Kanker Kulit.doc
June 18, 2019 | Author: Rahmah NuRhijjah | Category: N/A
Short Description
kanker kulit...
Description
PROTOKOL PROTOKOL PERABOI PERABOI 2003 2003
Kanker Kulit
PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER KULIT
Tim Perumus Protokol Penatalaksanaan Penatalaksanaan Kanker Kulit
Ketua
: Djoko Handojo, dr., SpB(K)Onk
Anggota
: Azamris, dr., SpB(K)Onk Heru Purwanto, dr., SpB(K)Onk K.M. Yamin Alsoph, dr., SpB(K)Onk Sonar Soni Panigoro, dr., SpB(K)Onk Sjafwan Adenan, dr., SpB(K)Onk Teguh Aryandono, dr., SpB(K)Onk Wayan Sudarsa, dr., SpB(K)Onk Zafiral Azdi Albar, dr., SpB(K)Onk
74
PROTOKOL PERABOI 2003
Kanker Kulit
t i PROTOKOL PENATALAKSANAAN KANKER KULIT l u K Kanker kulit dibedakan atas kelompok Melanoma dan kelompok Non Melanoma. Kelompok Non Melanoma dibedakan atas Karsinoma Sel Basal, Karsinoma Sel r Skuamosa dan karsinoma adneksa kulit. e Dalam penatalaksanaan kanker kulit harus pula diketahui lesi pra-kanker antara k lain Actinic Keratosis, Kerato Acantoma, Bowen’s Disease, Erythroplasia of n Queyrat, Xeroderma Pigmentosum
a K
PENATALAKSANAAN MELANOMA MALIGNA I. PENDAHULUAN Melanoma maligna ialah neoplasma maligna yang berasaldari sel melanosit. Disamping di kulit dapat pula terjadi pada mukosa. Di Amerika Serikat melanoma maligna merupakan tumor ganas nomor 6 atau 7 terbanyak. Melanoma maligna dapat terjadi pada semua usia dan paling banyak pada usia 35-55 tahun, insidensi pada pria sama dengan wanita. Faktor risiko yang diketahui untuk terjadinya melanoma antara lain : Congenital nevi>5% dari luas permukaan tubuh, riwayat melanoma sebelumnya, faktor keturunan, dysplastic nevi syndrome, terdapat 5 nevi berdiameter >5mm, terdapat 50 nevi berdiameter >2mm, riwayat paparan/terbakar sinar matahari ter utama pada masa anak-anak, ras kulit putih, rambut berwarna merah, mata berwarna biru, frecles/bintik-bintik kulit, tinggal di daerah tropis, psoralen sunscreen, xeroderma pigmentosum. Melanoma termasuk kanker kulit yang sangat ganas, bisa terjadi metastasis luas dalam waktu singkat melalui aliran limfe dan darah ke alat-alat dalam.
II. KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI 1. 2. 3. 4. 5.
Lentigo melanoma maligna (LMM) Superfisial spreading melanoma (SSM) Nodular Malignant Melanoma (NMM) Acral Lentigenous Melanoma (ALM) Melanoma yang tidak terklasifikasi
75
PROTOKOL PERABOI 2003
Kanker Kulit
III. STADIUM KLINIS AJCC EDISI 2002 Tumor Primer (T) Tx T0 Tis T1 T1a T1b T2 T2a T2b T3 T3a T3b T4 T4a T4b
Tumor primer tidak dapat diperiksa (karena shave biopsi atau melanoma yang mengalami regresi) Tidak ditemukan tumor primer Melanoma in situ Melanoma tebalnya 4,0mm dengan ulserasi
Kelenjar Getah Bening Regional (N)
Nx N0 N1 N1a N1b N2
Kelenjar getah bening regional tidak dapat diperiksa Tidak ada metastasis kelenjar getah bening regional Metastasis ke 1 kelenjar getah bening Metastasis mikroskopik, occult secara klinis Metastasis makroskopik, tampak secara klinis Metastasis ke dua atau tiga kelenjar getah bening regional atau metastasis intra limfatik regional tanpa metastasis kelenjar getah bening N2a Metastasis mikroskopik, occult secara klinis N2b Metastasis makroskopik, tampak secara klinis N2c Lesi satelit atau metastasis in-transit tanpa metastasis kelenjar getah bening N3 Metastasis pada >4 kelenjar getah bening regional, atau metastasis kgb yang bersatu, atau metastasis in-transit atau lesi satelit dengan metastasis kelenjar getah bening regional Metastasis Jauh (M)
Mx M0 M1 M1a
Metastasis jauh tidak dapat diperiksa Tidak ditemukan metastasis jauh Metastasis jauh Metastasis ke kulit, jaringan subkutan atau kelenjar getah bening yang jauh M1b Metastasis ke paru M1c Metastasis ke tempat visceral lainnya atau metastasis jauh ke tempat manapun yang disertai peningkatan kadar LDH (lactic dehydrogenase) serum
76
PROTOKOL PERABOI 2003
STADIUM KLINIK Stadium 0 Tis N0 M0 Stadium IA T1a N0 M0 Stadium IB T1b N0 M0 T2a N0 M0 Stadium IIA T2b N0 M0 T3a N0 M0 Stadium IIB T3b N0 M0 T4a N0 M0 Stadium IIC T4b N0 M0 Stadium III TiapT N1 M0 TiapT N2 M0 TiapT N3 M0 Stadium IV TiapT TiapN M1
Kanker Kulit
STADIUM HISTOPATOLOGIK Stadium 0 pTis N0 M0 Stadium IA pT1a N0 M0 Stadium IB pT1b N0 M0 pT2a N0 M0 Stadium IIA pT2b N0 M0 pT3a N0 M0 Stadium IIB pT3b N0 M0 pT4a N0 M0 Stadium IIC pT4b N0 M0 Stadium IIIA pT1-4a N1a M0 pT1-4a N2a M0 Stadium IIIB pT1-4b N1a M0 pT1-4b N2a M0 pT1-4a N1b M0 pT1-4a N2b M0 pT1-4a/b N2c M0 Stadium IIIC pT1-4b N1b M0 pT1-4b N2b M0 Tiap pT N3 M0 Stadium IV Tiap pT TiapN M1
Klasifikasi Clark
Tingkat I : Sel melanoma terletak di atas membrana basalis epidermis (insitu) Tingkat II : Invasi sel melanoma sampai lapisan papilaris dermis Tingkat III : Invasi sel melanoma sampai dengan perbatasan antara lapisan papilaris dan retikularis dermis. Tingkat IV : Invasi sel melanoma sampai lapisan retikularis dermis Tingkat V : Invasi sel melanoma sampai jaringan subkutan. Klasifikasi Breslow
Golongan I : kedalaman (ketebalan) tumor < 0,76 mm Golongan II : kedalaman (ketebalan) tumor 0,76 mm – 1,5 mm Golongan III : kedalaman (ketebalan) tumor > 1,5 mm
IV. PROSEDUR DIAGNOSIS Anamnesis. Keluhan utama : tahi lalat yang cepat membesar, tumbuh progresif, gatal, mudah berdarah dan disertai tukak. Pemeriksaan fisik
● Tumor di kulit berwarna coklat muda sampai hitam, bentuk nodul, plaque, disertai luka. Kadang-kadang tidak berwarna ( amelanotik melanoma ) Lesi bersifat
A (Asymetri) B (Border)
: tidak teratur : tepi tak teratur
77
PROTOKOL PERABOI 2003
C (Colour) D (Diameter) E (Elevation)
Kanker Kulit
: warna bervariasi : umumnya > 6 mm : permukaan yang tidak teratur
● Pemeriksaan kelenjar getah bening regional. ● Pemeriksaan metastasis jauh ke paru dan hati. Pemeriksaan penunjang: 1. Radiologi: • Rutin: X-foto paru, USG Abdomen (hati dan KGB para Aorta para Iliaca). Atas indikasi : X-foto tulang di daerah lesi, CT-Scan, MRI. • 2. Sitologi: FNA, inprint sitologi. 3. Patologi: a) Biopsi: apa jenis histologi dan bagaimana derajat diferensiasi sel. b) pemeriksaan specimen operasi: tumor primer: besar tumor, jenis histologi, derajat diferensiasi sel, • luas dan dalamnya infilterasi, radikalitas operasi. Nodus regional: jumlah kelenjar yang ditemukan dan yang positif, • infasi tumor ke kapsul atau ekstranodal, tinggi level metastasis.
4. Biopsi: prinsip harus komplit. Dilakukan biopsi terbuka oleh karena dibutuhkan informasi mengenai kedalaman tumor. Biopsi tergantung pada anatomical sitenya. 1. a. bila diameter lebih dari 2 cm. b. bila secara anatomi sulit (terutama di daerah wajah) dilakukan insisional biopsi 2. bila kurang dari 2 cm dilakukan eksisi tumor dengan safety margin 1 cm (diagnostik dan terapi). Specimen dikirimkan dengan mapping dan diberi tanda batas- batas sayatan. Variasi gambaran klinis : 1. Lentigo melanoma maligna (LMM) Lesi: coklat seperti kehitaman, beberapa cm, tepi irreguler, pada permukaan dijumpai bercak- bercak warna gelap (warna biru) tersebar tidak teratur, dapat menjadi nodul biru kehitaman invasive agak hiperkeratonik. 1. Superfisial spreading melanoma (SSM) Lokasi: wanita; tungkai bawah; laki- laki: badan dan leher. Lesi: plak archiformis berukuran 0,5 – 3 cm tepi meninggi, irreguler, dapat mencapai 2 cm dalam 1 than nodul biru kehitaman pada permukaan terdapat campuran bermacam- macam warna seperti coklat, abu- abu, biru, hitam, sering kemerahan. 3. Nodular Malignant Melanoma (NMM) Lokasi: laki- laki: punggung, dapat pada setiap lokasi. Lesi: Nodul bentuk setengah bola (dome shaped ) atau polipoid dan eksofitik, warna coklat kemerahan atau biru sampai kehitaman dapat mengalami ulserasi perdarahan, timbul lesi satelit. 4. Acral Lentigenous Melanoma (ALM)
78
PROTOKOL PERABOI 2003
Kanker Kulit
Lokasi: letak kaki, tumit, telapak tangan, dasar kuku, ibu jar i tangan. Lesi: macula, warna bervariasi, pada permukaan timbul papul, nodul, ulserasi, kadang- kadang lesi tidak mengandung pigmen.
V. PROSEDUR TERAPI: A. Lesi Primer Tindakan : Eksisi luas No Keterangan 1. Melanoma maligna in situ 2. < 0,76 mm 3. 0,76 – 1,5 mm 4. > 1,5 mm 5. Subungual
”Safety Margin” 0,5 cm 1 cm 1,5 cm 2 cm Amputasi proksimal dari interphalangeal joint
Bila telah infiltrasi sampai ke tulang, tindakan terpilih adalah amputasi B. Metastasis regional No Lokasi lesi primer 1. Ekstremitas bawah 2. Ekstremitas atas 3. Leher
Tindakan Diseksi inguinal superfisial Diseksi aksila sampai level II Diseksi leher radikal
Bila kelenjar getah bening teraba secara klinis dan terbukti metastasis secara PA, dilakukan tindakan limfadenektomi atau diseksi radikal, sbb : Bila lesi primer 0,76 – 1,5 mm dianjurkan diseksi kelenjar getah bening regional Bila fasilitas memungkinkan, dapat dilakukan diseksi kgb selektif dengan bantuan sentinel node mapping. C. Kasus rekuren Lesi primer :
- operabel → re-eksisi - inoperabel → radiasi Metastasis regional : → radiasi Adjuvant terapi : pada stadium III dapat diberikan berupa radioterapi, kemoterapi atau imunoterapi Metastasis jauh : diberikan terapi paliatif D. In transit metastasis Lokasi tersering di ekstremitas bawah. Terapi yang dianjurkan :
79
PROTOKOL PERABOI 2003
Kanker Kulit
IN TRANSIT METASTASIS Soliter
Multipel
Eksisi luas
- Isolated limb perfusion - Intra arterial therapy - Local ablation - Local immunotherapy - Radiotherapy
E. Metastasis jauh Terapi tergantung dari tempat metastasis. Tempat metastasis Tindakan Paru-paru Reseksi Gastro intestinal Operasi paliatif Tulang Radioterapi paliatif Otak Kortikosteroid
Bila tindakan di atas tidak memungkinkan, dapat diberi terapi berupa kemoterapi dan atau imunoterapi sebagai berikut : a. – Decarbazine - Decarbazine + Tamoxifen - Decarbazine + IFN-α2b - Cisplatin / Vinblastine / Decarbazine b. – IL-2 - IFN-α2b - Vaksinasi ”melanosomal proteins”
80
PROTOKOL PERABOI 2003
Kanker Kulit
KARSINOMA SEL BASAL I. PENDAHULUAN Karsinoma sel basal atau basalioma adalah neoplasma maligna dari ”nonkeratinizing cell” yang terletak pada lapisan basal epidermis dan merupakan karsinoma kulit non melanoma terbanyak. Patogenesis basalioma yang telah banyak diketahui adalah peran paparan sinar ultra violet sinar matahari yang menyebabkan terjadinya mutasi pada gen supresor Disamping itu telah banyak pula dipelajari adanya peran faktor keturunan pada patogenesis basalioma seperti yang terjadi pada Nevoid basal cell carcinoma syndrome, Bazex syndrome, Rombo syndrome dan Unilateral basal cell nevus syndrome. Dipelajari pula peran ”immuno suppressor dalam patogenesis basalioma, tetapi mekanisme pastinya belum diketahui. Lokasi tersering adalah daerah muka sekitar hidung, sifatnya sangat jarang bermetastasis tetapi mempunyai kemampuan infiltrasi yang tinggi. Faktor predisposisi untuk terjadinya basalioma antara lain: Jenis kulit terang (tipe I & II) dan albino yang rentan terhadap paparan sinar matahari yang lama, Paparan sinar X untuk terapi acne pada wajah, Sindrome nevus basal (autosomal dominan), Intoksikasi arsen yang kronik, LE kronik , Ulkus kronik dan fistula.
II. KLASIFIKASI HISTOPATOLOGI -
Superficial basal cell barcinoma Nodular`basal cell carcinoma Infiltrative (morpheaform, aggressive growth) basal cell carcinoma Pigmented basal cell carcinoma Cystic basal cell carcinoma Fibroepithelioma of Pinkus (FEP)
III. STADIUM KLINIS TNM – AJCC 2002 T diperiksa dengan pemeriksaan fisik N diperiksa dengan pemeriksaan fisik dan imaging M diperiksa dengan pemeriksaan fisik dan imaging
81
PROTOKOL PERABOI 2003
Staging : Stadium TNM 0 Tis. N0. M0.
I
T1. N0. M0.
II
T2. N0. M0. T3. N0. M0.
III
T4. N0. M0. tiapT.N1.M0.
IV
T. tiapN. M1
tiap
Kanker Kulit
T Tx T0 Tis T1 T2 T3 T4
N Nx N0 N1 M Mx M0 M1
Tumor Primer = Tidak dapat dievaluasi = Tidak ditemukan = Kanker in situ = Tumor ukuran terbesar ≤ 2cm = Tumor ukuran 2 s/d 5 cm = Tumor > 5 cm = Tumor menginvasi struktur ekstradermal dalam, misalnya kartilago, otot skelet atau tulang Nodus Regional = Tidak dapat diperiksa = Tidak ada metastasis nodus regional = Ada nodus regional Metastasis jauh = Tidak dapat diperiksa = Tidak ada metastasis jauh = Ada metastasis jauh
IV. PROSEDUR DIAGNOSIS A. Pemeriksaan Klinis 1. Anamnesis Dikeluhkan adanya lesi seperti tahi lalat yang membesar, dapat pula lesi tersebut berupa borok yang tidak sembuh-sembuh. 2. Pemeriksaan Fisik Gambaran klasik dikenal sebagai ”ulkus rodent” yaitu ulkus dengan tepi tidak rata, warna kehitaman di daerah perifer tampak hiperplasia dan di sentral tampak ulkus. Bentuk lain yang tidak klasik, tergantung dari variasi klinis, yaitu : 1. Jenis Nodulo ulseratif (paling sering) Lesi : mula-mula papul / nodul, diameter < 2 cm, tepi meninggi, permukaan mengkilat, sering ada telangiektasi, kadang dengan skuama halus dan krusta tipis. Warna seperti mutiara kadang translusen keabu-abuan atau kekuningan. Tumbuh lambat, bagian tengah timbul cekungan → ulserasi (ulkus rodens). 2. Jenis berpigmen Gambaran sama dengan nodulo ulseratif hanya berwarna coklat / hitam bintik-bintik atau homogen. 3. Jenis “morphea like” atau fibrosing (agak jarang) Lesi : bentuk plakat, warna kekuningan, tepi tidak jelas, kadang tepi meninggi. Pada permukaan tampak beberapa folikel rambut yang mencekung (gambaran klinik, seperti sikatrik), kadang tertutup krusta yang melekat erat (jarang ulserasi). 4. Jenis superficial Lokasi : badan, leher, kepala. Lesi : bercak kemerahan dengan skuama halus, tepi meninggi seperti kawat. Dapat meluas secara lambat, ulserasi (-). Biasanya multiple. 82
PROTOKOL PERABOI 2003
Kanker Kulit
5. Jenis fibroepitelial Lokasi : punggung. Lesi : soliter, nodul keras, sering bertangkai pendek. Permukaan halus, sedikit kemerahan (mirip fibroma). 6. Sindroma karsinoma sel basal nevoid (sindroma Gorlin Galzt). Autosomal dominan, sindroma terdiri dari : a. Kelainan kulit : - Ca sel basal multiple jenis nevoid - Cekungan (pits) pada telapak tangan dan kaki. - Milia, lipoma, fibroma. b. Kelainan tulang : - Kista pada rahang - Kelainan tulang iga dan tulang belakang (scoliosis, spinabifida) c. Kelainan system saraf : - Perubahan neurologik (EEG abnormal, cerebeller meduloblastoma) - Retardasi mental d. Kelainan mata : katarak, buta kongenital. e. Lain-lain : - Kalsifikasi falks serebri - Fibroma ovari dengan kalsifikasi - Kista limfatik di mesenterium 7. a. Jenis “linier and generalized follikuler basal cell nevi” (jarang). Sejak lahir. Lesi : jenis linier, berupa nodul + komedo dan kista epidermal tersusun seperti garis dan unilateral. Lesi tetap dengan bertambah usia. b. Jenis “Generalized follikuler” : ada kerontokan rambut terhadap akibat kerusakan folikel rambut karena pertumbuhan tumor B. Pemeriksaan penunjang 1. Foto polos di daerah lesi untuk melihat infiltrasi, kalau perlu dilakukan CT-scan 2. Biopsi insisi/eksisi untuk menentukan diagnosis histopatologis
V. PROSEDUR TERAPI Dalam penatalaksanaaan basalioma, kita harus mencapai Eksisi lesi primer yang radikal Rekonstruksi dengan memperhatikan fungsi dan kosmetik terutama yang di daerah wajah. Terapi yang dianjurkan adalah eksisi luas dengan safety margin 0,5 - 1 cm. Bila radikalitas tidak tercapai, diberi terapi adjuvant radioterapi. Untuk lesi di daerah canthus, nasolabial fold, peri orbital dan peri auricular, dianjurkan untuk melakukan Mohs micrographic surgery (MMS). Bila tidak ada fasilitas, dapat dilakukan eksisi luas. Untuk lesi di kelopak mata dan telinga dapat diberikan radioterapi. 83
PROTOKOL PERABOI 2003
Kanker Kulit
Rekonstruksi daerah lesi dapat dikerjakan dengan : Penutupan primer Penutupan dengan tandur kulit secara STSG / FTSG (Split / Full tchickness skin graft) Pembuatan flap Untuk lesi rekuren dianjurkan tindakan eksisi luas. Atau bila memungkinkan dilakukan MMS. LESI PRIMER BCC
Tubuh & Ekstremitas
Cantus, nasolabial fold Peri orbital, peri auricular
Eksisi luas Safety margin 0,5-1 cm
Mohs micrographic surgery
Bila tidak radikal
Ear & eyelids
Bila tidak radikal
Radioterapi Eksisi luas LESI REKUREN BCC MMS
PENATALAKSANAAN KARSINOMA SEL SKUAMOSA I. PENDAHULUAN 84
PROTOKOL PERABOI 2003
Kanker Kulit
Karsinoma sel skuamosa adalah neoplasma maligna dari keratinizing cell dengan karakteristik anaplasia, tumbuh cepat, invasi lokal dan berpotensi metastasis Patogenesis karsinoma sel skuamosa sama seperti karsinoma sel basal yaitu : adanya peran paparan sinar ultraviolet sinar matahari yang menyebabkan terjadinya mutasi gen supresor, disamping itu terdapat pula peran imunosupresi dan infeksi virus.Karsinoma sel skuamosa dapat pula terjadi pada parut/scar luka bakar, yang disebut sebagai Marjolin ulcer. Yang berisiko tinggi untuk mendapat kanker kulit adalah penderita kelainan pre kanker (xeroderma pigmentosum, keratosis senilis, compund nevus, multiple dysplatic nevi), bangsa kulit putih, terbakar sinar matahari, terpapar sinar pengion, arsen, jelaga, keloid luka bakar, penderita dengan fistula, immuno supresi, dsb. Insidens tertinggi pada usia 50 – 70 tahun, paling sering pada kulit berwarna di daerah tropik. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Lesi dapat timbul dari kulit normal atau dari lesi prakanker, pada orang kulit kulit putih hal ini diduga akibat rangsangan sinar ultraviolet, karsinogen kimia (Coal tar, arsen, hidrokarbon polisiklik). Sedangkan pada kulit berwarna : predisposisi trauma, ulkus kronik, jaringan parut dan dapat pula terjadi dari fistel yang tidak sembuh-sembuh Predileksi : kulit yang terpapar sinar matahari, membrana mukosa, lokasi terbanyak (orang kulit putih : wajah, ekstremitas atas, kulit berwarna : ekstremitas bawah badan, dapat pada bibir bawah, dorsum manus).
II. KASIFIKASI HISTOPATOLOGI Disamping itu perlu dilaporkan pula gradasi histopatologisnya, yaitu Gx Gradasi diferensiasi tidak dapat diperiksa G1 Diferensiasi baik G2 Diferensiasi sedang G3 Diferensiasi buruk G4 Tidak berdiferensiasi (undifferentiated)
III. STADIUM KLINIS Klasifikasi TNM T – Tumor Primer Tx Tumor primer tidak dapat diperiksa T0 Tidak ditemukan tumor primer Tis Karsinoma in situ T1 Tumor dengan ukuran terbesar 2 s/d 5 cm T4 Tumor menginvasi struktur ekstradermal dalam, seperti kartilago, otot
85
PROTOKOL PERABOI 2003
Kanker Kulit
skelet atau tulang N – Kelenjar getah bening regional Nx Kelenjar getah bening regional tidak dapat diperiksa N0 Tidak ditemukan metastasis kelenjar getah bening N1 Terdapat metastasis kelenjar getah bening regional M – Metastasis jauh Mx Metastasis jauh tidak dapat diperiksa M0 Tidak ada metastasis jauh M1 Terdapat metastasis jauh Stadium Stadium 0 Stadium I Stadium II Stadium III
Stadium IV
Tis T1 T2,T3 T4 Tiap T Tiap T
N0 N0 N0 N0 N1 Tiap N
M0 M0 M0 M0 M0 M1
IV. PROSEDUR DIAGNOSTIK A. Pemeriksaan Klinis 1. Anamnesis Penderita mengeluh adanya lesi di kulit yang tumbuh menonjol, mudah berdarah, bagian atasnya terdapat borok seperti gambaran bunga kol. 2. Pemeriksaan Fisik Didapatkan suatu lesi yang tumbuh eksofitik, endofitik, infiltratif, tumbuh progresif, mudah berdarah danm pada bagian akral terdapat ulkus dengan bau yang khas. Selain pemeriksaan pada lesi primer, perlu diperiksa ada tidaknya metastasis regional dan tanda tanda metastasis jauh ke paru-paru, hati, dll. B. Pemeriksaan Penunjang 1. Radiologi: X-foto toraks, Xfoto tulang di daerah lesi, dan CTScan/ MRI atas indikasi 2. Biopsi untuk pemeriksaan histopatologi: - Lesi 2 cm dilakukan biopsi insisional
V. PROSEDUR TERAPI
86
PROTOKOL PERABOI 2003
Kanker Kulit
Terapi untuk SCC hampir sama dengan basalioma. Jenis tindakan tergantung dari ukuran lesi, lokasi anatomi, kedalaman invasi, gradasi histopatologi dan riwayat terapi. Prinsip terapi yaitu eksisi radikal untuk lesi primer dan rekonstruksi penutupan defek dengan baik. Penutupan defek dapat dengan cara penutupan primer, tandur kulit atau pembuatan flap. Untuk lesi operabel dianjurkan untuk eksisi luas dengan safety margin 1 – 2 cm. Bila radikalitas tidak tercapai, diberikan radioterapi adjuvant. Untuk lesi di daerah cantus, nasolabial fold, peri orbital dan peri aurikular, dianjurkan untuk Mohs micrographic surgery (MMS), bila tidak memungkinkan maka dilakukan eksisi luas. Untuk lesi di kepala dan leher yang menginfiltrasi tulang atau kartilago dan belum bermetastasis jauh, dapat diberikan radioterapi. Untuk lesi di penis, vulva dan anus, tindakan utama adalah eksisi luas, radioterapi tidak memberikan respon yang baik. Untuk kasus inoperabel dapat diberikan radioterapi preoperatif dilanjutkan dengan eksisi luas atau MMS. Untuk kasus rekurens sebaiknya dilakukan MMS atau eksisi luas Bila terdapat metastasis ke kgb regional, dilakukan diseksi kgb, yaitu diseksi inguinal superfisial, diseksi aksila sampai level II atau diseksi leher modifikasi radikal. LESI PRIMER SCC
Operabel
Tubuh & Ekstremitas
Eksisi luas Safety margin 1-2 cm
Inoperabel
Cantus, nasolabial fold, peri orbital, peri aurikular
MMS
Radioterapi
ADENOKARSINOMA
Adenokarsinoma kulit, kanker yang berasal dari sel adneksa kulit.
87
PROTOKOL PERABOI 2003
Kanker Kulit
PENDAHULUAN -Tumor: di kulit atau subkutan yang melekat dengan kulit, konsistensi padat. -Nodus: mungkin ada pembesaran kelenjar limfe regional. -Metastasis: mungkin terdapat tanda-tanda metastasis jauh.
KANKER MERKEL
Berasal dari sel neuroendokrin kulit.
DERMATOFIBROSARKOMA PROTUBERANS
-Tumor: di kulit tumbuh menonjol di atas kulit, dengan kulit diatasnya berwarna kecoklatan seperti keloid, konsistensi padat keras. -Nodus: jarang terdapat pembesaran kelenjar limfe regional. -Metastasis: mungkin ada tanda-tanda metastasis jauh.
DAFTAR PUSTAKA
88
PROTOKOL PERABOI 2003
Kanker Kulit
1. Fleming I D, Cooper J S, Henson D E, Hutter R V P, Kennedy B J, Murphy G P, O’Sullivan B, Sobin L H, Yarbro J W (ed), AJCC Cancer Staging Manual, 5 th ed , Philadelphia, Lippincott-Raven, 1997, 157-170 2. Sobin L H & Wittekind Ch (ed), TNM Classification of Malignant Tumours, 6th ed, New York, Wiley-Liss, 2002, 123-130 3. Leffel D J, Carucci J A, Management of Skin Cancer, in DeVita Jr V T, Hellman S, Rosenberg S A (ed), Cancer Principles & Practice of Oncology, 6 th ed, Philadelphia, Lippincott-Raven, 2001, 1976-2002 4. Lotze M T, Dallal R M, Kirkwood J M, Flickinger J C, Cutaneous Melanoma, in DeVita Jr V T, Hellman S, Rosenberg S A (ed), Cancer Principles & Practice of Oncology, 6 th ed, Philadelphia, Lippincott-Raven, 2001, 2012-2069 5. Solan M J, Brady L W, Skin Cancer, in Rubin P, Williams J P, Clinical Oncology A Multidisciplinary Approach for Physicians and Students, 8 th ed, Philadelphia, W.B. Saunders Company, 2001, 252-266 6. Lang Jr. P J, Maize JC, Basal Cell Carcinoma, in Friedman R J, Rigel D S, Kopf A W, Harris M N, Baker D (ed), Cancer of the Skin, Philadelphia, W.B. Saunders Company, 1991, 35-73 7. Dzubow L, Grossman D, Squamous Cell Carcinoma and Verrucous Carcinoma, in Friedman R J, Rigel D S, Kopf A W, Harris M N, Baker D (ed), Cancer of the Skin, Philadelphia, W.B. Saunders Company, 1991, 74-84 8. Friedman R J, Hellman E R, Gottlieb G J, Waldo E D, Rigel D S, Malignant Melanoma: Clinicopathologic Correlation, in Friedman R J, Rigel D S, Kopf A W, Harris M N, Baker D (ed), Cancer of the Skin, Philadelphia, W.B. Saunders Company, 1991, 148176 9. Harris M N, Roses D F, Malignant Melanoma: Treatment, in Friedman R J, Rigel D S, Kopf A W, Harris M N, Baker D (ed), Cancer of the Skin, Philadelphia, W.B. Saunders Company, 1991, 177-197
89
PROTOKOL PERABOI 2003
Kanker Kulit
10. Sondak V K, Margolin K A, Melanoma and Other Cutaneous Malignancies, in Norton J A, Bollinger R R, Chang A E, Lowry S F, Mulvihill S J, Pass H I, Thompson R W (ed), Surgery: Basic Science and Clinical Evidence, New York, Springer Verlag, 2000, 17331752
90
View more...
Comments