Karya Tulis Ilmiah Pacaran
June 10, 2018 | Author: Yahmin Barokah | Category: N/A
Short Description
Download Karya Tulis Ilmiah Pacaran...
Description
KARYA TULIS ILMIAH Pacaran Dan Seluk Beluknya Disusun guna memenuhi tugas praktek Bahasa Indonesia
Disusun Oleh : Yahmin Barokah , IX A
PPI 241 MTs. Al-ikhlash TP. 2013/2014
1
Kata Pengantar
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, dan atas segala RahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan karya ilmiah dengan judul “ PACARAN DAN SELUK BELUKNYA ”. Karya ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia. Karya tulis ini menganalisa tentang bagaimana para remaja menyikapi pacaran dan fakta yang terkandung didalamnya Saya selaku pembuat karya tulis ini menyadari bahwa karya tulis ini masih terdapat kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, harap dimaklum karena saya sendiri masih dalam tahap belajar dan masih butuh pembelajaran yang banyak. Saya tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada ibu Nana atas arahan dan bimbingannya dalam mengerjakan tugas ini, dan orang tua saya yang memberi dukungan dalam mengerjakan tugas ini. Semoga karya tulis ini bermanfaat, khususnya bagi saya sendiri dan bagi pembaca karya tulis ini.
Penyusun
2
Daftar Isi
Judul …………………………………………………………………...…...… 1 Kata pengantar …………………………………………………………..…….2 Daftar isi ………………………………………………………………............3 Bab 1 Pendahuluan 1.1 1.2 1.3
Latar Belakang ………..………………………………………4 Rumusan Masalah …….………………………………………4 Tujuan Penulisan ……………………………………………...5
Bab II Pembahasan 2.1
Definisi Pacaran ……………………………………………….6
2.2
Asal Pacaran …………..……………………………………....6
2.3
Dampak negatif pacaran …………………………………...… 7
2.4
Pacaran Menurut Islam ……………………………………..... 9
2.5
Adab Pergaulan lawan jenis …………………….……………10
2.6
Bolehkah jatu cinta ? ……………………………..………… 14
Bab III Penutup 3.1
Simpulan ……………………………………………………...17
3.2
Saran ………………………………………………………….17
3.3
Penutup ……………………………………………………….17
Daftar Pustaka…………………………………………………………………18
3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Istilah pacaran memang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Sudah banyak orang yang mengangkat topik ini untuk dikaji, dibahas, dan diteliti. Namun topik ini selalu menarik untuk diangkat karena melekat dalam kehidupan kita sehari-hari terutama bagi remaja. Makalah ini disusun atas dasar kondisi psikis penulis sendiri yang sedang mengalami kebimbangan dalam mengambil sebuah keputusan yang nantinya akan menjadi prinsip dan pedoman hidup. Penulis sedang mengalami sebuah masa dimana seseorang itu mencari tahu siapa dirinya dan apa yang semestinya dilakukan dan tidak dilakukan dengan kata lain penulis sedang mencari jati diri. Masalah pacaran merupakan masalah yang kontemporer dikalangan pemuda saat ini. Sebuah tindakan yang wajar sebagai wujud dari perasaan suka kepada lawan jenis namun kebanyakan menjadi ajang pelampiasan nafsu yang berakibat buruk bagi para pelakunya. Sebagai seorang remaja yang sebentar lagi menginjak usia dewasa tentu sudah pernah merasakan getaran-getaran cinta. Seuatu perasaan suka kepada lawan jenis yang diekspresikan melalui berbagai macam cara. Suatu perasaaan yang bergejolak di dalam hati terhadap seseorang yang menimbulkan rasa ingin memperhatikan dan diperhatikan, rasa ingin tahu lebih, rasa malu, rasa cemburu, rasa curiga dsb semua rasa bercampur menjadi satu kadang suka, kadang sedih, kadang berani, kadang takut untuk melakukan sesuatu hal yang berhubungan denganya. Rasa ini yang bisa mengubah seseorang baik dari segi perspektif, tingkah laku, tutur kata, gaya berbusana dll bergantung pada dengan siapa dan bagaimana orang disekitarnya mempengaruhi untuk berlaku apa yang semestinya dia lakukan menurut pandangan mereka. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi ketiga.2002:807) Pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. Pacar diartikan sebagai orang yang spesial dalam hati selain orangtua, keluarga dan sahabat kita. Melihat fenomena yang terjadi saat ini, seringkali makna pacaran disalahgunakan sebagai ajang pelampiasan nafsu, ajang pertunjukan rasa gengsi, ajang popularitas, ajang meraup keuntungan pribadi dll. Sedangkan esensial dari pacaran tersebut memudar. Dimana kita saling mengenal satu sama lain, saling mengerti dan dimengerti, saling cinta dan saling setia.
4
1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti beberapa hal yaitu : Apa itu pacaran ? Darimana asalnya pacaran ? Apakah dampaknya bagi kita ? Pandangan Islam tentang pacaran ? Bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan ?
Apakah kita tidak boleh mencintai ? Lalu apakah cinta yang diperbolehkan ? 1.3 Manfaat dan Tujuan Adapun tujuan dari karya tulis ini adalah : Menerangkan arti pacaran Menjelaskan manfaat dan buruknya pacaran Menginformasikan bagaimana pandangan islam tentang pacaran Memberikan saran mengenai pecintaan
5
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Pacaran Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan.[1] Pada kenyataannya, penerapan proses tersebut masih sangat jauh dari tujuan yang sebenarnya. Manusia yang belum cukup umur dan masih jauh dari kesiapan memenuhi persyaratan menuju pernikahan telah dengan nyata membiasakan tradisi yang semestinya tidak mereka lakukan. Aktivitas berpacaran Tradisi pacaran memiliki variasi dalam pelaksanaannya dan sangat dipengaruhi oleh tradisi individu-individu dalam masyarakat yang terlibat. Dimulai dari proses pendekatan, pengenalan pribadi, hingga akhirnya menjalani hubungan afeksi yang ekslusif. Perbedaan tradisi dalam pacaran, sangat dipengaruhi oleh agama dan kebudayaan yang dianut oleh seseorang. Menurut persepsi yang salah, sebuah hubungan dikatakan pacaran jika telah menjalin hubungan cintakasih yang ditandai dengan adanya aktivitas-aktivitas seksual atau percumbuan. Tradisi seperti ini dipraktikkan oleh orang-orang yang tidak memahami makna kehormatan diri perempuan, tradisi seperti ini dipengaruhi oleh media massa yang menyebarkan kebiasaan yang tidak memuliakan kaum perempuan. Sampai sekarang, tradisi berpacaran yang telah nyata melanggar norma hukum, norma agama, maupun norma sosial di Indonesia masih terjadi dan dilakukan secara turun-temurun dari generasi ke generasi yang tidak mememiliki pengetahuan menjaga kehormatan dan harga diri yang semestinya mereka jaga dan pelihara. 2.2 Asal Usul Pacaran Ada berbagai pendapat yang penulis dapati mengenai asal kata pacaran, salah satunya Pacaran berasal dari kata fujurun atau ketika menjadi objek menjadi fujuran . Artinya a dalah tindakan tunasusila, atau pelanggaran susila. Jika dalam bahasa inggris berarti immorality , 6
tapi perlu diingat pacaran bukan berarti budaya arab atau islam, Pacaran sebenarnya adalah budaya barat yang telah masuk ke Indonesia akibat zaman globalisasi yang menyebabkan budaya asing secara bebas masuk ke Indonesia 2.3 Dampak Pacaran bagi Remaja Disini akan dibahas mengenai dampak negative pacaran : 1. Mudah terjerumus ke perzinaan Beberapa pelaku pacaran seringkali menyangkal tentang hal ini. Kata mereka, asalkan bisa menjaga hati, InsyaAllah tidak terjadi hal itu (waaah, perbuatan munkar kok pake InsyaAllah..). cobalah simak hadits ini: “Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua teling zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau digagalkannya.” (HR Bukhari). Padahal engkau tahu, yang namanya orang pacaran, pasti ada hal-hal yang tidak dibenarkan dalam islam: memandang lawan jenis, berpegangan tangan, berduaan di tempat sepi, berciuman, hingga….ah, tak usah disebutkan. Bahkan meski pacarannya hanya sebatas lewat telpon, SMS atau chatting pun, hal tersebut sudah bisa memicu terjadinya zina hati. Semua larangan-larangan tadi ada dalil shahihnya. Sebagai contoh, simaklah hadits ini: Rasulullah saw. berpesan “Janganlah engkau ikuti padangan dengan padangan berikutnya, karena untukmu adalah padangan yang pertama, sedangkan selanjutnya bukan untukmu.” (HR. Ahmad) Dan hadits yang terkenal : ”Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah tidak melakukan khalwat dengan seorang wanita yang tidak disertai oleh mahramnya karena sesungguhnya yang ketiga adalah setan.” Tentang dampak negatif yang pertama ini tak perlu disangkal lagi. Tak terhitung lagi jumlah pemuda muslim yang benar-benar terjerumus dalam perzinaan—yang diawali dari aktivitas pacaran. Kalau sudah berzina, berarti ia telah melakukan dosa besar yang akan menyebabkan dampak-dampak buruk lainnya—baik yang ia rasakan di dunia maupun di akhirat. 2. Melemahkan Iman Orang yang pacaran cenderung meletakkan rasa cinta kepada kekasihnya di atas rasa cinta kepada Sang Pencipta. Tak perlu mengelak ataupun mengiyakan, sebab pernyataan ini bisa dibuktikan dengan kualitas ibadah seseorang. Jika kualitas ibadah seseorang menurun setelah mengalami jatuh cinta, itu artinya porsi kecintaannya kepada Allah berkurang. Ia jadi jarang ke Masjid, jarang membaca Al Quran, meninggalkan shalat sunnah, bahkan beberapa hafalannya hilang, serta banyak ibadah lain yang terlewatkan. 3. ‘melatih’ kemunafikan Orang yang berpacaran itu seringkali menipu, berusaha agar pasangannya yakin bahwa ialah yang 7
terbaik. Memang tidak semua.. tapi umumnya begitu. Ia akan menampakkan hal-hal yang baik di depan kekasihnya. Adapun hal-hal yang buruk sebagian besar ia sembunyikan. Sebagian orang ada yang sengaja menunjukkan beberapa keburukannya kepada kekasihnya sekedar untuk meraih simpati, mencari kesamaan, mendapatkan pemakluman, atau sebagai bumbu-bumbu romantisme belaka. Namun tidak jarang orang yang berpacaran mengatakan sesuatu yang sebenarnya bertentangan dengan hati kecilnya. 4. Menjadikan panjang angan-angan. Orang yang sedang jatuh cinta—pacaran—seringkali teringat dengan orang yang dicintainya itu. Lalu ia memikirkan sesuatu, berandai-andai setiap waktu—tentang apa yang akan dilakukan nanti saat bertemu, tentang apa yang akan diberikan saat itu, tentang kata-kata yang akan diucapkan sebagai bumbu, dan masih banyak lagi. Padahal ummat Islam dilarang berpanjang angan-angan. 5. Mengurangi produktivitas Jika tidak pacaran, seorang siswa tentunya bisa melakukan aktivitas lain yang lebih produktif; misal membuat karya seni, menulis artikel, cerpen, puisi, karya tulis, mengerjakan PR, atau yang lainnya. Namun seringkali produktivitasnya turun lantaran ia berpacaran. 6. Menjadikan hidup boros orang yang pacaran akan selalu berkorban untuk pacarnya. Bahkan uang yang seharusnya untuk ditabung bisa habis untuk bersenang-senang: membelikan hadiah pacarnya, membeli pulsa, mentraktir, nonton Film, dan yang lainnya. 7. Akan melemahkan daya kretaifitas dan menyulitkan konsentrasi, karena pikiran mereka hanya tertuju kepada pacarnya 8. Akan menyebabkan terlambatnya studi. Banyak fakta yang menyebutkan bahwa menurunnya prosentase kelulusan para pelajar adalah akibat pacaran, mereka jarang belajar, karena jalan-jalan terus dengan pacarnya, tidak pernah beli buku (karena uangnya habis untuk berenang-senang). 9. Terjadinya pertengkaran dan pembunuhan, hanya karena rebutan pacar. 10. Tidak setia dengan pasangannya jika sudah menikah, karena masing-masing ingat dengan pacarnya yang lama, dan selalu membanding-bandingkan antara suami/ istrinya yang syah dengan pacarnya yang lama. 11. dan dampak negatif lainnya (silahkan ditambahkan lewat ‘coment’) “Barang siapa yang jatuh cinta, lalu tetap menjaga kesucian dirinnya, menyembunyikan rasa cintanya dan bersabar hingga mati maka dia mati syahid.” Sungguh sangat beruntung orang yang mencintai dengan kesucian diri dan berlindung dari godaan syatan yang terkutuk. Tentunnya orang yang menjaga cintannya yang suci hingga ia meninggal dunia. 8
Rasullulah SAW juga berpesan; “Cintailah sesuatu itu dengan biasa-biasa saja, karena boleh jadi suatu saat nanti dia akan menjadi sesuatu yang kamu benci, dan bencilah sesuatu yang tidak kamu ketahui dengan biasa-biasa saja, karena boleh jadi suatu saat nanti dia akan menjadi sesuatu yang kamu cintai (H.R. Bukhari, Abu Daud, Tirmizi, dan Ibnu Majah, dari Abu Hurairah) Di sebuah situs penulis juga menemukan table dampak “positif” dan negatif pacaran,
Positif
Negatif o o o o o o o o o
motivasi belajar dewasa adanya suport bisa sharing dan senang-senang mendapat teman curhat belajar tanggung jawab semangat sekolah belajar mengerti orang lain
o o o o o o o o o
jika ada masalah dengan pasangan bisa down melanggar syariat islam buang-buang waktu menambah pikiran tidak bebas pemborosan membuat tidak produktif maksiat mencuri uang orang tua mendekati zina
2.4 Pacaran menurut Islam Islam bukanlah agama yang tidak mengakui adanya cinta. Tapi cinta yang terlahir dalam islam itu adalah cinta yang tidak disertai dengan nafsu. Misalkan cinta seorang hamba pada Khaliq nya, cinta seorang umat kepada Rasulnya, cinta seorang anak kepada ke dua orang tuanya, dll. Sedangkan untuk cinta kepada lawan jenis biasanya itu merupakan cinta yang disertai dengan nafsu, nafsu ingin memiliki seutuhnya, nafsu ingin selalu bersama dan banyak lagi yang lainnya. Namun dalam konsep islam, cinta kepada lawan jenis benar dikala seorang telah terikat dalam sebuah ikatan suci pernikahan. Tapi sebelum ikatan itu, pada hakikatnya cinta itu pun tidak ada, yang ada hanyalah nafsu syahwat dan ketertarikan sesaat. Sebab cinta dalam pandangan islam itu sebuah tanggung jawab yang tidak mungkin sekadar diucapkan, digoreskan dalam sebuah kertas merah jambu dengan menggunakan tinta emas, atau janji lebay lewat SMS. Tapi cinta sejati haruslah berbentuk ikrar dan pernyataan tanggung-jawab yang disaksikan oleh orang banyak. Dan ikrar itu pun tidak ditujukan kepada si wanita 9
melainkan kepada ayah kandung si wanita, yang sesungguhnya ikrar yang diucapkan si lelaki tersebut merupakan sebuah pengakuan untuk mengambil alih tanggung jawab terhadap si wanita dari pundak sang ayah kandung ke pundaknya. Itulah cinta kepada lawan jenis menurut pandangan islam. Tapi kalau dilihat dari realita kehidupan remaja sekarang ini, cinta itu bukan lah sebuah tanggung jawab yang terikat dengan sebuah ikrar. Melain sebuah kebersamaan untuk berkencan disebuah tempat romantis, berpagangan, peluk - pelukan atau bahkan ciuman tanpa ikatan yang sah. Padahal islam telah mengatur hubungan antara laki - laki dan wanita. Hanya yang mempunyai ikatan suami istri saja yang boleh melakukan kontak - kontak yang mengarah pada birahi, seperti bersentuhan, berpengangan apalagi berciuman. Nah...!!! sekarang pasti muncul sebuah pertanyaan besar, bagaimana sepasang calon suami -istri bisa saling mengenal kalau pacaran itu tidak ada? Tapi kalau pun pacaran itu dianggap sebagai sarana untuk saling melakukan penjajakan, perkenalan, ini bukanlah anggapan yang benar. Dalam islam ada sebuah proses yang dikenal dengan ta'aruf. Disinilah peranan keluarga sangat dibutuhkan. Proses ini jauh lebih objektif dari berpacaran. Karena pacaran itu pada umumnya selalu memperlihatkan hal - hal yang indah saja dan berusaha menutupi yang jelek - jelek. Seorang wanita pasti akan dandan habis - habisan, bermake-up, mengenakan baju yang paling bagus, pakai parfum dan lain sebagainya saat akan menemui sang pacar, dan si lelaki pasti akan memilih tempat kencan yang indah, sebuah tempat yang dipenuhi dengan bunga - bunga dan dihiasi dengan cahaya lilin. Tapi apakah saat mereka menikah nanti itu semua akan tetap terlaksana? Apakah si istri akan selalu berada dalam keadaan bermake-up dan memakai parfum saat bersama suaminya? Tentu tidak akan selamanya seperti itu. Tapi, jika saling mengenal melalui proses ta'aruf yang benar menurut islam, itu akan lebih alami. So... jangan menjadikan istilah ta'aruf sebagai alibi untuk bebas berpacaran. Islam ko pacaran ?? 2.5 Adab Pergaulan lawan jenis Sekiranya pergaulan itu berasaskan kepada tujuan mendesak ataupun keperluan, maka dibolehkan. Walau bagaimanapun, dalam masa yang sama, perlu menjaga batas-batas pergaulan sebagaimana yang telah digariskan Islam. Pandangan yang diberikan oleh Dr. Yusuf AlQaradhawi di dalam Fatawa Muasyirah, Jilid 2 menyebutkan : “Pada prinsipnya, perhubungan di antara lelaki dan wanita tidaklah ditolak secara total, malahan dibolehkan selagi mana ia bermatlamatkan kebaikan dan atas perkara-perkara yang dibenarkan syarak.. Dan wajib patuhi kehendak dan ajaran Islam serta prihatin tentang akhlak dan adab”. Allah swt telah mengatur sedemikian rupa mengenai pergaulan antara lawan jenis. Allah swt berfirman dalam surat Al-Israa ayat 32, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk” (QS. 17:32).
10
Dalam ayat tersebut Allah swt telah jelas melarang manusia untuk mendekati zinah karena sesungguhnya zinah merupakan perbuatan yang keji. Zinah dapat disebabkan oleh kurang kokohnya iman seorang manusia dan akhirnya terbawa dalam pergualan bebas. Islam mengatur batasan-batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan, batasan-batasan tersebut dibuat bukan untuk mengekang kebebasan manusia, namun merupakan salah satu bentuk kasih sayang Allah swt terhadap umat manusia sebagai makhluk yang mulia. Sebagai muslim yang beriman, seharusnya para remaja memperhatikan beberapa adab pergaulan yang telah diatur didalam AlQuran. Adab – adab pergaulan dalam islam :
Pertama, hendaknya setiap muslim menjaga pandangan matanya dari melihat lawan jenis secara berlebihan. Dengan kata lain hendaknya dihindarkan berpandangan mata secara bebas. Perhatikanlah firman Allah berikut ini,
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat” (QS. 24:30) Awal dorongan syahwat adalah dengan melihat. Maka jagalah kedua biji mata ini agar terhindar dari tipu daya syaithan. Tentang hal ini Rasulullah bersabda, “Wahai Ali, janganlah engkau iringkan satu pandangan (kepada wanita yang bukan mahram) dengan pandangan lain, karena pandangan yang pertama itu (halal) bagimu, tetapi tidak yang kedua!” (HR. Abu Daud).
Kedua, hendaknya setiap muslim menjaga auratnya masing-masing dengan cara berbusana islami agar terhindar dari fitnah. Secara khusus bagi wanita Allah SWT berfirman,
Dan Katakanlah kepada perempuan-perempuan Yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang Yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali Yang zahir daripadanya; dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya Dengan tudung kepala mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka, atau bapa mereka atau bapa mertua mereka atau anak-anak mereka, atau anak-anak tiri mereka, atau saudara-saudara mereka, atau anak bagi saudara-saudara mereka Yang lelaki, atau anak bagi saudara-saudara mereka Yang perempuan, atau perempuan-perempuan Islam, atau hamba-hamba mereka, atau orang gaji dari orang-orang lelaki Yang telah tua dan tidak berkeinginan kepada perempuan, atau kanak-kanak Yang belum mengerti lagi tentang aurat perempuan; dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa Yang tersembunyi dari perhiasan mereka; dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Wahai orang-orang Yang beriman, supaya kamu berjaya. (An-Nuur : ayat 31). Batasan aurat bersama bukan mahram (ajnabi) 1. Lelaki – antara pusat ke lutut 2. Wanita – seluruh badan kecuali muka dan tapak tangan 11
• Berpakaian sopan menurut syara‟, yaitu tidak tipis sehingga menampakkan warna kulit, tidak ketat sehingga menampakkan bentuk badan dan tudung dilabuhkan melebihi paras dada. Tidak salah berpakaian asalkan menepati standar pakaian Islam. • Hayati pemakaian kita di dalam solat. Sebagaimana kita berpakaian sempurna semasa mengadap Allah, mengapa tidak kita praktikkan dalam kehidupan di luar? Sekiranya mampu, bermakna solat yang didirikan berkesan dan berupaya mencegah kita daripada melakukan perbuatan keji dan mungkar. • Jangan memakai pakaian yang tidak menggambarkan identitas kita sebagai seorang Islam. Hadith Nabi SAW menyebutkan : “Barangsiapa yang memakai pakaian menjolok mata, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan di hari akhirat kelak..” ( Riwayat Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai dan Ibnu Majah) Dalam ayat lain Allah SWT berfirman, “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu dan anak-anak perempuanmu dan juga kepada istriistri orang mu‟min: „Hendaklah mereka mengulurkan jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka.‟ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, sehingga tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” (QS. 33: 59)
Ketiga, tidak berbuat sesuatu yang dapat mendekatkan diri pada perbuatan zina (QS. 17: 32) misalnya berkhalwat (berdua-duaan) dengan lawan jenis yang bukan mahram. Nabi bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah berkhalwat dengan seorang wanita (tanpa disertai mahramnya) karena sesungguhnya yang ketiganya adalah syaithan (HR. Ahmad). Keempat, menjauhi pembicaraan atau cara berbicara yang bisa „membangkitkan selera‟. Arahan mengenai hal ini kita temukan dalam firman Allah,
“Hai para istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti perempuan lain jika kamu bertaqwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara hingga berkeinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya. Dan ucapkanlah perkataan yang ma‟ruf.” (QS. 33: 31). Berkaitan dengan suara perempuan Ibnu Katsir menyatakan, “Perempuan dilarang berbicara dengan laki-laki asing (non mahram) dengan ucapan lunak sebagaimana dia berbicara dengan suaminya.” (Tafsir Ibnu Katsir, jilid 3) Wahai isteri-isteri Nabi, kamu semua bukanlah seperti mana-mana perempuan Yang lain kalau kamu tetap bertaqwa. oleh itu janganlah kamu berkata-kata Dengan lembut manja (semasa bercakap Dengan lelaki asing) kerana Yang demikian boleh menimbulkan keinginan orang Yang ada penyakit Dalam hatinya (menaruh tujuan buruk kepada kamu), dan sebaliknya berkatalah Dengan kata-kata Yang baik (sesuai dan sopan). (Al-Ahzaab : 32).
12
Melunakkan suara berbeda dengan merendahkan suara. Lunak diharamkan, manakala merendahkan suara adalah dituntut. Merendahkan suara bermakna kita berkata-kata dengan suara yang lembut, tidak keras, tidak meninggi diri, sopan dan sesuai didengar oleh orang lain. Ini amat bertepatan dan sesuai dengan nasihat Luqman AL-Hakim kepada anaknya yang berbunyi : “Dan sederhanakanlah langkahmu semasa berjalan, juga rendahkanlah suaramu (semasa berkata-kata), Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai” (Surah Luqman : ayat 19). Penggunaan perkataan yang baik ini perlu dipraktikkan sama ada melalui perbualan secara langsung tidak langsung , contohnya melalui SMS, Yahoo Messengger ataupun apa yang ditulis di dalam Facebook karenanya menggambarkan keperibadian penuturnya. Berkaitan dengan ungkapan yang baik ini, di dalam Al-Quran ada beberapa bentuk ungkapan yang wajar kita praktikkan dalam komunikasi seharian yaitu: 1. Qaulan Sadida (An-Nisa‟ :9) : Isi pesanan jujur dan benar, tidak ditambah atau dibuat-buat 2. Qaulan Ma‟rufa (An-Nisa : 5) :Menyeru kepada kebaikan dan kebenaran 3. Qaulan Baligha (An-Nisa‟ : 63) : Kata-kata yang membekas pada jiwa 4. Qaulan Maisura (Al-Isra‟ : 28) : Ucapan yang layak dan baik untuk dibicarakan 5. Qaulan Karima (Al-Isra‟: 23) : Perkataan-perkataan yang mulia
Kelima, hindarilah bersentuhan kulit dengan lawan jenis, termasuk berjabatan tangan sebagaimana dicontohkan Nabi saw, “Sesungguhnya aku tidak berjabatan tangan dengan wanita.” (HR. Malik, Tirmizi dan Nasa‟i).
Hadith Nabi SAW : “Sesungguhnya kepala yang ditusuk besi itu lebih baik daripada menyentuh kaum yang bukan sejenis yang tidak halal baginya.” (Riwayat At-Tabrani dan Baihaqi). Selain itu, dari Aisyah :”Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membait.”(Riwayat Bukhari). Dalam keterangan lain disebutkan, “Tak pernah tangan Rasulullah menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hal ini dilakukan Nabi tentu saja untuk memberikan teladan kepada umatnya agar melakukan tindakan preventif sebagai upaya penjagaan hati dari bisikan syaitan. Selain dua hadits di atas ada pernyataan Nabi yang demikian tegas dalam hal ini, bekiau bersabda: “Seseorang dari kamu lebih baik ditikam kepalanya dengan jarum dari besi daripada menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani).
Keenam, hendaknya tidak melakukan ikhtilat, yakni berbaur antara pria dengan wanita dalam satu tempat. Hal ini diungkapkan Abu Asied, “Rasulullah saw pernah keluar dari masjid dan pada saat itu bercampur baur laki-laki dan wanita di jalan, maka beliau
13
berkata: “Mundurlah kalian (kaum wanita), bukan untuk kalian bagian tengah jalan; bagian kalian adalah pinggir jalan (HR. Abu Dawud). Selain itu Ibnu Umar berkata, “Rasulullah melarang laki-laki berjalan diantara dua wanita.” (HR. Abu Daud).
2.6 Bolehkah kita jatuh cinta? Mendengar judul diatas, pasti mungkin terkesan agak lebay untuk ukuran karya tulis ilmiah (pendapat saya), tapi ya sudahlah, karna ini yang ingin saya bahas kali ini, Kami tidak bisa mengatakan bahwa cinta itu halal atau haram, karena itu perasaan. Seuatu yang tidak di bawah kendali kita. Anda dapat menilai apa yang berada di bawah kendali. Tetapi orang-orang yang jatuh cinta dalam banyak kisah jauh dari suasana dan murni dan suci. Pernikahan yang baik dan langgeng bisa jadi dimulai dari sedikit rasa sayang. Kemudian kasih sayang tumbuh setelah menikah dan mungkin itu akan tumbuh sampai di dalam surga. Jika Anda memiliki kasih sayang terhadap seseorang, Anda harus bertanya pada diri sendiri: mengapa kamu menyukai orang itu? Jika Anda pertimbangkan dengan nilai Islam, juga alas analasan yang rasional, jangan terlalu mengedepankan perasaan dalam menilai seseorang, tidak perlu anda buru-buru menyatakan peerasaan anda. Namun, Anda dapat membuat perencanaan serius agar dia bisa menerima anda. Jika Anda ingin tahu apa itu fitnah, maka sebagian besar dari fitnah adalah cinta atau asmara. Dalam konteks ini, kami ingin mengutip fatwa berikut yang menjelaskan hukum syariat tentang jatuh cinta: "Jika kita berbicara tentang emosi yang kita sebut" cinta "maka kita hanya berbicara tentang perasaan. Apa yang kita rasakan terhadap orang tertentu tidak penting, sampai perasaan itu membawa kita kepada sebuah tindakan. Jika perasaan itu membawa tindakan yang syar‟I (halal dan boleh), maka itu baik dan bagus. Jika perasaan itu membawa pada tindakan yang dilarang, maka kita perbuatan itu adalah maksiat. Jika itu adalah cinta antara seorang pria dan seorang wanita, emosi atau perasaan itu tidak akan ditanyakan di yaumul hisab. Jika Anda merasa Anda mencintai seseorang, maka sesungguhnya perasaan adalah perkara diluar kendali kita. Jika cinta itu membawa anda diam-diam memperhatikan orang yang anda cintai itu , maka ekspresi dari perasaan itu yang halal yang dalam ikatan. " Shedding cahaya lebih pada masalah di titik kami ingin mengutip kata-kata Sheikh Ahmad Kutty, pengajar senior dan ulama Islam di Institut Islam Toronto, Ontario, Kanada. Dia menyatakan: Dalam Islam, itu bukan dosa jika Anda merasa afinitas khusus atau kecenderungan terhadap seorang individu tertentu karena manusia tidak memiliki kontrol pada kecenderungan alami seperti. Kami, bagaimanapun, jelas bertanggung jawab dan akuntabel jika kita terbawa oleh perasaan tersebut dan mengambil tindakan tertentu atau langkah-langkah yang mungkin dianggap sebagai haram (dilarang).
14
Sejauh interaksi pria dan wanita yang bersangkutan, Islam memberi aturan ketat: Ini melarang semua bentuk 'kencan' dan kholwat dengan lawan jenis, serta pencampuran. Namun, jika salah satu tidak ada di atas, dan semua yang dia inginkan adalah untuk serius mempertimbangkan menikahi seseorang, seperti hal itu sendiri tidak dianggap haram. Bahkan, Islam mendorong kita untuk menikahi orang untuk siapa kita memiliki perasaan khusus dan afinitas. Dengan demikian, Islam menganjurkan agar pasangan pernikahan potensial melihat satu sama lain sebelum meminta nikah. Menjelaskan alasan rekomendasi tersebut, Nabi (damai dan berkah besertanya) mengatakan: "Itu akan meningkatkan / menumbuhkan ikatan." Izin Meskipun demikian, kami menyarankan agar terbawa oleh hanyalah penampilan luar seseorang, ini mungkin cukup menyesatkan. Pernikahan adalah kemitraan seumur hidup dan nilai riil seseorang ditentukan bukan oleh-Nya atau penampilan fisiknya, tetapi lebih oleh orang dalam atau karakter. Oleh karena itu, setelah disebutkan bahwa orang biasa mencari keindahan, kekayaan dan keluarga dalam pasangan perkawinan, Nabi (damai dan berkah besertanya) menasehati kita untuk mempertimbangkan terutama "faktor agama atau karakter" atas dan di atas semua pertimbangan lainnya. Islam tidak mengizinkan hubungan terlarang antara seorang pria dan seorang wanita. Allah telah menetapkan pernikahan sebagai sarana yang sah untuk memuaskan hasrat seksual, dan melalui pernikahan seorang pria dan wanita membentuk sebuah keluarga berdasarkan hukum Allah, dan anak-anak mereka yang sah. Dalam Islam, tidak ada hal seperti hubungan pacar-pacar. Anda menikah atau Anda tidak. Untuk memiliki pacar atau pacar, tidak peduli tingkat interaksi dan keterlibatan, benar-benar haram! Kontak antara jenis kelamin merupakan salah satu pintu yang mengarah ke fitnah (godaan). Syari'ah diisi dengan bukti yang menunjukkan bahwa itu adalah penting untuk berhati-hati jatuh ke dalam perangkap dari setan dalam hal ini. Ketika Nabi (damai dan berkah Allah besertanya) melihat seorang pemuda hanya melihat seorang wanita muda, ia memalingkan kepalanya sehingga membuatnya berpaling, maka ia berkata: "Saya melihat seorang pria muda dan seorang wanita muda, dan saya tidak percaya setan untuk tidak menggoda mereka." HR. al-Tirmidzi (885) dan digolongkan sebagai hasan oleh alAlbani dalam Shahih al-Tirmidzi. Ini tidak berarti bahwa itu adalah haram bagi seorang pria atau wanita menyukai orang tertentu yang ia memilih untuk menjadi pasangan hidup, dan merasakan cinta untuk orang tersebut dan ingin menikahi mereka jika memungkinkan. Cinta harus dilakukan dengan hati, dan mungkin muncul dalam hati seseorang untuk alasan dikenal atau tidak dikenal. Tetapi jika itu karena pencampuran atau mencari atau percakapan haram, maka itu juga haram. Jika itu karena kenalan sebelumnya, yang terkait atau karena mendengar tentang orang itu, dan satu tidak bisa menangkal it off, maka tidak ada yang salah dengan cinta itu, begitu lama sebagai salah satu mematuhi batas suci yang ditetapkan oleh Allah. Syaikh Ibnu 'Utsaimin (semoga Allah merahmatinya) berkata: Seseorang mungkin mendengar bahwa seorang wanita adalah karakter yang baik dan berbudi luhur dan berpengetahuan, sehingga ia mungkin ingin menikahinya. Atau seorang wanita dapat mendengar bahwa seorang pria adalah karakter yang baik dan berbudi luhur dan berpengetahuan dan agama berkomitmen, jadi dia mungkin ingin menikah dengannya. Tapi kontak antara dua orang yang mengagumi satu sama lain dengan cara yang tidak islami dapat diterima adalah masalah, yang mengarah ke konsekuensi bencana. Dalam hal ini tidak diperbolehkan bagi orang untuk berhubungan dengan wanita atau wanita untuk berhubungan dengan pria itu, dan 15
mengatakan bahwa ia ingin menikahinya. Sebaliknya ia harus memberitahu dia wali (wali) bahwa ia ingin menikahinya, atau dia harus mengatakan padanya wali bahwa dia ingin menikah dengannya, seperti 'Umar (semoga Allah senang dengan dia) lakukan ketika dia menawarkan Hafsah putrinya menikah dengan Abu Bakr dan 'Uthmaan (semoga Allah senang dengan mereka berdua). Tapi jika wanita kontak manusia secara langsung atau jika pria wanita kontak langsung, ini mungkin mengarah ke fitnah (godaan). Liqaa'aat al-Baab il-Maftuh
Mungkin untuk kita sebagai seorang remaja, kalau kita terlanjur cinta pada seseorang, ya rasakan saja, namanya juga hidup.., hehe tapi ingat, bukan berarti langsung tembak ini tembak itu, tapi rasakan dan tahan sampai kita dewasa, baru dating kerumah nya dan bicara pada orang tuanya.
16
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari uraian yang telah dikemukakan terdahulu dapat dinyatakan bahwa, Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan, tapi sebagaimana kita tau, didalam islam tidak ditemukan kata “pa‟ca‟ran” sehingga kita dituntut untuk meninggalkan aktivitas yang kebanyakan menimbulkan dampak negatif pada kita tersebut, bukan berarti juga kalau kita tidak boleh jatuh cinta atau bahasa kerennya falling in love, islam sangat mengaggungkan yang namanya cinta, jadi sangat disayangkan kalau kita hanya menggunakannya untuk aktivitas – aktivitas yang membuang waktu , untuk kita para remaja, mungkin falling in love nya harus di tahan dulu sampai kita sudah siap untuk “pacaran halal”, kita bisa menggunakan waktu yg berharga ini dengan cara bantu – bantu ortu, ngaji, belajar bareng, dll., dan seperti yang sudah diuraikan diatas, cara menyatakan cinta yang benar adalah dengan ta‟aruf bukan pacaran (kalau yang sudah siap), ta‟aruf sangat berbeda dengan pacaran. Islam telah mengatur segala jenis urusan kita, mulai dari kita bangun tidur sampai tidur lagi. 3.2 Kritik dan Saran Saya menyarankan kepada para pembaca khususnya remaja, untuk lebih detail lagi dalam memandang suatu hal, jangan pandang sisi positifnya saja, perlu diperhatikan sisi negatifnya juga. 3.3 Penutup Demikian karya tulis ini untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia. Semoga dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan pembaca pada umumnya mengenai pencegahan penggunaan narkoba yang dapat merusak masa depan kita. Atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
17
DAFTAR PUSTAKA Siauw Felix, 2013 “Udah putusin aja” BNN Jakarta
http://id.wikipedia.org http://sangwidy.wordpress.com http://www.sman11mks.com http://fauzanppsi.blogspot.com\
18
View more...
Comments