KALENG KWALITEIT 2
21 Agustus 2019 Aku melihat pojok kanan bawah laptop yang aku pake jam 11.22, ada rasa sangat bimbang,
[email protected]....? apakah tulisan ini pantas aku kirimkan ke alamat e-mail
[email protected] Macem – macem pikiran, khawatir serta pertanyaan yang ditujukan kepadaku sendiri, pertanyaan itu muncul dari dalam diri aku, seorang pribadi steadiness, introvert, introvert, dan memiliki anxiety anxiety yang yang tinggi di alam bawah sadarku. Tulisan ini kalo mau dikirim udah telat banget. Yaaa, emang sih aku janjinya Rabu, salah juga aku bilang Rabu. Aku masih inget banget kalo dosenku pernah tanya kapan aku ngumpulin tugas, dan aku jawab “Rabu” nah dia bilang “Iya “ Iya Rabu, Rabu dal budal” yang artinya gak berangkat – berangkat – berangkat, berangkat, ato gak langsung dikerjain. Itu aku, kepikiran tentang keraguan yang akhirnya timbul pernyataan dan pertanyaan siapa yang sudi membacanya..? isinya lho ga jelas banget..! apa faedahnya..? ngapain sih bikin tulisan yang isinya gak jelas, ambigu, tidak terstruktur..! emang aku siapa, jelas – jelas BUKAN ketua IMM dan tidak perlu bikin tulisan..? sok PeDe banget sih...! emangnya pinter apa..? emangnya aku penting..? aku khan sekelas anak bawang..! tulisan cupu..! gak berbobot blas..! aah pikiran semacam se macam itu selalu sel alu muncul dibarengi dengan perasaan minder karena aku tahu mengenai taraf kecerdasan otak dan kapasitas diriku, yang aah sudahlah tidak ada yang patut dibanggakan dari diriku. Aku menerima sebuah pesan whatsapp pada jam 11.36 “selamat siang pak, mohon maaf saya mau bertemu bapak untuk mengajukan permohonan cuti, dimana saya bisa menemui bapak, tadi ruangan sampean kosong pak ..” ” Gara – gara Gara – gara whatsapp itu aku yang lagi ngelamun jadi buyar, dan aku membalas pesan yang merupakan permohonan izin cuti dari salah satu anggota satpam yang menjadi anak buahku di rumah sakit tempatku bekerja. Akhirnya aku teringat akan laporan mortality indeks yang indeks yang belum aku terima, sehingga aku juga mengirim pesan singkat kepada kepala unit kamar jenazah untuk menyerahkan laporan kematian yang terjadi 10 hari terakhir, karena salah satu dari empat unit kerja di bawahku adalah kamar jenazah. 11.53 WIB aku turun menuju garasi ambulance karena disana biasaya aku memilih tempat istirahat saat bekerja, makan, minum, membersihkan diri, dan berwudhu di kamar mandi garasi yang cukup bersih serta sejenak bersujud kepada Allah dengan sajadah berwarna ungu ungu yang baru aku cuci tiga hari kemarin. Setelah sejenak melepas penat, aku kembali menyalakan laptop dan kulihat dipojok kanan bawah menunjukkan jam 13.09, lalu aku membuka browser dan login ke e-mail pribadiku yang beralamatkan beralamatkan
[email protected] [email protected] untuk mengirim file dengan jenis format word ke alamat e-mail
[email protected] [email protected] aku coba menepis perasaan yang semula menghantuiku, karena aku yakin nantinya akan ada satu atau dua orang kader IMM atau siapapun yang rela meluangkan waktunya untuk membaca tulisanku hingga selesai, entah itu kakanda ataupun adindaku yang sekarang sedang mengenyam studi dibalik dinding kampus
putih yang sarat akan prestasi, sekalipun mereka mencibir, menertawakan atau bahkan menghinakanku sebagai kader kaleng krupuk melempem dengan kwalitas kw-2 atau biasa disebut kwaliteit 2 seperti 2 seperti sebuah judul film layar lebar yang kurang laku di era tahun 2003an. Biarlah aku tidak perduli, setidaknya aku dapat menjadi cerminan pengalaman bagi siapapun baik itu kakanda terutama adinda adinda – – adindaku adindaku yang saat ini tengah berjuang dengan tantangan jauh lebih berat dari masa saat aku kuliah dulu. Aku yakin, tidak ada satupun orang yang berkeinginan gagal, apalagi molor waktu kuliahnya. Dengan caraku memberanikan diri untuk berbagi tentang aku si kader kaleng kwaliteit 2 semoga ada yang terpacu motivasinya, menjadikanku sebagai kader yang tidak patut dicontoh sehingga tidak muncul lagi kader – kader kaleng kwaliteit 2 di dalam IMM Psikologi UMM. Yah betul, itu tujuanku memberanikan diri mengirim tulisan ini, meskipun sudah sangat telat waktu pengumpulannya dan nantinya juga aku seperti mempermalukan diriku sendiri. Aku hanya berharap, cukuplah aku yang menjadi kaleng kwaliteit 2 dengan kompetensi kerupuk melempem. Oh iya, terkadang aku berfikir untuk tidak usah mengatakan bahwa aku kader IMM dan menghapus saja gelar Sarjana Psikologi yang aku sandang di belakang namaku, toh kompetensiku pun tidak mumpuni sebagai kader IMM dan untuk menyandang gelar sarjana tersebut. Tapi, ah sudahlah, yang terjadi biarlah terjadi, tulisan ini tetap aku kirimkan karena ini bagian dari jalan hidupku bersama IMM dan aku tetap terus berjalan meniti arus kehidupan, asalkan bukan mengalir seperti banjir yang menyusahkan menyusahkan banyak orang.
CERITA YANG MENGHARUKAN Bogor, 21 Juli 2003 Pukul : 20.33 WIB Aku masuk kedalam kamar tidurku selepas makan malam bersama Ayah dan Ibuku, lalu aku menghidupkan radio untuk mendengarkan siaran lagu yang diputar, aku duduk di tepi dipan kayu yang dialasi kasur busa untuk aku tidur, aku memandangi jas almamater SMA berwarna ungu yang sudah tidak mungkin dipakai lagi, seragam pramuka, celana abu – abu abu dan baju karate yang telah kusam ditumpuk rapi diatas lipatan baju lainnya, barisan buku-buku pelajaran sekolah seperti buku sosiologi, akuntansi, nahwu, sorof, sorof, juga beberapa buku mengenai pendakian, panjat tebing dan buku bacaan lain seperti novel berjudul Tom Sawyer, Tenggelamnya kapal Van Der Wijck, serta beberapa novel karangan Mira. karangan Mira. W yang yang diapit oleh kitab tebal seperti fiqih seperti fiqih madzahibul arba’ah, arba’ah, subulus salam, salam , bidayatul mujtahid, dan lainnya telah terjajar rapi di dalam lemari sedangkan diatas lemari itu aku gunakan untuk meletakkan beberapa peralatan untuk mendaki gunung seperti tenda dan sleeping bag . Sebuah gitar akustik murahan warna coklat tua yang aku beli dari temanku dengan cara mencicil terletak disudut kamar, serta poster bergambar Slash Slash sedang sedang memangku Les memangku Les Paul warna honey burst yang dipakai rekaman pada album Appetite album Appetite for Destruction menempel di bawah jam dinding kamarku. Ayah mengetuk pintu dari luar kamar dan ku persilahkan masuk. Ayah duduk disampingku, lalu mengambil kartu ujian masuk kampus salah satu universitas negeri di Jakarta yang berada di atas meja dan tertindih harmonica disamping fotoku saat berada ber ada di puncak gunung puncak gunung Ciremai.. Ayahku mengambil kartu ujian itu sembari tersenyum dan seraya membuka Ciremai pembicaraan mengenai masa depan antara seorang ayah dengan anaknya. anaknya. “kamu rencananya gimana kedepannya, mau daftar kuliah kuli ah dimana..?” dimana..?” “aku pengen kuliah di Jogja pak, ada beberapa refensi refe nsi kampus disana” disana” Aku tertunduk dan menghela nafas setelah menjawab pertanyaan itu. Dan ayahku meneruskan pembicaraan. “kenapa disana..? Bagaimana disana..? Bagaimana kalo kamu kamu kuliah di Bandung, kakakmu juga dulu khan kuliah di Bandung, setidaknya ada orang yang lebih dulu tahu daerah disana. Ayah ga apa – apa – apa apa kamu mau kuliah dimana aja dan menempuh jurusan apapun itu sesuai dengan rencana masa depanmu kelak, Ayah hanya memberikan pertimbangan karena yang nantinya menjalani menjalani adalah diri kamu sendiri.” sendiri.” Pundakku di sentuh oleh Ayah, dan perlahan kuangkat kepalaku sehingga dapat melihat jelas wajahnya dari tatapanku yang semula tertunduk ke bawah karena malu tidak diterima oleh Universitas Negeri di Jakarta, aku menolak saran sar an Ayah dengan pertimbangan pemikiranku. “ndak yah, aku yang agak keberatan kuliah di Bandung, aku melihat gaya hidup disana terlalu wah, terlalu hedonis dan pergaulan yang sangat bebas, aku khawatir
terhadap diriku sendiri terpengaruh hal yang negatif, aku takut tidak bisa mengontrol diriku sendiri dari pengaruh dunia luar ” Ayahku tersenyum mengiyakan dan kembali memberikan sebuah pertimbangan salah s alah satunya mengenai jurusan yang akan aku tempuh. “kamu “kam u gimana kalo kamu ambil jurusan Syariah, atau Tarbiyah, kamu alumni Madrasah Aliyah, setidaknya sudah dasarguru mengenai keilmuan kei lmuan itu, tinggal kamu nanti mengembangkannya, kamu bisaada menjadi dan membangun sebuah yayasan sekolah atau lembaga pendidikan. Sekalipun jurusan Psikologi juga sangat bisa kearah sana, dan memang ranah psikologi sangat luas, Ayah tidak akan membatasi, ayah hanya bisa mensupport untuk masa depanmu nak.” nak.” Aku tetap pada pendirianku bahwa aku ingin mengambil jurusan psikologi, ilmu yang cukup menarik dan sangat kompleks menurutku, karena pada saat SMA ada mata pelajaran Ilmu Nafs pelajaran berbahasa arab yang membahas perilaku manusia dan hewan. Ketertarikan mengenai psikologi tidak berhenti disitu, sebuah buku pertama tentang psikologi yang aku beli adalah buku berjudul Psikologi Umum dengan tebal 231 halaman bersampul hijau karangan Prof. DR. Sarlito Wirawan Sarwono yang aku beli di sebuah toko buku emperan saat aku ke pasar senen ketika aku menginjak kelas tiga SMA semester ke dua. Ayahku sepakat mengenai jurusan yang akan aku tempuh, lalu ayahku memberikan sebuah saran mengenai lokasi kuliah yang akhirnya kami sepakati bersama. Yaitu kota Malang, Jawa Timur. Seraya berdiri dan memegang pundakku, dibalik senyumnya ayahku a yahku berkata “ya udah udah sekarang kamu istirahat dulu, ayah lihat kamu lelah tadi sore baru dateng dari Jakarta dan kamu kehujanan. Nak apapun keputusanmu ayah hanya bisa mendukung, karena itu untuk masa depanmu, satu hal yang harus kamu pegang ” “kamu harus bertanggung jawab dengan apa yang kamu pilih ” Akupun berdiri dan memeluk ayahku, tak terasa kedua mataku mulai berkaca – kaca kaca karena rasa haru dan akupun mengucapkan. ”Terima kasih ayah, insha Allah aku akan berusaha.” berusaha.”
Akhir Juli 2003 aku mengikuti seleksi di salah satu Universitas swasta ternama di Malang dan memilih dua jurusan dengan grade yang berbeda sesuai saran panitia pendaftaran. Psikologi merupakan grade tinggi dengan peminat yang banyak, maka disarankan untuk memilih satu jurusan lagi dengan grade di bawahnya, Alhamdulillah aku diterima di Psikologi, jurusan dengan grade tinggi yang banyak peminatnya, bukan yang kedua. Kali ini aku ngerasa pinter, karena aku diterima di jurusan yang gradenya tinggi.
PENDAKI NYASAR 10 Oktober 2003 Warung barokah seberang jalan depan masjid jam 11.13 Aku selesai makan, tadi kuliah Filsafat 2 SKS yang diampu sama dosen dari pulau Madura, perawakannya agak kurus dan tinggi sekitar 170cm, bukan teringat mengenai materi mata kuliahnya, hanya tersebut teringat sebuah Madura beliau ucapkan dalam kelas tadi, aku kalimat adalah kalimat bahasa bahasa Madura yang yang paling pertama akudi dengar “abbenthal ombak assapho angin” secara harfiah artinya berbantal ombak dan berselimut angin, sesuai dengan letak geografis pulau Madura yang dikelilingi laut lepas dan sebuah selat, tapi maksud dari perkataan itu sangat dalam, bahwa life is a sstruggle, truggle, penuh perjuangan, terus berusaha dalam kehidupan dengan kondisi apapun itu. Aku masih melamun memahami kalimat tadi, sampe aku sadar saat mendengar lantunan suara qiroatil Qur’an yang berkumandang melalui pengeras suara di puncak menara masjid yang berada sebelah utara seberang jalan warung tempat aku makan. Setelah menyerahkan uang Rp. 4.000 4.000 kepada pemilik warung untuk untuk membayar sepiring nasi campur deng dengan an lauk ayam goreng ditambah segelas es teh, aku pun menyeberang jalan dan memasuki masjid untuk persiapan melaksanakan ibadah sholat jum’at melalui tangga disebelah barat yang berada disamping laboratorium fakultas psikologi menuju arah kamar mandi dan tempat berwudhu, aku menggendong carrier berukuran 75 liter yang telah ditutupi rain cover berwarna hijau tua. Di dalam carrier tersebut berisikan sleeping bag, nesting beserta beserta kompor, kaos kaki, sarung, bandana, jaket tebal, beberapa baju dan celana untuk ganti, sarung tangan, jas hujan, gaiters gaiters,, senter, pisau komando berukuran 20cm, obat – obatan P3K sederhana, serta beberapa bungkus makanan instant dan kopi sachetan siap seduh, beruntung aku tidak membawa beras, juga tenda seperti yang biasa aku bawa kalo mau naik gunung. Beruntungnya lagi aku membawa almamater dan alat tulis. Pelataran masjid selepas sholat jum’at sholat jum’at sekitar jam 12.48 Aku menunggu panitia dan teman – teman teman yang lain, sesuai kesepakatan, keberangkatan di pelataran masjid Ar-fachruddin, sehingga aku menunggu disini hingga sekitar lima orang datang, mereka adalah mahasiswa baru sama seperti aku. Tapi ada satu hal yang membuat aku merasa keheranan melihat penampilan orang – orang yang baru datang khususnya peserta perempuan, mengapa mereka membawa koper dan travel bag, bukankah kita akan pergi ke air terjun lalu menginap dengan cara berkemah disana..? belum terjawab pertanyaan di dalam benakku datanglah beberapa orang lagi, diantaranya dengan wajah tidak terlalu asing karena merupakan panitia ospek, salah satunya mengenakan kaos ospek yang dibagikan ke seluruh mahasiswa baru fakultas psikologi termasuk aku, kaos warna putih bertuliskan Psychologi yang dicetak vertikal disamping dada sebelah kiri, dan kaos itu merupakan hasil produksi dari sebuah perusahaan konveksi lokal di sekitaran area kampus. Aku tahu betul orang yang baru datang dan memakai kaos putih bertuliskan Psychologi itu selalu lantang mengajari kami meneriakkan yel – yel yel saat ospek, teriakannya begitu menggema mirip seperti yang terjadi di zaman Romawi saat Achilles Achilles berada berada ditengah diten gah
– tengah benteng kokoh kota Troya Troya dengan marahnya berteriak – teriak secara lantang memanggil nama Hector nama Hector seorang seorang putra mahkota yang telah membunuh Patrocelus membunuh Patrocelus di di medan perang. Jam 16.03 Coban Rondo, Batu. Setelah melewati perjalanan sekitar 1,5 jam dari pelataran masjid Ar-Fachruddin tempat kami berkumpul sebagai titik pemberangkatan. Kami sampai disebuah bangunan tua milik TNI yang sudah jarang digunakan, selepas kami para peserta menurunkan semua barang dari mobil angkutan umum berwarna ungu jurusan Batu - Landungsari yang disewa panitia, aku duduk di sebuah bale bambu samping kuncup bunga matahari belum mekar, aku merasakan kesegaran udara sore khas pegunungan, dengan kabut yang mulai turun menyelimuti gunung biru di sebelah barat, serta awan yang mulai berarak tertiup angin seakan berusaha menyembunyikan matahari yang tengah bersiap untuk tenggelam. Aku mengeluarkan sebungkus rokok dari kantong celanaku, sebungkus rokok dengan merk cukup masyhur dikalangan para penikmat tembakau, karena telah memulai produksi sejak tahun 1913 di Surabaya. Aku mengeluarkan sebatang rokok berlogo tiga angka dan dihiasi sembilan buah bintang dikemasannya yang berwarna kuning itu. Aku mulai menghisapnya sembari memegangi wajahku karena sedikit bengkak akibat adanya infeksi luka dari jerawat. Ketika sedang mengepulkan asap rokok yang kunikmati, ada seorang panitia perempuan menghampiriku dan bertanya “lho dek kamu kenapa wajamu kok bengkak...?” aku menjawab datar, “iya mbak, ni ada luka sedikit gara – gara gara jerawat, ternyata infeksi, lumayan perih.” perih.” Dengan pandangan seolah meneliti wajahku, dia pun berseloroh “oalah, sini mbak bersihin” bersihin” seraya dia meminta kapas dan cairan rivanol kepada kepada panitia lain. Aku tidak tahu siapa nama panitia perempuan itu, dia bergegas mengambil kapas dan melumuri dengan cairan rivanol lalu jari jemarinya yang lentik itupun mulai menari dengan lembut membasuh luka infeksi diwajahku. Aku hanya terdiam memandang lembut paras anggun miliknya, serta rambut lurus berwarna hitam mengkilat dengan panjang sebahu yang dibiarkannya terurai dan sesekali tersibak diterpa angin sehingga udara yang kuhirup masuk melalui hidung telah tercampur dengan harumnya aroma tubuh panitia perempuan itu. Aku terdiam tak lagi mampu berkata – berkata – kata, kata, bukan karena keanggunan paras dan harumnya aroma tubuh panitia perempuan itu yang menjadikan lidahku kelu, tapi luka perih yang aku rasakan semakin menjadi. Saat dia mulai membersihkan luka diwajahku, rokok yang semula aku hisap kini aku taruh di sela – sela kayu penyangga bale bambu yang aku duduki sejak tadi agar asapnya tidak
mengganggu panitia yang menjadi perawat dadakan dengan sukarela membersihkan luka infeksi di wajahku. Dengan senyum manis yang menghias sudut tipis bibirnya, panitia perempuan itu kembali bertanya “sakit dek..? tahan sedikit yah, mbak bersihkan bers ihkan dulu” dulu” Kalimat dengan makna yang begitu kompleks, seolah – olah dia bertanya, memberikan arahan dan dan sedang menenangkan aku untuk menahan rasa perih yang ditimbulkan akibat luka yang ditekan untuk mengeluarkan kotoran lalu dibasuh dengan cairan rivanol, jari lentiknya terus memegang kapas untuk menyerap cairan nanah dan darah segar yang keluar dari luka di wajahku. Aku hanya menggumam dengan mulut yang masih terkatup, dan kembali bergeming “he’emmm....” “he’emmm....” Kami tidak banyak ngobrol, bahkan bertanya nama pun tidak. Aku tidak tahu namanya, entah apakah dia tahu atau tidak siapa namaku, yang aku tahu hanya garis – garis garis pembuluh darah terukir di balik kulit pipi putihnya hingga menjadi sebuah lukisan indah pada media wajah anggun dan menyiratkan begitu sempurna segala ciptaan Tuhan, kelopak mata sipit panitia perempuan itu sesekali berkedip dengan tatapan terus t erus memperhatikan luka diwajahku secara seksama. Setelah 10 menit berlalu, perawatan telah selesai, hanya ucapan terima kasih karena telah merawat lukaku meski sedikit, setidaknya panitia perempuan itu sudah meluangkan waktu untuk membersihkan luka serta mengeluarkan nanah dan kotoran dari lukaku yang terinfeksi. terinfeksi. Jam 17.13 Kami semua digiring oleh panitia menuju bangunan sekolah dasar negeri yang berada di samping bangunan milik TNI yang kami gunakan sebagai tempat untuk tidur, ruang kelas sekolah dasar itu disulap sedemikian rupa menjadi lokasi diadakannya Daarul arqaam dasar, atau DAD yang merupakan diklat pertama bagi calon anggota yang akan mengikuti salah satu organisasi ekstra kampus. Salah satu ruang kelas dikosongkan, meja kursi dikeluarkan dan sudah digelar karpet warna merah sehingga ruang kelas itu dijadikan musholla, aku mengenakan sarung untuk menunaikan ibadah sholat maghrib dengan peserta yang lain termasuk panitia, hanya saja aku tidak melihat keberadaan panitia perempuan yang tadi merawat lukaku. Aku tidak tahu maksud dan tujuan dari DAD tersebut, yang aku tahu adalah berkemah bersama di samping air terjun yang diadakan oleh IMM. Aku juga tidak tahu IMM itu apa, aku hanya tahu bahwa aku berada disini karena ajakan temanku, seorang mahasiswa baru seperti aku hanya saja kami beda kelas. Dia mengajakku mengikuti DAD, aku ingat betul perkataan dia beberapa hari yang lalu dengan aksen khas khas Jawa timuran
”ayo pak melu o DAD nang Coban rondo, puweenak wes panggone adem, nang kono awake dewe kemping, arek – arek arek kene yo podo melu, mengko gawe o sepatu polahe dalane lunyu kudu mlaku munggah nak air terjun, nang kono asik wes aro diskusi pisan, mengko ono konsumsine ko nsumsine aro montor gae transportasine wes dijamin, nek atene melok daftare telung puluh limo ewu aro ngisi formulir, ojo lali gowo o almamater.” almama ter.” (ayo pak ikut DAD di coban rondo, enak tempatnya dingin, disana nanti kita berkemah, anak – anak – anak anak sini pada ikut, nanti pake sepatu karena jalannya licin harus naik di dekat air terjun, disana asik sambil diskusi juga, nanti ada konsumsinya sama transportasi dari sini ada udah dijamin, kalo mau ikut daftarnya Rp.35.000 sama ngisi formulir, jangan lupa bawa almamater) sontak saja aku mengiyakan ajakan tersebut, dan hal itulah satu – satunya alasan yang membuatku berada disini untuk mengikuti DAD dengan perbekalan siap untuk mendaki gunung selama 3 hari. 12 Oktober 2003 jam 02.00 Dini hari Kami dibangunkan, padahal sesi materi yang terakhir selesai sekitar jam 10.30 malam, panitia menggebrak – menggebrak – gebrak gebrak pintu tempat kami tidur untuk segera bangun, ditengah malam dengan suhu sekitar 23o celcius kami semua bangun untuk sholat tahajjud dan selepas itu kami disuruh berganti pakaian. Aku menggunakan sepatu lapangan berbahan kulit berwarna hitam berukuran tinggi di atas mata kaki, dengan kaos kaki tebal, memakai celana loreng bekas seragam ser agam tentara tentar a yang aku beli di pasar loak, loak , serta ser ta kaos hitam panjang. Saat itu panitia menyuruh kami mengeluarkan syal atau apapun untuk menutupi mata dan diikat oleh panitia. Mataku ditutupi syal warna merah milikku yang diikat cukup rapat sehingga mataku dipaksa terpejam dan tidak mampu melihat apapun karena terhalang ikatan syal yang cukup erat, kami digiring entah kemana, kami disuruh jalan bergandengan memegang pundak teman didepan, dalam benakku aku bergumam ah biasanya diceburin ke sawah, semacam ujian penegak pramuka atau ujian pencinta alam yang harus nyemplung sungai. Setelah sampai, kami dibariskan oleh panitia dengan cara badan kami digeser kesana – kemari kemari dengan mata tertutup, kami dikomando untuk tetap diam ditempat sampai nanti akan dipandu oleh panitia. Sekali lagi dengan mata terpejam aku menghirup udara tercampur dengan aroma yang begitu harum menjalar masuk hidungku, begitu lembut dan terasa manis. Aroma yang sangat harum ini sama persis dengan harumnya aroma tubuh seorang panitia perempuan bermata sipit yang membersihkan luka diwajahku dua hari kemarin. Satu persatu dari kami dipandu digiring keluar barisan dan dilepas ikatan matanya lalu diperintahkan untuk berjalan sendiri – sendiri untuk menemui panitia disetiap pos sama seperti ujian penegak ketika pramuka, tapi akhirnya kami masuk di dalam salah satu kelas sekolah dasar negeri yang kami gunakan untuk acara DAD. Setelah semua peserta masuk dan duduk di kursi kayu dengan meja yang disusun membentuk huruf U sedangkan beberapa panitia berada didepan kami, entah apa yang mereka katakan aku tidak paham aku hanya merasakan sangat ngantuk hingga seorang laki – laki – laki laki yang mengenakan jas almamater berdiri di tengah – tengah – tengah tengah melontarkan sebuah pertanyaan dengan nada yang agak tinggi.
Dua hari yang lalu laki – laki itu memperkenalkan dirinya dihadapan kami bernama Arief Zulkarnain saat pembukaan acara DAD dan mengaku sebagai ketua umum IMM Psikologi periode 2002 – 2003, entah apa yang dia bicarakan sebelumnya dihadapan para peserta termasuk aku di dalamnya, mungkin sekitar 15 menit dia berbicara dengan tema yang aku tidak tahu apa yang dia bicarakan, hanya saja saat ini dia mengeluarkan nada agak tinggi sehingga membuat rasa ngantukku sedikit hilang. “kalo ga siap jadi siap jadi kader IMM gak apa – apa – apa, apa, pulang aja, silahkan keluar dari ruangan ini, kendaraan sudah siap didepan, biaya pendaftaran akan dikembalikan dan kalian akan pulang ke kosan masing – masing – masing masing bisa tidur nyenyak ” Suasana hening, tidak ada yang menjawab, pandanganku berkeliling menatap satu persatu wajah para peserta dan panitia yang berada di dalam ruangan itu, entah apa yang peserta lain pikirkan, apakah karena takut atau mengantuk seperti aku. Masih tetap hening, satu - satunya suara hanya han ya dari laki laki – – laki laki bernama Arief Zulkarnain yang mengaku sebagai ketua umum IMM Psikologi itu kembali memecah keheningan dengan mengatakan berkali – berkali – kali kali kalo DAD ini akan dibubarkan saja, sontak aku menjawab sembari mengangkat tangan dari tempat dudukku di sebelah pojok kelas paling barat dekat papan tulis hitam “mas, kalo memang mau dibubarkan silahkan, kalo mau dipulangkan silahkan, tapi kalo dipulangkan, maka saya adalah orang terakhir yang akan meninggalkan tempat ini, tapi kalo ada pendaftaran DAD lagi, maka saya adalah orang pertama yang akan mendaftar dan saya adalah orang pertama yang ikut DAD.” DAD.” Secara serentak pandangan semua orang yang ada di dalam kelas itu tertuju padaku, dan padangan mas Arief Ari ef yang sempat s empat terdiam sejenak melihat kearahku saat aku mengatakan hal ha l itu, dengan jeda sekitar 3 detik mas Arief mengangguk perlahan beberapa kali sembari mengangkat tangannya menunjuk kearahku dan mendekat seraya melontarkan pertanyaan sebagai penegasan “kamu siap, beneran siap jadi kader IMM..? saya ingin semua harus siap menjadi kader IMM Psikologi, bukan setelah DAD terus hilang sendiri – sendiri... benar kamu siap ditinggal disini sendiri kalo peserta lain dipulangkan..? beneran kamu masih mau ikut DAD kalo yang lain dipulangkan..?” dipulangkan..?” kembali aku menjawab secara tegas dengan pandangan saling beradu mata “bisa dipastikan bahwa saya adalah orang terakhir yang meninggalkan tempat ini , dan katakan kapan akan dibuka pendaftaran lagi, maka saya adalah orang pertama ya yang aka kan n mend nda aft fta ar d da an mengik ngikut utii DA D jijika ka DA D ini d dii bub uba arka rk an.” Mas Arief semakin mendekat menjulurkan tangannya dan aku sambut sambil berdiri, sehingga kami saling berjabat tangan dengan erat, tidak aku sadari bahwa aku telah mengucapkan kalimat yang cukup diplomatis dan sangat patriotik seolah mencerminkan sebuah loyalitas dari siapapun yang mengatakannya.
Bahkan sebenarnya lebih, dengan berkata seperti itu berarti aku telah mengucapkan sebuah janji dihadapan banyak orang hanya hanya karena aku ingin cepat selesai karena aku ngantuk.
PENGHUNI BARU 11 April 2004 Ruang tamu komisariat IMM Psikologi Hari ini adalah hari Minggu, aku duduk dikursi sofa tua yang sudah tidak berkaki menghadap selatan aku menengok keatas agak kesebelah kiri dan melihat jam dinding unik terbuat dari bahan kayu dan berbentuk jangkar yang menempel di atas susunan struktur organisasi dengan nama Ismi Hidayah sebagai ketua yang menunjukkan pukul 15.37. Saat ini aku berada komisariat, sebuah kantor sekretariat organisasi IMM Psikologi UMM, menempati sebuah bangunan rumah sederhana yang di sewa seharga Rp.3.000.000 untuk untuk kurun waktu satu tahun ke depan dengan fasilitas tiga kamar tidur, satu kamar mandi diluar bangunan utama menghadap pekarangan dengan sumur gali di sebelahnya dan pelataran yang bisa digunakan untuk mencuci baju, satu ruang tengah, satu ruang tamu, sedikit lorong dengan lebar sekitar 1,2 meter yang disulap menjadi dapur seadanya serta pekarangan belakang dengan beberapa kawat membentang sebagai jemuran baju, sedangkan halaman depan komisariat juga cukup luas tetapi tidak ditanami rumput swiss atau rumput bermuda dengan tatanan melati atau mawar, melainkan ditanami pohon singkong sekitar 15 batang setinggi 2 meter dengan rumput liar yang dibiarkan tumbuh diatas tanah yang menutup umbinya. Rumah berwarna biru muda yang menjadi komisariat itu ditempeli sebilah papan kayu ukuran 70x50cm dengan dasar warna merah bertuliskan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fakultas Psikologi lengkap dengan lambang IMM dan alamat komisariat di Jl. Margobasuki Gg. VII No.7 Jetis – Dau Dau Malang, pada dinding bagian luar yang berada di samping jendela depan sebagai identitas penanda. Hari ini adalah hari pertama saya tinggal di komisariat yang jaraknya sekitar 1,2 KM dari kampus. Beberapa minggu yang lalu aku ditawari untuk ikut menghuni komisariat karena masih ada satu kamar kosong tidak dipakai, karena saat ini hanya dihuni oleh dua orang yaitu mas Arif Zulkarnain yang baru saja lengser dari jabatannya dan diganti oleh mbak Ismi Hidayah sebagai ketua, dan satu lagi mas Nandi Wardhana. Satu – Satu – satunya satunya kader IMM yang selalu membicarakan komputer, internet dan teknologi informatika, oh iya tempo hari dia sempat mengantarku dari kampus menuju terminal Landungsari dengan membonceng sepeda motor jenis bebek buatan jepang je pang yang diproduksi sekitar tahun 1987.
FORDISTA (Forum Diskusi Cinta) 30 Desember 2004 Koordinator Komisariat Ruang Korkom kami menyebutnya, tepatnya berada di Gedung Student Center lt.4 ruangan paling pojok sebelah selatan samping timur ruang Pramuka Racana KH. Ahmad Dahlan – Nyi Siti Walidah dengan Gudep 01379 01379 – – 01380. 01380. Waktu sudah menunjukkan jam 16.51, aku berdiri mengangkat proyektor dan akan dimasukkan ke dalam kardusnya, kami mengadakan bedah film yang berjudul Me, Myself and Irene di ruangan itu. Aku menggulung kabel audio yang berserakan ditemani oleh Hervin Ardiansyah yang biasa aku panggil Kenyut, kader IMM Psikologi juga, DAD nya bareng aku setahun kemarin. Disela pekerjaan kami membereskan ruangan, kami pun melanjutkan obrolan mengenai film tadi mengenai maksud dari film yang dirilis pada tahun 2000 tersebut. Film bertema komedi tetapi sarat akan unsur psikologis di dalamnya, film ini bercerita tentang Charlie Baileygates yang diperankan oleh Jim Carrey sebagai seorang polisi yang memiliki kepribadian majemuk karena dipicu oleh kemarahan dan sifat buruknya yang selalu dipendam agar terlihat menyenangkan dihadapan orang lain. Setelah aku mengunci pintu ruang korkom jam 17.08 kami semua bersiap pulang ke kosan masing – masing, masing, aku menuruni tangga gedung SC sambil menenteng kardus yang dibantu oleh Kenyut dan sembilan orang lainnya ada yang membawa karpet, papan tulis, dan aku lihat Sophia Maheswari berjalan bersama tiga orang lainnya dengan jarak sekitar 5 meter di depanku dengan menenteng kantong plastik merah berisi beberapa gelas air mineral, alat tulis dan beberapa bungkus makanan ringan sisa acara tadi. “besok tahun baruan, bikin acara ngapain gitu yok ato jalan – jalan – jalan jalan yoh kemana ini enaknya” enaknya” Aku membuka pembicaraan sembari berjalan menuju parkiran yang berada di samping selatan gedung perpustakaan. “nang mBatu met rame biasane, ya mboh wes gimana besok ae, aku yo bingung yo bingung pisan ga due duit” duit” Kenyut menimpali “hahahaha, yo wes podo ae, sama aja, aja, kartu ATM ku aja kayaknya udah jamuran lha ga pernah dipake” dipake” Aku menambahi, yang disambut dengan kelakar tawa kami berdua. Sebuah obrolan dari dua orang mahasiswa rantau disaat akhir bulan yang tidak jauh dari pokok bahasan utama yang selalu menghiasi adalah — adalah — Saldo Saldo Rekening —
31 Desember 2004 Ruang Tengah Komisariat Menu makan malamku saat ini adalah mie instant. Dan sekarang mie instant kuah rasa soto tanpa telur yang aku masak selepas sholat isya is ya tadi sedang aku nikmati sembari menonton TV model tabung ukuran 14 inchi diatas rak besi setinggi 50cm. Aku ikut menyaksikan acara talkshow yang sedang naik daun dan ditayangkan oleh sebuah stasiun televisi swasta dengan jargon si pembawa acaranya selalu bilang “kembali ke laptop”. laptop”. Beberapa orang diantaranya sedang menikmati kopi hitam yang aku seduh setelah maghrib dengan wadah cangkir besar untuk diminum bersama – bersama – sama sama secara bergantian, seperti biasa disela – disela – sela sela waktu senggang kami selalu berdiskusi dadakan dengan berbagai macam tema mulai dari mata kuliah, organisasi, perkaderan, menu makanan, harga nasi pecel, dosen killer, saldo rekening, adapun tema yang mendominasi dan seringkali menjadi penghujung materi terakhir adalah diskusi tentang lawan jenis, sehingga kami menyebutnya FORDISTA, kependekan dari Forum Diskusi Cinta dengan peserta silih berganti sesuai dengan kondisi dan keadaan. Oh iya, para peserta forum ini disebut sebagai anggota PERKEMPOL alias anggota Persatuan Kemeruh Kemeruh Pol . Dan peserta yang hadir malam ini hanya ada aku, Kenyut, mas Timur yang menjadi asisten dosen disela kesibukannya dan selalu detail ketika memberikan penjelasan tes proyektif seperti tes grafis, wartegg, TAT dan rorscach, mas ma s Nandi, mas Budi, mas Viky yang dipanggil Tembem tapi badannya kurus tinggi dengan ciri khas tahi lalat nangkring di atas bibir di bawah hidung agak kesamping, mas Arif Rahman biasa dipanggil Alpacino, dia angkatannya mas Tembem tapi ikut DAD 2004 setelah keluar dari HMI, dan yang terakhir Dwi Saputra kader seangkatanku tapi dia ikut DAD sapu jagat yang diadakan oleh IMM Cabang Malang. Kelakar tawa menggema disela diskusi yang diselingi canda, kertas – kertas folio dan beberapa buku mengenai tes proyektif berserakan setelah kami gunakan berdiskusi di komisariat yang dimulai selepas maghrib tadi dengan narasumber mas Timur karena dia satu satunya orang yang paling memahami mata kuliah tersebut dibandingkan kami semua yang ada di sini. Hingga akhirnya forum diskusi ini berujung pada tema bahasan yang berjudul pengaruh persepsi terhadap te rhadap kognisi dan afeksi lawan jenis yang kita dekati. dekati . Forum ini secara otomatis ditutup seiring dengan datangnya beberapa orang kader laki – laki laki dan perempuan salah satunya adalah Sophia Maheswari pada jam 19.48. Dini yang bernama lengkap Nasihatud Diniyah Zahro masuk paling terakhir dan pulang paling awal setelah dia menyerahkan makanan berupa aneka macam gorengan seperti tahu isi, tempe selimut dan weci lengkap dengan petis udang serta cabai rawit. Peserta forum semakin bertambah, bahasan pun berganti dengan tema “liburan tahun baru” dalam forum ini setiap usulan dan saran selalu terbantahkan ketika dihadapkan pada sebuah permasalahan yang sangat signifikan dan belum terpecahkan terutama bagi kami peserta forum pertama, masalah itu adalah — saldo saldo rekening — begitu krusial dan sangat sensitif untuk menghadapi fenomena tahun baru yang berada diakhir bulan, saat dimana kami hampir lupa bagaimana caranya menggunakan mesin ATM.
Kami semua berkeinginan untuk berjalan – jalan hanya sekedar berkeliling, atau sekedar duduk – duduk melepas penat sembari menonton riuhnya jalanan yang penuh sesak oleh orang – orang – orang orang sebaya kami, aku pun berkeinginan sama dan aku masih ingat betul dikantong celanaku hanya ada uang Rp.2.700,- kembalian dari membeli sebungkus mie instant dan dua batang rokok, sedangkan saldo rekeningku tinggal Rp.48.763,- jika aku debet setidaknya cukuplah untuk membeli bensin dan sebotol air mineral saat di jalan nanti. Akupun bergegas menuju mesin ATM dengan pecahan nominal Rp.20.000,- yang berada di halaman depan parkiran RS. Unisma sebelah barat warung ribet pasar Dinoyo, karena disitulah setahuku satu – satunya ATM milik bank swasta yang mengerti bahwa dia memiliki nasabah mahasiswa rantau dengan taraf ekonomi berada pada garis rentang sepertiku sehingga masih menyediakan ATM dengan nominal pecahan Rp.20.000,-. Waktu menunjukkan pukul 21.06 aku datang dari ATM, lalu aku mengucapkan salam sembari masuk komisariat dengan pintu terbuka, diruang tamu aku disambut oleh mas Timur sedang bernyanyi dan diiringi oleh Putra dengan suara dentingan dawai gitar yang ia petik, beberapa orang sudah pulang dan aku melihat Sophia Maheswari masih ada di ruang tengah komisariat dengan beberapa orang lain menungguku karena kami tadi sepakat untuk jalan – jalan ke alun – alun kota Batu. Itulah alasan kenapa aku segera mengambil sisa uang yang ada di ATM ku tadi. Aku mendekati Putra yang tengah asik bermain gitar, seraya setengah berbisik aku berkata “Put, awakmu ada d uit..? uit..? tak pinjem dulu wes 10 atau 20 ribu gt yah, di ATM ku Cuma bisa diambil 20 put” put” Senyum merayu dan tampang melas aku pasang dihadapan sahabatku yang satu ini, dengan harapan pengajuan loan application ku mendapatkan persetujuan. Alhamdulillah, dia memahamiku bahwa akan pergi dengan Sophia Maheswari meski dengan sedikit terkekeh ia memberikan selembar uang Rp.50.000,- untuk aku bawa sembari berkata. “wes bawa dulu santai wae wae kalo cuma 20 takut takut kurang, ajaken mangan arek iku” iku” Akupun menerimanya dengan senang hati, setelah mengucapkan terima kasih dan disambut senyum menggoda yang dilemparkan oleh mas Timur, aku bergegas berangkat dengan mengambil jaket dan helm.
MISTERI BUKIT TENGKORAK Tahun 2005 Aku dan Kenyut masih tinggal di komisariat, sekarang ditambah Sandi Ardiyanto kader baru angkatan 2005 yang jadi penghuni penghuni baru komisariat. Ketuanya sekarang mbak Ismi Hidayah. Suka duka, perdebatan, perseteruan, selisih paham pasti ada dan menghiasi setiap sendi kehidupan di dalam organisasi. Kelalaian, keteledoran, dan lupa seringkali dilakukan oleh kita sendiri maupun teman kita karena memang itu adalah hal yang sangat manusiawi, meskipun terkadang shock therapy itu diperlukan untuk membuat kita ingat untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Seperti yang terjadi di komisariat, gara – gara – gara gara salah seorang kader lupa untuk mengunci pintu waktu meninggalkan komisariat yang saat itu kosong sehingga dibuatlah skenario seolah – olah televisi tabung 14 inchi di komisariat itu hilang untuk membuat shock teraphy. Pada awalnya skenario itu berjalan lancar dan baik, hanya saja sang sutradara sekaligus pemeran utama menambah alur cerita. Sehingga skenario yang awalnya disusun untuk satu episode berdurasi sekitar s ekitar 90 menit, m enit, kini berkembang menjadi sinetron 262 episode dengan durasi 60 menit, karena telah menghabiskan biaya besar dengan melibatkan banyak pemeran pembantu dan pemain figuran dalam pembuatan sinetron tersebut. Diperankan oleh : Kogoro Mouri Jackie Chan Mbak Asisten Dosen Aku Sendiri
sebagai sebagai sebagai sebagai
Ki Joko Aduso Ki Belis Sarah Nyi Roro Pregiwati Prajurit Kerajaan
SINOPSIS Misteri ini berlatar belakang perseteruan dua orang mahapatih dan mengakibatkan seorang prajurit harus bertanggung jawab dihadapan para punggawa kerajaan. Diawali ketika Ki Belis Sarah meninggalkan kerajaan dengan gerbang terbuka tanpa adanya satupun prajurit pengawal yang menjaga kerajaan kasuhunan, tak lama datanglah Ki Joko Aduso dengan kereta kencana beserta seorang prajurit yang seharusnya bertugas menjaga gerbang kerajaan akan tetapi pergi ke hutan bersama Ki Joko Aduso karena dititahkan menemaninya berburu kijang. Ki Joko Aduso sebagai mahapatih merasa geram karena Ki Belis Sarah yang saat itu juga sebagai mahapatih pergi tanpa pesan dan meninggalkan kerajaan begitu saja tanpa ada penjagaan dari sektor manapun, hal ini akan membahayakan kerajaan sehingga sangat rentan diserang dan dirampas oleh kerajaan seberang. Ki Joko Aduso menitahkan kepada prajurit itu untuk memeriksa seluruh area kerajaan, prajurit itu melaporkan bahwa keadaan aman. Akan tetapi Ki Joko Aduso menitahkan prajurit untuk menyembunyikan mahkota milik sri baduga maharaja agar Ki Belis Sarah harus bertanggung jawab atas kealpaannya. Meskipun Ki Belis Sarah siap bertanggung jawab atas kealpaannya, akan tetapi tidak berhenti disitu, Ki Joko Aduso tetap menyembunyikan mahkota dan berkata bahwa seorang prajurit
menjadi saksinya bahwa makota hilang, bahkan Ki Joko Aduso memberitakan kehilangan mahkota itu kepada Nyi Roro Pregiwati yang diminta menjadi saksi karena beliau sempat bertemu dengan Ki Belis Sarah di pendopo kerajaan sebelum akhirnya istana kerajaan ditinggalkan dengan keadaan kosong dan gerbang tidak terkunci. Karena perseteruan semakin melebar dan runyam, akhirnya seorang prajurit itu menghadap Ki Belis Sarah yang sudah dilanda emosi untuk meluruskan permasalahan yang sebenarnya terjadi dengan membongkar rencana Ki Joko Aduso. Beruntung Ki Belis Sarah tidak membunuh prajurit itu dengan kesaktiannya, justru Ki Belis Sarah memahami kejadian yang sebenarnya dan menanggapinya dengan tertawa terbahak – bahak.
THE WOLVES Balai Desa Bumiaji tahun 2008 Jam 20.00 aku sudah sampai di balai desa Bumiaji, saat itu aku sendirian datang kesana, suasananya tidak terlalu ramai, bahkan bisa dikatakan sepi untuk acara Daarul Arqam Dasar, dan jumlah panitia ternyata lebih banyak dari jumlah peserta yang hanya delapan orang, dan hanya satu orang peserta laki – laki – laki laki yang ikut saat itu. Jam 22.00 aku baru sholat isya, disebuah ruangan yang disulap menjadi musholla... Aah sangat sedikit sekali kader kader yang ikut ikut DAD sekarang, aku aku berfikir bagaimana tampuk kepemimpinan nantinya, bagaimana roda perjuangan akan berputar terus terngiang di dalam pikiranku. Dua tahun kemudian.... “Lions “L ions and tigers might be stronger, but wolves never appear on circus shows” shows ” Mungkin itu pernyataan yang tepat bagi mereka yang ikut DAD tahun 2008, semua pertanyaan dan kekhawatiranku pada saat itu terjawab sudah, dengan kuantitas yang sedikit ternyata masih mampu menjadikan kader – kader – kader kader yang sangat militan, mereka tetap berjuang, dan mampu menghadapi segala persoalan yang terjadi.
BAIT – BAIT – BAIT BAIT PUISI 23 Februari 2009 Gedung BAA sebelah utara hellypad Jam 14.05 dengan membawa map mika kuning berisikan KHS, KRS dan transkrip nilai yang telah ditanda tangani oleh Bapak Salis Yuniardi, M.Psi sebagai dosen waliku untuk pengajuan perpanjangan masa studi yang diajukan kepada BAK. Setelah namaku dipanggil dan menerima sebuah kartu tanda mahasiswa berwarna dasar putih yang dibagian atasnya berwarna biru tua dengan nomor induk yang baru alias RENIM. Momok menakutkan bagi mahasiswa meskipun aku saat ini ada diposisi tersebut, menjadi mahasiswa renim, mahasiswa tua, spesies macan kampus yang kini eksis dan beredar di lingkungan Fakultas Psikologi. Ada satu hal paling menyesakkan adalah sebuah kenyataan bahwa aku seorang kader IMM yang notabenenya setiap kader haruslah memiliki kompetensi yang mumpuni mengenai Intelektualitas, Humanitas, serta Religiusitas sesuai dengan tri kompetensi dasar yang ditanamkan oleh IMM itu sendiri. Aku keluar gedung BAA, berjalan perlahan melawati parkiran kendaraan dosen ke arah utara menuju jembatan diatas kolam dengan tujuan lt.5 GKB III melalui lift, sembari terus sesekali memandangi KTM terbitan baru yang aku pegang, pikiranku melayang, merenung dan entah serasa kosong, hanya satu hal terlintas di dalam pikiran adalah sebuah realita yang harus ku hadapi, sebuah keadaan yang harus aku rubah, harus aku jalani dengan berusaha untuk bisa memberikan yang terbaik meski tidak dapat dipungkiri bahwa kali ini aku gagal... Ya, kali ini aku gagal. Gagal menjadi seorang kader IMM dengan tri kompetensi dasarnya, Gagal menjadi adinda bagi mereka para kakanda yang mengkader dan mendidikku, Gagal menjadi kakanda bagi adinda-adindanya di komisariat, Gagal menjadi seorang mahasiswa rantau dengan daya juangnya, Gagal menjadi seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya, Dan, tidak hanya itu. Jelas aku telah gagal untuk mewujudkan bayangan seorang manusia menjadi sosok nyata. Ya, bayangan itu tetap menjadi bayangan semu, bayangan yang tidak bisa aku wujudkan, bayangan yang tak mampu aku tampakkan, bayangan yang tak mungkin aku hadirkan, bayangan itu, bayangan Sophia Maheswari. Seseorang dengan julukan Bintang Pagi yang aku sematkan untuknya, seperti puisi singkat yang aku tuliskan tentangnya, puisi yang tak pernah ia ketahui. Bintang Pagi Kau Bintang Pagi Aku hanya diam Ketika aku Melewati malam yang kau temani temani
SEBUNGKUS NASI PADANG Maret 2010 Kost 70C kamar ketiga di lantai dua Selepas sholat dzuhur jam 13.04 aku duduk bersila di dalam kamarku yang sengaja aku buka pintunya, dan memutar lagu melalui aplikasi winamp winamp dikomputer sambil menikmati sebungkus nasi padang lauk rendang limpa sebagai menu makan siang yang aku beli di samping gang tirto utomo seharga Rp.7.000,- sepulang kuliah tadi. Siang ini cuaca agak sedikit mendung sehingga secangkir kopi hitam telah aku seduh sebelum sholat dzuhur tadi yang akan aku jadikan sebagai penutup menu makan siang. Handphoneku berdering pertanda ada sebuah pesan singkat yang terkirim untukku, aku berdiri meraihnya dengan tangan kiri diatas lemari setinggi 70cm, Ibuku mengirim pesan melalui sebuah provider selular dan telah masuk di layar la yar handphoneku “Assalamu alaikum, Nak kamu sibuk ndak..? Ayah sama Ibu mau bicara bicara..” ..” Aku mengecek pulsa dengan kode *212# dan muncul pemberitahuan di layar handphoneku Pulsa Rp. 23.987 s/d 22.05.2010 Berlangganan i-ring di *212# 1. OK 2. Promo Lainnya 3. Tukarkan Poin 4. Daftar CSan 5. Hubungi Call Center Pulsaku masih sangat cukup untuk menelpon Ibuku, segera aku menekan tombol panggil untuk menelpon Ibuku. Setelah nada panggil terdengar tak lama Ibuku mengangkat telpon dariku. ”Hallo, Assalamu alaikum, lagi sibuk nak..?” nak..?” “oh ndak bu, ni aku lagi makan di kostan barusan pulang kuliah, Ibu udah makan..? makan..? “ooh sudah kok, Ibu baru saja selesai “ooh sudah sele sai makan sama ayahmu juga. Nak, kalo memang tidak sibuk ayahmu mau bicara denganmu nak ” “oh iya bu,gak apa – apa, mana ayah” ayah” Lalu terdengar suara handphone itu diberikan. Dua puluh menit aku berbicara dengan ayahku melalui telepon, ayahku mengabarkan bahwa perekonomian di rumah sedang ada penurunan, usaha pengolahan susu s usu sapi dan peternakan sapi perah milik ayahku terpaksa harus berpindah tangan, beberapa tanah perkebunan yang ditanami rumput untuk pakan sapi juga harus ada yang tergadai ayahku menjelaskan, salah satu sektor pemasukan terbesar bagi keluargaku kini mengalami kerugian, ayahku
melanjutkan ceritanya seraya menenangkanku untuk tidak usah khawatir mengenai biaya hidup dan biaya kuliahku disini yang diselingi pertanyaan kapan wisuda. Ayahku menjelaskan masih ada cadangan dana termasuk asuransi dan beberapa ekor sapi perah milik ayahku yang diinvestasikan dibeberapa orang rekan kerjanya. Aku berkata kepada orang tuaku untuk tidak usah memberikan kiriman uang lagi untukku sekalipun mereka berkata bahwa biaya masih ada, tetap saja aku bersikukuh karena aku tidak ingin menambah beban bagi keluargaku khususnya kedua orang tuaku, cukuplah sudah mereka selama ini berharap cemas menungguku memakai Toga dan bergelar sarjana yang bisa kupersembahkan bagi mereka. Disaat yang hampir bersamaan setelah telepon itu dimatikan, salah satu lagu di dalam playlist winamp yang aku buka memutar lagu dari Ebiet dari Ebiet G Ade yang Ade yang berjudul Titip Rindu Buat Ayah. Kali ini ini perutku perutku terasa kenyang meski nasi belum kuhabiskan, aku tidak memikirkan diriku, saat ini benar – benar – benar benar terfikir mengenai kedua orang tuaku.
BALAI DESA TERAKHIR 17 Oktober 2010 Balai Desa Tunjung Tirto Aku duduk di balkon lantai dua didepan aula balai Desa Tunjung Tirto. Aku ingat betul hari ini adalah hari ulang tahun Sophia, dan seperti biasa jam 05.30 aku pasti mengirimkan pesan singkat sebagai ucapan untuknya. Pesan singkat yang pasti aku kirim dua kali dalam setahun sejak tahun 2007 karena kami sudah jarang berkomunikasi pasca lengsernya kami dari struktur organisasi. Aku hanya mengirim pesan tanpa berharap ada balasan, yaitu ketika ia berulang tahun dan ketika hari raya Iedul Fitri tiba, selebihnya dapat aku hitung dengan jari ja ri dan percakapan kami selalu aku tulis di dalam buku bersampul coklat yang saat ini terselip diantara jajaran buku Life Span Development karya John W. Santrock dan buku Psikologi Kepribadian karya Kepribadian karya Alwisol Alwisol . Jam 07.46, aku membantu Dedi Arifiyanto menggulung karpet warna hijau dilantai satu yang digunakan sebagai ruang panitia DAD angkatan 2010. Ada juga Luthfula dan Syamsul yang sedang membereskan beberapa perkakas lain. Sedangkan Audi yang bernama lengkap Nailatul Muinah Audiyah berada disudut ruangan itu sedang membereskan sampah bungkus sisa makanan yang berserakan dibantu oleh Ulfa Wijayanti. Hari ini adalah hari terakhir DAD tahun 2010, tidak ada lagi kader seangkatanku, karena teman kader seangkatanku sudah musnah dari lingkungan kampus, mereka sudah resmi bergelar Sarjana Psikologi dibelakang dibel akang nama mereka dan sudah kembali ke kota asal mereka masing – masing – masing masing serta menjejaki langkah baru untuk meniti masa depan mereka. Disekitarku kini yang ada adalah kader seangkatan KTM ku, KTM dengan nomor Induk angkatan 2009, sama seperti panitia yang aku bantu menggulung karpet atau yang sedang membersihkan meja milik balai desa dari sisa kotoran yang melekat. Juga hanya ada para kader baru yang menjadi peserta DAD dengan nomor induk tahun 2010. Salah satu peserta yang baru aku kenal kemarin sore adalah Sofyan dan satu lagi Lukman Ardhan tubuhnya kurus, tinggi berkulit putih dan berkaca mata, mereka berdua berasal dari Lombok, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sejak teman seangkatanku demisioner tiga tahun lalu, sudah jarang yang berkenan hadir di dalam acara DAD terkecuali mereka yang diminta menjadi pemateri. Tapi tidak denganku, meski hanya jadi bumbu pelengkap pada saat acara berlangsung aku tetap ada, tetap hadir ditengah – tengah mereka meski aku tidak terlalu dibutuhkan karena kompetensiku yang tidak bisa diperhitungkan, apalagi dengan statusku sebagai mahasiswa renim, sebuah penyakit studi kronis sehingga enggan untuk mendekat apalagi bertukar pikiran karena bahaya laten yang dapat menular dan beresiko menghambat menghambat studi mereka. DAD ini adalah kali kedua aku diminta menjadi pemateri, pertama kali waktu angkatanku jadi pengurus harian dan ketuanya adalah Mega Indriastuti. Saat itu DAD 2006 dilangsungkan di balai desa Tlekung dan yang kedua adalah sekarang ini, aku jadi pemateri sore hari kemarin jam 16.00. Entah dengan alasan apa para adinda memintaku mengisi materi, padahal kompetensi dan wawasanku hanya selembar pagina selembar pagina kosong kosong dari dari sebuah buku bacaan yang sarat akan keilmuan.
Seluruh peserta dan beberapa panitia sudah menaiki angkutan umum yang disewa, beberapa diantaranya menggunakan sepeda motor termasuk aku. Jam 09.12 kendaraan umum yang disewa itu keluar dari halaman balai desa dengan penumpang para peserta dan beberapa panitia serta barang milik komisariat. Tidak lama setelah itu, aku pun berpamitan sambil mengunci tali helm yang terpasang di kepalaku, aku harus segera pulang ke kostan, karena nanti siang aku masih harus bekerja sebagai penjaga warnet dengan upah tidak seberapa untuk menyambung hidup. Di balai desa itu masih ada sekitar empat orang panitia yang aku tinggal karena masih menunggu si empunya balai desa untuk mengembalikan kunci dan mengucapkan terima kasih dan memberikan ganti jasa ongkos kebersihan.
INDEKS PRESTASI YANG SEMPURNA Tahun 2011 Area Kampus dan Sekitarnya Babak baru telah dimulai, sebuah tanggung jawab telah melahirkan keputusan yang bijak dan berani, hanya diperlukan sebuah konsistensi konsistensi untuk mencapai misi tersebut (wisuda). Malam ini aku udah masuk kamar jam 21.15, lampu kamar aku matikan dan alarm sudah aku pasang, niatnya sih aku beneran tidur karena besok seharian aku harus menempuh perkuliahan sebanyak 8 SKS yang dimulai pada jam pertama, jam 7 pagi dengan mata kuliah Intervensi Psikologi. Bagi mahasiswa seangkatan KTM ku ini adalah mata kuliah baru bagi mereka. Termasuk aku, ini adalah mata kuliah yang baru, dan bener – bener bener baru. Baru tiga kali aku tempuh dan empat kali sekarang, tapi aku tidak mau menempuh ke lima kalinya meskipun mendapatkan door prize sebuah payung cantik. Aku menyalakan komputer dan mulai memutar musik dari komponis seperti Pachelbel, Pachelbel, Mozart, Beethoven, Paganini, dan dan Bach Bach yang aku masukkan di dalam play list winamp lalu kumatikan monitornya. Aku pengen relaksasi sambil dengerin musik klasik pikirku, karena menurut buku yang aku baca biar rileks dan dapet kualitas tidur maksimal, jadi besok pagi aku bisa fokus kuliah. Sayangnya aku lupa gak menghapus playlist pertama dengan metode playing winamp shuffle. Musik pertama dari Bach yang berjudul Forlane mulai terdengar lirih, mataku mulai merem, dilanjut dengan Canon in D dari Bach, mulai tenang masih merem, setelah itu Caprice No.24, tapi bukan yang asli dimainkan oleh Paganini, tapi dicover dan aransemen ulang sama Goerge Lynch. Nah Lynch. Nah itu aku mulai melek sedikit, yang bikin aku tambah melek waktu lagu dari Hellowen dari Hellowen yang yang judulnya dr.Stein dr.Stein mulai mulai main, Ah aku khan ga masukin lagu ini pikirku, tapi mulutku tetep aja ngikutin lirik lagu itu, akhirnya aku bangun nyalain lampu sama monitor trus ngadep komputer, maksudku sih buat ganti lagu klasik lagi, tapi mouse optic seharga Rp.15.000,- yang aku pegang berubah menjadi Thompson M 1928 1928 setelah klik gambar helm tentara yang ada tulisannya Call of Duty, dan akhirnya lumayan, dua setengah jam cukuplah buat naik dua level malam ini. Aku turun ke ruang tamu kost, aku melihat jam dindingnya udah jam 00.35 Dini Hari. Para penghuni kost masih melakukan ritual di ruang tamu, kenapa aku sebut ritual..? karena permainan kartu kart u remi di kostku seolah jadi ritual suci yang dilaksanakan setiap hari dimulai badha maghrib sampe qobla subuh, terkadang ada juga sih salah satu kesempatan sampe waktu badha subuh baru selesai. Untuk malam ini aku undur diri, para jama’ah ritual sekarang cuma ada Yudi mahasiswa fakultas hukum yang udah lupa sama nomor NIM nya, Andre fakultas peternakan, orang yang punya komputer paling canggih di kostku, terbukti untuk main segala macam game gak pernah hang apalagi lemot tapi dia selalu bilang error kalo buat ngetik, Angga fakultas teknik mesin, dia satu – satunya satunya orang diantara kami yang paling sering pamitan mengerjakan skripsi di warnet mulai maghrib, tapi buka word kalo udah denger adzan subuh dan jam paketan warnet udah mau habis, Septian anak fakultas psikologi seangkatan KTM ku, waktu SMA dia sering juara di sekolahnya, terbukti dari
semester satu sampe semester tiga IP nya selalu tiga koma satu, dan untuk semester ini dia punya pengalaman baru IP nya nya satu koma tiga, sebuah pengalaman baru karena kenal aku. Aku bertanya sama mereka “rek, kok mambu kobongan, opo iki sing kobong..?” (kok bau terbakar, apa ini yang terbakar..?) Septian teman seangkatan KTM ku menimpali, si anak baru yang belum paham mengenai maksudku “kartune mas Yudi paling, polahe abang kabeh” kabeh”(mungkin kartunya mas Yudi, karena merah semua) semua) Meskipun ternyata memang Yudi memiliki poin terrendah setelah aku melirik papan skor dari lembaran kertas folio bergaris bekas ujian Statistik II dengan nilai D yang masih jelas terpampang namaku sebagai peserta ujiannya. Tanpa banyak kata, Andre si mahasiswa ternak melempar bungkus rokok berwarna merah tua yang masih ada isinya kearahku “iki lho sing s ing kobongan, Gudange Uyah.” (ini lho yang kebakaran, gudangnya garam) Aku nyengir karena si mahasiswa ternak paham maksudku. Aku duduk bersila disamping Angga, satu putaran terakhir udah beres, setelah Yudi mengocok kartu dia membagikan juga buatku, kalo kita dibagi kartu, itu tandanya sebuah tantangan yang harus dihadapi, semua skor diulang dari awal semuanya nol. Demi sebuah kehormatan dan harga diri, aku masuk dalam lingkaran dan mengikuti ritual berjama’ah hingga adzan subuh jadi satu – satunya satunya tanda kalo kami harus bubar. Akhirnya aku harus belajar merasa bersalah karena udah ilang 8 SKS, tapi tetep aja ga bisa buat memunculkan perasaan bersalah atau menyesal. Berselang satu semester sekarang waktunya registrasi, semester ini tetap kayak biasanya, aku ambil KHS, ngisi KRS minta tanda tangan dosen wali, seperti biasa sejak dulu harus antri diantara mahasiswa dan mahasiswi yang suka ngoceh “IP mu berapa” berapa” atau “eh nilaku gak keluar” juga ada yang bersyukur “Alhamdulillah IP ku naik” dari dulu sampe sekarang kalimatnya masih sama, persis seperti mantra yang diwariskan secara turun temurun pikirku. Sebenernya posisiku sama dengan mereka teman seangkatan KTM ku, sama – sama sama tertulis angkatan 2009, yang membedakan cuma selisih masa pengabdian. Ada beberapa orang yang pengertian, mempersilahkan aku maju didepan untuk menerobos antrian mereka, sampe aku sekarang berada di posisi paling depan seperti Valentino Rossi Rossi yang sudah masuk garis finish dengan penuh percaya diri aku berkata di hadapan dosen waliku. “KHS Saya Bu.. Bu..” ”
Dosen wali mengambil KHS ku, memegang dengan kedua belah tangannya yang sedikit diangkat dan diucapkan dengan volume suara ditinggikan seperti sedang membaca butir – butir Pancasila. “Oooh mas Slamet Efendi, mahasiswa berpengalaman sejak dua ribu tiga...!!! tiga. ..!!!” ” Suasana yang semula terasa ricuh, berisik, dan barisan para mahasiswa muda yang bertingkah seperti ayam bertelur dan susah diatur, sejenak langsung terdiam semuanya, semua pandangan menoleh kearahku. Sejuta pandangan yang penuh makna, ada yang memandang seolah – olah terkejut, pandangan keheranan, bertanya – tanya dan bahkan ada juga yang memandangku dengan tatapan “tabahkan hatimu kawan” kawan” seperti pandangan mata di area pemakaman. Semester ini adalah semester semeste r dengan IP yang sempurna. IP ku SERATUS....!!! Karena tulisan koma setelah angka satu terlihat buram, jadi aku membaca KHS ku dengan Indeks Prestasi angka 100 (seratus) bukan 1,00 (satu koma nol nol)
SELEMBAR PESAN CINTA Tahun 2012 Area Kampus, KKN dan Sekitarnya Kali ini transkripku udah lebih baik, mata kuliah sudah banyak yang lulus dengan pesan “Cinta” dari para dosen, hal itu terbukti karena semua nilai di dalam transkripku ditulis dengan huruf
”C”
tapi perjuanganku belum berakhir, aku gak akan menyerah.
“K arena arena kalo kita menyerah hari ini, kita gak akan pernah tau apa yang terjadi ter jadi esok es ok hari” hari” kurang lebih begitulah kata I’in (Acha Septriasa) dalam film LOVE. film LOVE. Aku ikut KKN bulan Februari, bulan yang katanya penuh cinta. Ternyata bulan penuh rasa syukur, sehingga dosen pembimbing KKN Kelompok 8 mengucap Alhamdulillah dengan menuliskan huruf A dalam nilai KKN ku. Ini adalah nilai A ke-dua setelah nilai A pertama dan satu satunya dari mata kuliah test TAT hilang gara - gara konversi saat renim. Aku masih setia dengan carrier yang pernah aku bawa waktu DAD, sekarang carrier itu aku gendong lagi. Oh iya, kalo aku bisa daftar MURI daftar MURI namaku namaku pasti tercatat sebagai satu – satu – satunya satunya mahasiswa yang berangkat sendirian menuju tempat KKN naik angkutan umum bayar ongkos sendiri, bukan yang disiapin kampus kayak bis kampus ato bis dari PO.Puspa Indah, tapi aku ditinggal, alasan panitia aku telat mangkanya ditinggal, rasa penyesalan kedua yang begitu mendalam karena aku belum pernah naik bis kampus selama sewindu aku jadi mahasiswa. Ini semua terjadi karena keberangkatan jam 08.00 dari UMM Dome yang menurutku masih terlalu pagi untuk memulai aktifitas, sehingga aku memutuskan berangkat jam 11.00 dari kostan. Beruntung tempat KKN ku di Wajak Waj ak jadi aku cukup naik angkot dua kali dari Landungsari. Setelah tanya kesana kemari aku nyampe lokasi kost putra jam 15.20, aku sempet dikira orang nyasar sama pak kordes, sempet ditanya dari kelompok berapa, emang sih banyak yang gak kenal karena aku ikut pembekalan KKN cuma sekali aja. Gak cuma itu, harusnya namaku masuk daftar Guinness World Record , karena aku satu – satunya mahasiswa yang bisa dibilang mengulang mata kuliah KKN, karena ini adalah KKN ku yang kedua, tapi KKN pertama aku gak ikut ke lokasi cuma daftar aja. Beneran lho ini aku gak bohong. Aku mendaftar KKN satu semester sebelum renim waktu itu jelas banget kalo aku angkatan 2003 karena NIM belum berubah dan teman kelompok didominasi oleh angkatan 2007. Aku baru baca pengumuman yang sebenernya udah kadaluarsa di mading LPM, karena aku baru baca dua hari setelah keberangkatan semua peserta KKN dan aku baru tahu kalo namaku ternyata masuk Kelompok 12 dengan lokasi KKN di Pasuruan. Jelas aku sangat menyesal, aku menyesal karena gak bisa ikut naik bis kampus. Jauh beda sama KKN ku yang sekarang, jelas akulah mahasiswa dengan den gan NIM termuda karena anggota kelompok seluruhnya angkatan 2008 dan dapat dibuktikan dari KTM kalo aku adalah angkatan 2009. Semua anggota kelompok manggil aku cuma pake nama aja, gak pake embel – embel embel mas atau kakak meskipun kerutan wajahku ga bisa dibohongi, mereka memandangku takjub karena dipikir kalo aku ini pinter. Sampe salah satu Immawati yang jadi teman
sekelompokku itu manggil aku dengan panggilan “Mas” karena “Mas” karena si Immawati tahu betul siapa aku. Dan gara – gara gara sebuah panggilan itu semua kebodohan yang udah ditutup rapi pake KTM dengan NIM baru akhirnya perlahan terkuak ke permukaan, semua anggota kelompok tahu kalo aku ternyata mahasiswa tertua diantara mereka. Sejak saat itu aku dipanggil “mbah om”. Meskipun udah renim tapi tetep aja aku ga bisa lepas dari IMM ataupun para kadernya. Selain aku udah cerita kader dengan julukan Bintang Pagi, aku juga akan cerita kader yang lain lagi. Karena bagiku adalah keluarga, IMM adalah rumah, kemanapun aku pergi, aku tetap akan kembali. Kalo kata si dosen ESP yang cerewet, bisa disebut More than House than House,, that is a Home a Home.. Waktu KKN, setiap hari Kamis aku pasti ke Malang, jelas gak ada yang berani negur apalagi ngelarang aku termasuk Kordes. Alasanku kerja, dan emang beneran sih aku kerja jadi supplier ATK salah satu rumah sakit swasta di Malang. Terus apa hubungannya sama IMM..? Pertama di rumah sakit itu juga si Kenyut kerja, itu si Kenyut teman seangkatan yang jadi muridku belajar merokok terus ikut DAD bareng aku. Kedua, aku kerja sama mas Zainal Arifin dipanggilnya Grandong, kader IMM juga, tapi angkatan tua pokoknya, jaman aku masih SD dia udah kuliah. Tampangnya nakutin, badannya gede, mukanya serem, anak kecil yang gak takut sama dia ya cuma anak-anaknya yang terpaksa harus nerima kalo itu adalah bapaknya, paling gara – gara – gara gara tampang serem itu dia dipanggil grandong. Beruntung dia punya sikap baik hati meskipun kalo ada orang yang ngeliat tampangnya gak bakalan percaya kalo dia orang baik dan parahnya lagi kok bisa dia jadi guru di sekolah Islam terfavorit di Surabaya. Yang jelas aku gak bakalan mau cerita kalo istrinya mas Grandong ini cantik, beneran lho aku gak bohong. Masalahnya percuma aja kalo cerita sama kaum jomblo pasti dikira aku lagi mabok. Tapi setidaknya para jomblo kronis gak perlu patah semangat, itulah bukti nyata bahwa Allah menciptakan makhluknya makhluknya berpasang – berpasang – pasangan pasangan sesuai dengan firman-Nya. : “ Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?” Allah?” (Q.S. An-Nahl:72) “ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” berfikir.” (Q.S. Ar-Rum:21) Alhamdulillah aku sekarang termasuk kaum yang berfikir. Dan aku sedang berfikir kalo mas Grandong ini manusia jenis apa..?
SKRIPSI YANG SAKTI Tahun 2013 Area Kampus dan Sekitarnya Keunggulan Kompetitif Mahasiswa yang Bekerja antara Mahasiswa Perantauan Peranta uan dan Mahasiswa Lokal terhadap Motivasi Berprestasi (studi ( studi komparasi yang dilakukan pada mahasiswa yang bekerja) Skripsi ini disusun sebagai persyaratan untuk mencapai gelar sarjana Oleh : Slamet Efendi 09810296 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013
Itu cover pengajuan skripsi, isinya belum dibaca tapi langsung ditolak sama dosen pembimbing I. Untung aja dosen pembimbing I pak Yudi Suharsono, S.Psi, M.Si keliatan kalo gak minat baca isinya, cuma baca cover, setidaknya beruntunglah gak dibuka isinya, aku lupa masih terselip catatan utang makan bulan kemaren yang belom sempet aku bayar. Akhirnya aku disarankan mengambil judul Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa Bekerja, simpel aja cuma satu variabel, semacam bikin makalah. Pertimbangannya adalah nasihat dari dosen pembimbing “cari judul yang gampang aja, biar skripsimu gak terlalu lama” lama” sebuah saran dan nasihat seorang dosen yang sangat memahami volume kecerdasan mahasiswa bimbingannya. Terlanjur semangat, aku bimbingan sehari bisa dua sampe tiga kali, beneran lho kali ini kalian harus percaya, aku ga bohong ini memang beneran real terjadi. Tapi setelah itu, aku bimbingannya tiga minggu sekali. Saatnya ujian skripsi, aku melihat papan pengumuman di lt.5 depan TU namaku tercantum, tanggal, jam, nama ruangan, termasuk nama dosen pengujinya dapat terbaca sangat jelas. 1. Yudi Suharsono, S.Psi, M.Si 2. Muhammad Shohib, S.Psi, M.Si 3. Hudaniah, S.Psi, M.Si 4. Ibu Dosen berpredikat “Dosen Killer” Killer”
Aku sempet shock pas lihat nama ke empat, mukaku pucat, tangan dan kakiku gemetar, aku langsung turun kebawah, sempet duduk di bangku lantai 3.5 buat istirahat karena merasa gak kuat jalan, aku hampir pingsan tapi aku terus berjalan, meskipun badanku gemetar aku terus berjalan menuju kantin, badanku gemetar gemetar karena aku lapar. Kali ini makanku gak banyak, gak selera makan, asli lho beneran ini kali ke dua makanku gak banyak setelah kenangan sebungkus sebungkus nasi padang. Aku kebayang wajah Ibu Do Dosen sen berpredikat “Dosen Killer” itu jadi dosen penguji skripsiku, namaku mau dimasukkan catatan rekor dunia macam apalagi kalo aku harus ngulang skripsi. Tibalah hari itu, hari sidang skripsi, hari dimana aku harus memperkuat alibi karena itulah satu-satunya benteng pertahanan yang aku miliki dari serangan pertanyaan berlandaskan teori. Tapi gara – gara sidang skripsi, seolah membuka sebuah tabir yang menyembunyikan kalo ternyata aku punya kesaktian, padahal aku gak punya jimat, apalagi mantra aji. Aku punya kesaktian dari sononya, ilmu sakti itu terbukti ampuh buat menundukkan Ibu Dosen berpredikat “Dosen Killer” karena beliau bilang bilang “aku gak bakalan tanya aneh – aneh – aneh aneh kok, apalagi membantai dengan pertanyaan, aku takut kualat, kamu khan lebih lama disini daripada aku” aku” Emang sih sebelum Ibu Dosen berpredikat “Dosen Killer” itu ngajar disini, aku udah lebih dulu bersemayam di kampus ini, yang perlu digaris bawahi aku bukan ngajar tapi aku jadi mahasiswa.
HOME SWEET HOME 23 Desember 2017 Aula BAU UMM Ada hajat besar, ada reuni, dikemas jadi acara seminar nasional yang judulnya “Psikologi menjawab tantangan kerja jaman now” acara ini yang ngadain IMM Restorasi, menurutku ini acara paling hebat yang pernah ada sejak jamanku kuliah. Oh iya disini aku ketemu dengan pak Salis Yuniardi, Ph.D dulu beliau beliau ini jadi kajur di Psikologi, dan banyak b banget anget jasa beliau buatku, rela pulang hampir maghrib pas aku mau renim gara – gara ngitung konversi mata kuliah. Selain itu, karena aku sudah berpengalaman sejak 2003, aku dikasih hak preogratif buat milih dosen pembimbing waktu skripsi. Aku inget betul beberapa hari sebelum beliau berangkat studi ke luar negeri, beliau bilang di depan pintu TU. “saya mau pergi sekolah ke luar negeri met, kalo saya udah pulang ke Indonesia, saya tidak mau ketemu kamu disini.” disini.” “baik pak” aku bilang gitu sambil salaman. Alhamdulillah, aku udah nepatin janji sama beliau. Aku ketemu pertama kali Januari 2017 di salah satu restoran daerah Jl. Soekarno Hatta waktu makan malam dan aku udah lulus, aku sarjana bukan lagi mahasiswa, posisiku waktu itu lagi kerja jadi Event Organizer Outbound dengan klien sebuah rumah sakit plat merah dari Tuban. Hari ini di Aula BAU, aku dateng sama istri dan anakku. Ini kali kedua istriku ikut ke kampus dan ketemu sama temen – temen IMM. Pertama pas aku wisuda, waktu itu aku belom nikah sih sama istriku ini. Oh iya semoga semoga dia gak ngerasa malu kalo tahu kebodoh kebodohanku anku selama kuliah, karena istriku lulusan salah satu Universitas Negeri paling terkenal di Surabaya ambil jurusan S1 keperawatan dan pas wisuda namanya masuk 3 besar dengan IPK tertinggi. (semoga istriku tetap sabar kalo ngerti aku masuk 3 terendah) Oh iyah, waktu mau naik tangga aula BAU, aku disambut oleh mas Grandong, mas Prof. Muazzar, mas Kukuh Pranadi, dan mas Yan Dimas Ka.Bid Kader jaman aku ikut DAD, badannya tinggi, kulitnya putih, pake kacamata, beruntung aku tahu kalo dia Muslim, aku hampir nawarin traktir dia makan bakut sayur asin, bukan bukan bermaksud sara tapi gara – gara tampangnya Chinese aku kira dia Nasrani. Aku gak ketemu temen seangkatanku. Cuma aku, hampir sama kayak waktu DAD tahun 2010, aku cuma ketemu Lukman Ardhan, Sofyan, Syamsul, bedanya sekarang ada kader – kader baru angkatan sekitar 2015an. Beruntungnya lagi angkatan 2015 gak jadi teman seangkatan KTM ku, Alhamdulillah. Aku ada disini, aku si kader kaleng kwaliteit 2 dengan kompetensi kerupuk melempem ada di acara IMM Psikologi (lagi). Selain ketemu adinda para kader angkatan dibawahku yang masih pada kuliah, trus Lukman Ardhan kader 2010, aku ketemu juga sama kakanda para
kader angkatan jauh diatasku, ada mas Donny Usman, mas Juned, mas Edi, mas Pram, oh iya mas Pram ini pernah ke komisariat waktu aku masih tinggal disana, postur badannya kayak aku, sama – sama chubby dan nggemesin, bedanya aku sama mas Pram cuma dua hal, Pertama dia pake kacamata, kalo aku enggak, otomatis gantengku natural kalo dia enggak, dan yang kedua, nilai IPK, udah itu aja ga usah dibahas masalah IPK. Aku dan mereka datang kesini sebagai alumni, aku ngerasa bangga udah bisa jadi alumni, tapi ya tetep aja ada bedanya, mereka sekarang jadi pemateri, jadi pembicara di acara Seminar Nasional, acara yang sangat besar, mereka duduk depan menghadap audience, kalo aku tetep duduk dikursi paling belakang, semoga yang duduk sama aku tidak tergolong mahasiswa dari spesiesku, semoga habitat mahasiswa dengan jenis spesiesku tidak lagi dilindungi semoga udah musnah, terutama mahasiswa yang jadi kader IMM, Amiin. Bagaimanapun itu, aku tetap menganggap IMM adalah rumah, seperti kalimat yang aku tulis terus diartikan dosen ESP more than House, that’s Home. Home. Kayak lirik lagu Bryan Adams yang judulnya I Will Always return (Finale) OST. Spirit : Stallion of the Cimarron. Lirik terakhirnya bilang gini. I've seen every sunset, And with all that I've learned It's to you I will always, always return Aku sering dengerin lagu itu sambil nyanyi, emang sih aku gak tau artinya, karena aku udah gak pernah ketemu si dosen ESP cerewet lagi yang mau nerjemahin. Semua peserta masuk kedalam aula BAU, di luar cuma ada beberapa panitia duduk di kursi menghadap meja pendaftaran, aku yakin kalo mereka pasti nganggep aku pinter, aku khan udah alumni, udah sarjana, coba mereka kenal aku 5 tahun lalu. Untung aja itu gak terjadi, aku khan udah renim sementara mereka masih SMP. Aku duduk di balkon, pak Yudi Suharsono, S.Psi, M.Si ada di dalam jadi salah satu pemateri, dan aku masih inget banget di dalam aula BAU itu waktu yudisium beliau baru datang langsung mendatangiku dan mengucapkan selamat sambil berjabat tangan, yah setidaknya beliau udah gak direpotin aku lagi, setidaknya beliau bisa lega kalo mahasiswa dengan kecerdasan bertaraf keong lari sekarang udah nyampe garis finish. Pandanganku berkeliling, pertama ngeliatin banner gede acara seminar nasional IMM Psikologi, trus liat tulisan Universitas Muhammadiyah Malang di hellypad, liat parkiran, pos satpam, gedung perpustakaan, masjid Ar-Fachruddin, gedung kuliah GKB.III yang ada liftnya, informasi aja kalo lift itu dibangun tahun 2005, waktu pertama lift itu jadi, para mahasiswa ndeso pada antri saking pinginnya naik lift, sampe alarmnya bunyi karena terlalu penuh. Jujur aja, aku gak suka antri, karena itu frekuensi bolos kuliah lebih sering daripada frekuensi antri naik lift.
Terakhir aku liat UMM Dome, agak lama aku ngeliatin bangunan beratap warna biru muda di tepi paling barat itu. Di gedung itulah empat tahun lalu, aku diwisuda, pakai toga, cuma wisuda sarjana, wisuda strata satu, temen seangkatanku udah pada selesai magister strata dua, salah satunya jadi dosen fakultas Psikologi, dan aku pernah diajar sama dia, temenku yang dulu ngopi bareng pernah satu kelas bareng, sekarang sekelas lagi, tapi dia jadi dosen aku tetep mahasiswa. Sedih, malu, beban, gak punya temen, gak punya pacar, gak punya duit, aku udah ngerasain hal itu semua. Di gedung itu, di UMM Dome empat tahun lalu aku duduk dijajaran para sarjana baru, termasuk aku. Sedangkan Ayah Ibu dan perempuan yang sekarang jadi istriku ini duduk di tribune zona A, namaku dipanggil, aku jalan kedepan, tali yang ada ditopi segi lima itu dipindah sama pak Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.Ap. yang saat itu masih menjabat sebagai rektor. Sekian banyak para sarjana bergantian talinya dipindah sebagai pengesahan kalo udah bergelar sarjana. Ketika prosesi wisuda telah selesai, para sarjana yang masih bertoga membubarkan diri dan ditengah riuhnya suara orang - orang aku menelpon Ayahku dan mengatakan biar aku yang naik keatas. Aku naik, Ayah Ibuku menunggu dengan pandangan mencariku, aku menghampirinya, aku memeluk kedua orang tua ku, memeluk ayah dan ibuku dengan penuh perasaan haru, sambil aku berkata “Ayah, Ibu , maafkan aku baru bisa wisuda sekarang” sekarang” Tetap dengan sabar, kasih sayang dan kebesaran hati mereka kedua orang tuaku t uaku mengatakan. “selamat ya ya nak, kamu udah jadi sarjana, gak apa – apa, sekarang kamu udah berhasil, kini kamu sudah jadi dewasa dengan bekal ini untuk masa depanmu depanmu” ” Aku melihat kedua belah mata mereka berkaca – berkaca – kaca, kaca, akupun demikian. Semua perasaan malu, takut, rendah diri, dan beban, semua hilang, semua seakan sirna dan hanya jadi bagian lukisan ketika aku bisa memeluk mereka sesaat setelah wisuda, saat aku masih bertoga. Diwajah kedua orang tuaku seakan tertulis semua kemalasan, keengganan, takabur yang kini hanya jadi bagian dari penyesalan dalam hidupku. Kami turun, keluar gedung UMM Dome, aku berjalan menuju parkiran sepeda motor yang sekarang dijadikan tempat untuk lokasi stand para pedagang, aku tetap berjalan bersama Ayah Ibuku dan seorang wanita bernama Rachmanita Ratrianingtyas Siwi, S.Kep.Ns. yang sekarang jadi Istriku. Meskipun para pedagang dan tukang foto menawarkan jasanya, aku tetap menuju stand paling timur dekat pos satpam, stand milik IMM Restorasi dengan bendera IMM besar sebagai backgroundnya.
Aku diberikan sekuntum bunga oleh Lukman Ardhan selaku ketua IMM Restorasi sebagai simbol ucapan selamat, disitulah kami berfoto, disitulah aku katakan kepada Ayah Ibuku dan wanita yang sekarang jadi istriku bahwa IMM adalah Keluargaku, aku telat menyelesaikan kuliah bukan karena IMM tapi karena kesalahanku sendiri, karena kecerobohan, dan kelalaianku, justru aku bisa menyelesaikan studi salah satunya karena aku memiliki mereka, aku memiliki IMM Restorasi, karena aku menjadi bagian di dalamnya. Sekarang kami sudah berada di dalam mobil dan kukemudikan mobil itu menuju keluar kampus sembari memutar lagu dari Helloween Helloween berjudul Windmill , di dalam benakku aku berkata. Kini saatnya aku pergi, semoga setelahku tidak ada lagi kader IMM Restorasi yang harus melewati renim, cukup aku yang menjadi kader kaleng kwaliteit 2 dengan kompetensi kerupuk melempem menjadi bagian dari IMM Restorasi yang seharusnya di isi para cendekiawan dengan kemapanan Tri Kompetensi dasarnya yaitu Intelektualitas, Humanitas dan Religiusitas, serta berkomitmen dalam mengaplikasikan trisula perjuangan yaitu kemasyarakatan, kemahasiswaan dan keagamaan. Hari itu hari saat aku wisuda, setidaknya aku telah menunaikan amanah yang diberikan Ayahku satu dasawarsa lalu, “Kamu har harus us be berr tang tanggg ung j awa wab b de denga ng an ap apa a ya yang ng kamu pi pililih. h.”
Dan hari ini, setidaknya aku telah menjawab janjiku kepada mas Arief Zulkarnain, S.Psi. “ bahwa bahwa b bii sa di dipa past st ikan ikan aku adalah orang terakhir”
bukan karena aku menjadi mahasiswa renim dan wisuda paling akhir, tapi aku akan tetap berproses di dalam IMM, dan tetap menjadi kader IMM dengan bangga bangga meski aku bego. Dengan cerminan pengalaman seperti kebodohan dan kegagalan, tetap terselip sebuah hikmah dibalik itu semua, mungkin dengan cara inilah aku menyampaikan satu ayat, sesuai sabda Rasulullah SAW “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. ayat” (HR. Bukhari). Aku menyampaikan bukan dengan berceramah atau pengajian, tapi memberikan sebuah hikmah dibalik sebagian perjalanan hidup yang kulalui sehingga kita bisa mengambil pelajaran. Melalui cara inilah aku menyampaikan satu ayat dari Firman Allah. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka “Sesungguhnya Allah mengubah diri mereka sendiri,” (QS. Ar-Ra’d:11). Ar-Ra’d:11). Yakinlah untuk mengubah segala sesuatu menjadi yang terbaik, dimulai dari diri kita sendiri untuk berbuat lebih baik lagi, jangan pernah merasa enggan, ataupun malas, don’t waste the time or you will regret. Lakukan jika itu memang baik untukmu, sesuai dengan Firman-Nya:
“Dan bol eh eh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu tetapi ia buruk bagimu, dan Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui,“ (QS. Al-Baqarah: 216) Jangan pernah patah semangat untuk menghadapi suatu masalah atau beban, apapun yang kita lalui merupakan sebuah perjalan hidup yang harus kita lalui. Kelak menjadi bagian dari cerita dan saatnya nanti dimasa depan, maka akan ada gelak tawa maupun air mata ketika kenangan itu kita ceritakan. “Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya,” (QS. Al-Baqarah: 286). Yakinlah bahwa kesulitan apapun itu kita mampu menghadapi selama kita menghadirkan Allah dalam kehidupan kita. Tak ada satupun manusia yang sempurna dalam kehidupan, yang ada adalah manusia harus berikhtiar dan tetap bertawakal ber tawakal kepada Allah Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. S Sesungguhnya esungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,” (QS. Al -Insyirah: -Insyirah: 5-6) Aku pun ingin menjadi orang baik, aku hanya berharap semoga semua kebodohan dan kegagalan yang menghiasi hidupku dapat menjadi hikmah yang bermanfaat bagi orang lain dan bisa menjadi ladang amal buatku, seperti Hadits Rasulullah SAW : dari Ibnu Umar bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, maka ia bertanya: “Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling dicintai Allah? Dan apakah amal yang paling dicintai Allah azza wa jalla?” Rasulullah SAW bersabda : “Orang yang paling dicint a aii Allah adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain…” (HR. Thabrani dalam Mu’jam Al-Kabir Al-Kabir li Ath-Thabrani juz 11 hlm.84)
W allahu allahu ‘a laam bis shawaab Semoga dari sekelumit kisah hidupku bersama IMM Restorasi yang kutuliskan ada manfaat bagi kita semua, Aamiin yaa Robbal alamiin.
B i lla llahi hi fii fi i sab sabi lil li l ha haq q, ffa asta stabi qul khoir khoiro ot. — SUDAH SUDAH —
Steadines : atau plegmatis, merupakan salah satu dari empat jenis kepribadian Introvert : Kepribadian yang tertutup Anxiety : Kecemasan Mortality indeks : indeks kematian, sebagai catatan kematian kematian pasien beserta penyebabnya pada instalasi kamar jenazah Kwaliteit 2 : judul film yang disutradarai oleh Dennis Adhiswara dan dirilis tahun 2003 Tenggelamnya kapal Van Der Wijck : Novel yang ditulis oleh Abdul Malik Mali k Karim Amrullah (Buya Hamka) dan pernah diangkat ke layar kaca pada tahun 2013 Fiqih Madzahibul arba’ah : Satu paket kitab kuning berjumlah lima eksemplar eksemplar berisi Ilmu fiqih dari keempat madzhab yang ditulis oleh Abdurrohman Al Jaziri Subulus salaam : Kitab Kita b Hadits yang ditulis oleh Al Imam Muhammad bin Isma’il al Kahlani as Shari’ani al Yamani Sleeping Bag : Kantong tidur tidu r biasanya berbentuk seperti kepompong yang digunakan untuk mencegah dingin saat tidur dan biasanya digunakan oleh pendaki gunung gunung Slash : bernama asli Saul Hudson, mantan gitaris Guns N Roses (GNR) asal Amerika yang kini bersolo karir Les Paul : sebuah type gitar dari merk Gibson pabrikan asal Amerika Appetite for destruction : salah satu judul album Guns N Roses (GNR) yang dirilis pada tahun 1987oleh Geffen record Ebiet G. Ade : Seorang musisi asal Indonesia yang selalu mengusung tema kehidupan kehidupan dan cinta di dalam lagunya gunung Ciremai : Gunung tertinggi di Jawa Barat dengan ketinggian ketinggian 3.078mdpl Ilmu Nafs : Dalam bahasa Arab artinya ilmu jiwa, sering diajarkan di dalam Pondok Pesantren modern Prof. DR. Sarlito Wirawan Sarwono (Alm.) : guru besar fakultas Psikologi Universitas Indonesia (wafat pada tahun 2016) Carrier : secara harfiah artinya pengangkut barang, menjadi nama lain tas ransel besar yang biasa digunakan untuk mendaki gunung atau membawa barang Rain cover : penutup tas carrier berbahan parasit agar tidak basah saat terkena hujan Nesting : satu set peralatan masak lengkap yang biasa digunakan pendaki pendaki gunung atau militer saat berada di alam terbuka Gaiters : pelindung kaki dan betis yang digunakan untuk mencegah masuknya lintah Achilles : Seorang tokoh pahlawan Yunani putra dari Nimfa Thetis Thetis dan Peleus Troya : Nama sebuah kota yang terletak di Asia Kecil Hector : Seorang pangeran, putra dari Priam raja Troya Patrocellus : Sepupu Achilles, ada juga sumber yang mengatakan mengatakan sahabat dekat Achilles Rivanol : cairan berwarna kuning yang digunakan untuk membersihkan luka Me, Myself and Irene : film bergenre komedi yang dibintangi dibintangi oleh Jim Carrey dan dirilis pada tahun 2000 Kemeruh Pol : Dalam bahasa jawa artinya Sok tahu banget
EAN : Eiger Adventure News, merupakan buletin yang diterbitkan oleh pabrikan asesorris bermerk Eiger Wanadri : Kelompok Pencinta Alam tertua di Indonesia yang didirikan pada tahun1964 dan berpusat di Bandung Tom Sawyer : Novel yang ditulis oleh Mark Twain dan pertama kali diterbitkan pada tahun 1876 Mira W : Penulis novel asal Indonesia yang bergenre romansa percintaan dan kriminal kriminal Bidayatul mujtahid : Kitab kuning yang ditulis oleh Ibnu Rusyd dan berisikan berisikan Ilmu Fiqih Nahwu : ilmu dasar tata bahasa dalam bahasa arab Sorof : salah satu cabang ilmu tata bahasa dalam bahasa arab yang membahas permasalahan bentuk suatu “kalimah” atau “kalimah” atau kata Padi : Band yang berdiri pada tahun 1997 yang memulai debutnya pada album Indie Ten (album kompilasi band indie pada tahun 1998) dengan membawakan sebuah lagu berjudul Sobat Loan application : aplikasi pengajuan pinjaman, biasanya berbentuk berbentuk lembaran formulir dan disediakan oleh bank atau lembaga keuangan untuk pengajuan pinjaman dana Jadikan Aku Pacarmu (J.A.P) : salah satu lagu milik Sheila On 7 dari album berjudul Sheila On 7 yang dirilis pada tahun 1999 dengan Label Sony Music Indonesia Sheila On 7 : Band asal Yogyakarta yang didirikan pada tahun 1996 Titip Rindu Buat Ayah :lagu milik Ebiet G.Ade dari Album Camelia IV yang dirilis pada tahun 1980 dengan Label Jackson Record God Bless : Band legendaris asal Indonesia bergenre Rock yang didirikan pada tahun 1970an Rumah Kita : lagu milik God Bless pada album yang berjudul semut hitam dan dirilis pada tahun 1988 1988 dengan Label Logiss Record Sesuatu Yang Indah : Lagu milik padi dari album berjudul Sesuatu Yang Tertunda dan dirilis pada tahun 2001 Kuserahkan Bayangan Kepada Tuhan : sebuah judul tulisanku yang tidak pernah dipublikasikan. Winamp : salah satu aplikasi pemutar lagu di komputer film Jomblo film Jomblo : disutradarai oleh Hanung Bramantyo yang diangkat dari sebuah novel karya Adhitya Mulya dan dirilis pada tahun 2006 Peterpan : Grup band yang berdiri pada tahun 2000an dan pada tahun 2012 berganti nama menjadi NOAH dengan penyesuaian beberapa personil bandnya. Yang Terdalam : Salah satu lagu milik Peterpan dari album yang berjudul Taman Langit yang berjudul tahun 2003 Lifespan Development : Buku karya John W. Santrock mengenai mengenai perkembangan selama hidup yang pertama kali dicetak tahun1983. Psikologi Kepribadian : buku yang ditulis oleh Alwisol, pertama kali kali dicetak pada tahun 2005 oleh UMM Press dan Alwisol sendiri merupakan dosen Psikologi Kepribadian di fakultas Psikologi UMM. (perlu rujukan lagi) pagina : dalam KBBI arti dari pagina adalah halaman Demisioner : secara harfiah Tanpa kekuasaan dan biasanya digunakan untuk seseorang yang turun dari jabatannya Mozart : Wolfgang Amadeus Mozart, dengan nama asli Johannes Chrysostomus Wolfgangus Gottlieb Mozart seorang komponis asal Austria yang meninggal pada tahun 1791
Beethoven : nama lengkap Ludwiq Van Beethoven, seorang komponis musik klasik asal Jerman dengan alat musik piano yang meninggal pada tahun 1827. Ia mulai kehilangan pendengaran sejak 1801 Meskipun pada tahun 1817 ia menjadi tuli sepenuhnya ia terus mencipta musik, dan pada masa ini ia menciptakan sebagian karya-karya terbesanya. Paganini : nama lengkap Niccolo Paganini, seorang komponis musik klasik dengan alat musik biola, viola dan gitar asal Italia yang meninggal pada tahun 1840 Bach : Nama Nama lengkap Johann Johann Sebastian Bach, seorang komponis musik klasik asal Jerman dan meninggal pada tahun 1750 Pachelbel : Nama lengkap Johann Pachelbel komponis asal Jerman, Organist dan seorang pengajar yang meninggal pada tahun 1706 Goerge Lynch : Seorang Seorang gitaris Rock asal Amerika yang memulai karirnya bersama sebuah band bernama Dokken pada era tahun 1980an Helloween : Sebuah band power power metal asal Jerman yang berdiri pada tahun 1984 Windmill : Salah satu lagu milik Helloween dari album yang berjudul Chameleon yang dirilis bulan Desember1993 dengan Label EMI Record dr.Stein : Salah satu lagu milik Helloween dari album yang berjudul keeper of the seven keys 2 yang dirilis pada tahun 1988 dengan Label Noise Record Record Call of Duty : Video game first person shooter, yang dikembangkan oleh Infinity Ward sejak tahun 2003 dengan latar belakang permainan era World War II Valentino Rossi : Seorang pembalap motor sport asal Italia dengan gelar 7 kali juara dunia pada ajang kelas puncak MotoGP dan memegang juara dunia dari empat kelas yang berbeda berbeda U’Camp : Band asal Indonesia Indonesia bergenre rock yang berdiri sekitar akhir akhir dasawarsa 1980an Thompson M 1928 : Salah satu senjata submesin terbaik saat perang dunia ke-2 MURI : Museum : Museum Rekor Indonesia yang mencatat prestasi manusia di Indonesia Indonesia yang “ter” dan “paling” “paling” Guinness World Record : Catatan prestasi manusia "ter-" dan "paling" yang ada di dunia dan mendapat pengakuan secara internasional. Film LOVE : Film layar lebar yang disutradarai Khabir Bathia dan dirilis tahun 2008 Bakut sayur asin : sejenis sup dari iga babi dengan sawi yang diasinkan.