KAJIAN PROSPEK DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN BUBARA (Caranx sp) DI TELUK KOTANIA...
KAJIAN PROSPEK DAN KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN BUBARA (Caranx sp) DI TELUK KOTANIA KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT OLEH: Umar Rifai dan Kahar Samal Balai Budidaya Laut Ambon, Email :bbl_
[email protected] Abstrak Pengembangan Ikan Bubara (Caranx sp) di keramba jaring apung, di Indonesia khususnya di daerah Maluku dan sekitar Papua sangat strategis karena sumberdaya alamnya yang masih produktif, dan dari faktor ekonomis dapat meningkatkan pendapatan/kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan. Untuk mendukung keberhasilan usaha ini sangat diperlukan teknologi dan manajemen budidaya yang memadai. Saat ini telah telah dilakukan usaha budidaya ikan bubara di Balai Budidaya Laut (BBL) Ambon dalam program pengembangan budidaya air laut, mulai dari pemeliharaan Larva di bak terkontrol hingga pembesaran di Keramba Jaring Apung (KJA) sampai dengan panen yang lebih produktif. Langka BBL Ambon ini ternyata sejalan dengan program Pemerintah Maluku yang akan menjadikan Teluk Kotania dalam sebagai kawasan Minapolitan Budidaya di Kabupaten Seram Bagian Barat. Kabupaten Seram Bagian Barat Provinsi Maluku merupakan salah satu lokasi pengembangan kawasan Budidaya. Upaya percepatan alih teknologi budidaya laut khususnya diwilayah ini, maka Balai Budidaya Laut Ambon sebagai salah satu Unit Pelayanan Teknis (UPT) Ditjen Perikanan Budidaya KKP mempuyai tugas dan tanggung jawab dalam melakukan kajian, pengawasan, pemantauan, evaluasi dan pendampingan kegiatan budidaya laut di wilayah kerja yang mencakup Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Maka perlu dilakukan kajian tentang prospek dan kelayakan pengembangan usaha ikan bubara (Caranx sp) di perairan Teluk Kotania, Kabupaten Seram Bagian Barat. Untuk memperoleh informasi tentang perkembangan kegiatan budidaya di kawasan budidaya di Kabupaten Seram Bagian Barat, dilakukan melalui wawancara dan penulusuran data, Observasi dengan cara melihat langsung ke 7 lokasi dusun pembudidaya ikan yang dikunjungi dan mengambil data primer dengan cara wawancara secara langsung di lapangan tentang tentang lokasi, sumber benih, pakan, penerapan teknologi budidaya, pertumbuhan, panen, pemasaran dan permasalahan yang dihadapi. Berdasarkan hasil kajian di lokasi kawasan budidaya Teluk Kotania Kabupaten Seram Bagian Barat maka dapat disimpukan bahwa potensi pengembangan usaha budidaya ikan bubara masih besar dan berdasarkan hasil analisa usaha maka usaha ini layak untuk dikembangkan. Komoditas ini cocok dibudidayakan dengan sistem keramba jaring apung. Kata kunci :prospek, kelayakan, KJA
FEASIBILITY STUDY AND DEVELOPMENT PROSPECTS FISH FARMING BUSINESS GIANT TREVALLY (Caranx sp) IN GULF KOTANIA WEST SERAM REGENCY By :
Umar Rifai dan Kahar Samal Ambon Mariculture Development Center, Email :bbl_
[email protected] Abstract Development trevally fish (Caranx sp) at floating net, in Indonesia especially at Moluccas region and around Papua very strategic because resource the nature that still voluminous, and from economical factor can increase income/ society welfare fishermen. To support this effort success very is need technology and cultivation management good. In this time done fish cultivation effort trevally fish at sea cultivation couch BBL Ambon in sea water cultivation development program, begin from larva maintenance at basin control up to expansion floating net up to harvest voluminouser. Scarce BBL Ambon this obvious in line with moluccas government program that will make gulf Kotania in as area minapolitan cultivation at Seram Part West regency. Seram Part West regency provinsi Moluccas is one of cultivation area development location. Acceleration efforts displaces sea cultivation technology especially region this, so sea cultivation couch ambon as one of technical service unit cultivation fishery KKP has task and responsibility in do study, supervision, monitoring, evaluation and sea cultivation activity assistance at work area that include Celebes, Moluccas, Moluccas North, Papua and Papua West. so necessary done study about prospect and effort development elegibility trevally fish (Caranx sp) at gulf waters Kotania, Seram Part West regency. To get information about cultivation activity development at cultivation area at Seram Part West regency, done to pass interview and tracing data, observation by see direct to 7 village locations fishermen that visited and take primary data by interview directly at field about about location, seed source, woof, cultivation adjusment of technology, growth, harvest, marketing and troubleshoot that faced. based on study result at gulf cultivation area location Kotania Seram Part West regency so can conclusion that is fish cultivation effort development potential trevally fish still big and based on effort analysis result so this effort is proper to developed. this commodities fits culture with floting net system. Keyword: prospect, elegibility, floting net
I. 1.1.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar daerahnya merupakan perairan, baik tawar maupun asin (laut). Indonesia memiliki 17.000 buah pulau kecil dengan panjang garis pantai 81.000 km mempunyai potensi yang cukup besar dalam perikanan laut, namun baru sebagian kecil yang dimanfaatkan. Permintaan pasar domestik dan internasional akan ikan laut ekonomis penting terutama dalam keadaan hidup, belum diimbangi dengan produksi hasil tangkapan, maka usaha budidaya akan semakin penting dimasa mendatang . Indonesia memiliki banyak ikan air laut yang dapat dibudidayakan serta memiliki nilai ekonomis tinggi, diantaranya ikan kuwe atau di Maluku dinamakan ikan bubara. Ikan ini merupakan salah satu ikan permukaan (pelagis) yang dapat dibudidayakan di keramba jaring apung.Ikan bubara sangat digemari oleh masyarakat karena rasa dagingnya yang gurih serta kandungan gizinya tinggi. Harga komoditas laut ini lumayan tinggi,di pasar lokal harga ikan bubara cukup stabil yaitu berkisar antara Rp.40.000-50.000/kg, sedangkan di restoran sea food harga ikan bubara berukuran 300400 g berkisar Rp 15.000 - Rp 20.000/ekor (Kordi,2010).
Ikan dari famili bubara (Carangidae) ini terdiri dari 12 genus, yaitu Megalapsis, Decapterus, Alectis, Parastrometeus, Seriola, Naucrates, Atropus, Caranx, Chrorinemus, Trachinotus, Elagatis dan Gnatodon. Tetapi yang disebut ikan bubara hanya terdiri dari 3 genus, yaitu Caranx, Alectis dan Gnatodon. Ikan Bubara memiliki beberapa keunggulan antara lain; tingkat pertumbuhan cepat, toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan, mudah mendapat bibit dari alam sehingga teknik budidaya sederhana serta perawatan dan pemeliharaan tidak terlalu rumit sebagaimana pada ikan kerapu, tahan terhadap penyakit,merupakan ikan yang rakus sehingga pertumbuhannya cepat. Benih dengan ukuran sekitar 20-25 g banyak tersebar pada perairan dangkal disekitar daerah padang lamun. Benih tersebut dapat ditangkap dengan penggunaan alat tangkap, seperti redi (pukat pantai), sero, bandrong, jaring angkat), dan bagang. Pembenihan secara massal di hatchery telah berhasil dilakukan di Gondol, Bali. Namun, hingga kini sumber benih ikan bubara di daerah terpencil masih dari alam tersebut . Pengembangan ikan bubara di keramba jaring apung, di Indonesia khususnya di daerah Maluku dan sekitar Papua sangat strategis karena sumberdaya alamnya yang masih produktif, dan dari faktor ekonomi dapat meningkatkan pendapatan/kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan. Untuk mendukung keberhasilan usaha ini sangat diperlukan teknologi dan manajemen budidaya yang memadai. Saat ini telah telah dilakukan usaha budidaya ikan bubara di Balai Budidaya Laut (BBL) Ambon dalam program pengembangan budidaya air laut, mulai dari pemeliharaan Larva di bak terkontrol hingga pembesaran di Keramba Jaring Apung (KJA) sampai dengan panen yang lebih produktif. Langkah BBL Ambon ini ternyata sejalan dengan program Pemerintah Maluku yang menjadikan Teluk Kotania sebagai kawasan Minapolitan Budidaya di Kabupaten Seram Bagian Barat. Kabupaten Seram Bagian Barat merupakan wilayah kepulauan dengan luas wilayah 79.005 km2 yang terdiri dari luas daratan sebesar 5.176 km2 (6,15%) dan lautan seluas 84.181 km2 (93,859%). Kabupaten dengan jumlah 57 pulau ini memiliki panjang garis pantai 719,20 km2 yang melingkupi 89 Desa dan 130 Dusun. Mata pencaharian masyarakat pesisir di Kabupaten Seram Bagian Barat merupakan nelayan, yang memiliki potensi lestari sumberdaya perikanan sebesar 868.610 ton/tahun, yang hingga tahun 2005 hanya termanfaatkan 11,641,8 ton (2,59%) dari jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) yaitu 668.200 ton/tahun. Dengan potensi yang tinggi tersebut, Kabupaten Seram Bagian Barat sangat potensial untuk dikembangkan sebagai sebuah kutub tumbuh kawasan minapolitan. Upaya percepatan alih teknologi budidaya laut khususnya diwilayah ini, maka Balai Budidaya Laut Ambon sebagai salah satu Unit Pelayanan Teknis (UPT) Ditjen Perikanan Budidaya KKP mempuyai tugas dan tanggung jawab dalam melakukan kajian, pengawasan, pemantauan, evaluasi dan pendampingan kegiatan budidaya laut di wilayah kerja yang mencakup Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat. Maka perlu dilakukan kajian tentang prospek dan kelayakan pengembangan usaha ikan bubara (Caranx sp) di perairan Teluk Kotania, Kabupaten Seram Bagian Barat. 1.2. Tujuan Tujuan dari kegiatan kajian ini adalah : melakukan kajian tentang prospek dan kelayakan pengembangan usaha ikan bubara (Caranx sp) di perairan Teluk Kotania, Kabupaten Seram Bagian Barat. II.
a.
BAHAN DAN METODE
Survei Lokasi Survei lokasi untuk kegiatan usaha budidaya ikan bubara ini dilakukan di wilayah kawasan Pembudidaya perairan Teluk Kotania Kabupaten Seram Bagian Barat meliputi 7 (tujuh) yaitu Dusun Pelita Jaya, Dusun Wael, Dusun Kotania, Dusun Masika Jaya, Dusun Airpessy, Dusun Taman Jaya dan Dusun Pulau Osi. Provinsi Maluku. Waktu pelaksanaan pengawasan ini dilaksanakan pada bulan September 2013.
b.
Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan selama kegiatan survei ini yaitu ; Motor, Speed Boat, Perahu, Alat ukur kualitas air ( Secci disk, YSI-85, pH meter, Aguades dan Thermometer), Kuisener, Kamera dan Alat tulis menulis. c.
Metode Pengambilan Data
Untuk memperoleh informasi dan data tentang perkembangan kegiatan budidaya di kawasan budidaya Kabupaten Seram Bagian Barat , wawancara dan penulusuran data dilakukan pada dinas kelautan dan perikanan setempat. Data-data dan informasi yang dihimpun berupa informasi tentang wilayah kabupaten Seram Bagian Barat (luas Wilayah dan batas-batas), perekonomian, dan kualitas air. Data tentang perkembangan sektor perikanan khususnya perkembangan budidaya laut dikawasan tersebut dan isu dan permasalahan yang dialami. Wawancara dilakukan terhadap nelayan anggota pembudidaya di kawasan budidaya untuk mendapatkan informasi tentang keadaan lokasi, sumber benih, pakan, penerapan teknologi budidaya yang cocok, pertumbuhan, panen, pemasaran dan permasalahan yang akan dihadapi. Selanjutnya juga dilakukan pengamatan kondisi perairan serta pengukuran kualitas perairan meliputi : suhu, salinitas, kecerahan dan pH dimana kegiatan usaha budidaya yang akan dilakukan dimana bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang kondisi lokasi budidaya. III.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian prospek dan kelayakan pengembangan usaha budidaya ikan bubara (Caranx sp) di teluk Kotania Kabupaten Seram Bagian Barat dengan melihat beberapa aspek sebagai berikut : a.
Aspek Non Teknis Aspek non teknis ini untuk melihat sejauh mana prospek pengembangan usaha budidaya dilihat dari segi letak gografis dan peluang pengembangannya yaitu :
1.
Letak Geografis Pengembangan Budidaya Secara geografis Kabupaten Seram Bagian Barat terletak pada dua wilayah yang secara fisik memiliki jarak yang relatif jauh, karenanya dalam kajian ini wilayah kedua ini dimasukan dalam satu wilayah ekologis. Kedua wilayah yang dimaksud yaitu: wilayah di Pulau Seram dan yang kedua Kepulauan Lucipara. Untuk wilayah di kawasan pulau Seram batas koordinat wilayah mulai dari 127o28’16,33” - 128o50’31,59” Bujur Timur dan 2o49’46,93” - 3o34’15,45” Lintang Selatan. Sedangkan untuk wilayah Kepulauan Lucipara batas koordinat wilayah mulai dari 127o27’7,64” - 127o48’27,69” Bujur Timur dan 5o20’17,65” - 5o35’25,65” Lintang Selatan. Secara administratif, Kabupaten Seram Bagian Barat berbatasan : Sebelah Utara Berbatasan dengan Laut Seram. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kota Ambon, Maluku Tengah dan Laut Banda. Sebelah Barat Berbatasan dengan Kabupaten Buru. Sebelah Timur berbatasan dengan Maluku Tengah.
Sumber : Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau Pulau Kecil, KKP.2010 Gambar 1. Peta Lokasi Pengembangan Budidaya Ikan Bubara di Teluk Kotania 2
Kabupaten Seram Bagian Barat merupakan wilayah kepulauan dengan luas wilayah 79.005 Km yang terdiri 2 2 dari luas daratan sebesar 5.176 Km (6,15%) dan lautan seluas 84.181 km (93,85%) serta panjang garis pantai 2 719,20 Km dengan jumlah pulau sebanyak 57 buah pulau dan 89 Desa dengan 130 Dusun di Kabupaten Seram Bagian Barat terletak pada daerah pesisir atau merupakan desa pantai sehingga aktifitas pada wilayah pesisir cenderung lebih tinggi, karena masyarakat pesisir mempunyai mata pencaharian sebagai nelayan. Keberadaan sumberdaya Kelautan dan Perikanan Kabupaten Seram Bagian Barat yang demikian besarnya adalah merupakan peluang bagi sumber daya pendapatan daerah serta wahana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Namun demikian, permasalahan dan kendala yang dihadapi cukup besar dan tidak mudah untuk diatasi. 2.
Peluang Pengembangan Usaha Secara umum kegiatan perikanan budidaya perikanan di Kabupaten Seram Bagian Barat terdiri dari budidaya laut, air payau dan air tawar. Untuk budidaya laut khususnya budidaya ikan kerapu potensi dan pemamfaatannya dapat dilihat melalui tabel dibawah ini :
Tabel 1. Luas Potensi dan Pemanfaatan Lahan Budidaya Laut untuk komoditas Keramba Apung di Kabupaten SBB menurut Kecamatan, 2005 – 2009 Budidaya Laut Kecamatan Keramba Apung
Potensi Pemanfaatan Huamual Belakang 2.260.0 0,4 Seram Barat 2.275.0 2,8 Kairatu 300.0 Taniwel 2009 2.475.0 3.2 2008 2.475,0 3,2 2007 2.475,0 3,2 2006 2 475,0 2,8 2005 2.475,0 2,8 Sumber : Data Statistik Perikanan Kabupaten Seram Bagian Barat, Tahun 2009 Dari tabel diatas menujukkan peluang pengembangan budidaya laut khususnya ikan kerapu masih besar peluangnya .Sektor perikanan budidaya di Kabupaten Seram Bagian Barat secara spesifik merupakan salah satu sektor yang digalakkan dan dikembangkan. Mengingat potensi pengembangan perikanan budidaya sebagaimana yang digambarkan pada tabel data potensi diatas masih cukup besar dan belum dimanfaatkan secara maksimal. Kegiatan budidaya kerapu di Kabupaten SBB ini juga cukup berkembang terutama di wilayah kecamatan Huamual Belakang dan Kecamatan Seram Barat dengan potensi lahan 2.475 Ha dan dimanfaatkan baru sekitar 3,2 Ha di tahun 2009. Peluang pengembangan budidaya laut ini masih sangat besar khususnya usaha budidaya ikan bubara dalam memberikan konstribusi bagi peningkatan prekonomian masayarakat karena teknologinya sudah dikuasai. Pengembangan usaha tersebut diharapkan dapat mengurangi angka pengangguran (pro job), meningkatkan pendapatan masyarakat (pro growth) serta pada gilirannya nanti dapat menekan angka kemiskinan (pro poor). b.
Aspek Teknis Aspek teknis ini untuk melihat sejauh mana kelayakan pengembangan usaha budidaya ikan bubara ini dilihat dari segi pemilihan lokasi, parameter kualitas air, sumber benih, sumber pakan, pertumbuhan, dan analisa usaha yaitu: 1.
Pemilihan lokasi Pemilihan lokasi merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam operasional budidaya, baik di air tawar, payau maupun laut. Penentuan lokasi yang tepat tidak saja mendukung operasional budidaya yang dilakukan dan secara tidak langsung dengan produktifitas suatu usaha budidaya. Lokasi budidaya ikan bubara di Teluk Kotania merupakan kawasan yang berada dalam teluk sehingga loksi biasa terlindung dari arus kuat dan gelombang tinggi. Berdasarkan hasil pemantuan pada 7 Dusun di lokasi budidaya bubara bahwa lokasi tersebut berada dalam teluk sehingga aman dari angin dan gelombang kuat. Mengingat budidaya ikan keramba jaring apung sangat rentan terhadap kerusakan karena bencana alam dan tenaga-tenaga yang terdapat di alam (angin, gelombang, arus, dll), Karena itu Aldon (1996) dalam Anonim (1986) membagi secara garis besar keriteria lokasi KJA menjadi 4, yaitu: persyaratan dasar (basic requirement), parameter air (water parameter), kebutuhan areal budidaya (requirement for farm area) dan kebutuhan peralatan (equipment). Lebih jauh dikatakan, bahwa lokasi untuk budiadaya ikan di KJA harus memenuhi persyaratan; memiliki kualitas air dan pertukaran air yang baik, tidak ada predator dan terlindung dari angin kencang dan gelombang yang kuat. 2.
Parameter Kualitas Air
Parameter air merupakan faktor pemting dalam budidaya ikan dan organisme air. Beberapa parameter air yang penting antara lain; suhu, salinitas, pH, turbiditas, polusi, ledakan fitoplankton, kecepatan arus, pertukaran air dan penyakit. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air pada pemantauan pembudidaya ikan bubara di Teluk Kotania maka berikut ini hasil pengukuran kualitas air : Tabel 2. Hasil Pengukuran Kualitas Air di Lokasi Perairan Teluk Kotania Parameter Kualitas air No. Lokasi Suhu (0C) DO (ppm) pH Salinitas (ppt) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Dusun Pelita Jaya Dusun Masika Jaya Dusun Pulau Osi Dusun Wael Dusun Aerpessy Dusun Kotania Dusun Taman Jaya
28,1-28,3 28,2-28,5 28,7-29,1 28,3-29,3 28,2-29,5 28,6-29,1 28,5-29,1
5,3-6,0 4,2-5,5 7,2-8,1 5,3-6,0 4,2-5,5 5,2-7,1 5,2-8,4
8,4 8,3 8,8 8,4 8,3 8,6 8,7
30-32 31-32 32-33 30-32 31-32 32-33 30-32
Kecerahan (m) 3-10 5-15 5-4 3-10 5-15 2-4 3 -4
Berdasarkan hasil pemantuan kualitas air diperoleh kisaran suhu 28,1-29,5 0C, DO 4,2 – 8,1 ppm, pH 8,3 – 8,8, salinitas 31 – 33 ppt dan kecerahan >2. Kisaran kualitas air ini berdasarkan SNI masih layak untuk pembesaran ikan . Berdasarkan SNI tahun 2011 dalam Anonim (2012) tentang pembudidayaan ikan, kualitas air yang baik untuk pertumbuhan ikan budidaya adalah suhu 27-290C, DO 5 ppm, pH 8-8,2, salinitas 31-33 ppt dan kecerahan >2 meter. Kondisi kualitas air sebagai sumber utama untuk kegiatan budidaya di perairan Seram Bagian Barat pada umumnya telah memenuhi kreteria yang dipersyaratkan. Kecepatan arus di perairan Seram Bagian Barat rata-rata 0,5 m/detik. Suhu perairan pada umumnya memenuhi persyaratan untuk kegiatan budidaya laut, karena perubahan suhu harian maupun tahunan sangat kecil. Kisaran suhu pada perairan berkisar antara 28,1-29,1 0C. Sedangkan salinitas berkisar antara 31 – 33 ppt, nilai salinitas tersebut pada umumnya masih berada pada kisaran salinitas yang disenangi oleh ikan dan biota laut lainnya. Menurut Hariyano dkk. (2010) bahwa suhu optimum untuk pertumbuhan ikan bubara adalah 27-29 0C dan salinitas yang ideal untuk ikan bubara 30-33 ppt. Suhu perairan pada umumnya baik untuk usaha budidaya laut karena perubahan suhu harian maupun tahunan sangat kecil. Suhu pada perairan ini berkisar antara 28 – 30 0C. Sedangkan salinitas berkisar antara 31 – 35 ppt. Pada umumnya kisaran salinitas ini masih berada pada kisaran salinitas yang disenangi ikan dan biota laut lainnya. Suhu air berubah karena adanya perubahan kondisi lingkungan dan mempengaruhi laju metabolisme ikan yang dipelihara. Suhu air yang meningkat akan meningkatkan laju metabolisme tetapi peningkatan yang tajam akan menurun laju makan (feeding rate) sehingga menurunkan laju metabolisme. Salinitas berhubungan dengan tekanan osmosis dan mempengaruhi kesimbangan ion dari organisme air, termasuk ikan. Kombinasi antara suhu dan salinitas yang tidak tepat akan mempengaruhi pemberian pakan, laju konversi pakan dan pertumbuhan. Kandungan oksigen terlarut yang paling minim yang dapat ditoleransi oleh organisme budidaya adalah 4,0 ppm, sedangkan kisaran oksigen terlarut pada perairan Seram Bagian Barat adalah antara 4,2 – 8,1 ppm . Umumnya pH air laut antara 8,3 – 8,8, dan kisaran pH untuk kebutuhan budidaya adalah dari 6 – 9., jadi dapat dikatakan kisaran ini masuk dalam kategori baik karena sudah masuk dalam kisaran pH air laut pada umumnya dan kisaran yang dibutuhkan untuk keperluan usaha budidaya laut. Menurut Hariyano dkk (2010) bahwa ikan bubara yang dibudidayakan di keramba jaring apung membutuhkan
konsentrasi oksigen terlarut lebih dari 5 ppm dan ikan bubara diketahui pertumbuhannya sangat baik pada pH normal yaitu 8,0 – 8,2. Oksigen dibutuhkan oleh organisme untuk menghasilkan energi melalui pencernaan dan asimilasi makanan dan menjaga keseimbangan osmotik. Kebutuhan oksigen ini bervariasi menurut jenis ikan, tingkat perkembangan dan ukuran ikan sangat bergantung pada suhu air. Karena itu, pemberian pakan, konversi makanan, pertumbuhan dan kesehatan ikan\yang dipelihara dipengaruhi oleh suplai oksigen. Air yang mengandung bahan partikel yang tinggi meningkatkan kebutuhan oksigen di bagian dasar (bentik) yang sangat besar sehingga akan mengurangi kandungan oksigen di KJA maupun disekitar KJA. Selanjutnya lokasi penempatan KJA yang baik dibutuhkan perairan dengan dasar yang memiliki arus datar (buttom carrent) yang baik serta perlu berhati-hati dengan perairan yang sangat mengalami stratifikasi atau perairan yang memiliki resiko ledakan populasi fitoplankton karena berpotensi menurunkan kadar oksigen terlarut secara periodik. pH dinyatakan konsentarasi ion hidrogen (H+) dalam suatu larutan (air). pH air yang tinggi dapat merusak lamella insang dan menyebabkan kematian ikan serta mempengaruhi toksitas beberapa jenis polutan dan logam berat. pH normal air laut berkisar antara 7,5 dan 8,5 dimana perairan dengan kondisi terumbu karang yang baik nilai pH air akan stabil karena adanya kapitas buffer ion Ca+ (Boyd, 1990). Ledakan fitoplankton di laut secara periodik akan menyebabkan penurunan kadar oksigen, mempengaruhi penetrasi cahaya ke dalam KJA dan menyebabkan air disekitar KJA menjadi panas. Pada beberapa jenis terdapat berisiko keracunan (diatom), juga mempengaruhi rasa daging ikan. 3.
Sumber Benih Benih yang digunakan di lokasi pembudidaya merupakan benih yang sebagian besar diperoleh dari alam. Benih ikan kuwe/bubara diperoleh dengan cara menggunakan bagang mini. Berdasarkan wawancara bahwa benih ikan bubara akan melimpah pada bulan Oktober sampai bulan April. Rata-rata benih tangkapan rata-rata 50-100 ekor perhari. Potensi benih ikan bubara di lokasi cukup banyak. Menurut Nontji (1992) bahwa ikan bubara tergolong ikan pelagis yang hidupnya selalu bergerombol dengan salinitas yang tinggi. daerah distribusi ikan bubara sangat luas, dapat dijumpai hampir di seluruh perairan Indonesia. Ikan bubara dewasa dialam ukurannya dapat mencapai 1 meter. Ikan bubara yang dipelihara di keramba jaring apung mampu hidup dengan kepadatan yang cukup tinggi. ikan kuwe memijah sepanjang tahun dan biasanya mengikuti fase bulan. pemijahan berlangsung pada malam hari bersamaan dengan datangnya air pasang. telur bersifat planktonis dapat terbawah arus dan menetas dipadang lamun atau celah-celah akar bakau, sebelum akhirnya kembali ke laut lepas. 4. Sumber Pakan Pakan yang digunakan untuk ikan bubara adalah ikan rucah yang terdiri ikan-ikan yang tidak bernilai ekonomis seperti : ikan sardine, parang-parang, momar, ikan teri, ikan kapas, tongkol dan lainnya. Ikan ini masih cukup melimpah di lokasi berdasarkan wawancara bahwa ikan tersebut sangat melimpah pada musim-musim tertentu (bulan Mei, Juni dan Juli). Penangkapan ikan ini dengan menggunakan alat tangkap yang disebut bagang mini. Sehingga usaha budidaya ikan bubara ini sangat cocok karena didukung oleh ketersediaan pakan rucah yang masih melimpah mengingat biaya operasional tertinggi pada usaha budidaya ikan adalah pakan. 5. Teknologi Penerapan Budidaya Keramba jaring apung merupakan teknik yang paling produktif untuk budidaya ikan bubara (Caranx sp)) dengan konstruksi yang tersusun dari beberapa kantong jaring yang di pasang pada rakit terapung di perairan pantai. Beberapa keuntungan yang di miliki metode keramba jaring apung adalah tingginya penebaran, jumlah dan mutu air selalu memadai, tidak memerlukan pengolaan tanah, pemangsa mudah dikendalikan dan mudah untuk pemanenan. Lokasi untuk keramba jaring apung harus memiliki kualitas air yang baik, terlindung dari gelombang, terjaga dari peredator serta dekat dengan
lokasi yang mendukung proses produksi dan pemasaran. Sistem ini sangat cocok dikembangkan di perairan Teluk Kotania mengingat wilayah ini lokasinya berada dalam teluk. Menurut Hariyano dkk. (2010) bahwa keramba merupakan sarana utama dalam pembesaran ikan bubara. Keramba dapat terbuat dari kayu atau bambu dengan bentuk persegi. Di Maluku jenis karamba yang umum dijumpai adalah karamba jaring apung. 6. Petumbuhan Pengetahuan dasar yang sangat dibutuhkan bagi pelaksanaan budidaya ikan dalam hubungannya dengan hasil adalah data pertumbuhan. Laju pertumbuhan merupakan peningkatan dalam satuan panjang atau bobot per unit waktu. Data pertumbuhan yang umum dipakai untuk perhitungan yaitu bobot. Hal ini dimaklumi karena hasil panen dan pemasarannya dinyatakan dalam bobot. Pada umumnya pertumbuhan bobot ikan berlainan dengan burung atau mamalia. Ikan tidak berhenti tumbuh setelah mencapai kematangan seksual. Kurva pertumbuhan bobot ikan secara umum merupakan grafik sigmoid. Besarnya nilai laju pertumbuhan harian (LPH) tergantung jenis dan ukuran ikan yang ditebarkan. Ikan bubara mempunyai LPH 0,90 – 1,71 %. Disamping data pertumbuhan, salah perhitungan yang menghubungkan pertumbuhan dan jumlah pakan adalah konversi pakan. Konversi pakan merupakan jumlah (gram) yang dimakan oleh ikan untuk menaikkan 1 gram bobot ikan. Ikan bubara mempunyai konversi pakan 3 – 9. Untuk mengetahui pemanfaatan pakan oleh ikan serta untuk mencari tahu kualiitas pakan tersebut maka dilakukan pencarian efesiensi penggunaan pakan. Menurut Hariyano (2008) bahwa hasil pembesaran ikan bubara memperoleh pertumbuhan dari berat rata-rata 100 gram/ekor dipelihara selama 4 bulan mencapai 500 gram/ekor dengan SR 83%. Pada tahun berikutnya 2009 diperoleh data pertumbuhan hasil pembesaran ikan bubara yang sama namun SR meningkat menjadi 96,73%. Selajutnya menurut Hariyano dkk. (2010) bahwa hasil pembesaran ikan bubara memperoleh pertumbuhan dari berat rata-rata 25 gram/ekor dipelihara selama 5 bulan mencapai 550 gram/ekor dengan SR 87,5% dan laju pertumbuhan 0,9% serta konversi pakan 4,70. Efisiensi pakan 22%. Sementara Gufron (2004) menyatakan bahwa konversi pakan ikan bubara adalah 3 – 9. 7.
Pemasaran Sistem panen yang digunakan pada budidaya ikan bubara di Seram Bagian Barat berdasarkan hasil pemantauan dan wawancara adalah sistem panen secara bertahap. Tujuan dari sistem panen ini untuk memanen ikan yang telah memenuhi ukuran komsumsi (350-500 g). Ukuran ini biasanya dijual dengan harga Rp.40.000,-50.000,-/kg atau Rp.12.500-15.000,-/ekor. Para pembudidaya ikan pada umumnya melakukan panen pada pagi hari untuk menghindari cuaca yang panas. Perlengkapan dan peralatan yang biasa digunakan serok dan drum plastik untuk memudahkan pengangkutan dan pemanenan. 8.
Analisa Usaha Berdasarkan hasil survei dan perhitungan, berikut ini adalah analisa usaha budidaya ikan bubara di keramba jaring apung yang disajikan dibawah ini : Tabel 3. Analisa Usaha Budidaya Ikan Bubara di KJA
N O I. 1 2 3 4
URAIAN
VOLUME SATUAN
HARGA
NILAI
INVESTASI Keramba Jaring Apung 3x3m2(4 kotak/unit) Jaring untuk Pemeliharaan(3x3x3m3) Peralatan kerja Perahu
1 8 1 1
unit buah paket unit
20,000,000 20,000,000 1,500,000 12,000,000 500,000 500,000 1,000,000 1,000,000
II.
JUMLAH MODAL KERJA 1 Benih 10 cm (Rp 1.000/EKOR)
2 Pakan Rucah(FCR 6) 3 Tenaga Kerja (4 bln x Rp.750.000) JUMLAH III. JUMLAH MODAL 1 Investasi 2 Modal kerja JUMLAH IV. RUGI-LABA 1 Hasil Produksi 0,5 kg/ekor(SR 90%=2700 ek) 2 Biaya Operasional a. Modal Kerja b.Penyusutan 20% JUMLAH KEUNTUNGAN/SIKLUS (4 BULAN) NO. Komponen Keragaan Usaha/Siklus 1 Biaya Total 2 Penerimaan Total 3 Keuntungan 4 Payback period 5 Return of Investasi (ROI) 6 B/C Ratio
33,500,000
3,000 8,100 1
ekor kg orang
1,000
3,000,000
3,000
24,300,000
3,000,000
3,000,000 30,300,000 33,500,000 27,300,000 60,800,000
1,350
kg
50,000
67,500,000
30,300,000 6,700,000 37,000,000 30,500,000 Satuan Rp Rp Rp tahun %
Nilai 37,000,000 67,500,000 30,500,000 0.8 82.43 1.82
Tabel analisa di atas menujukan bahwa usaha budidaya ikan bubara layak untuk dikembangkan karena memberikan keuntungan cukup baik. Nilai investasi persiklus budidaya ikan bubara sebesar Rp.33.500.000,- dan biaya operasional persiklus sebesar Rp. 37.000.000,- dengan pendapatan dari hasil penjualan sebesar Rp. 67.500.000,- akan menerima keuntungan bersih persiklus Rp. 30.500.000,- (untuk 4 bulan) kalau satu tahun Rp. 91.500.000,-. Kelayakan usaha dengan melihat hasil B/C yang lebih besar nilainya 1 yaitu 1,82 IV.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil kajian pengawasan budidaya ikan kerapu di kawasan budidaya Kabupaten Seram Bagian Barat, maka dapat disimpulkan: 1. Potensi pengembangan budidaya ikan bubara (Caranx sp) di wilayah perairan Teluk Kotania Kabupaten Seram Bagian Barat masih besar dan usaha budidaya ini layak dikembangkan. 2. Sistem budidaya ikan bubara (Caranx sp) yang cocok dikembangkan di perairan Teluk Kotania adalah sistem keramba jaring apung.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1986. Budidaya Ikan Bubara di Keramba Jaring Apung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Ambon. Anonim. 2011. Profile Ikan Kerapu Indonesia. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Anonim. 2012. Kreteria dan Standart Cara Budidaya Ikan Yang Baik. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Anonim. 2012. Laporan Tahunan 2011. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Seram Bagian Barat. Provinsi Maluku. Anonim. 2012. Kumpulan Standar Nasional Indonesia (SNI) Bidang Pembudidayaan Air Payau dan Laut. Direktorat Pembudidayaan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Boyd,C.E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Auburn. Univ. Alabama. Direktorat Tata Ruang Laut Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. 2010. Bantuan Teknis Penyusunan Rencana Zonasi Rinci Kawasan Minapolitan di Kabupaten Seram Barat. Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Seram Bagian Barat. Laporan Tahunan 2009. Hariyano, Erdy A. Basir, Wa Nuraini, 2008. Prospek Pengembangan Ikan Famili Carangidae di Teluk Ambon Bagian Dalam. BBL-Ambon. Makalah Dipresentasikan di Indonesia Aquaculture 2008 di Yogyakarta. Hariyano. 2008. Pembesaran Bubara (Caranx sp) di Keramba Jaring Apung. Balai Budidaya Laut Ambon. Laporan Tahunan 2008. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya . Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Hariyano. 2009. Pembesaran Bubara (Caranx sp) di Keramba Jaring Apung. Balai Budidaya Laut Ambon. Laporan Tahunan 2009. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya . Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Hariyano. Hendarto N. Dan Mahu R. 2010. Pembesaran Bubara (Caranx sp) di Keramba Jaring Apung. Balai Budidaya Laut Ambon. Laporan Tahunan 2010. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya . Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Hariyano, Hendarto N., Mahu R. Dan Dewi, R. 2010. Pembesaran Bubara (Caranx sp) di Keramba Jaring Apung. Balai Budidaya Laut Ambon. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya . Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Ghufron, M.H.K. 2004. Budidaya Ikan Laut Di Keramba Jaring Apung. Penerbit Rineka Cipta . Makassar. Kordi M.G.H.,Tamsil A. 2010. Pembenihan Ikan Laut Ekonomis secara Buatan. Penerbit Andi. Yogyakarta. Nontji, 1988. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan. Jakarta Nybakken, J.W., 1988. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologi. Gramedia, Jakarta. Rifai U., Basir A.B, Dewi R. Dan Hardiyanto L. 2011. Mendulang Dollar dari Bubara dan Kerapu di Maluku. Warta Budidaya; Tahun ke-9 Edisi XXVI. Media Informasi Perikanan Budidaya. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya . Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Romimohtarto, K., dan Juwana, S., 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir Secara Berkelanjutan. Djambatan. Jakarta. Soesono. 1989. Limnology. Direktorat Jenderal Perikanan. Departemen Pertanian. Bogor. Suharno, Hariyano, R. K. Doongoran dan A. Hendrico, 2006. Pemanfaatan Limbah Pakan Rucah dalam Pembesaran Ikan Bubara (Caranx sexfasciatus) di Keramba Jaring Apung. BBL-Ambon Rifai, U. Dan Mahu, R. 2012. Laporan Kegiatan Pendampingan kawasan Minapolitan Teluk Kotania Kabupuaten Seram Bagian Barat. Balai Budidaya Laut Ambon. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Ambon.
Tiensongrusmee, Pontjoprawiro dan Sudjarwo, 1986. Penilaian Lokasi Budidaya. Balai Budidaya Laut Lampung.