Kartu Status (Kelompok 1)
August 26, 2022 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download Kartu Status (Kelompok 1)...
Description
Kelompok 1
Kartu Status Dosen Pembimbing : drg. Diana Wibowo, Sp. Ort drg. Gusti Muhammad Perdana Putera
1.
ANAMNESA
Nama pasien dan jenis kelamin Dalam pengisian kartu status ortodonsia, operator perlu menanyakan identitas pasien terutama nama pasien. Nama pasien harus ditulis secara lengkap agar dapat membedakan pasien tersebut dengan pasien lain yang memiliki nama depan yang sama atau mirip, sehingga dapat mengurangi resiko tertukarnya kartu status. Selain itu, fungsi dari penulisan nama ini adalah agar operator dapat lebih mudah memanggil pasien dan dapat terjalin
keakraban antara pasien dengan operator operator..
mengetahui jenis kelamin pasien adalah untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan dan perkembangan antara laki-laki dan perempuan. Terdapat perbedaan waktu, kecepatan, jumlah pertumbuhan dan perkembangan pasien. Misalnya, ukuran rahang laki-laki lebih besar daripada perempuan. Proses pertumbuhan dentofasial pada perempuan lebih cepat selesai daripada laki-laki. Selain itu, proses penulangan dan erupsi gigi lebih awal pada perempuan daripada laki-laki. Dari Hubungan segi psikologi perawatan pasien laki-laki dan Wanita memiliki perbedaan, yiatu: yiatu : Pasien wanita lebih sensitive daripada pasien laki-laki oleh karena itu perawatan harus dilakukan dengan cara yang lebih lembut dibanding pasien laki-laki Pasien wanita lebih memperhatikan secara detail keteraturan giginya daripada pasien laki-laki Pasien wanita biasanya lebih tertib dan lebih telaten daripada pasien laki-laki dalam melaksanakan insruksi perawatan
2. Pekerjaan Pasien
Fungsi ditanyakannya pekerjaan pasien adalah untuk mengetahui status ekonomi pasien yang dapat berperan dalam keberhasilan perawatan. Selain itu, pekerjaan pasien juga berhubungan dengan kebutuhan perawatan pasien. Seseorang yang pekerjaannya sering berhadapan dengan masyarakat, misalnya seorang guru, biasanya lebih mementingkan estetika dan fungsi bicara selain fungsi pengunyahan.
3. Tempat, Tanggal Lahir
Fungsi ditanyakannya tempat dan
tanggal lahir
pasien
adalah
untuk
memperkirakan: 1. pe pertu rtumb mbuh uhan an d dan an per perke kemb mban anga gan n pas pasie ien n 2. Menget Mengetahui ahui apakah pasien masih dalam masa pertumbuh pertumbuhan an aatau tau suda sudah hb berhen erhenti ti 3. Per Pertum tumbuh buhan an gig gigii geligi geligi masih te terma rmasuk suk pe perio riode de gig gigii susu susu,, campura campuran, n, ata atau u permanen 4.
Gigi yang erups erupsii sud sudah ah se sesuai suai deng dengan an umur umur p pasien asien (menu (menurut rut umur erups erupsii gig gigi) i)
5. Unt Untuk uk me mempe mperki rkirak rakan an wa waktu ktu/lam /lamaa per perawa awatan tan yang yang d dipe iperlu rlukan kan
4. Alamat pasien dan nomor handphone
Tujuan ditanyakannya alamat pasien secara lengkap adalah untuk mengetahui keadaan ekonomi, status sosial dan kondisi lingkungan sekitar pasien Tujuan perlunya mengatahui nomor handphone adalah untuk memudahkan menghubungi pasien kembali dalam perawatan ortodonti.
5. Nama orang tua
Operator juga perlu menanyakan nama orang tua pasien. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kepada siapa operator dapat memberitahu atau meminta persetujuan mengenai rencana perawatan atau berkonsultasi dengan orang tua t ua pasien.
6. Pekerjaan Orang Tua Pekerjaan berperan dalam memperoleh pendapatan guna menjamin kebutuhan hidup, tempat hidup, dan memperoleh tempat pelayanan kesehatan yang diharapkan sehingga semakin baik jenis atau tingkat pekerjaan seseorang maka semakin baik atau banyak pula pendapatan yang didapatkan guna menjamin kebutuhan kesehatan, khususnya kesehatan gigi dan mulut. Orang tua dengan pendapatan yang cukup atau memadai memiliki kesempatan lebih untuk memberikan dan mendapatkan pelayan kesehatan yang lebih baik untuk anak atau remaja. Orang tuamemenuhi dengan status sosial ekonomi kurang memadai akan mengalami kesulitan dalam kebutuhan pokok sehingga pelayanan kesehatan untuk keluarga akan sulit didapatkan.
7. Suku/Bangsa
Pencatatan suku bangsa diperlukan karena suatu kelompok suku bangsa atau ras tertentu akan mempunyai ciri-ciri spesifik yang masih termasuk normal untuk kelompok tersebut (misalnya suku bangsa Negroid sedikit protrusif masih termasuk normal).
8. Alamat Orang Tua
Identitas orang tua diperlukan jika sewaktu-waktu operator perlu konsultasi dengan orang tua pasien.
9. Keluhan Utama
Keluhan utama pasien biasanya berhubungan dengan estetik seperti susunan gigi yang kurnag baik dan mengganggu status sosial serta mengganggu sistem stomatognatik. Tujuannya untuk mengetahui motivasi pasien melakukan perawatan ortodonti.
10. Riwayat Kesehatan Gigi
Untuk mengetahui bahwa pasien pernah atau tidak melakukan perawatan gigi sehingga dapat diketahui tingkatan kekooperatifan dan kesadaran pasien dalam kesehatan gigi dan mulutnya. Untuk ilmu ortodontik secara garis besar data atau informasi bisa didapatkan secara langsung melalui anamnesis seperti melakukan tanya jawab dengan pasien atau orang tua pasien. Juga bisa didapatkan secara tidak langsung melalui evaluasi rekam medik diagnostik seperti model studi dan foto rontgen.
11. Riwayat Kesehatan Umum Pasien
a) Tingg Tinggii Badan dan Berat Badan: mengetahui apakah pertumbuhkembangan pasien normal sesuai umur dan jenis kelaminnya.
b) Traum Traumaa dan Operasi:
apakah pernah mendapat trauma di area wajah dan kepala dan apakah sampai memerlukan tindakan operatif karena salah maloklusi dapat diakibatkan oleh trauma
c) Ale Alerg rgi: i: Perlu diketahui apakah pasien memiliki alergi terhadap obat ataupun produk tertentu. Peranti ortodontik mengandung bahan-bahan yang dapat mengakibatkan alergi seperti niti. Tanda khas pasien alergi bahan ortodontik nikel adalah eritema dan pembengkakan menyeluruh pada jaringan mulut yg timbul 1-2 hari setelah pemasangan.
d)
Kebiasaan Buruk:
Kebiasaan bernafas melalui mulut yang dapat terjadi akibat gangguan pernafasan berpengaruh pada pertumbuhan pertumbuh an kraniofasial dan dan letak gigi.
Pasien dengan kebiasaan bernafas melalui mulut akan memiliki palatum yang dalam, maksila yang sempit dan terkadang didapatkan gigitan silang posterior sehingga akan sulit saat dilakukannya pencetakan untuk model studi ataupun model kerja
e)
Penyakit yang pernah diderita:
Apakah pasien memiliki masalah jantung dan demam rheumatoid, kondisi ini dapat menjadi pertimbangan pertimbang an ketika melakukan pemasangan dan pelepasan cincin peranti cekat, perlu diberi pengobatan untuk mencegah endokarditis bakterial subakut.
Apakah pasien menderita diabetes, karena pasien dengan diabetes lebih sering mengalami gangguan periodontall akibat kekuatan periodonta kekuatan peranti ortodontik ortodontik Adanya atritis atritis berkaitan dg kelainan TMJ, pada pasien pasien dewasa dewasa
yang mengalami mengalami atritis atritis akibat
osteoporosis dengan prostaglandin dosis tinggi atau agen pencegah resorbsi dapat mengganggu pergerakan gigi secara ortodontik. ortodontik.
Adanya tonsil maupun tonsil yg pernah diambil dapat menunjukan adanya gangguan pernapasan.
Pasien dengan epilepsi atau gangguan darah yang memerlukan pencabutan sebelum perawatan, sebaiknya menunda perawatan ortodontik
PEMERIKSAAN KLINIS A. Ekstra Oral 1.
Tipe profil muka
A: Cekung/concave face : letak dagu lebi ke anterior B: Lurus/straight face: membentuk garis lurus dari pangkal hidung ke dasar bibir atas dan dari dasar bibir atas ke dagu C: Cembung/ convex face: garis pertama lurus, garis kedua membentuk sudut karena dagu terletak lebih posterior
Tujuan Tuju an pemeriksaan profil muka, sebagai berikut:
Menentukan
posisi rahang dalam jurusan sagital
Evaluasi bibir dan letak insisivi
Evaluasi proporsi wajah dalam arah vertikal dan sudut mandibula
2. Tipe muka A:Leptoprosop/sempit:
membentuk muka yang
sempit, panjang, dan protrusif B: Mesoprosop/sedang C:Euriprosop/lebar:membentuk muka datar, kurang protrusif
3. Tipe kepala
Bentuk kepala ada 3, yaitu: Brakisefalik Brakisefalik:: lebar dan panjang Mesosefalik : bentuk rata-rata Dolikosefalik: panjang dan sempit
4. Bentuk muka/kepala
Penilaian kesimetrisan wajah dilakukan dengan melihat wajah pasien dari depan untuk memeriksa kesesuaian proporsi lebar mata, hidung dan mulut. Keadaan ini bisa dilihat dengan cara wajah dibagi pada garis median dan dibandingkan sisi kiri dan kanan. Proporsi yang dibentuk yaitu garis vertikal dan horizontal. Garis vertikal dibentuk dari nasion sampai subnasal Garis horizontal dibentuk oleh titik kedua pupil, kemudian tarik garis dari pupil ke bawah lalu diproyeksikan terhadap terhadap garis bibir
Hidung dan dagu harus berada pada bagian sentral, dengan lebar hidung sama atau
sedikit lebih besar dari bagian sentral wajah Jarak interpupil →sama dengan lebar mulut
5.
Tonus Otot Bibir Atas dan Bawah
b ibir menutup dengan mudah tidak ada kontraksi berlebih. Tonus normal: bibir Hi Hipo poton tonus us
: kead keadaa aan n bib bibir ir yan yang g pende pendek k sehi sehingg nggaa haru haruss be berk rkont ontra raks ksii ji jika ka akan menutup bibir
Hipert ertonus onus Hip
otot berlebih
: keada keadaan an bibi bibirr yang yang panja panjang ng diman dimanaa pa pada da saa saatt me menut nutup up to tonus nus
Pemeriksaan posisi bibir pada waktu istirahat (rest position) : terbuka / menutup
Bibir kompeten:
Bibir cukup panjang untuk dapat mencapai kontak bibir atas tanpa
kontraksi otot pada saat mandibula dalam keadaan istirahat Bibir tidak kompeten
Bila diperlukan kontraksi otot untuk mencapai kontak bibir atas dan bawah pada saat mandibula dalam keadaan istirahat.
Secara anatomis bibir pendek adanya celah yang lebar antara bibir atas dan bawah padadengan posisi istirahat.
PEMERIKSAAN KLINIS A. Intra Oral 1.
Mukosa Mulut
Apa mukosa saja Adayang ataudiperiksa tidaknya pada iritasi, ulcer, mulut? dll Penundaan perawatan jika terdapat perdangaan atau sariawwan Tidak ada check biting ( apabila ada diduga pasien suka menggigit
bagian pipi sehingga akan berdampak pada plat orthodonyic yang menjadi longgar). Mengecek mukosa apakah terdapat inflamasi dan hipertropoi yang menunjukkan OH buruk.
2. Lidah
Gambaran umum lidah : Lidah adalah organ yang sebagian besarnya terdiri dari otot dan dilapisi oleh jaringan lembap berwarna merah muda yang disebut dengan mukosa. Di permukaan lidah, terdapat struktur yang berbentuk seperti rambut-rambut halus bernama papila. Papila inilah yang membuat lidah terasa sedikit kasar saat disentuh.
Apa saja yang diperiksa pada lidah? 1. Warna arna li lidah dah Perubahan warna pada lidah menandakan adanya ketidakseimbangan didalam tubuh, perubahan warna lidah diantaranya seperti:
Lidah merah terlalutubuh banyak hawapanas panasdan di semakin dalam tubuh. Semakin merahmenunjukkan warna lidah, maka semakin parah penyakit. Lidah pucat menunjukkan kurangnya darah atau tubuh yang dingin. Semakin pucat lidah, maka semakin dingin tubuh atau semakin kurangnya darah di dalam tubuh seperti kelemahan, anemia, dll.
Lidah berwarna ungu menunjukkan adanya hambatan di suatu tempat atau
mungkin lebih dari satu tempat di dalam tubuh
2. Bentuk dan Ukuran Lidah Makroglosia : ukuran lidah besar dibandingkan ukuran lengkung gigi rahang
bawah, tampilan klinis creanated tongue, rahang bawah multiple diastem, crossbite. Sehingga menyebabkan relaps dalam perawatan ortho dan plat ortho tidak stabil
Mikroglosia : ukuran lidah lebih kecil, posisi posisi lidah lebih lebih ke posterior, maksila kurang berkembang
Lidah bengkak menunjukkan bahwa transportasi cairan tubuh tidak bergerak dengan lancar. Melihat hal ini pada orang dengan masalah pencernaan. Jika lidah bengkak dan berwarna ungu, masalah lebih banyak berhubungan dengan sirkulasi darah
Lidah pendek dan sangat tipis dapat menunjukkan kekeringan atau kekurangan cairan di dalam tubuh. Seringkali ketika seorang wanita mengalami menopause, lidahnya menjadi lebih kering serta berwarna lebih merah
3. Palatum
Pasien dengan pertumbuhan rahang rahang atas kurang ke lateral
(kontraksi) biasanya palatumnya tinggi sempit, sedangkan yang pertumbuhan berlebihan (distraksi) biasanya mempunyai palatum rendah lebar. Jika ada kelainan lainnya seperti adanya peradangan, tumor, torus, palatoschisis. Palatal tinggi adalah ciri utama dari penyempitan apical tulang alveolar maksila, yang sering terjadi pada kasus mouth-breathing kronis, rakhitis, dan pada jenis sucking habits Pemeriksaan menggunakan dental mirror a. Dal Dalam am : apa apabil bilaa de denta ntall mirr mirror or u ukur kuran an 4, >1/2 >1/2 tid tidak ak tterl erliha ihatt b. Sedang : apabila denta dentall mirror ukuran 4, ½ terlihat c. Dan Dangka gkall : apab apabila ila d dent ental al mirro mirrorr uku ukuran ran 4 4,, >1/ >1/2 2 ter terlih lihat at
4. Tonsil
Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati warna, permukaan, serta ukuran tonsil.
Hiperemis biasanya terjadi pada peradangan tonsil seperti tonsilitis yang dapat disebabkan oleh adanya infeksi virus maupun bakteri
Tonsilitis merupakan gangguan utama yang sering menyerang tonsil dan secara umum terbagi atas tonsilitis akut dan kronik
Berdasarkan ukuran dibedakan menjadi a)
T0 : tons tonsil il yang yang sudah sudah dian diangk gkat at total total lewat lewat oper operasi asi
b)
T2 : tonsil yang membesar mencapai mencapai pilar tonsil
c) d)
T1 : tonsi tonsill yang yang norma normal, l, tersem tersembun bunyi yi di bali balik k pilar pilar to tonsi nsill T3 : tons tonsil il yang yang membes membesar ar mele melebih bihii pilar pilar ton tonsil sil
e)
T4 : tonsil tonsil y yang ang membesar membesar hingga hingga melew melewati ati batas batas tengah tengah (uvula) (uvula)
Pemeriksaan Klinis Intra Oral Fase Gigi Geligi sangat menentukan rencana perawatan orthodonti baik itu masa, sehingga diperlukan modifikasi perawatan orthodonti. growth sprut/masa mixed dentition
Fase gigi geligi Sulung / Bercampur / Tetap
● Sulung: gigi sulung pertama muncul – gigi M1 permanen erupsi ● Bercampur: M1 erupsi pertama kali – gigi C trakhir tanggal ● Tetap: Seluruh gigi permanen sudah erupsi
Melakukan pemeriksaan keadaan geligi
● Impaksi : gigi erupsi sebagian atau tidak dapat erupsi karena terhalang tulang dan jaringan lunak di sekitarnya ● Agenesis : tidak ada benih gigi ● Gigi kelebihan : supernumerary ● Benih gigi : (apabila dalam fase gigi bercampur)
Pada kasus yang berat yang berhubungan dengan skeletal:
● Melakukan analisis foto panoramic foto panoramic untuk melihat kelainan rongga mulut secara keseluruhan atau adanya kelainan atau penyakit sistemik. Pada foto ini juga dapat dilihat ukuran dan bentuk condylus. pada foto panoramik, gambaran gigi geligi beserta jaringan periodontal, periodontal, struktur tulang tulang rahang dan sendi sendi TMJ dapat dapat dilihat dalam satu satu film. Oleh karena karena itu foto panoramik diperlukan diperlukan ketika akan akan mendiagnosa mendiagnosa setiap kasus orthodonti. orthodonti.
● Melakukan analisis foto sefalometri dilakukan jika dibutuhkan penilaian maloklusi hubungannya dengan struktur tulang tengkorak.
ANALISA FUNGSIONAL
FREE WAY SPACE ● Disebut
juga
dengan
jarak
interoklusal ● Free way space adalah celah antara permukaan
oklusal
gigi
geligi
ketika dalam posisi istirahat. ● Jarak
interoklusal
pada
posisi
istirahat sekitar 2-4 mm ● Ditentukan berdasarkan keseimbangan otot elevator dan depressor rahang bawah dan sifat elastis keseluruhan jaringan lunak gigi alami.
( Amiruddin dan Thalib, 2019).
● Dapat diukur secara tidak langsung dengan mencari selisih antara DV istirahat dengan DV oklusi pada saat gigi geligi dalam keadaan oklusi. (Amiruddin dan Thalib, 2019).
( Amiruddin dan Thalib, 2019).
Cara pengukuran FWS ● Penderita didudukkan dalam posisi istirahat ( rest position ), kemudian ditarik garis yang menghubungkan antara titik di ujung hidung dan ujung dagu (paling anterior) dan dihitung berapa jaraknya. ● Penderita dalam keadaan oklusi sentris , kemudian ditarik garis yang menghubungkan antara titik di ujung hidung dan ujung dagu (paling anterior) dan dihitung berapa jaraknya. ● Nilai FWS = jarak jarak pada saat posisi istirahat istirahat dikurangi dikurangi jarak pada saat oklusi oklusi sentris.
(Rahardjo, 2014; Amiruddin dan Thalib, 2019).
PATH OF CLOSURE ● Adalah arah gerakan mandibula dari posisi istirahat ke oklusi sentrik. ● Ideal path of closure dari posisi istirahat ke posisi oklusi maksimum berupa gerakan engsel sederhana melewati free way space yang besarnya 2-3 mm. ● Normal apabila apabila gerakan mandibula mandibula ke atas, ke muka muka dan belakang belakang..
(Raharjo, 2011)
Cara pengukuran path of closure
1.
Penderita Penderita didudukk didudukkan an pada pada posisi posisi istirahat istirahat ( rest position position), ), dilihat dilihat posisi posisi garis garis media mediannya nnya..
2.
Penderita Penderita diinst diinstruksi ruksikan kan untuk untuk oklusi oklusi sentris sentris dari dari posisi posisi istirahat istirahat dan dan dilihat dilihat kembali kembali posisi posisi garis garis mediann mediannya. ya. Apabila posisi garis median pada saat posisi istirahat menuju oklusi sentris tidak terdapat
pergeseran (sliding) (sliding) berarti tidak ada gangguan path of closure. closure. Apabila posisi garis median pada saat posisi istirahat menuju oklusi sentris terdapat pergeseran
(sliding) berarti terdapat gangguan path of closure.
(Raharjo, 2011)
● Kelainan path of closure: - Deviasi Deviasi mandibula Path of closure berawal dari posisi kebiasaan mandibula akan tetapi ketika gigi mencapai oklusi maksimum mandibula dalam posisi relasi sentrik. - Displacement Displacement mandibula Path of closure yang berawal dari posisi istirahat, akan tetapi oleh karena adanya halangan oklusal maka didapatkan displacement mandibula.
(Raharjo, 2011)
Pemeriksaan TMJ
● Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan metode yang sesuai untuk mengetahui fungsi dan biologi sendi temporomandibula. MRI dapat memberikan informasi yang jelas mengenai diskus artikularis, adanya adhesi, perforasi. ● Keuntungan: tidak menggunakan radiasi ionisasi, tanpa rasa sakit, tanpa distorsi jaringan. ● Kerugian: Biayanya cukup mahal.
(Raharjo, 2011)
Pemeriksaan Pola Atrisi ● Keparahan atrisi ditentukan berdasarkan beberapa dimensi yang diukur, yaitu adanya bruxism, adanya atrisi, arah atrisi, bentuk atrisi, lokasi atrisi, dan derajat atrisi. Data tersebut lalu disesuaikan dengan Indeks Atri Atrisi si Gigi (Richards dan Brown) dengan skala sebagai berikut: ● skala 0 jika tidak ada atrisi/keausan dan tidak ada perubahan yang terjadi pada morfologi gigi akibat bruksisma, ● Skala 1 jika keausan kecil,tonjol masih utuh dan perubahan belum terlihat jelas, ● Skala 2 jika keausan terlihat sejajar dengan permukaan oklusal dan melibatkan kurang dari 1/3 dentin dan sudah terjadi perubahan morfologi ● Skala 3 jika keausan pada tonjol atau groove dan melibatkan dentin lebih 1/3 permukaan, dan perubahan bentuk sudah terlihat jelas ● Skala 4 jika keausan email sampai dentin sekunder hingga pulpa dan perubahan yang terjadi telah terlihat jelas.
(Asmawati, 2014)
Perlu diperiksa gigi yang ada dan dicatat keadaannya. Pada fase pergantian geligi, gigi permanen yang tidak ada pada rongga mulut perlu dilihat pada rontgenogram. Begitu juga adanya kelebihan dan kelainan lain.
• Oral Hygene Kebersihan mulut yang terjaga dengan baik merupakan indicator perhatian pasien terhadap giginya serta diharapkan kerja sama yang baik antara dokter dan pasien. Perawatan ortodonti tidak boleh dimulai jika kebersihan mulut
• Karies Pemeriksaan gigi dengan karies perlu dilakukan karena gigi yang karies merupakan penyebab utama maloklusi local. Karies juga merupakan faktor penyebab premature loss sehingga terjadi pergeseran gigi permanen, erupsi gigi permanen yang lambat dan lain-lain.
(Raharjo, 2011)
• Tumpatan Gigi dengan karies maupun tumpatan yang lebar hendaknya
diperiksa
prognosisnya dalam
terlebih jangka
dahulu
panjang. Hal
mengenai tersebut
dikarenakan akan mempengaruhi pemilihan gigi apabila diperlukan pencabutan dalam perawatan ortodontik.
(Raharjo, 2011)
● Kehilangan gigi Jika seseorang kehilangan giginya, baik karena baik karena dicabut atau tanggal sendiri, hal tersebut akan mengakibatkan beberapa kondisi yang kurang baik seperti migrasi dan rotasi, erupsi berlebih dari gigi antagonis,
terganggunya
kebersihan
mulut,
dan
sebagainya. Kehilangan gigi disebabkan oleh gangguan selama inisiasi dan tahap proliferasi pembentukan gigi. Gigi juga dapat hilang akibat trauma.
(Raharjo, 2011)
Alasan Erupsi Tertunda: 1. Adanya Adanya gigi gigi supernumer supernumerary: ary: Ini Ini akan bertin bertindak dak sebagai sebagai ganggu gangguan an mek mekanis anis terhadap erupsi 2. Kehilang Kehilangan an dini gigi gigi sulung: sulung: Menghas Menghasilkan ilkan pemben pembentukan tukan ttulang ulang ssklero klerotik tik padat padat di atas gigi permanen. Ini menunda erupsi gigi permanen. 3. Barier Barier mukosa mukosa adalah adalah penyebab penyebab umu umum m keterlambat keterlambatan an erupsi. erupsi. Eksisi Eksisi barier barier mukosa mukosa akan mencegah masalah ini. 4. Gangguan Gangguan endokrin endokrin:: Hipofungs Hipofungsii endokr endokrin in kelenjar kelenjar,, seperti hi hipoti potiroidi roidisme, sme, hipopituitarisme hipopituitaris me dan hipoparatiroidisme hipoparatiroidisme paling sering dikaitkan dengan erupsi tertunda. 5. Ankilosi Ankilosiss gigi gigi sulung sulung menund menundaa erupsi erupsi gi gigi gi pe permane rmanen n penerus. penerus. 6. Banyak Banyak kelainan kelainan geneti genetik k yang berhub berhubunga ungan n dengan dengan ket keterlam erlambatan batan eerupsi rupsi g gigi igi permanen.
(Premkumar, 2015)
Analisis Study Model
BENTUK LENGKUNG GIGI
● Bentuk lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah : Parabola / Setengah elips / Trapeziod / U-form / V-form / Setengah lingkaran
Ciri-ciri: 1.
Parabola Parabola : Kaki Kaki lengku lengkung ng (dari (dari P1 sampai sampai M2 M2 kanan kanan dan kiri) kiri) beberbe beberbentuk ntuk garis lurus lurus dever devergen gen ke poster posterior ior dengan posisi gigi M2 merupakan terusan kaki lengkung, sedangkan puncak lengkung (C – C) berbentuk garis lengkung (curved).
2.
Setengah Setengah elips elips : Kaki Kaki lengkun lengkung g berbentuk berbentuk garis garis lengku lengkung ng konver konvergen gen ke poste posterior rior ditand ditandai ai oleh oleh posisi posisi gigi gigi M2 mulai berbelok kearah median line, sedangkan puncak lengkung juga merupakan garis lengkung (curved).
3.
Tr Trapezo apezoid id : Kaki Kaki lengkung lengkung merupa merupakan kan garis garis lurus lurus deverg devergen en ke posteri posterior or dan punca puncak k lengkung lengkung merup merupakan akan garis datar di anterior dari gigi C – C.
4.
U-form U-form : Kaki Kaki lengkung lengkung merup merupakan akan garis garis lurus lurus sejajar sejajar ke ke posterior posterior,, sedangkan sedangkan punca puncak k lengkung lengkung m merup erupakan akan garis lengkung.
5. V-form : Puncak lengkung merupakan garis lurus devergen ke posterior, tetapi puncak lengkung merupakan garis menyudut ke anterior ditandai dengan posisi gigi I2 masih merupakan terusan kaki lengkung
lurus konvergen ke anterior.
6. Setengah lingkaran : Kaki lengkung dan puncak lengkung merupakan garis lengkung merupakan bagian dari setengah lingkaran. Ini biasanya dijumpai pada akhir periode gigi desidui sampai awal periode gigi campuran (mixed dentision)
GARIS MEDIAN Median line gigi rahang atas dan rahang bawah : normal / tidak normal, segaris / tidak segaris.
Amati posisi garis tengah gigi rahang atas dan rahang bawah terhadap sutura palatina mediana jika didapatkan penyimpangan, penyimpangan, kearah mana penyimpangannya penyimpangannya dan ukur seberapa besar penyimpangan tersebut
Overjet Penilaian overjet untuk semua gigi insisiv. Penilaian dilakukan dengan mennempatkan penggaris Indeks PAR sejajar dataran oklusal dan radial lengkung gigi, Jika terdapat dua insisivus yang crossbite dan memiliki overjet 4mm, skornya 3 (untuk crossbite) ditambah 1 (untuk overjet 4 mm), sehingga total skornya adalah 4.
Overbite
Penilaian ini untuk semua ggi insisiv yang dinilai dari jarak tumpeng tindiih dalam arah vertical gigi insisiv atas terhadap panjang mahkota klinis gigi insisiv bawah, dan dinilai berdasarkan besarnya gigitan terbuka. Skor yang dicatat adalah nilai overbite yang terbesar diantara gigi insisiv.
Analisa Study Model 5.
Cr Cro ossbi ssbitte : Ada/T a/Tidak dak Ada ○ Crossbite anterior: anterior: Gigi anterior atas lebih ke lingual daripada gigi anterior rahang bawah ○ Crossbite posterior: posterior: Gigi posterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi posterior
rahang bawah
crossbite anterior
Crossbite posterior
6.
Dia iasstem tema: Ada/ da/Tida idak Ada
Diastema adalah ruang dua gigi yang berdekatan, gingiva di antara gigi-gigi kelihatan. Adanya Adanya diastema pada fase geligi pergantian masih merupakan keadan normal, tetapi adanya diastema pada fase geligi permanen perlu diperiksa lebih lanjut untuk mengetahui apakah keadaan tersebut suatu keadaan yang tidak normal.
7.
Relasi Relasi Oklus Oklusi: i: K Klas las I Angle/ Angle/Kl Klas as II Angle/ Angle/ Klas Klas III Angle Angle
Klasifikasi Maloklusi menurut Angle
●
Klas I Angle: Cups mesiobukal M1 RA terletak pada buccal grove M1 RB
● Klas II Angle: Cups mesiobukal M1 RA terletak pada ruang antara cups mesiobukal M1 RB dan tepi distal cups gigi P2 RB.
○ Klas II Divisi 1: anterior RA protrusi ○ Klas II Divisi 2: anterior RA retrusi
● Klas III Angle: Cups mesiobukal gigi M1 RA beroklusi dengan bagian distal M1 dan tepi mesial cups gigi M2 RB (mesioklusi)
8.
Ju Jumla mlah h Le Leba barr 4 inc incis isiv ivee RA RA:: … mm mm:: no norma rmal/ l/tid tidak ak n nor orma mall
● Ukuran umum incisiv sentral permanen: 8-10 mm ● Ukuran umum incisiv lateral permanen: 6-8 mm
9. Jumlah rerata ukuran gigi: 28-36 mm= normal ● Jumlah dari ukuran gigi yang di atas rerata: makrodontia (>36) ● Jumlah dari ukuran gigi yang di bawah rerata: mikrodontia ( 110° untuk rahang bawah sudutnya > 90° terhadap garis mandibula. mandibula. ● Retrusi : kelainan kelompok gigi anterior atas yang sudut inklinasinya terhadap garis maksila < 110°, untuk rahang bawah >kelainan suatu keadaan beberapagigi gigisama mengalami *oligodontia > gigi yang tidak terbentuk > 4 gigi Gigi yang agenesis biasanya adalah gigi sejenis tetapi yang letaknya lebih distal sehingga dapat dipahami bahwa yang sering sering agenesis adalah adalah M3,P2,I2. Kelebihan Jumlah Gigi *yang paling sering ditemukan adalah gigi kelebihan yang terletak di garis median rahang atas > mesiodens *terletak disekitar insisiv lateral > laterodens *premolar tambahan bisa sampai 2 premolar tambahan pada 1 sisisehingga pasien mempunyai 4 premolar pada 1 sisi. Adanya gigi kelebihan dapat menghalangi terjadinya oklusi normal. ●
Letak Salah Benih Gigi
Salah letak benih gigi adalah kelainan dalam proses tumbuh kembang yang selain menyebabkan gigi berjejal (croweded,), persistensi (gingsul, gigi susu tidak lepas), bisa juga menyebabkan impaksi.
Kelainan Patologik
Kelainan patologik seperti pasien yang menderital diabetes mellitus, artriti artritis, s, dll.
Defek Kogenital
Salah satu kelainan kogenital yang paling sering terjadi adalah cleft palate yang dapat mengakibatkan gangguan penelanan, pernapasan, perkembangan wajah, dan malposisi gigi geligi sehingga mengakibatkan maloklusi.
ANALISA ETIOLOGI MALOKLUSI ● ●
Maloklusi merupakan penyimpangan dari pertumbuhkembangan disebabkan faktor-faktor tertentu. Penyebab maloklusi yang spesifik sulit dipastikan, karena sebagian besar merupakan interaksi faktor genetik dan lingkungan.
1. FAKTO AKTOR R KETU KETURU RUNA NAN N ● ●
●
Faktor keturunan mempengaruhi dimensi kraniofasial, ukuran, dan jumlah gigi. Disproporsi ukuran gigi dan ukuran rahang yang menghasilkan maloklusi berupa gigi berdesakan atau maloklusi berupa diastema multipel. Disproporsi ukuran, posisi dan bentuk rahang atas dan rahang bawah yang menghasilkan relasi rahang yang tidak harmonis.
2. DISHARMONI DENTOMAKSILE D ENTOMAKSILER R
DDM merupakan disproporsi besar gigi dengan lengkung geligi. Faktor utama penyebab DDM adalah faktor herediter. Tanda-tanda klinis khas DDM: ● ●
● ●
Tidak ada diastema fisiologi pada fase gigi sulung. Saat insisive sentral permanen akan erupsi, gigi meresorpsi akar insisive sentral sulung dan insisive lateral sulung secara bersamaan sehingga insisive lateral sulung tanggal prematur. Insisive sentral permanen tumbuh dalam posisi normal oleh karena mendapat tempat yang cukup. Pada saat insisive lateral permanen akan erupsi terdapat 2 kemungkinan: kemungkinan: meresorpsi akar kaninus sulung sehingga tanggal prematur atau insisive lateral tumbuh di palatal sesuai dengan letak benihnya.
DDM
3. KEBIASAAN BURUK o o o o
Kebiasaan buruk dapat merubah posisi anatomis gigi sehingga menyebabkan maloklusi. Tongue thrust swallowing: menyebabkan protrusi insisive dan open bite anterior. Bernafas lewat mulut: maxilla sempit, palatum dalam, dan gigi crowding. Menggigit bibir atau kuku: bibir bawah terus menerus terletak di antara gigi insisive mandibula dan maxilla menyebabkan labioversi insisive maxilla
4. PREMATURE LOSS
Premature loss merupakan suatu keadaan gigi sulung yang tanggal sebelum waktu erupsi gigi pengganti. Premature loss dapat mempengaruhi panjang lengkung rahang sehingga ruangan untuk erupsi gigi pengganti tidak akan cukup. Akibat ruangan yang tidak cukup akan berdampak pada penyimpangan oklusi seperti rotasi, gigi berjejal, mesial drifting yang dikenal sebagai maloklusi.
5. KELAINAN OTOT MULUT
o
Tekanan otot bibir, pipi, dan lidah memberikan pengar pengaruh uh besar terhadap letak gigi.
o
Makroglosia: dapat mengubah keseimbangan tekanan lidah dengan bibir dan pipi sehinggan insisive labioversi.
o
Bibir pada keadaan tertentu menjadi pendek sehingga memberikan tekanan yang lebih besar dengan akibat insisive tertekan ke arah palatal.
Diagnosis maloklusi Dalam menentukan diagnosis maloklusi diperlukan pemeriksaan menyeluruh agar didapatkan seluruh data pasien yang akan akan dirawat dan seberapa seberapa jauh terjadi penyimpanga penyimpangan n dari keadaan normal. normal.
Data yang perlu diketahui meliputi keinginan pasien untuk perawatan ortodonti, riwayat kesehatan umum, riwayat kesehatan gigi, pemeriksaan intraoral dan ekstraoral, hubungan rahang dan gigi geligi dalam tiga bidang orientasi orientasi baik secara langsung langsung maupun tidak langsung langsung (misalnya, dari model model studi) serta pemeriksaan pemeriksaan pada jaringan lunak. lunak.
(Pambudi Rahardjo, 2012)
Klasifikasi Maloklusi Menurut Klasifikasi Angle : ●
Maloklusi Kelas I Angle
Maloklusi kelas I Angle merupakan maloklusi yang paling sering ditemui dengan prevalensi >50%. Terdapat relasi lengkung anteroposterior yang normal dilihat dari relasi molar pertama permanen (netroklusi). Kelainan yang menyertai dapat berupa, misalnya, gigi berdesakan, gigitan terbuka, protrusi dan lain-lain.
(Pambudi Rahardjo, 2011
• Maloklusi Kelas II Angle Lengkung rahang bawah paling tidak setengah tonjol (cusp) lebih ke distal daripada lengkung atas dilihat dari relasi molar pertama permanen (distoklusi).
• Maloklusi Kelas II Divisi I Angle Insisivi atas protrusi sehingga didapatkan jarak gigit besar, tumpang gigit besar dan kurva spee positif.
(Pambudi Rahardjo, 2011)
●
Maloklusi Kelas II Divisi II Angle Insisivi sentral atas retroklinasi. Insisivi lateral atas proklinasi, tumpang tumpang gigit besar (gigitan dalam). Jarak gigit bisa normal atau sedikit bertambah.
(Pambudi Rahardjo, 2011)
●
Maloklusi Kelas III Angle
Lengkung rahang bawah paling tidak setengah tonjol (cusp) lebih mesial terhadap lengkung atas dilihat pada relasi molar pertama permanen (mesioklusi) dan terdapat gigitan silang anterior. anterior.
(Pambudi Rahardjo, 2011)
Maloklusi adalah penyimpangan letak gigi atau malrelasi lengkung gigi (rahang) di luar rentang kewajaran yang dapat diterima. Maloklusi dapat disebabkan adanya kelainan gigi dan malrelasi lengkung gigi atau rahang. Berikut beberapa kelainan gigi yang dapat menyebabkan terjadinya maloklusi.
1. Gigi Gigi yang yang Ekto Ektopi pik k Gigi yang ektopik dapat diartikan sebagai gigi yang berada tidak pada tempatnya. Contoh gigi yang paling sering mengalami mengalami erupsi erupsi ektopik adalah adalah gigi Caninus atas.
(Rahardjo P, 2016).
2. Ukuran Gigi
Ukuran gigi secara umum mempunyai ukuran tertentu seperti: a.
Inci Incici civu vuss cen centr tral al perm perman anen en at atas as (8 (8-1 -10 0 mm) mm)
b.
Incicivus lateral atas(6-8 atas(6-8 mm)
c.
P1 dan dan P2 ((k kur uran ang g le leb bih 7 mm mm)
d.
Mol Molar (k (ku uran rang leb lebiih 10 10 mm mm).
e.
Inc Incici icivu vuss ce centr ntral al dan dan late lateral ral perm permane anen n bawah bawah (kuran (kurang g lebih lebih 5 mm) mm)
f.
C da dan P (kurang lleebih 6 mm)
g.
Mol Molar (k (ku uran rang leb ebiih 10 mm).
(Rahardjo P, 2016
●
Ukuran gigi yang diatas rerata disebut makrodonti dan yang dibawah rerata disebut mikrodonti. Ukuran gigi yang paling bervariasi ada incicivus lateral rahang atas yang cenderung lebih kecil. (Rahardjo P, 2016)
3. Bentuk Gigi ● ● ●
Peg Shaped: Bentuk gigi berupa pasak. Geminasi: satu benih gigi yang tumbuh menjadi dua gigi
utuh atau sebagian tetapi akarnya satu.
Fusi: Dua benih gigi yang tumbuh menjadi satu gigi dengan mahkota yang besar tetapi akarnya tetap
dua. ●
Dilaserasi: akar gigi yang tidak normal bentuknya biasa bengkok.
(Rahardjo P, 2016
Geminasi
Fusi
Dilaserasi
4. Jumlah Gigi
Kelainan jumlah gigi yang berupa kelebihan gigi disebut hiperdontia. Sedangkan untuk kekurangan gigi disebut hipodontia.
Gambaran radiografi gigi yang hiperdontia.
5. Agenesis Gigi Permanen
Agenesis berarti benih gigi yang tidak terbentuk. Ada beberapa keadaan mengenai agenesis gigi permanen, seperti: seperti: 1. 2.
Anod Anodon onti tia: a: Sem Semua ua ben benih ih gig gigii ti tida dak k terb terben entu tuk. k. Hipo Hipodo dont ntia ia:: Ag Agen enes esis is seju sejuml mlah ah gi gigi gi..
3.
Olig Oligod odon onti tia: a: Ag Agen enes esis is gig gigii lebih lebih dar darii empa empat. t.
(Rahardjo P, 2016
6. Gigi Sulung Tanggal Prematur Gigi sulung yang tanggal prematur dapat menimbulkan dampak gigi-gigi sebelahnya bergeser. 7. Gigi Berdesakan Gigi berdesakan ditandai adanya tumpang tindih (overlapping) gigi-gigi yang berdesakan. Penyebabnya dapat terjadi karena gigi sulung yang tanggal prematur kemudian gigi yang berdekatan bergeser sehingga gigi permanen pengganti tidak mendapat tempat (Rahardjo P, 2016).
Rencana Perawatan
Tujuan Perawatan
●
Mendapatkan kesehatan mulut dan gigi
●
Mendapatkan estetik muka dan geligi
●
Mendapatkan fungsi kunyah dan bicara yang baik
●
Mendapatkan Mendapatk an stabilitas hasil perawatan
Pertimbangan Perawatan
● Keinginan pasien ● Wajah pasien ● Susunan dan simetri gigi dalam rahang ● Relasi gigi dan rahang dalam jurusan sagital, transversal, dan horizontak
Prinsip Dasar Perawatan
● Kesehatan mulut ● Perencanaan perawatan rahang bawah ● Perencanaan perawatan rahang atas ● Relasi gigi posterior ● Pengjangkaran ● Masa retensi
Prinsip Dasar Perawatan
Kesehatan mulut
● Gigi-geligi yang karies, kalkulus, dan penyakit periodontal periodontal harus ditangani ● Penyakit sistemik harus terkontrol
Perencanaan perawatan rahang bawah
● Perawatan RB, terutama regio insisivi diutamakan ● Insisivi stabil (di antara lidah, bibir, dan pipi), jika tidak stabil bisa relaps
Prinsip Dasar Perawatan
Perencanaan perawatan rahang atas
Perawatan RA menyesuaikan RB relasi kaninus kelas 1 banyak tempat yang dibutuhkan dan banyaknya kaninus diretraksi
Relasi gigi posterior
Diupayakan mendapat mendapat relasi molar kelas 1
Prinsip Dasar Perawatan
Pengjangkaran
Pertimbangan penjangkaran: ● Mencegah terjadinya kehilangan penjangkaran yang berlebihan ● Apakah penjangkaran cukup dari gigi yang ada atau perlu penjangkaran dari tempat lain
Masa retensi
● Mencegah relaps
● Memerlukan kepatuhan pasien
Penyediaan Ruangan dalam Perawatan Ortodonti
Kategori kebutuhan ruangan gigi berdesakan: ● Ringan = 8 mm
Penyediaan ruangan diperoleh dari enamel stripping, ekspansi lengkung gigi, distalisasi molar, memproklinasikan insisivi, dan mencabut gigi permanen
Penyediaan Ruangan dalam Perawatan Ortodonti
Enamel stripping stripping
● Pengurangan enamel (0, 25 mm) pada tiap sisi distal atau mesial dengan metal abrasive strip
● Dapat dilakukan untuk memperbaiki gigi dan titik kontak ● Enamel stripping pada pada insisivus 2 mm ● Enamel stripping pada seluruh rahang rahang 5-6 mm ● Perlu aplikasi fluor setelah prosedur enamel stripping
Penyediaan Ruangan dalam Perawatan Ortodonti
Ekspansi
● Transversal: dapat dilakukan di RA, terutama jika ada crossbite posterior. Ekspansi transversal anterior koreksi gigi yang berdesakan ● Sagital: Memperpanjang lengkung gigi. Ekspansi sagital anterior perhatikan gigi paling anterior tidak mengganggu mengganggu profil pasien
Penyediaan Ruangan dalam Perawatan Ortodonti
Distalisasi molar
● Menambah ruang pada kasus penetapan ruang dengan pencabutan yang belum memenuhi syarat lebar ruang atau molar terlalu bergeser ke mesial P2 premature loss
● Dilakukan dengan peranti lepasan atau headgear (2-3 mm tiap sisi), dan peranti cekat RA
Memproklinasikan Insisivi
● Tindakan ini dapat dilakukan apabila insisivi terletak retroklinasi dan profil muka yang tidak cembung. ● Bila tindakan ini dilakukan berlebihan dapat menyebabkan profil menjadi lebih cembung dan insisivi yang proklinasi cenderung relaps.
Pencabutan Gigi Permanen
● Pencabutan gigi permanen perlu dilakukan apabila diskrepansi total menunjukkan kekurangan termpat lebih dari 8 mm. ● Diskrepansi total terdiri atas diskrepansi model, diskrepansi sefalometrik, kedalaman kurva Spee dan perkiraan banyaknya banyaknya kehilangan kehilangan penjangkaran. penjangkaran. ● Mendatarkan kurva Spee yang kedalamannya kurang dari 3 mm diperlukan tempat 1 mm, bila lebih besar daripada 5 mm diperlukan tempat tempat 2 mm
●
Sebelum dilakukan pencabutan gigi permanen pada masa geligi pergantian perlu diperhatikan bahwa gigi permanen yang lain
●
ada meskipun saat itu masih belum erupsi Hal yang perlu diperhatikan:
1.
Progn Prognosis osis gigi, gigi, misalnya misalnya aadany danyaa karie kariess yang be besar sar dis diserta ertaii kela kelainan inan pa patolog tologis is pada aapikal pikal yang yang seandain seandainya ya dir dirawat awat progno prognosis sis gigi tersebut dalam jangka lama masih diragukan.
2.
Let Letak ak gig gigii ssang angat at menyi menyimpa mpang ng dari dari leta letak ky yang ang nor norma mal. l.
3.
Bany Banyak akny nyaa ttem empa patt yan yang gd dib ibut utuh uhka kan n
4.
Relasi in insisivi
5.
Kebu Kebutuhan tuhan penjangka penjangkaran ran apakah apakah perlu digunakan digunakan penj penjangka angkaran ran maksimum maksimum atau tida tidak k
6.
Profi Profill pasien pasien apakah apakah pen pencabu cabutan tan ya yang ng dila dilakukan kukan d dapat apat m menye enyebabk babkan an per perubaha ubahan n profi profill pasien, pasien, misalnya misalnya pasien pasien de dengan ngan pr profil ofil vang lurus dengan adanya pencabutan dapat menyebabkan menyebabkan profil menjadi cekung
7.
Tuj Tujuan uan perawa perawatan tan apa apakah kah pe perawa rawatan tan ko kompre mprehensi hensiff atau ataukah kah pe perawa rawatan tan kom komprom promii atau ba bahkan hkan ha hanya nya pe perawa rawatan tan pe penunja nunjang. ng.
Pertimbangan pemilihan gigi yang akan dicabut: ● Insisivi: gigi ini jarang dipilih karena estetis.Insisivi bawah kadang-kadang dicabut jika peridontalnya peridontalnya tidak mendukung dan terdapat gigi berdesakan di anterior pada maloklusi kelas I/III ● Kaninus: yang terletak ektopik, terletak jauh menyimpang menyimpang ● Premolar pertama: paling sering dicabut untuk perawatan ortodonti bila kekurangan tempat sedang sampai banyak. Premolar Premolar pertama dicabut dicabut untuk meng mengoreksi oreksi berdesakan berdesakan baik di anterior maupun maupun di posteri posterior. or. Bila Bila premolar pertama dicabut dicabut pada saat kaninus kaninus sedang bererupsi biasanya biasanya kaninus secara spontan spontan menempati menempati bekas pencabutan pencabutan premolar pertama. pertama. Sebagian besar ruangan ruangan bekas pencabutan pencabutan premolar premolar pertama dipakai dipakai
untuk koreksi berdesakan di anterior.
● Premolar kedua: bila kebutuhan tempat ringan sampai sedang (4mm) ● Molar pertama: menyediakam ruang yang banyak sehingga dapat mengkoreksi kelainan di anterior yang parah ● Molar kedua permanen: gigi ini diindikasikan untuk dicabut jika berdesakan diposterior ● Molar ketiga permanen: gigi ini diindikasikan untuk dicabut jika berdesakan diposterior dan tidak diindikasikan jika hanya untuk berdesakan di anterior
Perencanaan Perawatan pada Kelainan Relasi skeletal ● Modifikasi Pertumbuhan (grouth modification) modification)
Perawatan untuk memodifikasi pertumbuhan dapat dilakukan pada pasien yang masih dalam masa pertumbuhan dan memperbaiki memperbaiki relasi rahang. Perawatan Perawatan ini lebih banyak berhasil untuk untuk mengoreksi mengoreksi kelainan skeletal dalam arah anteroposterior, anteroposterior, misalnya pada maloklusi kelas II divisi 1
● Kamuflase secara Ortodonti 1.
Kasus ringan
2.
Kel Kelain ainan an ske skelet letal al yan yang g ring ringan an mem member berika ikan n hasi hasill pera perawat watan an yan yang g baik se sedan dangka gkan n kela kelaina inan n skeletal yang parah kadang-kadang tidak dapat memberikan hasil yang seperti yang diharapkan. Biasanya kelainan skeletal dalam jurusan sagital yang memberi hasil yang baik.
● Orthognathic Surgery Sesuai dengan namanya perawatan ini merupakan gabungan perawatan ortodonti dan pembedahan untuk menempatkan gigi dan rahang dalam posisi yang normal sehingga menghasilkan estetik wajah yang baik. Tindakan pembedahan dilakukan sesudah pasien tidak mengalami pertumbuhan lagi.
Perawatan Ortodonti pada Orang Dewasa
● Perawatan komprehensif dimaksudkan untuk mendapatkan hasil estetik dan fungsi yang paling baik
dengan cara menggerakkan gigi dan lengkung geligi dan biasanya menggunakan peranti cekat sedangkan pada kasus-kasus tertentu dilakukan orthognathic surgery. ● Perawatan penunjang dilakukan untuk menunjang perawatan bidang lain, misalnya bila molar pertama permanen hilang hilang molar kedua menjadi menjadi mesiok mesioklinasi. linasi. Bila pasien pasien ini memerlukan memerlukan jembatan maka maka molar kedua permanen perlu ditegakkan dengan peranti ortodonti.
Prognosis Tergantung: diagnosis, etiologi, perencanaan perawatan, pemilihan peranti yang digunakan jaringan
penyangga gigi, gigi, kooperasi pasien. pasien.
Perawatan Maloklusi Kelas 1 Angle • Maloklusi kelas 1 --> dianggap normal • Perawatan umumnya ditujukan pada kelainan letak, jumlah, ukuran, dan bentuk • Kelainan skeletal pada maloklusli kelas 1 --> kelainan jurusan transversal --> crossbite posterior --> rapid maxillary expansion
Perawatan Maloklusi Kelas 2 dan Kelas 3 Angle
Tergantung pada keparahan oklusi, usia pasien, dan peranti • Stabilitas hasil perawatan harus dijaga
KOMPONEN RETENTIF
● Klamer/Clasp dan Modifikasinya Klamer adalah suatu bengkokan kawat merupakan bagian/komponen retentif dari alat ortodontik lepasan . Bagian retensi dari Alat Lepasan umumnya berupa cangkolan/klamer/clasp dan kait / hook, berfungsi untuk : 1.
Me Menj njag agaa ag agar ar p pla latt te teta tap p me mele leka katt di d dal alam am m mulu ulut. t.
2.
Mem Memper pertah tahank ankan an sstab tabili ilitas tas ala alatt p pada ada saa saatt mu mulut lut ber berfung fungsi. si.
3.
Memba Membantu ntu ffungsi ungsi gigi penja penjangkar/a ngkar/anchorag nchorage, e, m menghas enghasilkan ilkan kekuat kekuatan an pe pertahana rtahanan n ya yang ng be berlawan rlawanan an aarah rah dengan kekuatan yang dihasilkan oleh bagian aktif untuk menggerakkan gigi.
4.
Kla Klamer mer d dapa apatt di diberi beri tam tambah bahan an h hook ook u untuk ntuk tem tempat pat can cantol tolan an eelas lastik tik..
Klamer dipasang pada gigi dapat memberikan tahanan yang cukup terhadap kekuatan yang dikenakan terhadap gigi yang digerakkan. Dapat menahan gaya vertikal yang dapat mengangkat plat lepas dari rahang dan menggangu stabilitas alat . Pemilihan jenis , jumlah dan letak penempatan klamer pada gigi anchorage tergantung kepada: jumlah
spring yang dipasang, letak spring, serta bentuk dan jumlah gigi penjangkarnya.
Macam-macam klamer Macam-macam klamer dan modifikasinya yang di pakai sebagai komponen retentif pada alat ortodontik lepasan adalah : 1.
Klam Klamer er C / Simp Simple le/B /Buc ucca call Cla Clasp sp..
2.
Kla Klamer mer Ad Adams / Ad Adams ams Cla Clacp cp..
3.
Klam Klamer er kepa kepala la pana panah h / Arro Arrow w Hea Head d Cla Clasp sp
4.
Bentuk Bentuk modifikas modifikasii (Kawat (Kawat tunggal, tunggal, Ring, Ring, Triang Triangulair ulair,, Arrowhea, Arrowhea, Pinball) Pinball)
● Adams’ Clasps dan variasinya
Klamer C (Simple/Bukal Clasp) ● Klamer ini biasanya dipasang pada gigi molar kanan dan kiri tetapi bisa juga pada gigi yang lain. Pembuatannya mudah, tidak memerlukan tang khusus, tidak memerlukan banyak materi kawat, tidak melukai mukosa , retensinya cukup, tetapi tidak efektif jika dikenakan pada gigi desidui atau gigi permanen yang baru erupsi. ● Ukuran diameter kawat yang dipakai : untuk gigi molar 0,8 – 0,9 mm, sedangkan untuk gigi premolar dan gigi anterior 0,7 mm.
Bagian-bagiannya terdiri dari: ● Lengan: Berupa lengkung kawat dari ujung membentuk huruf C memeluk leher gigi di bagian bukal dari mesial ke distal di bawah lingkaran terbesar(daerah undercut), satu milimeter di atas gingiva dengan ujung telah ditumpulkan. ● Pundak : Merupakan lanjutan dari lengan dibagian distal gigi berbelok ke lingual atau palatinal menelusuri daerah interdental. kawat di daerah ini hindari jangan sampai tergigit. ● Basis: Merupakan bagian kawat yang tertanam di dalam plat akrilik, ujungnya diberi bengkokkan untuk retensi.
Klamer Adams (Adams Clasp) ● Klamer Adams merupakan alat retensi plat aktif yang paling umum digunakan . Biasanya dikenakan pada gigi molar kanan dan kiri serta pada gigi premolar atau gigi anterior. ● Diameter kawat yang digunakan : 0,7 mm untuk gigi molar dan premolar serta 0,6 mm untuk gigi anterior.
Bagian-bagiannya Bagian-bagian nya terdiri dari :
● Cross bar : Merupakan bagian kawat sepanjang 2/3 mesiodistal gigi anchorage yang akan dipasangi, posisi sejajar permukaan oklusal, oklusal, terletak 1 mm disebelah buk bukal al permukaan bukal bukal , tidak tergigit tergigit ketika gigi gigi beroklusi. ● U
loop
:
Terletak
diujung
mesial
dan
distal
cross
bar.
Menempel
pada
permukaan
gigi
di
daerah
undercut
bagian
mesiobukal
distobukal
● Pundak: Merupakan lanjutan dari U loop yang melewati daerah interdental dibagian oklusal sisi mesial dan distal gigi anchorage.Tidak tergigit sewaktu gigi beroklusi. ● Basis : Ujung kawat pada kedua sisi tertanam didalam plat akrilik, diberi bengkokan untuk retensi.
dan
Komponen Aktif Komponen aktif piranti lepasan berfungsi menggerakkan gigi. Komponen Kompone n aktif terdiri atas bermacam-macam pegas, busur labial, sekrup ekspansi dan elastic.
A.
Pe Pega gas/ s/Au Auxi xill llia iary ry Spr prin ings gs
B.
Busu Busurr Labi Labial al / Labi Labial al Arch Arch / Labi Labial al Bow Bow
C.
Sk Skru rup p Eksp Ekspan ansi si / Expa Expans nsio ion n Sc Scre rew w
D.
Kare Karett Elas Elasti tik k / Elas Elasti ticc Ru Rubb bber er
A. Pegas/ Auxilliary Springs
Auxilliary springs adalah pir-pir ortodontik yang digunakan untuk menggerakkan gigigigi yang akan dikoreksi baik secara individua individuall atau beberapa gigi secara bersama-sama.
Macam-macam spring : 1.
Finger Finger spring spring : Pir Pir jari merupa merupakan kan bagian bagian reten retentif tif dari dari alat ortodo ortodontik ntik lepasa lepasan n yang menye menyerupai rupai jari-j jari-jari ari sebuah sebuah lingkaran memanjang dari pusat lingkaran ke sisi lingkaran (lengkung gigi)
2.
Simple Simple spring spring :Simp :Simple le spring spring Berfungs Berfungsii untuk untuk menggerak menggerakkan kan gigi gigi individ individual ual ke aarah rah labial labial atau atau bukal bukal
3.
Loop spring spring / Buccal Buccal retractor retractor spring spring : Pir Pir ini dipak dipakai ai untuk untuk meretrak meretraksi si gigi gigi kaninus kaninus atau atau premola premolarr ke distal. distal.
4.
Continou Continouss spring spring : Pir ini ini berfungsi berfungsi untuk untuk mendo mendorong rong dua dua gigi gigi atau lebih lebih secara secara bersam bersama-sam a-samaa kearah kearah labial/bu labial/bukal kal misalnya gigi-gigi insisivus, kaninius atau premolar.
B. Busur Labial / Labial Labia l Arch / Labial Bow Busur labial aktif digunakan untuk menarik insisivi ke lingual. Pemilihan penggunaan busur sebagian tergantung pada operatornya dan sebagian tergantung pada banyaknya retraksi yang dikehendaki. Busur yang lentur yang dibuat dari kawat berdiameter 0,5 mm, seperti retractor Roberts, paling sesuai untuk mengurang mengurangii jarak gigi yang besar. besar. Tetapi untuk menarik menarik gigi anterior anterior sedikit, dapat digunakan digunakan busur busur yang kurang lentur. lentur.
Beberapa contoh busur labial 1.
Retraktor Roberts
2.
Busu Busurr lab labia iall Tin Tingg ggii den denga gan n Peg Pegas as Ap Apro ron n
3.
Bus Busur lab labial den dengan gan Lup Lup U
4.
Busu Busurr d den enga gan n Sel Self-s f-str trai aigh ghte teni ning ng Wir ires es
5.
Busu Busurr Labi Labial al deng dengan an Lup Lup Ter Terba bali lik k
6.
Busur Mills
C. Skrup Ekspansi / Expansion Screw
Sekrup ekspansi dapat digunakan untuk mengekspansi lengkung geligi ke arah transversal maupun sagittal, anterior maupun posterior tergantung jenis dan penempatan sekrup. Satu sekrup kecil dapat menggerakkan satu gigi ke arah labial atau bukal.
Sekrup dengan guide pin ganda lebih stabil, tetapi sekrup dengan pin tunggal lebih berguna apabila tempatnya sempit, misalnya di rahang bawah.
D. Karet Elastik / Elastic Ela stic Rubber Elastik jarang digunakan bersamaan dengan pemakaian piranti lepasan. Kadang-kadang Kadang-kadang elastic digunakan untuk retraksi insisivi atas maupun bawah. Tampilan elastic pada piranti tidak terlalu mencolok, namun elastic mudah tergelincir ke servikal sehingga menyebabkan trauma pada gingiva.
Hal ini dapat dihindari dengan memasang bracket pada permukaan labial insisivus sentral kemudian menempatkan menempatk an elastic lebih insisal daripada bracket. Pemakaian elastic intramaksiler pada piranti seperti ini
sebaiknya dihindari karena ada kecenderungan lengkung insisivi menjadi datar.
Komponen pasif
● Komponen pasif merupakan komponen/alat ortodonti yang digunakan untuk mempertahankan posisi gigi setelah perawatan selesai, atau mempertahankan ruangan setelah pencabutan awal. ● Contoh :
1.
Busur Lingual
2.
Bite p pllane Ardhana W, 2011
Busur Lingual ● Busur lingual merupakan lengkung kawat dibagian palatinal atau lingual gigi anterior berfungsi untuk : 1.
Me Memp mper erta taha hank nkan an le leng ngku kung ng gi gigi gi bagian palatinal atau lingual
2.
Tem empa patt pe pema matr tria ian n auxi auxill llar ary y
3.
spring Me Memp mper erta taha hank nkan an kedu kedudu duka kan n auxillary spring
4.
Me Meni ning ngka katk tkan an stab stabil ilit itas as di d dal alam am mulut Ardhana W, 2011
Bite Plane
Plat dengan peninggi gigitan (Bite Riser) adalah alat ortodontik lepasan yang dilengkapi dengan peinggi gigitan (Biteplane),
yaitu
penebalan
akrilik
disebelah palatinal/lingual gigi anterior atau disebelah
oklusal
gigi-gigi
posterior
sehingga beberapa gigi di regio lainnya
tidak berkontak saat beroklusi
Ardhana W, 2011
Desain Alat Secara umum, komponen alat orthodonti lepasan dibedakan menjadi 4, yaitu: a.
Komponen Aktif
b.
Komponen Retentif Retentif
c.
Komponen Pasif
d.
Base plate / Lempeng Akrilik
Base plate / plate / Basis Akr Akrilik ilik Basis akrilik berfungsi sebagai tempat melekatnya komponen k omponen aktif dan pasif, menambah penjangkaran, modifikasi basis (seperti ditambah anterior bite plane, plane, posterior bite plane, plane, incline bite plane, plane, sekrup ekspansi atau space atau space maintainer ))..
(Soeprapto, 2017).
●
Syarat dari basis akrilik, yaitu : ● Menutupi seluruh palatum keras (RA) atau vestibulum lingualis (RB), ● Menekan ringan mukosa palatal/lingual untuk meningkatkan retensi ● Tebal 2mm (harus cukup cukup tebal untuk tempat pegas dan tidak mudah patah; serta harus cukup tipis agar nyaman dipakai) ● Permukaan halus, mengkilap, tidak berporus
● Batas posterior pada gigi penjangkaran (Soeprapto, 2017).
DAFTAR PUSTAKA Ekaputri A, et al. Kebutuhan Perawatan Ortodonti Pada Anak Usia 12-14 Tahun, Suku Jawa Di Surabaya Berdasarkan Index Orthodontic Treatment Need. 2016. PhD Thesis. Universitas Airlangga. Haryanti N, Wibowo D, Wardani IK. Hubungan status sosial ekonomi orang tua dengan tingkat kebutuhan perawatan ortodonti siswa SMPN 1 Marabahan. Dentin, 2020, 4.2. Sinarsari NM, Sutana IG. Seni Tiongkok. MendeteksiJURNAL Penyakit YOGA Melalui DAN Lidah KESEHATAN. Dalam Budaya Pengobatan Tradisional 2021 Mar 31;4(1):11-20.
Solossa N, Mengko SK, Tamus AY. Kesehatan Tenggorok pada Siswa di Sekolah Dasar Negeri 11 Manado. Medical Scope Journal. 2021 Jun 27;3(1):90-3.
DAFTAR PUSTAKA Rahardjo Pambudi. Diagnosis Ortodontik. Surabaya: Airlangga University Press; 2011. p80. Rahardjo Pambudi. Ortodontik Dasar. Ed 2. Surabaya: Airlangga University Press; 2012. p70. Raharjo P. P. 2016. Ortodonti Dasar Ed. 2. Airlangga University Press; Surabaya. Iswari H. 2013. Gigi Supernumerary dan Perawatan Ortodonsi. E-Journal WIDYA Kesehatan dan Lingkungan; 1(1): 37-45. Raharjo P. P. 2014. Diagnosis Ortodontik. Airlangg Airlanggaa University Press.
Cholld Z. 2013. Celah Palatum (Palatoscizis). Stomatognatic; 10(2): 99.
DAFTAR PUSTAKA Buku pegangan peranti ortodonti lepasan, Pambudi R. & Soekotjo D., Bag. Ort. FKG Unair, 2003 O-Atlas : atlas of orthodontics and orofacial orthopedic technique, Ursula W., Dentaurum, 2007 Handbook of Orthodontics, Cobourne MT, Di Biase AT, London, Elsevier, 2011, p.209 – 235 Ardhana W. Perawatan Gigitan Silang Gigi Depan Pada Gigi Susu Dengan Dataran Gigitan Miring Akrilik Cekat. Majalah Kedokteran Gigi. Yogyakarta. 2011;18(2):195-199. Soeprapto A. 2017. Pedoman dan Tatalaksana Praktik Kedokteran Gigi. Yogyakarta: Jembatan Merah. Rahardjo Pambudi. 2009. Peranti Ortodonti Lepasan. AUP.
DAFTAR PUSTAKA Amiruddin M Dan Thalib B. V Vertical ertical Dimension Measurement Directly On The Face And Indirectly By Cephalometric Analysis. Makassar Analysis. Makassar Dental Journal . 2019; 8(1): 27-32. Asmawati, Thalib B, Tamril Tamril R. Perubahan Morfologi Gigi P Permanen ermanen Akibat Bruksisma. Dentofacial. 2014;13(2):121. Rahardjo P. 2014. Diagnosis 2014. Diagnosis Ortodontik . Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan UNAIR. Christiono S, Agusmawanti P. 2018. Penatalaksanaan Anterior Crossbite Crossbite dengan dengan Incline Bite Plane Lepasan. Indonesian Journak of Paediatric. Lepasan. Indonesian Paediatric. 1(2): 184-187. Leonardi R, et al. 2020. Evaluation of Mandibular Symmetry and Morphology in Adult Patients with Unilateral Posterior Crossbite: a CBCT Study Using a Surface-to-Surface Matching
Technique. Europian Technique. Europian Journal of Orthodontics. Orthodontics. 1 8. Staley RN, Reske NT. Essentials of Orthodontics Diagnosis and Treatment. UK: Blackwell Publishing; 2011.
Terima Kasih!
View more...
Comments