KARI MARTINSEN
October 24, 2019 | Author: Anonymous | Category: N/A
Short Description
Download KARI MARTINSEN...
Description
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS NURSING PHILOSOPY MENURUT KARI MARTINSEN
Disusun untuk memenuhi Tugas Sains Keperawatan
OLEH KELOMPOK 3: Ida Ayu Kade Sri Widiastuti
1606859456
Ni Kadek Sriasih
1606859600
Grace Yuliona Sirtin Tumakaka
1506778855
Kurniawati
1606947433
Rifka Putri Andayani
1606859701
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN ANAK UNIVERSITAS INDONESIA OKTOBER 2016
1
KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhn Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah sains keperawatan ini dengan judul “Analisis Nursing Phylosopy menurut Kari Martinson”. Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan mata kuliah Sains Keperawatan untuk Program Pasca Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Pada kesempatan ini pula perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih, kepada yang terhormat: 1; Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 2; Koordinator mata kuliah Sains Keperawatan 3; Dosen pembimbing dan pengajar Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan dan pembahasan tugas ini. Penulis merasa masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang ditemukan disini oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kritik dan saran, usulan dan pendapat yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna melengkapi kekurangan dan kelemahan dalam tugas Sains Keperawatan ini. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih dan semoga bermanfaat bagi semua.
Depok, Oktober 2016
Penulis
2
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
i
KATA PENGANTAR
.ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1; Latar Belakang 1.2; Tujuan 1.2; Manfaat
1 2 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1; Latar Belakang Teori 2.2; Sumber Teori 2.3; Konsep Utama dan Definisi 2.4; Fokus Unik 2.5; Asumsi Utama 2.6; Penerimaan oleh Keperawatan Komunitas dan Praktik BAB 3 PEMBAHASAN Analisis Hubungan Teori Kari Martinsen dengan Filosofi dan Keperawatan
3 6 8 10 11 13 Paradigma 15
BAB 4 PENUTUP 4.1 Simpulan 19 4.2 Saran 20 DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................21
BAB I PENDAHULUAN 1.1; Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teori dalam bidang keperawatan mengalami perkembangan secara bekelanjutan dan konsisten. Perawat sebagai ujung
3
tombak bidang kesehatan harus dapat mengaplikasikan konsep-konsep keperawatan yang telah dibangun oleh pakar-pakar keperawatan sebagai bentuk eksistensinya di masyarakat. Filosofi keperawatan yang terus dikembangkan akan menjadi acuan dalam setiap perkembangan teori keperawatan. Pelayanan keperawatan yang berkualitas didapat dari pengembangan filosofi. Filosofi keperawatan yang mendasari pengembangan
teori-teori
keperawatan
yang
disusun
meningkatkan pemahaman terhadap fenomena keperawatan yang mengarahkan perkembangan ilmiah dari ilmu dan praktek
sehingga
terjadi
perkembangan
dalam
profesi
keperawatan. Philosophical Theory diartikan sebagai pernyataan yang mendukung tuntutan ontologi tentang fenomena sebagai pusat perhatian suatu disiplin ilmu, tuntutan epistemic tentang bagaimana fenomena muncul dan tuntutan etik tentang nilai dari suatu disiplin ilmu (Fawcett, 2005). Philosophical Theory merefleksikan kepercayaan atau pandangan. Philosofi keperawatan merupakan suatu pernyataan dari fundamental dan asumsi umum, kepercayaan
dan
prinsip
tentang
pengetahuan
dan
kebenaran
dan
tentangsesuatu yang mencolok yang diperlihatkan dalam metaparadigma (Smith, 2008). Salah satu teori filosofi keperawatan yang dapat diterapkan
oleh
perawat
dalam
pemberian
asuhan
keperawatan kepada pasien adalah teori dari Kari Martinsen. Kari Martinsen mengemukakan teori Philosophy of Caring. Periode
tahun
1976-1986
merupakan
tahun
berkembangnya
teori
Philosophy of Caring dari Martinsen (Kirkevold, 2000). Oleh karena itu kami tertarik membahas lebih detail tentang Teori Phylosophy of Caring dari Kari Martinsen.
1.2; Tujuan Penulisan 1.2.1; Tujuan Umum
4
Penulisan makalah ini adalah menganalisa menganalisis teori Philosophy of Caring
Kari Martinsen.
1.2.2; Tujuan Khusus 1; Mampu memahami latar belakang philosophical theory oleh Kari Martinsen. 2; Mampu memahami sumber philosophical theory oleh Kari Martinsen. 3; Mampu mengidentifikasi konsep utama philosophical theory oleh Kari Martinsen. 4; Mampu memahami fokus utama philosophical theory oleh Kari Martinsen. 5; Mampu memahami asumsi utama philosophical theory oleh Kari Martinsen. 6; Mampu memahami penerimaan oleh keperawatan komunitas dan praktik. 1.3; Manfaat Penulisan Penulisan makalah ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan tentang analisis philosophical theory oleh Kari Martinsen. 1.4; Sistematika Penulisan Adapun sistematika makalah ini adlah sebagai berikut: Bab 1: Pendahuluan Membahas latar belakang, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan. Bab 2: Tinjauan Teoritis Membahas konsep dasar philosophical theory oleh Kari Martinsen. Bab 3: Analisis philosophical theory oleh Kari Martinsen. Bab 4: Kesimpulan dan Saran
5
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.7; Latar Belakang Teori
Karl Marie Martinsen, seorang perawat dan seorang penyusun teori filosofi keperawatan lahir di Oslo, Norwegia tahun 1943 ketika terjadi perang dunia ke II saat Jerman mengekspansi Norwegia. Seusai periode perang, moral dan sosiopolitik menjadi tema utama pembicaraan dalam keluarga Martinsen yang terdiri dari tiga generasi, Martinsen dan adiknya, orang tua dan nenek. Kedua orang tua Martinsen adalah ahli ekonomi, dan Ibu Martinsen pekerja yang sibuk. Setelah lulus sekolah menengah, martinsen melanjutkan pendidikan di Ulleval College of Nursing di Oslo dan lulus
6
tahun 1964. Sambil mempersiapkan diri masuk ke jenjang Universitas, Martinsen sempat bekerja di rumah sakit Ulleval selama satu tahun. Martinsen lalu mangambil spesialisasi keperawatan jiwa dan lulus tahun 1966. Selama bekerja sebagai perawat, Martinsen menjadi lebih peduli dengan kesenjangan sosial yang terjadi dimasyarakat umumnya dan di pelayanan kesehatan khususnya. Sehat, sakit, perawatan dan pengobatan dipandang Martinsen terpola secara unik. Martinsen merasa penasaran dengan adanya perbedaan antara teori ideal dan tujuan pelayanan kesehatan disatu sisi, dengan hasil pelayanan keperawatan, medis dan pelayanan sistem kesehatan
disisi lain. Martinsen mulai mempertanyakan kepedulian
masyarakat dan profesi merawat orang sakit dan pengangguran. Poin utama yang menjadi kegusarannya adalah tentang kepedulian perawat terhadap pasien yang tingkat ketergantungannya tinggi. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana perawat bisa merawat pasien dengan maksimal jika hanya pendekatan medis yang diutamakan. Dengan kata lain bagaimana perawat bisa memberikan layanan keperawatan yang maksimal, seiring dengan pendekatan
medis
yang
diberikan.
Martinsen
berharap
pertanyaan-
pertanyaannya menjadi pendekatan ilmiah dalam ilmu keperawatan. Pertanyaan-pertanyaan Martinsen menjadi studi tambahan baginya saat mengambil kuliah magister psikologi jiwa tahun 1968. Sebagai prasyaratnya, Martinsen harus mengambil mata kuliah fisiologi dan juga mengambil filosofi. Materi kuliah filosofi dan fenomenologi ternyata mengubah pola pikir Martinsen secara drastis. Martinsen merasa bahwa filosofi lebih mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dimilikinya dari pada bidang psikologi. Ketertarikan Martinsen tentang fenomenologi membuatnya melanjutkan kuliah di The University of Bergen, kota terbesar kedua di Norwegia. Selama tahun 1972 sampai 1974, Martinsen kuliah di Fakultas Filosofi University of Bergen. Dalam menyusun disertasinya, Martinsen masih meneruskan studi tentang pertanyaan-pertanyaan yang muncul darinya tentang kebingungannya sebagai warga kota, seorang professional, dan
7
pekerja bidang kesehatan. Disertasinya yang berjudul Philosophy and Nursing: A Marxist and Phenomenological Contribution (Martinsen, 1975) menjadi bahan perdebatan dan mendapat banyak kritikan. Disertasinya adalah disertasi pertama yang ditulis perawat yang mengkritisi bidang keperawatan yang ditinjau dari luar disiplin keperawatan yaitu dari perspektif filosofi dan sosial. Selama rentang tahun 70-an pendidikan keperawatan di Norwegia mengalami pergeseran. Tiga sekolah keperawatan dimasukkan dalam satu universitas. Karena dibutuhkan seorang perawat berkualifikasi pendidikan tinggi, Martinsen diangkat sebagai dekan fakultas keperawatan di University of Bergen selama periode 1976-1977. Martinsen juga mempelopori ide adanya perubahan jenjang pendidikan keperawatan di Norwegia. Jenjang pendidikan yang bermula hanya 4 tahun, Martinsen usulkan ditambah menjadi 4 tahun. Usulan itu menjadi perdebatan yang panas di kalangan asosiasi perawat Norwegia. Tahun 1978, Martinsen mendapat kesempatan bekerja di departemen sejarah Universitas Oslo. Martinsen melanjutkan studinya tentang sosiohistori keperawatan. Periode 1981-1985 Martinsen yang menjadi pengajar di departemen sejarah University of Bergen. Periode tahun 1976-1986 bisa dikatakan tahun berkembangnya filosofi caring dari Martinsen (Kirkevold, 2000). Selama periode tersebut Martinsen bekerjasama dengan Anne Lise Seip, profesor sejarah sosial; Ida Blom, profesor sejarah feminis; dan Kari Warness, profesor sosiologi. Pada tahun 1979, Martinsen dan Warness menerbitkan sebuah buku dengan judul yang provokatif, Caring Without Care? (Martinsen &Warness, 1979). Dibuku ini, Martinsen mengangkat pertanyaan penting, yaitu (1) apakah perawat "bergerak menjauh" dari si sakit?, (2) apakah prinsip “caring” semakin
menghilang ketika
alat
kesehatan dan obat – obatan semakin maju berkembang?, (3) ketika perawat semakin sibuk menjadi administrator dan peneliti apakah perawatan akan semakin banyak diserahkan kepada kelompok okupasi lain?. Periode sejarah keperawatan terutama perawat yang terlatih di Norwegia belum terlalu lama. Sekitar periode akhir 1800an menjadi periode
8
awal adanya perawat yang terlatih di Norwegia. Ketika para suster gereja mendapat pelatihan di Jerman. Mereka adalah peletak dasar pertama sistem pendidikan keperawatan Norwegia. Periode sejarah itu tertulis dalam buku Martinsen, History of Nursing: Frank and Engaged Deaconesses: A Caring Profession Emerges 1860-1905 (Martinsen, 1984). Dari tulisannya itu, Martinsen meraih gelar doctor filosofi dari Universitas Bergen tahun 1984. Dalam mempertahankan disertasinya, Martinsen menyiapkan dua tulisannya Health Policy Problems and Health Policy Thinking behind the Hospital Law of 1969 (Martinsen,1989a) dan The Doctors Interest in Pregnancy-Part of Perinatal care: The Period ca. 1890-1940 (Martinsen, 1989b). Tulisan itu Martinsen buat selama sepuluh tahun perjalanannya dalam mempelajari sosiohistori keperawatan, feminism dan dan sosiohistori kedokteran. Tahun 1986 Martinsen bekerja sebagai associate professor di department of health and social medicine di Universitas Bergen. Martinsen melanjutkan tulisannya tentang filosofi dan menerbitkan karya tulis berjudul Caring, Nursing and Medicine: Historical-Philosophical Essays (Martinsen, 1989c). Dengan hadirnya buku tersebut, menjadi penanda dimulainya periode Martinsen yang lebih filosofis lagi dalam beberapa edisi. Dalam jurnal antologi Denmark yang dipublikasikan 1990, Martinsen menulis jurnal dengan judul Moral Practice and Documentation in Practical Nursing. Tahun 1990 Martinsen pindah ke Denmark dan bekerja di Universitas Arhus. Dalam periode tersebut Martinsen semakin mengembangkan teori filosofinya. Dalam tulisannya yang berjudul Caring, Nursing and Medicine: Historical-Philosophical Essays, Martinsen mengaitkan teorinya dengan teori caring Martin Heldegger (19889-1976) seorang filsuf Jerman yang bersimpati dengan nazi. Selain itu Martinsen juga mempelajari teori aspek caring Knud E Logstrup (1905-1981) seorang ahli teologi dan filsuf Denmark. Ketika di Denmark Martinsen bertemu dengan Patricia Benner dalam diskusi publik di Norwegia, Denmark, dan California. Hasil diskusi mereka dirangkum dalam tulisan yang berjudul Ethics and Vocation, Culture and the Body. Martinsen juga melanjutkan diskusinya dengan Katie Eriksson, seorang professor
9
keperawatan dari Finlandia. Hasil diskusi mereka terangkum dalam tulisan yang berjudul Phenomenology and Caring: three Dialogues (Martinsen, 1996). Periode 1990an pemikiran Martinsen didominasi pemikiran filosofi dan ontologi serta pengaruhnya bagi keperawatan. Bukunya The Eye and The Call yang terbit tahun 2000 lebih bersifat abstrak dari sebelumnya. Dibidang lain Martinsen juga mengembangkan idenya tentang arsitektur. Martinsen menerbitkan artikel yang berjudul The House and The Song, The Tears and The Shame: Space and Architecture as Caretakers of Human Dignity. Martinsen berkontribusi dalam buku ajar keperawatan di Norwegia, yang berjudul The Thoughtful Nurse tahun 1993). Tahun 2003 Martinsen juga mengeluarkan tulisan yang berjudul Ethics, Discipline and Refinement: Elizabeth
Haggemanns
Ethics
Book
New
Readings
(Martinsen
&
Wyller,2003). Buku in menjelaskan analisis teori etik yang dipakai dari 1930 sampai 1965, yang ditulis dua filsuf Perancis Pierre Bourdieu dan Michel Foucault dan juga sosiologis Jerman Max Weber. Tahun 2012, Martinsen bersama dosen lainnya di Harstad University College, menerbitkan buku tentang Narasi dan kode etik keperawatan. Periode pemikiran Martinsen yang panjang
dan
memberi
kontribusi
pada
ilmu
keperawatan
tersebut
mengantarkannya mendapat penghargaan Knight, First Class, of the Royal Norwegian Order of St. Olav di tahun 2011. 2.8; Sumber Teori
Latar belakang teoritis Martinsen yang dalam dirinya menganalisis profesi keperawatan di awal 1970-an, Martinsen tampak tiga filsuf khususnya: filsuf Jerman, politisi, dan ahli teori sosial Karl Marx (1818-1883); filsuf Jerman dan pendiri fenomenologi Edmund Husserl (1859 untuk 1938); dan filsuf Perancis dan fenomenolog tubuh Merleau-Ponty (1908-1961). Kemudian, dia memperluas sumber teoritis untuk menyertakan lainnya filsuf, teolog, dan sosiolog. Karl Marx: Kritis an Analisis Sebuah Praktek Transformatif
10
Filsafat
Marxis
memberi
Martinsen
beberapa
analisis
untuk
menggambarkan realitas disiplin keperawatan dan krisis sosial. Krisis terdiri dari kegagalan disiplin untuk memeriksa dan mengenali sifatnya sebagai terfragmentasi, khusus, dan teknis menghitung, karena berpura-pura perspektif holistik pada perawatan. Dia menemukan bahwa disiplin adalah bagian dari positivisme dan kapitalis sistem, tanpa praksis pembebasan. Karl Marx mengkritik individualisme dan kepuasan kebutuhan orang kaya dengan mengorbankan orang miskin. Martinsen mengatakan bahwa hal itu penting untuk mengekspos fenomena ini ketika terjadi dalam pelayanan kesehatan. paparan seperti realitas ini dapat menjadi kekuatan untuk perubahan. Dia berpendapat bahwa kita harus mempertanyakan sifat keperawatan, konten dan struktur, asal sejarah, dan asal-usul profesi. Ini hasil interogasi disebuah panti kritis praktek sebagai praktisi memandang pekerjaannya dan profesi dalam konteks sejarah dan sosial. kepentingan sejarah Martinsen memiliki kritis dan transformatif niat. Edmund Husserl: Fenomenologi sebagai Sikap alami Fenomenologi Edmund Husserl penting untuk kritik Martinsen ini ilmu pengetahuan dan positivisme. lihat positivisme tentang diri terletak pada sikap objektivikasi dan sikap manusiawi dan menghitung arah orang tersebut. Husserl melihat fenomenologi sebagai ilmu yang ketat. Proses metodologis yang ketat fenomenologi menghasilkan sikap terdiri refleksi atas realitas ilmiah kita, sehingga kita dapat mengungkap struktur dan konteks di mana kita sebaliknya perform diambil-untuk-diberikan dan tidak sadar kerja. Praktek ini adalah tentang membuat diambil-forgranted bermasalah. Dengan problematizing diambil forgranted pemahaman diri, kita menemukan peluang untuk memahami "hal itu sendiri," yang akan selalu mengungkapkan sendiri perspectively. Fenomenologi bekerja dengan pra ilmiah, apa yang kita temui dalam sikap alami, ketika kita diarahkan sesuatu dengan niat untuk mengenali dan memahami itu bermakna. Fenomenologi menekankan pada konteks, keutuhan, keterlibatan, keterlibatan, tubuh, dan kehidupan hidup. Kita hidup dalam konteks, dalam waktu dan ruang, dan kita hidup historis. tubuh tidak
11
dapat dibagi ke dalam tubuh dan jiwa; itu adalah keutuhan yang berhubungan dengan badan-badan lainnya, untuk hal di dunia, dan dengan alam. Merleau-Ponty: The Body sebagai Natural Sikap Maurice Merleau Ponty (1908-1961) dibangun berdasarkan pemikiran Husserl, tetapi berfokus lebih dari yang lain pemikir pada tubuh manusia di dunia. kedua Husserl dan Merleau-Ponty mengkritik Descartes (1596-1650), yang memisahkan orang dari dunia di mana satu hidup dengan orang lain. Tubuh yang mewakili Sikap alami di dunia. Profesi keperawatan berkaitan dengan tubuh dalam semua aspeknya. Kami menggunakan kita sendiri tubuh dalam kinerja peduli, dan kita berhubungan dengan badan-badan lain yang membutuhkan keperawatan, pengobatan, dan peduli. tubuh kita dan orangorang dari pasien kami mengekspresikan sendiri melalui tindakan, sikap, katakata, nada suara, dan gerak tubuh. Fenomenologi melibatkan tindakan interpretasi, deskripsi, dan pengakuan dari hidup kehidupan, kehidupan sehari-hari bahwa orang hidup bersama dengan orang lain di alam bersama, termasuk profesional konteks di mana kepedulian dilakukan. 2.9; Konsep Utama dan Definisi 1;
Perawatan Perawatan adalah suatu bentuk yang bukan hanya sekadar nilai dasar keperawatan, tetapi juga merupakan nilai dasar hidup kita. Perawatan ialah perkembangan positif individu melalui kebaikan. Perawatan berbentuk trinitas, terdiri dari hubungan, praktik, dan moral yang terjadi secara simultan. Perawatan mempunyai arah untuk menuju situasi orang lain. Dalam konteks profesional, perawatan memerlukan pendidikan dan latihan. Tanpa pengetahuan profesional, hubungan dengan pasien akan berubah menjadi sentimentil (Martinsen, 1990). Adanya pengamanan, tidak ada kelalaian, dan tidak sentimentil merupakan ekspresi dari perawatan.
2;
Penilaian Profesional
12
Penilaian
profesional
menunjukkan
kualitas
suatu
hubungan yang sebenarnya. Hal ini bisa dicapai melalui latihan menilai secara profesional baik dalam praktik maupun kehidupan sehari-hari berdasarkan observasi klinis kita. Penilaian profesional tidak hanya dilatih dengan melihat, mendengar dan menyentuh secara klinis, tetapi juga perlu dilatih bagaimana melihat, mendengar, dan menyentuh secara klinis dengan cara yang baik dan benar (Martinsen, 1993). Pasien memberikan kesan yang berbeda-beda pada kita (perawat) karena persepsi seseorang memiliki analog dengan
variasi
karakter
yang
ditimbulkannya
dan
bergantung pada situasi tertentu. Satu hal yang perlu diingat dan direnungkan adalah adanya hubungan antara kesan dengan situasi, pengetahuan profesional yang dimiliki, dan pengalaman sebelumnya. Kebijaksanaan menunjukkan pengetahuan profesional melalui kepekaan alami dan bahasa sehari-hari (Martinsen, 2005, 2006). "Tanpa pengetahuan profesional, kepedulian terhadap pasien menjadi hanya sentimentalitas." 3;
Praktik Moral Dalam Perawatan Praktik moral dapat terjadi bila empati dan refleksi ditampilkan secara bersama-sama saat bekerja sehingga caring dapat diekspresikan dalam tindakan keperawatan (Martinsen, 1990). Moral itu ada dalam situasi nyata yang harus
diperhitungkan.
Tindakan
kita
perlu
dipertanggungjawabkan, yang didasarkan pada empati dan refleksi (Martinsen, 1990). 4;
Person Oriented Professional Person
Oriented
Professional
mempunyai
makna
bahwa perawat sebagai tenaga profesional memandang pasien
sebagai
orang
yang 13
menderita
dan
harus
dilindungi integritasnya. Hal ini memberikan tantangan bagi profesional untuk meningkatkan kompetensi dirinya dalam menjalin hubungan yang saling menguntungkan dan bersifat manusiawi dengan tujuan untuk melindungi dan merawat pasien. Selain itu, profesionalisme berbasis individu juga berbicara tentang pemahaman terhadap posisi masing-masing
pihak
dimana
pihak
satu
membutuhkan pihak lainnya, dan menempatkan pasien sebagai fokus dari caring (Martinsen, 2000). 5;
Ungkapan Hidup Tertinggi Ungkapan
hidup
tertinggi
adalah
keterbukaan,
kemurahan hati, kepercayaan, harapan, dan cinta. Hal ini merupakan fenomena yang dapat kita terima seperti kita menerima
waktu,
ruang,
udara,
air,
dan
makanan
(Alvsvag 2003). Tanpanya hidup menjadi kacau, dan caring tidak dapat dilaksanakan (Martinsen, 2000). 6;
Area Yang Tak Dapat Disentuh Ungkapan ini menunjukkan bahwa ada area-area yang tidak boleh kita masuk ke dalamnya, menemui orang lain ataupun menemui alam lain. Terdapat batasan yang harus kita hormati. Dalam caring, area yang tidak tersentuh adalah
kesatuan,
yang
merupakan
lawan
dari
keterbukaan. Keterbukaan dan area yang tak tersentuh merupakan suatu hal yang kontradiktif dalam caring (Martinsen, 1990, 2006). 7;
Vokasi Vokasi adalah suatu kebutuhan hidup yang membuat manusia merasa sempurna dalam berhubungan dan merawat (peduli) terhadap orang lain (Martinsen, 2000). Keperawatan memerlukan penyempurnaan pribadi selain pengetahuan dalam hal professional. 14
8;
Mata Hati Hati bicara tentang eksistensi individu, derita orang lain dan situasi yang ada didalamnya. Mata hati berhubungan dengan perhatian yang didasarkan pada hubungan saling berbalas dan saling memahami.
9;
The Registering Eye The Registering Eye adalah objektifitas dan perspektif dari pengamat. Hal itu berkaitan dengan mencari koneksi, sistematisasi, peringkat, klasifikasi, dan menempatkan dalam sistem. The registering eye merupakan aliansi antara ilmu pengetahuan alam modern, teknologi, dan industrialisasi. Jika seorang pasien dan seorang profesional menggunakan tatapan ini secara sepihak, kasih sayang akan keluar dari situasi tersebut, dan kemauan untuk hidup berkurang (Martinsen, E. H, 2011).
2.10;
Fokus Unik Filosofi keperawatan dari Karl Martinsen yeng terkenal adalah
Philosophi of Caring. Teori filosofikal, ilmiah dasar dan aplikasi praktis yang dikembangkan berfokus pada telaah di sisi moral keperawatan, dan etika keperawatan
serta
caring. Pandangan
dunia
fenomenologis
berbasis
Martinsen adalah manusia tidak dapat dipahami atau dipertimbangkan dalam isolasi dari lingkungannya. Manusia dan lingkungan merupakan suatu perangkat yang menyebabkan setiap situasi tergantung konteks dan bersifat unik. (Alligood, M. R., & Tomey, A. M, 2010). Moral adalah fokus keunikan caring di dalam model keperawatan Karl Martinsen. Bagaimana merawat dan peduli pada klien. (Alligood, M. R., & Tomey, A. M, 2010). Asuhan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat profesional tidak hanya sebatas tuntas memberikan asuhan keperawatan tetapi memberikan makna dalam sebuah kedekatan terapeutik pada pasien. Perawat tidak hanya terampil dalam hal tindakan keperawatan
15
yang dilakukan tetapi jiwa dari apa yang dilakukan tersebut mengandung moralitas perawat. Berempati, berefleksi diri, memberikan keterbukaan, kemurahan hati, kepercayaan, harapan dan cinta dalam setiap pemberian asuhan keperawatan merupakan kepekaan rasa yang harus dimunculkan dalam diri seorang perawat. (Alligood, M. R., & Tomey, A. M, 2010). Bahwasannya dalam suatu kedekatan terapeutik dengan pasien, moral dapat terjadi bila empati dan refleksi ditampilkan secara bersama – sama sehingga caring dapat diekspresikan dalam tindakan keperawatan. Moral itu ada dalam situasi nyata, dalam suatu tindakan keperawatan yang harus diperhitungkan. Kemudian tindakan tersebut harus dipertanggungjawabkan didasarkan pada empati dan refleksi. Moral, etika dan caring merupakan tiga komponen yang harus bersinergi dalam upaya pelayanan keperawatan profesional yg terindividualisasi, tidak hanya sekadar terstandar saja.
Dapat dibayangkan bagaimana asuhan
keperawatan yg diberikan perawat tanpa disertai rasa moral, etika, dan caring, tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien menjadi tidak profesional. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam caring menurut Karl Martinsen yaitu caring harus berkaitan dengan hubungan, praktek dan moral. Benner dan wrubel (1989) dalam Potter dan Perry (2009), mengatakan “ Caring membuat kemungkinan”. Perhatian seseorang terhadap orang lain, kejadian sesuatu memberikan motivasi dan petunjuk kepada individu untuk perduli. Caring sebagai dasar asuhan keperawatan adalah aspek yang mempunyai implikasi praktis untuk mengubah praktek keperawatan sesuai kebutuhan klien. Hubungan yang terbina harus didasarkan pada pendidikan dan pelatihan serta
kepedulian bahwa individu itu unik dan moral memberikan aspek
afektif menentramkan yang merupakan salah satu esensi keunikan dalam asuhan keperawatan. 2.11;
Asumsi Utama
1; Keperawatan Asumsi dasar philosophical caring termasuk dalam hal praktik keperawatan dimana perawat memberikan asuhan
16
keperawatan merawat dan peduli pada orang lain. Menurut Alvsvåg, 2011 (dalam Alligood. 2014), mengatakan bahwa caring merupakan landasan utama dan jiwa bagi keperawatan maupun pekerjaan lainnya yang berkaitan dengan kepedulian. Caring melibatkan tentang rasa mempertimbangkan, merawat, dan peduli terhadap yang lain. Dalam caring terdapat tiga hal yang saling berkaitan yang disebut dengan Trinity of Caring yaitu, adanya hubungan, praktik dan moral : 1;
Caring berkaitan dengan hubungan : Caring
itu setidaknya
melibatkan dua orang. Martinsen menggambarkan hal tersebut sebagai berikut : “seseorang peduli pada orang lain, keika orang tersebut dalam kondisi yang menderita atau berduka dan bersedia utuk mengurangi rasa sakitnya. Maka caring atau rasa peduli adalah hal yang paling alami dan yang paling mendasari yang diperlukan bagi orang tersebut. Dalam caring, hubungan antar sesama adalah unsur yang paling penting. Yang dikerjakan orang tersebut adalah untuk kepentingan orang lain. Intinya disini adalah caring atau sifat peduli selalu mengandaikan sebagai orang lain atau memposisikan diri kita sebagai orang tersebut. Lebih lanjut Martinsen mengatakan bahwa dirinya
tidak pernah dapat
memahami dirinya atau menyadari dirinya sendiri atau tidak bergantung dengan orang lain” (Martinsen, 1989c, p. 69). 2;
Caring berhubunngan dengan praktik : Hal ini berkaitan dengan sesuatu yang bersifat nyata dan dapat dipraktikkan. Caring atau sikap peduli pada orang lain dapat dilatih dan dipelajari melalui prakik langsung.
3;
Caring berhubungan dengan moral : dapat diartikan sebagai situasi bahwa kita harus yakin dan tidak meremehkan kemampuan pasien dalam membantu dirinya sendiri untuk mencapai
tujuan
yang
diinginkan.
Dalam
pernyataannya Martinsen mengatakan “jika caring merupakan hal yang benar, maka saya harus menghubungkannya
17
dengan suasana hati yang membenarkan atau menerima orang lain berada dalam situasinya” (Martinsen, 1989c, p. 71). Caring memerlukan pemahaman yang jelas terhadap suatu kondisi, yang memerlukan evaluasi yang baik dari tujuan yang melekat dalam situasi caring tersebut: tindakan keperawatan pada dasarnya ditujukan pada orang yang tidak mampu mandiri dalam pemenuhan kesehatnnya, orang yang sakit dan memerlukan perawatan. Martinsen menegaskan bahwa “dalam memberikan perawatan pada orang yang sakit melalui asuhan keperawatan melibatkan pengetahuan, keterampilan dan terorganisasi” Martinsen, 1989c, p.75). 2; Manusia Dalam
konsep
manusia,
Martinsen
menyebutkan
bahwa, manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sosial dan komunitasnya. Martinsen berpendapat bahwa terdapat hubungan yang paralel antara manusia dengan tubuhnya.Sebagai tubuh, manusia berhubungan dengan diri sendiri, orang lain, dan dunia, sedangkan manusia adalah tubuh itu sendiri dimana sebagai tubuh, manusia mempunyai persepsi dan pemahaman.Tubuh terdiri dari jasmani dan jiwa (Alligood, 2014) 3; Ligkungan Manusia selalu berada dalam situasi yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain dan dalam ruang yang satu ke ruang yang lain (berada dalam tempat dan ruang khusus). Martinsen mengungkapkan kapan waktunya, bagaimana bentuk bangunan, dan pengetahuan dalam menciptakan suasana suatu ruang. Dilihat dari dimensi ruang terdapat waktu, suasana, dan kekuatan.Martinsen menyatakan bahwa waktu, arsitektur, dan pengetahuan dapat
bekerja
terhadap
18
suasanasuatu
dimensi
ruang.Arsitektur,
hubungan
dengan
orang
lain,
penggunaan obyek, kata-kata, pengetahuan, keberadaan kita di dalam ruangan, semuanya tersusun teratur dalam ruang dan situasi.Manusia masuk dalam ruang universal, ruang alami, tetapi melalui penciptaan ruang budaya.Kita membangun
rumah
dengan
ruangan-ruangan
dan
aktivitas pelayanan kesehatan menempati ruangan yang berbeda (Alligood,2014) . 4; Sehat Sehat adalah refleksi dari kondisi organisme, selain itu juga
merupakan
ekspresi
tingkat
kompetensi
dalam
pengobatan.Konsep modern dari sehat adalah tidak bisa dikatakan
sehat
jika
meskipun
salah
satu
baik.Pengobatan
salah organ
terkadang
satu
terjadi
yang
kerusakan
menjadi
berdampak
lebih yang
membahayakan dan pelayanan yang tidak adekuat bagi orang yang menderita penyakit kronis menyebabkan Martinsen kembali berpikir ke konsep konservatif yaitu sehat secara ideal.Hal yang penting adalah pengobatan yang jarang, sering menolong, dan selalu memberikan kenyamanan.Martinsen juga mengungkapkan bahwa kita tidak boleh mengubah lingkungan, yang dibutuhkan adalah perhatian 2.12;
Penerimaan Oleh Keperawatan Komunitas dan Praktik
1; Pendidikan Sebagian besar perguruan tinggi keperawatan di Norwegia
dan
Denmark,
menggunakan
karya-karya
Martinsen menjadi acuan dalam kurikulum pendidikan. Selain itu buku-buku teori caring digunakan dalam proses pembelajaran tidak hanya bagi keperawatan tetapi karya beliau juga digunakan oleh disiplin ilmu lain, karena
19
konsep caring dari Martinsen mengadop usnur-unsur sosial dan moral ( Alligood, 2014). 2; Praktik Teori martinsen dalam praktik kepeduliannya, melihat pasien secara menyuluruh dan bagaimana memahami dan mendekati pasien. Kekuatannya adalah kemampuan melatih caring dalam praktik sehingga keperawatan dapat dikatakan sebagai praktik yang berkaitan dengan moral.
3; Research Dalam penelitian karya Martinsen digunakan sebagai dasar atau acuan dalam penelitian atau disertasi. Contohnya adalah, disertasi doctor dari Norwegia yang mengacu pada teori Kari Martinsen terkait dengan care of life. Dan masih terdapat beberapa peneliti lainnya yang menggunakan karya teori Martinsen dalam penelitainnya.
20
BAB III PEMBAHASAN Analisis Hubungan Teori Kari Martinsen dengan Filosofi dan
Paradigma
Keperawatan Kelompok menyimpulkan bahwa, dalam pandangannya terhadap konsep keperawatan Martinsen menegaskan bahwa caring merupakan jiwa dalam memberikan asuhan keperawatan yang erat kaitannya dengan profesionalisme perawat. Setiap pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya dalam upaya mencapai kesehata yang optimal sudah selayaknya kita sebagai perawat memberikan asuhan keperawatan berbasis caring. Perilaku caring dapat kita pelajari, pahami dan kita aplikasikan saat memberikan asuhan keperawatan dengan cara memposisikan diri kita pada situasi yang dialami oleh pasien sehingga kita mampu memberikan perhatian dan caring pada pasien kita. Hal yang harus diperhatikan ketika melakukan caring ke pasien yaitu :adanya hubungan, praktik, dan moral. Asuhan perawatan atau caring yang kita berikan pada orang yang saki tetap berlandaskan pengetahuan, keterampilan dan harus terorganisir.
21
Tujuan keperawatan dalam teori caring mengacu pada filosofi caring, yaitu Martinsen menekankan caring sebagai nilai sentral dimana perawat dapat merefleksikan dirinya jika berada pada situasi yang dialami oleh pasien (emphaty). Sehingga perawat dapat memberikan tindakan yang terbaik bagi pasien. Berdasarkan pandangan ini, caring merupakan bukti nyata tindakan keperawatan yang didasari oleh keinginan untuk mengerti, menolong dan mengurangi penderitaan pasien berdasarkan nilai-nilai kebaikan. Pasien yang dalam kondisi lemah, ketidak berdayaan dalam memenuhi kebutuhannya dengan prinsip caring yang diterapkan oleh perawat, maka akan menimbulkan kondisi perbaikan dan tujuan teori ini, perawat mampu menempatkan dirinya pada situasi yang dialami oleh pasien. Dengan mengetahui apa yang dibutuhkan oleh pasien dan memahami kebutuhannya maka masalah kesehatan yang dialami oleh pasien dapat segera diatasi. Perilaku caring juga dapat diinternalisasikan melalui proses pembelajaran dengan mengaplikasikan komponen-komponen dari caring dalam setiap pemberian asuhan keperawatan. Dalam Theoretical assertion, Martinsen memaparkan praktik keperawatan dalam konsep caring. Martisen menjelaskan bahwa manusia diciptakan saling tergantung dan berhubungan satu sama lain. Perawatan merupakan hal yang mendasar bagi kehidupan manusia. Sebagai manusia kita dalam kehidupan ini kita tidak hanya dalam berhubungan antar manusia satu dengan yang lain tetapi kita juga berhubungan dengan hewan dan alam. Tubuh tercipta berdasarkan suatu kesatuan, yaitu fisik dan jiwa, yang di dalamnya terdapat kebaikan, yang merupakan suatu hal yang tak terelakkan. Dalam konsep ini yang menjadi pusat adalah Care of the body. Keperawatan merupakan pekerjaan duniawi yang menuntut kejujuran karena keperawatan professional adalah melindungi tubuh dan memberikan berbagai kemungkinan hidup dari pasien.Pekerjaan ini menunjukkan adanya suatu tuntutan hidup untuk peduli terhadap sekitar, dalam hal ini adalah pasien dalam pekerjaannya. Ini adalah suatu pekerjaan yang memberi jasa pada proses kehidupan. Mencintai sekitar merupakan hal yang konkret, praktis, professional, dan moral. Hal yang berkaitan dengan panca indera dan pengetahuan yang berdasarkan pengalaman adalah hal utama dari fundamental dan dasar dalam praktik keperawatan. Caring
22
dipelajari melalui pengalaman praktis dalam situasi konkret di bawah pengawasan perawat ahli dan berpengalaman (Martinsen, 1993, 2003). Penekananan keperawatan dalam konsep Caring lebih kepada kepemilikan rasa empati, keterbukaan, kemurahan hati saat merawat pasien, sehingga perawat mampu mengaplikasikan teori caring. Perawat dapat merasakan apa yang pasien rasakan. Hal tersebut merupakan suatu sifat dasar dan alamiah yang dimiliki oleh perawat. Pada pelaksanaan asuhan keperawatan di masyarakat terdapat keterkaitan satu sama lainnya, karena pelayanan yang diberikan haruslah bersifat komprehensif dan berkesinambungan karena kebutuhan tiap individu berbeda satu sama lainnya, maka perawat haruslah bersikap sesuai dengan kebutuhan pasien saat itu. Teori caring dari Martisen mellibatkan empat konsep metaparadigma yang teridiri dari manusia, sehat, lingkungan dan kperawatan. Keterkaitan antar komponen tersebut mempengaruhi dan saling berhubungan. Dalam konsepnya , Martinsen membahas keempat komponen tersebut beserta hubungannya dengan sangat jelas. Dimana komponen keperawatan difokuskan pada sifat Caring dari seorang perawat, caring melibatkan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dengan hubungan praktik dan moral. Dalam praktik caring yang diterapkan dalam keperawatan, keperawatan memandang pasien secara seutuhnya baik fisik maupun jiwa. Menurut Martinsen, memandang seseorang (pasien) seutuhnya baik fisik maupun jiwa merupakan konsep dari manusia. Disini Martinsen juga melihat bahwa manusia terdapat hubungan parallel antara tubuhnya yang terdiri dari jasmani dan jiwa. Pada pemberian perawatan kepada pasien, Martinsen mendeskripsikan konsep lingkungan sebagai suatu ruang yang dapat membantu dalam proses keperawatan sehingga kesehatan optimal. Konsep kesehatan menurut Martinsen dijelaskan sebagai suatu refleksi yang dipegaruhi oleh lingkungan. Kondisi lingkungan yang kondusif seperti adanya kasih sayang, kepedulian dan perhatian sangat mempengaruhi kondisi kesehatan individu. Sehingga dalam kondisi sakit seorang pasien perlu mendapatkan asuhan keperawatan yang berbasis caring. Bentuk logis Martinsen dapat digambarkan sebagai pendekatan induktif dan pendekatan analogis.Aspek induktif pemikirannya bersumber pada pengalaman
23
dalam hidup dan dalam pelayanan kesehatan adalah titik awal untuk karya teoritisnya.Martinsen berpaling kepada filsafat dan sejarah dengan harapan mendapatkan wawasan dan pemahaman tentang pekerjaan konkrit keperawatan dan kehidupan hidup yang lebih besar.dalam penemuan filsafat hidup dan fenomenologi maka dia bertemu dengan ontologis dan metafisis dengan cara yang berbeda dibandingkan dengan filsafat tradisional. Tuturan hidup, waktu penciptaan dan ruang adalah fakta ontologis dan metafisis. Analogi akan mengatakan bahwa kita berpikir fakta dan mengenali mereka dalam pengalaman konkret kami dalam kehidupan praktis kita. Kirkevold (1998) menulis bahwa’ “Martinsen tidak membangun teori logical.sebaliknya, ia menjauhkan dirinya membentuk pandangan pengetahuan yang menegaskan teori memiliki struktur logis dari prinsip jangka dan aturan. Teori Martinsen adalah analisis interpretatif kepedulian dimana penulis mencoba untuk menjelaskan dari berbagai perspektif.perawatannya dari fenomena ini, harus dikatakan baik luas dan menyeluruh. Caring dapat dipahami dalam beberapa tingkatan, yaitu ontologi, kenyataan, dan praktik. Atau pada tingkat sistem oragnisasi. Dalam keperawatan kita didorong untuk bertindak secara professional dan bermoral, sehingga rasa peduli atau caring muncul dalam hubungan anatara perawat dan pasien. Hal yang paling penting untuk dikembangkan yaitu tentang pengembangan pikiran, gagasan, konsep caring dalam penelitian. Ilmu pengetahuan keperawatan memiliki batasan tertentu. Tantangnnya yaitu untuk mengembangkan suatu penelitian yang tidak menghilangkan praktik atau dengan kata lain Martinsen mengatakan tantangannya adalah menciptakan praktik yang berdasarkan hasil research sehingga ada kerja sama yang baik antara peneliti dengan praktisi. Pada tingkat organisasi dan sosial, konsep perawatan juga sangat relevan. Hal ini penting untuk mengembangkan sistem sosial dan oragnisasi, seperti pelayanan kesehatan sehingga dapat difasilitasi pelayanan yang professional. Teori Caring dari Kari Martinsen dalam aplikasi sistem holarci contemporer termasuk pada tingkat teori Filosofi. Philosophical Theory diartikan sebagai pernyataan yang mendukung tuntutan ontologi tentang fenomena sebagai pusat perhatian suatu disiplin, tuntutan epistemic tentang bagaimana fenomena muncul
24
dan tuntutan etik tentang nilai suatu disiplin ilmu (Fawcett, 2005). Karl Martinsen mengemukakan teori Philosophy of Caring . Periode tahun 1976-1986 merupakan tahun berkembangnya teori Philosophy of Caring dari Martinsen (Kirkevold, 2000). Fenomena yang mendasari teori caring dari Kari Martinsen adalah suatu kondisi yang dia amati saat bekerja sebagai perawat dirumah sakit. Saat itu Martinsen menjadi lebih peduli dengan kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat umumnya dan di pelayanan kesehatan khususnya. Hal utama yang menjadi kegusarannya adalah tentang kepedulian perawat terhadap pasien yang tingkat ketergantungannya tinggi. Fenomena tersebutlah diakitkan dengan konsep metapardigma yang meliputi manusia, sehat, lingkungan dan keperwatan. Martinsen memandang manusia dalam fenomena tersebut sebagai kesatuan yang utuh jiwa dan jasmaniahnya. Pandanganya terhadap rentang sehat sakit dimana orang yang berada dalam kondisi sakit harus mendapat perhatian dan kepedulian dari perawat yang merawatnya. Sehingga kondisi sehat dapat tercapai. Keperawatan dipandang sebagai upaya dari perawat dalam merawat pasien dengan kepedulian yang merupakan sifat alamiah yang seharusnya dimliki oleh perawat dengan menjaga lingkungan perawatan. Dari fenomena yang ada dan pengaruh terhadap metaparadigma maka muncul suatu keyakinan dan kepercayaan dari Kari Martinsen terahadap keperawatan bahwa seharus perawat dalam memberikan asuhan keperawatnnya menekankan pada kepedulian atau caring. Martinsen beraharap dalam teori filosofinya ini perawat bisa merawat pasien tidak hanya dengan pendekatan medis namun pendekatan keperawatan dengan caring. Konsep ini masih bersifat abstrak pada setiap komponennya sehingga harus diturunkan menjadi teori yang lebih konkret.
25
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Karie Marie Martinsen adalah seorang perawat dan filosofer, mengungkapkan teori keperawatan philosophical caring dengan asumsi dasar bahwa caring termasuk dalam praktik keperawatan dimana perawat memberikan asuhan keperawatan, merawat dan peduli pada orang lain. Hal yang harus diperhatikan ketika melakukan caring kepada pasien yaitu: caring berkaitan dengan hubungan, praktik, dan moral. Caring dapat dipraktikkan dalam kasus nyata dimana caring melibatkan setidaknya dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dalam situasi yang konkrit/ tindakan praktik dan kaitannya dengan moral adalah didasarkan pada evaluasi tindakan keperawatan. Dalam konsep ini dijelaskan bahwa caring merupakan hal yang fundamental dalam keperawatan karena caring melibatkan pertimbangan, kepedulian dan berkaitan dengan orang lain. Dalam konteks professional, caring membutuhkan pendidikan dan pelatihan. Apabila praktik keperawatan
26
tanpa pengetahuan professional maka hubungan pada pasien menjadi perasaan yang sentimental. Martinsen menjelaskan bahwa kecerobohan dan emosional bukan merupakan ekspresi dari care. Martinsen dalam konep caring nya menegaskan bahwa caring merupakan sifat alamiah dan mendasar bagi seorang perawat dan dapat dilatih serta diaplikasikan pada proses asuhan keperawatan. Dengan demikian tujuan dari teori ini bahwa saat merawat pasien, perawat mampu menempatkan diri pada situasi yang dirasakan oleh pasien atau memiliki rasa empati, sehingga kepedulian atau caring muncul dalam setiap intervensi keperawatan yang dapat mengantarkan pasien pada situasi yang nyaman dan mempercepat proses penyembuhan.
1;
4.2 Saran Setelah mempelajari tentang teori filosofikal keperawatan, sebaiknya mahasiswa program magister keperawatan benarbenar
bisa
memahami
tentang
konsep
caring
dan
dapat
menerapkannya dalam praktik keperawatan sehari-hari pada pasien. 2; Seorang perawat sebagai tenaga professional di pelayanan kesehatan sebaiknya mengetahui tentang konsep caring dan mengaplikasikannya dalam tugas sehari-hari sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan.
27
DAFTAR PUSTAKA Alligood, M.R. (2014). Nursing theorist and their work (8th ed). St.Louis: Mosby Elsevier,Inc. Alligood, M. R., & Tomey, A. M. (2010). Nursing theorists and their work (7th ed.).Maryland Heights, MO:Mosby Elsevier. Fawcett, J. (2005). Contemporary nursing knowledge: Analysis and evaluation of nursing models and theories (2th ed). Philadelpia: FA Davis Company.
28
View more...
Comments