dibahas. Sebagai contoh, biaya tetap hanya bersifat tetap dalam kaitannya dengan rentang aktivitas atau volume total tertentu (dimana perusahaan diperkirakan akan beroperasi) dan hanya untuk jangka waktu tertentu (biasanya satu periode anggaran). Asumsi dasar dari rentang yang relevan juga dapat diterapkan pada biaya variabel. Yaitu, diluar rentang yang relevan, biaya variabel, seperti bahan langsung mungkin tidak berubah secara proporsional dengan perubahan volume produksi. Sebagai contoh, diatas volume tertentu, biaya bahan langsung mungkin meningkat dengan tingkat yang lebih rendah akibat diskon harga atas pembelian bahan dalam jumlah yang lebih besar dari angka tertentu.
ABSTRAKSI KASUS DELANEY MOTORS
Frank Delaney memiliki dan mengoperasikan Delaney Motors, dealer resmi penjualan mobil produksi General Motor di Ohio. Kegiatan operasional dealer tersebut terdiri atas penjualan mobil baru dan mobil bekas, penjualan onderdil mobil, penyewaan mobil, servis kendaraan dan pengecatan ulang serta perbaikan body kendaraan. Dealer tersebut menguntungkan dengan pendapatan hampir 5% dari penjualan, tetapi laba yang dilaporkan atas body shop terlalu rendah bagi Mr. Delaney. Oleh karena itu, dia menugaskan seorang konsultan untuk meneliti operasional body shop dan membuat rekomendasi. Sebagai dasar penelitian konsultan tersebut, ia menggunakan data milik Mr. Delaney beberapa tahun terbaru, dan membuat penyesuaian tertentu, ditunjukkan di Exhibit 1. Berikut asumsi yang digunakan oleh konsultan tersebut : 1. Sebagian besar biaya semi variabel (semivariable cost) terdiri atas biaya bersama (commont cost). Contohnya akuntan yang menyiapkan dan mengisi laporan pajak dealer, pengacara dan pemilik yang menghabiskan waktu mereka untuk melakukan kegiatan bisnis perusahaan. 2. Beban telepon dan biaya tetap (fixed costs) dapat dialokasikan ke tiap departemen jika dokumen-dokumen pendukung tersedia, dikarenakan tidak tersedianya dokumen-dokumen tersebut, metode alokasi biaya yang lain harus dipertimbangkan. 3. Terdapat sebuah persoalan yang kontroversial melibatkan masalah gaji pemilik, Manajer body shop menegaskan bahwa biaya gaji pemilik seharusnya tidak dibebankan kedepartemennya tersebut. Pemilik menempatkan nama dan waktunya di semua aspek bisnis body shop, sehingga gajinya pun harus dialokasikan sebagaimana mestinya. Sebagai informasi, data industri menunjukkan bahwa gaji pemilik berdasarkan pada volume penjualan. 4. Biaya semivariabel dapat dialokasikan kepada tiap departemen dengan berbagai cara, dengan demikian akan ada penilaian lebih baik atas kinerja manajemen dan departemen. Dasar penilaian tersebut meliputi unit produksi, jam kerja mesin, biaya bahan baku, dolar penjualan, biaya tenaga kerja langsung dan jam kerja tenaga kerja langsung. Dikarenakan departemen memproduksi produk yang beranekaragam (heterogeneous
products) yang membutuhkan bahan baku dan mesin yang berbeda-beda (departemen penjualan mobil baru dan mobil bekas tidak menggunakan mesin), maka tiga dasar alokasi yaitu unit produksi, jam operasional mesin, biaya bahan baku, pada dasarnya tidak tepat. 5. Nilai penjualan juga merupakan dasar alokasi biaya yang tidak valid. Contohnya rasio biaya atas penjualan mobil baru seharga $9.000 melebihi rasio biaya atas body shop repair sebesar $1.000. Dengan demikian, menimbulkan dasar alokasi yang tidak sama. 6. Alokasi biaya berdasarkan biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) menjadi dasar alokasi biaya yang valid di perusahaan-perusahaan yang biaya semivariabelnya berhubungan dengan tenaga kerja (contohnya : operasional yang sebagian besar dilakukan secara manual) dan tarif per jam diantara dan ditiap departemen adalah seragam. Namun karena biaya semivariabel dealer tersebut tidak berhubungan dengan tenaga kerja dan tarif per jam tidak seragam, biaya tenaga kerja langsung sebagai dasar alokasi tidak mencerminkan dasar kegiatan perusahaan. 7. Jam Tenaga kerja langsung (direct labor hours) merupakan dasar alokasi biaya yang dapat diterima. Walaupun beberapa biaya semivariabel tidak beragam secara langsung berdasarkan jam kerja tenaga kerja langsung, seperti biaya audit dan biaya hukum (legalfees), berkaitan dengan kepraktisan dan karena metode lainnya jelas-jelas tidak dapat diterima, pengalokasian biaya semivariabel berdasarkan jam kerja tenaga kerja langsung tampaknya menjadi alternatif yang paling dapat diterapkan. 8. Laporan keuangan perusahaan mendaftar jumlah pegawai langsung (direct employees) dan pegawai tidak langsung (indirect employees) disetiap departemen, tetapi gagal untuk mengungkapkan jumlah jam kerja tiap departemen. Diasumsikan bahwa seluruh pegawai langsung bekerja kurang lebih dalam jumlah jam kerja yang sama per minggu. Oleh karena itu, jumlah jam kerja tenaga kerja langsung menjadi dasar alokasi untuk biaya semivariabel. Biaya tetap dialokasikan berdasarkan rasio meter persegi setiap departemen terhadap meter persegi keseluruhan perusahaan, disesuaikan dengan weighted factor.
EXHIBIT 1. Analisa untuk Profitabilitas Body Shop Ringkasan data terpilih yang diambil dari laporan keuangan ditunjukkan di Exhibit 1 : 1. Biya semivariabel body shop dan dealer ditunjukkan di baris 7 dan 11, berturut-turut. Alokasi biaya semivariabel didasarkan pada jam kerja tenaga kerja langsung (direct labor cost), dengan asumsi bahwa tiap pegawai bekerja dalam jumlah jam kerja yang sama per minggu. Dibaris
13 jumlah pegawai body shop yang melakukan pekerjaan tenaga kerja langsung dibagi dengan total jumlah pegawai keseluruhan di dealer. Berdasarkan metode ini, peningkatan biaya semivariabel, seperti yang terlihat di baris 15, menunjukkan bahwa anda terlalu rendah mengalokasikan overhead untuk manajer body shop, yang bonusnya termasuk dalam bagian laba departemennya. Sistem akuntansi biayanya seharusnya diubah agar lebih akurat menggambarkan penggunaan sumber daya dealer di setiap departemen. 2. Biaya-biaya tetap untuk body shop dan dealer diringkas dibaris 16 dan 17. Hasil bagi keduanya terlihat di baris 18. Dibaris 19 alokasi biaya tetap yang ditinjau kembali diperlihatkan. Beberapa dealer General Motors mengalokasikan biaya tetap terhadap body shop berdasarkan rasio luas meter persegi body shop terhadap luas dealer. Alokasi ini menjadi dasar yang akurat atas lokasi biaya tetap gedung, tetapi gagal memperhitungkan berbagai macam mesin, peralatan, furniture, perlengkapan tetap yang ada dalam keseluruhan dealer. 3. Untuk mengalokasikan biaya tetap tersebut secara lebih tepat, “weight” sama seperti yang digunakan oleh Volkswagen, seharusnya digunakan. Dealer Volkswagen mengalikan squre footage tiap bagian dealer dengan value factor untuk memberi bobot atas distribusi biaya tetap secara proporsional. Contohnya, bobot atas mobil bekas dan body shop adalah 2,4 dan 1,0 berturut-turut. Diasumsikan bahwa bobot ini juga diterapkan terhadap dealer, maka dealer seharusnya mengurangi alokasi body shop menjadi 20 persen. Baris 19 lalu menunjukkan bahwa 20 persen tersebut mengimbangi biaya tetap dealer. 4. Baris 21 sampai 25 meringkas temuan-temuan yang ada. Alokasi biaya yang ditinjau kembali menurunkan laba body shop dari 2,94 persen atas penjualan menjadi 0,30 persen atas penjualan. Dari data-data tersebut disusun menurut persentasi body shop (baris 25) : dealer no.3 menempati posisi tiga tertinggi, dealer no. 6 berada ditengah, dan dealer no. 9 adalah ketiga dari bawah. Konsultan tersebut menunjukkan bahwa body shop menghasilkan laba lebih rendah dibandingkan dengan yang Mr. Delaney perkirakan sebelumnya, dan ia menyarankan Mr. Delaney untuk mempertimbangkan untuk menjual, menyewakannya kepada pihak lain, menaikkan harga atau jika permintaan akan body shop dianggap bersifat elastis, maka turunkan harganya. Konsultan tersebut menunjukkan bahwa penjualan atau penyewaan body shop akan member Mr. Delaney waktu lebih banyak untuk mengurus departemen lainnya. Mr. Delaney mempertimbangkan rekomendasi tersebut, tetapi ia tidak yakin profitabilitas yang seharusnya menjadi pertimbangan utama. Ia merasa bahwa dealer berkewajiban menyediakan jasa yang berkualitas tinggi untuk para pelanggannya, dan bahwa penyewa mungkin saja menyediakan jasa berkualitas rendah. Ia tidak yakin bahwa harga dapat dinaikkan dan meminta konsultan untuk
mencari tahu lebih banyak mengenai harga yang ditetapkan oleh dealer pesaing sebelum membuat keputusan mengenai hal tersebut.
PEMBAHASAN KASUS
Pertanyaan : 1. Berikan komentar atas penyesuaian yang disusun oleh konsultan, seperti yang ditampilkan pada exhibit 1. Setujukah anda dengan penyesuaian tersebut ? Jika tidak menurut anda apakah metide yang lebih baik dalam melakukan penyesuaian berkaitan dengan kasus tersebut ? Jawab : Disatu sisi kelompok kami tidak setuju dengan penyesuaian yang dilakukan oleh konsultan tersebut atas biaya semivariabel. Dasar alokasinya yaitu direct labor hours tidak menjadikan biaya semivariabel tersebut akurat dikarenakan tidak adanya data lengkap mengenai jumlah jam kerja tiap departemen, termasuk jam kerja tenaga kerja langsung (direct labor hours). Konsultan tersebut tidak mempertimbangkan bahwa untuk biaya telepon dan telegraph tiap unit atau tiap departemen berbeda-beda sehubungan dengan pemakaian telepon dan telegraph tersebut. Selain itu, tidak adanya dokumen pendukung menjadikan biaya dialokasikan secara tidak tepat. Kelompok kami juga tidak setuju atas penyesuaian sehubungan dengan gaji pemilik, kelompok kami berpendapat bahwa gaji pemilik dibebankan sebagian besar kepada body shop karena pemilik lebih banyak menghabiskan waktunya untuk body shop. Namun alokasi biaya untuk gaji pemilik juga dibebankan ke segmen atau unit bisnis lainnya karena dalam hal ini pemilik ikut serta dalam operasional tiap unit bisnis. Disisi lain, kelompok kami setuju atas penyesuaian tersebut berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut :
a. Berdasarkan uraian kasus, diketahui bahwa biaya semivariabel sebagian besar terdiri dari biaya bersama (common cost). Biaya bersama adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri yang timbul karena adanya kebutuhan lebih dari satu departemen, contohnya gaji seorang wakil direktur pemasaran bukanlah biaya bersama yang biasanya dibagi dengan departemen sumber daya manusia. Tetapi jika departemen pemasaran memberikan jasanya kebeberapa departemen di perusahaan, maka biaya tersebut dianggap sebagai biaya bersama yang dibagi dengan beberapa departemen tersebut. Dalam kasus dijelaskan bahwa terdapat biayabiaya seperti : biaya yang harus dibayar atas akuntan yang menyiapkan dan mengisi laporan pajak dealer. Jika tiap departemen di dealer tersebut memakai jasa atas akuntan tersebut, maka biaya atas akuntan dianggap sebagai biaya bersama sehingga harus dialokasikan ketiap departemen. Hal ini sesuai dengan penyesuaian yang dibuat oleh konsultan. b. Kenaikan biaya semivariabel yang dibebankan ke departemen body shop menunjukkan adanya overstated atas biaya pada departemen body shop. Hal ini menunjukkan adanya indikasi manajer departemen melakukan hal tersebut yang berdampak pada bonus departemen. c. Penyesuaian fixed cost berdasarkan weighted, rasio luas per departemen dibandingkan luas perusahaan secara keseluruhan. Dalam hal ini, ada beberapa alternatif yang dapat dipertimbangkan sebagai metode yang dapat digunakan untuk membuat penyesuaian dalam kasus tersebut : a. Fixed cost dapat dibebankan dengan menggunakan penyusutan atas asset
yang dimiliki tiap departemen. Untuk gedung/bangunan, bila bangunan di departemen body shop menjadi satu bagian dengan bangunan utama perusahaan, dapat menggunakan rasio luas bangunan per departemen dibandingkan dengan luas bangunan perusahaan secara keseluruhan. Peralatan mesin, equipment, fixtures, dan furniture dapat diidentifikasi dan digolongkan penyusutannya. Metode ini akan lebih tepat dalam mengalokasikan fixed cost. Sistem akuntansi biaya yang lebih baik perlu digunakan untuk hal ini. b. Pemecahan departemen yang dimiliki menjadi unit-unit yang berdiri
sendiri sehingga tiap departemen memiliki system akuntansi dan pencatatan yang berdiri sendiri. Alokasi biaya memakai metode masingmasing unit. Tiap departemen akan memberikan laporan keuangannya kepada pusat untuk dilakukan konsolidasi. Untuk biaya semi variabel yang merupakan common cost, dapat dialokasikan menjadi biaya kantor pusat. Kami tidak setuju. Menurut kami sebaiknya perusahaan mengalokasikan biayanya tidak hanya berdasarkan jam kerja langsung saja. Karena seperti yang dijelaskan oleh konsultan tersebut, Laporan keuangan perusahaan memaparkan sejumlah karyawan langsung dan tidak langsung dalam setiap departemen tapi gagal dalam mengungkapkan jumlah jam kerja dari setiap departemen. Disini jam
kerja langsung diasumsikan bahwa seluruh karyawan langsung rata-rata bekerja dengan jumlah kerja yang sama setiap minggunya. Perusahaan sebaiknya menggunakan dasar alokasi biaya yang berbeda untuk setiap aktivitas yang berbeda. Karena tidak semua aktivitas di the body shop hanya terkait dengan tenaga kerja langsung seperti aktivitas pelayanan, perbaikan dan pengecatan, ada biaya material yang terkait dengan aktivitas tersebut. Untuk mendapatkan pembebanan biaya yang tepat, perusahaan sebaiknya menentukan aktivitas dan penggerak untuk masing aktivitas tersebut. Jadi dalam alokasi biaya perusahaan tidak hanya menggunakan satu tarif aktivitas saja sepeerti yang dijelaskan oleh konsultan tersebut. Melainkan menggunakan berbagai macam tarif aktivitas tergantung aktivitas yang dilakukan. (Akmen mowen hal 174)
Pertanyaan : 2. Asumsikan bahwa Mr. Delaney memutuskan untuk mempertahankan body shop, dan konsultan melaporkan bahwa memungkinkan untuk menaikkan harga produk, haruskah Mr. Delaney menaikkan harga? Jika Mr. Delaney menaikkan harga, berapa seharusya kenaikan harganya menurut anda? Jawab : Menurut kelompok kami, jika memungkinkan untuk menaikkan harga produk, Mr. Delaney seharusnya menaikkan harga sesuai dengan standar industry yang berlaku. Jika ia berusaha mempertahankan laba dengan harga yang lebih rendah dari harga standar yang ditetapkan kompetitornya, maka akan merugikan body shop. Alternatif-alternatif dalam menentukan kenaikan harga : 1. Salah satu metode penentuan harga adalah cost-plus pricing (Hilton,
2009). Metode tersebut menetapkan bahwa harga jual sama dengan biaya produk (cost) ditambah dengan mark up. Dalam hal ini perlu ditentukan terlebih dahulu mark up atas harga jual. Berdasarkan data atas tiga dealer General Motors lainnya di exhibit 1, diketahui bahwa dealer lainnya yang menghasilkan laba yaitu dealer no. 6 dan dealer no.3 yang memiliki profit margin sebesar 3,84% dan 5,38%. Dealer no.3 adalah yang memiliki profit margin tertinggi. Dengan kata lain, diantara ketiga dealer tersebut, Dealer no.3 adalah tepat untuk dijadikan patokan dalam menaikkan harga. Asumsikan bahwa profit margin yang ditargetkan adalah setara dengan profit margin dealer no.3 yaitu sebesar 5,38%. Perhitungannya :
Profit Margin
=
EBIT Sales
5,38%
=
EBIT $ 306.652
EBIT
=
$ 16.498
Jadi asumsikan bahwa berdasarkan perhitungan tersebut, target profit Delaney adalah $ 16.498.
Mark up percentage atas Delaney = $ 16.498 : ($ 9.867 + $ 5.763) = $ 16.498 : $ 15.630 = 1.05%
Harga setelah dinaikkan = $ 15.630 + (1.05%*$ 15.630) = $ 15.630 + $ 164 = $ 15.794 Jadi, kenaikan harga yang seharusnya adalah 2,34% sehingga harga jual menjadi $ 15.966. 2. Bila dibandingkan dealer no. 6 dengan dealer Delaney, dealer no. 6
memiliki penjualan lebih dari 50% lebih besar dibandingkan dealer Delaney, gross profit persentase yang lebih besar 0,3% dibandingkan Delaney dan dengan biaya semivariabel dan fixed cost yang lebih tinggi dari dealer Delaney. Dengan asumsi jumlah pelanggan yang tetap sama dengan yang dipakai pada exhibit 1, menaikkan harga sekitar 5%-6% akan meningkatkan sales sebesar 5% dimana biaya-biaya diasumsikan tidak berubah dikarenakan jumlah pelanggan yang sama, maka tingkat profitabilitas yang diinginkan Delaney sebesar 5% akan dapat dicapai. Kenaikan harga sebesar 5% menempatkan departemen body shop milik Delaney memiliki harga masih dibawah pesaingnya di industry.
Pertanyaan : 3. Apa seharusnya tindakan yang diambil Mr. Delaney ? Jawab : Dasar pemikiran Mr. Delaney adalah profitabilitas bukan faktor utama dalam memutuskan apakah akan menjual, menyewakan, atau mempertahankan body shop. Hal-hal lainnya yang seharusnya menjadi pertimbangan Mr, Delaney adalah berkaitan dengan control, full service dealership, permintaan pasar, dan hal-hal sejenisnya. Selain itu, tindakan yang harus diambil Mr. Delaney adalah
mengubah sistem akuntansi biaya agar dapat mengalokasikan biaya secara akurat ke setiap unit bisnis secara tepat. Kelompok kami berpendapat bahwa Mr. Delaney sebaiknya mempertahankan body shop dengan pertimbangan : 1. Mempertahankan layanan purna jual yang berkualitas 2. Menaikkan harga untuk memperoleh margin sebesar rata-rata perusahaan dealer pada umumnya, dengan asumsi bahwa permintaan terhadap body shop bersifat elastis. Kenaikan harga tidak akan berpengaruh besar terhadap daya saing Delaney Motors.
View more...
Comments